• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Manajemen Kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat Kabupaten Gowa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penerapan Manajemen Kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat Kabupaten Gowa"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MANAJEMEN KELAS DI SMP NEGERI 02 BAJENG BARAT KABUPATEN GOWA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Prodi Manajemen Pendidikan Islam, pada

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

ARISKA BIMASARI NIM: 20300118002

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023

(2)

i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ariska Bimasari

NIM : 20300118002

Tempat/tgl. Lahir : Binabbasa, 31 Agustus 2000 Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan Alamat : Binabbasa Desa Tanabangka

Judul : Penerapan Manajemen Kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat Kab. Gowa

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya saya sendiri. Jika kemudian hari terbukti bahwa merupakan duplikat, tiruan, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal karena hukum.

Gowa-Samata Penyusun,

Ariska Bimasari NIM: 20300118002

(3)

ii

(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

(5)

iv

KATA PENGANTAR









Alhamdulillah. Ucapan syukur senantiasa peneliti ucapkan kepada Allah SWT., atas segala hidayahnya sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam senantiasa peneliti limpahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia yang ada di bumi. Semoga kita akan mendapatkan syafaat di hari akhir nanti. Aamiin. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Peneliti sadar bahwa terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Selain itu mulai dari persiapan, proses penelitian sampai penelitian ini selesai peneliti mengalami berbagai tantangan karena berbagai keterbatasan baik itu dari segi kemampuan ilmiah peneliti, waktu serta tenaga yang digunakan selama penelitian ini. tetapi dengan semangat yang sangat luar biasa, keridhaan Allah SWT., yang selalu mengiringi perjuangan dan berkat arahan serta bimbingan dari berbagai pihak akhirnya segala tantangan tersebut dapat peneliti lalui.

Oleh karena itu, melalu tulisan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang selama ini dengan berlapang dada membantu dan mendoakan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terkhusus ucapan terima kasih yang tulus, teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Alimuddin dan ibunda Sawiah, atas segala doa dan pengorbanannya yang tidak terhitung sejak dalam kandungan hingga saat ini, juga kepada saudara-saudariku tercinta Amiruddin, Sri Puspa Deli dan Nur Amalia atas doa dan pengorbanannya selama masa pendidikan baik moril maupun materil, semoga bantuan yang diberikan dapat bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Aamiin.

(6)

Selanjutnya ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya, peneliti sampaikan kepada:

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., selaku Wakil Rektor I, Dr.

Wahyuddin, M.Hum. selaku Wakil Rektor II, Prof. Dr. Darussalam, M.Ag.

selaku Wakil Rektor III dan Dr. H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag. selaku Wakil Rektor IV, yang telah membina serta memimpin UIN Alauddin Makassar sebagai tempat peneliti melanjutkan Pendidikan.

2. Dr. H. A. Marjuni, S.Ag., M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Dr. M. Shabir U., M.Ag. selaku Wakil Dekan I, Dr. H. M. Rusdi, M.Ag. selaku Wakil Dekan II dan Dr. H. Ilyas, M.Pd., M.Si. selaku Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, yang telah memberikan pelayanan yang baik selama proses penyelesaian studi.

3. Ridwan Idris, S.Ag., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Islam dan Dr. Mardhiah, S.Ag., M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar atas segala bentuk arahan dan bimbingan yang diberikan mulai dari proses perkuliahan sampai pada tahap penyelesaian.

4. Prof. Dr. H. Syahruddin Usman, M.Pd., selaku pembimbing I dan Dr. Hj.

Ermi Sola, M.Pd selaku pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, koreksi, dorongan dan pengetahuan yang sangat berharga bagi peneliti.

5. Dr. Hj. St. Syamsudduha, M.Pd selaku penguji I dan Lisa Nursita, S.E, M.Si selaku penguji II yang telah memberikan arahan dan masukan dalam perbaikan skripsi peneliti.

(7)

vi

6. Para dosen dan staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan terkhusus staf jurusan Manajemen Pendidikan Islam yang selama ini selalu memberikan kemudahan selama perkuliahan sampai pada tahap penyelesaian.

7. Syarifuddin S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Bajeng yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

8. Kepada teman seperjuangan bimbinganku Nurwahidah As’ad yang sama-sama saling support menyelesaikan studi S1 ini.

9. Kepada teman-temanku Nursyamsi J, Nurul Hikmah, Shelini, Andi Rifa’atul Mahmuda, Ira Yuniar, Sukmawati, Dahliati Dahlang, Sitti Madinah, Miftahul Chaerat, Fina, Sri Ayuningsih Lestari, Sitti Nurafika serta Chairil Amril Syam yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman Angkatan 2018 jurusan Manajemen Pendidikan Islam, terima kasih atas semangat yang selalu disalurkan sampai pada titik ini.

11. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan kepada peneliti mulai dari awal perkuliahan sampai pada tahap akhir penyelesaian studi ini.

Gowa, 8 Agustus 2022 Peneliti,

Ariska Bimasari NIM 20300118002

(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ... 11

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 11

E. Kajian Pustaka ... 12

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 17

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran ... 17

B. Manajemen Kelas ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 46

B. Sumber Data ... 46

C. Instrumen Penelitian... 47

D. Metode Pengumpulan Data ... 47

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 49

F. Uji Keabsahan Data... 51

BAB IV PENERAPAN MANAJEMEN KELAS DI SMP NEGERI 02 BAJENG BARAT KAB. GOWA ... 17

A. Gambaran Umum SMP Negeri 02 Bajeng Barat ... 53

B. Penerapan Manajemen Kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat ... 47

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Penerapan Manajemen Kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat ... 77

(9)

viii

BAB V PENUTUP ... 82 A. Kesimpulan ... 82 B. Saran Penelitian ... 83 DAFTAR PUSTAKA ... 8Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP USTAKA ... 92

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Table 2.1. Teori Manajemen Kelas ... 25 Table 4. 2. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan ... 55 Table 4.3. Keadaan Peserta Didik ... 55

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2. Tipe Formal ... 25

Gambar 2.3. Tipe Berkelompok ... 55

Gambar 2.4. Tipe U ... 34

Gambar 2.5. Tipe Konferensi ... 35

Gambar 2.6. Tipe Melingkar ... 35

Gambar 2.7. Tipe Kelompok pada Kelompok ... 36

Gambar 2.8. Tipe Ruang Kerja ... 36

Gambar 2.9. Tipe Chevron ... 37

Gambar 2.10. Tipe Auditorium ... 37

(12)

xi

ABSTRAK Nama : Ariska Bimasari

NIM : 20300118002

Judul : Penerapan Manajemen Kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat Kabupaten Gowa.

Penelitian ini membahas tentang penerapan manajemen kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat. Manajemen kelas adalah rangkaian kegiatan guru dalam menciptakan kegiatan kelas yang efektif yang meliputi tujuan pengajaran, efisiensi waktu, pengaturan ruang kelas, dan pengelompokan peserta didik.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: a) menganalisis bagaimana penerapan manajemen kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat b) untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat penerapan manajemen kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan mereduksi data, menyajikan data dan verifikasi data. Uji keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi yang terdiri atas 3 yaitu triangulasi sumber, teknik dan waktu.

Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan manajemen kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat mencakup beberapa hal yakni: Kondisi belajar di SMP Negeri 02 Bajeng Barat cukup kondusif hal ini dikarenakan beberapa guru dapat mengendalikan kelas dengan mengalihkan perhatian peserta didik, mendekati peserta didik yang mengganggu temannya walaupun masih terdapat beberapa kondisi tertentu peserta didik mudah dialihkan oleh beberapa faktor. Kemudian Interaksi antara guru dengan peserta didik di dalam kelas cukup interaktif.

