IMPLEMENTASI PROGRAM PENCEGAHAN STUNTING PEMERINTAH DESA SAKRA SELATAN DALAM UPAYA
MENURUNKAN PREVALENSI STUNTING
IMPLEMENTATION OF SAKRA SELATAN GOVERNMENT'S STUNTING PREVENTION PROGRAM IN AN EFFORT TO
REDUCE STUNTING PREVALENCE
JURNAL
Oleh:
Lalu Wahyu Heri Hartono L1B01705
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MATARAM
2022
IMPLEMENTASI PROGRAM PENCEGAHAN STUNTING PEMERINTAH DESA SAKRA SELATAN DALAM UPAYA
MENURUNKAN PREVALENSI STUNTING
IMPLEMENTATION OF SAKRA SELATAN GOVERNMENT'S STUNTING PREVENTION PROGRAM IN AN EFFORT TO
REDUCE STUNTING PREVALENCE
Lalu Wahyu Heri Hartono1, Eka Putri Paramita2, Novita Maulida3
1.2.3.Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Mataram
ABSTRACT
Stunting is a condition of failure to thrive in children under five years of age or toddlers which is caused by chronic and continuous malnutrition. Based on SSGBI data for 2021, it is known that half of the NTB area has a stunting prevalence status of above 30 percent, with East Lombok being the area with the highest stunting rate, namely 37.6 percent. Meanwhile, the Sakra Selatan Village Government has succeeded in significantly reducing the stunting rate in the village, the stunting rate in South Sakra Village has fallen from 7% to less than 1%, seen from the 2019-2020 data.
This study aims to see an overview of the implementation of the Stunting Prevention Program implemented by the Sakra Selatan Village Government. The theory used is the theory of public policy analysis by George C Edward III. The method in this study used a qualitative descriptive method, data collection techniques by means of observation, interviews, and document study, then the data validity technique used source triangulation.
The results showed that the implementation of the stunting prevention program carried out by the Sakra Selatan Village Government went well and had minimal obstacles. Posyandu data for 2019-2020 showed a significant reduction in the prevalence of stunting, from 7 percent to less than 1 percent
Keywords: Stunting, George C Edward III, Public Policy
ABSTRAK
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak usia dibawah lima tahun atau balita yang disebapkan oleh kekurangan gizi secara kronis dan terus menerus. Berdasarkan data SSGBI tahun 2021 diketahui bahwa separuh daerah NTB memiliki status prevalensi stunting di atas 30 persen, dengan Lombok Timur sebagai daerah dengan angka stunting tertinggi yakni 37,6 persen. Sementara itu Pemerintah Desa Sakra Selatan sukses menurunkan angka stunting di desa tersebut dengan signifikan, angka stunting di Desa Sakra Selatan turun dari 7% menjadi kurang dari 1% dilihat dari data tahun 2019-2020.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran implementasi Program Pencegahan Stunting yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Sakra Selatan. Teori yang digunakan adalah teori analisis kebijakan publik George C Edward III. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumen, selanjutnya teknik keabsahan data menggunakan triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program penecgahan stunting yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Sakra Selatan berjalan dengan baik dan minim kendala, Data Posyandu 2019-2020 menunjukkan penurunan prevalensi stunting yang signifikan yakni dari 7 persen menjadi kurang dari 1 persen
Kata Kunci : Stunting, George C Edward III, Kebijakan Public
PENDAHULUAN
Setiap bangsa mendambakan memiliki generasi baru yang sehat dan berdaya saing, yang mampu membawa perubahan dalam berbangsa dan bernegara. Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah Republik Indonesia berusaha untuk menjaga kesehatan dan perkembangan anak Indonesia, melalui berbagai peraturan dan program yang berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Namun prevalensi stunting di Indonesia masih tinggi sehingga perlu penanganan segera untuk meningkatkan kualitas hidup anak Indonesia.
Stunting sendiri merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak usia dibawah lima tahun atau balita yang disebapkan oleh kekurangan gizi secara kronis dan terus menerus.
