Jurnal Teknik Informatika dan Sistem Informasi ISSN 2407-4322
Vol. 10, No. 1, Maret 2023, Hal. 620-634 E- ISSN 2503-2933 620
Bisakah Intervensi Kepuasan Meningkatkan Minat Adopsi Layanan E-Government Di Indonesia? Perspektif
Perluasan Model TAM
Erick Sorongan*1, Danar Retno Sari2, Hendra Sanjaya Kusno3, Muhammad Zulfariansyah4
1,2Teknik Elektonika,Politeknik Negeri Balikpapan, Jl.Soekarno Hatta Km.8, Balikpapan
3Akuntansi Perpajakan, Politeknik Negeri Balikpapan, Jl.Soekarno Hatta Km.8, Balikpapan
4Teknik Informatika, Universitas Nahdlatul Ulama, Samarinda
e-mail: *[email protected], 2[email protected], 3[email protected],
Abstrak
Tujuan utama penelitian ini untuk menginvestigasi seberapa besar pengaruh kepuasan pengguna dalam meningkatkan minat adopsi layanan e-government yang ada khususnya di wilayah Indonesia. Kepuasan pengguna layanan pemerintah berbasis elektronik dianggap sebagai faktor yang penting untuk dikelola sebagai salah satu indikator keberhasilan bagi pemerintah yang menerapkan inovasi layanan. Akan tetapi pada kenyataanya hal tersebut tidak secara otomatis meningkatkan minat dalam mengadopsi layanan e-government. Metode penelitian dilakukan dengan cara menganalisis hasil survei pengguna layanan, menganalisis faktor ekplorasi dan konfirmatori, dan menyelidiki hasil yang mempengaruhi minat mengadopsi layanan e-government berdasarkan hipotesis yang dibangun. Data primer berasal dari responden pengguna layanan e-government Pemkot sebanyak 200 orang dan diolah menggunakan alat Smart-PLS untuk selanjutnya dianalisis. Sedangkan uji kelayakan model menggunakan teknik SEM. Hasil studi menunjukkan bahwa kepuasan pengguna dapat mempengaruhi adopsi layanan e-government dengan tingkat kekuatan pengaruh sebesar 0,184.
Sedangkan kepuasan pengguna sebagai mediator kualitas layanan terhadap adopsi layanan e- government terbukti berpengaruh signifikan pada kualitas layanan. Studi ini dapat membantu pemerintah dalam memberikan alternatif langkah kebijakan strategis dan inovasi layanan kepada masyarakat. Selain itu, ikut berkontribusi terhadap pengembangan ilmu teori kedalam kerangka kerja model modifikasi yang sanggup menjelaskan pengaruh signifikan implementasi adopsi layanan e-government.
Kata kunci—e-government, SEM-PLS, satisfaction, adoption, TAM
Abstract
The primary purpose of this study is to investigate how much influence user satisfaction has in increasing interest in adopting existing e-government services, especially in Indonesia.
User satisfaction with electronic-based government services is considered an essential factor to be managed as an indicator of success for governments implementing service innovations.
However, this does not automatically increase interest in adopting e-government services. The research method is carried out by analyzing the results of a service user survey, analyzing exploratory and confirmatory factors, and investigating the influences that affect the interest in adopting e-government services based on the hypotheses built. Primary data comes from respondents using e-government services, as many as 200 people, and processed using the Smart-PLS tool for further analysis. At the same time, the feasibility test of the model uses the
621 Jatisi ISSN 2407-4322 Vol. 10, No. 1, Maret 2023, Hal. 620-634 E-ISSN 2503-2933
SEM technique. The study results show that user satisfaction can affect the adoption of e- government services with a power level of 0.184. Meanwhile, user satisfaction as a mediator of service quality on the adoption of e-government services is proven to affect service quality significantly. This study can assist the government in providing the community with alternative strategic policy measures and service innovations. In addition, it contributes to developing theoretical knowledge into a modified model framework that can explain the significant effect of implementing e-government service adoption..
Keywords—e-government, SEM-PLS, satisfaction, adoption, TAM
1. PENDAHULUAN
emerintahan berbasis elektronik merupakan salah satu alternatif peningkatan layanan pemerintah kepada warga. Smart Governance adalah satu komponen atau dimensi di dalam Smart City yang berkaitan erat dengan tata kelola pemerintahan, yang memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan indeks kepuasan warga berdasarkan hasil dan metode penyampaian layanan tersebut. Pemerintahan Elektronik yang selanjutnya dikenal dengan istilah e- government bisa diimplementasikan melalui penerapan teknologi dan sistem informasi yang mempermudah dan sekaligus mempercepat penyampaian layanan yang dibutuhkan oleh warga.
Indeks keberhasilan kualitas dari implementasi e-government dapat diukur dengan tingkat kemudahan terhadap akses data dan keterbukaan informasi publik [1], kualitas informasi yang dihasilkan dari penggunaan teknologi, proses birokrasi yang sederhana, dan kepercayaan warga [2]. Faktor kepuasan merupakan manfaat intangible yang dirasakan oleh setiap pengguna yang merasakan dampak pelayanan berbasis elektronik, baik dampak secara langsung maupun tidak langsung. Bahkan faktor kepuasan warga terhadap layanan elektronik pemerintah terbukti berpengaruh signifikan terhadap loyalitas [3] dan sekaligus sebagai mediasi pengaruh kepada kualitas layanan elektronik terhadap loyalitas pengguna.
