SKRIPSI
Oleh: Vina Fitr iawati 0913010008/FE/EA
Kepada
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pr ogram Studi Akuntansi
Oleh: Vina Fitr iawati 0913010008/FE/EA
Kepada
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
Disusun Oleh : Vina Fitriawati 0913010008/FE/AK
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh
Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pada tanggal 22 Februari 2013
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Rina Mustika, SE, MM Drs. Ec. Saiful Anwar, M.Si
NIP. 369029500481 NIP.195803251988031001
Sekretaris
Rina Mustika, SE, MM NIP. 369029500481 Anggota
Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks NIP. 196610111992032001
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Dekan Fakultas Ekonomi
rahmat dan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul “PENGARUH KINERJ A PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PERUSHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka akan sulit bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Sehubungan dengan hal itu, maka dalam kesempatan istimewa ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung kelancaran penulisan skripsi baik berupa dukungan, do’a maupun bimbingan yang telah diberikan. Secara khusus penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terima kasih pada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Dr. Hero Priono, M.Si, Ak., selaku Ketua Program Studi Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.
6. Ibu Rina Mustika, SE, MM selaku dosen pembimbing yang membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi.
7. Dosen-dosen Program Studi Akuntansi yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak, Ibu, Adek Yuni dan semua keluarga besar, terima kasih atas do’a serta dorongannya baik moril maupun materi.
9. Keponakanku tercinta, Salsabilah yang setia menghibur selama pengerjaan skripsi ini.
10.Sahabatku tercinta Yeni, Unun, Mita, Eny, Chikita, dan Rosidah atas saran dan bantuannya dalam pengerjaan skripsi ini.
11.Serta bantun dan dukungan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Surabaya,22 Februari 2013
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 8
1.3Tujuan Penelitian ... 8
1.4Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori ... 12
2.2.1. Laporan Keuangan ... 12
2.2.2. Pengertian Laporan Keuangan ... 12
2.2.3. Jenis-jenis Laporan Keuangan ... 13
2.2.4. Tujuan Laporan Keuangan ... 14
2.2.5. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan ... 16
2.2.6. Pemakai Laporan Keuangan ... 17
2.3. Pengungkapan (Disclosure) ... 19
2.4. Kinerja Perusahaan... ... 26
2.4.1. Kinerja Perusahaan ... 25
2.4.2. Rasio Likuiditas ... 26
2.4.3. Rasio Solvabilitas... 26
2.4.4. Rasio Profitabilitas ... 27
2.4.5. Ukuran Perusahaan ... 27
2.5. Kerangka Pikir ... 28
2.5.1. Pengaruh kinerja perusahaan yang berupa Likuiditas Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan ... 28
2.5.2. Pengaruh kinerja perusahaan yang berupa Solvabilitas/Leverage Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan 29 2.5.3. Pengaruh kinerja perusahaan yang berupa Profitabilitas Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan ... 29
2.5.4. Pengaruh kinerja perusahaan yang berupa Ukuran Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkpan Laporan Keuangan 30
2.6. Hipotesis ... 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32
3.1.1 Definisi Operasional ... 32
3.3.2. Sumber Data ... 38
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 39
3.4.1. Uji Normalitas ... 39
3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 41
3.4.3 Teknik Analisis ... 42
3.4.4 Uji Hipotesis ... 43
3.4.4.1 Uji Kesesuaian Model (Uji F) ... 43
3.4.4.2 Uji t ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 45
4.1.1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ... 45
4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan Sampel ... 47
4.1.2.1 PT. Polychem Indonesia Tbk ... 47
4.1.2.2 PT. Astra Otoparts Tbk ... 49
4.1.2.3 PT. Gajah Tunggal Tbk ... 50
4.1.2.4 PT. Indospring Tbk ... 51
4.1.2.5 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk ... 51
4.1.2.6 PT. Nipress Tbk ... 52
4.1.2.12 PT. Selamat Sempurna Tbk ... 59
4.1.2.13 PT. Tunas Ridean Tbk ... 60
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 60
4.2.1. Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan (Y) ... 60
4.2.2. Rasio Likuiditas (X1) ... 62
4.2.3. Rasio Solvabilitas (X2) ... 63
4.2.4. Rasio Profitabilitas (X3) ... 65
4.2.5 Ukuran Perusahaan (X4) ... 66
4.3. Uji Kualitas Data... 68
4.3.1. Uji Normalitas ... 68
4.4. Uji Asumsi Klasik ... 69
4.4.1. Uji Heteroskedatisitas ... 69
4.4.2. Uji Multikolinieritas ... 70
4.4.3. Hasil Uji Autokolerasi ... 71
4.5. Analisis Regresi Linier Berganda ... 72
4.5.1. Persamaan Regresi ... 73
4.5.2 Koefisien Determinasi (R Square) ... 75
4.5.3 Hasil Pengujian Hipotesis ... 76
4.5.3.1 Hasil Uji Kesesuaian Model ... 76
Oleh :
Vina Fitr iawati
Abstract
companies are required to provide at least the same disclosure to competitors or even exceed the disclosures made by a competitor ever before, demand is coming from the high pressure and the level of competition faced by the company, so that the existence and availability of relevant and accurate information to be very helpful and support the smooth process of investment and financing in the capital markets as well as to establish a new trust for stakeholders in decision making. Disclosure is defined as the provision of some of the information needed to operation optimally efficient capital markets. The purpose of this study is to demonstrate empirically the effect of liquidity ratios, solvency ratios, profitability ratios, and firm size on the completeness of the disclosure of financial statements of listed automotive companies on the stock exchanges of Indonesia.
The variable in this study is the liquidity ratio (X1), the solvency ratio (X2), the profitability ratio (X3), firm size (X4) and the completeness of the disclosure of financial statements (Y). The sample was 13 automotive companies listed on the Indonesia Stock Exchange in the year 2009 to 2011. While the data used are secondary data. The sampling technique used purposive sampling. The analysis method used is multiple linear regression.
Based on these results, it can be concluded that the ratio of liquidity, and the size of the company contributes to the completeness of the disclosure of financial statements. solvency ratios and profitability ratios do not contribute to the completeness of the disclosure of financial statements companies.
