• Tidak ada hasil yang ditemukan

KLASIFIKASI TANAH DI KEBUN PERCOBAAN USU TAMBUNAN A KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT BERDASARKAN TAKSONOMI TANAH 2014 SKRIPSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KLASIFIKASI TANAH DI KEBUN PERCOBAAN USU TAMBUNAN A KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT BERDASARKAN TAKSONOMI TANAH 2014 SKRIPSI."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

PERNANDO SIMANJUNTAK 130301038

AGROEKOTEKNOLOGI - ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018

(2)

SKRIPSI

Oleh:

PERNANDO SIMANJUNTAK 130301038

AGROEKOTEKNOLOGI - ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Taksonomi Tanah 2014 Nama : Pernando Simanjuntak Nim : 130301038

Program Studi : Agroteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua, Anggota,

(Ir. Purba Marpaung, SU.) (Dr. Kemala Sari Lubis, SP., MP.) NIP. 195402051980031003 NIP. 197008311995102001

Mengetahui:

Ketua Program Studi Agroteknologi

(Dr. Ir. Sarifuddin, MP.) NIP. 196509031993031014

(4)

Pernando Simanjuntak, research “Soil Classification in Experimental

Estate Of University of North Sumatera Tambunan A Subdistric Salapian, Distric of Langkat based on Keys To Soil Taxonomy 2014.” It was aims to classify the soil starting from the level of orders to sub group. It was located at Experimental Estate Of University of North Sumatera Tambunan A, Subdistric Salapian, Distric of Langkat from Mey Until October 2017. Morphological properties were identified by describing the soil profiles while physical and chemical properties were identified by laboratory analysis. Soil samples were taken at each horizon and analyzed for soil texture, bulk density, pH H2O, pH KCl, P2O5, organic carbon, exchangeable cations (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+), and CEC.

The results shows that the classification of soil based on Soil Taxonomy 2014 in Experimental Estate Of University of North Sumatera Tambunan A Subdistric Salapian, Distric of Langkat on 1st Profile is Inceptisols, Udepts, Humudepts, and Humic Psammentric Dystrudepts. 2nd Profile is Inceptisols, Udepts, Humudepts, and Humic Psammentric Dystrudepts. 3rd Profile is Inceptisols, Udepts, Humudepts, and Humic Psammentric Dystrudepts, 4th Profile is Inceptisols, Udepts, Humudepts, and Humic Psammentric Dystrudepts. 5th Profile is Inceptisols, Udepts, Humudepts, and Humic Psammentric Dystrudepts..

Key Words : Experimental Estate Of USU, Soil Classificition

(5)

Percobaan USU Tambunan A, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat Berdasarkan Kunci Taksonomi Tanah 2014”. Penelitian bertujuan untuk mengelompokkan tanah mulai dari tingkat ordo sampai sub group. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan USU Tambunan A, Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat pada bulan Mei sampai dengan Oktober 2017. Dilakukan deskripsi profil tanah untuk menentukan sifat morfologi tanah sementara sifat fisik dan kimia dilakukan dengan analisis laboratorium. Sampel tanah diambil dari setiap horison pada masing-masing profil dan dianalisis di laboratorium berupa tekstur tanah, kerapatan isi, pH H2O, pH KCl, P2O5, C-organik, basa-basa dapat tukar (Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+), serta kapasitas tukar kation (KTK).

Hasil penelitian menunjukkan klasifikasi tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2014 Di Kebun Percobaan USU Tambunan A pada profil 1 adalah : adalah Inceptisol, Udept, Humudept, dan Humik Psammentik Dystrudepts. Profil 2 adalah Inceptisol, Udept, Humudept, dan Humik Psammentik Dystrudepts. Profil 3 adalah Inceptisol, Udept, Humudept, dan Humik Psammentik Dystrudepts.

Profil 4 adalah Inceptisol, Udept, Humudept, dan Humik Psammentik Dystrudepts. Profil 5 adalah Inceptisol, Udept, Humudept, dan Humik Psammentik Dystrudepts.

Kata Kunci : Kebun Percobaan USU, Klasifikasi Tanah.

(6)

Februari 1995 dari Ayah Abed Nego Simanjuntak dan Juniar Aritonang. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara.

Pada tahun 2007 penulis lulus dari SD Negeri 154507 Sorkam. Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Sorkam. Pada tahun 2013 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Sorkam Barat dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jurusan Agroekoteknologi dengan memilih minat Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus bidang

Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (Himagrotek) tahun 2015-2016, menjadi anggota Paduan Suara Transeamus Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara. Selain itu penulis juga bergabung dalam Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI).

Pada Tahun 2016 penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT.

TOLAN TIGA INDONESIA (SIPEF) Tolan Estate, Labuhan Batu Selatan.

(7)

berkat dan rahmat Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul.

“Klasifikasi Tanah di Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Berdasarkan Taksonomi Tanah 2014”.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Abed Nego Simanjuntak dan Ibunda Juniar Aritonang yang telah

memberikan Penulis dukungan finansial dan spritual. Penulis juga berterima kasih kepada Ir. Purba Marpaung, SU., selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Kemala Sari Lubis, SP., MP., selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta sahabat dan teman di lingkungan Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran studi dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat tani setempat serta bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2017

Penulis

(8)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penulisan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanah ... 4

Taksonomi Tanah ... 6

Taksonomi Tanah 2014 ... 8

METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat ... 16

Metode Penelitian ... 17

Pelaksanaan Penelitian ... ... 17

Tahapan Persiapan ... ... 17

Kegiatan Dilapangan ... ... 17

Pengumpulan Data Iklim ... ... 19

Analisis Contoh Tanah ... ... 20

Identifikasi Klasifikasi Tanah ... …22

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 23

Deskripsi Profil Tanah ... 23

Analisis Tanah di Laboratorium ... 30

Pembahasan ... 33

(9)

LAMPIRAN

(10)

1. Rata–rata curah hujan dan suhu udara daerah penelitian tahun 2007-2016... 20

2. Deskripsi Kelima Profil Tanah ... 24

3. Deskripsi Profil I... 25

4. Deskripsi Profil II ... 26

5. Deskripsi Profil III ... 27

6. Deskripsi Profil IV... 28

7. Deskripsi Profil V... 29

8. Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah Pada Kelima Profil ... 30

9. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah Pada Kelima Profil ... 31

(11)

1. Penampang Profil I ... 25

2. Penampang Profil II ... 26

3. Penampang Profil III ... 27

4. Penampang Profil IV ... 28

5. Penampang Profil V ... 29

(12)

2. Data Suhu Udara 3. Data Kelembaban Udara

4. Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah 5. Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah 6. Peta Lokasi Penelitian

7. Peta Penggunaan Lahan 8. Peta Geologi

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan, menempati ruang dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut : horison- horison, lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai suatu hasil dari proses penambahan, kehilangan, pemindahan, dan transportasi energi dan materai, atau berkemampuan mendukung tanaman berakar didalam suatu lingkungan alami (Soil Survey Staff, 1999).

Faktor-faktor yang berinteraksi dalam pembentukan tanah adalah bahan induk, relief (topografi), iklim, organisme, dan waktu. Semua faktor ini merupakan penentu dalam pembentukan jenis tanah yang dapat diketahui dengan mengklasifikasikannya.

Untuk mempermudah masing-masing jenis tanah serta kemampuan dalam usaha mempelajari dan membedakannya, maka diperlukan pemberian nama untuk masing-masing jenis tanah. Pemberian nama atau istilah suatu jenis tanah tersebut mempermudah dalam membandingkan jenis tanah yang satu dengan jenis tanah yang lainnya (Hardjowigeno, 1993).

Klasifikasi tanah adalah usaha untuk membeda-bedakan tanah berdasarkan sifat yang dimilikinya. Dengan cara ini maka tanah-tanah dengan sifat yang sama dimasukkan ke dalam satu kelas yang sama. Hal ini sangat penting karena tanah- tanah dengan sifat yang berbeda memerlukan perlakuan yang berbeda jadi jenis- jenis tanah itu diberi nama (Hardjowigeno, 2003).

(14)

Sampai saat ini klasifikasi tanah yang resmi digunakan secara Internasional adalah sistem klasifikasi tanah USDA Soil Taxonomy. Sistem klasifikasi ini memiliki keistimewaan terutama dalam hal penamaan atau tata nama, definisi horison penciri, dan beberapa sifat penciri lain yang digunakan untuk menentukan jenis tanah.