Gambar 1. Kabupaten dan Kota Terpilih di Indonesia Dalam Gerakan Menuju 100 Smart City
P
Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 10, No. 1, Maret 2023, Hal. 620-634 E- ISSN 2503-2933 622
Penelitian ini dilakukan di wilayah Kalimantan Timur seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Adapun cakupan area secara keseluruhan pada Gambar 1 ada sebanyak 57 kabupaten dan 43 kota yang masuk dalam gerakan menuju 100 Smart City. Gerakan ini diinisiasi oleh Pemerintah Indonesia dengan tujuan membuat layanan pemerintah lebih cepat, serta berdampak terhadap masyarakat dan secara langsung bisa meningkatkan produktivitas daerah dan daya saing ekonomi. Kebijakan terkait pengembangan e-government ditetapkan melalui Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 membahas Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E- Government [4]. Namun terdapat indikasi permasalahan dalam pengembangan sistem pemerintahan elektronik di Indonesia yang bisa berpengaruh kepada implementasi e- government. Berdasarkan laporan Pemeringkatan e-government Indonesia (PeGI) Rata-rata pencapaian penerapan SPBE Pemerintah Daerah mencapai nilai indeks 2,5 (kurang) [5].Pengaruh politik yang ada saat ini juga ikut menjadi faktor penentu keberhasilan dalam implementasi e-government, dimana Organisasi Perangkat Daerah (OPD) menjadi unsur pelaksana kebijakan pemerintah[6]. Akan tetapi saat ini banyak peraturan daerah yang diterbitkan bukan memediasi kemauan pengguna untuk menggunakan teknologi sehingga sanggup mempercepat penerapan e-government, justru beberapa peraturan daerah yang ada menghambat penerapan teknologi seperti proses perijinan yang terkadang memberatkan [7].
Hasil evaluasi secara keseluruhan perluasan e-government di Indonesia menunjukkan permasalahan yang perlu menjadi perhatian Pemerintah Indonesia diantaranya terdapat kondisi infrastruktur ICT yang kurang baik, sumber daya manusia yang kurang terampil, warga belum siap menggunakan e-government, dan kurangnya dukungan lingkungan[8].
Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh indeks kepuasan warga kota terhadap tingkat adopsi layanan e-government yang ada, karena setelah ditelusuri terdapat perbedaan temuan dari beberapa studi eksplorasi yang pernah dilakukan. Studi yang dilakukan oleh lee et.
al, Yan dan Huping menunjukkan hasil bahwa kepuasan terbukti mempengaruhi minat penggunaan layanan e-government secara berkelanjutan [9],[10]. Akan tetapi berbeda hasil temuan studi yang dilaporkan oleh mohammadi dan mansoori et. al mereka membuktikan bahwa faktor kepercayaan, kualitas situs web [11], dan harapan kinerja [12] menentukan niat untuk menggunakan layanan e-government. Penelitian ini mengkaji seberapa besar intervensi kepuasan pengguna bisa meningkatkan minat adopsi layanan e-government karena setelah ditelusuri terdapat gejala perbedaan temuan yang dilaporkan. Meskipun telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menelusuri kepuasan dan adopsi e-government, namun sampai dengan saat ini belum dilaporkan hasil studi yang membahas secara khusus keterlibatan kepuasan pengguna terhadap minat mengadopsi layanan e-government.
2. LANDASAN TEORI
Mensah dan Adam [13] melakukan penelitian sebagai suatu upaya baik dalam menganalisis dampak kepercayaan politik terhadap adopsi layanan e-government. Rangkaian studi mereka menunjukkan hasil bahwa kepercayaan politik sebagai kepercayaan warga negara terhadap sistem atau institusi pemerintah yang ditunjukkan dengan tingginya tingkat partisipasi politik pemerintah[13]. Hal tersebut bisa menjadi bahan masukan menyelesaikan isu e- government di Indonesia yang berkaitan dengan aspek hukum. Namun terdapat keterbatasan dalam penelitian ini, karena aspek kepercayaan politik yang digunakan bersifat konteks spesifik dan dapat mudah berubah. Apabila cara sebelumnya digunakan di negara yang berbeda kondisi politik atau sistem maka hasil yang ditunjukkan tidak konsisten. Mensah dan Shanab [14]
membuktikan bahwa kualitas informasi sanggup meningkatkan minat untuk menggunakan layanan e-government namun tidak mempengaruhi sama sekali bagi kepercayaan masyarakat
623 Jatisi ISSN 2407-4322 Vol. 10, No. 1, Maret 2023, Hal. 620-634 E-ISSN 2503-2933
terhadap pemerintah. Penelitian berikutnya melakukan penyelidikan empiris terhadap dampak faktor demografi pada adopsi layanan e-government. Studi ini menghasilkan pembuktian bahwa kegunaan dan kemudahan yang dirasakakan sebagai prediksi positif bagi kesediaan masyarakat mengadopsi layanan e-government adalah merupakan hasil dampak positif faktor jenis kelamin sebagai mediator [15]. Keterbatasan dalam penelitan Mensah dan Shanab [14] terdapat pada faktor prediksi yang dieksplorasi tidak cukup memadai secara penuh terhadap faktor yang mempengaruhi adopsi layanan e-government, mereka menyarankan untuk melakukan penyelidikan lanjutan terhadap faktor – faktor eksternal lain seperti dimensi kualitas layanan e- government. Studi selanjutnya meneliti dampak kemampuan teknologi layanan e-government terhadap kepuasan pengguna, dimana ditemukan bahwa kualitas layanan e-government merupakan faktor penting yang pada akhirnya meningkatkan kepuasan pengguna[16]. Studi ini menekankan pentingnya mengidentifikasi fitur-fitur penting untuk kepuasan pengguna sehingga mengusulkan model penerimaan e-government yang dibangun dari teori adopsi e-government.Akan tetapi meskipun penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa persepsi pengguna tentang kemudahan penggunaan sistem adalah faktor pendorong yang signifikan terhadap kepuasan pengguna [17],[18],[19] namun penelitian yang dilakukan oleh Sachan et al. justru menampilkan hasil yang bertolak belakang. Padahal menurut hasil penelitian Mensah et al.
