UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI BERCERITA DENGAN HAND PUPET (BONEKA TANGAN) PADA
ANAK KELOMPOK B DI TK BUSTANUL ATHFAL AISYIYAH KLEPU CEPER KLATEN SEMESTER I
TAHUN AJARAN 2013/2014
JURNAL PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat
Sarjana S-1
Pendidikan Anak Usia Dini
SRI MULYANI A 53B111055
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
1 ABSTRAK
UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI BERCERITA DENGAN HAND PUPET (BONEKA TANGAN) PADA
ANAK KELOMPOK B DI TK BUSTANUL ATHFAL AISYIYAH KLEPU CEPER KLATEN SEMESTER I
TAHUN AJARAN 2013/2014
Sri Mulyani, A 53B111055, Prodi Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Skripsi
Penelitian tindakan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bahasa melalui bercerita dengan hand puppet (boneka tangan) pada anak kelompok B TK Bustanul Athfal Aisyiyah Klepu Ceper Klaten Semester I Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 3 siklus. Subyek penelitian yaitu peserta didik kelompok B Bustanul Athfal Aisyiyah Klepu Ceper yang terdiri dari 5 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Data yang dikumpulkan adalah daa tentang kemampuan Bahasa anak dan prosedur pembelajaran melalui bercerita dengan hand puppet (boneka tangan). Metode pengumpulan data yang digunakan berupa observasi untuk mengamati proses pembelajaran melalui bercerita dengan hand puppet (boneka tangan) dan mengamati tindakan guru saat menerapkan cerita dengan hand puppet (boneka tangan) dan catatan lapangan digunakan untuk membantu mengurangi penyimpangan dalam pengumpulan data. Analisis data yang digunakan dengan analisis diskriptif komparatif dengan membandingkan hasil amatan dengan indikator pencapaian setiap siklus, dari kondisi prasiklus, siklus I, siklus II dan siklus III dan analisis interaktif untuk mengetahui pembelajaran melalui bercerita dengan hand puppet (boneka tangan). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan Bahasa di TK Bustanul Athfal Aisyiyah Klepu Ceper Klaten Semester I Tahun Ajaran 2013/2014 mengalami peningkatan, hal tersebut dapat dilihat dari hasil prosentase prasiklus 47,08%, pasca siklus I mencapai 62,71 %, dan pasca siklus II mencapai 78,75 %, kemudian pasca siklus III mencapai 85,42 %. Kesimpulan penelitian ini adalah bercerita dengan hand pupet ( boneka tangan) dapat mengembangkan kemampuan bahasa kelompok B TK Bustanul Athfal Aisyiyah Klepu Ceper Klaten.
2 Pendahuluan
Salah satu pengembangkan kemampuan dasar di TK yaitu kemampuan
bahasa. Kemampuan bahasa di TK perlu di kembangkan untuk melatih anak agar
mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan. Kegiatan pembelajaran di
Taman Kanak-kanak harus mampu membekali anak didik supaya mampu
berkomunikasi yang lebih dapat dimengerti dan melatih anak-anak untuk
mengeluarkan ide atau keinginannya melalui bahasa yang jelas dan tepat.
Kemampuan bahasa di TK perlu dikembangkan karena dengan kemampuan
bahasa sebagai alat komunikasi atau sarana pergaulan dengan sesama.
Mengingat anak-anak usia TK sudah memasuki dunia yang penuh dengan teman
sebayanya, sehingga kesempatan untuk berinteraksi dan bermain menjadi faktor
yang penting dalam perkembangan bahasanya. Dengan kemampuan bahasa
anak-anak dapat menjalin komunikasi dengan teman sebayanya, dengan begitu mereka
dapat memperoleh dan menyampaikan informasi. Apabila seorang anak tidak
mempunyai kemampuan bahasa yang baik, maka kemampuan anak dalam
berkomunikasi akan kurang. Apabila kemampuan bahasa anak tidak
dikembangkan, maka sesorang anak akan mengalami kesulitan untuk bergaul
dengan teman sebayanya. Selain itu anak akan mengalami kesulitan untuk
menyatakan ide dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang bermakna, logis
dan sistematis.