Selanjutnya pengaturan bangku peserta didik belum beragam, para guru menerapkan model berderet dan kelompok saja. Faktor Pendukung penerapan manajemen kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat adalah dari segi pengetahuan guru dan dari segi kondisi fisik kelas. Sedangkan faktor penghambat penerapan manajemen kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat adalah terdapat gangguan dari luar kelas, dampak pandemi, faktor internal peserta didik, serta estimasi waktu pembelajaran.

Adapun implikasi dalam penelitian ini adalah: (a) Para guru SMP Negeri 02 Bajeng Barat disarankan untuk mengikut pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan manajemen kelas, (b) Para guru SMP Negeri 02 Bajeng Barat lebih bervariatif dalam menerapkan pendekatan dan prinsip pembelajaran agar kelas tidak monoton, serta pengaturan bangku peserta didik lebih beragam lagi sesuai dengan jenis pengaturan bangku yang tersedia. (c) Para guru disarankan untuk lebih membangun kedekatan interpersonal dengan peserta didik tetapi etika peserta didik tetap terjaga sehingga hubungan guru dengan peserta didik dapat terjalin dengan baik.

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia pada suatu negara.1 Negara Indonesia yang kedudukannya sebagai negara berkembang masih mengupayakan untuk menjadi negara maju terutama di bidang pendidikan.2 Upaya Indonesia dalam meningkatkan kualitas pendidikan dapat dibuktikan dari adanya standar nasional pendidikan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

57 Tahun 2021 Bab I Pasal 3 ayat 2 tentang standar nasional yang mengemukakan bahwa:

Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum dan penyelenggaraan pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.3

Adanya standar nasional pendidikan tercantum pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 57 Tahun 2021 Bab I Pasal 3 ayat 2 menggambarkan bahwa upaya pemerintah meningkatkan pendidikan dapat diketahui dengan adanya standar yang ditetapkan untuk pendidikan. Tujuan pendidikan berkaitan erat dengan peningkatan kualitas pembelajaran yang secara operasional dilaksanakan di sekolah.

1 Sidik, “Guru Berkualitas untuk Sumber Daya Manusia Berkualitas”, Jurnal Tadbir:

Jurnal Manajemen Pendidikan Islam., Vol.4, No. 2 Agustus (2016), h.109.

2 Munirah, “Sistem Pendidikan Di Indonesia: Antara Keinginan dan Realita”, Jurnal Auladuna, vol. 2 no.2 (2015), h.234.

3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, PP No.57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta, 2021), h.5.

(14)

Pembelajaran yang berkualitas dapat tercipta jika proses manajemen pada suatu lembaga pendidikan berjalan efisien dan efektif. Tujuan pendidikan dapat tercapai dengan adanya pengelolaan atau manajemen dalam sistem pendidikan.

Hal ini senada dengan pernyataan Gulick, dikutip oleh Handoko yang menyatakan bahwa manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (sciences) yang secara sistematis berusaha untuk memahami mengapa dan bagaimana manusia bekerjasama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerja sama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.4 Sedangkan Nawawi dalam Chori menyatakan bahwa manajemen pendidikan merupakan terapan dari ilmu manajemen pada dunia pendidikan. Hal demikian merupakan bagian perkembangan ilmu dan teknologi manajemen sesuai dengan orientasi para ilmuwan pada pengaturan dan keteraturan pengelolaan pendidikan.5

Lebih lanjut Komariah mengemukakan bahwa manajemen pendidikan adalah proses keseluruhan kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelaporan, pengkoordinasian, pengawasan dan evaluasi dengan menggunakan sarana prasarana yang tersedia baik personil, materil maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efesien dan efektif.6

Allah SWT, menegaskan dalam QS As-Sajadah: 5 tentang manajemen pendidikan.





































4 Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan, Konsep dan Prinsip Pengelolaan Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015), h.25.

5 Abu Choir, “Urgensi Manajemen Pendidikan dalam Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam”, Jurnal MPI, Vol. 1 No. 1, (2016), h. 46.

6 Nur Komariah, “Implementasi Fungsi Manajemen Pendidikan di SDI Wirausaha Indonesia” Jurnal Perspektif, Vol. 16, No.1 Maret (2018), h. 108.

(15)

3

Terjemahnya:

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu”. (QS. As- Sajdah: 5).7

Tafsir Al-Misbah terdapat penjelasan terkait As-Sajdah ayat 5 yaitu:

Kata ( ُرِّ بَدُي) yudabbiru dalam ayat ini terambil dari kata dubur (ربد) yang berarti belakang. Kata ini digunakan untuk menjelaskan pemikiran atau pengaturan sedemikian rupa sehingga apa yang terjadi di belakang yakni kesudahan, dampak atau akibatnya telah diperhitungkan dengan matang sehingga berjalan dengan baik. Sedangkan kalimat (رملأا) al-amr artinya urusan, maksudnya kondisi suatu yang serta sifat dan ciri cirinya sekaligus sistem yang mengaturnya. Huruf (ا ﻝ) al pada kata ini mengandung arti jenis, sehingga mencakup semua makhluk.8

Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan As-Sajdah ayat 5 sebagai berikut:

Makna ( ُرِّ بَدُي)) yudabbiru adalah mengatur, makna mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu bahwa Allah menurunkan urusan-Nya dari langit yang paling tinggi ke bagian kerak bumi ke tujuh yang paling dangkal, sedangkan amal-amal diangkat di atas langit dunia.9

Dari isi kandungan ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah SWT adalah pengatur alam (Al Mudabbir/manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah SWT dalam mengelola alam ini.10 Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT. telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka dia harus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah

7 zamul Kiyan Alkayis, Al-Qur’an Terjemahan, (Jakarta: Samad, 2014), h. 150

8 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 181

9 Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq al-sheikh, Tafsir Ibnu Katsir, diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar, E.M, dan diedit M.yusuf Harun M.A, dkk, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2003),h. 423

10 Rahmat Hidayat, Ayat-Ayat Al-Quran tentang Manajemen Pendidikan Islam, (Medan:

Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Islam, 2017), h.6.

(16)

mengatur alam raya ini.11 Penjelasan ayat tersebut dapat diketahui bahwa perintah untuk mengatur segala aspek kehidupan di bumi sudah menjadi tugas umat manusia termasuk di dalamnya pengaturan pendidikan.

Tujuan manajemen pendidikan pada dasarnya untuk menunjang terwujudnya tujuan pendidikan yang efisien dan efektif. Hal ini dikarenakan tujuan manajemen pendidikan dapat berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Syaban tujuan manajemen pendidikan adalah segenap sumber, peralatan ataupun sarana yang ada dalam lembaga pendidikan yang dapat digerakkan sedemikian rupa sehingga dapat menghindarkan sampai tingkat seminimal mungkin segenap pemborosan waktu, tenaga, dan material guna mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.12 Lebih lanjut Kurniadin dan Machali mengemukakan bahwa tujuan manajemen pendidikan adalah sebagai berikut:

(a) Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan (PAIKEM); (b) Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara, (c) Terpenuhinya salah satu dari empat kompetensi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan (teunjangnya kompetensi profesional sebagai pendidik dan tenaga kependidikan sebagai manajerial); (d) tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien; (e) Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan (tertunjangnya profesi sebagai manajer atau

11 Rahmat Hidayat, Ayat-Ayat Al-Quran tentang Manajemen Pendidikan Islam, (Medan:

Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Islam, 2017), h.6.