kemudahan pengunaan merupakan salah satu faktor prediksi positif bagi adopsi layanan e- government.
Penelitian ini mengidentifikasi serta mengeksplorasi lebih dalam sehingga bisa mendapatkan gambaran yang utuh dan penjelasan sistematis soal pengaruh kepuasan pengguna terhadap tingkat penerimaan atau adopsi layanan e-government. Karena berdasarkan hasil penelitian – penelitian sebelumnya disebutkan bahwa perlu adanya pembuktian lanjutan dengan melibatkan faktor eksternal yang mempunyai pengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap adopsi layanan e-government. Kepuasan pengguna sendiri telah banyak diteliti dan disepakati menjadi tujuan akhir dalam implementasi e-government yang perlu dikelola dengan baik. Peneliti juga menemukan bahwa untuk mencapai hasil kepuasan pengguna layanan e- government seperti yang diharapkan melibatkan beberapa faktor prediksi penentu yang juga memiliki keterkaitan dengan faktor prediksi terhadap adopsi layanan e-government.
2.1. Niat Masyarakat Menggunakan E-Government
Cakupan variabel pada TAM menggunakan variabel perceived ease of use, perceived ease of use sebagai skala pengukur untuk memprediksikan penerimaan user komputer[20].
Kedalaman tingkat kepercayaan penggunaan sistem tertentu akan meningkatkan pekerjaannya merupakan definisi perceived usefulness. Hal tersebut mengartikan sistem mampu digunakan sekaligus memberi keuntungan. Sedangkan perceived ease of use mengarah kepada tingkat kedalaman kepercayaan seseorang melalui penggunaan sistem tertentu akan menghilangkan beban kerja berat. Hal tersebut sesuai definisi kemudahan, kebebasan dari kerumitan atau kerja berat. TAM sampai saat ini telah melalui beberapa pembaharuan atau evolusi[21],[22] namun kedua variabel tersebut tetap dipertahankan sampai pada pembaharuan TAM3. Beberapa penelitian juga mengadopsi model TAM dalam memprediksi dan menganalisa pengadopsian layanan e-government[23],[24] terutama untuk menyelidiki pengaruh adopsi masyarakat[25].
Sehingga diturunkan hipotesis berikut ini :
H1 : Perceived usefulness akan berpengaruh secara positif terhadap intention to use e- government
H2 : Perceived ease of use akan berpengaruh secara positif terhadap intention to use e- government
Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 10, No. 1, Maret 2023, Hal. 620-634 E- ISSN 2503-2933 624
Hasil studi menunjukkan bahwa niat untuk menggunakan layanan e-government merupakan faktor pengaruh yang memiliki dampak kepada adopsi layanan e-government, karena jika sistem dapat diterima dengan baik maka secara otomatis akan meningkatkan pengetahuan pengguna sistem[26], [27], [28]. Sehingga diturunkan hipotesis berikut ini.H3 : Intention to use e-government akan berpengaruh secara positif terhadap adopt e- government service
2.2. Kepuasan Masyarakat dan E-Government
Kepuasan pengguna pada model kesuksesan sistem informasi D&M [29] pada awalnya digunakan untuk mengetahui keberhasilan sebuah sistem informasi yang diukur berdasarkan variabel independent system quality dan information quality. Kedua variabel tersebut mempengaruhi variabel dependen use dan user satisfaction untuk selanjutnya mengetahui manfaat bersih yang didapatkan oleh pengguna sebagai sebuah ukuran keberhasilan sistem.
Beberapa peneliti terdahulu menggunakan model ini dengan memodifikasi variabel dependen kepuasan pengguna sebagai ukuran keberhasilan sebuah e-government[30],[31],[32]. Sedangkan variabel eksternal diperlukan untuk menghasilkan model yang sesuai, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel content yang artinya bahwa ketepatan dan akurasi informasi dapat mempengaruhi kepuasan pengguna e-government[33]. Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, maka diturunkan hipotesis berikut ini :
H4 : Information quality akan berpengaruh secara positif terhadap user satisfaction
H5 : System quality akan berpengaruh secara positif terhadap user satisfaction
H6 : Service quality akan berpengaruh secara positif terhadap user satisfaction
H7 : Content akan berpengaruh secara positif terhadap user satisfaction
H8 : User satisfaction akan berpengaruh secara positif terhadap adopt e-government service
H9, H10, H11 : Kepuasan pengguna pada e-government memediasi hubungan antara dimensi kualitas dan adopsi layanan e-government
Peneliti menawarkan sebuah konsep model yang efektif untuk menganalisis faktor kepuasan faktor kepuasan dan niat masyarakat dalam mengadopsi layanan e-government.