Kegiatan pembelajaran bahasa di Taman Kanak-kanak kelompok usia 5-6
tahun tidak hanya terbatas pada kegiatan menulis dan membaca saja. Banyak
sekali kegiatan dalam pembelajaran bahasa, seperti menyebutkan nama benda,
mengucap syair, mendengarkan cerita, membuat gambar dan menceritakan isi
gambar. Sedangkan kemampuan bahasa anak kelompok B yang berhubungan
dengan menjawab pertanyaan yang kompleks, terdiri dari kemampuan
mendengarkan dan menceritakan kembali cerita secara runtut, menceritakan
secara runtut, bercerita menggunakan kata ganti aku, saya kamu dan mereka.
Pengembangan kegiatan bercerita dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Sebagai guru harus mampu menciptakan strategi pembelajaran yang kreatif
3
Kondisi awal kemampuan anak dalam menangkap atau menerima dan
mengungkap kembali bahasa di TK Bustanul Athfal Aisyiyah Klepu Ceper
sampai saat ini masih sangat rendah. Hal ini terlihat saat guru mengajar
mengalami kesulitan ketika menyampaikan perintah kepada anak didik. Masalah
yang tampak menonjol yaitu saat kegiatan pembelajaran dengan metode
pemberian tugas masih banyak anak yang berulangkali menanyakan perintah
yang sudah dijelaskan guru. Sebenarnya guru sudah menjelaskan perintah dalam
kegiatan materi pembelajaran berulang-ulang, tetapi masih banyak anak yang
salah dalam mengerjarkan tugas. Beberapa dari anak hanya mengerjakan tugas
dalam batas sepengetahuannya saja, dalam artian yang penting mengerjakan
namun hasilnya tidak benar karena tidak sesuai dengan petunjuk yang sudah
disampaikan. Sulitnya anak menerima bahasa dan memahami perintah yang
disampaikan guru mendorong peneliti untuk mengatasi permasalahan tersebut .
Selain itu saat guru berusaha bercerita atau menceritakan sesuatu sebagian anak
tidak mampu mengungkapkan kembali isi cerita.
Hal ini disebabkan guru di TK Bustanul Athfal Aisyiyah Klepu Ceper Klaten
hanya menekankan kemampuan bahasa keaksaraan yang menitikberatkan pada
pengenalan huruf dan menulis. Sehingga kemampuan bahasa yang berhubungan
dengan kemampuan mengungkap bahasa melalui bercerita kurang
dikembangkan. Anak-anak tidak terlatih dan terbiasa mendengarkan cerita
ataupun berani bercerita. Dalam pembelajaran guru hanya menggantungkan pada
buku majalah atau lembar kerja anak. Dimana anak-anak selalu diberi kegiatan
pembelajaran yang memanfaatkan majalah saja tanpa menampilan alat peraga
langsung. Seharusnya dalam pembelajaran guru membawa peraga langsung,
dimana setiap anak dapat melakukan kegiatan secara langsung sehingga anak
tidak harus berfikir secara abstrak.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengembangkan kemampuan bahasa
melalui bercerita dengan hand puppet (boneka tangan) pada anak kelompok B
TK Bustanul Athfal Aisyiyah Klepu Ceper Klaten Semester I Tahun Ajaran
4 Metode Penelitian
Tempat yang digunakan sebagai penelitian adalah TK Bustanul Athfal
Aisyiyah Klepu Ceper Klaten. Pelaksanaan penelitian direncanakan pada
semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014. Subyek penelitian dalam penelitian
ini adalah anak Taman Kanak-kanak kelompok B, dimana jumlah anak yang akan
dijadikan subyek penelitian adalah 12 anak terdiri dari 5 laki-laki dan 7
perempuan.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan. Melihat dari
permasalahan yang dihadapi guru dalam pembelajaran kemampuan bahasa anak,
peneliti akan menggunakan cerita hand puppet (boneka tangan) untuk
mengembangkan kemampuan bahasa anak. Penelitian yang dilakukan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan
kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari : a) perencanaan
(planning); b) pelaksanaan (action); c) pengamatan (observing); d) menganalisis
data untuk memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut
(reflecting).