12 Marwan Syaban, “Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Islam”, Jurnal Al-Wardah:

Jurnal Kajian Perempuan, gender, dan Agama, Vol: 12 No.2, h. 137

(17)

5

konsultan manajemen pendidikan); (f) Teratasinya masalah mutu pendidikan; (g) Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, bermutu, relevan dan akuntabel serta, meningkatnya citra pendidikan yang positif.13

Sedangkan menurut Usman dan Murniati, tujuan manajemen pendidikan adalah sebagai berikut: (a) Terwujudnya suasana belajar yang aktif, kreatif dan menyenangkan, (b) Terciptanya peserta didik yang mengembangkan dirinya, (c) Terpenuhinya salah satu dari lima kompetensi tenaga kependidikan, (d) Tercapainya tujuan pendidikan yang efektif dan efisien, (e) Terbekalinya tenaga kependidikan dengan teori tentang proses dan tugas administrasi pendidikan, (f) Teratasinya masalah mutu pendidikan karena 80% masalah mutu disebabkan oleh manajernya, (g) Terciptanya perencanaan pendidikan yang merata, relevan, tidak bias gender dan SARA, dan akuntabel, serta (h) Terciptanya citra positif pendidikan.14

Pembelajaran di kelas merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Tujuan pendidikan dapat tercapai jika proses pembelajaran di kelas berjalan secara efisien dan efektif. Pembelajaran di kelas dapat berjalan efektif jika manajemen kelas dapat diterapkan dengan baik sehingga segala faktor yang menghambat pembelajaran dapat diminimalisir. Menurut Efendi dan Gustriani manajemen kelas adalah upaya guru untuk menciptakan dan memelihara serta mengembalikan kondisi belajar yang kondusif saat terjadi kendala dalam proses pembelajaran.15 Priansa mengemukakan bahwa manajemen kelas merupakan

13 Didin Kurniadin dan Imam Machali, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta : Ar- Ruz Media, 2012, h. 125

14 Nasir Usman dan Murniati, Pengantar Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta:

An1mage, 2019), h. 137.

15 Rinja Efendi dan Delita Gustriani, Manajemen Kelas di Sekolah Dasar, (Pasuruan:

Qiara Media, 2019), h. 3.

(18)

keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran16. Sejalan dengan itu Sari dan Hadijah mengatakan bahwa manajemen kelas adalah kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar.17

Secara umum tujuan manajemen kelas adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran.18 Tujuan manajemen kelas menurut Wragg adalah anak-anak memberikan respon yang setimpal terhadap perlakuan yang sopan dan penuh perhatian dari orang dewasa, mereka dapat bekerja dengan rajin dan penuh konsentrasi dalam melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuannya.19 Tujuan manajemen kelas menurut Efendi dan Gustriani adalah manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan kondisi belajar yang nyaman, agar tercipta pembelajaran yang efektif dan kondusif. Jika kondisi kelas telah tercipta maka tujuan pembelajaran yang ingin disampaikan guru akan mudah tercapai.20

Pelaksanaan manajemen kelas harus mengacu pada prinsip manajemen kelas itu sendiri, seperti: Guru harus hangat dan antusias, guru harus mampu memberikan tantangan, mampu bersikap luwes, memberikan penekanan pada hal positif, dan penanaman disiplin diri.21 Senada dengan pendapat tersebut, Djamarah mengatakan prinsip manajemen adalah: Hangat, antusias, tantangan,

16 Donni Juni Priansa, Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran, (Bandung:

Alfabeta, 2015), h.75.

17 Bella Puspita Sari dan Hady Siti Hadijah, “Meningkatkan Disiplin Belajar Peserta Didik Melalui Manajemen Kelas”, Jurnal Pendidikan Manjemen Perkantoran, Vol. 2 No.2, (2017), h. 235.

18 Rasmi Djabba, Implementasi Manajemen Kelas di Sekolah Dasar, (Jakarta : Agma, 2019), h.29.

19 Astuti, “Manajemen Kelas yang Efektif’’, Jurnal Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol.9, No.2, (2019), h. 896.

20 Rinja Efendi dan Delita Gustriani, Manajemen Kelas di Sekolah Dasar, (Pasuruan:

Qiara Media, 2019), h. 2.

21 Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas, h.50.

(19)

7

bervariasi, luwes, penekanan pada hal positif dan disiplin.22 Sedangkan menurut Widiasworo prinsip manajemen kelas meliputi kehangatan dan keantusiasan dalam mengajar; guru harus mampu memberikan tantangan, bersikap luwes, penekanan pada hal positif, dan penanaman disiplin diri.23

Menurut Djamarah keberhasilan manajemen kelas dipengaruhi beberapa faktor antara lain: (1) Lingkungan fisik yang terdiri dari: Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar, pengaturan tempat duduk, ventilasi dan pengaturan cahaya, dan pengaturan penyimpanan barang-barang; (2) Kondisi Sosio-Emosional mencakup tipe kepemimpinan, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik, kondisi organisasional.24 Menurut Susanto terdapat beberapa indikator manajemen kelas yaitu: (1) Kondisi belajar kondusif; (2) Menunjukkan sikap tanggap, perilaku positif, memotivasi; (3) Memusatkan perhatian kelompok; (4) Memberikan petunjuk yang jelas atas arah dan tujuan yang akan dicapai.25

Menurut Arikunto dalam Purwanti beberapa komponen keberhasilan manajemen kelas yang harus dipenuhi yaitu: (1) Terciptanya kondisi/suasana belajar mengajar yang kondusif (tertib, lancar, berdisiplin dan bergairah); (2) Terjadinya hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik.26 Sejalan dengan itu menurut Damayanti

22Sri Warsono, “Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Belajar Peserta Didik”, Jurnal Manajemen Pendidikan, vol. 10 no.5 (2016), h.470.

23 Erwin Widiasworo, Cerdas Pengelolaan Kelas, (Yogyakarta: Diva Press, 2018), h. 19.

24 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2016), h.

179

25 Ratnawati Susanto, “Proses Penerapan Keterampilan Manajemen Kelas Dengan Senam Otak Dan Pengaruhnya Terhadap Kesiapan Belajar Dan Hasil Belajar Mata Kuliah Metode Penelitian Mahasiswa Pgsd, Fkip Universitas Esa Unggul, Jakarta.” Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu & Call for Papers UNISBANK Ke-3,(2017), h. 823.

26 Arikunto dalam Dheni Purwanti, “Manajemen Kelas Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Danurejan Yogyakarta”, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2015), h. 47.

(20)

ada enam komponen keberhasilan manajemen kelas diantaranya: (1) Guru mengerti perbedaan antara mengelola dan mendisiplinkan kelas; (2) Guru yang berhasil dalam mengelola kelas tidak akan pulang dalam keadaan lelah; (3) Guru mengetahui perbedaan antara prosedur dan rutinitas kelas; (4) Guru melakukan manajemen kelas dengan mengorganisasi prosedur-prosedur; (5) Guru tidak mendisiplinkan peserta didik dengan ancaman-ancaman dan konsekuensi; (6) Guru mengerti bahwa perilaku peserta didik bukanlah tanpa alasan.27

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di SMP Negeri 02 Bajeng Barat pada 22 Juli 2021, pada proses pembelajaran kondisi kelas belum kondusif. Hal ini ditandai dengan masih adanya peserta didik yang tidak disiplin dalam belajar seperti tidak mengerjakan tugas yang diberikan, datang terlambat dan suka izin saat pembelajaran berlangsung. Kemudian penataan ruang kelas termasuk tempat duduk peserta didik masih menggunakan model klasikal sehingga kurang efektif diterapkan dengan jumlah peserta didik 30-an. Hal ini sejalan dengan pendapat Setiyadi yang mengatakan bahwa penataan tempat duduk dengan model klasikal membatasi interaksi guru dengan peserta didik serta mendorong terjadinya proses belajar yang independen.28 Proses pembelajaran di SMP Negeri 02 Bajeng Barat terdapat beberapa guru masih menggunakan metode ceramah dan menyalin sehingga pembelajaran berlangsung monoton. Interaksi antara guru dan peserta didik masih terbilang belum efektif dan efisien, contohnya guru masih sering menggunakan metode ceramah sehingga interaksi yang terjadi berpusat pada guru dan peserta didik yang bertanya saja. Berdasarkan keadaan di lapangan, peneliti tertarik untuk menjadikan masalah tersebut sebagai bahan

27 Erwin Widiasworo, Cerdas Pengelolaan Kelas, (Yogyakarta: Diva Press, 2018), h.

203.

