PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA: STUDI KASUS DI SD SHANTA MARIA 1, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Endika Elshanta Erawati
NIM: 111134233
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA: STUDI KASUS DI SD SHANTA MARIA 1, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Endika Elshanta Erawati
NIM: 111134233
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus karena cintakasih dan berkat-Nya peneliti dapat menyelesaikan tugasakhir.
Para dosen PGSD Universitas Sanata Dharama yang telah memberibimbingan kepada peneliti.
Keluarga kecilku untuk kedua orang tua yang selalu memberi dukungan moral maupun spiritual :
Didik Arwanto Endang Sri Lestari
Keluarga Besar S. Hadi Wiryono
Teman istimewaku: Devri Riza Setyawan
Kakakku yang selalu memberi solusi dan dukungan Putri Sundari
Sahabat terbaiku: Yovita Siska Febriana
Semua teman-teman PGSD angkatan 2011 yang telah memberikan banyak cerita selama proses belajar menjadi
calon pendidik.
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
v
MOTTO
Di manaadakehendak di situ adajalan.
Ku olah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea,
kubingkai dalam bab sejumlah lima, jadilah
mahakarya, gelarsarjana kuterima, orang tua pun
bahagia.
Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya
revisi dan saya menang.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya yang saya tulis tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan pada daftar pustaka, sebagai mana layaknya karyailmiah.
Yogyakarta, 18 Desember 2014
Penulis,
vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Santa Dharma:
Nama : Endika Elshanta Erawati
NIM : 111134233
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah yang
berjudul: PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA:
STUDI KASUS DI SD SHANTA MARIA 1, YOGYAKARTA kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang diperlukan
(bilaada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 4 Desember 2014
Yang menyatakan,
ABSTRAK
PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA
Oleh:
Endika Elshanta Erawati NIM: 111134233 Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif jenis studi kasus.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi anak terhadap polaasuh orang tua.Narasumber yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua anak perempuan kelas V usia 11 tahun siswi SD Shanta Maria 1 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman wawancara pola asuh orang tua dan lembar observasi pola asuh orang tua. Komponen-komponen yang ada pada pedoman wawancara dan lembar observasi adalah kontrol orang tua terhadap anak, komunikasi, dan tuntutan orang tua untuk menjadi matang (anak berkemabang sesuai usianya).Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi.Analisis data dengan cara memberi kode pada setiap jawaban dari narasumber.
Hasil dari penelitian menunjukan bahwa kedua anak sudah dapat merasakan akan kesibukan dari orang tua mereka dalam bekerja. Anak setelah merasakan akan kesibukan orang tua dalam bekerja, maka anak bisa menyampaikan persepsi terhadap pola asuh orang tua mereka. Anak memiliki kebiasaan dari orang tua dalam memberikan pola asuh secara authoritative
(Otoritatif).
ix
PERCEPTIONS OF PARENTING CHILDREN PARENTS By:
Endika Elshanta Erawati Student Number: 111134233
Sanata Dharma University
This study wasa qualitative study based on case study. The purpose of this study wasdetermine children’s perception regarding the parenting model of the parents. The research subjects were two of 11-years-old girls. They are fifth-grade students of SD Shanta Maria 1 Yogyakarta Elementary School Academic Year 2014 / 2015.
The research instruments used wereinterview guidelines and observation sheets of the parenting model of the parents. The components of the interview guidelines and observation sheets arethe parental control of the children, communication, and parents’ desire that their children can develop their abilities according their age. The techniques of data collections used were interviews and observation. The analysis of data was by giving a code on every answer of question given to the informant.
The results of the study showed that the children were able to feel the busyness of their parents in their work. And then, the children were able to convey their perceptions of the parenting model of their parents. The children would have a daily habit due to the parenting model of the parent authoritatively.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, dan karunianya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas
Akhir dengan judul “PERSEPSI ANAK TERHADAP POLA ASUH ORANG
TUA” dengan baik.
Penulisan skripsi ini merupakan kelengkapan dan pemenuhan dari salah
satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Selain itu, penulisan skripsi ini juga bertujuan untuk melatih
mahasiswa agar dapat menghasilkan suatu karya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain.
Peneliti dalam menyelesaikan penelitian dan laporan Tugas Akhir ini,
peneliti telah banyak menerima bimbingan, saran, dan masukan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan
ucapan terimakasih kepada:
1. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., MA. Selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. selaku dosen pembimbing I, yang telah
memberikan arahan, semangat, dorongan serta sumbangan pemikiran yang
peneliti butuhkan dalam menyelesaikan skripsi.
3. Theresia Yunia Setyawan,S.Pd.,M.Hum. selaku dosen pembimbing II, yang
xi
skripsi.
4. Dosen-dosen Program Studi Guru Sekolah Dasar Universitas Santa Dharama
yang telah memberikan pengalaman dan bekal selama proses menjadi seorang
guru.
5. Mawar dan Melati yang telah bersedia menjadi narasumber salama proses
penelitian.
6. Teman-teman peneliti yang memberikan arahan, saran, dan sharing dalam
mengerjakan skripsi.
7. Pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
Peneliti menyadari bahwa penelitia dan penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca, sehingga suatu saat nanti penulis dapat memberikan
karya yang lebih baik lagi.
Akhir kata peneliti meminta maaf bila ada kesalahan dalam penyusunan
laporan maupun menulis dalam skripsi ini. Semoga penelitian dan laporan skripsi
ini dapat berguna bagi kita semua.
Yogyakarta, 10 Desember 2014
Peneliti
xii
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
B. Penelitian yang Relevan ... 21
C. Kerangka Berpikir ... 27
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
A. Jenis Penelitian ... 30
B. Setting Penelitian ... 31
C. Instrume Penelitian ... 33
D. Teknik Pengumpulan Data ... 45
E. Kredibilitas dan Transferabilitas ... 50
F. Jadwal Penelitian ... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
A. Hasil Penelitian ... 58
xiii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 104
A. Kesimpulan ... 104
B. Keterbatasan Penelitian ... 105
C. Saran ... 105
DAFTAR PUSTAKA ... ……. 107
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Identitas Narasumber ... 33
Tabel 3.2 Kisi-kisi Wawancara ... 34
Tabel 3.2 Kisi-kisi Observasi ... 40
Tabel 3.3 Kode Transkip Wawancara ... 50
Tabel 3.4 Rekapitulasi Penilaian Validitas Wawancara ... 51
Tabel 3.4 Rekapitulasi Penilaian Validitas Observasi ... 51
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Proses Persepsi ... 12
Gambar 1.2 Stimulus Alat Indera ... 13
DAFTAR BAGAN Bagan 1.3 Literature Map ... 27
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Surat Penelitian ...109
Lampiran Hasil Wawancara Melati .………110
Lampiran Hasil Wawancara Mawar .………...118
Lampiran Surat Kepada Validator ...172
Lampiran Lembar Penilaian Validasi ...173
Lampiran Kisi-kisi Wawancara...175
Lampiran Lembar Wawancara ...179
Lampiran Kisi-kisi Observasi...182
1
PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan dibahas hal-hal yang meliputi latar belakang,
rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
definisi oprasional.