Oleh : Vina Fitr iawati
Abstrak
perusahaan dituntut untuk memberikan pengungkapan yang sama minimal dengan pesaingnya atau bahkan melebihi pengungkapan yang pernah dibuat oleh perusahaan pesaing sebelumnya, tuntutan ini datang dari semakin tingginya tekanan dan tingkat persaingan yang dihadapi oleh perusahaan, sehingga keberadaan dan ketersediaan informasi yang relevan dan akurat akan sangat membantu dan menunjang kelancaran proses investasi dan pendanaan di pasar modal serta dapat membentuk kepercayaan baru bagi stakeholders dalam mengambil keputusan. Pengungkapan didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasikan secara optimal dalam pasar modal yang efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris pengaruh rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan otomotif yang terdaftar di bursa efek indonesia.
Variabel dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas (X1), rasio
solvabilitas (X2), rasio profitabilitas (X3), ukuran perusahaan (X4) dan
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan (Y). Sampel penelitian ini adalah 13 perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 – 2011. Sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa rasio likuiditas, dan ukuran perusahaan memberikan kontribusi terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas tidak memberikan kontribusi terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan.
1.1. Latar Belakang Masalah
Industri komponen otomotif di Indonesia telah ada sejak tahun 1979. Dimana
pada awalnya industri komponen diarahkan untuk memasok kebutuhan
komponen industri otomotif nasional, sebagai substitusi impor. Namun dalam
perkembangannya, kini industri komponen otomotif Indonesia didorong untuk
terjun ke pasar ekspor.
Seperti diketahui, selama ini pasar komponen otomotif terbagi atas dua, yaitu:
1. Pasar komponen Original Equipment Manufacturing (OEM), yaitu pasar
komponen untuk industri perakitan kendaraan bermotor.
2. Pasar komponen Purna Jual, yaitu pasar komponen untuk pemeliharaan
kendaraan bermotor/suku cadang atau penggantian.
Perkembangan pasar komponen otomotif di Indonesia selama ini cukup baik,
terutama pasar komponen untuk purna jual. Meski bersaing dengan produk
impor, pasar komponen otomotif untuk purna jual masih sangat terbuka luas, dan
cenderung terus berkembang. Salah satu penyebabnya adalah terus bertambahnya
jumlah kendaraan bermotor (mobil) sebagai dampak dari meningkatnya angka
penjualan kendaraan bermotor di Indonesia.
Berubahnya kondisi lingkungan ekonomi banyak berpengaruh pada dunia
sahamnya kepada masyarakat (go public) melalui perdagangan di pasar modal.
Dalam melakukan aktivitas di pasar modal para pelaku pasar mendasarkan
keputusannya pada informasi yang diterimanya. Sebagai upaya untuk menarik
minat konsumen dan membentuk public image yang optimal, perusahaan dituntut
untuk memberikan pengungkapan yang sama minimal dengan pesaingnya atau
bahkan melebihi pengungkapan yang pernah dibuat oleh perusahaan pesaing
sebelumnya. Tuntutan ini datang dari semakin tingginya tekanan dan tingkat
persaingan yang dihadapi oleh perusahaan. Tekanan tersebut berasal dari
dorongan untuk mengurangi risiko yang dihadapi oleh perusahaan dalam
usahanya menampilkan diri sebagai perusahaan yang berkualitas. Oleh karena
itu, untuk dapat bersaing, perusahaan dihadapkan pada kondisi untuk dapat lebih
transparan dalam mengungkapkan informasi perusahaannya, sehingga
keberadaan dan ketersediaan informasi yang relevan dan akurat akan sangat
membantu dan menunjang kelancaran proses investasi dan pendanaan di pasar
modal serta dapat membentuk kepercayaan baru bagi stakeholders dalam
mengambil keputusan.
Penelitian ini menggunakan perusahaan otomotif. Alasan dipilihnya sektor
otomotif karena seringnya dianggap sebagai sector yang tangguh ditengah krisis,
karenaangka produksi produk-produk otomotif pada saat ini mengalami
peningkatan, permintaan pasar kendaraan kendaraan bermotor terus meningkat
seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat. Mengingat saat ini otomotif
lima tahun terahkir tumbuh lebih besar dari pertumbuhan ekonomi dan industri
manufaktur.http://www.datacon.co.id/Outlook2012Industri.html
Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan yang merupakan
bagian integral laporan keuangan. Perusahaan dianjurkan untuk menyajikan
telaahan keuangan yang menjelaskan karakteristik utama yang mempengaruhi
kinerja keuangan, posisi keuangan perusahaan dan kondisi ketidakpastian (PSAK
No. 1 Paragraf 08). Manajemen perusahaan bertanggung jawab atas penyusunan
dan penyajian laporan keuangan perusahaan (PSAK No. 1 Paragraf 06).
Sedangkan laporan tahunan merupakan laporan yang diterbitkan sekali setahun,
berisi data keuangan (laporan keuangan) dan informasi non-keuangan. selain itu
laporan tahunan merupakan media bagi manajemen perusahaan untuk
memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
laporan tahunan perusahaan antara lain investor, kreditur, pemerintah dan
masyarakat.
Ketepatan dan kelengkapan laporan keuangan merupakan unsur penting
dalam pengambilan keputusan investasi. Karakteristik kualitatif yang harus
dipenuhi dalam penyajian laporan keuangan adalah informasi harus relevan dan
andal. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini, atau masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi di
Sejauh mana informasi yang diperoleh akan sangat tergantung pada sejauh
mana tingkat pengungkapan (disclosure) dari laporan keuangan perusahaan yang
bersangkutan. Menurut Darrough (1993) dalam Simanjuntak dan Widiastuti
(2004) menyatakan bahwa pengungkapan informasi laporan keuangan dapat
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu, pengungkapan wajib dan pengungkapan
sukarela. Pengungkapan wajib adalah pengungkapan yang merupakan minimum
yang diisyaratkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Sedangkan pengungkapan
sukarela adalah pengungkapan butir-butir yag dilakukan secara sukarela oleh
perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku.
Pengungkapan (Disclosure) dalam laporan keuangan merupakan hal yang
penting untuk dilakukan. Hendrikson (2002:429) mengemukakan bahwa :
“Pengungkapan (Disclosure) didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah
informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasikan secara optimal dalam pasar
modal yang efisien. Pengertian tersempit pengungkapan, yaitu mencakup hal-hal
seperti pembahasan dan analisis manajemen, catatan kaki, dan laporan
Tabel 1.1 : Rata-r ata Pr osentase Tingkat Pengungkapan Lapor an
Keua ngan Per usahaan Otomotif Pada Tahun 2007-2011.