Konsep model ini selanjutnya dibuktikan secara analitis dan eksperimental berdasarkan hipotesis yang telah dibangun ke penerapan layanan berbasis elektronik di pemerintah daerah Indonesia. Penelitian ini menggabungkan TAM sebagai variabel indikator yang mempengaruhi niat masyarakat menggunakan layanan e-government dan model kesuksesan sistem informasi Delone and McLean sebagai variabel indikator kepuasan masyarakat terhadap kesuksesan pemanfaatan teknologi atau sistem informasi. Letak perbedaan dari peneliti-peneliti terdahulu adalah pada konstruk model konseptual yang diusulkan, peneliti menggabungkan variabel yang terdapat pada model kesuksesan SI D&M yang telah dimodifikasi pada penelitian sebelumnya sebagai dimensi kepuasan masyarakat. Sehingga kerangka kerja dalam penelitian ini kami tampilkan sesuai dengan Gambar 2.
625 Jatisi ISSN 2407-4322 Vol. 10, No. 1, Maret 2023, Hal. 620-634 E-ISSN 2503-2933
Gambar 2. Model Penelitian
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan seperti yang kami tunjukkan pada Gambar 3 dimulai dari tahap studi literatur sampai dengan perumusan hasil berdasarkan analisis data dan uji hipotesis.
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian Studi Literatur Pengembangan
Model
Menentukan Variabel Indikator dan
Sampel
Pengumpulan Data Pengolahan Data
(uji validitas dan reliabilitas) Analisis Data
dan Uji Hipotesis
Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 10, No. 1, Maret 2023, Hal. 620-634 E- ISSN 2503-2933 626
Rincian tahapan penelitian sesuai Gambar 3 adalah sebagai berikut :- Tahap awal penelitian dengan studi literatur. Tahap ini dilakukan dengan mengkaji penelitian-penelitian terdahulu yang serupa untuk mendapatkan gap atau keterbaharuan posisi penelitian yang diusulkan penulis dengan yang telah dilakukan.
- Tahap kedua adalah pengembangan model dengan cara menentukan variabel-variabel independen yang memiliki pengaruh terhadap variabel dependen pada model yang diusulkan sehingga dihasilkan sebuah kerangka kerja penelitian.
- Tahap ketiga adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan kuesioner untuk masing-masing indikator pada variabel. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai data primer untuk selanjutnya diolah dengan perangkat lunak smart PLS versi 3.0. Sample yang akan digunakan adalah sample yang bersifat random dari populasi dengan jumlah paling sedikit 80 (delapan puluh) mengikuti saran yang direkomendasikan yakni minimal 10 sampel setiap jalur yang terdapat pada model penelitian[34]. Jumlah jalur inner model yang ada untuk membangun model penelitian ini ada sebanyak 8 jalur sehingga untuk jumlah sampel yang disarankan adalah sepuluh kali jalur inner model [35].
- Tahap pengumpulan data yang dilakukan dengan menyebarkan kuesioner ke responden pengguna aktif layanan. Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya diolah dengan menggunakan teknik PLS dengan aturan minimal nilai masing-masing pengujian adalah sebagai berikut :
Uji Validitas
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah semua instrumen penelitian yang digunakan valid. Pengujian validitas konvergen menggunakan smartPLS dilihat dari nilai loading factor atau outer loadings > 0,60 dan nilai Average Variance Extracted (AVE) >
0,5 [36], [37].
Uji Reliabilitas
Untuk mengukur reliabilitas suatu konstruk dengan indikator refleksif dapat dilakukan dengan cronbach’s alpha dan composite reliability. Nilai minimal yang menjadi acuan adalah cronbach’s alpha lebih dari 0,60 dan composite reliability antara 0,60 sampai dengan 0,70[36], [37].
- Tahap analisis data, dilakukan berdasarkan hasil uji validitas dan uji reliabilitas indikator variabel. Secara garis besar analisis yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan inner model dan outer model. Pada tahap ini nilai-nilai yang dihasilkan secara kuantitatif akan direpresentasikan dalam bentuk narasi secara analitis. Sampai pada tahap penarikan kesimpulan berdasarkan hasil studi empiris yang dilakukan.
- Terakhir adalah perumusan hasil, dilakukan dengan cara membaca hasil perhitungan data dari metode SEM-PLS sehingga dapat diketahui kesesuaian model dan faktor yang mempengaruhi kepuasan dan niat masyarakat dalam pengadopsian e-government. Nilai R- squares yang dihasilkan akan menjadi acuan kesesuaian model yang diusulkan dan untuk pembuktian hipotesis melihat nilai T-Statistic harus lebih besar >1,96[36].
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan cara survey dengan skala likert yang berasal dari responden pengguna layanan e-government. Data diambil satu waktu dari sample pengguna layanan pemerintah kota yang tersedia di dalam portal balikpapan.go.id dan samarindakota.go.id. Kami mengumpulkan sebanyak 200 jawaban yang berasal dari beberapa wilayah di Kota Balikpapan dan Kota Samarinda. Pada Tabel 1 menunjukkan demografi responden yang dikumpulkan dalam bentuk data kuantitatif, dan diolah menggunakan software SMART-PLS untuk selanjutnya dianalisis menggunakan teknik Structural Equation Model (SEM).