A.Latar Belakang
Salah satu faktor penting yang mendukung keberhasilan sebuah proses
pendidikan adalah keluarga. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang secara
langsung mempengaruhi individu. Sebagai tempat terkecil dalam masyarakat,
kebiasaan dan bentuk keluarga menjadi bagian dalam mewarnai individu secara
menyeluruh. Kehidupan berkeluarga harus memiliki perencanaan, penataan,
peningkatan serta evaluasi, hal tersebut termasuk dalam pengasuhan terhadap
anak.
Keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pertama yang secara
langsung mempengaruhui individu, hal ini disebabkan karena dalam lingkungan
inilah anak mendapatkan pendidikan, bimbingan, asuhan, pembiasaan, dan
latihan. Pendidikan dalam keluarga lebih mengarah pada proses pembentukan
sikap dan pemberian motivasi bagi anak, bukan pada aspek materi pelajaran
sebagaimana diajarkan di sekolah. Nilai-nilai yang merupakan karakter dari dalam
diri yang harus ada dan diberikan oleh anak. Karakter yang harus ada pada anak
tidak mudah menyerah untuk melakukan kegiatan tersebut (H. Abu Ahmadi,
2005).
Aggota keluarga yang dimaksudkan peneliti yaitu meliputi orang tua,
kakak, adik, nenek, kakek, tante, om dan saudara yang lainnya. Peran anggota
keluarga sangat dibutuhkan oleh anak, karena dalam belajar dipengaruhi faktor
dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam meliputi jasmani, psikologis,
dan non intelektual sedangkan faktor dari luar meliputi sosial dimana anggota
keluarga merupakan salah satu faktor (Djamarah, 2009).
Berdasarkan anggota keluarga yang telah peneliti sebutkan diatas,
anggota keluarga yang paling utama dalam memantau anak saat belajar di rumah
yaitu orang tua. Sesibuk-sibuknya orang tua harus bisa meluangkan waktu untuk
menemani belajar anak, guna untuk mendukung pendidikan anak . Orang tua
selain memantau dan menemani anak, orang tua juga mempunyai kewajiban untuk
memberikan pengasuhan yang sesuai usia anak sekolah dasar. Pengasuhan yang
sesuai usia anak, dapat membuat pertumbuhan anak menjadi baik secara rohani
maupun jasmani. Pola pengasuhan yang diterapkan orang tua pada anak ada
beberapa macam, diantaranya pola asuh otoriter (otoritarian), pola asuh
mengabaikan dan pola asuh yang menuruti (permisif), pola asuh demokratis
(otoritatif) (Papalia, 2009).
Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan otoriter (otoritarian)
biasanya anak cenderung tidak senang, menarik diri, dan tidak percaya. Orang tua
yang menerapkan pola pengasuhan mengabaikan dan pola asuh yang menuruti
pengasuhan demokratis (otoritatif) anak cenderung menjadi mandiri dan
mengandalkan diri sendiri, memiliki kontrol diri, dan eksploratif (Papalia, 2009).
Pendidikan yang anak dapatkan di rumah lebih memiliki dampak yang
sangat besar dalam kebiasaan sehari-hari. Karena kehidupan sehari-hari di rumah
anak lebih banyak waktu yang digunakan untuk beraktivitas dibandingkan
pendidikan yang anak dapatkan di sekolah. Maka dari itu anak sekolah dasar
merupakan jenjang yang paling awal guna untuk menempuh pendidikan formal.
Pada umumnya siswa sekolah dasar masuk dibangku kelas 1 berusia 7 tahun dan
usia 12 tahun dibangku kelas VI, usia ini anak lebih bisa bersosialisasi
dibandingkan pada masa kanak-kanak yang bergantung pada orang lain.
(Piaget&inhelder, 2010:131).
Anak pada usia 11 tahun duduk dibangku kelas V sekolah dasar
mempunyai pemikiran yang luas dan kosakata yang banyak (Syamsu, 2010). Hal
ini peneliti ketahui saat melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan
(PPL) ada dua anak yang bercerita tentang kebiasaan di sekolah dan dirumah.
Anak-anak yang bercerita pada peneliti juga menyampaikan keluh kesah saat
mendapatkan tugas dari sekolah baru bisa mengerjakan di malam hari, karena
pulang sekolah sore dan merasa capek terkadang jengkel juga harus menunggu
jemputan dari orang tua lama. Hal ini dikarenakan orang tua jika menjemput anak
sering molor hingga 2 jam dari jam anak pulang sekolah.
Pada saat peneliti melakukan kegiatan Program Pengalaman Lapangan
Peneliti melakukan obrolan mengenai kebiasaan anak di rumah bersama orang
tua, dua anak tersebut bercerita bahwa mempunyai orang tua yang memiliki
kesibukan dalam bekerja sampai terlambat menjemput pulang sekolah itu tidak
menyenangkan, dan saat aktivitas belajar di malam hari kedua anak tersebut tidak
di dampingi belajar oleh orang tuanya karena orang tuanya merasakan kondisi
fisik capek setelah pulang bekerja.
Melalui permasalahan yang peneliti temukan tersebut, peneliti
mempunyai keiginan untuk mengadakan penelitian mengenai pola asuh orang tua.
Dimana peneliti melakukan observasi pada kedua anak tersebut, masing-masing
anak kedua orang tuanya memiliki pekerjaan yang menetap setiap pagi jam 07.00
sampai jam 17.00 baru pulang dari bekerja. Hal ini peneliti temukan saat kegiatan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Shanta Maria 1. Orang tua dari
kedua anak tersebut salah satu dari orang tuanya memiliki pendidikan lulusan
sarjana dan bekerja sebagai PNS serta swasta. Dengan kesibukan orang tua
terkadang tidak bisa menemani anak dalam belajar di rumah dan kurang bisa
mengetahui aktivitas anak sehari-hari saat di rumah sebelum orang tua pulang dari
bekerja.
Kegiatan anak di rumah saat belajar tidak bisa dihindari dari pantauan
orang tua, hal ini dikarenakan pada anak usia sekolah dasar masih membutuhkan
bimbingan dari anggota keluarga. Peneliti selain dua anak yang memberikan
inspirasi dalam pemikiran utama yang akan dipakai penelitian, juga menemukan
anak-anak yang setiap pulang dari sekolah harus menunggu jemputan orang tua
kegiatan belajar saat berada di rumah. Anak-anak SD Shanta Maria 1 dalam
karakter kepribadian kurang terbentuk sesuai usianya. Maka dari itu, dibutuhkan
peran anggota keluarga guna untuk meningkatkan kualitas dan karakter anak saat
menempuh pendidikan di bangku sekolah dasar. Hal ini peneliti ketahui saat
melakukan observasi di SD tersebut.
Hasil pengamatan dan observasi yang telah dibahas di atas, peneliti juga
melakukan wawancara dengan guru kelas V dan mendapatkan fakta bahwa
kebanyakan anak di SD Shanta Maria 1 memiliki masalah keluarga. Anak-anak
cenderung masih sulit dan takut menyampaikan pendapat pada orang tua, merasa
tidak didengarkan apa yang menjadi cerita dan kebutuhan dalam kehidupan
sehari-hari anak. Hal ini tampak dari sebagian siswa yang sering datang pada guru
kelas untuk berbagi permasalahan mengenai hubungan anak dengan orang tuanya
saat berada di rumah. Peneliti memiliki pemikiran bahwa setiap anak akan
mempunyai persepsi yang berbeda-beda pada setiap waktu. Alasan inilah yang
membuat peneliti untuk membuktikan secara ilmiah bagaimana sesungguhnya
persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua mereka.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk mengetahui lebih
lanjut apakah pola asuh orang tua dapat mempengaruhi perkembangan pendidikan
anak dan karakter pribadi anak. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan
menyusun rumusan masalah: “ Bagaimana persepsi anak terhadap pola asuh orang
tua?”
