i
EVALUASI PROGRAM LIVE IN
BAGI PESERTA DIDIK KELAS IX SMPK ST. MARIA KEDIRI JAWA TIMUR TAHUN PELAJARAN 2015/2016
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Agnes Virgiana NIM: 121124026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2016 S K R I P S I
ii
iii
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
* Suster Visitatris Puteri Kasih dan Para Suster Serikat Puteri Kasih Propinsi Indonesia yang membiayai pendidikan saya, dan telah memberi kesempatan kepada saya untuk menjalani perutusan studi di Prodi PAK (Pendidikan Agama Katolik) Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
* Orang tua tercinta, kakak dan saudara-saudariku yang dengan penuh perhatian mendoakan.
* Suster Pamong Unit, Kepala Sekolah, Para Guru yang mengampu pembiasaan Vinsensian serta Pembina Live in, staf, karyawan dan siswa-siswi SMPK St. Maria Kediri yang memberi kesempatan bagi saya dalam menulis skripsi ini.
v MOTTO
“Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah manara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk
menyelesaikan pekerjaan itu”
(Luk 14:28)
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kendak Allah:
apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”
(Rm 12:2)
“ Pendidikan harus ditinjau agar tidak hanya demi kesenangan dan kemajuan pribadi atau untuk mengetahui lebih banyak lagi. Pendidikan harus dilaksanakan
dalam rangka demi peningkatan kebutuhan pelayanan orang miskin”
(Menuju kesucian Louisa de Marillac hal 152)
“Ilmu pengetahuan harus dipahami dengan sungguh-sungguh baru bisa menjadi kebijaksanaan bagi diri sendiri”
vi
vii
viii ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran pembiasaan Vinsensian yang diimplikasikan melalui program live in exposure in the poor bagi peserta didik kelas IX SMPK. St. Maria Kediri Jawa Timur tahun pelajaran 2015/2016. Peneliti mengevaluasi sejauhmana proses dan hasil program live in exposure in the poor berdampak dalam pembentukan karakter peserta didik.
Evaluasi pembelajaran adalah kegiatan mengukur dan menilai interaksi guru-murid-kondisi eksternal dari keadaan awal menuju tujuan tertentu, melalui rangkaian kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan.
Sedangkan live in adalah kegiatan tinggal dan hidup bersama dalam masyarakat tertentu untuk beberapa hari, supaya peserta didik dapat mengalami perjumpaan dan belajar memahami situasi masyarakat serta lingkungan sekitar sehingga dapat membentuk konsep diri yang tangguh dan berkarakter.
Jenis penelitian ini adalah evaluatif deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, studi dokumen dan penyebaran angket. Evaluasi menggunakan model Stakes yang menekankan dua hal pokok yaitu: (1) deskripsi, (2) pertimbangan, serta membedakan adanya tiga dimensi yakni: (1) anteseden/konteks, (2)transaksi/proses, (3) luaran/hasil.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPK St. Maria Kediri Jawa Timur, tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 165 peserta didik.
Pada dimensi proses/transaction dapat ditemukan bahwa sekolah telah mengadakan studi kelayakan sebelum pelaksanaan live in. Live in didasarkan pada data yang valid yakni: pernah dilakukan survey, ada data-data yang menjadi daya dukung untuk pembuatan program live in. Pada tahap perencanaan ada administrasi manajerial dan logistik, ada pembentukan panitia live in, ada buku panduan live in. Hal ini dapat dikatakan bahwa dari segi perencanaan program telah dipersiapkan dengan melihat latarbelakang seperti ada data yang melibatkan pihak Yayasan, Guru, Sekolah, Orangtua, Komite sekolah, Stakeholders, dan masyarakat. Sedangkan dari dimensi hasil/luaran (output- outcome) live in hanya ditentukan dari hasil refleksi laporan pengalaman live in yang dibuat peserta didik secara kelompok dengan panduan pertanyaan refleksi yang diberikan oleh Pembina live in.
Dengan demikian dapat disimpulkan pada dimensi proses dan hasil live in yang meliputi tahap perencanaan, persiapan, pengelolaan, evaluasi dan hasil live in, secara umum dikatakan memenuhi persyaratan terlaksananya sebuah program.
ix ABSTRACT
This research aims to come to know the learning process of Vincentian habituation implied in the program live in exposure in the poor for 9th class students of St. Maria Junior High School Kediri, East Java in the academic year 2015/2016. The researcher evaluates the impact of the process and results of the program live in exposure in the poor in shaping the student’s character.
Evaluation of learning is an activity to measure and assess the relationship among teacher, student interaction, external conditions of the initial state compared to a certain goal, with a series of activities in continuity. While live in is the activity of staying and living together in a particular community for a few days, so that the learners experience the encounter and learn to understand the situation of the community, and the surrounding in order to shape a strong self-concept and character.
The research is evaluative descriptive quantitative. The data collecting techniques are interviews, document studies and questionnaires. The evaluation model is Stakes one which emphasizes two main points: (1) description, (2) consideration. The model employed differentiates their three dimensions: (1) the antecedents, (2) transaction, (3) outcomes. The subjects are 9th class students of St. Maria Junior High School Kediri, East Java, in the academic year 2015/2016, and the numbers are 165 learners.
On the dimensions of the transaction the finding shows that the school has conducted a feasibility study before live in. The program is based on the reliable data because of the pre-survey, and the availability of supporting data to design the program. On the planning stage, there are managerial and logistics administration, the formation of the live in committee, and a live in guidance book. It can be said that in of program is well prepared due to the finding of the data revialing, the involment of the Foundation, Teacher, School, Parents, School Committee, stakeholders, and the people. On the output the finding shows that the output compused, from the reflection of the live in experience. The reflection is done in group with a question - guidance from the tutor.
It can be concluded, that in general on the dimensions of the process and the results the program covering the planning, preparation, management are evaluation. The reliability qualitation meets to implementation of a program.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Mahakuasa atas segala berkat dan kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul EVALUASI PROGRAM LIVE IN BAGI PESERTA DIDIK KELAS IX SMPK ST. MARIA KEDIRI JAWA TIMUR TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Agama Katolik di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penulis juga menyadari akan rahmat Allah yang bekerja melalui banyak pihak dengan dukungan, perhatian, kasih dan kesetiaan yang sangat berarti bagi penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak FX. Dapiyanta, SFK, M.Pd, selaku dosen pembimbing utama yang dengan sabar dan setia, membimbing dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Romo Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ., selaku dosen penguji II yang menyediakan waktu dan kebaikan hati untuk menjadi dosen penguji dalam skripsi ini.
3. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Yuliwarsono, M. Hum. selaku dosen penguji III yang mendampingi dan bersedia menjadi dosen penguji dalam skripsi ini.
xi
4. Romo Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed selaku Kaprodi PAK (Pendidikan Agama Katolik) Universitas Sanata Dharma, yang memberikan dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Para Romo dan segenap staf dosen yang telah mendukung penulis selama menjalani perkuliahan di Prodi PAK (Pendidikan Agama Katolik) Universitas Sanata Dharma.