Kekurangan gizi secara terus menerus dapat menyebapkan pertumbuhan anak menjadi terhambat, mudah sakit, dan menimbulkan banyak masalah kesehatan. Masalah stunting dapat diatasi dengan memperhatikan asupan gizi pada anak, sehingga penting bagi
masyarakat mendapatkan edukasi terkait bahaya gizi buruk agar masyarakat dapat mencegah kondisi stunting pada anak.
Dilansir dari mataram.antaranews.com, Ari Dwikora Tono selaku Inspektur Utama BKKBN menyatakan bahwa NTB merupakan salah satu dari 12 provinsi prioritas dengan prevalensi tertinggi di tingkat nasional. Berdasarkan data SSGBI tahun 2021 diketahui bahwa separuh daerah NTB memiliki status prevalensi stunting di atas 30 persen, dengan Lombok Timur sebagai daerah dengan angka stunting tertinggi yakni 37,6 persen. Rata-rata angka stunting NTB menurut statistik SSGI 2021 adalah 31,4%. Pemerintah NTB sendiri menargetkan prevalensi stunting turun menjadi 26,85 persen di akhir tahun 2022, selanjutnya di tahun 2023 diprediksikan turun di angka 22.42 persen, hingga menjadi 17,98 persen di tahun 2024.
Untuk mengatasi masalah stunting Pemerintah meluncurkan Konvergensi Program Pencegahan Stunting, dimana pada rapat koordinasi tingkat menteri yang diketuai oleh Wakil Presiden Republik Indonesia pada 12 Juli 2017, disepakati pentingnya pencegahan stunting melalui pendekatan multisektoral dengan menyelaraskan program nasional, local, dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Masyarakat diharapkan ikut serta dalam berbagai kegiatan desa sesuai dengan misi yang ditetapkan dalam Pasal 68 ayat 2, Undang-undang Desa Juni 2014 (UU Desa). Keterlibatan masyarakat yang tinggi, termasuk kader desa, merupakan kunci keberhasilan mencegah masalah stunting, yang akan berdampak langsung pada penurunan prevalensi stunting. Kepala Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menegaskan bahwa desa merupakan ujung tombak dalam mmenurunkan angka stunting, karena di desa biasanya terjadi kehebohan. Atas dasar pernyataan tersebut peneliti merasa termotivasi untuk melakukan penelitian di Desa.
Sementara itu Pemerintah Desa Sakra Selatan sukses menurunkan angka stunting di desa tersebut dengan signifikan, Nurhayati A.md. Keb, selaku bidan desa menyatakan angka stunting di Desa Sakra Selatan turun dari 7% menjadi kurang dari 1% dilihat dari data tahun 2019-2020. Pencapaian baik yang diperoleh Pemerintah Desa Sakra Selatan dalam menurunkan prevalensi stunting, memotivasi peneliti untuk mencari tahu proses implementasi seperti apa yang dilakukan sehingga mendapatkan hasil yang demikian. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana implementasi program pencegahan stunting pemerintah Desa Sakra selatan dalam upaya menurunkan prevalensi stunting di Desa Sakra selatan.
METODE Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yakni adalah penelitian alamiah yang tidak berdasar pada angka statistika. Penelitian jenis deskriptif kualitatif dipilih karena penelitian ini hanya menggambarkan atau menjabarkan suatu peristiwa atau fenomena.
Menurut Johny Saldana (dalam Sugiyono, 2020) data dalam penelitian kualitatif berupa teks hasil wawancara, catatan lapangan, dokumen, bahan-bahan yang bersifat visual seperti foto, video, data dari internet, dokumen pengalaman hidup manusia.
Penelitian ini menggunakan metode analisis kebijakan public yang dikemukakan oleh George C Edward III dimana dalam teorinya ada empat unsur yang harus diperhatikan dalam mengimplementasikan suatu program atau kebijakan. Empat unsur tersebut adalah komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Empat unsur tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang akan ditempuh penulis untuk menyelesaikan penelitian ini adalah selama 3 bulan terhitung sejak maret 2022 dan berakhir pada mei 2022.
Unit Analisis
Unit analisis dimaknai sebagai sasaran atau fokus permasalahan yang akan diteliti.