28 Bayu Rahmat Setiyadi dan Sulaeman Deni Ramdani, “Perbedaan Pengaturan Tempat Duduk Siswa Pada Pembelajaran Saintifik Di SMK”, VANOS, Journal Of Mechanical Engineerin Education, Vol.1 No.1 Juli (2016), h.32.

(21)

9

penelitian mengenai “Penerapan Manajemen Kelas Di SMP Negeri 02 Bajeng Barat Kabupaten Gowa”

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Purwanti pada tahun 2015 dengan judul “Manajemen Kelas Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Danurejan Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum manajemen kelas yang dilakukan oleh guru SD kelas V di sekolah dasar negeri se-Kecamatan Danurejan Yogyakarta berada pada kategori tinggi. Hal ini didasarkan pada beberapa aspek yang diamati sudah berjalan dengan baik. Aspek iklim belajar yang sudah tercipta dengan baik, ditandai dengan adanya usaha guru dalam menciptakan suasana belajar, guru sudah melakukan prinsip manajemen kelas, dan mempraktikkan keterampilan manajemen kelas dengan baik, serta melakukan pendekatan pada peserta didik.

Aspek pengaturan ruang belajar yang berada pada kategori tinggi, dalam hal pengaturan media pendidikan, guru telah meletakkan media pembelajaran di tempat yang mudah terlihat, terkait dengan pengaturan tempat duduk guru telah menata dengan rapi tempat duduk peserta didik dalam bentuk kolom dan baris.29 Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu subjek yang diteliti Purwati mencakup sekolah SD se-kecamatan sedangkan penelitian yang akan dilakukan hanya pada satu sekolah menengah pertama.

Kemudian perbedaan selanjutnya terletak pada jenis penelitian jenis kuantitatif sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan jenis penelitian kualitatif.

Selanjutnya penelitian Pratiwi pada tahun 2017 tentang “Pengaruh Manajemen Kelas Terhadap Hasil Belajar Siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pedamaran Ogan Komering Ilir.” Hasil penelitian menunjukkan terdapat

29 Dheni Purwanti, Manajemen Kelas Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan Danurejan Yogyakarta, Skripsi, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2015), h.55-59.

(22)

pengaruh yang signifikan antara manajemen kelas terhadap hasil belajar peserta didik. Selain itu, dari hasil pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran di kelas dapat simpulkan bahwa manajemen kelas yang diterapkan belum bisa menjadikan peserta didik aktif berkontribusi dalam belajar, dan belum termotivasi sesuai dengan materi yang diajarkan. Hal ini ditandai dengan keterlibatan peserta didik hanya sebatas mendengarkan dan mencatat materi saja.30 Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada objek yang diteliti, Pratiwi membahas terkait pengaruh manajemen kelas terhadap hasil belajar peserta didik sedangkan penelitian ini hanya membahas penerapan manajemen kelas, kemudian lokasi penelitian dan metode penelitian yang digunakan peneliti sebelumnya adalah metode kuantitatif sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah metode kualitatif.

Kemudian penelitian yang dilakukan Nugraha pada tahun 2018 tentang

“Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Proses Pembelajaran di SMPN 3 Satu Atap Cikulur.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi manajemen kelas dilakukan dengan menyiapkan serta menyusun perangkat dan instrumen pembelajaran. Pelaksanaan manajemen kelas dalam proses pembelajaran kelas dilakukan dengan menerapkan fungsi dan pendekatan manajemen kelas. Faktor pendukung dan faktor penghambat manajemen kelas adalah lingkungan fisik, sosial, kondisi emosional dan organisasi sekolah. Strategi yang dilakukan adalah mengkondisikan siswa untuk siap belajar dikelas, belajar berkonsentrasi, menggunakan metode yang tepat dan bervariasi, berinteraksi secara edukatif dan komunikatif, dan menggunakan media sesuai dengan materi yang disajikan.31

30 Yuli Pratiwi, Pengaruh Manajemen Kelas Terhadap Hasil Belajar Siswa di Sekolah Menengah pertama Negeri Pedamaran Ogan Komering Ilir, Skripsi, (Palembang: UIN Raden Fatah Palembang, 20 17), h. 70.

31 Muldiyana Nugraha, “Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Proses Pembelajaran”, Jurnal Tarbawi: Jurnal Keilmuwan Manajemen Pendidikan, Vol.4 No. 1 (2018), h.41.

(23)

11

Perbedaan antara penelitian Nugraha dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada fokus penelitian, Nugraha berfokus pada manajemen kelas dalam meningkatkan proses pembelajaran sedangkan penelitian ini berfokus pada penerapan manajemen kelas, kemudian lokasi penelitian yang digunakan peneliti sebelumnya adalah di SMPN 3 Satu Atap Cikulur sedangkan penelitian ini memilih lokasi di SMPN 02 Bajeng Barat.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 1. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada “Penerapan Manajemen Kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat Kabupaten Gowa.”

2. Deskripsi Fokus

Penerapan manajemen kelas yang dimaksud adalah tata cara guru dalam menerapkan dan mengelola manajemen kelas yang mencakup komponen- komponen kondisi belajar mengajar yang kondusif, terjadinya hubungan yang baik antara guru dan peserta didik, dan pengaturan ruang fisik kelas.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan beberapa masalah penelitian yaitu:

1. Bagaimana penerapan manajemen kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat penerapan manajemen kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(24)

Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini, maka peneliti menjabarkan tujuan penelitian sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis penerapan manajemen kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat.

b. Untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat penerapan manajemen kelas di SMP Negeri 02 Bajeng Barat.

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoretis

Kegunaan teoretis dari penelitian ini yaitu dapat menambah wawasan serta pemahaman mengenai manajemen pendidikan melalui kajian manajemen kelas.

b. Kegunaan Akademis

Kegunaan akademis dari penelitian ini yaitu dapat menjadi bahan referensi dan bahan kajian bagi peneliti selanjutnya terkait dengan manajemen kelas.

c. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini bagi pimpinan yaitu mampu meningkatkan manajemen kelas di sekolah, bagi para guru yaitu bisa mengetahui serta mampu meningkatkan penerapan manajemen kelas dan bagi peneliti yaitu mampu menambah pengetahuan, pengalaman dan pengembangan diri dalam penulisan karya tulis ilmiah.