No. Tahun Jumlah Rata-rata Prosentase
Pengungkapan Laporan
Keuangan
1. 2007 900 69,23%
2. 2008 912,89 70,22%
3. 2009 935,48 71,96%
4. 2010 927,42 71,34%
5. 2011 948,48 72,96%
Sumber : Data Lapor an Keuangan Bur sa Efek Indonesia
Berdasarkan tabel 1.1, Rata-rata prosentase pengungkapan sukarela yang
telah diungkapkan oleh perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tahun 2007 sebesar 69,23%, pada tahun 2008 sebesar
70,22, pada tahun 2009 sebesar 71,96%, pada tahun 2010 sebesar 71,34%, dan
pada tahun 2011 sebesar 72,96%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengungkapan laporan keuangan perusahaan otomotif yang go public di bursa
efek Indonesia pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 mengalami kenaikan,
sedangkan pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 mengalami fluktuasi.
Menurut Nugraheni (2002) mengemukakan bahwa perusahaan dengan tingkat
likuiditas tinggi cenderung mengungkapan informasi yang luas, dalam Firiani
(2001) mengemukakan bahwa perusahaan dengan likuiditas rendah justru
Rasio Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar
perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas
perusahaan). (Kasmir, 2008: 130).
Rasio Likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah cash ratio (rasio
kas) perusahaan otomotif tahun 2009 sampai tahun 2011. Menurut peneliti,
alasan dipilihnya cash ratio sebagai rasio yang mewakili rasio likuiditas karena
tingkat cash ratio perusahaan otomotif dari tahun 2009 sampai tahun 2011
cenderung mengalami fluktuasi di bandingkan rasio likuiditas lainnya.
Menurut kasmir (2008: 140) apabila kondisi kas rasio terlalu tinggi maka
kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau belum
digunakan secara optimal. Sebaliknya apabila rasio kas menurun kondisinya
belum tentu baik karena untuk membayar kewajiban masih memerlukan waktu
untuk menjual sebagian dari aktiva lancar lainnya.
Rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dengan utang. Artinya
seberapa besar bebean utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan
aktivitasnya. (Kasmir, 2008: 151).
Nugraheni,dkk (2002) menyatakan semakin tinggi leverage perusahaan
semakin besar pula agency cost (untuk memenuhi kredit jangka panjang),
perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan yang lebih luas. Sedangkan
signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Rasio
yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt ratio. Sebagian besar
perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki
tingkat debt ratio yang cenderung menurun.
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditujukkan oleh laba yang dihasilkan dan
penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunanaan rasio ini
mennunjukkan efesiensi perusahaan. (Kasmir, 2008: 196)
Rasio profitabilitas dalam penelitian ini diwakili oleh Net Profit Margin
(NPM). Alasan peneliti menggunakan NPM, dikarenakan cukup pentingnya
penggunaan rasio tersebut dalam pengaruh pengungkapan laporan keuangan
tahunan. Peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Simanjuntak dan Widiastuti
(2004) mengemukakan bahwa net profit margin yang tinggi akan mendorong
manajemen untuk mengungkapkan laporan keuangan yang lebih luas.
Fitriani (2001) mengungkapkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan
maka akan semakin tinggi pengungkapannya. Peneliti terdahulu yang dilakukan
Indrayani (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan. Alasan penulis
menggunakan size perusahaan, dikarenakan cukup pentingnya penggunaan rasio
tersebut didalam luasnya pengungkapan laporan keuangan. Menurut penelitian
berpengaruh secara signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan
perusahaan otomotif yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun
2009-2011. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PENGARUH KINERJ A PERUSAHAAN
TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN LAPORAN
KEUANGAN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA ”
1.2. Per umusan Masa la h
Berdasarkan penelitian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian ini adalah “Apakah terdapat pengaruh kinerja perusahaan yang terdiri
dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan ukuran perusahaan
terhadap kelengkapan pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan
otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris
pengaruh kinerja perusahaan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
rasio profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang
diharapkan adalah:
1. Bagi Investor
Membantu investor mengetahui tingkat kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan untuk melakukan
investasi.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengembangan
wawasan di bidang pengungkapan laporan keuangan perusahaan serta
sebagai ajang ilmiah yang menerapkan berbagai teori yang diperoleh selama
perkuliahan dan membandingkannya dengan kenyataan yang ada.
3. Bagi Pembaca
Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembaca dalam rangka
pemenuhan informasi dan referensi atau bahan kajian dalam menambah
khasanah ilmu ppengetahuan khusunya tentang karakteristik perusahaan dan
pengungkapan laporan keuangan perusahaan.
2.1. Penelitia n Ter dahulu
Penelitian tentang hubungan antara karakteristik perusahaan dengan
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan telah dilakukan oleh
peneliti-peneliti sebelumnya, antara lain: Fitriani (2001) tentang “Signifikan Perbedaan
Tingkat Kelengkapan dan Kualitas Ungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan
Perusahaan Publik di Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor
yang mempengaruhi indeks pengungkapan wajib adalah ukuran perusahaan,
status perusahaan, jenis perusahaan, NPM, dan KAP. Sedangkan pengungkapan
sukarela dipengaruhi oleh variabel diatas kecuali jenis perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak dan Widiastuti (2004) tentang
“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rasio Leverage, rasio likuiditas, rasio
profitabilitas, porsi saham public, dan umur perusahaan mempengaruhi
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Alambudiarti S. (2010), tentang “Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Laporan
Keuangan pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia”.
hanya ukuran perusahaan, likuiditas, dan porsi saham public yang berpengaruh
secara signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
sedangkan leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kelengkapan
pwngungkapan laporan keuangan, secara simultan variabel bebas yaitu ukuran
perusahaan, leverage, likuiditas, dan porsi saham public menghasilkan Fhitung >
Ftabel (16,195>2,612), dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti
bahwa ukuran perusahaan, leverage, likuiditas, dan porsi saham public
berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan,
berdasarkan Uji koefisien Determinasi (R2) dibuktikan bahwa ukuran
perusahaan, leverage, likuiditas, dan porsi saham public sebesar 58,6%
sedangkan sisanya sebesar 41,4% (100%-58,6%) dipengaruhi oleh factor lain
diluar pembahasan ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Laraswita dan Indrayani (2011), tentang
“Pengaruh Karakteristik Perusahaan terhadap Kelengkapan Pengungkapan dalam
Laporan Tahunan Sektor Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik perusahaan yang
diwakili oleh tingkat profitabilitas (NPM) memiliki pengaruh signifikan terhadap
tingkat kelengkapan pengungkapan laporan tahunan perusahaan. Sedangkan
karakteristik perusahaan yang diwakili oleh tingkat solvabilitas (DER) dan
ukuran perusahaan (total aktiva) tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat
Perbedaan antara penelitian sekarang dengan terdahulu yaitu dalam hal
jumlah item yang diungkapkan, waktu penelitian, variabel yang digunakan, dan
obyek yang diteliti.