C. Batasan Masalah
Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka peneliti
membatasi masalah sesuai judul : Pesepsi Anak terhadap Pola Asuh Orang Tua,
yang telah diajukan.
Dalam penelitian tersebut yang dipakai subyek penelitian ada dua anak
yang bernama Mawar dan Melati. Meraka sama-sama duduk di bangku sekolah
dasar kelas V. Peneliti melakukan penelitian tersebut di SD Shanta Maria 1.
Peneliti sebelum memastikan anak tersebut sebagai narasumber untuk
fokus penelitian, peneliti melakukan observasi dan wawancara dengan guru kelas.
Setelah itu peneliti memutuskan untuk mengambil fokus penelitian pada dua anak
tersebut karena kedua orang tua mereka sama-sama bekerja dan anak bisa bertemu
dengan orang tua di sore hari, maka tepat pada judul peneliti yang nantinya anak
bisa melihat dan merasakan adanya pola asuh yang diterima dari orang tua.
D.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui
E.Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat menambah wawasan luas serta
pengalaman tentang pola asuh orang tua terhadap anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Orang Tua
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran orang tua
dalam mengasuh anak, sehingga dapat memberikan informasi dan motivasi pada
anak dalam kebutuhan sekolah maupun kebutuhan kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Guru
Hasil peneletian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi SD
Shanta Maria 1 khususnya bagi guru, sehingga dapat memberi motivasi pada anak
didik yang dalam kebutuhan sekolah dan kebutuhan kehidupan sehari-hari belum
tercukupi oleh orang tuanya.
c. Bagi Anak
Penelitian ini memberikan tambahan informasi kepada anak terhadap
pola asuh orang tua yang dalam kebutuhan sekolah dan kebutuhan kehidupan
sehari-hari sudah tercukupi maupun belum tercukupi. Dalam perkembangan
akademis anak bisa mengembangkan kemampuan akademis dengan cara belajar
anak yang setiap hari orang tua bisa mendampingi belajar maka dapat
menggunakan pendampingan yang dari orang tua dengan baik.
d. Bagi Peneliti
Peneliti dapat memberikan tambahan informasi kepada mahasiswa PGSD
Universitas Sanata Dharma sebagai calon pendidik hal-hal yang berkaitan tentang
persepsi anak terhadap pola asuh orang tua.
F. Definisi Oprasional
Menghindari kemungkinan terjadi penafsiran yang berbeda dengan
maksud utama peneliti dalam menggunakan kata atau istilah pada judul skripsi
tersebut, maka peneliti perlu menjelaskan beberapa istilah maupun kata-kata yang
digunakan dalam penelitian ini.
1. Persepsi
Persepsi adalah pandangan atau penilaian yang dilakukan seseorang
terhadap suatu obyek. Penilaian pribadi seseorang untuk sebuah obyek yang sama
bisa jadi berbeda tergantung dari kecakapan dan kepribadian masing–masing.
Adanya persepsi tentang suatu obyek akan mempengaruhi tindakan yang diambil
seseorang dalam menghadapi suatu keadaan.
2. Pola Asuh
Pola asuh adalah interaksi anak dan orang tua mendidik, membimbing,
dan mendisplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai
3. Orang Tua
Orang tua adalah individu yang berbeda memasuki hidup bersama
dengan membawa pandangan, pendapat dan kebiasaan- kebiasaan sehari-hari,
bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga dalam
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II ini, diuraikan landasan teori yang digunakan untuk memecahkan
masalah dalam penelitian. Pembahasan tentang landasan teori terdiri dari tiga
bagian yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir.
A. Kajian Pustaka
1. Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi
manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya.
Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan
ekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi,
walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan)
langsung dari sesuatu. Proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca
inderanya. Berkenaan dengan perkembangan fungsi kognitif pada anak, bahwa
struktur sensori-motorik membentuk sumber bagi operasi-operasi penalaran
selanjutnya (Inhelder, 2010).
Leavitt (1978) preseptiondalam pengertian sempit adalah “penglihatan”,
yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas,
preseption adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra.” Persepsi
merupakan suatu proses yang didahului oleh proses pengindraan, yaitu merupakan
proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut
proses sensoris (Walgito, 2005).
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap
orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat
penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman (THOHA,
2005). Inti dalam memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu
merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu
pencatatan yang benar terhadap situasi.
Walgito (2004:70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu
proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh
organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan
aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi
dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang
akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang
bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir,
pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam
mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar
Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya
beberapa faktor, yaitu :
a. Obyek yang dipersepsi, objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat
b. indera atau reseptor.
c. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf, alat indera atau reseptor
merupakan alat untuk menerima stimulus. Selain itu harus ada syaraf sensoris
sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat
susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Alat yang untuk
mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.
d. Perhatian untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu
merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka
mengadakan persepsi.
Proses terjadinya persepsi yaitu objek menimbulkan stimulus, dan
stimulus mengenai indera atau reseptor. Stimulus yang diterima oleh reseptor
dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Kemudian otak memproses stimulus
tersebut sehingga individu dapat menyadari dan memaknai apa yang ia terima
sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya Bimo Walgito (2004).
Proses terjadinya persepsi akan lebih jelas terlihat melalui bagan di
bawah ini :
Bagan Proses Persepsi Gambar 1.1
OBYEK/PERISTIWA STIMULUS RESEPTOR
SYARAF SENSORIS OTAK
Perlu dikemukakan bahwa antara objek dan stimulus itu berbeda, tetapi
ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa persepsi ialah individu menyadari tentang apa yang sedang
dilihat, atau apa yang sedang didengar, apa yang sedang diraba, yaitu stimulus
yang diterima melalui alat indera. Secara sekematis hal tersebut dapat dapat
dikemukakan sebagai berikut :
L ---- S ---- R
Gambar 1.2
L : Lingkungan
S : Stimulus
R : Respon atau reaksi
Skema tersebut terlihat bahwa organisme atau individu tidak berperan dalam
memberikan respon terhadap stimulus yang mengenainya (Weiner, 1972).
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu
proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi
dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam
lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.
2. Pola Asuh
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, system, cara
kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Ketika pola diberi artibentuk atau struktur
Asuh yang berarti mengasuh, satu bentuk kata kerja yang bermakna
menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih,
dan sebagainya) supaya dapat berdiri sendiri, memimpin (mengepalai,
menyelenggarakan) suatu badan kelembagaan. Kata asuh mencakup segala aspek
yang berkaitan dengan pemeliharaan, perawatan, dukungan, dan bantuan sehingga
orang tetap berdiri dan menjalani hidupnya secara sehat.
Orang tua menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ayah ibu
kandung, (orang tua-tua) orang yang dianggap tua (cerdik pandai, ahli, dan
sebagainya); orang-orang yang dihormati (disegani) di kampung. Dalam konteks
keluarga, tentu saja orang tua yang dimaksud adalah ayah atau ibu kandung
dengan tugas dan tanggung jawab mendidik anak dalam keluarga.