627 Jatisi ISSN 2407-4322 Vol. 10, No. 1, Maret 2023, Hal. 620-634 E-ISSN 2503-2933
Tabel 1. Demografi Responden Pengguna Layanan e-Government
Ukuran Item Jumlah Persentase
Jenis Kelamin Pria 98 49%
Wanita 102 51%
Tingkat Pendidikan
Undergraduate 168 84%
Master 31 15,5%
Phd/Doctor 1 0,5%
Usia
18-25 80 40%
26-35 77 38,5%
36-45 37 18,5%
45+ 6 3%
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis PLS-SEM penelitian ini dilakukan melalui dua sub model, yakni model pengukuran dan model structural. Pengukuran sub model pertama atau outer model dilakukan dengan tujuan menunjukkan bagaimana observed variabel mewakili variabel laten untuk diukur.
Variabel laten yang dibentuk dalam penelitian ini indikatornya bersifat refleksif yang berarti bahwa setiap indikator mendefinisikan karakteristik domain konstruknya. Sedangkan sub model kedua yaitu model structural menunjukkan kekuatan penilaian antar variabel laten berdasarkan pada substantive theory. Pengujian model structural penelitian melibatkan validitas konvergen, validitas diskriminan, dan konsistensi konstruk internal. Berdasarkan hasil outer loading iterasi pertama indikator IQ3 dan SYQ1 harus dihilangkan dari model sebab memiliki nilai loading kurang dari 0,50 dan tidak berpengaruh. Selanjutnya kami melakukan re-estimasi kembali dengan menghilangkan indikator IQ3 dan SYQ1 sehingga hasilnya sudah sesuai dengan syarat nilai convergent validity karena nilai factor loading harus berada diatas 0,50.
Sesuai dengan penyajian data pada Tabel 2 hasilnya telah memenuhi convergent validity, terlihat bahwa korelasi konstruk dengan indikatornya sendiri lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan hubungan indikator yang bukan konstruknya. Hasil yang ditunjukkan dari pengujian dengan Smart PLS untuk semua indikator telah memenuhi uji validitas konvergen karena nilainya diatas 0,60. Pada Tabel 2 juga menunjukkan hasil pengujian nilai AVE (Average Variance Extracted) untuk setiap konstruk. Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah menggunakan AVE dimana untuk mendapatkan model yang baik setiap konstruk nilainya harus lebuh besar dari yang dipersyaratkan 0,50. Hasil pengujian berikutnya uji reliabilitas yang bisa membuktikan bahwa alat ukur internal yang digunakan dalam penelitian ini konsisten. Semua indikator penelitian ini setelah melalui proses re-estimate telah memenuhi syarat uji reliabilitas, dimana nilai composite reliability yang dihasilkan lebih dari 0,60.
Tabel 2. Hasil Factor Loading, AVE, dan Composite Reliability Indikator Factor
Loading AVE Composite Reliability
Content C1- C4 0,828 - 0,869 0,733 0,917
Information Quality IQ1- Q2, IQ4 0,813 - 0,870 0,698 0,874 Intention to Use E-Gov IU1 – IU3 0,851 - 0,896 0,772 0,910 Perceived Ease of Use PEU1 - PEU4 0,843 - 0,873 0,739 0,919 Perceived Usefulness PU1 - PU4 0,870 - 0,906 0,790 0,938
Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 10, No. 1, Maret 2023, Hal. 620-634 E- ISSN 2503-2933 628
User Satisfaction SAT1- SAT3 0,841 - 0,871 0,738 0,894Service Quality SVQ1 – SVQ4 0,836 - 0,808 0,695 0,901 System Quality SYQ2 - SYQ4 0,759 –0,849 0,643 0,844 Trust of E-Gov ToE1 - ToE4 0,812 - 0,866
0,679 0,937 Trust of Internet ToI1 – ToI3 0,791 - 0,817
Nilai R-squares yang dihasilkan dan disajikan pada Tabel 3 menunjukkan variabel dependen Adopt E-government Service sebesar 0,592, variabel dependen Intention to Use E- government sebesar 0,691, dan variabel dependen User Satisfaction sebesar 0,769. Ketiga nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel dependen dalam model penelitian ini masuk dalam kategori sedang (Adopt E-government Service) dan kuat (Intention to Use, User Satisfaction).
Tabel 3. Nilai R-Squares Penelitian
Original Sample (O) Adopt E-government Service 0,592
User Satisfaction 0,769
Intention to Use 0,691
Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel laten endogen dalam model penelitian ini dapat dilihat berdasarkan nilai f2. Kekuatan hubungan antara variabel user satisfaction dengan variabel adopt e-government service memiliki nilai f2 sebesar 0,184 yang dikategorikan memiliki pengaruh menengah atau sedang variabel laten predictor.
Tabel 4. Nilai f2 Pengaruh Terhadap Adopsi Layanan E-Government Original Sample (O) User Satisfaction Adopt E-gov Service 0,184 Intention to Use E-gov Adopt E-gov Service 0,197
Prosedur yang digunakan untuk menguji path coefficients model konseptual penelitian ini adalah bootstrapping. Pada Gambar 4 kami menampilkan hasil path coefficients (β) perhitungan menggunakan tools smart PLS sehingga dapat dilihat hubungan positif atau negatif variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil pengujian hipotesis kami sajikan dalam bentuk data perbandingan antara nilai T-statistic dengan T-table seperti pada Tabel 5 Penelitian ini menggunakan T-table (signifikansi) untuk kepecayaan 95% (α = 0,05), yaitu 1,96.
629 Jatisi ISSN 2407-4322 Vol. 10, No. 1, Maret 2023, Hal. 620-634 E-ISSN 2503-2933
Gambar 4. Path Coefficients Model Penelitian
Jika nilai T-table lebih kecil dari 1,96 maka hipotesis ditolak. Pengaruh positif atau negatif setiap variabel eksogen terhadap variabel endogen dalam studi ini ditentukan berdasarkan nilai koefisiennya.
Tabel 5. Hasil Pengujian Tingkat Signifikansi Path
Coefficient
T-Statistic
(|O/STERR|) p-value Hasil
H1 0,303 8,670 0,000 Diterima
H2 0,580 4,181 0,000 Diterima
H3 0,420 6,337 0,000 Diterima
H4 0,093 1,630 0,052 Ditolak
H5 0,097 1,606 0,054 Ditolak
H6 0,505 7,043 0,000 Diterima
H7 0,271 3,433 0,000 Diterima
H8 0,406 6,318 0,000 Diterima
H9 0,038 1,569 0,058 Ditolak
H10 0,039 1,573 0,058 Ditolak
H11 0,205 4,739 0,000 Diterima
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dapat diketahui bahwa H1 dan H2 Perceived usefulness dan Perceived ease of use berpengaruh secara positif terhadap intention to use e- government. Hal ini dipengaruhi oleh layanan elektronik milik Pemkot memungkinkan
Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 10, No. 1, Maret 2023, Hal. 620-634 E- ISSN 2503-2933 630
warganya untuk menyelesaikan proses administrasi lebih cepat dan mudah bagi warga untuk menggunakannya. Hasil ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chen dan Aklikokou [38]. H3 Intention to Use terbukti berpengaruh secara positif terhadap e- government service. Hal ini mengindikasikan bahwa warga berniat untuk menggunakan layanan elektronik Pemkot lebih sering untuk kedepannya. Sedangkan H4 dan H5 information quality dan system quality tidak berpengaruh signifikan terhadap user satisfaction. Warga belum bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan secara tepat waktu dan mereka tidak merasa mudah untuk mengakses layanan, hasil penelitian yang berbeda dilaporkan oleh Adbdulkareem dan Ramli [2] dimana information quality dan system quality terbukti berpengaruh signifikan terhadap user satisfaction. Sedangkan H6 dan H7 service quality dan content dalam penelitian ini terbukti berpengaruh signifikan terhadap user satisfaction. Layanan elektronik yang dimiliki Pemkot saat ini cukup responsif dalam mengelola permintaan warga dan informasi yang disediakan sesuai dengan kebutuhan dan penting bagi kebutuhan warga. Selain itu hal yang bisa mempengaruhi kepuasan warga berdasarkan hasil uji hipotesis H8 menunjukkan bahwa mengakses layanan elektronik Pemkot adalah salah satu pilihan terbaik bagi mereka karena kualitas pelayanan yang disampaikan tidak kalah baik dengan ketika mereka mengakses layanan secara langsung.Dari total tiga dimensi kualitas (kualitas informasi, kualitas layanan, dan kualitas sistem) hanya satu yang terbukti berpengaruh positif dan signifikan. H11 (nilai t = 4,739, path = 0,205, p =0,000) sehingga dinyatakan variabel user satisfaction sebagai mediator dimensi kualitas layanan terhadap adoption e-government service. Variabel user satisfaction tidak terbukti berpengaruh signifikan sebagai mediator dua dimensi kualitas lainnya yaitu information quality (H9) dan system quality (H10) terhadap adoption e-government service.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan variabel user satisfaction dapat mempengaruhi adopsi layanan e-government di Indonesia secara langsung. Hal tersebut didukung dengan hasil pembuktian melalui analisis jalur, dimana nilai t-statistic yang dihasilkan adalah 6,318 untuk tingkat kepercayan 95%, lebih besar dari nilai yang dipersyaratkan.
Kekuatan pengaruh user satisfaction terhadap adoption e-government berada pada kategori sedang, hal tersebut dibuktikkan dengan nilai f2 yang dihasilkan sebesar 0,184. Sedangkan pengaruh tidak langsung user satisfaction sebagai mediator dimensi kualitas terhadap adopsi layanan e-government menunjukkan hasil berpengaruh positif hanya pada dimensi kualitas layanan. Apabilia melihat nilai R-Squares variabel dependen adopt e-government sebesar 59,2% menandakan ukuran keberhasilan adopsi layanan e-government dapat dijelaskan oleh variabel independent user satisfaction dan intention to use.
5. SARAN
Berdasarkan nilai R-squares yang dihasilkan penelitian ini dalam kategori moderate sehingga diperlukan penelitian berikutnya dengan menambah variabel-variabel diluar model yang diusulkan peneliti saat ini. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah responden di kota atau kabupaten yang berbeda menggunakan pengembangan model saat ini sehingga sanggup menjelaskan keterkaitan hubungan variabel keberhasilan adopsi layanan e- government di Indonesia.