Langkah-langkah yang telah dilakukan yaitu :
1. Perencanaan tindakan
Langkah persiapan pada tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut :
a) Mempersiapkan alat peraga dan media yang akan digunakan.
Peneliti memilih menentukan dan menyiapkan hand puppet (boneka
tangan) yang sesuai dengan kemampuan bahasa yang akan
dikembangkan.
b) Mempersiapkan waktu pelaksanaan kegiatan
Waktu kegiatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan bercerita
hand puppet (boneka tangan) direncanakan selama + 30 menit.
c) Membuat rencana pembelajaran dan membuat instrumen
Rencana pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini berupa
5 2. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah penelitian untuk setiap siklus dapat diilustrasikan sebagai
berikut :
a) Siklus pertama terdiri dari 3 pertemuan
Bercerita tentang kehidupan anak-anak di kelas dengan memanfaatkan 2
boneka.
b) Siklus kedua terdiri dari 3 pertemuan.
Kegiatan bercerita memanfaatkan 3-5 boneka yang melibatkan
anak-anak untuk bercerita.
c) Siklus ketiga terdiri dari 2 pertemuan.
Siklus ketiga bertujuan untuk lebih memaksimalkan pencapaian indikator
di siklus 2, dilaksanakan kurang lebih 1 minggu.
3. Tindakan
Adapun proses tindakan yang akan dilakukan antara lain meliputi :
a) Peneliti dan guru mempersiapkan jenis hand puppet (boneka tangan yang
akan digunakan.
b) Guru memberikan sebuah gambaran kepada anak bagaimana cara
menggunakan hand puppet (boneka tangan).
c) Guru bercerita dengan hand puppet (boneka tangan). Anak melakukan
kegiatan bercerita dengan lawan main teman-temannya.
4. Pengamatan / Observasi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan pengamatan
pada saat pelaksanaan tindakan. Adapun yang diamati yaitu perkembangan
kemampuan bahasa anak dan proses pembelajaran melalui bercerita dengan
hand puppet ( boneka tangan).
5. Refleksi
Setelah kegiatan, pelaksanaan tindakan hasil observasi dikumpulkan
untuk dianalisis kelemahan serta kekurangan yang terjadi pada pelaksanaan
siklus sebelumnya. Hasil refleksi digunakan untuk menentukan tindak lanjut
sebagai upaya untuk mencapai tujuan. Refleksi dilakukan setiap akhir
6
Pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi dan catatan
lapangan. Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan
pengamatan secara langsung mengenal femonema-fenomena dan gejala psikis
maupun psikologi dengan pencatatan (Arikunto, 2006: 229). Tujuan observasi
dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data tentang kemampuan bahasa anak
melalui cerita dengan hand puppet (boneka tangan). Serta mencari data tentang
guru saat melaksanakan pembelajaran melalui bercerita dengan hand puppet
(boneka tangan). Catatan lapangan menurut Moleong (2002 : 155) yaitu
pernyataan tentang semua peristiwa yang dialami yaitu yang didengar dan dilihat
serta tidak boleh berisi penafsiran, hanya catatan sebagaimana adanya.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
diskriptif komparatif (untuk kemampuan bahasa) yaitu membandingkan hasil
amatan dengan indikator pencapaian setiap siklus, dari kondisi prasiklus, siklus I,
siklus II dan siklus III.