Jadi, unit analisis dalam penelitian ini adalah mengetahui Proses implementasi Program Percepatan Pencegahan Stunting di Desa Sakra Selatan dan faktor penghambat dalam implementasi program pencegahan stunting yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Sakra Selatan. Berdasarkan hasil analisa peneliti menemukan bahwa masyarakat Desa Sakra mengikuti program percepatan stunting telah terjalin cukup baik, faktor-faktor seperti transmisi informasi, konsistensi, dan kejelasan telah dipenuhi dengan baik.
Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis kebijakan publik yang dikemukakan oleh George C Edward III seperti komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi.
Teori dari George C Edward III sendiri saling berhubungan satu sama lain dalam menjelaskan kebijakan publik namun pada tingkatan yang tertentu
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data kuantitatif sebagai data utama, yakni dengan cara mengobservasi dan mendokumentasikan berita terkait implementasi program
pencegahan stunting pemerintah Desa Sakra selatan dalam upaya menurunkan prevalensi stunting di Desa Sakra selatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Desa Sakra Selatan
Desa Sakra Selatan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur dengan pusat pemerintahan berada di Desa Penede. Desa Sakra Selatan secara geografis terletak di bagian selatan wilayah Kecamatan Sakra dengan batas utara berbatasan dengan Desa Sakra bagian tengah, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Gelanggang, sebelah barat berbatasan dengan Desa Borok Toyang, dan Desa Montong Tangi. Desa Nam Sakra Terdiri dari 8 desa, terdiri dari 37 Unit Kecamatan (RT) dengan luas 591,33 ha/m¬2, jumlah KK (Kepala Keluarga) adalah 2.552 KK.(Siswandi 2017) Desa Sakra Selatan merupakan daerah yang akan dijadikan tempat penelitian skripsi dengan judul
“Implementasi Program Percepatan Pencegahan Stunting Dalam Mengkomunikasikan Bahaya Gizi Buruk Bagi Masyarakat Desa Sakra Selatan”
Lokasi penelitian akan dilakukan di Desa Sakra Selatan, karena peneliti melihat bahwa Pemerintah Desa Sakra Selatan telah berhasil menurunkan angka stunting di desa tersebut. Peneliti juga melihat antusiasme pemerintah desa setempat dalam menjalankan Program Percepatan Pencegahan Stunting. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu staf (Harmaen Siswandi) yang menangani program tersebut, tercatat data yang menunjukkan penurunan angka stunting, dari 7% pada tahun 2019 menjadi 0,94% di tahun 2020. Karena alasan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Desa Sakra Selatan dengan mengangkat bahasan seputar implementasi program untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari program tersebut. Harapannya agar kita dapat mengambil pelajaran dari keberhasilan program yang dijalankan oleh Pemerintah Desa Sakra Selatan.
Gambaran Kasus Stunting di Desa Sakra Selatan
Dalam jurnal (Aprilia Even Purnama, 2020) Survei prevalensi stunting di Puskesmas Sakra memiliki target penurunan stunting sebesar 27% dari data keseluruhan yang terkena stunting dari 12 desa mencapai target stunting sebanyak 41,6 % dari jumlah balita 6086 dengan kejadian sangat pendek dan pendek sebanyak 25,7%.
Desa Sakra Selatan yang termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Sakra menunjukkan penurunan prevalensi stunting yang signifikan yakni dari tujuh persen menjadi kurang dari satu persen dilihat dari tahun 2019-2020.
Berikut adalah tabel data lengkap jumlah dan persentase anak stunting di Desa Sakra Selatan:
Tabel 1 Data Ibu Hamil dan Balita di Desa Sakra Selatan
No. Tahun Stunting Persen Total balita umur 0-
23 bulan
1 2019 22 7% 319
2 2020 3 1% 332
Sumber: Data Posyandu Desa Sakra Selatan (2019-2020) Berikut adalah data anak-anak dan ibu hamil yang ada di Desa Sakra Selatan:
Tabel 2 Data Ibu Hamil dan Balita di Desa Sakra Selatan
No. Keterangan Tahun 2019 Tahun 2020
1. Ibu Hamil 162 168
2. Anak umur 0-23 319 332
Total 481 500
Sumber: Data Posyandu Desa Sakra Selatan (2019-2020) IMPLEMENTASI PROGRAM PENCEGAHAN STUNTING
Program Pencegahan Stunting merupakan salah satu program wajib yang harus dijalankan setiap desa, tidak terkecuali Desa Sakra Selatan. Program Pencegahan Stunting di Desa Sakra Selatan diatur dalam Peraturan Desa Sakra Selatan Nomor: 09 Tahun 2019 tentang Optimalisasi Pencegahan Dan Penurunan Stunting Pemerintah Desa Sakra Selatan.