2.2. Landasan Teor i
2.2.1. Lapor an Keuangan
2.2.2. Penger tian Lapora n Keua ngan
Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari refleksi berbagai
macam transaksi yang terjadi dalam perusahaan. Transaksi yang bersifat
keuangan dicatat, digolongkan, dan diringkas secara tepat dan kemudian
ditafsirkan untuk berbagai tujuan. Berikut ini beberapa ahli dalam bidangnya
akan memberikan penjelasan mengenai pengertian laporan keuangan, sebagai
berikut:
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007), mendefinisikan:
“Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara,
misalnya: sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan
laporan keuangan. disamping itu termasuk skedul dan informasi tambahan
yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya: informasi keuangan
segmen industry dan geografis serta pengungkapan perubahan harga.”
Menurut harahap (2008:105), mendefinisikan: “Laporan Keuangan
tertentu atau jangka waktu tertentu. Bagi para analis, laporan keuangan
merupakan media yang paling penting untuk menilai yang menjadi bahan
sarana informasi bagi para analis dalam proses pengambilan keputusan.
Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil
usaha perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam
periode tertentu.”
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan
kondisi ekonomi suatu perusahaan, terutama bagi pihak eksternal dan analisis
keuangan, karena mereka mempunyai kemampuan yang terbatas untuk
melakukan pengamatan langsung ke perusahaan pembuat laporan serta
keterbatasan mendapatkan informasi mengenai situasi perusahaan serta
keseluruhan. Selain itu laporan keuangan berguna bagi para manajer untuk
mengevaluasi kebijakan yang telah mereka terapkan, dan juga bagi para
investor dan kreditur yang ingin menanamkan dananya ke perusahaan
tersebut.
2.2.3. J enis-jenis La por an Keua ngan
Laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar
Akuntansi Keuangan No. 1 (2007), terdiri dari:
a. Neraca, Menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada satu tanggal
b. Lapor an La ba Rugi, Ringkasan aktivitas usaha perusahaan untuk
periode yang melaporkan hasil usaha bersih atau kerugian yang timbul
dari kegiatan yang timbul dari kegiatan usaha dan kegiatan lainnya.
c. Lapor an Per ubahan Ekuita s, Laporan yang menunjukkan perubahan
ekuitas perusahaan yang menggambarkan peningkatan atau penurunan
aktiva bersih atau kelayakan selama periode pelaporan.
d. Lapor an Ar us Ka s, Laporan yang menunjukkan penerimaan dan
pengeluaran kas dalam aktivitas perusahaan tersebut diklasifikasikan
menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan.
e. Catatan atas Lapora n Keuangan, Memberikan penjelasan mengenai
gambaran umum perusahaan, ikhtisar kebijakan akuntansi, penjelasan
pos-pos laporan keuangan, dan informasi penting lainnya.
2.2.4. Tujuan Lapora n Keua ngan
Tujuan laporan keuangan merupakan dasar awal dari struktur teori
akuntansi. Laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi
keuangan kepada pemakainya untuk dipakai dalam proses pengambilan
keputusan.
Adapun menurut Harahap (2008:120), tujuan laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu
perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh
laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai
laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan
laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan
dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi
mengenai aktivitas pembiyaan dan investasi
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan
pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang
dianut perusahaan.
b. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Menurut SAK No.1, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
Berdasarkan pembahsan diatas mengenai tujuan laporan keuangan,
maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan bertujuan untuk
memberikan informasi keuangan mengenai posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan, terutama informasi laba
rugi dan komponennya yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga
harus dapat memberikan informasi tentang tanggungjawab manajemen
perusahaan terhadap pengelolaannya kepada pemilik atas pengguna
sumber kekayaan yang telah sipercayakan kepadanya.
2.2.5. Ka rakter istik Kualitatif Lapor an Keuangan
Karakteristik merupakan cirri khas yang membuat informasi laporan
keuangan berguna bagi pemakai.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan No.1 (2007) terdapat empat
karakteristik pokok yaitu:
1. Dapat Dipahami
Dalam hal ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta
kemampuan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
kualitas relevan kalau dapatmempengaruhi keputusan ekonomi pemakai
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini,
atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di
masa lalu.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi
memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian
yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat Diperbandingakan
Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan. oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan
dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara
konsisten untuk perushaan tersebut, antarperiode perusahaan yang sama
dan untuk perusahaan yang lain.
2.2.6. Pemakai La por an Keuangan
Para pemakai laporan keuangan beserta kegunaannya dapat dilihat dari
penjelasan berikut:
Pemerintah atau lembaga pengatur sangat membutuhkan laporan
keuangan karena ingin mengetahui apakah perushaaan telah mengikuti
peraturan yang telah ditetapkan. Laporan keuangan dapat memberikan
informasi apakah perusahaan telah menaati standar laporan yang telah
ditetapkan atau belum. Jika belum maka lembaga ini dapat memberikan
teguran atau sanksinya.
b. Kreditur
Pemasok dan kreditur lainnya tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo.
c. Investor
Investor, berkepentingan risiko yang melekat serta hasil pengembangan
dari investasi yang investor lakukan.
d. Karyawan
Karyawan dan serikat pekerja perlu mengetahui informasi mengenai
stabilitas, profitabilitas perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan
untuk menetapkan apakah ia masih terus bekerja atau pindah.
e. Masyarakat Umum
Masyarakat umum yang dimaksud seperti Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), peneliti, akademis ataupun lembaga peringkat. Bagi Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), laporan keuangan dibutuhkan untuk menilai
Bagi peneliti maupun akademis, laporan keuangan sangat penting sebagai
data primer dalam melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang
berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan.
2.3. Pengungkapan (Disclosure)
2.3.1. Penger tian Pengungkapan
Pengungkapan (Disclosure) dalam laporan keuangan merupakan hal yang
penting untuk dilakukan. Para ahli akan menjelaskan mengenai pengertian
pengungkapan sebagai berikut:
Hendrikson (2002:429) mengemukakan bahwa : “Pengungkapan
(Disclosure) didefinisikan sebagai penyediaan sejumlah informasi yang
dibutuhkan untuk pengoperasikan secara optimal dalam pasar modal yang
efisien. Pengugkapan, pengertian tersempit pengungkapan, yaitu mencakup
hal-hal seperti pembahasan dan analisis manajemen, catatan kaki, dan laporan
pelengkap.”