Pembahasan
Berdasarkan evaluasi hasil belajar, observasi, refleksi diperoleh hasil
yang dapat dilihat pada tabel berikut :
Aspek Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III Pelaksanaa
n
Pelaksanaan pada hari selasa 20 Agustus 2013. Kegiatan pembelajara n menggunak an majalah anak
kemudian anak diberi tugas untuk menyelesaik an.
Pelaksanaan pada hari Kamis-Sabtu 22-24 Agustus 2013. pembelajaran bahasa dengan menerapkan bercerita dengan hand pupet
(boneka tangan) ayah dan anak
Pelaksanaan pada hari senin-Rabu 26-28 Agustus
2013.Pembelajar an bahasa dengan
menerapkan bercerita dengan hand pupet (boneka tangan) pensil, buku dan penghapus.
7 Observasi Anak-anak
terlihat bosan saat mengerjaka n tugas yang diberikan guru Anak-anak terlihat antusias mengikuti cerita, namun ada beberapa anak yang berbicara sendiri dan tidak
memperhatik an.
Anak-anak sudah mulai aktif dan terlibat dalam kegiatan bercerita,
bahkan ada anak yang
mendominasi cerita dan ingin selalu tampil.
Pemberian reward dan bentuk kuis menjadikan kegiatan bercerita berlangsung baik dan lancar.
Refleksi Guru akan menerapkan bercerita dengan hand pupet (boneka tangan), guru akan menyediaka n media pembelajara n langsung.
Peneliti dan guru
memberikan perhatian lebih kepada anak dengan cara
memperbany ak variasi suara dari tokoh
sehingga anak lebih tertarik
Supaya anak tidak berebut boneka tangan maka peneliti membuat kuis, bagi yang mampu
menjawab diperbolehkan memainkan boneka terlebih dulu.
Pada siklus III pelaksanaan pembelajaran sudah baik.
Rata-rata kemampua n bahasa anak satu kelas
-
60 % 70 % 80 %
Hasil
penelitian 47,08 % 62,71 % 78,75 % 85,42 %
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kemampuan anak didik
sebelum tindakan sampai siklus III menunjukkan peningkatan. Hal ini didukung
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Fatimah (2010:101) bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi kemampuan bahasa adalah lingkungan. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi perkembangan bahasa antara lain orang tua,
guru dan masyarakat, agar mempermudah untuk meningkatkan kemampuan
bahasa anak, guru berusaha memberi pembelajaran yang lebih menarik yaitu
8
Dalam penelitian ini yang dimaksud lingkungan yaitu lingkungan
sekolah yang memang sengaja dibentuk untuk mengembangkan kemampuan
bahasa anak. Seperti metode bercerita, melalui bercerita hand puppet ( boneka
tangan) secara tidak langsung kemampuan bahasa anak dapat meningkat. Dengan
bercerita dapat mengembangkan kemampuan untuk menyampaikan pikiran
kepada orang lain, mengembangkan kemampuan untuk mengemukakan pendapat,
mengembangkan kemampuan untuk menangkap perhatian oranglain dan
mengembangkan kemampuan untuk memiliki perbendaharaan bahasa yang cukup
luas misalnya nama tumbuhan, binatang atau benda yang ada di lingkungannya.
Menurut (http://www.griyabelanja.com/berita-) manfaat bercerita dengan
hand pupet (boneka tangan) yaitu sebagai media perantara yang digunakan untuk
melibatkan anak kedalam cerita yang sedang disampaikan agar anak mampu
menangkap isi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Dengan media boneka
tangan anak tertarik untuk berimajinasi, kemudian berusaha mencari kosa kata
yang tepat untuk mengungkapkan ide yang ada pada diri mereka. Boneka bisa
mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara langsung yang muncul
dari anak. Interaksi komunikasi dengan anak bisa tercipta sehingga ide-ide kreatif
dalam menggunakan bahasa mereka dapat disalurkan.