Bila mengacu pada Pedoman Konvergensi Percepatan Penegahan Stunting (TNP2K, 2018) secara Pemerintah Desa Sakra Selatan telah melakukan implementasi Program Pencegahan Stunting sesuai anjuran dan pedoman. Aspek-aspek seperti upaya peningkatan kesehatan, penyuluhan, pemberdayaan masyarakat, serta monitoring yang dilakukan sudah sesuai dengan alur yang ada di dalam Pedoman Konvergensi Percepatan Penegahan Stunting.
Hal ini berbanding lurus dengan hasil rekap data Posyandu di Desa Sakra Selatan edisi tahun 2019-2020 dimana prevalensi stunting di Desa Sakra Selatan menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, yakni dari 7 persen menjadi kurang dari 1 persen.
Pelaksana Kegiatan Program Pencegahan Stunting di Desa Sakra Selatan
Dalam implementasi program pencegahan stunting, pembagian tugas dapat dibagi menjadi beberapa tahap yang saling terkait. Secara umum, implementasi program pencegahan stunting di Desa Sakra Selatan diatur dengan baik dan ter sistematis melalui pembagian tugas yang terintegrasi pada beberapa tahap.
Tabel 3 Pembagian Tugas TINGKAT DESA Pengambil Keputusan Kepala Desa
Penyedia Layanan Puskesmas
Polindes Posyandu Pelaksana Kegiatan Lapangan Kasi Pelayanan
Kader Posyandu Bidan
Penyuluh KB
Kader Pembangunan Manusia Sumber: Diolah Peneliti
Tahap-tahap tersebut meliputi perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, serta penyediaan layanan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa tujuan dari program pencegahan stunting dapat dicapai dengan baik dan hasil yang diharapkan tercapai. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa implementasi program pencegahan stunting di Desa Sakra Selatan telah dilakukan dengan ter sistematis.
Kegiatan Program Pencegahan Stunting di Desa Sakra Selatan
Upaya pencegahan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi gizi yang spesifik untuk penyebab langsung, dan intervensi gizi sensitif yang menargetkan penyebab tidak langsung yang mendasari terjadinya masalah tersebut. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
1. Edukasi dan Penyuluhan, dengan materi gizi dan pencegahan stunting.
2. Penyediaan fasilitas dan layanan kesehatan melalui posyandu terpadu dan polindes.
3. Pengendalian infeksi dengan deteksi dini penyakit dan pemberian vaksin melalui posyandu dan polindes.
4. Pengadaan sanitasi dan air bersih yang layak dengan program bantuan untuk keluarga kurang mampu dan kerja sama dengan PDAM setempat.
5. Monitoring untuk memantau dan mengevaluasi jalannya kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan intervensi gizi sensitif dan spesifik dalam upaya menurunkan prevalensi stunting mendapatkan feedback yang positif dari masyarakat. Kegiatan tersebut mencakup berbagai macam aktivitas yang diarahkan untuk meningkatkan konsumsi nutrisi yang cukup dan seimbang bagi masyarakat. Kegiatan tersebut berhasil menurunkan angka stunting dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi dan bahaya stunting. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan efektif dalam menangani masalah stunting di Desa Sakra Selatan.
Monitoring juga dilakukan secara berkelanjutan untuk memastikan implementasi program pencegahan stunting berjalan sesuai alur yang telah ditentukan. Monitoring ini mencakup berbagai aspek seperti pemantauan konsumsi nutrisi, pemantauan kondisi kesehatan anak, dan pemantauan pelaksanaan kegiatan intervensi gizi. Hal ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya dan membuat perubahan sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Peneliti melakukan tes wawasan tentang gizi dan stunting kepada 5 sampel masyarakat dari dusun dan posyandu yang berbeda, dan mendapatkan hasil bahwa lima sampel warga tersebut berhasil menjelaskan pokok materi secara garis besar. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam program pencegahan stunting sudah cukup efektif dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi dan stunting.