Suwarjono (2006: 578) menjelaskan bahwa: “Pengungkapan merupakan
bagian integral dari pelaporan keuangan. secara teknis pengungkapan
merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu penyajian informasi
dalam bentuk seperangkat penuh statement keuangan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengungkapan
merupakan suatu penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan
Informasi yang diungkapkan harus berguna, lengkap, jelas, menggambarkan
secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi, dan tidak membingungkan
pemakai laporan keuangan dalam membantu pengambilan keputusan
ekonomi.
2.3.2. Tujuan Pengungkapan
Tujuan pengungkapan yang lengkap atas laporan keuangan adalah agar
dapat menggambarkan kejadian ekonomi yang mempengaruhi perusahaan dan
agar laporan keuangan yang dihasilkan tidak menyesatkan.
Menurut Belkaoui (2006:338), terdapat lima tujuan pengungkapan yaitu:
1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan memberikan pengukuran
yang relevan bagi item-item tersebut, selain pengukuran yang digunakan
dalam laporan keuangan.
2. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan menyediakan pengukuran
yang bermanfaat bagi item-item tersebut.
3. Untuk memberikan informasi yang akan membantu investor dan kreditor
menilai resiko dan potensial dari item-item yang diakui dan tidak diakui.
4. Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan para
pengguna laporan keuangan untuk melakukan perbandingan dalam satu
tahun dan di antara beberapa tahun
5. Untuk memberikan informasi mengenai aliran kas masuk dan keluar di
Semakin luasnya pengungkapan yang dilakukan, maka laporan keuangan
perusahaan tersebut akan semakin handal. Oleh karena itu sangatlah penting
sebuah perusahaan untuk melakukan pengungkapan.
2.3.3. Luas Pengungkapa n
Keluasan pengungkapan adalah salah satu bentuk kualitas pengungkapan.
Menurut Fitriani (2001), kualitas tampak sebagai atribut-atribut yang penting
dari suatu informasi akuntansi. dengan kata lain bahwa tingginya kualitas
informasi akuntansi sangat berkaitan dengan tingkat kelengkapan
pengungkapan.
Kebutuhan banyaknya informasi yang perlu diungkapkan tergantung pada
keahlian pembaca laporan keuangan tetapi informasi juga harus memenuhi
criteria pengungkapan, (Hendrikson, 2002:432). Kriteria pengungkapan
tersebut antara lain:
a. Pengungkapan Memadai (Adequate Disclosure)
Pengungkapan minimum yang disyaratkan oleh peraturan yang berlaku,
dimana angka-angka yang disajikan dapat diinterprestasikan dengan
benar oleh investor.
b. Pengungkapan Wajar (Fair Disclosure)
Pengungkapan yang wajar secara tidak langsung merupakan tujuan etis
agar memberikan perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan
c. Pengungkapan Penuh (Full Disclosure)
Pengungkapan penuh menyangkut kelengkapan penyajian informasi yang
diungkapkan secara relevan.
Yang paling banyak digunakan dari ketiga pengungkapan ini adalah
pengungkapan yang memadai, tetapi pengungkapan ini menyiratkan jumlah
pengungkapan minimum yang sejalan dengan tujuan negative membuat
laporan tersebut tidak menyesatkan. Wajar dan lengkap merupakan konsep
yang lebih positif. Tetapi pengungkapan informasi yang signifikan bagi
investor serta pihak-pihak lainnya seharusnya memadai, wajar, dan lengkap
(Hendrikson, 2002:432).
Pengungkapn (disclosure) yang disampaikan oleh perusahaan dapat dibagi
menjadi dua macam tipe, yaitu:
1. Pengungkapan Wajib (Mandatory disclosure)
Pengungkapan wajib (Mandatory disclosure) merupakan pengungkapan
informasi yang diharuskan oleh peraturan yang berlaku, dalam hal ini
adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal.
(BAPEPAM).
2. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure)
Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) yaitu pengungkapan yang
dilakukan secara sukarela oleh perusahaan publik. Pengungkapan sukarela
tertentu untuk menyampaikan informasi yang relevan kepada pengguna
laporan keuangan terkait dengan aktivitas-aktivitas perusahaan.
Peraturan mengenai pengungkapan informasi dalam laporan tahunan di
Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah, yaitu melalui keputusan ketua
BAPEPAM Nomor Keputusan-17/PM/1995 yang selanjutnya diubah
melalui keputusan ketua BAPEPAM Nomor Keputusan-38/PM/1996
kemudian diubah dengan keputusan BAPEPAM Nomor SE-02/PM/2002.
Peraturan lama hanya berlaku bagi perusahaan kecil, sedangkan peraturan
yang baru berlaku bagi semua perusahaan yang telah melakukan
penawaran umum dan perusahaan publik.
2.3.4. Pengungkapa n Dalam Laporan Keuangan
Pengungkapan dalam laporan keuangan diperlukan dalam rangka
menyampaikan informasi yang terkait dengan informasi keuangan. Dengan
adanya pengungkapan informasi, para pengguna laporan keuangan dapat
mengetahui situasi perusahaan untuk melakukan penilaian atas kinerja
perusahaan serta dapat memprediksi perkembangan perusahaan.
Pengungkapan laporan keuangan perusahaan tersebut juga
mempertimbangkan faktor biaya dan manfaat. Penelitian Deri Alambudiarti
(2010) menunjukkan bahwa secara umum manajemen berusaha
penyediaan, persiapan informasi dan dampak potensial pengungkapan yang
mempengaruhi posisi perusahaan dalam persaingan.
Biaya pengungkapan informasi perusahaan terdiri dari:
1. Biaya pengembangan dan penyajian informasi yang meliputi biaya
pengumpulan, biaya pemerolehan, biaya pemerikasaan informasi dan
biaya penyebaran informasi.
2. Biaya Letigasi, yaitu biaya yang timbul karena pengungkpaan informasi
yang menyesatkan.
3. Biaya competitive disadvantage, yaitu kerugian yang timbul akibat
pengungkapan informasi yang melemahkan daya saing perusahaan seperti
informasi tentang inovasi teknologi manajerial serta informasi tentang
strategi, rencana dan taktik untuk mencapai target pasar baru.