E. Kajian Pustaka

Berdasarkan penelusuran peneliti terkait penelitian sebelumnya terdapat penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang sedang dikaji, penelitian tersebut diantaranya:

(25)

13

1. Penelitian yang dilakukan Mona Zahara pada tahun 2017 dengan judul

“Implementasi Manajemen Kelas dalam Proses Pembelajaran di SMP Al- Azhar 3 Way Halim Bandar Lampung tahun 2017.” Hasil penelitian mengemukakan bahwa manajemen kelas dalam proses pembelajaran di SMP Al Azhar 3 Way Halim Bandar Lampung telah melakukan berbagai upaya melalui: tujuan pengajaran, pengaturan waktu, pengaturan ruangan fasilitas, pengelompokan peserta didik dalam belajar. Adapun peranan lain yang dilaksanakan oleh guru dalam manajemen kelas dalam proses pembelajaran adalah pengorganisasian pembelajaran, komunikasi secara efektif, penguasaan dan antusiasme terhadap peserta didik, pemberian nilai yang adil, dan keluwesan dalam pendekatan pembelajaran. Adapun faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran itu sendiri ialah kebiasaan belajar peserta didik yang kurang baik seperti tidak mau bertanya kepada guru apabila tidak paham dengan materi yang diajarkan, tidak membuat resume atau ringkasan materi untuk semua pelajaran, melihat hasil pekerjaan teman pada saat mengerjakan tugas individu ataupun pada saat berdiskusi dengan kelompok belajar, dan masih terdapat peserta didik yang kurang aktif.32

2. Penelitian yang dilakukan oleh Momongan pada tahun 2015 dengan judul

“Analisis Akar Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kelas Di Sekolah Dasar Di Salatiga dan Sekitarnya”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6 akar permasalahan yang terjadi dalam pengaturan kondisi emosional dan sosio-emosional dalam kelas diantaranya: guru belum fokus pada peserta didik secara individu, adanya peserta didik yang berkebutuhan khusus memiliki Learning phase berbeda, belum adanya tuntutan dari kepala

32 Mona Zahara, “Implementasi Manajemen Kelas dalam Proses Pembelajaran Di SMP Al Azhar 3 Way Halim Bandar Lampung”, Skripsi, (Lampung: Universitas Islam Negeri RAden Intan Lampung, 2017), h. 120.

(26)

sekolah untuk pembelajaran yang interaktif dan nyaman dalam kelas, guru masih minim ilmu terkait manajemen kelas, guru kurang mengadakan pendekatan interpersonal dengan peserta didik, serta guru masih berasumsi bahwa peserta didik sekolah dasar dapat disiplin dan teratur. Adanya penelitian ini memberikan sumbangsih alternatif solusi untuk mengatasi akar masalah manajemen kelas yang terjadi diantaranya: guru dapat menerapkan sistem reward and punishment juga metode peer-teaching dalam kelas, kepala sekolah mewajibkan pembelajaran yang menyenangkan serta guru mengevaluasi manajemen kelas yang diterapkan dan mencari solusi dengan mendiskusikan strategi manajemen kelas dengan guru lainnya.33

3. Skripsi yang ditulis oleh Taufiq dengan judul “Implementasi Manajemen Kelas dalam Menangani Hambatan-hambatan Kedisiplinan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara Tahun Pelajaran 2014/2015”. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Manajemen kelas di MTs Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara, yaitu pertama, pengelolaan peserta didik, dan kedua, pengelolaan fasilitas. (2) Penanganan hambatan kedisiplinan belajar siswa di MTs Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara, yaitu : adanya job description, yaitu kerjasama antara guru waka kesiswaan dengan guru mata pelajaran fiqih dalam menangani ketidakdisiplinan siswa dalam belajar, dan adanya kerjasama antara guru mata pelajaran fiqih dengan guru bimbingan konseling dalam memberi bimbingan kepada peserta didik yang tidak disiplin dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga kedisiplinan belajar peserta didik menjadi lebih baik.

Di samping itu, guru juga memberi nasehat, memberi peringatan dan meminta

33 Fredi Mahendra, “Analisis Manajemen Kelas dalam Proses Pembelajaran Tematik kelas IV SD Negeri Mojolangu 3 Malang”, Skripsi, (Universitas Muhammadiyah Malang, 2017), h. 32.

(27)

15

orang tua untuk memberikan kegiatan-kegiatan yang positif di rumah. (3) Implementasi manajemen kelas dalam menangani hambatan-hambatan kedisiplinan belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di MTs Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara, yaitu: perencanaan manajemen kelas, pengorganisasian manajemen kelas, pelaksanaan manajemen kelas dan evaluasi manajemen kelas.34

4. Skripsi yang ditulis Dewi pada tahun 2012 dengan judul “Pengelolaan Kelas dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Menengah Pertama Se Kecamatan Muntilan”. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua kelompok masalah pengelolaan kelas. Pertama masalah individu yang dikelompokkan kembali menjadi empat tingkah laku peserta didik, yaitu: Ingin mendapatkan perhatian orang lain, ingin menunjukkan kekuatan, ingin menyakiti orang lain dan tingkah laku sebagai peragaan ketidakmampuan. Ke 4 masalah individu di atas yang paling sering dijumpai adalah ingin mendapatkan perhatian orang lain sedangkan yang sudah jarang ditemui adalah tingkah laku peragaan ketidakmampuan. Masalah pengelolaan kelas yang kedua adalah masalah kelompok yang dibagi menjadi enam kategori diantaranya: mudah dialihkan, reaksi negatif kepada salah satu anggota, keadaan kurang kohesif, kelas membesarkan hati anggota kelas yang melanggar, semangat kerja rendah dan kurang mampu menyesuaikan diri. Penelitian yang dilakukan Dewi juga memberikan upaya dalam mengatasi masalah pengelolaan kelas yaitu pada guru dapat memberi teguran dan nasehat kemudian guru mulai melakukan

34 Nur Taufiq, “Implementasi Manajemen Kelas Dalam Mengangani Hambatan-hambatan Kedisiplinan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqih di MTs Matholi’ul Huda Troso Pecangaan Jepara”, Skripsi, (Kudus: STAIN Kudus, 2017), h. 101.

(28)

pendekatan kepada individu maupun kelompok yang bermasalah jika peserta didik belum bisa diatasi maka guru dapat melaporkan kepada wali kelas.35 5. Jurnal yang ditulis Hidayat pada tahun 2019 dengan judul “Implementasi

Manajemen kelas pada Peserta Didik Kelas XII di MAN 1 Lampung Timur”.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pengaturan tingkah laku peserta didik yang dilakukan oleh para pendidik kelas XII IAI adalah dengan membangkitkan motivasi peserta didik dalam belajar, dengan menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan. (2) Pengaturan kedisiplinan peserta didik dilakukan dengan mewajibkan memakai seragam sesuai hari yang telah ditentukan, mengatur kedisiplinan kehadiran peserta didik di dalam kelas dengan dilakukannya absensi setiap hari sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. (3) Pengaturan minat/perhatian peserta didik:

Strategi yang dilakukan yaitu menciptakan variasi dalam belajar, seperti bercerita yang berhubungan dengan materi saat itu sehingga peserta didik akan memperhatikan materi yang disampaikan oleh pendidik. (4) Pengaturan gairah belajar peserta didik dilakukan dengan pendidik mengajar menggunakan metode pembelajaran yang komunikatif dan kreatif, dan menerapkan empat pendekatan yaitu manajerial, psikologi, proses kelompok dan elektik dan memberikan reward bagi peserta didik yang berprestasi sekaligus menjadi motivasi untuk para peserta didik lain.36

35 Rury Sandra Dewi, “Pengelolaan Kelas dalam Proses Pembelajaran Di Sekolah Menengah Pertama Se kecamatan Muntilan”, Skripsi (Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), h.

124.

36 Muhammad Ridho Hidayat, “Implementasi Manajemen Kelas Pada Peserta Didik Kelas XII di MAN 1 Lampung Timur”, Skripsi, (Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019), h. 85-86.

(29)

17

BAB II

TINJAUAN TEORETIS A. Konsep Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu kegiatan yang memberikan perubahan tingkah laku sebagai bagian dari hasil interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya.