Piaget maupun Kohlberg berpendapat bahwa orang tua tidak
menyediakan masukan yang unik atau esensial bagi perkembangan moral anak.
Mereka berpendapat bahwa orang tua memiliki kewajiban memberikan
kesempatan untuk pengambilan peran dan mengalami konflik kognitif, namun
mereka menyediakan peran primer dalam perkembangan moral bagi
kawan-kawannya (Santrock, 2007).
Tafsir (dalam Djamarah, 51) pola asuh berarti pendidikan. Dengan
demikian, pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dalam
menjaga dan membimbing anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pola asuh
orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relative
dalam usia sekolah dasar. Anak sekolah dasar dalam tingkat perkembangan
pribadinya masih menirukan apa yang seringkali dilakukan oleh orang tua saat
berada di rumah. Meskipun demikian, ketika anak berangsur-asur menjadi diri
sendiri, pengasuhan terhadap mereka dapat menjadi hal yang menentang. Orang
tua harus berhadapan dengan seseorang yang memiliki keinginan dan pikiran
sendiri, tetapi masih harus belajar banyak mengenai perilaku yang sesuai dalam
masyarakat. Lebih dari itu, setiap anak berada dan karakteristik individual ini
mempengaruhui tipe pola asuh yang diterima anak. (Diane E. Papalia, 2009 :
404).
Pola asuh orang tua memiliki dalam hal disiplin yaitu metode
pembentukan karekter anak serta mengajarkan mereka untuk melakukan kontrol
diri dan melakukan kontrol diri dan melakukan perilaku yang dapat diterima.
Hukuman fisik didefinisikan sebagai penggunaan kekuatan fisik dengan tujuan
agar anak merasakan rasa sakit tetapi tidak menciderai, untuk memperbaiki atau
mengontrol perilaku anak. Penonjolan kekuasaan ditujukan untuk menghentikan
atau menekankan perilaku yang tidak diinginkan melalui kontrol orang tua yang
dilakukan secara verbal atau fisik. Agresi psikologis serangan verbal terhadap
anak, dapat mengakibatkan kerugian psikologis (Papalia, 2009 : 404 – 407).
Pola pengasuhan orang tua dalam mendidik anak dapat bervariasi, setiap
orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengasuh anak. Dalam
Papalia (2009) yaitu : otoriter, permisif, dan otoritatif. Ketiga tipe pola
pengasuhan orang tua tersebut di atas dapat diperinci sebagai berikut :
a. Pola Asuh Otoriter (authoritarian)
Pola asuh otoriter cara ini menekankan pada kontrol dan kepatuhan yang
tidak boleh dipertanyakan oleh anak, orang tua berusaha membuat anaknya
melakukan rangkaian standar yang sudah dibuat dan menghukum mereka
semena-mena dan dengan paksa jika anak melanggar. Orang tua cenderung
terpisah dengan anak dan kurang hangat daripada orang tua lainnya. Anak
mereka cenderung menarik diri, tidak percaya, dan tidak berkomunikasi dengan
orang tua. Anak cenderung tidak senang, menarik diri, dan tidak percaya. Hal
tersebut, pada inti pola asuh otoriter yaitu pola asuh orang tua yang menekankan
pada kontrol dan keputusan. (Papalia, 2014:294).
Yusuf (2010:51) pola asuh otoriter yaitu dimana orang tua memiliki
sikap yang rendah hati namun dengan kontrol pengawasan yang tinggi. Orang tua
yang memiliki kebiasaan dalam mengasuh anak dengan pola asuh otoriter
sukanya menghukum anak secara fisik, dengan contoh orang tua memukul anak,
orang tua bersikap pada anak dengan mengomando untuk mengatur anak
melakukan hal yang diinginkan orang tua namun anak tidak diberi kesempatan
untuk menyampaikan pendapat. Pola asuh otoriter menurut Hartono (2009:28-29)
pola asuh otoriter sama dengan pola asuh orang tua yang “tidak menyetujui”,
dalam pola asuh tersebut orang tua memiliki kecenderungan untuk meremehkan
kemampuan yang dimiliki oleh anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh
pemikiran tentang pola asuh otoriter yaitu orang tua berusaha untuk
mengendalikan serta memberi evaluasi pada perilaku anak berdasarkan nilai-nilai
kepatuhan yang sudah menjadi keputusan oleh orang tua.
Gunarsa (2004:280) perpendapat bahwa orang tua dengan pola asuh
otoriter juga tidak melakukan komunikasi yang baik dengan anak. Komunikasi
yang terjadi hanyalah komunkasi satu arah, yaitu dari orang tua ke anak.
Kurangnya komunikasi antara orang tua dan anak menyebabkan ketrampilan
komunikasi anak menjadi kurang. Salin hal tersebut Gunarsa (2004:280)
menambahkan bahwa pola asuh otoriter ini sering kali membuat anak
meberontak. Anak akan bersikap bermusuhan kepada orang tua serta seringkali
menyimpan perasaan tidak puas terhadap dominasi orang tua bila orang tuanya
keras, tidak adil, dan tidak menunjukan afeksi.
Uraian yang terdapat di atas pola asuh otoriter memiliki ciri menuntut
anak untuk menerima aturan dan standar yang ditetapkan orang tua tanpa
mempersoalkannya, membuat peraturan untuk mengendalikan perilaku anak,
membatasi keterlibatan anak dalam membuat keputusan, dan berusaha
mengendalikan perilaku, sikap anak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.
Pola asuh otoriter tersebut pola asuh dimana orang tua memiliki sikap tegas dan
disiplin. Hal ini dilakukan oleh orang tua supaya apa yang menajadi harapan
untuk anak dapat memenuhi keinginan orang tua serta membiasakan adanya
b. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif menekankan pada pengekspresian diri dan regulasi
diri. Orang tua membuat sedikit permintaan dan memberikan anak untuk
memonitor aktivitas mereka sendiri sebanyak mungkin. Ketika orang tua harus
membuat aturan, mereka akan mendiskusikan dengan anaknya, menjelaskan
alasannya. Orang tua berdiskusi dengan anak mengenai pengambilan keputusan
dan jarang menghukum anak. Mereka cenderung hangat, tidak terlalu mengontrol,
dan tidak terlalu menuntut. Anak prasekolah mereka cenderung menjadi kurang
dewasa-kurang dapat mengontrol diri, dan kurang bereksplorasi. Hal tersebut,
pada inti pola asuh permisif yaitu pola asuh yang menekankan ekspresi diri dan
regulasi diri (Diane: 2014).
Gunarsa (2004: 281) berpendapat bahwa pola asuh permisif
menyebabkan anak tidak memiliki kontrol diri yang baik, anak menjadi egois,
selalu memaksa kehendaknya sendiri tanpa memperdulikan perasaan orang lain.
Menurut Hartono (2009:27-28) pola asuh permisif merupakan pola asuh yang
mana orang tua tidak mementingkan perasaan yang sedang dirasakan oleh anak,
dan tidak mau merespon apa yang dilakukan oleh anak. Hal ini dikarenak orang
tua tidak nyaman dengan apa yang sedang dilakukan oleh anak, dan orang tua
merasa kurang bisa mengondisikan emosi yang sedang anak miliki.