Didalam pengungkapan harus mempunyai keseimbangan antara biaya dan
manfaat. Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya
penyusunannya. Biaya tersebut juga tidak perlu harus dipikul oleh pemakai
informasi yang menikmati manfaat.
2.3.5. Kelengkapa n Pengungkapa n Laporan Keuangan
Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah mengukur berapa
banyak butir laporan keuangan yang secara material akan siungapkan oleh
bergantung kepada standar yang diberlakukan di Negara perusahaan yang
bersangkutan beroperasi (Simanjuntak dan Widiastuti,2004).
2.4. Kiner ja Per usahaan
2.4.1. Kiner ja Per usa haan
Kinerja (performance) menurut Drucker (2002,134) adalah tingkat
prestasi atau hasil nyata yang dicapai kadang-kadang dipergunakan untuk
diperoleh suatuhasil positif. Kinerja juga didefinisikan sebagai keberhasilan
personel dalam mewujudkan sasaran strategic di empat perspektif : keuangan,
customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan (Mulyadi, 2007:363).
Sedangkan pengertian kinerja keuangan adalah penentu ukuran-ukuran
tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam
menghasilkan laba.
Dari pengertian diatas maka dapat terlihat bahwa kinerja perusahaan
merupakan hasil keputusan-keputusan manajemen untuk mencapai suatu
tujuan tertentu secara efektif dan efesien.
Untuk dapat memperoleh perkembangan kinerja perusahaan perlu
mengadakan interprestasi atau analisa terhadap data keuangan dari perusahaan
yang bersangkutan dan data keuangan itu akan tercermin di dalam laporan
keuangan.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu pencatatan kegiatan
keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan. Laporan keuangan
juga merupakan suatu alat yang sangat penting dalam memperoleh informasi
mengenai posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh suatu
perusahaan selama periode tertentu. Jadi, laporan keuangan memberikan
ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan.
2.4.2. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (Fred Weston).
(Kasmir, 2008:110) Beberapa jenis rasio likuiditas antara lain: rasio lancar
(current ratio), rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio), rasio kas
(cash ratio), rasio perputaran kas, dan inventory to net working capital.
Perhitungan likuiditas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
kas (cash ratio) dengan membandingkan antara kas atau kas equivalent
dengan hutang lancar. (Kasmir, 2008:134)
2.4.3. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiaya dengan utang. Artinya besarnya
jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya
Beberapa jenis rasio solvabilitas atau rasio leverage antara lain: debt to
asset ratio (debt ratio), debt to equity ratio, long term debt to equity ratio.
Perhitungan solvabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah debt
to asset ratio (debt ratio) dengan membandingkan antara total hutang dengan
total aktiva. (Kasmir, 2008:156)
2.4.4. Rasio Pr ofitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu.
Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu
perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau
dari pendapatan investasi (Kasmir, 2008:114). Beberapa jenis rasio likuiditas
antara lain: profit margin (profit margin on sales), net profit margin, return on
investment (ROI), return on equity (ROE), dan laba per lembar saham.
Perhitungan profitabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah net
profit margin dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak
dengan penjualan. (Kasmir, 2008:200)
2.4.5. Ukur a n Per usa haan
Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan yang
dimiliki suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan
tetapi dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur berdasarkan Ln total
aktiva perusahaan.
2.5. Ker angka Pikir
2.5.1. Pengar uh kiner ja per usahaan yang ber upa Likuiditas Ter hadap
Kelengkapa n Pengungkapa n Laporan Keuangan
Likuiditas merupakan masalah yang berhubungan dengan kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Analisa posisi
likuiditas perusahaan memberikan indikator kemampuan membayar hutang
jangka pendek perusahaan dan efesiensi operasi manajemen sekarang.
Semakin likuit sebuah perusahaan, semakin besar kemungkinan perusahaan
tersebut sanggup untuk membayar karyawan, pemasok-pemasok, dan
pemegang wesel tagihnya (Simamora, 2002:39).
Rasio likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Di sisi satu, perusahaan
dengan tingkat cenderung untuk melakukan pengungkapan informasi yang
luas kepada pihak luar karena ingin menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
kredibel, tetapi disisi lain, likuiditas juga dipandang sebagai ukuran kinerja
manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan. Pada sisi lain, perusahaan
dengan likuiditas rendah justru cenderung mengungkapkan lebih banyak
informasi kepada pihak eksternal sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya
2.5.2. Pengar uh kiner ja per usa haan yang ber upa Solvabilitas Ter ha dap
Kelengkapa n Pengungkapa n Laporan Keuangan
Menurut Weston dan Copeland (1995:253) dengan semakin tingginya
rasio leverage berarti semakin besar porsi hutang yang digunakan untuk
pembelanjaan perusahaan, hal ini akan memperbesar resiko rugi tetapi juga
memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi, dari pernyataan
tersebut dapat diketahui bahwa besar kecilnya kewajiban perusahaan kepada
kreditur sangat mempengaruhi luas atau tidaknya pengungkapan informasi
perusahaan kepada kreditur.
Nugraheni,dkk (2002) menyatakan bahwa semakin tinggi leverage
perusahaan semakin besar pula agency cost (untuk memenuhi kredit jangka
panjang), sehingga perusahaan dituntut untuk melakukan pengungkapan yang
lebih luas.
2.5.3. Pengar uh kiner ja per usahaan yang ber upa Profita bilita s Ter ha dap
Kelengkapa n Pengungkapa n Laporan Keuangan
Simanjuntak dan Widiastuti (2004) menjelaskan bahwa profit margin yang
tinggi akan mendorong para manajer untuk memberikan informasi yang lebih
terinci, sebab mereka ingin menyakinkan investor terhadap profitabilitas
perusahaan dan kompensasi terhadap manajemen.
Profitabilitas mempunyai arti penting bagi perusahaan di dalam
menunjukkan tingkat efesiensi yang telah dilakukan perusahaan sehingga
perusahaan akan memberikan informasi lebih tentang tingkat efesiensi
tersebut kepada pihak yang berkepentingan atas besarnya laba tersebut seperti
seorang investor atau pemegang saham perushaaan. Semakin besar
profitabilitas yang dimiliki perusahaan maka akan semakin mendorong
manajer untuk memberikan informasi yang lebih terinci untuk menyakinkan
investor terhadap profitabilitas perusahaan dan mendorong kompensasi
terhadap manajemen.