Belajar adalah sebuah proses yang dilakukan seorang individu secara terus menerus, dimulai dari seorang individu dilahirkan di dunia hingga individu tersebut kembali kepada Nya.1 Definisi belajar yang lebih kompleks adalah sebagaimana diungkapkan oleh Reber yang mendefinisikan belajar dalam dua pengertian berikut; (1) Belajar adalah sebagai proses memperoleh ilmu pengetahuan, (2) Belajar sebagai suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.2

Senada dengan itu Winkel dalam Widianingrum menyatakan bahwa pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan memperhitungkan kejadian-kejadian ekstrim yang berperan terhadap rangkaian kejadian-kejadian intern yang dialami. Ia mendefinisikan pembelajaran sebagai pengaturan dan penciptaan kondisi-kondisi eksternal sedemikian rupa sehingga menunjang proses belajar peserta didik dan tidak menghambatnya.3

Pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu sistem atau proses belajar peserta didik. Pembelajaran dapat dilihat dari dua sudut pandang: pembelajaran

1 Rahmi Ramadhani, Dkk. Konsep dan Pengembangan Belajar dan Pembelajaran, Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020, h. 2

2 Asep Hermawan, “Konsep Belajar dan Pembelajaran Menurut Al-Ghazali”, Jurnal Qathruna, Vol. 1, No.1 (2014) h.90

3 Retno Widyaningrum, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, h.

76.

(30)

pertama dipandang sebagai suatu sistem, pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi, antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, organisasi kelas, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut pembelajaran. Kedua, pembelajaran dipandang sebagai proses, jadi pembelajaran adalah rangkaian usaha atau kegiatan guru untuk menjadikan peserta didik belajar.4

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep belajar pembelajaran adalah suatu proses memperoleh ilmu yang menjadikan manusia dari individu yang tidak mampu menjadi mampu sedangkan pembelajaran adalah akumulasi dari konsep mengajar dan belajar dan konsep tersebut dapat dipandang sebagai suatu sistem yang didalamnya terdapat beberapa komponen pemelajaran seperti peserta didik, kurikulum, tujuan, pengorganisasian serta media dan sarana prasarana yang digunakan dalam belajar.

1. Tujuan Belajar dan Pembelajaran

Tujuan belajar dan pembelajaran merupakan komponen utama yang dirumuskan oleh guru dalam proses pembelajaran. Tujuan akan memberikan gambaran proses pembelajaran ke depannya sehingga tujuan pembelajaran akan memberikan arah yang jelas dalam menetapkan bahan ajar. Tujuan pembelajaran (instructional objective) adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi dan dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.5 Lebih jelasnya lagi terkait tujuan belajar dan pembelajaran dapat diketahui dari teori pembelajaran yang dicanangkan Al-Ghazali dan Ibnu Khaldun.

4 Syahruddin Usman, Belajar dan Pembelajaran (Perspektif Islam), Gowa: Alauddin University Press, 2014, h. 13

5 Syahruddin Usman, Belajar dan Pembelajaran (Perspektif Islam), Gowa: Alauddin University Press, 2014, h. 23

(31)

19

Konsep belajar yang dicanangkan oleh Al-Ghazali mencakup dua tujuan pendidikan, yaitu: Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah kesempurnaan manusia menuju kepada pendekatan diri kepada Allah SWT dan kesempurnaan manusia menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sementara itu, konsep belajar yang dikemukakan oleh Ibnu Khaldun adalah perubahan yang diinginkan dalam hal tingkah laku individu dan dalam kehidupan pribadinya atau dalam kehidupan sosial individu tersebut. Ibnu Khaldun memiliki 3 tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran, yaitu:6

a. Pengembangan kemahiran dalam bidang tertentu (al-malakah). Setiap orang mampu memiliki pemahaman yang sama terhadap bidang tertentu akan tetapi yang membedakannya adalah keterampilan yang dimiliki seseorang.

Para pakar yang memiliki kemampuan dalam suatu bidang tertentu perlu memahami dan mendalami ilmu yang digeluti sehingga memiliki keterampilan yang sempurna.

b. Penguasaan keterampilan profesional sesuai dengan tuntutan zaman (link and match). Untuk memperoleh suatu keterampilan yang tinggi dapat menggunakan pendidikan. Selain itu, penunjang kemajuan yang terjadi di setiap zaman juga dapat menggunakan pendidikan.

c. Pembinaan pemikiran yang baik. Seseorang dengan pola pikir yang baik sejak dini, dapat dilakukan pembinaan pola pikir yang berdasar pada kemampuan berpikir baik serta ilmu pengetahuan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk membentuk individu menjadi paham terkait suatu ilmu ataupun bidang tertentu sehingga dapat berdaya saing sesuai dengan perkembangan zaman.

6 Syahruddin Usman, Belajar dan Pembelajaran (Perspektif Islam), Gowa: Alauddin University Press, 2014, h. 43

(32)

2. Konsep Pembelajaran pada Masa Rasulullah

Ilmu di masa Rasul dan khalifah adalah sesuatu yang sangat berharga.

Sedang ulama adalah pewaris para Nabi, seseorang tidak akan sanggup menjalankan tugas ilmiah kecuali bila ia berhias dengan akhlak yang tinggi, jiwanya bersih dari berbagai sifat tercela, adanya jalan ilmu dan amal serta kerja yang baik, rohani mereka meningkat naik mendekati Maha Pencipta yaitu Allah SWT.

Pendidikan Islam mengutamakan segi kerohanian dan moral, maka segi pendidikan mental, jasmani, matematik, ilmu sosial dan jurusan-jurusan praktis tidak diabaikan begitu saja, dengan demikian pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang komprehensif. Pendidikan Islam sangat memperhatikan bidang keimanan, aqidah dan pencapaian ilmu karena zat ilmiah itu sendiri, dan pada masa Rasul karakteristik ini telah dimiliki terutama aspek ilmiah, kesusasteraan dan kebendaan, walau belum setinggi pencapaian kaum muslimin di masa kejayaannya.7

Setelah banyak orang memeluk Islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut- pengikutnya. Disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama Islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) Alquran kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama Islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan

7 Muhammad Yunus dalam Hamim Hafuddin, “Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah”, Jurnal Tarbiyah, Vol. 1 No. 1, (2015), h.5

(33)

21

dengan agama Islam. Bahkan di sanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat- sahabatnya.8

Nakoesteen Sebagai yang dikutip, Hasan Asari, mengatakan bahwa pendidikan Islam yang berlangsung di masjid adalah pendidikan yang unik karena memakai sistem halaqah (lingkaran). Sang syaikh biasanya duduk di dekat dinding atau pilar masjid, sementara peserta didik duduk di depannya membentuk lingkaran dan lutut para peserta didik saling bersentuhan. Bila ditinjau lebih lanjut, bahwa sistem halaqah seperti demikian, adalah bentuk pendidikan yang tidak hanya menyentuh perkembangan dimensi intelektual, akan tetapi lebih menyentuh dimensi emosional dan spiritual peserta didik. Meskipun tidak ada batasan resmi, sebuah halaqah biasanya terdiri dari sekitar 20 orang peserta didik.9

Adapun metode pengajaran Rasulullah pada saat menyampaikan ilmu adalah dengan cara menghidupkan suasana kondusif dan menyenangkan. Untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam mengajar. Hal itu dilakukan untuk menghindarkan kebosanan dan kejenuhan peserta didik. Di antara metode yang diterapkan Rasulullah adalah; (1) metode ceramah; (2) dialog;

misalnya dialog antara Rasulullah dengan Mu’adz ibn Jabal ketika Mu’adz akan diutus sebagai qhadi ke negeri Yaman; (3) diskusi atau tanya-jawab; sering sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang suatu hukum dan Rasulullah menjawabnya; (4) metode diskusi, misalnya diskusi antara Rasulullah dan para sahabatnya tentang hukuman yang akan diberikan kepada tawanan perang Badar;

8 Muhammad Yunus dalam Hamim Hafuddin, “Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah”, Jurnal Tarbiyah, Vol. 1 No. 1, (2015), h.6

9 Zainal Efendi, “Profil Rasulullah Saw Sebagai Pendidik Ideal Dan Kontribusinya Terhadap Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia”, Jurnal Fitrah, Vol. 8, No. 2, (2014), h.