Secara keseluruhan, program pencegahan stunting di Desa Sakra Selatan telah berjalan dengan baik dengan diterapkannya pedoman TNP2K dan melibatkan multisector termasuk masyarakat.
Komunikasi Program Pencegahan Stunting
Komunikasi merupakan tahap awal yang penting dalam setiap implementasi kebijakan. Menurut teori kebijakan publik oleh George C. Edwards III, terdapat tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan komunikasi, yaitu transmisi informasi, konsistensi, dan kejelasan informasi yang disampaikan.
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Kasi Pelayanan Desa Sakra Selatan, Kasi Kesejahteraan Desa dan warga Desa Sakra Selatan yang termasuk dalam sasaran Program Pencegahan Stunting, dapat diketahui bahwa komunikasi yang dilakukan dalam implementasi program tersebut sangat baik. Transmisi, kejelasan, dan konsistensi
komunikasi yang terjadi antara staf pemerintah desa dan warga mampu menjamin bahwa informasi yang disampaikan dapat diterima dengan jelas oleh masyarakat.
Hal ini dibuktikan dengan adanya kesesuaian antara informasi yang diterima oleh warga dengan informasi yang diberikan oleh staf pemerintah desa. Ditambah lagi, warga yang menjadi sasaran program juga sudah memahami secara garis besar materi yang disampaikan oleh pihak desa, seperti pentingnya konsumsi makanan bergizi untuk mengurangi risiko stunting pada bayi dan anak-anak.
Pemerintah Desa Sakra Selatan menggunakan bentuk komunikasi rapat khusus sebagai cara untuk menyampaikan informasi dan mendapatkan masukan dari pihak yang terlibat dalam implementasi Program Pencegahan Stunting tersebut. Pemerintah Desa Sakra Selatan menggunakan komunikasi interpersonal sebagai strategi utama dalam menyampaikan informasi dan edukasi tentang Program Pencegahan Stunting kepada masyarakat. Petugas lapangan seperti bidan, kader posyandu, dan KPM mencoba membangun kedekatan emosional dengan cara berkomunikasi secara personal yang menekankan pada pendekatan kekeluargaan. Penggunaan bahasa yang sederhana juga diperhatikan agar pesan yang disampaikan mudah dimengerti oleh masyarakat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan efektifitas pesan yang disampaikan dan membuat komunikasi tidak kaku serta lebih diterima oleh masyarakat.
Hal ini dikonfirmasi oleh Nurhayati Amd.Keb, seorang bidan di Desa Sakra Selatan yang menyatakan bahwa masyarakat di desa tersebut kurang melek teknologi. Oleh karena itu, komunikasi melalui sosial media dianggap kurang efektif. Sehingga pihak pemerintah memilih untuk menggunakan komunikasi interpersonal yang lebih efektif.
Dalam konteks komunikasi interpersonal, Albert Mehrabian dalam (Belludi, 2018) menyatakan bahwa komunikasi verbal hanya menyampaikan 7% dari pesan yang ingin disampaikan, sedangkan ekspresi wajah dan intonasi suara saat berbicara masing-masing menyampaikan 38% dan 55% dari pesan yang ingin disampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal memiliki korelasi yang kuat dalam membangun kedekatan emosional dengan lawan bicara. Komunikasi interpersonal juga meningkatkan persentase informasi atau pe-san yang dapat tersampaikan dengan baik dan minim distorsi. Hal ini dikare-nakan komunikasi interpersonal dapat membantu individu untuk menyampaikan pesan dengan jelas dan dapat diterima dengan baik oleh lawan bicara.
Komunikasi interpersonal memiliki impak yang signifikan pada perubahan perilaku seseorang bila dilakukan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara peneliti dengan 5 sampel warga dari dusun dan posyandu yang berbeda, dimana lima warga tersebut mampu menjelaskan secara singkat pokok-pokok atau secara garis besar tentang program pencegahan stunting di Desa Sakra Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh Pemerintah Desa Sakra Selatan mampu meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap program pencegahan stunting dan mendapatkan feedback yang positif dari masyarakat.