631 Jatisi ISSN 2407-4322 Vol. 10, No. 1, Maret 2023, Hal. 620-634 E-ISSN 2503-2933
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi yang telah memberikan bantuan dana penelitian pada skema Kompetitif Nasional Penelitian Dasar Tahun 2022. Mulai dari tahap seleksi, monitoring dan evaluasi sehingga penelitian ini bisa berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] N. E. H. Ben Amor, “Exploring Citizens’ Motives Influencing The Satisfaction With and Adoption of E-Government Services In The Kingdom of Saudi Arabia,” FWU J. Soc.
Sci., Vol. 15, No. 4, pp. 77–91, 2021, doi: 10.51709/19951272/Winter-2021/6.
[2] A. K. Abdulkareem and R. Mohd Ramli, “Does Trust In E-Government Influence The Performance of E-Government? An Integration of Information System Success Model and Public Value Theory,” Transform. Gov. People, Process Policy, Vol. 16, No. 1, pp.
1–17, 2022, doi: 10.1108/TG-01-2021-0001.
[3] M. Noor, “The Effect of E-Service Quality On User Satisfaction and Loyalty In Accessing E-Government Information,” Int. J. Data Netw. Sci., Vol. 6, No. 3, pp. 945–
952, 2022, doi: 10.5267/j.ijdns.2022.2.002.
[4] Presiden Republik Indonesia, “Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2003,” Instr. Pres., no. Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, pp. 1–25, 2003.
[5] R. I. Presiden, “Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2018 Tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik,” 2018.
[6] S. Y. Defitri, “The Role of Political Will In Enhancing E-Government: An Empirical Case In Indonesia,” Probl. Perspect. Manag., Vol. 20, No. 1, pp. 69–79, 2022, doi:
10.21511/ppm.20(1).2022.07.
[7] APJII, “Peluang Penetrasi Internet dan Tantangan Regulasi Daerah,” Buletin APJII, p.
15, 2021.
[8] A. Sabani, H. Deng, and V. Thai, “Evaluating The Development of E-Government in Indonesia,” ACM Int. Conf. Proceeding Ser., pp. 254–258, 2019, doi:
10.1145/3305160.3305191.
[9] B. K. Lee, E. H. Lee, and T. Lee, “The Effect of E-Government Website Evaluation On User Satisfaction and Intention To Use: The Mediating Role of Warmth and Competence Judgment On Government,” Inf. Commun. Soc., pp. 1–22, 2022, doi:
10.1080/1369118X.2022.2041701.
[10] Y. Li and H. Shang, “Service Quality, Perceived Value, and Citizens’ Continuous-Use Intention Regarding E-Government: Empirical evidence From China,” Inf. Manag., Vol.
57, No. 3, p. 103197, 2020, doi: 10.1016/j.im.2019.103197.
Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 10, No. 1, Maret 2023, Hal. 620-634 E- ISSN 2503-2933 632
[11] M. K. Mohammadi, “Factors Influencing The Adoption of E-Government Websites In Afghanistan From The Citizens’ Perspective,” Electron. J. Inf. Syst. Dev. Ctries., 2022, doi: 10.1002/isd2.12216.[12] K. A. Al Mansoori, J. Sarabdeen, and A. L. Tchantchane, “Investigating Emirati Citizens’ Adoption of E-Government Services In Abu Dhabi using modified UTAUT Model,” Inf. Technol. People, Vol. 31, No. 2, pp. 455–481, 2018, doi: 10.1108/ITP-12- 2016-0290.
[13] I. K. Mensah and S. Adams, “A Comparative Analysis of the Impact of Political Trust on The Adoption of E-Government Services,” Int. J. Public Adm., Vol. 43, No. 8, pp. 682–
696, 2020, doi: 10.1080/01900692.2019.1645687.
[14] I. K. Mensah and E. Abu-shanab, “Citizen Use of E-Government Services Websites: A Proposed E-Government Adoption Recommendation Model (EGARM),” Int. J. Electron.
Gov. Res., Vol. 17, No. 2, pp. 19–42, 2021, doi: 10.4018/IJEGR.2021040102.
[15] I. K. Mensah and J. Mi, “An Empirical Investigation of The Impact of Demographic Factors On E-Government Services Adoption,” Int. J. E-Services Mob. Appl., Vol. 10, No. 2, pp. 17–35, 2018, doi: 10.4018/IJESMA.2018040102.
[16] A. Sachan, R. Kumar, and R. Kumar, “Examining The Impact of E-Government Service Process On User Satisfaction,” J. Glob. Oper. Strateg. Sourc., Vol. 11, No. 3, pp. 321–
336, 2018, doi: 10.1108/JGOSS-11-2017-0048.
[17] M. N. Zolotov, T. Oliveira, and F. Cruz-jesus, “Satisfaction With E-Participation: A Model From The Citizen ’ s Perspective, Expectations, and Affective Ties To The Place,”
In WorldCIST’18: World Conference on Information Systems and Technologies, 2018, Vol. 1, pp. 1049–1059.
[18] W. M. Al-Rahmi et al., “Validation of An Integrated IS Success Model in The Study of E-Government,” Mob. Inf. Syst., pp. 1–16, 2022, doi: 10.1155/2022/8909724.
[19] M. H. Alshira’H, “The Effects of Usability and Accessibility for E-Government Services On The End-User Satisfaction,” Int. J. Interact. Mob. Technol., Vol. 14, No. 13, pp. 78–
90, 2020, doi: 10.3991/ijim.v14i13.14659.