Ciri-ciri pola asuh permisif yaitu : memberi kebebasan sepenuhnya
kepada anak untuk berbuat semaunya tanpa ada pengendalian, dan cenderung
cenderung membebaskan anak untuk melakukan apapun yang mereka inginkan
dan bersikap kurang tegas. Pola asuh permesif juga cenderung menempatkan
orang tua pada posisi pasif, dalam arti orang tua cenderung membiarkan anak
bersikap tanpa batas, aturan, dan larangan yang jelas.
c. Pola Asuh Demokratis (authoritative)
Pola asuh otoritatif menekankan pada individualitas anak, tetapi juga
tidak meninggalkan aturan sosial. Orang tua memeliki keprcayaan diri pada
kemampuan mereka untuk mengarahkan anak, tetapi otang tua juga menghargai
apa yang menjadi keputusan, keinginan, opini, dan pribadi anak. Hal tersebut,
pada inti pola asuh otoritatif yaitu pola asuh yang memadukan penghargaan anak
secara individu dengan usaha untuk tetap sesuai dengan nilai sosial (Papalia:
2014).
Hartono (2009:30-31) pola asuh otoritatif merupakan pola asuh di mana
orang tua menjadi pelatih emosi anak. Orang tua otoritatif dalam hal tersebut
merupakan orang tua yang memiliki kepribadian sabar, berempati dengan semua
yang dikatakan maupun yang sedang dirasakan, membantu anak untuk
menyelesaiakan yang permasalahan yang sedang di alami serta memberikan
nasehatan pada anak atas kesalahan yang sedang dialami oleh anak.
Pendapat yang terdapat pada Widyarini (2009:11) pola asuh otoritatif
merupakan pola asuh yang mana orang tua berusaha mengarahkan anaknya secara
rasional, menghargai komunikasi yang sedang terjadi antara anak dengan orang
mengutarakan apa yang menjadi keinginannya. Yusuf (2010:52) memiliki
pemikiran dalam pola asuh otoritatif merupakan pola asuh di mana orang tua
memiliki sikap yang responsif atas apa yang dibutuhkan oleh anak, membantu
anak supaya mampu mengungkapkan pendapat maupun hal-hal yang ingin anak
ketahui, serta orang tua memberikan penjelasan pada anak mengenai akibat dari
perbuatan baik maupun kurang baik.
Berdasarkan penejelasan di atas pola asuh Otoritatif memiliki ciri
menghargai anak sebagai pribadi yang mandiri, bekerjasama dalam membuat
keputusan, mendorong tumbuhnya interaksi saling memberi dan menerima, dan
mendukung serta bertanggung jawab dalam mempertimbangkan berbagai
alternatif tetapi tidak mendominasi dari sudut pengertian orang tua.
Dari penjelasan di atas pola asuh dapat didefinisikan sebagai pola
interaksi antara anak dengan orang tua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik
(seperti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa
aman, kasih sayang, perlindungan, dan lain-lain), serta sosilaisasi norma-norma
yang berlaku dimasyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya.
Dengan kata lain, pola asuh juga meliputi pola interaksi orang tua dengan anak
dalam rangkan pendidikan karakter anak.
Pendampingan orang tua diwujudkan melalui pendidikan cara-cara orang
tua dalam mendidik anaknya. Cara orang tua mendidik anaknya disebut sebagai
pola pengasuhan. Interaksi anak dengan orang tua, anak cenderung menggunakan
cara-cara tertentu yang dianggap paling baik bagi anak. Disinilah letaknya terjadi
lain sebagai orang tua juga mempunyai keinginan dan harapan untuk membentuk
anak seseorang yang dicita-citakan yang tentunya lebih baik dari orang tuanya.
B. Penelitian yang Relevan
Sodiyah dan Sucahyono (2013) melakukan penelitian dengan judul “Pola
Pengasuhan Orang Tua bagi Perkembangan Kecerdasan Linguistic dan Sosial
Emosional Anak Usia Dini (0-3 tahun)” di Dusun Plabuhan Desa Plabuhan Rejo
Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. Subjek permasalahanya pola
pengasuhan yang diterapkan orang tua di Dusun Plabuhan, Desa Plabuhan Rejo,
Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan dengan seting masyarakat pedesaan
yang mayoritas profesi utamanya sebagai petani dengan latar belakang pendidikan
rendah yang berada dilingkungan keluarga luas adalah pola pengasuhan permisif
dan otoriter. Perkembangan bahasa anak yang di asuh dengan pola pengasuhan
permisif dan otoriter memiliki pencapaian perkembangan ketrampilan mendengar
dan berbicara yang sama. Perkembangan bahasa anak sesuai dengan tahapan
usianyan. Akan tetapi, ketika berbicara anak seringkali menggunakan kata-kata
kasar dan tidak sopan. Hal ini dikarenakan orang tua dengan pola pengasuhan
permisif dan otoriter memberikan kebebasan kepada anak untuk berbicara
sebanyak yang mereka inginkan tanpa adanya batasan waktu dan kontrol yang
diberikan sangat rendah. Perkembangan sosial emosional anak usia 0-3 tahun
yang diasuh dengan pola pengasuhan permisif dan otoriter memiliki kesamaan.
masa ini harusnya anak dapat berbagi tanpa harus membujuk, akan tetapi anak
dengan pola pengasuhan permisif dan otoriter mengalami kesulitan untuk berbagi.
Anak hanya mau berbagi apabila dibujuk. Secara emosional anak memang sudah
sesuai dengan tahapan usianya. Akan tetapi, pengungkapan emosi anak ketika
marah berlebihan seperti menangis, menjerit, membanting badannya, memukul,
dan tidak mau dipegang orang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan pola pengasuhan
orang tua bagi perkembangan kecerdasan linguistik anak usia (0-3 tahun), dan (2)
mendeskripsikan pola pengasuhan orang tua bagi perkembangan sosial emosional
anak usia (0-3 tahun). Adapun populasi orang tua anak usia dini yaitu ayah dan
ibu, anak usia 0-3 tahun, dan anggota keluarga yang tinggal bersama dengan anak
usia 0-3 tahun. Jumlah keluarga yang menjadi informan dalam penelitian ini
adalah empat keluarga. dilakukan di Dusun Plabuhan, Desa Plabuhan Rejo,
Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara,
observasi dan dokumentasi. Setelah data terkumpul maka dilakukan analisis data
meliputi reduksi data, display data, dan verifikasi. Untuk uji keabsahan data
peneliti menggunakan kredibilitas dengan triangulasi dan member check, disamping itu juga dilakukan, dependabilitas, konfirmabilitas dan transferabilitas
terhadap proses dan hasil penelitian.
Sejalan dengan penelitian di atas Nurhidayah, S. (2008) melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Ibu Bekerja dan Peran Ayah dalam
dirumuskan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara ibu bekerja dan
peran ayah dalam coparenting terhadap rendahnya prestasi belajar anak. Hal yang terjadi justru sebaliknya, peran orang tua terutama ayah dalam coparenting
berperan penting dalam memotivasi anak untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Meskipun ibu banyak menghabiskan waktunya dengan bekerja di luar rumah,
akan tetapi seorang ayah dapat berperan lebih dalam pengasuhan anak dengan
melibatkan diri sepenuhnya dalam coparenting dengan model atau bentuk pola asuh yang disesuaikan dengan perkembangan anak.