Dengan mengetahui korelasi yang ada dalam komunikasi interpersonal dan dampaknya dalam membangun kedekatan emosional serta meningkatkan pemahaman yang dimiliki oleh masyarakat. Dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan faktor yang penting dalam membangun hubungan yang baik dan memperkuat kepercayaan serta memperkuat pemahaman dalam suatu komunitas.
Hal ini sejalan dengan penelitian Riyadi dan Wigati (2020) tentang "Komunikasi Interpersonal Komunitas Pelita dalam Membangun Toleransi Beragama". Penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal yang baik dapat menumbuhkan kedekatan emosional dan rasa percaya yang berdampak positif dalam menumbuhkan toleransi dalam beragama.
Hambatan Implementasi Program Pencegahan Stunting
Peningkatan pelayanan kesehatan di Desa Sakra Selatan sangat penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Namun, salah satu hambatan yang dihadapi dalam upaya tersebut adalah keterbatasan sumber daya manusia yang memahami bidang kesehatan.
Hal ini dapat menyebabkan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat menjadi terbatas, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat yang kurang optimal. Hal ini karena sumber daya manusia yang terbatas dalam bidang kesehatan tidak dapat menyediakan dukungan yang cukup untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Selain itu, keterbatasan tenaga medis juga dapat menyebabkan terjadinya beban kerja yang berlebih bagi tenaga medis yang ada, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan. Ini karena tenaga medis yang terbatas harus menangani jumlah pasien yang lebih banyak dari yang seharusnya dapat mereka tangani, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kualitas pelayanan kesehatan menurun.
Lain hal yang menjadi hambatan adalah masyarakat yang kurang melek teknologi seperti media sosial sehingga persebaran informasi dirasa lebih lambat. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat kesulitan untuk mengakses dan menerima informasi yang berkaitan dengan kesehatan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi penerimaan program- program kesehatan yang diterapkan.
Kondisi geografis yang terdiri dari beberapa dusun yang berjauhan juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempersulit pemerintah desa dalam mengampanyekan program pencegahan stunting. Dusun-dusun tersebut memiliki akses yang lebih lambat terhadap informasi mengenai program tersebut, sehingga masyarakat di dusun memiliki kemungkinan terlambat mengetahui tentang program tersebut. Selain itu, kondisi geografis yang terpencil juga dapat mempersulit dalam hal transportasi dan mobilitas, sehingga menambah waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk mengampanyekan program tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Implementasi Program Pencegahan Stunting di Desa Sakra Selatan telah dilakukan dengan baik. Dalam pelaksanaan program tersebut, pembagian tugas dan fungsi untuk pelaksana kegiatan dibuat secara sistematis dan jelas serta melibatkan tokoh adat, tokoh agama, dan masyarakat dalam prosesnya. Hal ini membuat implementasi program pencegahan stunting berjalan dengan memanfaatkan multisector.
Kegiatan intervensi gizi sensitif dan spesifik dalam upaya menurunkan prevalensi stunting mendapatkan feedback yang positif dari masyarakat. Kegiatan tersebut juga berhasil menurunkan angka stunting dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang gizi dan bahaya stunting. Monitoring juga dilakukan secara berkelanjutan untuk memastikan implementasi program pencegahan stunting berjalan sesuai alur yang telah ditentukan.
Komunikasi dalam implementasi Program Pencegahan Stunting di Desa Sakra Selatan juga berjalan cukup baik. Komunikasi yang dilakukan telah memenuhi aspek kelancaran, kejelasan, dan konsistensi. Dalam implementasi program tersebut, komunikasi internal dilakukan dengan format rapat khusus dan musyawarah umum, sedangkan dalam pelaksanaan di lapangan lebih dominan menggunakan komunikasi interpersonal untuk membangun rasa percaya dan kedekatan secara emosional.
Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kendala yang dialami dalam implementasi program pencegahan stunting di Desa Sakra Selatan. Kendala utama adalah kekurangan sumber daya medis yang menyebabkan petugas kesehatan di Desa Sakra Selatan bekerja lebih ekstra. Kendala kedua adalah masyarakat yang kurang melek teknologi, sehingga penyampaian informasi dari media online kurang efektif. Kendala ketiga adalah letak dusun yang berjauhan, menyebabkan distribusi pelayanan dan informasi membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak.
Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam skripsi ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran untuk pemerintah Desa Sakra Selatan dalam implementasi Program Pencegahan Stunting:
1. Semoga Pemerintah Desa Sakra Selatan ke depannya mampu memberikan edukasi terkait media online, agar persebaran informasi kepada masyarakat dapat sampai lebih cepat.
2. Semoga Pemerintah Desa Sakra Selatan mampu memperluas jangkauan pelayanan program pencegahan stunting dengan cara memfasilitasi jaringan transportasi yang baik, sehingga dapat memudahkan distribusi pelayanan dan informasi ke seluruh wilayah desa.
3. Semoga Pemerintah Desa Sakra Selatan mampu memperkuat kerja sama dengan tokoh adat, tokoh agama, dan masyarakat dalam implementasi program, sehingga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pencegahan stunting.
DAFTAR PUSTAKA
Edward III (2012). Implementation of Policies and Programs: A Review of the Theory and Evidence. Jurnal Kebijakan Publik, vol. 5, no. 2, hal. 123-145.
Sudianing, N.K., & Ardana, D.M.J. (2022). Efektivitas Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes) di Masa Pandemi COVID19 di Desa Padangbulia Kecamatan Sukasada. Locus Majalah Ilmiah Fisip, 14(2), Agustus.
Hartmanto, D. R. Y. (2018). Keefektifan Komunikasi Antarpersonal Padawanitapemetikteh Dan Keterkaitannya Dengan Partisipasi Sosialmereka dalam Kegiatan Kemasyarakatan Di Desa Warnasar, Pangalengan Kabupaten Bandung. Skripsi. Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
Maghfirah, N. A. (2018). Buku Ajar Komunikasi Interpersonal. Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Riyadi, A., & Wigati, Y. I. (2020). Komunikasi Interpersonal Komunitas Pelita dalam Membangun Toleransi Beragama. Jurnal Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. 10(1), 1-10.
Argita Endraswara. 2013. “Woodshouse.” Journal of Chemical Information and Modeling 53 (9): 1689–99.
Cahyono, Aris Dwi. 2020. “Membangun Komunikasi Efektif Dalam Menentukan Keberhasilan Pembelajaran.” Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi Bidang Otomotif Dan Elektronika, October, 1.
Irawan, Fuad Bayu. 2019. “Menyingkap Kualitas Pelayanan Pada Toko Kelontong Aulia Anugerah Pati.” Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents,26–35.
Nafisah, Syifuan. 2006. “Landasan Teoritis Tentang Implementasi Program Kegiatan Harian Siswa Dalam Pembentukan Karakter Disiplin Siswa.” Pengertian Perancangan, 11–48.
Ningtyas, Natalia Kusuma. 2010. “Strategi Komunikasi Dalam Mensosialisasikan Perubahan Corporate Identity Kepada Publik Eksternal (Kasus The Phoenix Hotel Yogyakarta),”
1–61.
Ramadhan, Ryanuri Rifki. 2020. “Strategi Komunikasi Pemasaran El Samara Coworking Space Dalam Meningkatkan Community Relations Perusahaan Program Studi Ilmu Komunikasi.”
Saputra, Muhammad Irwan. 2013. “Pola Komunikasi Islam Penyuluh Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Remaja Kota Langsa.” Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 17–54.
Sari, Astari Clara, Rini Hartina, Reski Awalia, Hana Irianti, and Nurul Ainun. 2018.
“Komunikasi Dan Media Sosial.” Jurnal The Messenger 3 (2): 69.
Sawito, Itok. 2004. “Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan ( Pnpm Mp ) Di Desa Tabing Kecamatan Koto Kampar Hulu Kabupaten Kampar,” 12–40.
Terry dan Franklin. 2003. “Pengertian Komunikasi Kajian Pustaka.” Journal of Chemical Information and Modeling, 52.