6. Seluruh karyawan Prodi PAK (Pendidikan Agama Katolik) yang secara tidak langsung telah mendukung dan memberi dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Suster Visitatris Puteri Kasih dan Dewan Provinsi yang telah mengutus penulis untuk menjalani perutusan di Prodi PAK (Pendidikan Agama Katolik) Universitas Sanata Dharma.
8. Para Suster Puteri Kasih komunitas St. Louisa de Marillac Kediri Jawa Timur yang mendukung dalam doa, perhatian dan cinta kepada penulis selama studi hingga proses penyelesaian skripsi ini.
9. Para Guru, Staf dan karyawan, SMPK St. Maria Kediri Jawa Timur atas kerjasama dan bantuannya yang memberikan kesempatan dan mendukung selama proses penyelesaian skripsi ini.
10. Suster Pamong Unit dan Kepala sekolah SMPK St. Maria Kediri Jawa Timur serta para siswa kelas IX yang memberikan kesempatan dan dukungan yang baik pada penulis dalam penelitian serta penyelesaian skripsi ini.
xii
11. Teman-teman angkatan 2012 yang selalu mendukung dan mendoakan selama menjalani studi di Prodi PAK (Pendidikan Agama Katolik) hingga penyelesaian skripsi.
12. Bapak-mama tercinta, kakak Romo, ponakan, sahabat serta seluruh keluarga yang mendukung penulis dengan doa, perhatian dalam menjalani studi hingga penyelesaian skripsi ini.
Menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dengan segala keterbukaan dan kerendahan hati mohon saran dan kritik demi perbaikan penulisan dan bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 29 Nopember 2016 Penulis
Agnes Virgiana
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……….
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
HALAMAN PENGESAHAN ...
HALAMAN PERSEMBAHAN ………
MOTTO ……….
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………...
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...
ABSTRAK ……….
ABSTRACT ……….
KATA PENGANTAR ………...
DAFTAR ISI ………..
DAFTAR SINGKATAN ………...
DAFTAR TABEL ………..
DAFTAR GRAFIK ………
i ii iii iv v vi vii viii ix x xiii xvi xvii xviii BAB I PENDAHULUAN ………..
A. Latar Belakang Masalah ………..
B. Identifikasi Masalah ………
C. Batasan Masalah ………...
D. Rumusan Masalah ………...
E. Tujuan Penelitian ...
F.Manfaat Penelitian ………..
G. Metode Penelitian ………...
H. Sistematika Penulisan ……….
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS ……….
A. Kosep Evaluasi Porgram ………..
1. Pengertian Evaluasi …………...
2. Tujuan Evaluasi ………..
3. Manfaat Evaluasi ...………..
1 10 10 11 11 11 12 12
14 14 17 20
xiv
4. Prinsip-prinsip Evaluasi ...
5. Alat-alat Evaluasi ...
6. Model-model Evaluasi ...
B. Konsep Kegiatan Live in ………...
1. Pengertian Live in ...………...
2. Tujuan Live in …..………..
3. Aspek-aspek Live in ...
a. Aspek Filosofis Live in …..………...
b. Aspek psikologis Live in …….………
c. Aspek Empiris Live in ...………
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………..
A. Jenis Penelitian ………
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……….
C. Populasi dan Sampel ………...
1. Variabel Penelitian ………
a. Definisi Konseptual ...
b. Definisi Operasional Variabel ………...
2. Teknik Pengumpulan Data ………
3. Instrumen Penelitian ...
4. Kisi-kisi Instrumen ………
D. Pengembangan Instrumen ...
1. Uji Coba Terpakai ………..
2. Uji Validitas Instrumen ...
3. Uji Reabilitas Instrumen ...…..
4. Teknik Analisis Data ………..
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………...
A. Hasil Penelitian ………...
1. Deskripsi Data Keseluruhan Evaluasi Program Live in 2. Deskripsi dimensi anteseden/konteks (antecedents/context)
25 29 33 38 38 41 44 44 46 48
50 51 51 52 52 53 53 54 55 56 56 57 61 62
66 67 71 74
xv
3. Deskripsi dimensi transaksi/proses (transaction/process) 4. Deskripsi dimensi luaran/hasil (output-outcomes)
B. Hasil wawancara ...
C. Studi Dokumen ...
D. Pembahasan Hasil Penelitian ………..
1. Dimensi anteseden/konteks ……….……….
2. Dimensi transaksi/proses ………….……….
3. Dimensi Hasil/luaran ………...
E. Keterbatasan Penelitian ………..
F. Refleksi penelitian ………
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………
A. Kesimpulan ……….
B. Saran ………...
DAFTAR PUSTAKA ………
LAMPIRAN
Lampiran 1: Surat ijin Penelitian ………
Lampiran 2: Instrumen penelitian ………....
Lampiran 3: Data awal penelitian ……….
Lampiran 4: Teks wawancara Pembina ………
Lampiran 5: Teks wawancara responden ……….
Lampiran 6: Hasil cek list responden ………...
77 81 84 85 86 88 91 95 95
101 103
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
xvi
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Teks Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia.
Luk : Lukas
Rm : Roma
B. Singkatan Lain
Sr : Suster
PK : Suster-Suster Puteri Kasih Indonesia
SJ : Sociatas Jesu
Ocarm : Ordo Carmel
Konstitusi : Pedoman hidup Serikat Puteri Kasih RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
UU : Undang-undang
N : Jumlah Responden
∑ : Jumlah pertanyaan setiap sub variabel penelitian
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Tabel
Tabel Tabel
Tabel
Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel Tabel
1 2
3 4
5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
: :
: :
:
: : : : : : : : : : :
Skor alternatif jawaban variabel Program Live in Kisi-kisi angket evaluasi program live in exposure in the
poor
Kriteria klasifikasi tingkat validitas
Hasil Uji Validitas dimensi anteseden/konteks (antecedents/konteks), dimensi transaksi/proses (transaction/process),dimensi luaran/hasil (output- outcome).
Uji reliabilitas dengan teknik formula Alpha Reliability Statistics
Kriteria reliabilitas
Rumus penentuan Kriteria
Kriteria dimensi anteseden/konteks(antecedents/context) Kriteria dimensi transaksi/proses (transaction/process) Kriteria dimensi luaran/hasil (output-outcome)
Deskripsi statistik keseluruhan program live in Kualifikasi nilai keseluruhan program live in
Statistik dimensi anteseden/konteks (antecedents/context) Kualifikasi dimensi anteseden/konteks(antecedents) Statistik dimensi transaksi/proses (transaction/process) Kualifikasi dimensi transaksi/proses (transaction)
54
55 57
59
62 62 63 64 64 65 67 70 71 73 74 76
xviii Tabel
Tabel
17 18
: :
Stastistik dimensi luaran/hasil (output-outcomes) Kualifikasi dimensi luaran/hasil (output-outcomes)
77 79
DAFTAR GRAFIK
Grafik Grafik Grafik Grafik
1 2 3 4
: : : :
Frekuensi Keseluruhan program live in
Frekuensi dimensi anteseden/konteks(antecedents) Frekuensi dimensi transaksi/proses(transactions) Frekuensi dimensi luaran/hasil (output-outcomes)
70 73 77 80
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nilai bukan hanya masalah tahu tentang “apa yang baik”.