2.5.4. Pengar uh kiner ja per usahaan yang ber upa Ukur an Per ushaaan
Ter hada p Kelengkapa n Pengungkapan Laporan Keuangan
Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya
keagenan yang lebih besar daripada perushaan kecil. Perusahaan besar akan
mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk
mengurangi biaya keagenan tersebut.
Irawan (2006) menyatakan bahwa perusahaan yang berukuran lebih besar
cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil.
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan sebelumnya dari hasil penemuan
dan penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh karakteristik perusahaan
terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, maka dibuat suatu
Gambar 2.1 : Bagan Ker angka Pikir
2.6. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis yang diajukan
adalah :
Diduga bahwa kinerja perusahaan yang terdiri dari rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, rasio profitabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Analisis Regresi Linier Berganda Rasio Likuiditas (X1)
Rasio Solvabilitas (X2)
Rasio Profitabilitas (X3)
Ukuran Perusahaan (X4)
Kelengkapan Pengungkapann Laporan Keuangan
3.1. Definisi Oper asional dan Pengukur a n Var iabel
3.1.1. Definisi Oper asional
Definisi operasional dalam hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan dan
menerangkan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dan
pengukuran variable-variabel penelitian secara operasional berdasarkan teori
yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan lima variabel, empat variabel
bebas (Independent) (X), yaitu: likuiditas (X1), solvabilitas (X2), profitabilitas
(X3), dan ukuran perusahaan (X4) dan satu variabel terikat (dependent) (Y),
yaitu: kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Var iabel Ter ikat (dependent)
Kelengka pan Pengungkapan Lapor an Keuangan (Y)
Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan mengukur berapa
banyak butir laporan keuangan yang material diungkapkan oleh
perusahaan. Butir pengungkapan laporan keuangan yag diukur meliputi
Kelengkapan pengungkapan laporan keuangan adalah mengukur
berapa banyak butir laporan keuangan ,yang secara material akan
diungkapkan oleh suatu perusahaan. Kelengkapan pengungkapan laporan
keuangan sangat bergantung kepada standar yang diberlakukan di Negara
perusahaan bersangkutan beroperasi. (Simanjuntak dan Widiastuti, 2004)
Skala pengukuran data adalah rasio. Satuan pengukuran yang
digunakan adalah persen (%). Perhitungan dalam mencari angka indeks
kelengkapan pengungkapan ditentukan dengan formulasi yang digunakan
oleh Subiyantoro (1996), sebagai berikut:
=
k
Keterangan:
n = jumlah item pengungkapan yang dipenuhi
k = jumlah semua item yang mungkin dipenuhi
Kriteria indeks pengungkapan dapat diperoleh dengan cara sebagai
berikut:
a. Memberi skor untuk setiap item pengungkapan secara dikotomi,
dimana jika suatu item diungkapkan diberi nilai satu dan jika tidak
diungkapkan akan diberi nilai nol.
b. Skor yang diperoleh setiap perusahaan dijumlahkan untuk
c. Menghitung indeks kelengkapan pengungkapan dengan cara
membagi total skor yang diperoleh dengan total yang diharapkan
dapat diperoleh oleh perusahaan.
2. Var iabel Bebas (independent)
a. Rasio Likuiditas (X1)
Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek. Skala pengukuran data adalah
rasio. Satuan pengukuran yang digunakan adalah persen (%). Rasio
likuiditas ini dpaat diukur dengan rumus:
=
cu r r ent liabilities x 1 00%
(Kasmir, 2008:139)
b. Rasio Solvabilitas (X2)
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya
besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai
kegitatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal
sendiri. Skala pengukuran yang digunakan adalah rasio. Satuan
pengukuran yang digunakan adalah persen (%). Rasio solvabilitas ini
dapat diukur dengan menggunakan rumus:
=
total assset x 10 0%
c. Rasio Profitabilitas (X3)
Merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Rasio ini
juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu
perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan
atau dari pendapatan investasi. Skala pengukuran data yang digunakan
adalah rasio. Satuan pengukuran yang digunakan adalah persen (%).
Rasio profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan rumus:
= ( )
Sales x100%
(Kasmir, 2008:200)
d. Ukuran Perusahaan (X4)
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala dimana dapat
diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara
lain : total aset, natural log dari total aset, nilai pasar saham, dan
lain-lain. Ukuran perusahaan menggunakan natural log dari total aset
perusahaan. Skala pengukuran yang digunakan berupa skala rasio
dengan satuan rupiah (Rp).
Ukuran Perusahaan = Ln Total Aktiva
3.2. Teknik Penentua n Sampel
3.2.1. Populasi
Menurut Hermawan (2005:143) mengemukakan bahwa populasi berkaitan
dengan seluruh kelompok orang, peristiwa, atau benda yang menjadi pusat
perhatian peneliti untuk diteliti. Sedangkan menurut Sumarsono (2004:44),
populasi merupakan kelompok subjek atau objek yang memiliki cirri-ciri atau
karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subjek atau
objek yang lain.
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan
otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
2009-2011. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 18 x 3 tahun, sehingga
populasi dalam penelitian ini berjumlah 54 data laporan keuangan perusahaan
otomotif.
3.2.2. Sampel
Menurut Hermawan (2005 : 145) sampel merupakan suatu bagian (subset)
dari populasi. Subjek yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan otomotif yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun
2009 - 2011.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Dalam
1. Perusahaan otomotif yang listing (terdaftar) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode penelitian.
2. Laporan keuangan yang menggunakan satuan mata uang yang sama selama
periode penelitian, yaitu mata uang rupiah.
3. Perusahaan otomotif yang mempublikasikan data laporan tahunan yang
lengkap, dan telah diaudit oleh pihak yang berwenang (pengungkapan dan
laporan keuangan) yang berakhir 31 Desember.
4. Perusahaan otomotif yang memiliki laba positif pada tahun penelitian.
Berdasarkan uraian kriteria penentuan sampel diatas, maka diperoleh
sampel berjumlah 13 x 3 tahun yaitu 39 data laporan keuangan perusahaan
otomotif. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah:
1. PT. Polychem Indonesia Tbk
2. PT. Astra Otopart Tbk
3. PT. Gajah Tunggal Tbk
4. PT. Indospring Tbk
5. PT. Multiprima Sejahtera Tbk
6. PT. Nipress Tbk
7. PT. Introcopenta Tbk
8. PT. Astra Internasional Tbk
9. PT. Indokordsa Tbk
10.PT. Indomobil Suksek Inter Tbk
12.PT. Selamat Sempurna Tbk
13.PT. Tunas Ridean Tbk
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diambil dari sekunder dan dokumntasi yang dimiliki oelh
perusahaan yang berupa laporan keuangan tahunan dari tahun 2009 sampai
dengan dengan tahun 2011.