TNP2K-Sekretariat Wapres RI. 2018. “Panduan Konvergensi Program/Kegiatan Percepatan
Pencegahan Stunting.” TNP2K Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia, 96.
TNP2K, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. 2018. “Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting 2018-2024 (National Strategy for Accelerating Stunting Prevention 2018-2024).” Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia, no. November:
1–32.
Wahdaniah, A. 2021. “Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Era Covid-19 Di Desa Latellang Kecamatan Patimpeng, Kabupaten Bone.”
PDP, D. (2018). Panduan Fasilitasi Konvergensi Pencegahan Stunting di Desa.
Rahmanda, F., & Gurning, F. P. (2022). Analisis Implementasi Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan Stunting Terintegrasi Dalam Program Gerakan 1000 HPK di Puskesmas Pagar Jati. PubHealth Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(1), 18–27.
https://doi.org/10.56211/pubhealth.v1i1.28 Internet / Website
Kemenko PMK. 2021. “Menko PMK Beberkan Kunci Atasi Gizi Buruk Dan Stunting | Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia Dan Kebudayaan.”
Www.Kemenkopmk.Go.Id. August 23, 2021. https://www.kemenkopmk.go.id/menko- pmk-beberkan-kunci-atasi-gizi-buruk-dan-stunting.
Wahid, Umaimah. 2016. “Konsep Komunikasi Politik.” Www.Silabus.Web.Id.
https://www.silabus.web.id/konsep-komunikasi/.
Siswandi, Harmaen. 2017. “Profil Desa Sakra Selatan – Sakra Selatan.” Desa Sakra Selatan.
2017. https://sakraselatanblog.wordpress.com/about/.
Nurawang, Ramli. 2021. “Kasus Stunting Di Lombok Timur Masih Tinggi.” Ntb.Inews.Id.
2021. https://ntb.inews.id/berita/kasus-stunting-di-lombok-timur-masih-tinggi.
Lestari Mayang. 2020. “Strategi Komunikasi, Teori, Dan Langkah-Langkahnya - Tambah Pinter.” Tambah Pinter.Com. August 20, 2020. https://tambahpinter.com/strategi- komunikasi/.
Manis, Si. 2020. “Pengertian Strategi Komunikasi : Tujuan, Teknik, Langkah Dan Hambatan Strategi Komunikasi.” Pelajaran.Co.Id. January 18, 2020.
https://www.pelajaran.co.id/strategi-komunikasi/.
Dewey, K. G., & Adu-Afarwuah, S. (2008). Systematic review of the efficacy and
effectiveness of complementary feeding interventions in developing countries. Maternal
& Child Nutrition, 4(s1), 24-85.
Haidar, J., & Hennink, M. (2012). The effectiveness of nutrition education interventions: a systematic review. Nutrition Reviews, 70(8), 446-461.
Grajeda, R., Gómez, F., & Monterrosa, E. (2011). Malnutrition in children under five: An evaluation of current interventions. Paediatric Child Health, 16(4), e23-e30
Belludi, N. (2008, October 4). Albert Mehrabian's 7-38-55 Rule of Personal Communication.
Diakses dari https://www.rightattitudes.com/2008/10/04/7-38-55-rule-personal- communication/
Sumber Lain
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. (2015). Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa.
Undang-undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Indonesia) mengatur tentang pelaksanaan upaya perbaikan gizi masyarakat
Peraturan Presiden No.72 tentang Percepatan Penurunan Stunting, mengatur tentang upaya pencegahan sekaligus penanganan masalah stunting di Indonesia.
Peraturan Desa Sakra Selatan No.09 Tahun 2019 tentang Optimalisasi Pencegahan dan Penurunan Stunting Pemerintah Desa Sakra Selatan dan keluarnya Keputusan Kepala Desa Sakra Selatan No.440 Tahun 2021.
Keputusan Kepala Desa Sakra Selatan No.440 Tahun 2021 Peraturan Desa No.14 Tahun 2021 tentang Pencegahan Perkawinan Pada Usia Anak
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun Anggaran 2019; 21.
Surat Keputusan Deputi bidang Sumber Daya Manusia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 37/D.1/06/2014 tentang Kelompok Kerja Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi;
Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2016 tentang Status Kemajuan dan Kemandirian Desa.