Orang mengira “mengetahui” seakan-akan sama dengan sudah melakukan”
padahal masih ada jarak antara “tahu” dan “tindakan”. Arah pendidikan nilai seharusnya fokus pada modalitas, yaitu bagaimana menjembatani agar nilai-nilai menjadi tindakan yang nyata (Kompas, Haryatmoko, 2015:7). Nilai dianggap sesuatu yang berharga bagi suatu kelompok masyarakat yang berupa standar perilaku atau dasar moral untuk mengarahkan dan evaluasi tindakan (Kolthoff, 2007:39). Nilai-nilai membentuk orang berkarakter, komitmen, jujur, kompeten, terbuka, jiwa pelayanan, belarasa dan pengorbanan. Dengan kata lain pendidikan nilai tidak lepas dari pembentukan habitus, yakni melalui pelatihan, pembiasaan, pengalaman, dan perjumpaan.
Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan: “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beiman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang berdemokrasi serta bertanggungjawab” (Doni Koesoema A, 2012:4). Dengan
demikian pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa.
Dalam konteks modern pendidikan senantiasa diletakkan dalam kerangka kegiatan yang ditujukan bagi generasi yang sedang ada dalam masa-masa pertumbuhan oleh sebab itu, pendidikan lebih mengarahkan dirinya pada pembentukan dan pendewasaan pengembangan kepribadian individu yang mengutamakan aspek-aspek dinamis, dan aktif, seperti proses pengembangan dan pembentukan diri secara terus menerus (on going formation), (Doni Koesoema A, 2007:4).
Berdasarkan beberapa gagasan pendidikan nilai di atas, maka Yayasan St.
Louisa Kediri, mencanangkan sebuah rancangan pendidikan yang bukan hanya menitikberatkan pada perkembangan intektual melainkan juga pembentukan karakter dan budi pekerti peserta didik.
Sebagai sekolah yang berada dalam naungan Yayasan St. Louisa, SMPK St. Maria Kediri mengaplikasikan rancangan pendidikan nilai tersebut dengan menambahkan pembelajaran yang khas bagi peserta didik yakni pelajaran pembiasaan Vinsensian. Pembiasaan ini sebagai usaha untuk membangun karakter dan nilai-nilai hidup Vinsensian Kristiani peserta didik. Pembiasaan Vinsensian adalah wadah untuk menumbuhkembangkan sikap batin peserta didik dengan keutamaan Vinsensian. Dengan keutamaan tersebut diharapkan peserta didik memiliki sikap batin yang semakin berkembang serta mampu melihat kebaikan Tuhan dalam dirinya, sesama dan lingkungan sekitarnya.
SMPK St. Maria Kediri merupakan Sekolah yang berada dalam Yayasan St. Louisa dari Serikat Puteri Kasih yang juga memprioritaskan pelayanannya dalam karya sosial, kesehatan, termasuk juga pendidikan dan pembinaan kaum muda. Melalui karya-karya pelayanan tersebut, Serikat Puteri Kasih mengabdikan diri sebagai Serikat hidup kerasulan ( Konstitusi 1.b). Karya kerasulan bidang pendidikan merupakan karya yang diwariskan oleh pendiri Serikat Puteri Kasih yaitu St. Vinsensius dan St. Louisa. Dalam seruannya pemimpin tertinggi Puteri Kasih: “Serikat bersifat misioner pada hakekatnya, para pendiri mengatakan, menjadi seorang Puteri Kasih, adalah melakukan apa yang dilakukan Putera Allah di dunia, bekerja secara terus menerus bagi sesama, mengunjungi dan merawat mereka yang sakit, mengajar mereka yang tidak mengerti demi keselamatan mereka (Sirkuler, 2014:5). Gagasan di atas meyakinkan Serikat Puteri Kasih tetap bertekat bulat mempertahankan warisan pendiri, dalam karya kerasulan bidang pendidikan dan pembinaan nilai-nilai hidup Vinsensian kristiani. Salah satu upaya demi mempertahankan karya kerasulan Serikat yaitu nilai-nilai keutamaan Vinsensian. Keutamaan-keutamaan tersebut dijabarkan dalam materi yang diberi nama pembiasaan Vinsensian. Pembelajaran pembiasaan ini disesuaikan dengan tingkat pendidikan sehingga dapat diterima dan dipahami oleh semua peserta didik.
Perencaaan pembiasaan Vinsensian diolah dengan beberapa sumber bahan:
Kitab Suci, dan buku-buku yang terkaitan dengan spiritualitas Vinsensius, buku pembiasaan Vinsensian, RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) dan silabus.
Pembelajaran pembiasaan Vinsensian masuk mata pelajaran agama yang
seharusnya empat jam pelajaran, tetapi menurut kurikulum 2013, hanya tiga jam pelajaran maka satu jam tersebut untuk pembelajaran pembiasaan Vinsensian.
Semua sekolah di bawah naungan Yayasan St. Louisa wajib menerapkan pelajaran pembiasaan Vinsensian. Tujuan pembelajaran pembiasaan Vinsensian tersebut adalah untuk menumbuhkan sikap batin peserta didik dengan semangat kesederhanaan, kerendahan hati, kelemahlembutan, matiraga, penyelamatan jiwa- jiwa sebagai spiritualitas Vinsensian dan dalam pembelajaran disebut dengan istilah lima keutamaan Vinsensian. Keutamaan ini membangun perkembangan sikap batin yang menghasilkan buah-buah persaudaaran sejati, dengan persaudaraan sejati peserta didik dapat menerima perbedaan-perbedaan yang ada sehingga terjadi sikap saling menghormati, saling menghargai, saling mempercayai, saling menolong, saling memberikan semangat, saling mencintai dan kerjasama. Diharapkan peserta didik kelak menjadi dewasa serta mampu menerapkan dan dapat melakukan perubahan-perubahan sosial demi kesejateraan bersama.
Demi mewujudkan sikap tersebut SMPK St. Maria menggunakan metode yang efektif sebagai aksi dari teori pembiasaan Vinsensian, dilaksanakan beberapa program, salah satunya adalah live in exposure in the poor untuk kelas IX.
Kegiatan live in sebagai puncak dari semua pembelajaran pembiasaan Vinsensian, dengan maksud agar peserta didik tidak hanya menerima teori saja, tetapi bisa praktek secara nyata di tengah masyarakat yang di pedesaan. Kegiatan yang khas dengan tema “live in exposure in the poor” merupakan salah satu program pembelajaran pembentukan karakter peserta didik. Bentuk kegiatannya adalah
peserta didik kelas IX tinggal bersama dengan keluarga lain di suatu daerah tertentu selama tiga hari dua malam. Dengan kegiatan live in exposure in the poor yang singkat ini, diharapkan peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi dari keluarga dan lingkungan masyarakat setempat.
Penyesuaian dengan masyarakat setempat akan memudahkan peserta didik dalam mengaplikasikan lima keutamaan Vinsensian sehingga mampu terbentuk pola pikir yang kritis, baik dan benar sesuai dengan tujuan dari program live in.
Persiapan kegiatan live in diawali dengan survei oleh tim pembina live in, guna mengetahui situasi dan kondisi serta program kegiatan di desa tersebut.
Dengan harapan melihat kondisi masyarakat dan program setempat dapat memudahkan peserta didik untuk peduli serta terlibat dalam kegiatan program desa misalnya gotong royong desa maupun baksos bagi warga yang miskin.
Selanjutnya pengajuan proposal dan program kegiatan live in kepada pamong desa setempat dengan persetujuan dari seluruh pihak yang berkaitan dengan kegiatan live in.
Dalam pelaksanaan kegiatan live in tersebut SMPK St. Maria Kediri, mengusahakan persiapan yang baik, yaitu dengan membuat buku panduan live in, selanjutnya peserta didik diberi pembekalan tentang lima keutamaan Vinsensian.
Pembekalan materi yang diberikan lebih menekankan penghayatan akan nilai- nilai keutamaan sebagai sikap hidup, sehingga peserta didik mampu menginternalisasikan dalam diri tentang nilai tersebut sebagai sikap hidupnya setiap hari. Selain itu peserta didik diminta membuat laporan pengalaman live in dalam bentuk paper yang memuat hasil kegiatan dan refleksi mulai hari pertama,
kedua dan ketiga, dan laporan ini dibuat perkelompok dengan maksud untuk memudahkan dalam penilaian. Laporan yang bersifat kelompok itu memuat beberapa panduan pertanyaan refleksi. Di samping itu dengan refleksi kelompok diharapkan adanya kerjasama, menghargai, serta dapat membentuk konsep diri dengan pengalaman live in exposure in the poor. Dengan demikian pengalaman hidup bersama tersebut dapat membentuk karakter pribadi sebagai manusia yang utuh, beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mencintai sesama dalam hidup sehari-hari. Pendidikan nilai tidak lepas dari pembentukan habitus, yaitu melalui pelatihan, pembiasaan, pengalaman, dan perjumpaan. Dalam keterlibatan membawa pengalaman, perjumpaan dan pembiasaan melalui live-in atau pelayanan masyarakat (Kolthoff, 2007:39).
Dengan prioritas “melakukan” atau “bertindak” nilai-nilai yang dipraktekkan bisa lebih efektif mengatur perilaku sehari-hari untuk membentuk etos. Etos menandai karakter seseorang. Karakter terwujud dalam sikap dan kepribadian yang memengaruhi kemampuan bersikap sejalan dengan tanggungjawab moral (Kompas, Haryatmoko, 2015:8)
Menanggapi kenyataan yang di atas maka lulusan SMPK St. Maria Kediri mestinya menjadi pribadi yang memiliki daya tahan, karakter yang kuat.
Karakter yang terus menerus dibangun supaya menjadi habitus, dan milik peserta didik baik dari tingkat pendidikan dasar, menengah, sampai perguruan tinggi. Karakter yang mampu mempergunakan pikirannya secara otentik dan bertindak secara lebih aktif-positif serta trampil untuk mengakses informasi sekaligus mampu mengkaji dan menyeleksi informasi yang berguna dalam
proses pembelajaran dan kehidupannya serta mampu menjadi pelaku-pelaku perubahan-perubahan sosial bagi tanah air.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa guru yang mengampu pembiasaan pembiasaan Vinsensian dalam live in exposure in the poor di SMPK St. Maria Kediri Jawa Timur, mengatakan bahwa masih mengalami kesulitan dalam hal penanaman nilai-nilai hidup kristiani seperti lima keutamaan Vinsensian, walaupun kegiatan ini sudah berjalan sejak tahun 2007.
Sejauh pendampingan kami bahwa peserta didik SMP yang masih remaja dan dalam usia mencari jadi diri tidaklah mudah dalam penanaman nilai- nilai hidup kristiani. Hal ini terlihat masih ada yang terlambat ke Sekolah, masih ada yang belum peduli atau kurang respon sesama teman yang susah serta masih pilih-pilih teman. (wawancara, 5 April 2016).
Selain itu kegiatan pembiasaan Vinsensian dengan live in exposure in the poor dari segi perencanaan ada pembekalan materi tentang lima keutamaan Vinsensian sebelum pelaksanaan live in. Pembekalan mengikuti silabus yang sudah ada, namun dirasakan masih kurang dalam hal sumber bahan dokumen gereja, buku-buku Vinsensian yang diperlukan untuk dasar pemahaman akan nilai-nilai kristiani. Karena relevansi pandangan-pandangan iman kristiani dari dokumen-dokumen gereja sangat yang berkaitan dengan lima keutamaan Vinsensian sebagai ciri khas pastoral sekolah katolik seperti diungkapan (Piet Go,O Carm,1995:12) pendidikan nilai dianggap sebagai bagian dari pastoral sekolah, sejauh berusaha menumbuhkan dalam peserta didik penghargaan dan komitmen terhadap nilai-nilai.
Sesuai pengamatan penulis selama ini di SMPK St. Maria Kediri, dalam mengaplikasikan lima keutamaan Vinsensian susunan program mengikuti
silabus yang sudah disusun oleh tim pembina Vinsensian. Kemudian untuk kegiatan live in exposure in the poor, untuk hari pertama sebelum berangkat diawali doa bersama, perjalanan menuju tempat live in, kemudian serah terima peserta ke pamong desa setempat, pembagian orang tua angkat, doa bersama, tinggal bersama keluarga. Kemudian hari kedua dan ketiga mengikuti aktifitas keluarga dan program kegiatan desa setempat. Pada akhir kegiatan pembina mengajak peserta didik untuk membuat refleksi dari kegiatan hari pertama hingga ketiga, sebagai tanggapan atas kegiatan live in exposure in the poor. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tahun dan menjadi program rutin dengan praktek nyata dari lima keutamaan Vinsensian tetapi dirasakan bahwa refleksi pendalaman akan kegiatan live in tersebut belum maksimal untuk peserta didik, mengingat refleksi dikerjakan secara berkelompok.
Beberapa suster memberi tanggapan positif terhadap pelaksanaan kegiatan live in exposure in the poor dengan harapan agar kualitas lulusan yang mempunyai kompetensi bukan hanya dalam hal intelektual, tetapi juga kepribadian yang utuh dan seimbang.
Kami berharap suatu saat peserta didik menjadi pribadi yang utuh dalam arti bukan hanya pintar secara akademik tetapi juga dalam sikap hidup seperti kepekaan terhadap kesulitan sesama dan akhirnya menjadi pelaku- pelaku perubahan sosial. (wawancara 5 April 2016).
Pembentukan kepribadian siswa yang utuh dan seimbang menjadi sangat penting sehingga dalam pelaksanaan kegiatan live in exposure in the poor perlu ada usaha peningkatan mutu dan kualitas melalui evaluasi periodik secara komprehensif dan valid demi tercapainya tujuan pembentukan nilai-nilai hidup kristiani seperti yang tertuang dalam lima keutamaan Vinsensian. Pada
kenyataannya evaluasi secara periodik belum dilaksanakan dengan data-data instrumen untuk penilaian yang lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, hingga pelaksanaan program kegiatan, serta evaluasi hasil. Dari fakta lapangan berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa SMPK St. Maria Kediri, menanggapi kegiatan live in exposure in the poor secara keseluruhan memang cukup menarik.
Menurut saya live in menyenangkan karena bertemu banyak orang yang jadi saudara, saya dapat keluarga baru. Makin bersyukur dalam hidup dengan belajar dari orang lain. Setiap hari sudah ada jadwal juga dalam membuat refleksi bersama. (wawancara 6 April 2016).
Live in yang singkat dalam tiga hari menjadi kegiatan diminati peserta didik hal ini terlihat dari laporan dan refleksi yang positif. Namun di sisi lain sebagian peserta didik belum memaknai kegiatan ini sebagai pembentukan karakter, melainkan hanya sebagai kegiatan rutinitas program sekolah yang wajib diikuti.
Hal lain dalam perencanaan, pelaksanaan kurang mempersiapkan dengan baik seperti instrumen-instrumen penilaian yang di perlukan siswa, juga evaluasi hasil kegiatan. Kenyataan selama ini evaluasi dilakukan dalam bentuk klasikal, pertanyaan spontan di dalam kelas waktu pelajaran pembiasaan Vinsensian.
Evaluasi yang demikian kurang mengena dan mengesan hati peserta didik akan pemahaman, pemaknaan lima keutamaan Vinsensian dalam live in exposure in the poor. Persoalan lain dalam pembinaan yang diberikan kepada peserta didik hanya dalam bentuk laporan dan refleksi singkat tentang apa yang dialami dalam kelompok mengenai kegiatan live in, jadi laporan dan refleksi tersebut kurang mengena situasi konkret peserta didik.
Menanggapi pemaparan tersebut di atas, jelaslah persoalan yang menjadi fokus dari penelitian penulisan ini adalah mengenai proses pembelajaran pembiasaan Vinsensian melalui praktek lima keutamaan Vinsensian dalam live in exposure in the poor terutama di kelas IX SMPK St. Maria Kediri. Penulis akan mengadakan penelitian dan evaluasi yang komprehensif mengenai proses dan hasil pelaksanaan live in exposure in the poor dengan judul EVALUASI PROGRAM LIVE IN BAGI PESERTA DIDIK KELAS IX SMPK ST.
MARIA KEDIRI JAWA TIMUR TAHUN PELAJARAN 2015/2016.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang penulis uraikan dalam latar belakang penulisan skripsi ini, maka dapat diindentifikasi sebagai berikut:
Pemahaman siswa terhadap pembiasaan Vinsensian dinilai masih kurang.
Pendalaman materi pembiasaan Vinsensian dinilai masih kurang.
Pembekalan maksud dan tujuan pembiasaan Vinsensian melalui live in exposure in the poor dinilai masih kurang.
Bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil live in exposure in the poor dan tanggapan peserta didik terhadap program live in?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah yang teridentifikasi di atas, maka penulis dalam penelitian ini, secara khusus membatasi pada masalah Evaluasi pembiasaan Vinsensian dalam live in exposure in the poor yang dicanangkan oleh SMPK
St. Maria Kediri-Jawa Timur. Dalam hal ini peneliti menggunakan model evaluasi Countenance Evaluation Model dikembangkan oleh Stakes.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses live in exposure in the poor di SMPK St. Maria Kediri?
2. Seberapa jauh hasil live in exposure in the poor di SMPK St. Maria Kediri?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang secara spesifik dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proses live in exposure in the poor di SMPK St. Maria Kediri.
2. Mengetahui hasil live in exposure in the poor di SMPK St. Maria Kediri.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberi sumbangan baik secara teoritis maupun praktis.
1. Secara teoritis:
Penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis bagi pemahaman terhadap pembiasaan Vinsensian dalam live in exposure in the poor di SMPK St. Maria Kediri. Data tersebut menjadi dasar untuk pengembangan program kegiatan live in.
2. Secara praktis:
Penelitian ini dapat memberi pamahaman dan wawasan baru bagi SMPK St.
Maria Kediri, diharapkan penelitian ini memberikan sumbangan dalam perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, evaluasi hasil kegiatan live in sehingga dapat mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik akan kegiatan live in exposure in the poor.
G. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Evaluatif deskriptif dengan dukungan data kuantitatif.
H. Sistematika penulisan
BAB I : pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : membahas tentang pengertian program evaluasi, tujuan evaluasi program, manfaat evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, alat-alat evaluasi, model-model evaluasi program, pengertian live in, tujuan live in, aspek-aspek live in,
BAB III : membahas mengenai metodologi penelitian yakni jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV : membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi, hasil penelitian berdasarkan kuesioner/angket, wawancara, studi dokumen, pembahasan hasil penelitian yang meliputi tiga dimensi yakni (1) anteseden/konteks(antecedents/context), (2)transaksi/proses(transaction/process), (3)luaran/hasil(output-outcomes), keterbatasan penelitian, refleksi penelitian.
BAB V : merupakan bagian penutup penulisan skripsi mengenai kesimpulan dan saran yang berguna bagi semua pihak.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Kualitas hidup manusia dapat ditingkatkan dengan membangun pengetahuan dan pemahaman yang baik dan benar mengenai seluruh aspek- aspek hidup manusia sebagai makluk sosial yang holistik. Dunia pendidikan menjadi salah satu ladang yang tepat dalam pembentukan generasi muda yang berkarakter. Generasi yang memiliki visi mengkontruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman, baik di sekolah maupun lingkungan masyarakat. Dengan demikian evaluasi dan monitoring sangat diperlukan dalam mengevaluasi program kegiatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Berikut dapat dipelajari berbagai kajian evaluasi program, prinsip-prinsip evaluasi, alat evaluasi program, program kegiatan live in dan aspek-aspek live in.
A. Konsep Evaluasi Program 1. Pengertian evaluasi
“Evaluasi” berarti: penentuan sampai berapa jauh sesuatu berharga, bermutu dan bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai berapa jauh keduanya dapat dinilai baik. peninjauan evaluatif yang pertama, memusatkan perhatian pada produk atau efek yang dihasilkan oleh siswa, sesuai dengan semua tujuan instruksional yang seharusnya dicapai;
evaluasi demikian dikenal sebagai evaluasi produk (Winkel, 2014:531).
Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai seseorang dengan menggunakan patokan-patokan tertentu untuk mencapai tujuan (Eveline Siregar, 2014:35). Penilaian lebih menekankan kepada proses pembuatan keputusan terhadap sesuatu ukuran baik buruk yang bersifat kuantitatif (Suharsimi Arikunto, 1990).
Nana sudjana menjelaskan evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materiil dll. Bila dilihat dari segi tersebut maka evaluasi perlua adanya suatu kriteria atau standart tertentu.
Evaluasi berasal dari kata “evaluation” berarti menilai, namun sebelum menilai orang mengadakan pengukuran lebih dahulu (Suharsimi Arikunto, 1990:3). Evaluasi pembelajaran adalah kegiatan mengukur dan menilai interaksi guru-murid-kondisi eksternal dari keadaan awal tertentu menuju tujuan tertentu.
Pengukuran dan penilaian ketercapaian tujuan belajar adalah evaluasi belajar.
Pengukuran dan penilaian interaksi guru-murid-kondisi eksternal adalah evaluasi proses belajar (Dapiyanta, 2008:10).
Sedangkan untuk pengertian istilah “program” dibagi menjadi dua yaitu pengertian secara khusus dan secara umum. Secara umum “program” dapat diartikan sebagai “rencana” misalnya seorang siswa ditanya oleh guru, apa program setelah lulus dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah yang diikuti maka arti “program” dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan yang akan dilakukan setelah lulus. Rencana ini mungkin berupa keinginan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, mencari perkerjaan, membantu
orang tua dalam usaha, mungkin juga belum menentukan program apapun. Ada tiga pengertian penting yang perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu (1) realisasi atau implementasi suatu kebijakan, (2) terjadi dalam waktu yang relative lama bukan kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan, dan (3) terjadi dalam organiasasi yang melibatkan sekelompok orang. Pengertian
“program” adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pengertian program yang di kemukan diatas adalah pengertian secara umum. Selain itu dalam kehidupan terdapat juga “program”
yang berlangsung hanya dalam waktu singkat misalnya peringatan program hari bersa nasional di OSIS, HUT RI, Hardiknas, Harkitnas, Lahirnya Pancasia, Natal, Bulan Ramadhan, Nyepi, Imlek. Program pengingatan hari besar ini juga melalui suatu proses yang panjang, tetapi pelaksanaan hanya sebentar artinya tidak lebih dari khusus ini adalah bagian dari program khusus. Dengan pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa program-program itu menunjukkan adanya kegiatan jamak yang merupakan rangkaian pembelajaran dan proses seperti kegiatan belajar mengajar, pembuatan rencana mengajar dan lain sebagainya.
Berdasarkan beberapa gagasan di atas mengenai evaluasi program maka dapat dipahami evaluasi program merupakan penelitian evaluatif untuk mengetahui proses interaksi guru-murid, kondisi eksternal dari keadaan awal menuju tujuan tertentu. Di sini “evaluasi produk” dan “evaluasi proses”
dipandang sebagai dua bentuk dasar dalam evaluasi belajar. Evaluasi yang
dilakukan guna mengetahui hasil belajar siswa yakni seberapa besar siswa telah menguasai hasil belajar, ketrampilan, sikap sebagaimana dirumuskan dalam tujuan program. Di samping itu evaluasi produk merupakan evaluasi untuk memperoleh keterangan tentang hasil belajar siswa. Misalnya pengukuran prestasi belajar siswa pada akhir suatu semester sesuai dengan tujuan yang harus dicapai. Sedangkan evaluasi proses dengan maksud untuk memberi umpan balik akan jalannya proses, yakni kekurangan, hambatan, hingga kemungkinan tidak berjalannya suatu proses sehingga dapat dilakukan suatu perbaikan pada proses selanjutnya (Dapiyanta, 2008:15).
Dengan kata lain evaluasi terhadap proses ini akan berguna sebagai dasar bagi berbagai tindakan korektif terhadap proses belajar mengajar, sehingga produk yang dihasilkan dapat ditingkatkan mutunya. Selain itu juga dengan hasil akhir dari suatu kebijakan tersebut dapat mendukung untuk rekomendasi atas kebijakan yang lalu dan menentukan kebijakan selanjutnya.
2. Tujuan evaluasi
Telah di jelaskan sebelumnya bahwa tujuan diadakannya evaluasi program untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program, karena evaluator program ingin mengetahui bagaimana dari komponen dan subkomponen yang belum terlaksana dan apa sebabnya. Oleh sebab itu, sebelum mulai dengan langkah evaluasi, evaluator perlu memperjelas dirinya dengan apa tujuan program akan dievaluasi. Misalnya ingin mengevaluasi program IPA. Tujuan ini diharapkan dapat tercapai apabila
semua komponen pendukung merupakan faktor penentu pencapaian tujuan sudah bekerja secara efektif, dengan pencapaian faktor-faktor yang berpengaruh pada ketercapaian pembelajaran dimaksud adalah; (1) siswa, (2) guru, (3) materi yang dipelajari, (4) sarana belajar, (5) pengelolaan, dan (6) lingkungan.
Evaluasi secara mendasar sudah terkandung dalam pengertian kata evaluasi dan pembelajaran itu sendiri. Evaluasi berarti menilai atau mengambil keputusan, dan pembelajaran berarti interaksi guru-murid-kurikulum sesuai kondisi siswa menuju tujuan tertentu. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses transformasi dari masukan menjadi keluaran (Dapiyanta, 2008:12) sehubungan dengan gagasan diatas dapat dirumuskan tujuan evaluasi sebagai berikut:
a). Seleksi
Data hasil evaluasi masuk sekolah siswa, sekolah dapat mengambil keputusan tentang siswa-siswa mana yang diterima dan mana yang tidak tergantung kriteria yang ditetapkan. Misalnya untuk melanjutkan program atau naik kelas ditetapkan kriteria rata-rata nilai minimal 6, dengan nilai agama, bahasa, kewarganegaraan. Dengan kriteria tersebut siswa siswi yang memenuhi syarat tersebut dapat naik kelas, sedangkan yang tidak harus mengulang program.
b) Diagnostik
Data hasil evaluasi yang alatnya dirancang sedemikian rupa untuk memenuhi persyaratan maka data hasil evaluasi tersebut akan diketahui
kelemahan dan kekuatan siswa serta sebab-sebabnya. Dengan data tersebut guru dapat mengatasi kelemahan dan makin meningkatkan kekuatannya.
c) Penempatan
Pada jenjang tertentu dilakukan penjurusan pada siswa, penjurusan disesuaikan atas dasar hasil evaluasi dari sekolah. Evaluasi mengungkap bakat dan minat siswa. Bakat dan minat dapat terungkap pada mata pelajaran tertentu siswa berprestasi dalam pelajaran tertentu dapat di simpulkan bahwa siswa tersebut berbakat. Jika pada mata pelajaran siswa berprestasi tinggi berminat maka penjurusan menjasi kuat. Namun jika siswa tidak berminat maka siswa dapat memilih jurusan yang diminati dan tetap mendasarkan diri pada bakat yang memungkinkan.
c) Pengukur keberhasilan
Tujuan pengukur keberhasilan terkait dengan fungsi sumatif dan evaluasi. Data hasil evaluasi dapat dipakai untuk menilai apakah program yang dilaksanakan sudah berhasil atau tidak, namun belum diketahui faktor-faktor manakah yang berperan dalam keberhasilan program ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain; guru, siswa, metode, media, sarana, sistem,dan sebagainya. Perlu dilakukan evaluasi yang terinci baik menyangkut proses maupun hasil supaya dapat diketahui sejauh mana keberhasilan program dan faktor-faktor yang berperanan.
Dengan demikian tujuan evaluasi program tidak terlepas dari tujuan program yang akan dievaluasi. Keduannya saling terkait karena merupakan tujuan program itu merupakan dasar untuk merumuskan tujuan evaluasi program.
Tujuan evaluasi program harus dirumuskan dengan titik tolak tujuan program yang dievaluasi. Ada dua macam tujuan evaluasi, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus diarahkan pada masing-masing komponen. Dalam menentukan tujuan program, evaluator program harus dapat menangkap harapan dari penentu kebijakan yang mungkin bertindak sebagai pengelola. Sebelum melakukan evaluasi harus mencermati tujuan program dan merenungkan apa yang menjadi tujuan evaluasi program. adapun unsur-unsur yang perlu diperhatikan di dalam kegiatan yaitu; (what) apa yang digarap, (who) siapa yang menggarap, (how) bagaimana menggarapnya (Suharsimi Arikunto, 2014:27). Unsur-unsur di atas adalah cara untuk mempermudah mengidenfikasi tujuan evaluasi program.
3. Manfaat evaluasi
Evaluasi program dapat disamaartikan dengan kegiatan supervisi, secara singkat supervisi diartikan sebagai upaya mengadakan peninjauan untuk memberikan pembinaan maka evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian yang tepat pula. Kebijakan supervisi dapat dikatakan sama dengan evaluasi program, sasarannya ditekankan pada kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain prestasi belajar menjadi titik pusat perhatian. Oleh karena itu tujuan utamanya memperhatikan prestasi belajar . Dari ruang lingkup supervisi dibedakan menjadi tiga yaitu (1) supervisi kegiatan pembelajaran, ((2) supervisi kelas, (3) supervisi sekolah. Supervisi sekolah yang diartikan sebagai
evaluasi program, dapat disamaartikan dengan validasi lembaga dan akreditasi.
Evaluasi program merupakan langkah awal dari proses akreditasi dan validasi lembaga. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi program pendidikan tidak lain adalah supervisi pendidikan dalam pengertian khusus, tertuju pada lembaga secara keseluruhan. Evaluasi sangat berguna dalam pengambilan keputusan atau kebijakan lanjutan dari program, karena dari masukan hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari program yang sedang atau telah dilaksanakan. Wujud dari evaluasi adalah sebuah rekomendasi dari evaluator untuk pengambil keputusan (decision maker) (Suharsimi Arikunto, 2014:21-22).
Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolah, evaluasi atau penilaian mempunyai makna atau manfaat dari berbagai segi, yaitu makna bagi siswa, makna bagi guru dan makna bagi sekolah.
a) Makna atau manfaat bagi siswa
Dengan diadakan penilaian atau evaluasi siswa dapat mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Ada dua kemungkinan hasil yang diperoleh dari pekerjaan menilai.
Kemungkinan pertama (1) memuaskan; siswa memperoleh hasil memuaskan tentu kepuasan ini ingin diperoleh lagi pada kesempatan lain. Akibatnya siswa mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat, agar mendapat nilai yang memuaskan lagi. Sebaliknya dapat terjadi yakni siswa sudah merasa puas yang diperoleh dan usahanya kurang gigih untuk lain kali. Kemungkinan kedua (2) Tidak memuaskan, siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia
akan berusaha agar keadaan itu lain kali tidak terulang lagi. Maka ia belajar dengan giat, sebaliknya dapat terjadi ada siswa yang lemah kemauannya, akan menjadi putus asa dengan hasil yang kurang memuaskan yang diterimanya.
b) Makna atau manfaat bagi guru
Penilaian merupakan suatu kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan.
(1) Dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat mengetahui siswa mana yang bisa melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai meteri, maupun siswa-siswi yang belum berhasil menguasai materi. Guru perlu mengetahui sebab-sebab dan guru akan memberikan perhatian yang memusat dan memberikan perlakuan yang lebih teliti sehingga keberhasilan selanjutnya diharapkan.
(2) Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan pengajaran diwaktu mendatang tidak perlu ada diadakan perubahan.
(3) Guru akan mengetaui metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar siswa memperoleh nilai jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin disebabkan oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat. Guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode lain dalam mengajar.
c) Makna bagi sekolah
Keberhasilan guru dan siswa melaksanakan pembelajaran akan berdampak positif bagi sekolah, dengan demikian penilaian menjadi tolok ukur keberhasilan bagi sekolah. Selain itu untuk mengetahui kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sesuai dengan harapan atau belum, maka hasil belajar merupakan cermin kualitas suatu sekolah.
(1) Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswinya maka dapat diketahui apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan cermin suatu sekolah.
(2) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa mendatang.
(3) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat digunakan sebagai pedoman bagi sekolah. Apakah yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka yang diperoleh siswa (Suharsimi Arikunto, 2012:16).
Adapun beberapa ciri-ciri dan persyaratan evaluasi program menurut (Suharsimi Arikunto, 2014:8) sebagai berikut:
1. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi penelitian pada umumnya.
2. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis, yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari
beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dari obiek yang dievaluasi.
3. Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dari obiek yang dievaluasi, perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi keberhasilan program.
4. Menggunakan standar, ktiteria dan tolok ukur sebagai perbandingan dalam menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil kesimpulan
5. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi bagi sebuah kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standart, kriteria, atau tolok ukur.
6. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana, maka perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi sub komponen, sampai pada indikator dari program yang dievaluasi.
7. Standart, kriteria dan tolok ukur diterapkan pada indikator, yaitu bagian yang paling kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan dari proses kegiatan.
8. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
Keberhasilan program ditentukan beberapa faktor yaitu; guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi. Beberapa uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa manfaat evaluasi atau penilaian program harus mengarah pada pengambilan keputusan sehingga diakhiri dengan rekomendasi kepada pengambil keputusan. Untuk jelasnya, perhatikan gambar berikut mengenai perbedaan langkah akhir dari penelitian dan evaluasi program.
Gambar 1.
Penelitian :
Evaluasi Program :
4. Prinsip-prinsip evaluasi
Menurut (Dapiyanta, 2008:15) ada lima prinsip evaluasi pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut ;
a) Sebagai alat bimbingan ; evaluasi sebagai alat bimbingan maksudnya ialah data-data evaluasi tharus dipergunakan sebagai dasar untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan belajar, bukannya sebagai alat untuk menvonis atau bahkan menghukum siswa
b) Objektif : penyelenggaraan, pemilihan, penafsiran, penggunaan alat, data maupun kriteria harus bebas dari subjektivitas guru, dengan begitu data sungguh menggambarkan secara akurat keadaan yang sebenarnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk mendukung objektivitas tersebut maka evaluasi perlu memenuhi syarat validitas dan reabilitas serta penafsiran secara bertanggungjawab. Valid artinya alat yang digunakan tepat sasaran, mengukur
Analisis Kesimpulan
an
Saran
Analisis Kesimpulan Rekomendasi
apa yang hendak diukur. Reliabel artinya handal, tidak berubah-ubah. Alat yang reliable berarti alat tersebut ketika digunakan untuk berbagai kelompok hasilnya relatif sama. Penafsiran bertanggungjawab berarti ada dsar dan kriteria yang baku dan umum dipakai. Tentang validitas dan reliabilitas akan dibahas lebih lanjut dalam persyaratan alat evaluasi.
c) Menyeluruh ; evaluasi yang menyeluruh maksudnya mencakup evaluasi masukan, proses, produk, konteks dan hasil belajar dalam berbagai aspek;
pengetahuan, sikap, ketrampilan, program-program kegiataan dan pembiasaan dalam berbagai tingkatannya.
d) Berkesinambungan : agar data hasil evaluasi berguna bagi diagnosa kesulitan serta mempunyai kemampuan prediksi sehingga menjadi alat bimbingan yang baik maka evaluasi mesti berkesinambungan. Prinsip berkesinambungan dapat terwujud jika evaluasi dibuat secara terencana, bertahap dan terus menerus.
e) Variatif : mengingat obiek evaluasi bermacam-macam, maka tidak mungkin dapat diukur hanya satu macam jenis alat evaluasi. Konteks ini prinsip variatif dikenakan. Dengan menggunakan berbagai macam jenis dan alat evaluasi diharapkan data menyeluruh tentang siswa dapat diperoleh.
Menurut (Suharsimi, 2012:38) memaparkan ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen yaitu; (1) tujuan pembelajaran, (2) kegiatan pembelajaran atau KBM, (3) evaluasi.
Triangulasi dapat digambarkan sebagai berikut;
Gambar. 2 Tujuan
KBM Evaluasi
Triangulasi dapat dijelaskan sebagai berikut;
a) Hubungan antara tujuan dengan KBM
Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Anak panah menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah pada KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.
b) Hubungan antara tujuan dengan evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data dengan mengukur sejauh mana tujuan sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke tujuan. Jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.
c) Hubungan antara KBM dan evaluasi
Seperti yang sudah disebutkan pada nomor (1), KBM dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan, juga disebutkan pada nomor (2), bahwa alat evaluasi juga disusun dengan mengacu pada tujuan, Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu pada KBM yang
dilaksanakan. Misalnya kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan pada ketrampilan, evaluasinya harus mengukur tingkat keberhasilan siswa, bukannya aspek pengetahuan.
Menurut (Nana sudjana, 2016:8-9) dipaparkan bahwa pentingnya penilaian dalam evaluasi karena sebagai penentu kualitas pendidikan maka upaya penilaian hendaknya memerhatikan beberapa prinsip dan prosedur penilaian sebagai berikut :
a) Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian. Sebagai patokan atau rambu-rambu dalam merancang penilaian hasil belajar adalah kurikulum hendaknya diperhatikan tujuan instruksionalnya, pokok bahasan yang diberikan , ruang lingkup, urutan penyajian, dan pedoman bagaimana pelaksanaanya.
b) Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar. Artinya penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap proses belajar mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.
c) Agar diperoleh hasil belajar yang obyektif dalam pengertian menggambarkan prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya. penilaian harus menggunakan berbagai alat penilaian yang sifatnya komprehensif dimaksudkan segia atau abilitas yang dinilainya tidak hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek efektif dan psikomotoris. Aspek kognitif sebaiknya mencakup semua aspek, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, penilaian, analisis, sintesis, dan evaluasi secara seimbang.
d) Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu, perlu dicatat secara teratur dalam catatan khusus mengenai kemajuan siswa. Dari data hasil penilaian harus dapat ditafsirkan sehingga guru dapat memahami para siswanya terutama prestasi dan kemampuan yang dimilikinya. Hasil penilaian juga hendaknya dijadikan bahan untuk menyempurnakan program pengajaran, memperbaiki kelemahan-kelemahan pengajaran, memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang memerlukannya.
Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya dalam melakukan proses penilaian (evaluasi) pendidik harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian agar tujuan penilaian dapat tercapai dengan baik.
5. Alat-alat evaluasi
Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya.
Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan dalam tujuan awal pembelajaran tersebut.
Menurut (Dapiyanta, 2008:17-18) dijelaskan bahwa alat-alat evaluasi dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu tes dan nontes.
a) Tes
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memeroleh data-data atau keterangan yang di inginkan tentang seseorang. Amir Dalen (Suharsimi Arikunto, 1990:29).
Tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid.
Amir Daien Indrakusuma, (Suharsimi Arikunto, 2012:46). Selanjutnya definisi yang dikutip dari Webster’s Collegiate, tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.
Kutipan ini dalam buku Encylopedia of Educational Evaluation menyederhanakan definisi menjadi, tes adalah penilaian yang komprehenship terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program (Suharsimi Arikunto, 2012:46).
Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat lain, tes bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran. Walaupun demikian tes juga dapat digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar di bidang afektif dan psikomotoris.
a) Jenis-jenis tes berdasarkan status keadaannya
1) Tes standar ialah tes yang isi, tujuan, perumusan, dan susunannya telah teruji, mantap dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai alat ukur yang objektif. Tes
standar terbagi dua macam yakni tes bakat dan tes prestasi. Kedua macam tes tersebut biasanya menggunakan perhitungan, symbol dan perbendaharaan kata.
Kedua tes standar tersebut sama-sama digunakan untuk meramalkan hasil pada masa yang akan datang.
2) Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru dengan cakupan, tujuan, dan susunan sesuai kebutuhan. Tes buatan guru pada umumnya disusun sendiri oleh guru, beberapa mungkin mengambil dari literatur, jarang ada masukan dari ahli, jarang yang diuji coba sebelum dipakai, dan karang analisis sehingga tidak diketahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Tes buatan guru digunakan untuk mengukur dan menilai pencapaian hasil belajar siswa dalam pelajaran.
Tes buatan guru dapat digunakan pula untuk mendiagnosa kesulitan belajar siswa, penentuan status siswa sehingga dapat digunakan bimbingan siswa secara optimal.
b) Jenis tes berdasar ragam dan bentuk soal terdiri atas tes objektif, benar dan salah, menjodohkan, pilihan ganda, pilihan ganda hubungan hal, melengkapi atau isian. Selain itu ada tes uraian ialah serangkaian pertanyaan yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.
c) Nontes
Nontes ialah cara evaluasi yang ditempuh tanpa mengajukan serangkaian daftar pertanyaan yang jawabannya memerlukan pengorganisaian pemikiran.
Nontes ini meliputi angket, daftar cocok, wawancara, skala bertingkat, perbedaan semantik, observasi, catatan anekdot, portofolio, refleksi.
Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui bentuk tes uraian maupun tes objektif, tetapi juga dapat dinilai oleh alat-alat nontes atau bukan tes. Kelebihan nontes dari tes adalah sifatnya lebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotoris.
Dalam pengertian umum adalah sesuatu yang digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata alat biasa juga disebut dengan istilah
“instrument” dengan demikian alat juga dikenal dengan instrument evaluasi (Suharsimi Arikunto, 2012:40). Dengan pengertian di atas alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara atau teknik, maka di kenal dengan teknik evaluasi yaitu teknik nontes dan teknik tes (Suharsimi Arikunto, 2012:10).
Keberhasilan tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa bergantung pula pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru, maka sangat perlu dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap proses belajar mengajar. Hal ini memungkinkan untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar, terutama efisiensi, keefektifan dan produktivitasnya dalam mencapai tujuan pengajaran (Nana Sudjana, 2016:65).