199.

(34)

(5) metode demonstrasi; (6) metode eksperimen, metode sosio-drama, dan bermain peranan.10

Selain metode halaqoh, metode lain yang digunakan pada masa Rasulullah Saw adalah metode kisah. Metode kisah adalah metode yang digunakan Rasulullah dalam menyampaikan ilmu melalui kisah-kisah orang-orang terdahulu.

Adanya metode kisah guru dapat menyampaikan materi dalam bentuk bercerita atau berkisah yang didasarkan pada kisah sejarah. Metode kisah, dapat menceritakan peristiwa sejarah secara runtut, sesuai dengan alur peristiwa yang terjadi.11 Adanya metode tersebut dapat mempermudah peserta didik dalam memahami alur peristiwa sejarah tersebut dan dapat mengambil pelajaran pada setiap kisah yang terjadi pada zaman terdahulu. Terdapat berbagai macam kisah di dalam al-Qur'an, diantaranya:12

a. Kisah para nabi, yaitu mengandung cerita tentang dakwah para nabi, mukjizat- mukjizat yang memperkuat dakwahnya, akhlak orang-orang yang menentang nabi, tahapan-tahapan dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang mempercayai dan golongan yang mendustakan.

Misalnya kisah tentang Nabi Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, dan lain-lain.

Kisah-kisah tersebut terdapat dalam surat Al-An'am, Al-Kahfi, Maryam dan surat-surat lainnya.

10 Zainal Efendi, “Profil Rasulullah Saw Sebagai Pendidik Ideal Dan Kontribusinya Terhadap Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia”, Jurnal Fitrah, Vol. 8, No. 2, (2014), h.

200.

11 Siti Nur Azizah, “Metode Kisah Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Kemampuan Bercerita Pada Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di Madrasah Ibtidaiyah”

Jurnal Studi Keislaman, Vol. 7, No. 1, (2021), h. 96.

12 Irfangi, “Implementasi Metode Kisah dalam Pembelajaran Akidah Akhlak di Madrasah Aliyah”, Jurnal Kependidikan, Vol. V, No. 1, (2017), h. 72.

(35)

23

b. Kisah al-Qur’an yang berhubungan dengan kejadian masa lalu dan figur-figur orang yang belum jelas kenabiannya, seperti Kisah Thalut dan Jalut, Dzul Qarnain, Ashabul Kahfi, Maryam, Ashabul Fiil, Ashabul Ukhdud, dan lain- lain. Kisah-kisah tersebut antara lain terdapat dalam surat Al-Fiil, AlBuruj, Al-Baqarah, Al-Kahfi, dan lain sebagainya.

c. Kisah-kisah yang berhubungan dengan kejadian yang terjadi pada masa Rasulullah Saw. Seperti peristiwa perang Badar dan perang Uhud, sebagaimana terdapat dalam surat Ali-Imran, perang Hunain dan perang Tabuk, sebagaimana yang terdapat dalam surat At-Taubah, dan lain-lain.

Al-Qur’an mempergunakan kisah-kisah untuk semua jenis pendidikan dan bimbingan yang dicakup oleh metodologi pendidikannya, yaitu untuk pendidikan mental, pendidikan akal, dan pendidikan jasmani. Kisah dalam alQur’an juga mempunyai tujuan-tujuan yang ingin diwujudkan, karena al-Qur’an bukanlah buku cerita tetapi kitab suci yang mengandung pendidikan dan tuntunan yang sangat teliti dalam penyampaiannya dan dari segi keindahan bahasanya. al-Qur’an di dalamnya terdapat kisah seorang tokoh yang memiliki kesan luhur, suci dan sempurna, sehingga patut untuk diteladani dan dijunjung tinggi, di samping itu juga terdapat kisah dari golongan yang memberikan kesan kehitaman hati dan perilaku mereka, hal ini dimaksudkan agar kita menjauhi perbuatan itu dan mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada masa Rasulullah menerapkan metode pengajaran yang disesuaikan dengan materi pembelajaran, terdapat posisi tempat duduk yang efisien dan efektif untuk setiap peserta didik serta peran Rasulullah sebagai sumber ilmu untuk para sahabat.

(36)

B. Manajemen Kelas

1. Pengertian Manajemen Kelas

Manajemen Kelas adalah rangkaian kegiatan guru dalam menciptakan kegiatan kelas yang efektif yang meliputi tujuan pengajaran, efisiensi waktu,

pengaturan ruang kelas, dan pengelompokan peserta didik.13 Menurut Evertson dan Emmer dalam Oktafiany mengungkapkan bahwa dengan

manajemen kelas yang efektif, maka mampu memaksimalkan kesempatan untuk belajar anak-anak.28 Konori dan Melaefi dalam slameto mendefinisikan manajemen kelas sebagai proses yang terorganisir dan terencana dimana guru mengarahkan usahanya menuju kegiatan kelas dan semua jenis perilaku peserta didik dalam upaya untuk mencapai apa yang direncanakan dan diorganisir yaitu tujuan pendidikan.

Hosnia dalam Slameto menganggap bahwa manajemen kelas sebagai kegiatan guru menggunakan sarana material, manusia dan moral yang tersedia dengan benar untuk mencapai tujuan pengajaran dengan sedikit usaha, biaya dan waktu314. Kemudian Mulyadi mengemukakan bahwa manajemen kelas merupakan salah satu pengelolaan proses pembelajaran yang rumit. Dikatakan rumit karena manajemen kelas dalam prosesnya membutuhkan keterampilan, pengalaman dan juga sikap dan kepribadian guru dalam mewujudkan manajemen kelas yang baik.49

13 Nurul Hidayah, “Penerapan keterampilan Manajemen Kelas dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di MI Masyarikul Anwar”, Jurnal Al-idarah: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol.4 No.1, (2019), h.33.

2 Oktafiany, “Efektivitas Pelatihan Management Kelas kepada Guru dalam Mengatasi Peserta didik Bermasalah”, Jurnal Insight. (2019), h.2.

314 Slameto, Teori, Model, Prosedur Manajemen Kelas dan Efektivitasnya, (Jakarta:

CV.Penerbit Qiara Media, 2019), h.10.

49 Faizal Chan, dkk. “Strategi Guru dalam Mengelola Kelas di Sekolah Dasar”, International Journal of Elementary Education, Vol. 3 No.4, (2019), h.440.

(37)

25

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen kelas adalah suatu ilmu dan seni mengatur kelas yang dimiliki oleh guru, sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif serta tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efisien dan efektif.

Manajemen kelas mengatur aspek di dalam kelas, bukan hanya berfokus pada ruang kelas saja tetapi juga pada pengaturan peserta didiknya. Manajemen kelas menunjukkan bahwa guru memiliki wewenang dan tanggung jawab yang cukup besar dalam menghidupkan kelas yang kondusif dan efektif hal ini dikarenakan guru menjadi pengendali dan penguasa dalam menciptakan kelas yang interaktif akan tetapi bukan berarti guru menjadi otoriter melainkan bagaimana guru bersikap komunikatif dan interaktif.

2. Teori Manajemen Kelas

Table 2.1. Teori Manajemen Kelas

Teori Model Keyakinan Dasar

B.F Skinner Modifikasi Perilaku

Pendidikan menggunakan penguatan positif dan negative atau pemberian hadiah dan hukuman untuk membentuk perilaku peserta didik.

Fritz Redl dan William Wattenberg

Kehidupan kelompok dan disiplin kelas

Guru mendorong peserta didik untuk melakukan tindakan. Memahami bahwa mereka berbeda antara individu dan ketika individu muncul sebagai anggota Kelompok. Guru mendukung peserta didik untuk pengendalian diri dan menggunakan kedua situasi menyenangkan dan tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku.

William Glasser

Pilihan Terapi dan Kualitas Sekolah

Guru mengajar, mengatur, menyediakan lingkungan yang kondusif dan peduli dan melakukan pembelajaran di kelas dengan metode yang mampu meningkatkan kualitas kehidupan peserta didik.

Thomas Gordon

Latihan efektif pendidik

Guru mengajarkan disiplin diri, menunjukkan mendengarkan secara aktif, dan mengajar langkah program

(38)

pemecahan masalah.

Rudolph Dreikurs

Pengajaran demokratis

Pendidikan menggunakan metode demokrasi, serta guru menetapkan aturan-aturan kelas dan memberikan konsekuensi yang logis dibandingkan hukuman.

Haim Ginott Komunikasi Kongruen

Guru membangun komunikasi yang harmonis dan terbuka serta menerima dan mengakui tindakan peserta didik tanpa meremehkan dan merendahkannya.

Jacob Kounin

Pengelolaan Instruksional

Pendidik menggunakan perilaku instruksional yang efektif (teknik pengajaran, manajemen pergerakan dan diskusi kelompok) untuk mempengaruhi perilaku peserta didik

Richard Curwin dan Allen

Mendler

Kedisiplinan dengan Martabat

Guru melindungi martabat peserta didik, bersikap adil, membuat daftar aturan yang masuk akal bagi para pelajar dan model perilaku yang sesuai.

Frederic Jones

Pengelolaan Kelas yang positif

Pengelolaan kelas menilai setiap peserta didik. Guru membangun kerjasama dan mempekerjakan praktisi strategi sederhana dan mudah digunakan.

Barbara Coloroso

Disiplin dalam diri

Guru membantu siswa mengembangkan Inner Discipline tanpa harus diatur dan dikendalikan serta mereka membentuk model resolusi konflik dan menggunakan konsekuensi alami.

Jerome Freiberg

Pengelolaan yang konsisten dan disiplin kooperatif

Guru meningkatkan perilaku, iklim sekolah dan prestasi akademik.

Menggunakan kepedulian dan kerjasama, mereka juga mengajarkan disiplin diri di dalam kelas.

Forest Gathercoal

Disiplin yang Bijaksana

Guru memberikan pedoman perilaku untuk kehilangan dan kerusakan properti, ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan dan gangguan yang serius dari proses pendidikan. Guru juga menunjukkan etika profesi dan membangun kelas demokratis.

Linda Albert Disiplin Guru mempengaruhi dengan membantu

(39)

27

Kooperatif untuk menghubungkan, berkontribusi dan membuat mereka mampu.

Carolyn Evertson dan Alene Harris

Mengelola kelas yang berpusat pada pelajar.

Pendidik menyediakan kelas berpusat pada peserta didik, mempertimbangkan manajemen pembelajaran instruksional dan perilaku manusia dan memulai tahun ajaran baru dengan aturan dan

harapan yang jelas Roger dan

Davis Johnson

Tiga penekanan pada disiplin sekolah dan kelas

Guru berfokus pada Kerjasama, pemecahan konflik dan nilai kewarganegaraan peserta didik. Mereka juga menggunakan hal tersebut untuk menangani kekerasan, agresi fisik dan penyalahgunaan psikologis, serta untuk mempromosikan tujuan pergerakan sekolah yang aman.

Jane Nelsen, Lynn Lott dan Stephen Glenn

Disiplin Positif Guru menekankan pada kepedulian, saling

menghormati, motivasi dan ketertiban, mengajarkan keterampilan yang diperlukan untuk kehidupan yang berhasil dan perilaku kelas yang baik Alfie Kohn Disiplin luar Disiplin yang baru tidak lebih baik dari

yang lama. Mereka masih menekankan imbalan, hukuman dan konsekuensi.

Pendidik harus mempertimbangkan peserta didik dari perspektif positif dan harus percaya bahwa mereka akan membuat keputusan yang benar.

3. Tujuan Manajemen Kelas

Manajemen kelas pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan pembelajaran.515Manajemen kelas juga bertujuan untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman untuk tempat

515Nurul Hidayah, “Penerapan keterampilan Manajemen Kelas dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di MI Masyarikul Anwar”, Jurnal Al-idarah: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol.4 No.1 (2019), h.23.

(40)

berlangsungnya proses belajar mengajar.616 Dengan demikian, proses tersebut akan dapat berjalan dengan efektif dan terarah, sehingga cita-cita pendidikan dapat tercapai demi terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas.710Tujuan manajemen kelas menurut Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini (Dirjen PAUD) dan Direktorat Jendral Pendidikan Menengah (Dirjen Dikdasmen) adalah sebagai berikut:

a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terjadinya interaksi pembelajaran. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.

c. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.811

Tujuan manajemen kelas berguna bagi peserta didik dan guru, diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Peserta Didik

a. Mendorong peserta didik dalam bertanggungjawab terhadap tingkah lakunya, serta sadar untuk mengendalikan dirinya.

610Astuti, “Manajemen Kelas yang Efektif”, Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. Vol.9 No. 2, 2019, h. 896.

711Astuti, “Manajemen Kelas yang Efektif”, Adaara: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. Vol.9 No. 2, 2019, h. 898.

(41)

29

b. Membantu peserta didik mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai dengan tata-tertib kelas dan melihat atau merasakan teguran sebagai suatu peringatan dan bukan kemarahan.

c. Menimbulkan rasa berkewajiban dalam melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku secara wajar sesuai dengan ragam aktivitas kelas.

2. Bagi Guru

a. Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah pelajaran secara tepat dan baik.

b. Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan peserta didik dan mengembangkan kompetensinya dalam memberikan pengarahan yang jelas pada peserta didik.

c. Memberi respon secara efektif terhadap tingkah laku peserta didik yang menimbulkan gangguan-gangguan kecil atau ringan serta memahami dan menguasai seperangkat kemungkinan strategi yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku peserta didik yang berlebihan atau terus-menerus melawan di kelas.917

Tujuan dari manajemen kelas adalah:

a. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin;

b. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar;

917Muhammad Anwar, Mengajar dengan Teknik Hipnosis (Classroom Management Series) (Gowa: Gunadarma Ilmu, 2018), h. 12

Referensi

Dokumen terkait

Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan sebagian pada pembentukan batu dengan meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus.. Mukus meningkatkan

10 Secara lebih rinici pembobotan tujuan pengembangan UMKM yang dilakukan oleh para stakeholders menunjukkan bahwa untuk variabel tenaga kerja, faktor yang

UMKM Tahu di Kelurahan Tinalan Gang IV Kota Kediri juga bekerja keras untuk mendapatkan modal awal, dengan tidak meminjam pihak manapun dan lebih memilih

Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimumkan sintesis epoksida minyak jarak pagar melalui ragam suhu (T) dan konsentrasi katalis pada waktu (t) reaksi 12 jam, mencirikan

Tampilnya pemimpin kharismatik Islam sultan Salahuddin al-Ayyubi (sultan Saladin) yang berhasil mempersatukan Mesir dan Syria dibawah kekuasaannya berhasil pula

Dengan Menerapkan Metode Activity Based Costing (ABC) (Studi Kasus Pada UD. Mbok Sri Palu Sulawesi Tengah)” ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah direncanakan.. Adapun

Dengan demikian penelitian tindakan kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja

Analisis data terapi kognitif: semantic precision dalam meningkatkan rasa percaya diri bagi tahanan wanita di rutan perempuan klas 2a Surabaya menggunakan