3.3.2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pusat referensi
pasar modal di BEI dan yang dipublikasikan online dengan situs
www.idx.co.id
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu
suatu teknik pengumpulan data dengan mencatat, mengkopi, mempelajari dan
menggunakan laporan keuangan pihak emiten yang menjadi sampel dalam
3.4. Teknik Ana lisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Uji Nor malitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau
mendeteksi normal. Untuk mengetahui apakah data tersebut berdistribusi
normal, dapat diuji dengan metode Kolmogrov Smirnov dan metode Shapiro
Wilk (Ghozali, 2001:74). Pedoman dalam mengambil keputusan apakah
sebuah distribusi data mengikuti distribusi data normal:
1. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi data adalah tidak normal.
2. Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka
distribusi data adalah normal (Sumarsono, 2002:43)
3.4.2. Uji Asumsi Kla sik
a. Multikolonieritas
Multikolonieritas adalah terjadinya hubungan linier atara variabel
bebas dalam persamaan regresi linier berganda. Apabila ternyata ada
hubungan linier antar variabel bebas, maka persamaan regresi sederhana
tidak perlu dilakukan analisis multikolonieritas.
Tujuan dari multikolonieritas adalah untuk menguji apakah ada model
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas
(independen) (Ghozali, 2005:91). Salah satu cara yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya multikolonieritas yaitu denganmelihat besarnya
nilai Variance Inflation Factor (VIF).
VIF ini dapat dihitung dengan rumus :
= 1
Toler ance
Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang
tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Nilai tolerance yang
umum dipakai adalah 0,01 atau sama dengan nilai VIF dibawah 10 maka
tidak terjadi multikolonieritas apabila nilai VIF lebih tinggi dari 10 maka
akan terjadi multikolonieritas.
b. Uji Autokorelasi
Menurut Sumodiningrat (2003:231) autokolerasi adalah korelasi
(hubungan) yang terjadi diantara anggota-anggota dari serangkaian
pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (seperti pada data
runtun waktu atau time series data) atau yang tersusun dalam rangkaian
ruang (seperti pada data silang waktu atau cross sectional data).
Uji autokorelasi menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganghu pada periode t-1 (sebelumnya).
berkaitan satu sama lain (Ghozali, 2005:96). Untuk mengetahui ada atau
tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel kriteria Durbin
Watson sebagai berikut:
Tabel 3.1 : Tabel Kr iter ia Dur bin Wa tson
Durbin Watson Kriteria
0 < DW < d1
dL < DW < dU
du < DW < 4- dU
4 – du < DW < 4 – dL
4 - dL < DW < 4
Ada autokorelasi positif
Tanpa kesimpulan
Tidak ada autokorelasi
Tanpa kesimpulan
Ada autukorelasi negative
c. Uji Heteroskedastisitas
Heroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Ghozali, 2005:105). Maksud dari penyimpangan
hetoroskedastisitas adalah varians variabel dalam model tidak sama
(konstan).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas digunakan
korelasi Rank Spearman antara residual dengan variabel independen.
1. Apabila nilai signifikan hitung (sig) > dari tingkat signifikan α = 0,05
2. Apabila nilai signifikan hitung (sig) < dari tingkat signifikan α = 0,05
berarti terjadi heteroskedatisitas. (Santoso,2001:231)
3.4.3. Teknik Ana lisis
Teknis analisis dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier
berganda dan data yang digunakan adalah penggabungan data perusahaan
yang diteliti yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Digunakannya model regresi linier berganda karena tujuan
penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel independen (rasio
likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan ukuran perusahaan)
terhadap variabel dependen (kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
tahunan) yang dirumuskan sebagai berikut:
Y = β 0 + β 1 . X1 + β 2 . X2 + β 3 . X3 + β 4 . X4 +
ε
(Sulaiman, 2004: 80)
Keterangan :
Y : Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan Tahunan
X1 : Rasio Likuiditas
X2 : Rasio Solvabilitas
X3 : Rasio Profitabilitas
β 0 : konstanta
β 1 – β 4 : Koefisien Regresi
ε : Standart error
3.4.4. Uji Hipotesis
3.4.4.1. Uji kesesuaian model (uji F)
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model yang dianalisis memiliki
tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel yang digunakan
model untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis.
Ho : β 1 = β 2 = β 3 = β 4 = 0 (model regresi yang digunakan tidak sesuai)
Hi : β 1 = β 2 = β 3 = β 4 ≠ 0 (model regresi yang digunakan sesuai)
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05
Kriteria pengujian sebagai berikut:
1. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak, berarti
tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2, X3, X4
terhadap Y.
2. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima, berarti
ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2, X3, X4 terhadap Y.
3.4.4.2. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh X1, X2, X3,
Ho : β i = 0 (tidak ada pengaruh secara parsial yang signifikan antara variabel
X1, X2, X3, X4 terhadap Y )
Hi : β i ≠ 0 (ada pengaruh secara parsial yang signifikan antara variabel X 1, X2,
X3, X4 terhadap Y )
Ket : i = X1, X2, X3, X4
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05
Kriteria pengujian sebagai berikut:
1. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak, berarti
tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2, X3, X4
terhadap Y.
2. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima, berarti
4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejara h Singka t Bur sa Efek Indonesia
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai
menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan baru setelah
terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. Pada tahun 1912, dengan
bantuan kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan di
Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta
saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian
dibuku lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintah colonial juga
mengkeuangankan bursa pararel di Surabaya dan di Semarang. Namun
kegiatan bursa saham saat ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh
tentara Jepang di Batavia.
Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan
saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda
sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika
Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh
Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah
Departemen Keuangan. kegiatan perdagangan dan kapatalisasi pasar saham
pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sector
swasta. Puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun 1991, bursa
saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa efek Jakarta dan menjadi salah satu
bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi PT.
Bursa Efek Indonesia ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM
menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Tahun 1995 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak baru.
Pada 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automated
Trading System (JATS), sebuah system perdangangan otomatisasi yang
menggantikan system perdangangan manual. System baru ini dapat
memfasilitasi perdangangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan
menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan disbanding system
perdangan manual.
Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan tanpa
warkat (Scripless Tranding) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas
pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga