• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KATOI KABUPATEN KOLAKA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "STUDI PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KATOI KABUPATEN KOLAKA UTARA"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI KATOI KABUPATEN KOLAKA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

YUDI RESKIAWAN 45 14 042 013

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Yudi Reskiawan (4514042013). Studi Pengembangan Kawasan Ekonomi Katoi Kabupaten Kolaka Utara (Dibimbing oleh: Murshal Manaf dan Ilham Yahya).

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi potensi pengembangan kawasan ekonomi di Kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara, (2) Untuk mengetahui arahan pengembangan kawasan ekonomi di Kecamatan Katoi Kab. Kolaka Utara.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis data yang digunakan secara kuantitatif yaitu menggunakan alat analisis Location Question (LQ) untuk mengetahui sektor basis apa saja yang ada di Kecamatan Katoi dan memiliki potensi ekspor. Analisis data yang digunakan secara kualitatif yaitu menggunakan analisis SWOT yang menguraikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

Hasil analisis diketahui bahwa Kecamatan Katoi memiliki sektor basis ekonomi dari aspek sumbedaya alam adalah (pertanian dan peternakan) serta aspek sumberdaya buatan (pariwisata dan pelabuhan) maka konsep dan strategi pertumbuhan kawasan strategis Kecamatan Katoi menggunakan strategi SO yaitu 1.Memanfaatkan potensi unggulan seperti pertanian, pelabuhan dan pariwisata dalam upaya mengembangkan suatu kawasan perekonomian di Kabupaten Kolaka Utara

,

2.Menigkatkan sarana dan prasarana pendukung dalam mengembangkan industri pertanian, pelabuhan, dan pariwisata, 3.Meningkatkan nilai ekspor pada sektor pertanian

,

4.Memanfaatkan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan kawasan ekonomi dalam meningkatkan pendapatan asli daerah.

Kata Kunci : Sektor Basis, Kawasan Ekonomi, Kawasan Katoi

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kiranya penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,atas perlindungan dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini dengan judul “Studi

Pengembangan Kawasan Ekonomi Katoi Kabupaten Kolaka Utara“

Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang wajib dipenuhi untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universita Bosowa Makassar, dan merupakan salah satu proses akhir dari kegiatan pembelajaran di universitas pada umumnya dan jurusan perencanaan wilayah dan kota pada umumnya.

Penulis menyadari bahwa betapa berat dan banyaknya halangan yang datang dalam proses penyelesaian tugas akhir ini, namun dengan bantuan bimbingan dan nasehat dari berbagai pihak, hambatan yang ada dapat dilalui dengan cepat. Oleh karena itu pada kesempatan ini juga tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Murshal Manaf, MT. selaku pembimbing I dan Bapak Ilham Yahya, ST, MSP. selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya, pikiran dan kesabaran dalam membimbing penulis mulai dari persiapan sampai akhir penulisan.

(7)

Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ridwan, ST, M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik, Wakil Dekan beserta staf Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

2. Bapak Ir. Jufriadi, ST, MSP selaku Ketua, Sekertaris, Dosen dan Staf Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

3. Terkhusus Kedua orang tua tercinta ayahanda Martin dan ibunda Ita dan yang tak kenal lelah dalam mendoakan, memberi semangat dan nasehat selama menempuh pendidikan hingga ke perguruan tinggi.

4. Bapak Ilham Yahya, ST, MSP yang sudah menjadi orang tua kedua selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Bosowa, yang selalu memberikan nasehat dan bantuan baik itu dari segi materi maupun non materi selama masa perkuliahan.

5. Saudara-saudaraku Mita Nelanti, Yulita Agustiani dan Yitma Adha yang selalu memberikan semangat dan bantuannya selama adindanya menempuh pendidikan di Kota Makassar

6. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Planologi angkatan 2014 (MAP-014) yang selalu menjadi partner/team yang solid selama perkuliahan di Universitas Bosowa.

7. Teman-teman seperjuangan selama SD, SMP dan SMA. Terkhusus sahabat-sahabatku Andi Besse Muliasari, Nurainun Saleha dan

(8)
(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Pembahasan ... 7

F. Sistematika Pembahasan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Pengembangan Wilayah ... 9

B. Konsep Pengembangan Wilayah ... 11

1. Konsep Pengembangan Wilayah Berbasis Karakteristik Sumber Daya ... 12

2. Konsep Pengembangan Wilayah Berbasis Penataan Ruang ... 13

(10)

3. Konsep Pengembangan Wilayah Terpadu ... 14

4. Konsep Pengembangan Wilayah Berbasi Kelompok ... 16

C. Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan ... 17

D. Pengembangan Kawasan ... 19

E. Pembangunan Ekonomi ... 23

1. Unsur-unsur Pembangunan Ekonomi ... 25

2. Faktor Pembangunan Ekonomi ... 26

3. Tujuan Pembangunan Ekonomi ... 27

F. Konsep Pertumbuhan Ekonomi ... 27

G. Pembangunan Ekonomi Daerah ... 29

H. Teori Petumbuhan dan Pembangunan Daerah... 30

1. Teori Ekonomi Neo Klasik ... 31

2. Teori Basis Ekonomi ... 32

I. Teori Sektor Unggulan ... 36

J. Pembangunan Sektor Unggulan dan Strategi Pembangunan Daerah ... 37

K. Kerangka Pikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Rancangan Penelitian ... 41

1. Ruang Lingkup Penelitian ... 41

2. Jenis dan Sumber Data ... 43

B. Metode Pengumpulan Data ... 44

(11)

C. Metode Analisis Data ... 45

1. Analisis LQ ... 45

2. Analisis SWOT ... 47

D. Defenisi Operasional ... 51

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Tinjauan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kolaka Utara... 54

1. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kolaka Utara ... 54

2. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kolaka Utara54 3. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten ... 59

B. Gambaran Umum Kabupaten Kolaka Utara ... 61

1. Luas dan Letak Geografis ... 61

2. Kondisi Fisik Dasar ... 64

3. Kependudukan ... 70

4. Sumberdaya Alam ... 72

C. Gambaran Umum Kecamatan Katoi ... 79

1. Luas dan Letak Geografis ... 79

2. Kondisi Fisik Dasar ... 81

3. Kependudukan ... 89

4. Sumberdaya Alam ... 90

5. Transportasi ... 97

(12)

D. Analisis LQ Sektor Unggulan ... 100 1. Perhitungan LQ ... 101 2. Hasil Analisis Sektor Unggulan ... 103 E. Analisis SWOT Strategi Pengembangan Kawasan Ekonomi

Terpadu Kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara ... 104 1. Analisis Faktor Internal ... 104 2. Analisis Faktor Eksternal ... 105 F. Konsep dan Strategi Pengembangan Kawasan Ekonomi Katoi .. 115

BAB V PENUTUP ... 117

A. Kesimpulan ... 117 B. Saran ... 119 DAFTAR PUSTAKA

...

LAMPIRAN ...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Model Pembobotan Analisis Faktor Strategis

Internal (IFAS) 48 Tabel 3.2. Model Pembobotan Analisis Faktor Strategis

Ekstenal (EFAS) 49 Tabel 3.3. Matriks Analisis SWOT ... 51 Tabel 4.1. Luas Kabupaten Kolaka Utara Dirinci Menurut Kecamatan

Tahun 2017 62 Tabel 4.2. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten

Kolaka Utara Tahun 2017 66 Tabel 4.3. Luas Penggunaan Lahan (Ha) Kabupaten Kolaka Utara ... 69 Tabel 4.4. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Menurut Kecamatan

di Kabupaten Kolaka Utara Tahun 2017 71 Tabel 4.5. Jumlah Panen dan Produksi Tanaman Pangan Kabupaten

Kolaka Utara Tahun 2017 73 Tabel 4.6. Jumlah Panen dan Produksi Holtikultura di Kabupaten

Kolaka Utara Tahun 2017 74 Tabel 4.7. Jumlah Panen dan Produksi Perkebunan di Kabupaten

Kolaka Utara Tahun 2017 76 Tabel 4.8. Jumlah Populasi dan Produksi Daging Ternak di Kabupaten

Kolaka Utara Tahun 2017 77 Tabel 4.9 Jumlah Produksi Perikanan di Kabupaten Kolaka Utara

Tahun 2017 78 Tabel 4.10. Luas Kecamatan Katoi Dirinci Per Desa Tahun 2017 ... 81 Tabel 4.11. Jumlah Curah Hujan, Hari Hujan, Kecepatan Angin dan

(14)

Rata-rata Suhu di Kecamatan katoi Tahun 2017 ... 84

Tabel 4.12. Luas Penggunaan Lahan (Ha) di Kecamatan Katoi Tahun 2015-2017... 85

Tabel 4.13. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Katoi Tahun 2013-2017... 90

Tabel 4.14. Jumlah Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Katoi Tahun 2017 ... 92

Tabel 4.15. Jumlah Panen dan Produksi Holtikultura di Kecamatan Katoi Tahun 2017... 93

Tabel 4.16. Jumlah Panen dan Produksi Perkebunan di Kecamatan Katoi tahun 2017 ... 94

Tabel 4.17. Jumlah Populasi dan Produksi Daging Ternak di Kecamatan Katoi Tahun 2017 ... 95

Tabel 4.18. Jumlah Produksi Perikanan di Kecamatan Katoi Tahun 2017 ... 96

Tabel 4.19. Jumlah dan Jenis Angkutan Umum Menurut Desa di Kecamatan Katoi Tahun 2017 ... 98

Tabel 4.20. Data Jumlah Kegiatan Bongkar-Muat Kapal Pelabuhan Tobaku Tahun 2017 ... 100

Tabel 4.21. Data Produksi Pertanian Tahun 2017 ... 101

Tabel 4.22. Hasil Produksi LQ Sektor Pertanian Tahun 2018 ... 103

Tabel 4.23. Matriks SWOT ... 107

Tabel 4.24. Standar Indeks Bobot Kualitatif dan Kuantitatif Berdasarkan Parameter Strategis ... 109

Tabel 4.25. Internal Strategi Factor Analysis (IFAS) ... 110

Tabel 4.26. Nilai Skor IFAS ... 111

(15)

Tabel 4.27. Eksternal Strategi Factor Analysis (EFAS) ... 112 Tabel 4.28. Skor EFAS ... 113

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kabupaten Kolaka Utara ... 63

Gambar 4.2. Peta Topografi Kabupaten Kolaka Utara ... 67

Gambar 4.3. Peta Curah Hujan Kabupaten Kolaka Utara ... 68

Gambar 4.4. Peta Administrasi Kecamatan Katoi ... 80

Gambar 4.5. Peta Kemiringan Lereng Kecamatan Katoi ... 86

Gambar 4.6. Peta Curah Hujan Kecamatan Katoi ... 87

Gambar 4.7. Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Katoi ... 88

Gambar 4.8. Sektor Pertanian Kecamatan Katoi ... 91

Gambar 4.9. Destinasi Pariwisata Tanjung Tobaku Kec. Katoi ... 97

Gambar 4.10. Kawasan Pelabuhan Tobaku Kec. Katoi ... 99

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan ekonomi antar negara dan antar daerah telah menjadi paradigma global, untuk mengatasi kesenjagan ekonomi merupakan salah satu sasaran pembagunan wilayah (Regional), kemajuan dalam hubungan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena, perkembangan ekonomi antar wilayah yang tumbuh semakin bertambah luas dan bertambah intensif, seiring perjalanan waktu muncul kutub pertumbuhan baru yang juga mengalami perkembangan dan menjadi konsentrasi aktivitas ekonomi sebagaimana dapat dilihat secara umum, ekonomi adalah sebuah bidang kajian tentang pengurusan sumberdaya material individu, masyarakat dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia, meskipun potensi, kondisi dan karakteristik suatu wilayah lingkungan bervariasi. Namun peranan dan fungsi wilayah sangat berpengaruh sebagai wadah bagi kegiatan-kegiatan pertumbuhan pembangunan wilayah, kegiatan pertumbuhan (ekonomi) wilayah tidak dapat dilepaskan (dipisahkan dari wadahnya), yaitu wilayah pertumbuhan dan lingkungan sekitarnya.

(18)

Secara umum pembangunan perekonomian merupakan salah satu indikasi perkembangan suatu wilayah dalam usahanya mencapai kemajuan serta tingkat kesejahteraan yang diinginkan. Dalam konsepsi yang sederhana, ukuran dari tingkat kesejahteraan sebagai hasil dari pembangunan ekonomi tersebut, merupakan perbandingan antara pendapatan dengan jumlah penduduk yang dimiliki atau disebut juga sebagai pendapatan perkapita. Bagaimana membuat suatu titik temu diantara upaya dalam meningkatkan pendapatan perkapita suatu wilayah dengan pertumbuhan ekonomi dan disisi lain mengupayakan pemerataan pertumbuhan.

Di Indonesia pembangunan ekonomi belum bisa dikatakan dalam keadaan baik. Dimana masih terdapatnya ketimpangan ekonomi antar daerah, hal yang paling mendasar yaitu tingkat kemiskinan dan pengangguran masih yang relatif tinggi, serta pendapatan per kapita daerah yang masih rendah. selain itu pengembangan potensi-potensi sektor unggulan tiap-tiap daerah belum dimaksimalkan dalam hal meningkatkan perekonomian. Tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan pembangunan wilayah lebih banyak berorientasi pada Kawasan Barat Indonesia dari pada Kawasan Timur Indonesia sehingga menyebabkan kesenjangan antara Kawasan Barat Indonesia dan Kawasan Timur Indonesia.

(19)

Namun sejalan dengan era globalisasi dan perdagangan bebas yang menuntut daya saing dari tiap-tiap daerah, masalah kesenjangan ini mulai mendapat perhatian dengan cara menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru dikawasan timur Indonesia yang di harapkan dapat menjadi penggerak utama bagi daerah di sekitarnya dengan dasar pertimbangan memiliki sebuah potensi wilayah atau kawasan yang cepat tumbuh, mempunyai sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya dan memiliki potensi pengembalian investasi yang besar terhadap wilayah atau kawasan tersebut.

Dalam pengembangan potensi suatu daerah yang diwujudkan dalam bentuk pembangunan yang nyata tak terpisahkan dari Program Pembangunan Nasional. Kebijakan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat di setiap daerah dimaksudkan untuk kemampuan daerah, pemerataan pembangunan berbagai sektor merupakan suatu usaha menunjang pembangunan nasional. Demikian pula sebaliknya, bahwa peningkatan pembangunan nasional akan berdampak positif terhadap pembangunan di setiap daerah tersebut yaitu dapat meningkatkan pendapatan daerah. Dalam hal ini adalah Produk Domestik Regional bruto (PDRB) yang akan berpengaruh terhadap tingkat pengeluaran pemerintah, rumah tangga, swasta atau

(20)

peningkatan investasi, maupun peningkatan pendapatan masyarakat sehingga mampu meningkatkan daya beli masyarakat.

Kabupaten Kolaka Utara merupakan kabupaten dengan wilayah daratan seluas ±3.391,62 km² dan wilayah perairan laut membentang sepanjang Teluk Bone seluas ± 12.376 km². Dengan luasan kawasan tersebut terdapat sektor-sektor yang menjadi unggulan dalam pembangunan ekonomi diantaranya sektor pertanian, perikanan, dan pertambangan. Berdasarkan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kolaka Utara, pertumbuhan PDRB Kabupaten Kolaka Utara pada tahun 2017 mencapai 6,03 persen. Pencapaian ini tentunya didukung oleh sektor-sektor unggulan yang mengalami pertumbuhan positif tiap tahunnya.

Kontribusi masing-masing sektor menunjukan bahwa dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 kategori lapangan usaha pertanian masih tetap mendominasi dalam pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari peranan sektor pertanian terhadap PDRB Kolaka Utara yang selalu di atas 40 persen. Namun Pada tahun 2017 kontribusi sektor pertanian sebesar 42,02% lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 42,03%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan kontribusi sektor-sektor unggulan lainnya terhadap nilai produk domestik regional bruto (PDRB) sehingga perlu adanya suatu kajian terhadap pengembangan sektor-sektor unggulan lainnya.

(21)

Kecamatan Katoi merupakan kawasan yang memiliki kondisi eksisting yang cukup strategis dalam pengembangan suatu kawasan perekonomian di Kabupaten Kolaka Utara. Berdasarkan kebijakan RTRW Kabupaten, Kecamatan Katoi diperuntukkan sebagai kawasan strategis untuk kepentingan ekonomi, dalam hal ini sebagai kawasan industri pertanian hasil perkebunan dan kawasan transportasi. Hal ini diperkuat letak geografis kawasan Kecamatan Katoi yang sangat strategis dimana adanya potensi sumberdaya alam yang dimiliki seperti sektor pertanian yang menjadi suatu sektor unggulan dan terdapatnya potensi pariwisata yang mampu memberikan pengaruh terhadap perekonomian di Kabupaten Kolaka Utara. Selain itu terdapatnya pelabuhan penyeberangan yang tidak dimiliki oleh kecamatan lain yang ada disekitar Kecamatan katoi, yang menjadi moda transportasi bongkar muat barang dan penumpang langsung ke Provinsi Sulawesi Selatan, mengingat aksesibilitas menuju Pelabuhan Siwa selanjutnya Kota Makassar ini lebih mudah dibandingkan bila melalui jalan darat.

Maka sebagaimana hal diatas maka diperlukan suatu arahan pengembangan kawasan Kecamatan Katoi sebagai suatu kawasan pengembangan ekonomi yang mampu memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Kolaka Utara, serta memberikan dampak pengembangan kawasan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah.

(22)

B. Rumusan masalah

Sebagaimana penjelasan pada latar belakang, rumusan masalah yang akan dikaji pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana potensi pengembangan kawasan ekonomi di Kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara.

2. Bagaimana strategi pengembangan kawasan ekonomi di Kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah :

1. Mengidentifikasi potensi pengembangan ekonomi di Kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara

2. Mengetahui arahan pengembangan kawasan ekonomi di Kecamatan Katoi Kab. Kolaka Utara.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan arahan pengembangan Kawasan Ekonomi di Kabupaten Kolaka Utara dalam meningkatkan perekonomian wilayah.

2. Sebagai bahan pertimbangan pemerintah Kabupaten/Kota terhadap pengembangan kawasan ekonomi di Kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara

(23)

3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya tentang kawasan ekonomi

E. Ruang Lingkup Pembahasan

Terkait dengan tujuan penelitian diatas maka ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu difokuskan pada kecamatan katoi dalam upaya pengembangan kawasan ekonomi di Kabupaten Kolaka Utara.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam penulisan penelitian ini, maka dibuat susunan kajian berdasarkan metodologinya, dalam bentuk sistematika penulisan;

• BAB I PENDAHULUAN

Pembahasan pada bab ini berisi Latar belakang, Rumusan masalah. Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Ruang lingkup pembahasan, dan Sistematika pembahasan.

• BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini memuat beberapa literatur yang nantinya akan digunakan sebagai dasar teori dalam membahas permasalahan yang dikemukakan diantaranya: Pengembangan wilayah, Konsep pengembangan wilayah, Pembangunan wilayah berbasis sektor unggulan, Teori sektor unggulan, Pengembangan kawasan, Pembangunan Ekonomi, Pembangunan ekonomi daerah, Teori

(24)

basis ekonomi, Pembangunan sektor unggulan dan strategi pembangunan daerah.

• BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini memuat tentang: Rancangan penelitian, Metode pengumpulan data, Metode analisis data, dan Kerangka pembahasan.

• BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang: Tinjauan dan kebijakan RTRW kabupaten, Gambaran umum wilayah kabupaten, Gambaran umum kecamatan, Analisis sektor unggulan, dan Analisis SWOT strategi pengembangan kawasan.

• BAB V PENUTUP

Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah adalah upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi,mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Zen dalam Alkadri (2001) menggambarkan tentang pengembangan wilayah sebagai hubungan yang harmonis antara sumberdaya alam, manusia, dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan dalam memberdayakan masyarakat.

Pengembangan wilayah dalam jangka panjang lebih di tekankan pada pengenalan potensi sumberdaya alam dan potensi pengembangan lokal wilayah yang mampu mendukung (menghasilkan) pertumbuhan ekonomi, serta upaya mengatasi kendala pembangunan yang ada di daerah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Pengembangan wilayah sangat di pengaruhi oleh komponen-komponen tertentu seperti:

sumberdaya lokal, pasar, tenaga kerja, investasi, serta kemampuan pemerintah (friedman and allonso, 2008).

Pengembangan wilayah merupakan upaya yang sistematik dan berkesinambungan untuk menciptakan keadaan yang dapat

(26)

menyediakan berbagai alternatif yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik.Sedangkan menurut Anwar (2005), pembangunan wilayah dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan wilayah yang mencakup aspek-aspek pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan yang berdimensi lokasi dalam ruang dan berkaitan dengan aspek sosial ekonomi wilayah. Pengertian pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah mengalami evolusi perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang menekankan kepada pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan kesempatan kerja, pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada kebutuhan dasar (basic need approach), pertumbuhan dan lingkungan hidup, dan pembangunan yang berkelanjutan (suistainable development).

Menurut Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Ditjen Penataan Ruang, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002), Prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan wilayah adalah :

1. Sebagai growth center dimana pengembangan wilayah tidak hanya bersifat internal wilayah, namun harus diperhatikan sebaran atau pengaruh (spred effect) pertumbuhan yang dapat ditimbulkan bagi wilayah sekitarnya, bahkan secara nasional.

(27)

2. Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerjasama pengembangan antar daerah dan menjadi persyaratan utama bagi keberhasilan pengembangan wilayah.

3. Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang merupakan integrasi dari daerah-daerah yang tercakup dalam wilayah melalui pendekatan kesetaraan

suatu wilayah pengembangan diharapkan mempunyai unsur-unsur strategis antara lain berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan infrastruktur yang saling berkaitan dan melengkapi sehingga dapat dikembangkan secara optimal dengan memperhatikan sifat sinergisme di antaranya (Direktorat Pengembangan Wilayah dan Transmigrasi, 2003).

B. Konsep Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah sangat bergantung kepada potensi sumber daya alam, ekonomi, kondisi sosial budaya, dan infrastruktur yang dimiliki oleh suatu wilayah. Konsep pengembangan wilayah terdiri atas konsep pengembangan wilayah berbasis karakteristik sumber daya, konsep pengembangan wilayah berbasis penataan ruang, konsep pengembangan wilayah terpadu, dan konsep pengembangan wilayah berbasis kelompok (cluster).

(28)

1. Konsep Pengembangan Wilayah Berbasis Karakteristik Sumber Daya

Pengembangan wilayah dapat dilakukan berdasarkan karakteristik sumber daya yang dimiliki oleh suatu wilayah.Dengan memperhatikan sumber daya yang dimiliki, maka dapat ditentukan arahan pengembangan wilayah yang paling tepat.Konsep pengembangan wilayah berbasis karakteristik sumber daya masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi pengembangan wilayah berbasis sumber daya, pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan, pengembangan wilayah berbasis efisiensi, dan pengembangan wilayah berbasis pelaku pembangunan.Terdapat beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam konsep pengembangan wilayah berbasis sumber daya, di antaranya sebagai berikut.

a. Bagi wilayah yang memiliki banyak sumber daya manusia, namun sumber daya alamnya terbatas, strategi pengembangan yang tepat adalah dengan menciptakan lapangan kerja yang bersifat padat karya dan melakukan pengiriman tenaga kerja ke wilayah lain.

b. Bagi wilayah yang memiliki keindahan alam serta seni budaya, strategi pengembangan yang tepat adalah dengan

(29)

diarahkan untuk mengembangkan sektor kepariwisataan beserta sarana dan prasarana pendukungnya.

c. Bagi wilayah yang memiliki sumber daya alam melimpah, strategi pengembangan yang tepat adalah dengan melakukan ekspor ke wilayah lain, baik berupa bahan mentah maupun bahan setengah jadi.

d. Bagi wilayah yang memiliki keterbatasan manajemen, strategi pengembangan yang tepat adalah dengan diarahkan membangun sistem kelembagaan yang kuat dan manajemen yang baik.

2. Konsep Pengembangan Wilayah Berbasis Penataan Ruang Konsep pengembangan wilayah berbasis penataan ruang dilakukan berdasarkan penataan ruang wilayah provinsi dan wilayah kabupaten. Konsep ini terdiri atas konsep pusat pertumbuhan dan konsep integrasi fungsional.Pusat pertumbuhan dapat ditetapkan melalui penataan ruang wilayah.Suatu tempat yang ditetapkan sebagai pusat pertumbuhan sebaiknya merupakan suatu wilayah yang memiliki infrastruktur yang baik.Hal ini dimaksudkan agar dapat menghemat investasi prasarana dasar sehingga sektor unggulan dapat dikembangkan dengan cepat. Setelah itu, pengembangan untuk wilayah di sekitarnya diharapkan melalui proses tetesan ke bawah.

(30)

Konsep integrasi fungsional adalah konsep pengembangan wilayah berbasis penataan ruang yang mengutamakan adanya integrasi antara berbagai pusat pertumbuhan untuk saling melengkapi.Konsep ini menyatakan bahwa suatu wilayah memiliki hierarki (tingkatan atau jenjang) yang harus dikembangkan secara menyeluruh sesuai dengan porsi masing-masing wilayah. Konsep ini dikembangkan dalam konsep center-periphery, yaitu konsep integrasi fungsional yang dimaksudkan agar terjadi ikatan yang kuat ke depan maupun ke belakang dari suatu proses pengembangan wilayah.

Pembangunan yang dilaksanakan selama ini cenderung masih bersifat top down. Maksudnya, kebijakan dan keputusan terhadap wilayah-wilayah ditentukan oleh pemerintah pusat.Kebijakan ini tidak dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat apabila pemerintah kurang memahami kondisi wilayah di bawahnya.Oleh karena itu, diperlukan adanya masukan dari setiap wilayah kepada pemerintah pusat untuk menjadi pertimbangan dalam menentukan kebijakan.

3. Konsep Pengembangan Wilayah Terpadu

Pengembangan wilayah terpadu merupakan upaya pembangunan wilayah-wilayah khusus yang bersifat lintas sektoral agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta

(31)

menanggulangi kemiskinan di wilayah yang relatif tertinggal.

Program ini berorientasi pada strategi pemerataan pembangunan yang dapat berorientasi sektoral maupun regional. Apabila berkaitan dengan beragamnya kegiatan sektoral dalam satu wilayah, maka program ini berorientasi sektoral. Sementara itu, apabila terkait dengan upaya untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan dari suatu wilayah tertentu, maka program ini berorientasi regional. Sebagai contoh, pengembangan wilayah terpadu adalah pengembangan wilayah kepulauan, pengembangan kawasan penyangga, pengembangan konservasi lahan kritis dan lingkungan hidup, serta pengembangan wilayah tertinggal dan perbatasan.

Konsep pengembangan wilayah secara terpadu berarti penanganan pelaksanaan program dilakukan melalui serangkaian kegiatan yang bersifat multisektor, serta disesuaikan menurut permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing wilayah. Aspek- aspek utama kegiatan pengembangan didasarkan pada pengembangan kualitas sumber daya manusia, melalui berbagai bentuk pelatihan, transformasi teknologi, serta berorientasi pada kebutuhan permintaan pasar. Pengelolaan program pengembangan wilayah terpadu sepenuhnya melibatkan pemerintah daerah tingkat kabupaten dan masyarakat.

(32)

Pengembangan wilayah secara terpadu dilakukan dengan memberikan peluang peran serta yang lebih besar kepada lembaga swadaya masyarakat, kaum muda, kaum wanita, dan organisasi masyarakat lainnya.Konsep pengembangan wilayah terpadu belum dapat berhasil secara optimal karena program ini belum diikuti oleh pengembangan kelembagaan pengelolaan yang dapat menjamin keberlanjutan program.Program kegiatan yang dilaksanakan juga masih berorientasi pada kegiatan pembangunan prasarana dan sarana fisik dan kurang memperhatikan transfer pengetahuan maupun teknologi kepada masyarakat lokal.

4. Konsep Pengembangan Wilayah Berbasis Kelompok (Cluster)

Konsep pengembangan wilayah berbasis cluster merupakan konsep yang mulai dikembangkan di beberapa negara. Cluster diartikan sebagai konsentrasi dari suatu kelompok kerja sama bisnis atau unit-unit usaha dan lembaga-lembaga yang bekerja sama dan saling tergantung satu sama lain dalam bidang unggulan tertentu.

Cluster juga dapat dipandang sebagai suatu kelompok pembangun

ekonomi wilayah yang menunjukkan adanya spesialisasi wilayah serta terfokus pada industri tertentu. Setiap anggota cluster memiliki hubungan yang saling berkontribusi, khususnya dalam bidang infrastruktur, teknologi, tenaga kerja ahli, dan jasa pelayanan. Arah pengembangan cluster yang diharapkan

(33)

adalah menarik investasi baru, mendorong adanya ekspansi, dan terbentuknya unit usaha baru. Tujuan pengembangan wilayah berbasis cluster adalah sebagai berikut.

a. Berkembangnya pasar dan jaringan kerja internasional.

b. Kesempatan untuk mengembangkan inovasi dan perdagangan melalui jaringan kerja yang kuat.

c. Berkembangnya infrastruktur pendukung.

d. Diharapkan adanya manfaat dalam kesejahteraan, kesempatan kerja, dan ekspor.

e. Tumbuhnya generasi pengusaha-pengusaha lokal baru yang memiliki sendiri usaha bisnisnya.

f. Berkembangnya kemitraan dengan pemerintah berdasarkan atas hubungan saling ketergantungan.

g. Berkembangnya budaya baru dalam upaya-upaya kerjasama dengan biaya transaksi yang rendah.

C. Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan

Pembangunan Wilayah Berbasis Sektor Unggulan pada perencanaan ekonomi regional, para pelaksana dan pengambil kebijakan menghadapi suatu tantangan bagaimana caranya agar perekonomian disuatu wilayah tersebut dapat mencapai keadaan yang lebih baik di masa mendatang dibandingkan dengan keadaan yang ada sekarang.

Pada daerah yang belum berkembang, Hirschman

(34)

dalam Todaro and Smith (1989), mengemukakan bahwa pembangunan tidak seimbang (unbalance growth) adalah model pembangunan yang lebih cocok untuk mempercepat proses pembangunan daerah. Alasan yang mendasari model ini adalah:

1. Secara historis pembangunan ekonomi yang terjadi tidak seimbang.

2. Untuk mempertinggi efisiensi penggunaan sumberdaya yang tersedia.

3. Pembangunan tidak seimbang akan menimbulkan kemacetan (bottleneck)

pendorong bagi pembangunan selanjutnya. Lebih lanjut Hirschman mengatakan bahwa proses pembangunan yang terjadi antara dua periode tertentu akan tampak bahwa berbagai sektor kegiatan ekonomi mengalami perkembangan dengan laju berbeda, yang berarti pula pembangunan berjalan dengan tidak seimbang. Perkembangan sektor unggulan (leading sector) akan merangsang perkembangan sektor lainnya. Pembangunan tidak seimbang ini juga dianggap lebih sesuai untuk dilaksanakan di negara atau daerah berkembang karena daerah- daerah tersebut pada umumnya juga menghadapi masalah kekurangan sumberdaya. Untuk mengetahui prioritas pembangunan sektoral yang mengarah pada sektor unggulan, maka perlu diketahui dampak antar sektor dalam perekonomian. Dampak keterkaitan antar sektor akan

(35)

memberikan gambaran jelas mengenai sektor-sektor yang mempunyai peranan besar, baik bagi sektornya sendiri maupun sektor lainnya sebagaimana yang dikemukakan Miyarto (1993) dalam Miradini (2010). Dengan demikian kebijakan yang berkaitan dengan perencanaan perekonomian wilayah akan lebih diprioritaskan pada sektor tersebut. Salah satu pendekatan sektoral yang sekaligus dapat melihat keterkaitan antara satu sektor perekonomian dengan sektor lainnya dan sebaliknya, dikenal dengan analisis input-output, atau analisis masukan-keluaran.

D. Pengembangan Kawasan

Konsep kawasan adalah wilayah yang berbasis pada keberagaman fisik dan ekonomi, tetapi memiliki hubungan erat dan saling mendukung satusama lain secara fungsional demi mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam kaitan ini, Kawasan didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai fungsi tertentu, dimana kegiatan ekonominya, sektor, dan produk unggulannya mempunyai potensi mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Kawasan ini secara sendiri-sendiri maupun secara bersama membentuk suatu klaster. Klaster dapat berupa klaster pertanian dan klaster industri, tergantung dari kegiatan ekonomi yang dominan dalam kawasan itu.

(36)

Pengembangan kawasan adalah usaha untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan kesalingtergantungan dan interaksi antara sistem ekonomi (economic system), masyarakat (social system), dan lingkungan hidup beserta sumberdaya alamnya (ecosystem). Setiap sistem ini memiliki tujuannya masing-masing.

Secara umum, tujuan dari pengembangan kawasan ini dapat dirumuskan sebagai berikut (Bappenas, 2004):

1. Membangun masyarakat pedesaan, beserta sarana dan prasarana yang mendukungnya.

2. Mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

3. Mengurangi tingkat kemiskinan melalui peningkatan pendapatan masyarakat.

4. Mendorong pemerataan pertumbuhan dengan mengurangi disparitas antar daerah.

5. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan konservasi sumberdaya alam demi kesinambungan pembangunan daerah.

6. Mendorong pemanfaatan ruang desa yang efisien dan berkelanjutan.

Pengembangan kawasan dilaksanakan berdasarkan pada prinsip- prinsip yang sesuai dengan arah kebijakan ekonomi nasional (Bappenas,2014), yaitu:

(37)

1. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan.

2. Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global, sesuai dengan kemajuan teknologi, dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan kompetensi produk unggulan.

3. Memberdayakan pengusaha kecil, menengah, dan koperasi, agar mampu bekerja sam secara efektif, efisien, dan berdaya saing global.

4. Mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keragaman sumber daya bahan pangan dan hortikultura, kelembagaan, dan budaya lokal.

5. Mempercepat pembangunan ekonomi daerah dengan memberdayakan para pelakunya sesuai dengan semangat otonomi daerah.

6. Mempercepat pembangunan perdesaan dalam rangka pemberdayaan masyarakat daerah, khusunya para petaninya dengan kepastian dan kejelasan hak dan kewajiban semua pihak.

7. Memaksimalkan peran pemerintah sebagai fasilitator dan pemantau seluruh kegiatan pembangunan di daerah.

(38)

Selain tujuan-tujuan tersebut, dipandang dari segi kepentingan daerah, pengembangan kawasan dapat diarahkan untuk mencapai hal-hal berikut:

1. Meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup, kemampuan, dan kapasitas ekonomi dan social masyarakat pedesaan.

2. Meningkatkan ikatan komunitas masyarakat atau rakyat sekitar kawasan yang memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian dan keamanannya.

3. Meningkatkan mutu, produktivitas, dan keamanan kawasan.

4. Menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha, dan meningkatkan pendapatan negara dan pendapatan masyarakat atau rakyat.

5. Mendorong dan mempercepat pengembangan wilayah demi mencapai kemajuan dan kemandirian daerah.

1. Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan pertumbuhan daerah.

2. Mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampu mendorong kegiatan ekonomi sektor lain dalam kawasan itu sendiri maupun dikawasan sekitarnya.

3. Memiliki keterkaitan kedepan (memiliki daerah pemasaran produk-produk yang dihasilkan) maupun kebelakang (mendapat

(39)

suplai kebutuhan komponen produksinya dari daerah belakang) dengan beberapa daerah pendukung.

4. Memiliki kemampuan untuk memelihara SDA sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi secara adil dan merata bagi seluruh masyarakat.

E. Pembangunan Ekonomi

Pengertian Pembangunan Ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang dengan perubahan ciri-ciri penting suatu masyarakat, yaitu perubahan baik dalam hal teknologi, pola pikir masyarakat maupun kelembagaan.

Disebutkan juga merupakan peroses sebuah kenaikan pendapatan total serta pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan sebuah penduduk serta dengan adanya perubahan fundamental dalam struktur ekonomi dalam sebuah negara dan naiknya pendapatan untuk masyarakat dalam sebuah negara. Menurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi, Sedangkan Menurut Prof. Meier pembangunan ekonomi adalah sebagai proses kenaikan pendapatan riil perkapita dalam suatu jangka waktu yang panjang.

(40)

Pembangunan ekonomi juga merupakan suatu proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi.

Pembangunan sektor ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi – institusi baru, pembangunan industri – industri alternatif, perbaikan kapasitas kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar – pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan perusahaan – perusahaan baru, dimana kesemuanya ini merupakan tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat di daerah.

Pembangunan ekonomi dapat juga disebut sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya dan dalam konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah pembangunan wilayah. Oleh karena itu pembangunan ekonomi berisi strategi pembangunan daerah yang dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk melengkapi strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional. Pengertian pembangunan dalam hal ini banyak digunakan para pembuat kebijakan sebagai usahanya membangun stabilitas pereko nomian negara.

Sedangkan maksud dari pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Negara dapat disebut mengalami kenaikan pertumbuhan ekonomi jika terjadi peningkatan

(41)

GNP rill di negara tersebut. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi merpakan suatu indikasi terhadap keberhasilan dari pembangunan ekonomi.

1. Unsur-unsur Pembangunan Ekonomi

• Pembangunan sebagai suatu proses. artinya bahwa pembangunan merupakan suatu tahap yang harus dijalani oleh setiap masyarakat atau bangsa.

• Pembangunan sebagai perubahan sosial. Masyarakat sebagai pelaku dalam perubahan sosial dimana secara langsung atau tidak langsung perubahan sosial akan berdampak pada kelancaran pembangunan atau bahkan menghambat pembanguna.

• Pembangunan sebagai suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita. Sebagai suatu usaha, pembangunan merupakan tindakan aktif yang harus dilakukan oleh suatu negara dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita.

• Peningkatan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka panjang. Suatu perekonomian dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung meningkat. Hal ini tidak berarti bahwa pendapatan perkapita harus mengalami kenaikan terus menerus.

(42)

2. Faktor Pembangunan Ekonomi

• Beberapa hal yang mempengaruhi pembangunan serta pertumbuhan ekonomi, tetapi pada dasarnya hal tersebut bisa dikelompokan menjadi dua, seperti faktor ekonomi dan nonekonomi.

• Hal-hal yang dapat mempengaruhi pembangunan serta pertumbuhan ekonomi diantaranya ialah SDM, SDA, serta kewirausahaan dan keahlian.

• Sumber daya alam (SDM), yaitu kekayaan alam seperti tanah, kesuburan tanah, hasil hutan, keadaan iklim/cuaca, hasil laut, serta tambang, sangat berpengaruh pada pertumbuhan industri suatu negara, yang terutama dalam hal peyediaan bahan baku produksi.

• Kewirausahaan dan keahlian diperlukan sebagai pengeolahan bahan mentah dari alam menjadi suatu yang mempunyai nilai yang tinggi ( disebut juga sebagai proses produksi).

• Sumber daya manusia (SDA) juga menentukan keberhasilan pembangunan nasional lewat jumlah dan kulitas peroduk.

Jumlah penduduk yang sangat besar merupakan pasar yang sangat potnsial sebagai pemasaran hasil produksi, sementara itu kualitas penduduk menentukan seberapa besar peroduktivitas yang ada.

(43)

• Faktor non ekonomi meliputi kondisi sosial kltur yang ada di dalam masyarakat, kelembagaan, keadaan politik, serta sistem yang berkembang dan berlaku di masyarakat.

3. Tujuan Pembangunan Ekonomi

• Meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya yang meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan, dan perlindungan keamanan dari pemerintah;

• Memperluas distribusi berbagai barang kebutuhan pokok

• Memperluas kesempatan kerja;

• Memperbaiki kualitas pendidikan;

• Meningkatkan pendapatan masyarakat

• Meningkatkan pemahaman dan tingkah laku masyarakat dalam menjunjung nilai-nilai luhur (agama, sosial, dan kultural); dan

• Memperluas pilihan-pilihan ekonomi dan sosial bagi setiap individu serta bangsa secara keseluruhan. Misalnya:

kebebasan dari sikap ketergantungan, bukan hanya terhadap orang atau negara lain tetapi terhadap setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan nilai-nilai kemanusiaan.

F. Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi bisa di defenisikan sebagai penjelasan mengenai faktor faktor yang menentukan kenaikan

(44)

output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan (boediono1999:2). Menurut Schumper dan Hicks dalam Jhingan (2003:4), ada perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk, Hicks (1996) mengemukakan masalah Negara terbelakang menyangkut pengembangan sumber sumber yang tidak atau belum di pergunakan, kendati penggunaannya telah cukup dikenal.

Sedangkan menurut simon kuznet dalam Jhingan (2003:57), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu Negara (daerah), untuk menyediakan semakin banyak barang barang ekonomi (sumber daya alam) kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya.

(45)

G. Pembangunan Ekonomi Daerah

Menurut Arsyad (1999) pembangunan ekonomi daerah didefinisikan sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.Selain itu, pembangunan ekonomi daerah juga bisa diartikan sebagai suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, ilmu pengetahuan, dan perkembangan perusahaan-perusahaan baru.

Tujuan utama adanya pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Untuk itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya- sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya- sumberdaya yang diperlukan untuk merangsang dan membangun perekonomian daerah.

(46)

Pembangunan ekonomi daerah tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth) di daerah itu sendiri dimana pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi setiap daerah sendiri mengalami banyak perbedaan sehingga implikasi terhadap penurunan dan naiknya pertumbuhan ekonomi setiap daerah juga berbeda, hal ini didasarkan dari kondisi wilayah tersebut, peniruan pola secara mentah-mentah pada pembangunan suatu daerah belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainya. Potensi setiap daerah sebagai penopang utama dalam pembangunan ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat mengalami kenaikan, melihat potensi ekonomi dan kondisi wilayah maka dapat mejadikan rumusan menentukan pola, kebijakan, dan strategi.

H. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah

Masing-masing daerah memiliki variasi yang berbeda-beda dalam potensi sumber daya alam yang dimilikinya, sumber daya manusia, perkembangan ekonomi, kesempatan kerja, fasilitas pelayanan ekonomi dan sosial, dan lainnya. Adanya perbedaan variasi potensi tersebut dapat menjadikan suatu daerah mengalami perkembangan (Adisasmita,2006).

(47)

Menurut Meier dan Baldwin dinegara-negara berkembang kekayaan alam belum sepenuhnya diusahakan dan dikembangkan karena tingkat pendidikan masyarakat masih relatif rendah, karena kurangnya tenaga ahli, dan karena terbatasnya mobilitas dan sumber- sumber daya. Secara umum lingkaran kemiskinan terjadi karena :

• Ketidakmampuan untuk mengerahkan hasil maksimal sumber daya alam;

• Kurangnya perangsang untuk melakukan penanaman modal;

• Taraf pendidikan, pengetahuan dan kemahiran masyarakat relatif rendah;

Saat ini tidak ada suatu teori pun yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif. Namun demikian, memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah.

Pada hakikatnya, inti dari teori-teori yang secara parsial dapat membantu bagaimana memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah, pada hakekatnya, inti dari teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi suatu daerah tertentu (Arsyad 1999:114). Terdapat teori-teori tentang pertumbuhan ekonomi daerah (Arsyad 1999) sebagai berikut:

1. Teori Ekonomi Neo Klasik

Peranan teori ekonomi neo klasik tidak terlalu besar dalam menganalisis pembangunan daerah (regional) karna teori ini tidak memiliki dimensi spatial yang signifikan. Namun demikian, teori ini

(48)

memberikan 2 konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equilibrium) dan mobilitas faktor produksi.

Artinya, system perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiahnya jika modal bias mengalir tanpa restraksi (pembatasan).

Oleh karna itu, modal akan mengalir dari daerah yang berupah tinggi menuju kedaerah berupah rendah.

2. Teori Basis Ekonomi

Sektor basis (sektor unggulan) pada dasarnya harus dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan dengan lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik.

Teori basis ekonomi menurut (Arsyad 1999) menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Kelemahan teori ini didasarkan pada

(49)

permintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan menyebabkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar secara nasional maupun global. Model ini sangat berguna untuk menentukan keseimbangan antar jenis-jenis industri dan sektor yang dibutuhkan masyarakat untuk mengembangkan stabilitas ekonomi. Sedangkan Sjafrizal, 2008 Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries.

Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya. Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous

(50)

artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya.

Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan. Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional (Tarigan, 2007).

Analisis LQ digunakan untuk menentukan komoditas unggulan dari segi produksinya. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kegiatan basis dan bukan basis, diantaranya adalah teknik Location Quotient (LQ). Pendekatan ini sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi. Dalam teknik LQ pengukuran dari kegiatan ekonomi secara relatif berdasarkan nilai tambah bruto atau tenaga kerja. Analisis LQ juga dapat digunakan untuk menetukan komoditas unggulan dari sisi produksinya.

Asumsi yang digunakan dalam teknik ini adalah semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama

(51)

dengan pola permintaan pada tingkat regional/nasional (pola permintaan secara geografis sama), produktivitas tenaga kerja, dan setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor (Arsyad, 1999). Pendekatan LQ mempunyai dua kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak lansung (barang antara).

2. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui kecendrungan.

Kelebihan analisis LQ yang lainnya adalah analisis ini bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam bentuk time series/trend, artinya dianalisis selama kurun waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi tertentu dalam kurun waktu yang

berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan (Tarigan, 2005).

Kelemahan model ini adalah bahwa model ini didasarkan pada pemintaan eksternal bukan internal. Pada akhirnya akan menyebabkan ketergantungan yang sangat tinggi kekuatan- kekuatan pasar secara nasional maupun global. Namun demikian, model ini sangat berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industry dan sektor yang di butuhkan masyarakat untuk mengembangkan stabilitas ekonomi.

(52)

I. Teori Sektor Unggulan

Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan (Rachbini, 2001).

Sektor unggulan sebagai sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah tidak hanya mengacu pada lokasi secara geografis saja melainkan pada suatu sektor yang menyebar dalam berbagai saluran ekonomi sehingga mampu menggerakkan ekonomi secara keseluruhan. Sektor unggulan adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau perkembangan bagi sektor-sektor lainnya, baik sektor yang mensuplai inputnya maupun sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo, 2006).

Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan, baik itu perbandingan berskala regional, nasional maupun internasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang

(53)

sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik.

Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyanto, 2000:146). Sektor unggulan di suatu daerah (wilayah) berhubungan erat dengan data PDRB dari daerah bersangkutan

J. Pembangunan Sektor Unggulan dan Strategi Pembangunan Daerah

Permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan kebijakan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia.

Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi Arsyad (1999:108).

Menurut Safi’i (2007) paradigma baru strategi pembangunan ekonomi daerah mencakup beberapa hal berikut, yaitu:

(54)

1. Pembangunan dilakukan dengan mempertimbangkan potensi daerah bersangkutan, serta kebutuhan dan kemampuan daerah menjalankan pembangunan.

2. Pembangunan daerah tidak hanya terkait dengan sektor ekonomi semata melainkan keberhasilannya juga terkait dengan faktor lainnya seperti sosial, politik, hukum, budaya, birokrasi dan lainnya.

3. Pembangunan dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas dan yang memiliki pengaruh untuk menggerakkan sektor lainnya secara lebih cepat.

Sektor ekonomi potensial yang ada di suatu daerah merupakan sektor yang memiliki kemampuan produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan sektor yang sama di daerah lain, dengan demikian produk dan jasa dari sektor ekonomi potensial tersebut di samping dapat mencukupi kebutuhan sendiri, selebihnya dapat dijual ke luar daerah sehingga daerah memperoleh pendapatan masuk. Pendapatan masuk tersebut akan mendorong pemanfaatan sumber daya lokal dan menggerakkan sektor ekonomi potensial yang sekaligus meningkatkan pemanfaatan sumber daya sektor ekonomi yang tidak potensial, sehingga perekonomian secara keseluruhan akan berkembang yang pada akhirnya masing-masing sektor ekonomi merupakan pasar bagi sektor lain. Kondisi tersebut dapat menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja baru bagi masyarakat. Strategi

(55)

pengembangan potensi ekonomi daerah ini harus dibuat berdasarkan peluang serta potensi yang dimiliki oleh suatu daerah dengan menonjolkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh suatu daerah dan kebijakan-kebijakan pemerintah setempat yang ramah terhadap dunia usaha.

(56)

K. Kerangka Pikir

ISU-ISU

1. Arahan kebijakan RTRW Kabupaten Kolaka Utara, Kecamatan Katoi diperuntukkan sebagai kawasan strategis untuk kepentingan ekonomi 2. Secara spatial wilayah Kecamatan Katoi sangat strategis

3. Terdapatnya Potensi sumberdaya alam Kecamatan Katoi 4. Adanya kawasan wisata Tanjung Tobaku

5. Adanya Pelabuhan sebagai moda transportasi bongkar muat barang dan penumpang langsung ke Provinsi Sulawesi Selatan.

TINJAUAN TEORI

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana potensi pengembangan kawasan ekonomi di Kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara.

2. Bagaimana strategi pengembangan kawasan ekonomi terpadu di Kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara.

VARIABEL

1. Pertanian 2. Perikanan 3. Peternakan 4. Pariwisata 5. Pelabuhan

TUJUAN PENELITIAN

1. Mengidentifikasi potensi pengembangan ekonomi di Kecamatan Katoi, Kabupaten Kolaka Utara

2. Mengetahui arahan pengembangan kawasan ekonomi di Kecamatan Katoi Kab. Kolaka Utara.

DATA

1. Data Primer

Data dari observasi lapangan, wawancara dan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian

2. Data Sekunder

Data dari hasil survey yang dilakukan pada instasi terkait seperti BPS Kabupaten Kolaka Utara dan instansi lainnya terkait.

