• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Tipe Agresi pada Geng Motor "X" di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Tipe Agresi pada Geng Motor "X" di Kota Bandung."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe agresi pada Anggota Geng Motor “X” di Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling dan sampel penelitian ini berjumlah 50 orang.

Alat ukur yang digunakan adalah kuisioner yang dibuat oleh peneliti dan mengacu pada teori agresi dari Buss (1961), yang membagi menjadi 8 tipe. Berdasarkan hasil uji validitas menggunakan rumus rank Spearman, dan uji reliabilitas menggunakan teknik split-half.

Hasil penilitian : tipe agresi yang paling dominan adalah verbal-tidak langsung-pasif (72%) yang dimunculkan oleh Anggota Geng Motor “X” di kota Bandung, dalam penelitian ini diperoleh mengenai determinan – determinan yang dapat memfasilitasi munculnya tindakan agresi pada anggota geng motor “X” di kota bandung seperti determinan agresi yang berasal dari lingkungan (heat, crowded, dan noise) dan determinan agresi yang bersifat situasional (aggressve cue value, arousal, dan alcohol)

Saran penelitian: melakukan penelitian mengkorelasikan tipe agresi dengan determinan agresi baik determinan lingkungan, situasional maupun individual

(2)

Abstract

This research aims to describe the type of aggression “Members Of “X” In

Bandung”, the sample are chosen using purposive sampling which amount to 50

peoples.

Measuring instrument used was a questionnaire made by researchers and referring to the theory of aggression from Buss (1961 ) , which split into 8 types. Based on the validity of the test results using Spearman rank formula , and reliability testing using the technique of split-half.

Result showed, type of aggression is the most dominant are verbal - indirect - passive (72 %) were raised by Members Of “X” in Bandung, in this study were obtained regarding the determinants that can facilitate the emergence of an act of aggression. Determinants that comes from the environment (heat, crowded , and noise) and deteriminants that comes from situational (aggressve cue value, arousal, and alcohol).

Suggestion: To explore the type of aggression, doing a correlational research to see the connection between situational and environment determinants

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.2.1 Maksud Penelitian ... 6

1.2.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.3 Kegunaan Ilmiah ... 7

1.4 Kegunaan Praktis ... 7

1.5 Kerangka Pemikiran ... 7

(4)

x BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Human Aggression ... 18

2.1.1 Pengertian Agresi ... 18

2.1.2Perbandingan Perspektif Teoritis Mengenai Agresi ... 22

2.1.2.1 Agresi Sebagai Perilaku Instinktif ... 23

2.1.2.2 Agresi sebagai Dorongan yang Muncul Dalam Diri: Motivasi untuk Mencelakai atau Melukai Orang Lain 26 2.1.2.3 Agresi sebagai Perilaku Hasil Pembelajaran Sosial .... 28

2.1.3 Determinan Agresi ... 32

2.1.3.1 Determinan Agresi yang Berasal dari Lingkungan... 32

2.1.3.2 Determinan Agresi yang Bersifat Situasional ... 35

2.1.3.3 Determinan Agresi yang Bersifat Individual ... 37

2.2.2.1 Definisi Remaja Akhir ... 42

2.2.2.2 Perkembangan pada Remaja Akhir ... 43

2.2.2.2.1 Perkembangan Biologis ... 43

2.2.2.2.2 Perkembangan Kognitif ... 43

2.2.2.2.3 Perkembangan Sosio-Emosional ... 44

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 45

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 45

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 45

3.3.1 Variabel Penelitian ... 45

3.3.2 Definisi Konseptual ... 46

(5)

xi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden ... 55

4.2 Hasil Penelitian ... 57

4.2.1 Gambaran Tipe Agresi ... 57

4.2.2 Gambaran Tabulasi Silang... 62

4.2.3 Gambaran Determinan Agresi ... 64

4.2.3.1 Gambaran Determinan Agresi Yang Berasal Dari Lingkungan ... 65

(6)

xii

Individual ... 67

4.3 Pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 77

5.2 Saran ... 78

5.2.1 Saran Teoritis ... 78

5.2.2 Saran Praktis ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori Agresi Berdasarkan Teori Buss (1961) ... 20

Tabel 3.1Kisi-kisi Alat Ukur Kuesioner Tipe Agresi ... 49

Tabel 3.2Kriteria Skor dari Item-Item Alat Ukur Kuesioner Tipe Agresi ... 49

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 56

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 56

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Anggota ... 57

Tabel 4.5 Frekuensi Tipe Agresi Tunggal dan Lebih Dari Satu Responden ... 57

Tabel 4.6 Distribusi Gambaran Tipe Agresi ... 58

Tabel 4.7Frekuensi Tipe Agresi Lebih Dari Satu ... 59

Tabel 4.8 Frekuensi Tipe agresi Tunggal Dimensi Fisik-Verbal ... 59

Tabel 4.9 Frekuensi Tipe Agresi Tunggal Dimensi Langsung dan Tidak Langsung ... 60