[20] F. D. Davis, “Perceived Perceived Usefulness, Ease of Use, and User Acceptance Information of Technology,” Manag. Inf. Syst. Res. Cent., Vol. 13, No. 3, pp. 319–340, 1989.
[21] V. Venkatesh and F. D. Davis, “A Theoretical Extension of the Technology Acceptance Model: Four Longitudinal Field Studies,” Manage. Sci., Vol. 46, No. 2, pp. 186–204, 2000.
[22] H. Bala and V. Venkatesh, “Technology Acceptance Model 3 and A Research Agenda On Interventions,” Decis. Sci., Vol. 39, No. 2, pp. 273–315, 2008, doi: 10.1111/j.1540- 5915.2008.00192.x.
633 Jatisi ISSN 2407-4322 Vol. 10, No. 1, Maret 2023, Hal. 620-634 E-ISSN 2503-2933
[23] N. P. Rana, Y. K. Dwivedi, and M. D. Williams, “A Meta-Analysis of Existing Research On Citizen Adoption of E-Government,” Inf. Syst. Front., Vol. 17, No. 3, pp. 547–563, 2015, doi: 10.1007/s10796-013-9431-z.[24] H. M. B. P. Ranaweera, “Perspective of Trust Towards E-Government Initiatives In Sri Lanka,” Springerplus, Vol. 5, No. 1, pp. 1–11, 2016, doi: 10.1186/s40064-015-1650-y.
[25] S. R. Chohan and G. Hu, “Success Factors Influencing Citizens’ Adoption of IoT Service Orchestration for Public Value Creation in Smart Government,” IEEE Access, vol. 8, pp. 208427–208448, 2020, doi: 10.1109/ACCESS.2020.3036054.
[26] V. Krishnaraju, S. K. Mathew, and V. Sugumaran, “Web Personalization For User Acceptance of Technology: An Empirical Investigation of E-Government Services,” Inf.
Syst. Front., Vol. 18, No. 3, pp. 579–595, 2016, doi: 10.1007/s10796-015-9550-9.
[27] W. A. Sulistyowati, I. Alrajawy, A. Yulianto, O. Isaac, and A. Ameen, “Factors Contributing to E-Government Adoption in Indonesia—An Extended of Technology Acceptance Model with Trust: A Conceptual Framework,” Lect. Notes Networks Syst., Vol. 118, No. May, pp. 651–658, 2020, doi: 10.1007/978-981-15-3284-9_74.
[28] G. H. S. M. de Moraes and F. de S. Meirelles, “User ’ s Perspective of Eletronic Government Adoption In Brazil,” J. Technol. Manag. Innov., Vol. 12, No. 2, pp. 1–10, 2016.
[29] S. Petter, W. Delone, and E. Mclean, “Measuring Information Systems Success : Models , Dimensions, Measures, and Interrelationships,” Eur. J. Inf. Syst., Vol. 17, pp. 236–263, 2008, doi: 10.1057/ejis.2008.15.
[30] N. P. Rana, Y. K. Dwivedi, M. D. Williams, and V. Weerakkody, “Investigating Success of An E-Government Initiative: Validation of An Integrated IS Success Model,” Inf. Syst.
Front., Vol. 17, No. 1, pp. 127–142, 2014.
[31] V. Weerakkody, Z. Irani, H. Lee, and N. Hindi, “Are U . K . Citizens Satisfied With E- Government Services? Identifying and Testing Antecedents of Satisfaction,” Inf. Syst.
Manag., Vol. 33, No. 4, pp. 331–343, 2016.
[32] Y. Karlinsky-shichor and M. Zviran, “Factors Influencing Perceived Benefits and User Satisfaction in Knowledge Management Systems,” Vol. 0530, No. February, 2016, doi:
10.1080/10580530.2016.1117873.
[33] N. Mohamed, H. Hussin, and R. Hussein, “Measuring Users ’ Satisfaction with Malaysia ’ s Electronic Government Systems,” Electron. J. e-Government, Vol. 7, No. 3, pp. 283–294, 2009.
[34] H. J. Mustakini, Konsep dan Aplikasi Structural Equation Modeling (SEM) Berbasis Varian Dalam Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN, 2011.
Jatisi ISSN 2407-4322
Vol. 10, No. 1, Maret 2023, Hal. 620-634 E- ISSN 2503-2933 634
[35] J. F. Hair, M. Sarstedt, L. Hopkins, and V. G. Kuppelwieser, “Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM): An Emerging Tool In Business Research,”Eur. Bus. Rev., Vol. 26, No. 2, pp. 106–121, 2014, doi: 10.1108/EBR-10-2013-0128.
[36] I. Ghozali and H. Latan, Partial Least Squares Konsep, Teknik dan Aplikasi Menggunakan Program Smart PLS 3.0 untuk Penelitian Empiris, 2nd ed. Semarang:
Universitas Diponegoro Semarang, 2014.
[37] J. F. Hair, J. J. Risher, M. Sarstedt, and C. M. Ringle, “When To Use and How To Report The Results of PLS-SEM,” Eur. Bus. Rev., Vol. 31, No. 1, pp. 2–24, 2019, doi:
10.1108/EBR-11-2018-0203.
[38] L. Chen and A. K. Aklikokou, “Determinants of E-Government Adoption: Testing the Mediating Effects of Perceived Usefulness and Perceived Ease of Use,” Int. J. Public Adm., Vol. 43, No. 10, pp. 850–865, 2020, doi: 10.1080/01900692.2019.1660989.