Hal yang terdapat di atas menunjukkan bahwa sebagai orang tua, ayah
dan ibu tetap memiliki peran dan tanggung jawab yang besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan putra-putrinya. Mengingat besarnya
permasalahan yang dihadapi anak dalam masa pertumbuhan dan
perkembangannya maka sudah sewajarnya jika para orang tua memberikan
perhatian, bimbingan, dan pengawasan yang lebih optimal kepada anak-anaknya.
Langkah per-tama yang sebaiknya dilakukan para orang tua dalam menerapkan
pola asuh dan membantu pencapaian prestasi akademik anak dalam belajar adalah
mencari dan menemukan data sebanyak-banyaknya tentang berbagai hal yang
dapat dijadikan pedoman dan acuan dalam menerapkan pola asuh dan bimbingan
kepada anak, sehingga mereka benar-benar akan tumbuh dan berkembang menjadi
manusia dewasa yang mandiri dan berprestasi serta memiliki tanggung jawab
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana
pengaruh ibu bekerja dan peran ayah dalam coparenting terhadap prestasi belajar
anak? Pertanyaan tersebut menjadi dasar adanya sebuah asumsi yang menyatakan
bahwa dampak dari ibu-ibu yang bekerja di luar rumah memiliki korelasi terhadap
peran ayah dalam coparenting yang salah satunya ditandai dengan menurunnya prestasi akademik anak-anak di sekolah. Hal ini berarti bahwa dengan bekerjanya
ibu di luar rumah, di samping prestasi belajar anak di sekolah akan menjadi lebih
rendah juga berdampak pada bergesernya peran ayah dalam pengasuhan yang
pada kelanjutannya akan berpengaruh pula pada perkembangan prestasi belajar
anak di sekolah. Adapun populasi yang diguna-kan dalam penelitian ini adalah
para ibu dan ayah yang beradab di Kota Bekasi. Sebagai subyek penelitian-nya,
peneliti menggunakan sampling para ibu dan ayah serta pasangan suami isteri
yang bekerja di Universitas Islam ”45” (UNISMA) Bekasi dengan ketentuan telah
memiliki putra/putri yang telah atau sedang menempuh pendidikan for-mal
minimal tingkat sekolah dasar. 27 orang yang memenuhi syarat dan dibulatkan
menjadi 25 orang yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini. Adapun alat
yang digunakan untuk mengumpul-kan data tersebut, di samping dengan
melakukan pengamatan atau obser-vasi juga dilakukan melalui deep interview. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif karena bersifat fenomenologis,
yaitu berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berpikir maupun
perilaku-nya.
Vuorinen (2010) melakukan penelitian dengan judul “Supporting
adalah untuk menganalisis dan mendiskusikan guru prasekolah untuk mendukung
setiap orang tua dalam profesi mereka. Pertanyaan ditangani adalah; apa jenis
pendekatan yang mendukung guru-guru prasekolah berlatih untuk memperkuat
orang tua dalam peran orang tua? kerangka teoritis guru prasekolah digunakan
saat mendukung orang tua dalam peran orang tua mereka? Hasil, berdasarkan
wawancara dengan 30 guru prasekolah di Swedia, menunjukkan bahwa guru
prasekolah berpartisipasi berbagi ambisi untuk mendukung dan memperkuat
orang tua dalam peran mereka. Untuk melakukan praktek guru prasekolah dan
penggunaan pendekatan yang berbeda - teambuilding- tersebut, reflective- itu, Expert-, delimited- dan pendekatan personal. Pendekatan yang digunakan dalam praktek bagaimanapun selalu melayani tujuan mereka, tetapi sebaliknya, guru
prasekolah dapat melemahkan orang tua 'self-efficacy. Pendekatan yang berbeda juga menunjukkan bahwa guru prasekolah tidak selalu "memberitakan karena
mereka mengajar", menggunakan perspektif teoritis yang berbeda dalam
kolaborasi mereka dengan orang tua seperti yang mereka lakukan di praktek
mereka sendiri di prasekolah. Hasil dari penelitian ini adalah penting untuk
mencapai yang lebih dalam memahami faktor-faktor yang mendasari, seperti
pandangan yang berbeda dari anak-anak, di prasekolah dan Kolaborasi rumah.
Kemudian Dewi (2009) melakukan penelitian dengan judul “Persepsi
Anak Mengenai Keluarga di Surakarta”. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah persepsi anak
Subyek dalam penelitian ini adalah 55 anak dengan usia sekolah dasar.
Pengambilan data menggunakan metode proyektif dengan teknik konstruksi yang
menghasilkan cerita dan kuesioner terbuka. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan teknik analisis isi.
Dengan demikian Maryaningtyas (2013) melakukan penelitian dengan
judul “Persepsi Anak Mengenai Orangtua dan Keluarga dari Orangtua Bercerai”.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Tujuan ini bertujuan untuk mengetahui
persepsi anak mengenai orangtua dan keluarga dari orangtua bercerai. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode proyektif. Subjek dalam
penelitian ini adalah 9 anak yang berada pada masa pertengahan dan akhir
anak-anak. Pengambilan data menggunakan laporan CTA dengan teknik analisis
tematik.
Lima jenis penelitian yang relevan dengan skripsi peneliti, analisa
mengenai kelima penelitian dan hubungannya dengan penelitian ini,
keterkaitannya dengan topik pada penelitian tersebut terdapat pada pola asuh
orang tua dan kondisi anak saat orang tua memberi kebiasaan dalam
mengasuhnya. Pada dasarnya anak untuk dapat berkembang sesuai dengan
usianya, maka orang tua harus memahami pola asuh yang seperti apa yang cocok
untuk diterapkan pada anak. Perkembangan akademik dan non akademik anak
dalam kehidupan sehari-hari lebih tergantung pada orang tua dibandingkan
dengan guru, karena orang tua waktu untuk bertemu dengan anak lebih banyak
sedangkan guru bertemu dengan anak waktu hanya sedikit dan itupun dibatasi.
harus mendapatkan perhatian yang utuh dari orang tua, karena anak sekolah dasar
masih membutuhkan kehadiran orang tua dalam setiap perkembangan dan
kebutuhan sehari-hari pada dirinya.
Berikit adalah bagan literature map dari penelitian-penelitian yang relevan
bagan 1.3
C. Kera
C. Kerangka Berpikir
Ketika seseorang telah mencapai usia dewasa kemudian dia memutuskan
untuk menikah maka akan terjadi perubahan peran dari seorang anak berubah
menjadi suami atau istri. Ketika sepasang suami istri memiliki anak maka peran
mereka pun berganti menjadi orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk
mengasuh, merawat, dan mendidik anak agar anak berkembang sesuaui usianya.
Orang tua juga harus memberikan contoh perilaku yang baik dan pantas bagi
anak-anaknya. Hal ini disebabkan orang tua khususnya, dalam ruang lingkup
keluarga merupakan media awal dari satu proses sosialisasi, sehingga dalam
proses sosialisasi tersebut orang tua mencurahkan perhatiannya untuk mendidik
anak-anaknya agar menjadi manusia baik. Teori besar yang melandasi penelitian
tesebut dalam mendidik anak, terdapat berbagai macam bentuk pola asuh yang Sodiyah dan Sucahyono (2013) “Pola
Pengasuhan Orang Tua bagi Perkembangan Kecerdasan Linguistic dan Sosial Emosional Anak Usia Dini (0-3 tahun)”.
Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh
Orang Tua.
Nurhidayah, S. (2008) “Pengaruh Ibu Bekerja dan Peran Ayah dalam Coparenting terhadap Prestasi Belajar Anak”.
Vuorinen (2010) “Supporting Parents in their
Parental Role – Approaches Practiced by
Preschool Teachers in Preschool”.
Vuorinen (2010) “Supporting Parents in their Parental
Role – Approaches Practiced by Preschool Teachers in
Preschool”.
bisa dipilih oleh orang tua. Pengasuhan atau sering disebut pola asuh berarti
bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan
mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan,
hingga kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh
masyarakat pada umumnya (Djamarah, 2014).
Hasil pembahasan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli, maka
peneliti berpendapat mengenai pola asuh orang tua memberikan dampak yang
baik untuk perkembangan anak dalam akademik maupun non akademik. Orang
tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan anak sekolah
dasar dalam pembentukan karakter anak. Setiap orang tua memiliki pola asuh
yang berbeda beda, dan hal ini akan menentukan hasil akhir dari karakter anak.
Ada beberapa orang tua yang senang memaksakan kehendaknya mereka
cenderung otoritarian dan membatasi gerak anak, anak tidak bebas memilih harus
sesuai pilihan orang tua. Ada juga orang tua yang cenderung permisif atau terlalu
membebaskan anak, anak cenderung seenaknya namun menjadi kurang
bertanggung jawab. Ada pula yang lebih otoritatif, yaitu orang tua
menggabungkan antara pola asuh otoritarian dan permisif yang biasa disebut
dengan pola asuh otoritatif. Disini orang tua tidak terlalu mengekang dan tidak terlalu membebaskan. Anak diberi kebebasan namun tetap diawasi dan diberi
tanggung jawab. Anak bisa menentukan pilihannya namun tetap didiskusikan
dengan orang tua dandicarikan jalan yang terbaik.
Relasi antara orang tua dan anak yang baik akan menumbuhkan persepsi
akan merasa dirinya diterima dan dihargai oleh orang tuanya yang tidak sekedar
menutut atau memaksakan kehendak namun lebih mengakui hak-hak mereka
sebagai anak. Dengan demikian anak ketika sudah memiliki pemikiran yang
positif terhadap pola asuh orang tua, maka anak pun akan merasa nyaman saat
orang tua mengasuh kehidupan sehari-hari dan anak juga tidak merasa dibatasi
akan mengembangkan apa yang menajadi perkembangan karakter anak pada
setiap usiannya. Dari uraian di atas jelas terdapat relasi antara persepsi terhadap
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang metodologi penelitian yang
meliputi jenis penelitian yang digunakan yaitu : jenis penelitian, setting penelitian,
instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan desain
penelitian.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian jenis kualitatif tipe studi kasus.
Penelitian kulitatif studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang
individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya
dalam waktu tertentu. Peneliti dalam berproses melakukan penelitian dengan jenis
kualitatif tipe studi kasus tersebut mendalami pada individu yang sedang
digunakan sebagai subyek (Gunawan, 2013).
Penelitian ini menggunakan tipe studi kasus dengan tujuan untuk
memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah hasil observasi dan
wawancara tentang persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua. Studi kasus
mengetahui data selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori. Sebagaimana
prosedur perolehan data penelitian kualitatif, data studi kasus diperoleh dari
1. Narasumber
Objek penelitian adalah fokus atau sasaran penelitian. Dalam skripsi ini
yang menjadi fokus penelitian yaitu “Persepsi Anak Terhadap Pola Asuh Orang
Tua”. Subyek penelitian dengan jumlah dua anak berusia 11tahun. Jenis kelamin
anak perempuan, dan anak kelas V SD Shanta Maria 1 (SD Samaran).
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil responden anak berusia 11
tahun pada kelas lima sekolah dasar, dengan jumlah dua anak yang kedua orang
tuanya sama-sama bekerja dan kurang mempunyai waktu untuk berkumpul
dengan anak.
Anak yang menjadi subyek penelitian bernama Mawar dan Melati,
mereka memiliki masing-masing karakteristik yang berbeda. Mawar memiliki
karakteristik tegas dalam menanggapi percakapan dengan orang lain, dalam
bidang akademik Mawar termasuk siswa di kelas V pandai, karena setiap
penerimaan rapor dia mendapatkan peringkat I, dalam segi Bahasa Mawar lebih
bisa menerapkan etika ketika berbicara dengan teman dan orang yang lebih
dewasa. Sikap sehari-hari saat di sekolah cenderung pendiam. Sedangkan Melati
memiliki karakteristik lembut dalam menanggapi percakapan dengan orang lain,
dalam bidang akademik Melati termasuk siswa di kelas V pandai, karena setiap
penerimaan rapor dia mendapatkan peringkat II, dalam segi Bahasa Melati lebih
bisa menerapkan ketika berbicara dengan teman dan orang yang lebih dewasa.
Sikap sehari-hari saat di sekolah cenderung aktif. Mawar dan Melati pada bidang
selalu bersaing. Mawar dan Melati kedua orang tuanya sam-sama bekerja
berangkat pagi pulang di sore hari.
Penelitian di lakukan di SD Shanta Maria 1 (SD Samaran) Catur
Tunggal, Depok Seleman, karena berdominan orang tua sama-sama sibuk
dengan pekerjaannya, berangkat pagi dan pulang sore. Hal tersebut dikarenakan
model bekerja orang tua mengenal kerja model target. Berdasarkan hasil survey, dapat dilihat bahwa sebenarnya anak di SD Shanta Maria 1 (SD Samaran) ini,
jika setiap hari ada waktu untuk berkumpul dengan orang tua dalam kehidupan
sehari-hari anak merasa ada yang menemani disaat anak membutuhkan waktu
bersama orang tua.
Peneliti memilih SD Shanta Maria 1 (SD Samaran) sebagai tempat
penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, karena peneliti melihat
dengan kasat mata bahwa berdominan orang tua sama-sama sibuk dengan
pekerjaannya dan berangkat pagi bisa saja pulang sore, hal ini dapat dilihat
ketika orang tua menjemput anak terlambat dan anak sering bercerita dengan
peneliti ketika ditanya kenapa harus menunggu jemputan orang tua sampai lama.
Kedua, peneliti telah melakukan wawancara dengan guru kelas V mengenai
kondisi siswa dan hubungan keluarga. Ketiga, peneliti terlibat secara langsung
dalam bertanya kepada dua anak yang digunkan untuk fokus penelitian tersebut.
Pertimbangan yang digunakan oleh peneliti dalam menentukan dua anak
yaitu Mawar sama Melati dari sekian teman yang ada di kelas V, mereka berdua
sudah mampu merefleksikan pola pengasuhan dari masing-masing orang tuanya.
2. Waktu dan lokasi penelitian
a. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014 s/d Oktober 2014.
b. Lokasi Penelitian
a) Penelitian dilakukan di SD Shanta Maria 1 (SD Samaran) Catur Tunggal,
Depok Seleman.
b) Rumah subyek pertama tepatnya di Jalan Bango Selatan, Jomogaten No.400.
c) Rumah subyek kedua tepatnya di jalan Merah, Blok i, No.200 a, Catur
Tunggal Sleman.