Adapun peningkatan disetiap siklus tidak menunjukkan kestabilan.
Prosentase peningkatan sebelum tindakan sampai siklus I peningkatannya
mencapai 15,63%. Hal ini terjadi karena pada saat proses pembelajaran pada pra
siklus yang sangat membosankan dan anak harus terbebani untuk menyelesaikan
tugas dari guru yang kemudian diterapkan bercerita dengan hand pupet (boneka
tangan) sehingga anak-anak sangat antusias dan bersemangat belajar sehingga
hasil peningkatan cukup signifikan. Sedangkan pelaksanaan tindakan dari siklus I
sampai siklus III hanya pengulangan tindakan dari hasil observasi dan refleksi
sedangkan untuk pelaksanaan setiap pertemuan hanya divariasi pada media dan
sub tema pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa kemampuan bahasa anak
tidak merata, hal ini di sebabkan kemampuan dan karakteristik anak serta tingkat
9 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui
beberapa tindakan dari siklus I, II, dan III serta dari hasil seluruh pembahasan dan
analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa bercerita dengan
hand pupet ( boneka tangan) dapat mengembangkan kemampuan bahasa anak
kelompok B TK Bustanul Athfal Aisyiyah Klepu Ceper Klaten. Hal ini
ditunjukkan dari adanya peningkatan rata-rata prosentase kemampuan bahasa
anak dari sebelum tindakan sampai pada siklus III yakni pada saat sebelum
tindakan 47,08%, siklus I mencapai 62,71 %, siklus II mencapai 78,75 %, dan
pada siklus III mencapai 85,42%.
Kesimpulan diatas memberikan implikasi bahwa melalui bercerita
dengan hand pupet ( boneka tangan) yang diterapkan pada anak kelompok B TK
Bustanul Athfal Aisyiyah Klepu Ceper Klaten mempunyai peranan yang berarti
dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak. Kemampuan bahasa tersebut
terbatas pada kemampuan mengungkap bahasa.
Dengan kemampuan bahasa anak yang meningkat maka akan
memudahkan guru untuk mengajarkan kemampuan yang lain. Karena dengan
kemampuan bahasa anak-anak dapat menjalin komunikasi dengan teman
sebayanya, dengan begitu mereka dapat memperoleh dan menyampaikan
informasi. Kemampuan bahasa juga melatih anak-anak untuk memahami kalimat
atau bahasa yang disampaikan kepadanya yang kemudian mereka akan
mengulanginya kembali. Apabila seorang anak tidak mempunyai kemampuan
bahasa yang baik, maka kemampuan anak dalam berkomunikasi akan kurang.
Karena dalam melaksanakan komunikasi memerlukan kemampuan menerima dan
mengungkap bahasa. Dengan demikian jika kemampuan bahasa anak tidak
dikembangkan, maka sesorang anak akan mengalami kesulitan untuk bergaul
dengan teman sebayanya. Selain itu anak akan mengalami kesulitan untuk
menyatakan ide dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang bermakna, logis
10
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2001. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan. Jakarta : Depdiknas.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nurkamto, Joko. 2003. Metodelogi Penelitian Kualitatif. BPG Semarang
Kartini dan Sumartini. 2000. Psikologi Perkembangan. Bandung:Depdiknas
Somantri. 2000. Metode Pengembangan Bahasa. Bandung: Depdiknas
Sudarmaji. 1992. Teknik Bercerita. Jogyakarta : SPA
Wuntat. 2005. Mendidik Anak Dengan Memanfaatkan Metode BBM. Yogyakarta Syahida.
(http://www.anneahira.com/pengertian bercerita.html
(http://aaps10.blogspot.com/2012/10/media-boneka-tangan.html ).
(http://www.griyabelanja.com/berita-
(http://jk.tp.ac.id/tag/pengertian-boneka-tangan