Tabel 4.10 Frekuensi Tipe Agresi Tunggal Dimensi Aktif-Pasif ... 61

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Antara Tipe Agresi Dengan Jenis Kelamin ... 62

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Antara Tipe Agresi Dengan Usia ... 62

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Antara Tipe Agresi Dengan Pendidikan Terakhir/ Sedang Dijalani ... 63

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Antara Tipe Agresi Dengan Lama Menjadi Anggota 64 Tabel 4.15 Determinan Yang Berasal Dari Lingkungan (Noise) ... 65

Tabel 4.16 Determinan Yang Berasal Dari Lingkungan (Crowded) ... 65

(8)

xiv

Value) ... 66

Tabel 4.19Determinan Agresi Yang Bersifat Situasional (Arousal) ... 66

Tabel 4.20 Determinan Agresi Yang Bersifat Situasional (Alcohol) ... 67

Tabel 4.21 Determinan Agresi Yang Bersifat Individual (Personality) ... 67

(9)

DAFTAR BAGAN

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota Bandung. Dimulai berbagai pemberitaan tentang geng motor menjadi sajian yang sudah sering masyarakat terima dari berbagai media. Geng motor dikenal masyarakat sebagai sekelompok orang yang selalu membuat tindakan brutal dan mengganggu ketentraman masyarakat. Geng motor menjadi momok di Kota Bandung berawal dari dengan perkumpulan orang yang hobi atau menyukai dunia otomotif roda dua, kemudian perkumpulan orang tersebut mengecil dengan membentuk kelompok kelompok, sehingga perkumpulan pecinta otomotif mempunyai ideologi visi misi masing-masing.

(12)

2 berfungsi identitas diri kohesivitas dalam geng dan mewakili citra kelompok koheren di mata kelompok-kelompok lain.

Pada fenomena dan realitas keberadaan geng sekarang ini, pola terbentuknya sebuah geng dimulai dari sebuah ikatan kebersamaan secara emosional dan dari sebuah komunitas tertentu, misalnya komunitas sekolah atau komunitas otomotif (Muliyani Hasan, 2007). Salah satu bentuk geng yang awalnya dimulai dari komunitas otomotif adalah geng motor. Geng motor merupakan kumpulan orang pencinta motor yang menyukai kebut-kebutan, tanpa membedakan jenis motor yang dikendarai, semua membaur menjadi satu. (Muliyani Hasan, 2007).

Banyak pemberitaan di media massa tentang, terjadinya tawuran, dan perkelahian antar geng motor dipicu oleh hal-hal yang kurang rasional dan perilaku agresi yang dilakukan oleh anggota geng motor menimbulkan banyak kerugian yang harus ditanggung oleh masyarakat. Seperti yang diberitakan di detik news pada tanggal 23 Desember 2013 tentang penusukan dan penjambretan yang terjadi di

flyover Pasupati terhadap Taruna Akademi TNI AU, Andik Wahyu Heryawan. Andik

(13)

3 Menurut Adjun Komisaris Polisi Dadang Iriawan, usia anak-anak yang menjadi geng motor tersebut masih termasuk kedalam usia muda yang harus atau masih memerlukan perhatian serta pengawasan dari orang tua. Faktor lingkungan juga bisa sangat memengaruhi anak tersebut untuk masuk geng motor maka himbauan kami kepada masyarakat terutama orang tua agar bisa mengawasi anaknya dalam bergaul supaya tidak terjerumus kepada hal yang negatif, dan hal yang dilakukan oleh kepolisian dalam meminimalisir keberadaan geng motor yaitu dengan cara berpatroli terutama malam hari ke tempat yang sering dijadikan ajang untuk balapan liar, dan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat baik langsung ataupun melalui media.

(14)

4 Dalam aktifitasnya di Bandung, “X” pun tidak jauh berbeda dengan geng motor lainnya, identik dengan balapan liar, mencuri, tindakan vandalism, bahkan jika ada anggota lain yang dipukuli oleh geng lain para anggota “X” dapat menyerang secara fisik kepada geng lain tersebut.

Burhanuddin (1997) menyatakan bahwa tindak kerusuhan pada anggota geng motor dan agresivitas massa muncul dari arus sosial yang menghanyutkan emosi mereka ke luar kontrol kesadaran dirinya sendiri. Tindakan tersebut merupakan gejala sosial yang tidak memiliki bentuk yang jelas dan bisa saja terjadi pada setiap orang. Berikut beberapa berita kasus kekerasan yang menjurus pada kriminal yang dilakukan oleh geng motor di Harian Pagi Radar Bandung dan Harian Umum Galamedia, 19 September 2010 Harian Radar Bandung memberitakan anggota gengmotor, Didi (35), mengalami luka tusukan dan pukulan setelah dianiaya puluhan anggota geng motor lainnya, di wilayah Kopo.

Kasus Anggota Klub Motor Moonraker, Sopi Sopian (20), warga Kampung Cicocok, Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) tewas terkena sabetan samurai pukul 02.00 Minggu (26/12). Dalam Harian Pagi Radar Bandung Senin, 27 Desember 2010. Penyerangan oleh kelompok geng motor lainnya merobek bagian perut dan pundak di kawasan Sarijadi, Bandung. Saat acara deklasari damai antara geng motor dengan Kapolres Bandung.

(15)

5 lengan dan kaki kanan Mahfud mengalami luka sobek, karena disabet golok. (Dalam Tempo Sabtu 12 Januari 2013.)

Geng motor “X” di Bandung yang dikenal keras dan ekstrim memang identik dengan tindakan agresi. Menurut Buss (Buss & Perry, 1992), agresi adalah perilaku atau kecenderungan perilaku yang diniati untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikologis. Mereka yang frustrasi (merasa gagal mencapai tujuannya) adalah orang yang paling mudah melakukan tindakan agresi.

Buss (1961) mengajukan suatu pemikiran yang membagi agresi kedalam tiga dimensi, yaitu 1) fisik-verbal, 2) aktif-pasif, dan 3) langsung-tidak langsung. Perbedaan dimensi fisik-verbal terletak pada perbedaan antara menyakiti tubuh (fisik) orang lain dan menyerang orang lain dengan kata-kata. Perbedaan dimensi aktif-pasif terletak pada perbedaan antara tindakan nyata dan kegagalan untuk bertindak, sedangkan agresi langsung berarti kontak face to face dengan orang yang diserang dan agresi tidak langsung terjadi tanpa kontak dengan orang yang diserang.

Agresi pada anggota “X” akan terlihat jelas dalam cara para anggota melakukan aksi ketika berada di kawasan kekuasannya ataupun sedang bersama dengan anggota – anggota “X” yang lainnya. Bentuk perilaku tipe agresi fisik seperti mengolok dengan kata–kata kasar terhadap geng motor lain, masyarakat umum bahkan teman di “X” tersebut, memukul orang yang tidak dikenal bahkan tidak segan untuk membunuh, merusak fasilitas–fasilitas umum yang ada di Bandung, tindakan

vandalism, dan kebut – kebutan dijalan umum.

(16)

6 ketika mereka berkumpul. Beberapa anggota yang diwawancarai mengaku mudah untuk terlibat dalam perkelahian dan tidak ragu untuk memulai perkelahian dengan orang lain baik melakukanya sendiri dan secara berkelompok, alasannya mereka melakukan hal tersebut adalah karena membela “X”, dan tidak membiarkan seorang-pun mengejek atau menghina “X” tersebut.

Dari fenomena yang terjadi di Kota Bandung ketika terdapat fakta bahwa geng motor kerap kali berpotensi menimbulkan kerusuhan, serta didukung dengan data periode tahun 2010 – 2014 yang ditangani oleh Sat Reskrim Polrestabes Bandung dan jajaran ( dapat dilihat pada lampiran 1 ) bahwa anggota geng motor “X” melakukan aktifitasnya pada saat malam hari, dan banyaknya kasus berada di daerah Bandung Selatan. Sudah banyak korban atas aksi kawanan geng motor yang mengakibatkan rasa takut dikalangan masyarakat, serta 10 masyarakat di Kota Bandung mengaku ketakutan serta risih atas geng motor yang sudah menghantui masyarakat, tidak merasakan kedamaian di malam hari karena selalu terganggu oleh raungan motor, suara ribut tawuran dan masyarakat pun takut untuk keluar di malam hari karena lingkungan Bandung yang marak aktifitas geng motor bernuansa kekerasan, cara anggota “X” membela gengnya yang tidak segan bertindak dalam bentuk kekerasan/agresi, membuat peneliti tertarik untuk melihat tipe agresi yang terdapat pada anggota geng motor “X” di Kota Bandung dalam kesehariannya.

1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.2.1 Maksud Penelitian

(17)

7 1.2.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang tipe agresi berdasarkan dimensi fisik-verbal, aktif-pasif, dan langsung-tidak langsung pada anggota geng motor “X” di Kota Bandung dalam keseharianya.

1.3 Kegunaan Ilmiah

- Memberikan sumbangan bagi ilmu Psikologi Sosial tentang tipe agresi pada anggota geng motor “X” di Kota Bandung.

- Memberikan informasi tambahan bagi peneliti selanjutnya, terutama yang akan melakuka penelitian dengan variabel yang sama.

1.4 Kegunaan Praktis

- Untuk dapat mengetahui tipe agresifitas mereka yang rata-rata menginjak usia remaja akhir. Informasi ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh kepolisian dan masyarakat di Kota Bandung sebagai sumber pengetahuan mengenai tipe agresi anggota geng motor “X”.

- Memberikan sumber informasi kepada pihak kepolisian dan masyarakat secara lebih mendalam mengenai pencegahan serta antisipasi dan penanggulangan terhadap tindak kekerasan yang dilakukan oleh geng motor.

- Untuk masyarakat agar lebih waspada terhadap tindakan agresi yang dilakukan oleh geng motor “X”

1.5 Kerangka Pemikiran

(18)

8 hasil dari evolusi, kelompok ini akhirnya menjadi suatu bentuk gengster yang sering melakukan aktivitas yang becorak anti sosial (Thrasher, 1963). Geng sangat jelas identik dengan kehidupan berkelompok, hanya saja geng memang memiliki makna yang sedemikian negatif. Geng bukan sekedar kumpulan remaja yang bersifat informal, tetapi geng merupakan sebuah kelompok kaum muda yang pergi secara bersama-sama dan seringkali menyebabkan keributan (Triyono Lukmantoro, 2007).

Anggota geng motor terdiri dari berbagai latar belakang budaya, jenis kelamin, usia dan status lainnya yang menjadi ciri khas persamaan mereka bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Melihat usia dari anggotageng motor dalam suatu organisasi bisa saja memiliki usia yang berbeda dari muda sampai tua tidak terkecuali remaja.

Menurut Santrock (1998), masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Pengelompokkan pada remaja dibagi berdasarkan usia dari individu. Remaja akhir ditunjukkan pada usia setelah 15 tahun, pada fase ini remaja memfokuskan kepada karir dan eksplorasi identitas diri. Hal tersebut mendorong remaja akhir mencari role model yang dirasa ideal bagi peran mereka dalam kehidupan sosialnya.

(19)

9 pendidikan di SMA atau sebagai mahasiswa juga mengalami perkembangan dalam kognisinya, mereka mampu membayangkan situasi rekaan, kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan, hipotesis, ataupun proposisi abstrak dan mencoba mengolahnya dengan pemikiran yang logis. Bahkan mahasiswa juga lebih idealistis sehingga mulai menentukan pilihannya sendiri dan bertanggung jawab akan pilihan yang dibuatnya (Santrock, 1998).

Pada masa perkembangan remaja akhir juga mengalami peralihan dari bentuk sosial yang bersifat kekanakan bebas menjadi bentuk sosial yang matang dan bertanggung jawab. Lingkungan sosial yang bergeser dari lingkungan keluarga menjadi lingkungan teman sebaya. Hal ini mendorong mahasiswa yang sebagai anggota geng motor untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebayanya dalam melakukan berbagai aktifitas termasuk dalam kegiatan berkumpul bersama.

Anggota geng motor yang pada masa perkembangan remaja akhir memiliki kebebasan untuk memilih jurusan perkuliahan yang akan ditempuhnya karena mereka sudah memiliki kemampuan kognisi dalam merencanakan masa depan dan hal apa saja yang akan dilakukannya sebagai konsekuensi dari keputusannya. Hal ini serupa dengan keputusan mahasiswa dalam memilih kegiatan atau hobi yang akan dilakukan oleh dirinya atau bersama kelompok sosialnya.

Geng motor “X” di Bandung yang semakin meresahkan masyarakat karena aksinya ini sudah menjurus pada tindakan-tindakan pidana, berupa merusak fasilitas umum, penjarahan pusat pembelanjaan, tawuran antar geng motor, pencurian serta perampasan, bahkan membunuh korbannya. Dengan ciri khas agresif dapat menunjukkan bentuk agresi dari berbagai aspek.

(20)

10 kecenderungan perilaku yang diniati untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikologis. Individu yang frustrasi (merasa gagal mencapai tujuannya) adalah orang yang paling mudah melakukan tindakan agresi. Buss (1961) mengajukan suatu kerangka pikir yang membagi agresi ke dalam tiga dimensi yaitu,1) fisik-verbal, 2) aktif-pasif, dan 3) langsung-tidak langsung. Bentuk agresi dimensi fisik-verbal dapat dibedakan antara perbuatan fisik untuk menyakiti tubuh orang lain dan kata-kata kasar yang menyakiti orang lain. Agresi fisik dapat tampak melalui perilaku anggota “X” yang menggunakan fisik mereka atau mengarahkan tindakan agresi ke fisik orang yang dijadikan target perilaku agresi seperti memukul orang lain, mendorong orang lain di antara kerumunan dan terlibat dalam suatu perkelahian dengan anggota geng motor lain.

Agresi verbal dapat dilihat pada saat anggota “X” mengeluarkan kata-kata kasar saat berkumpul atau ketika menghina orang lain, dan geng lain di suatu peristiwa. Agresi dimensi aktif-pasif memiliki perbedaan antara tindakan nyata dan penolakan untuk bertindak. Pada aggota geng motor, agresi aktif dapat terlihat ketika anggota “X” secara aktif melakukan tindakan agresi baik secara fisik maupun verbal, misalnya seorang anggota “X” secara aktif mendorong anggota geng lain pada saat berpapasan di jalan. Agresi pasif dapat berupa penolakan untuk melakukan suatu kewajiban dan menghalangi orang lain mendapat tujuannya atau lebih jauh menjadi bentuk pengacuhan terhadap situasi sekitar.

(21)

11 menyebarkan hal buruk/gosip mengenai seseorang atau anggota geng saingannya kepada orang lain, merusak barang milik orang lain yang tidak dia sukai atau meminta teman untuk membalas dendam pada orang yang memiliki masalah dengannya.

Setiap anggota “X” memiliki potensi untuk melakukan tindakan agresi dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu bukan saja dipengaruhi oleh masa perkembangan mereka itu sendiri tetapi juga mendapat pengaruh dari determinan-determinan agresi. Beberapa peneliti dengan penelitian empirik menyebutkan ada dua determinan agresi, yaitu determinan agresi yang berasal dari lingkungan dan determinan agresi yang bersifat situasional seperti pengaruh alcohol, heat, dan noise. Agresi juga dipengaruhi oleh kondisi fisik lingkungan manusia (O’Neal & McDonald, 1976).

Baron (2002) juga mengatakan bahwa faktor situasional dapat membuat individu untuk terpancing untuk berperilaku agresif. Faktor meminum minuman keras dalam jumlah yang melewati batas, suhu yang tinggi atau panas, kepadatan, kebisingan dan ditengah keramaian atau massa yang mengganggu maka akan memfasilitasi munculnya tindakan agresi. Bandura (1973) mengungkapkan bahwa peningkatan stimulasi yang berasal dari kebisingan, ataupun kondisi lingkungan lainnya, tampak mempengaruhi tingkah laku agresi hanya ketika kondisi-kondisi tersebut merepresentasikan respon yang kuat atau dominan bagi individu yang terlibat.

(22)

12 intensitas munculnya suatu tindakan agresi. Ia pun menambahkan bahwa kondisi tersebut secara spesifik meningkatkan atau memperkuat tindakan yang biasa ditampilkan individu dalam situasi apapun. Anggota geng yang memiliki persepsi yang baik mengenai keramaian dan kepadatan dalam suatu peristiwa tawuran ataupun

convoy tidak akan merasa terganggu. Hal ini berbeda ketika anggota geng yang

memiliki persepsi buruk mengenai suatu lingkungan yang sesak, maka respon yang ia tunjukkan dalam kondisi sesak tersebut bersifat negatif sehingga dapat memfasilitasi munculnya tindakan agresi. Pengaruh temperatur tinggi (heat) dapat membuat anggota “X” merasa terganggu, tidak nyaman, mudah terpancing emosinya, dan menunjukkan reaksi negatif lain terhadap orang lain ketika ia merasakan temperatur yang panas.

Determinan agresi yang kedua yaitu determinan agresi yang bersifat situasional. Agresi dapat berasal dari berbagai macam aspek situasi atau konteks umum dimana perilaku itu dimunculkan. Dalam determinan agresi yang bersifat situasional terdapat tiga hal pokok yang menjadi pembahasan yaitu heigthened

arousal adalah bentuk perasaan marah atau tidak nyaman sehingga dapat

memfasilitasi tindakan agresi, aggressive cues, dan pengaruh dari obat-obatan/alkohol (the impact of various drugs (alcohol and marijuana)). The presence

of aggressive cues merupakan konsep yang menggambarkan kapasitas untuk

(23)

13

Alcohol sejak lama dipandang sebagai pelepas atau pemicu dari tindakan

agresi. Alcohol dengan dosis rendah sering kali menghambat munculnya tindakan agresi, namun dosis yang lebih tinggi memfasilitasi munculnya tindakan agresi. Penggunaan alkohol dalam jumlah yang banyak dapat menghilangkan kesadaran diri anggota “X” akan tindakan yang mereka lakukan. Hal ini membuat individu dengan mudah mengucapkan atau melakukan tindakan agresi ketika ia merasa tidak nyaman atau terancam oleh kehadiran orang lain. Tindakan agresi yang ditampilkan juga dapat merupakan reaksi atau respon yang selama ini tidak dapat diungkapkan anggota “X” dalam keadaan sadar (tidak dipengaruhi alcohol).

Buss (1961) telah membuat suatu kerangka pikir dan membagi agresi kedalam tiga dimensi seperti yang sudah dijelaskan. Ketiga dimensi agresi tersebut jika dikombinasikan akan menghasilkan delapan kategori potensial yang dapat membagi segala bentuk tindakan agresi manusia. Kedelapan kategori agresi tersebut yaitu 1) agresi langsung-aktif, 2) agresi tidak langsung-aktif, 3) agresi fisik-langsung-pasif, 4) agresi fisik-tidak fisik-langsung-pasif, 5) agresi verbal-langsung-aktif, 6) agresi verbal-tidak langsung-aktif, 7) agresi verbal-langsung-pasif dan 8) agresi verbal-tidak langsung-pasif.

Agresi fisik-langsung-aktif berarti tindakan agresi yang dilakukan oleh anggota “X” ditujukan untuk menyakiti tubuh orang lain, anggota “X” pun berperan aktif dalam melakukannya dan langsung melakukan tindakan tersebut kepada orang tersebut/korban. Tingkah laku seperti memukul orang lain, mendorong orang lain di depannya, sulit mengendalikan diri untuk berkelahi dengan orang lain dan langsung membalas perlakuan kasar secara fisik kepada orang lain merupakan bentuk dari tipe agresi fisik-langsung-aktif.

(24)

14 dilakukan secara aktif anggota “X” berupa perlakuan menyakiti tubuh orang lain. anggota geng tidak secara langsung bertatap muka dengan orang tersebut dalam melakukan perbuatan menyakiti tubuh korban. anggota geng bisa saja menyuruh orang lain untuk menyakiti tubuh korban, merusak barang atau benda miliki orang yang tidak dia sukai dan menendang benda yang ada di sekitarnya ketika merasa kesal sebagai bentuk agresi fisik-tidak langsung-aktif.

Agresi fisik-langsung-pasif berarti tindakan agresi yang anggota “X” dengan menggunakan fisik yang dimilikinya kemudian menghalangi orang lain untuk meraih tujuannya. Tingkah laku seperti menolak perintah orang tua secara sengaja untuk membuat mereka kesal, menolak memberikan bantuan kepada orang lain yang pernah memiliki masalah dengannya dan secara sengaja melakukan aktifitas fisik yang mengganggu kenyamanan orang lain di sekitarnya adalah bentuk dari agresi fisik-langsung-pasif dalam kehidupan sehari-hari.

Agresi fisik-pasif-tidak langsung berarti tindakan penolakan secara fisik oleh anggota “X” dalam melakukan kewajibannya. Tipe agresi ini nampak pada anggota “X” yang tidak mau melakukan tugas yang sudah diberikan kepadanya jika berada dalam suatu organisasi, dan tidak pulang tepat waktu sesuai perintah orang tua dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Agresi verbal-aktif-langsung menunjukkan tindakan agresi yang dilakukan oleh anggota “X” dengan mengeluarkan kata-kata yang menyakiti orang lain. anggota “X” yang secara sengaja menghina orang lain/korban, mengancam orang lain yang memiliki masalah dengan mereka dan mengumpat dengan kata-kata kasar dalam berbicara dengan orang lain artinya sudah melakukan agresi verbal-aktif-langsung dalam kehidupan sehari-hari.

(25)

15 yang secara aktif menyebarkan kata-kata buruk/hinaan mengenai orang lain. anggota “X” tidak langsung berhadapan dengan orang yang diberikan kata-kata hinaan

melainkan dengan cara menyebarkan gosip mengenai orang tersebut, membicarakan kejelekan dari orang yang memiliki masalah dengannya pada teman-teman dan mengutarakan kekesalannya terhadap sesuatu dengan memarahi teman-teman dekatnya.

Agresi verbal-pasif-langsung menunjukkan tindakan agresi yang dilakukan oleh anggota “X” dengan cara menolak berbicara dengan orang yang mengajaknya berbicara. anggota “X” secara langsung menolak untuk memberikan jawaban kepada orang yang bertanya kepadanya. Tindakan seperti tidak membalas sapaan kepada orang lain yang memberikan sapaan ramah, secara sengaja mengacuhkan nasihat yang diberikan oleh orang tua dan mengabaikan ajakan berbicara dari orang lain adalah bentuk tipe agresi verbal-pasif-langsung dalam kehidupan sehari-hari.

(26)

16

Fisik – Langsung – Aktif

Fisik – Langsung – Pasif Fisik – Tidak Langsung – Aktif

Fisik – Tidak Langsung – Pasif

Verbal – Langsung – Aktif

2. Langsung – Tidak Langsung 3. Aktif – Pasif

Agresi

Determinan Agresi - Yang berasal dari lingkungan

(Heat, crowded, noise)

- Yang bersifat situasional

(situationally induced heightened

arousal, alcohol, aggressive cue value)

(27)

17 1.6 Asumsi Penelitian

1. Agresi pada anggota geng motor “X” di Kota Bandung terdiri dari dimensi fisik-verbal, aktif-pasif, dan langsung-tidak langsung.

2. Setiap anggota geng motor “X” di Kota Bandung memiliki tipe agresi yang berbeda-beda terdiri dari 8 (delapan) tipe agresi hasil dari kombinasi 3 (tiga) dimensi agresi. Delapan tipe agresi tersebut adalah agresi aktif-langsung, agresi fisik-aktif-tidak langsung, agresi fisik-pasif-langsung, agresi fisik-pasif-tidak langsung, agresi verbal-aktif-langsung, agresi verbal-aktif-tidak langsung, agresi verbal-pasif-langsung, dan agresi verbal-pasif-tidak langsung.

3. Agresi pada anggota geng motor “X” dapat dipengaruhi oleh determinan agresi yang berasal dari lingkungan yaitu heat, crowd, noise, determinan agresi yang bersifat situasional yaitu situationally induced heightened arousal, alcohol, the

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Sebagian besar (72%) anggota geng motor “X” di Kota Bandung memiliki satu tipe agresi yang dominan di dalam dirinya namun tidak semua memiliki satu tipe agresi saja, terdapat juga sebagian kecil (28%) anggota geng motor “X” di Kota Bandung yang memiliki lebih dari satu tipe agresi.

2. Berdasarkan delapan kategori tipe agresi yang ada, perilaku agresi yang sering muncul pada sebagian besar (36%) anggota geng motor “X” di kota Bandung, contoh perilakunya adalah anggota geng motor “X” secara langsung menolak untuk memberikan jawaban kepada orang yang bertanya kepadanya

3. Determinan agresi yang berasal dari lingkungan yang paling memfasilitasi munculnya perilaku agresi pada anggota geng motor “X” di Kota Bandung adalah

noise. kehadiran bunyi yang keras atau kebisingan diakui mampu mendorong

anggota geng motor “X” di Kota Bandung untuk lebih terpancing emosi dan melakukan tindakan agresi.

4. Determinan agresi yang bersifat situasional yang paling memfasilitasi munculnya perilaku agresi adalah the presence of aggressive cues. Kehadiran orang lain yang memiliki masalah dengan mereka sebelumnya atau yang tidak mereka sukai dapat memicu munculnya perilaku agresi pada sebagian besar anggota geng motor “X” di Kota Bandung.

(29)

77 hal yang dapat memfasilitasi mereka melakukan tindakan agresi dalam kehidupan sehari-hari.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi ilmu psikologi terutama pada kajian psikologi sosial

2. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian ini,disarankan untuk memperkaya item-item pertanyaan untuk menggali data penunjang mengenai determinan agresi baik determinan lingkungan, situasional maupun individual

3. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian tipe agresi, disarankan untuk memperkaya informasi mengenai teori social learning yang mendasari munculnya perilaku agresi.

4. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian tipe agresi, disarankan untuk mengkorelasikan tipe agresi dengan determinan agresi baik determinan lingkungan, situasional maupun individual.

5.2.2 Saran Praktis

(30)

78 anggota geng motor di sekolah – sekolah sehingga dapat menyadarkan siswa dan para orang tua, jika anak atau kerabatnya sebagai anggota geng motor.

(31)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI TIPE AGRESI PADA

ANGGOTA GENG MOTOR

“X”

DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

FIRDHAN MUBAROQAH SURYADI

NRP: 1030216

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(32)

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Firdhan Mubaroqah Suryadi NRP : 1030216

Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 17 Tahun 2010.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, Maret 2016

(33)

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Firdhan Mubaroqah Suryadi NRP : 1030216

Fakultas : Psikologi

menyatakan bahwa:

1. Demi pengembangan ilmu pengetahuanmenyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif

(Non-ExclusiveRoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:STUDI DESKRIPTIF MENGENAI TIPE AGRESI PADA ANGGOTA GENG MOTOR “X” DI KOTA BANDUNG

2. Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalihmediakan/ mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan/ mempublikasikannya dalam bentuk

softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.

3. Saya bersedia menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Maret 2016

(34)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rachmat dan Ridhonya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas skripsi ini.

Tugas ini disusun untuk memenuhi skripsi, dengan judul “Studi Deskriptif Mengenai Tipe Agresi Pada Anggota Geng Motor “X”di Kota Bandung”.

Dalam hal ini peneliti menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan tugas ini. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan saran, pendapat dan kritik yang dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.

Untuk penyusunan tugas ini, kendala yang dihadapi peneliti dapat dilalui berkat dukungan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. Yuspendi, M.Psi., Psikolog, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

2. Efnie Indrianie, M.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing utama dalam skripsi yang telah memberikan perhatian dan dukungan dalam mengerjakan penelitian ini, juga telah bersedia memberikan waktunya untuk memberikan masukan selama penyusunan penelitian ini.

3. Tery Setiawan, M.Si., Psikolog, selaku dosen pembimbing kedua skripsi yang telah bersedia memberikan waktu, perhatian, dan masukan yang berarti kepada peneliti selama penyusunan penelitian ini.

(35)

vi 5. Keluarga tercinta atas dukungan, doa, semangat agar peneliti dapat menyelesaikan

tugas penelitian ini dengan baik.

6. Anggota geng motor “X” di kota Bandung yang sudah bersedia membantu dan meluangkan waktunya sebagai sampel dalam penelitian ini.

7. Agita Puspa Dias, S.T., atas dukungan, doa, bantuan, perhatian, dan motivasi dalam tugas penelitian ini dengan baik.

8. Adam, Arvin, Deigi, Dennis, Fajar, Faris, Harits, Novan, Oki, Panji permadi, Rangga, Wishnu, Bunga, Hilda, Tre, Sulanjana 11, Butut tirtayasa dan teman teman seperjuangan psikologi 2010 yang telah memotivasi dalam segala hal. Terima kasih dukungan kalian dalam mengerjakan tugas penelitian ini.

Akhir kata, peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan secara satu per satu. Peneliti berharap agar rancangan penelitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak terkait.

Bandung, Maret 2016

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Buss, Arnold H (1961). The Psychology Of Aggression. Wiley

Baron, Robert A. (1977). Human Aggression. New York : Plenum Press.

Berkowitz, Leonard.(1995). Agresi : Sebab dan Akibatnya. Jakarta : PustakaBinaman Pressindo.

Baron, R.A. & Byrne, D. (2005). Social Psychology Tenth Edition. Alih bahasa: Ratna Djuwita. Jakarta: Erlangga.

Berkowitz, L. (2003). Emosional Behavior: Mengenali Perilaku dan Tindakan

Kekerasan di Lingkungan Sekitar Kita dan Cara Penanggulangannya. Penerjemah:

Hartanti Woro Susianti. Jakarta: CV. Teruna Grafica.

Buss, A.H. & Perry, M. (1992). The Agression Questionaire. Journal of Personality and Psychology, 63, 452-459. http://dx.doi.org/10.1037/0022-3514.63.3.452

Freidenberg, Lisa. (1995). Psychological Testing: Design, Analysis, and

Use.Massachusetts: Allyn & Bacon.

Kaplan, Robert M., & Sacuzzo, Dennis P. (1993). Psychological Testing:Principles,

Applications, and Issues. California : Brooks/ColePublishing Company.

Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Santrock. John W. (1998). Adolescence. Seventh Edition. USA: McGraw-HillCompanies, Inc.

(37)

DAFTAR RUJUKAN

Harsana, Adi. 2013. Studi Deskriptif Mengenai Tipe Agresi pada Personil.Band

Metal Di Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Apridita, Stefanus. 2014. Studi Deskriptif Mengenai Tipe Agresi Pada Supporter

Kesebelasan X Di Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Universitas Kristen

Maranatha.

https://penggembalarindu.wordpress.com/2014/01/13/geng-motor-ditinjau-dari-teori-perkembangan-remaja/ (Diakses, 13 November 2014)

http://www.academia.edu/9310777/Analisis_geng_motor_analisis_mikrostruktur_so iologi (Diakses, 13 November 2014)

https://faruqngabar.wordpress.com/2012/09/26/kenakalan-remaja-ditinjau-dariperspektif-psikologi-komunitas/ (Diakses, 26 November 2014)

https://groups.psychology.org.au/Assets/Files/vandenEynde_19(Diakses 1 Desember 2014)

http://ramalanintelijen.net/#!/tcmbck (Diakses 1 Desember 2014)

http://www.e-jurnal.com/2014/05/kekerasan-geng-motor-di-bandung-dalam.html (Diakses 5 Desember 2014)

http://www.academia.edu/5509171/makalah_psikologi_sosial_tentang_Agresi_dan_a plikasinya (Diakses 15 Januari 2015)

Gambar

Tabel 4.22 Determinan Agresi Yang Bersifat Individual (Value) .......................

Referensi

Dokumen terkait

Berapa taraf terbaik suplementasi VCO sebagai pereduksi emisi metan dengan jenis DFM tertentu pada pelepah sawit amoniasi terhadap kecernaan, produksi gas metan

[r]

Diagram blok rancangan alat pengendali alat-alat listrik memanfaatkan jala-jala listrik dengan sinyal audio yang akan dirancang pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1..

(2009) Suatu Alternatif Pembelajaran Kemampuan Berpikir Kritis Matematika.. Jakarta:Cakrawala

Rif’atul Jamilah Pengaruh Minat Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Matematika Siswa Madrasah Ibtidaiyah Se- Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek

Laporan keuangan konsolidasi mencakup laporan keuangan Perusahaan dan Anak Perusahaan yang lebih dari 50% sahamnya dimiliki Perusahaan. Seluruh akun dan transaksi yang

Kinetika dan mekanisme sistem transpor Cd(II) antar fasa melalui teknik membran cair fasa ruah dengan oksin sebagai zat pembawa dapat ditentukan dari data-data

Hal diatas dapat menjelaskan hasil yang kontradiksi yang terjadi pada proses reaksi dengan katalis GACrCo1021, dimana terjadi penurunan yield DEE meningkatnya