3.1 Identitas Narasumber
Nama Kelas Usia
Mawar Gloria Deo V 11 tahun
Melati Merry Sedayu V 11 tahun
C. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang dimaksud adalah alat yang dipakai
oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Alat yang dipakai antara lain alat
Melati dan Mawar, lembar pengamatan observasi dan lembar pedoman
wawancara.
Handphone peneliti gunakan saat melakukan wawancara dengan anak. Kamera digunakan untuk mengambil gambar saat peneliti melakukan observasi di
rumah anak. Sedangkan lembar pengamatan observasi peneliti gunakan sebagai
pedoman supaya terarah saat peneliti melakukan observasi di rumah anak. Lembar
pedoman wawancara peneliti gunakan saat melakukan wawancara dengan anak
supaya pertanyaan yang peneliti gunakan anak tidak bingung dan pertanyaan yang
disampaikan peneliti pada anak terarah dengan baik.
Panduan pola asuh orang tua yang digunakan sebagai indikator dalam
penelitian ini disusun berdasarkan teori Baumrid (2009: 404-407).Teori tersebut
mengatakan bahwa terdapat tiga cara untuk mengetahui pola asuh orang tua
terhadap anak. Cara-cara tersebut adalah kontrol orang tua terhadap anak,
komunikasi antara orang tua dan anak, serta tuntutan orang tua terhadap anak agar
menjadi matang. Berikut adalah panduan wawancara yang disusun berdasarkan
teori Baumrid (2009: 404-407).
Kisi-Kisi Wawancara untuk Anak tentang Pola Asuh Orang Tua
Tabel 3.1
Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan
Kontrol Orang
Tua terhadap
Anak
Disiplin Metode pembentukan
karakter serta
pengajaran kontrol
Apa yang kamu
lakukan di pagi hari
diri dan perilaku
yang dianggap
pantas.
Kegiatan apa saja yang
kamu lakukan setelah
pulang dari sekolah?
Apa yang dilakukan
orang tuamu ketika
kamu melakukan
kesalahan?
Apa yang orang tuamu
lakukan saat kamu
belajar?
Hukuman
fisik
Penggunaan kekuatan
fisik dengan tujuan
agar anak merasakan
rasa sakit untuk
memperbaiki atau
mengontrol perilaku
anak tetapi tidak
mencederai.
Bagaimana reaksi
orang tuamu ketika
kamu lupa untuk
merapikan tempat
mengancam
mengusir anak.
Komunikasi Pemberian
kasih
sayang
Dapat berbentuk
mengabaikan isolasi,
atau menunjukan
ketidaksukaan
kepada anak.
Apa pekerjaan orang
tuamu?
Apa pendapatmu
tentang pekerjaan
orang tua?
Apa saja yang
dilakukan orang tuamu
ketika berada di
rumah?
Siapa yang memenuhi
kebutuhan
sehari-harimu?
Apakah yang
dilakukan orang tuamu
Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan
belajar?
Bagaimana cara orang
tuamu mengingatkan
agar kamu belajar?
Siapa yang
membantumu
mengerjakan PR jika
kamu merasa kesulitan
untuk menjawabnya?
Apa yang dilakukan
oleh orang tuamu saat
kamu berhasil atau
mendapatkan nilai
baik?
Kegiatan apa saja yang
kamu lakukan di luar
rumah?
Apakah kamu bercerita
sehari-Komponen Aspek Deskripsi Pertanyaan
Aturan-aturan apa saja
yang diterapkan di
rumahmu?
Bagaimana tanggapan
orang tuamu ketika
kamu pergi tanpa izin?
Panduan pola asuh orang tua yang digunakan sebagai indikator dalam
penelitian ini disusun berdasarkan teori Baumrid (2009: 404-407).
Teori tersebut mengatakan bahwa terdapat tiga cara untuk mengetahui
pola asuh orang tua terhadap anak. Cara-cara tersebut adalah kontrol orang tua
terhadap anak, kejelasan komunikasi antara orang tua dan anak, serta tuntutan
orang tua terhadap anak agar menjadi matang. Berikut adalah panduan obserrvasi
yang disusun berdasarkan teori Baumrid (2009: 404-407).
Tabel Kisi-Kisi Observasi untuk Anak tentang Pola Asuh Orang Tua
Tabel 3.2
Komponen Aspek Deskripsi Item Observasi
Kontrol
Orang Tua
terhadap
Anak
Disiplin Metode pembentukan
karakter serta
pengajaran kontrol
diri dan perilaku
yang dianggap
Kegiatan yang
dilakukan di pagi hari
setelah bangun tidur.
Kegiatan yang
pantas. pulang sekolah.
Perilaku yang dilakukan
orang tua ketika anak
melakukan kesalahan.
Perilaku yang
ditunjukkan oleh orang
tua saat anak belajar..
Hukuman
fisik
Penggunaan kekuatan
fisik dengan tujuan
agar anak merasakan
rasa sakit untuk
memperbaiki atau
mengontrol perilaku
anak tetapi tidak
mencederai.
Reaksi orang tua ketika
anak lupa merapikan
tempat tidur.
Penonjolan
kekuasaan
Menghentikan atau
menekankan perilaku
yang tidak diinginkan
melalui kontrol orang
tua yang dilakukan
Sikap orang tua ketika
anak mendapatkan nilai
Komponen Aspek Deskripsi Item Observasi
secara verbal atau
fisik; dalam hal ini
termasuk meminta,
ancaman, penarikan
hak-hak, memukul,
atau bentuk hukuman
lainnya.
Sikap orang tua ketika
mengetahui anak
berkata bohong. Agresi
psikologis
Serangan verbal yang
dapat menyebabkan
kerugian psikologis,
seperti berteriak
(bentuk yang paling
umum), mengumpat,
mengejek,
mengancam akan
memukul, atau
mengancam
mengusir anak.
Komunikasi Pemberian
kasih
sayang
Dapat berbentuk
mengabaikan isolasi,
atau menunjukan
Pekerjaan dan kegiatan
yang dilakukan orang
ketidaksukaan
kepada anak.
Kegiatan yang
dilakukan orang tua
ketika berada di rumah.
Orang tua memenuhi
kebutuhan
sehari-harimu.
Tindakan yang
dilakukan orang tua saat
anak tidak mau belajar.
Cara orang tua
mengingatkan agar anak
belajar.
Orang yang membantu
mengerjakan PR jika
anak merasa kesulitan
untuk menjawabnya.
Sikap dan tindakan yang
dilakukan orang tua jika
sesuai
usianya)
penalaran anak. dan tetangga di
lingkungan sekitar.
Aturan-aturan yang
diterapkan di rumah.
Tanggapan orang tua
ketika anak pergi tanpa
izin.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari pengamatan, baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi, subyek maupun obyek
yang sedang dipakai untuk pengamatan, baik dalam situasi khusus maupun dalam
situasi yang dalam pembahasan peneliti.
Metode ini peneliti lakukan dengan cara bertemu secara langsung pada
anak dan minta izin pada orang tua yang bersangkutan yang sedang dijadikan
fokus penelitian, mengamati, aktivitas anak saat berada di rumah dari pulang
sekolah sampai sore hari ketika orang tua anak pulang dari kerja. Tidak lebih dari
delapan jam selama empat hari peneliti mengamati aktivitas anak saat berada di