ANALISIS

1. Analisis LQ KESIMPULAN

2. Analisis SWOT

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Secara umum cakupan wilayah pada penelitian ini akan dibagi dalam dua bagian yakni ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi.

a) Ruang Lingkup Materi

Dalam penelitian ini akan menganalisis sektor basis dan potensi yang ada pada Kecamatan katoi, Kab. Kolaka Utara, dengan mengetahui subsektor basis dan potensi-potensi pada kawasan tersebut sehingga dapat mempertimbangkan keterkaitan antara sektor potensi unggulan kawasan terhadap pembahasan lain yang mendukung dan terkait dalam penelitian ini.

b) Ruang Lingkup Wilayah

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Katoi Kabupaten Kolaka Utara, dengan objek penelitian berada di Kecamatan Katoi, dengan dasar pertimbangan Kecamatan Katoi, Kab. Kolaka Utara merupakan kawasan sesuai RTRW diperuntukkan sebagai kawasan industri pertanian dan

(58)

transportasi. Selain itu Kecamatan Katoi memiliki potensi sektor perekonomian diantaranya pertanian, pariwisata, dan pelabuhan yang mampu memberikan dampak pertumbuhan ekonomi baik di Kecamatan Katoi dan wilayah lainnya di Kabupaten Kolaka Utara maupun wilayah kabupaten lain.

c) Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Dengan kata lain, variable penelitian ialah setiap hal dalam suatu penelitian yang datanya ingin diperoleh (Sekaran, 2004:17). Variabel yang ditetapkan oleh peneliti adalah: variable / indikator dalam penelitian ini yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah. Adapun variabel yang dimaksud disini adalah mengkaji atau mengindentifikasi potensi ekonomi di Kecamatan Katoi, diantaranya:

1. Pertanian (Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan) 2. Perikanan

3. Peternakan 4. Pariwisata 5. Pelabuhan

(59)

2. Jenis dan Sumber Data a) Jenis Data

Penelitian ini menggunakan berbagai jenis data, baik jenis data primer maupun data sekunder yang relevan dengan penelitian.

Kedua jenis data yang akan digunakan tersebut yaitu 1) Data Primer

Data Primer adalah data yang nilainya dalam bentuk angka atau numerik yaitu, hasil produksi potensi Kabupaten Kolaka Utara dan data produksi potensi Kecamatan Katoi serta data lainnya yang terkait dengan penelitian.

2) Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang tidak bisa diselidiki secara langsung dan biasa diukur dengan cara yang tidak langsung pula, atau data yang penyajiannya berdasarkan gambaran deskriptif, kemudian data yang diperoleh tersebut dari data primer dan sekunder.

b) Sumber Data

Pada penelitian ini, sumber data yang di gunakan berupa data primer dan data sekunder, dimana data sekunder dimaksud untuk mendukung data primer.

(60)

1) Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu data yang diperoleh melalui observasi, wawancara dan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian

2) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data dari hasil survey yang dilakukan pada instasi terkait seperti BPS Kabupaten Kolaka Utara dan instansi lainnya terkait.

B. Metode Pengumpulan Data

Berdasarkan pada metode pengumpulan data dan jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi lapangan yaitu suatu teknik penyaringan data melalui pengamatan yang langsung ditujukan kepada objek yang menjadi sasaran penelitian untuk memahami kondisi dan potensi objek tersebut yang dapat dikembangkan (data primer)

2. Observasi pada Instansi terkait yaitu salah satu teknik penyaringan data melalui pengamatan pada instansi terkait guna mengetahui data kuantitatif dan kualitatif objek penelitian (data sekunder)

3. Kepustakaan (Library Reserch) adalah cara pengumpulan data dan informasi dengan jalan membaca atau mengambil literatur, laporan, brosur, majalah, bahan-bahan seminar dan sebagainya.

(61)

C. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskritif dan metode analisis kuantitatif. Analisa deskritif dilakukan pada data-data yang menyangkut kualitas. Sedangkan metode analisa kuantitatif digunakan pada data-data yang menyangkut jumlah dan angka. Untuk mempermudah pembahasan maka alat untuk mendekati persoalan rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:

1. Analisis LQ

Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional (Tarigan, 2007).

Analisis LQ digunakan untuk menentukan komoditas unggulan dari segi produksinya. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kegiatan basis dan bukan basis, diantaranya adalah teknik Location Quotient (LQ).

Pendekatan ini sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi.

Dalam teknik LQ pengukuran dari kegiatan ekonomi secara relatif berdasarkan nilai tambah bruto atau tenaga kerja. Analisis LQ juga dapat digunakan untuk menetukan komoditas unggulan dari sisi produksinya.

(62)

Teknik analisis LQ merupakan cara permulaan dalam mengetahui kemampuan daerah dalam sektor kegiatan tertentu.

Perbandingan relative ini dinyatakan secara sistematis, sebagai berikut:

/ /

= =

Dimana:

LQ = Location question

Si = Jumlah produksi i di sub-daerah yang diselidiki S = Jumlah produksi i seluruhnya daerah yang diselidiki Ni = Jumlah produksi i diseluruh daerah

N = Jumlah produksi i seluruh daerah

Berdasarkan dari hasil perhitungan LQ, dapat diketahui konsentrasi suatu kegiatan pada suatu wilayah dengan kriteria sebagai berikut:

a) Nilai LQ di sektor i sama dengan satu 1 (LQ=1) ini berarti bahwa laju sektor i di daerah penelitian adalah sama dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dalam daerah referensi, dengan kata lain daerah penelitian telah mencukupi untuk kegiatan tertentu.

b) Nilai LQ di sektor i lebih besar dari 1 (LQ>1) ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di daerah penelitian adalah lebih besar dibandingkan dengan laju

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Gambut di areal penelitian merupakan gambut sangat dalam dengan ketebalan bervariasi mulai dari 7,2 meter sampai lebih dari 10 meter sehingga merupakan

lagi untuk anak-anaknya. Apabila dari perkawinan tersebut tidak ada anak hasil perkawinan maka istri wajib mendapatkan setengah dari gaji mantan suaminya. Pembagian gaji

Untuk pertanyaan kedua dari karakteristik potensi pasar yang disampaikan adalah teknologi layanan online yang digunakan oleh responden, pada gambar 2, teknologi pasar

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa etanol dengan kadar 80% lebih efektif digunakan sebagai bahan bakar karena lebih ekonomis dan

Dalam pelaksanaannya mulai bahan dari bahan baku, proses pengolahan maupun hasil akhir  mulai bahan dari bahan baku, proses pengolahan maupun hasil akhir  yang berupa hasil produksi

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan kesempatan ini, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Hubungan Derajat Insomnia dengan Predikat

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peru- bahan komposisi parasitoid serangga invasif lalat pengorok daun Liriomyza, intensitas parasitisasi dan hubungan antara

Tidak Mementingkan Unsur Kesengajaan Tindak Pidana Pencurian Ikan di perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia “setiap orang yang memiliki dan/atau