Kebun USU ini diawali dengan persetujuan penyerahan kebun Tambunan A kepada Universitas Sumatera Utara kepada Menteri Dalam Negeripada tahun 1981 seluas kurang lebih 604.00 Ha, namun pada berita acara Perjanjian Penyerahan Pengelolaan Tanah Perusahaan Daerah (PDSU) dengan pihak Universitas Sumatera Utara (USU), pada tahun 1981 luas kebun ini tercatat 634,50 Ha disebutkan didalamnya terdapat tanah garapan/okupasi masyarakat dengan ijin/tanpa ijin 97,20 Ha yang ditegaskan akan menjadi kewajiban pihak USU menyelesaikannya.

Pada tahun 1984 s/d tahun 1995 Kebun ini ditanami kelapa sawit seluas 130.00 Ha yang pada tahun 2000 sudah menghasilkan. Pada tahun 1997 s/d 1998 kembali ditanami kelapa sawit yaitu pada areal 27 dan 28 serta areal kuta tengger seluas 158.00 Ha yang dananya berasal dari dana hasil penanaman terdahulu (tahun tanam 1984 s/d 1995) yang sudah berproduksi dan pada tahun 2000.

Kebun Percobaan USU Tambunan A merupakan salah satu kebun yang berada di kecamatan Salapian yang ada di Kabupaten Langkat dan merupakan salah satu daerah perkebunan yang cukup luas ditanami kelapa sawit, lahan perkebunan yang diketahui memiliki perbedaan jenis tanah dan sifat tanahnya.

Perbedaan jenis dan sifat tanah ini dipengaruhi oleh pembentukan dan

(15)

memiliki tingkat perkembangan yang berbeda dan jenis tanah yang berbeda pula.

Kebun Percobaan USU Tambunan A akan melaksanakan peremajaan tanaman kelapa sawit pada lahan seluas 23 ha yang akan di replanting ( ditanam kembali ).

Daerah perkebunan ini belum pernah di klasifikasikan menurut Taksonomi Tanah 2014, berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk mengklasifikasikan tanah di Kebun Percobaan USU Tambunan A yang akan diremajakan nantinya serta dapat dijadikan untuk pengembangan lahan sebagai lahan pertanian maupun lahan perkebunan.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengklasifikasi tanah di Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat berdasarkan Taksonomi Tanah 2014.

Kegunaan Penelitian

Sebagai bahan informasi bagi pengambil keputusan atau yang memerlukan dalam pengelolaan lahan di Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat, berguna untuk juga melengkapi data penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta diharapkan berguna sebagai informasi.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah adalah pemilahan yang didasarkan pada sifat-sifat tanah yang dimiliki tanpa menghubungkannya dengan tujuan penggunaan tanah tersebut. Klasifikasi ini memberi gambaran dasar terhadap sifat-sifat fisik, kimia, dan mineral tanah yang dimiliki masing-masing kelas yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk pengelolaan bagi pengguna tanah (Hardjowigeno, 1986).

Klasifikasi tanah disusun untuk tujuan-tujuan tertentu dan menggunakan faktor atau karakteristik tanah yang kadang-kadang bukan sifat-sifat dari tanah itu sendiri sebagai pembeda. Pada tahun 1853, Thaer menggunakan tekstur tanah sebagai pembeda untuk kategori tinggi dan produktifitas tanah untuk pembeda kategori rendah (Hardjowigeno, 1993).

Pada tahun 1883, Dokuchaev mengklasifikasikan tanah yang didasarkan pada faktor-faktor pembentuk tanah, proses-prosesnya dan horison-horison pencirinya. Pengklasifikasian tanahnya lebih didekatkan kepada genesis tanah.

Pada tahun 1912, Coffey membuat sistem klasifikasi yang pertama di Amerika Serikat berdasarkan prinsip genesis tanah. Dari sinilah awal berkembangnya ilmu klasisfikasi tanah (Grunwald, 2013).

Di negara-negara yang telah maju pertaniannya, klasifikasi tanah merupakan bahan penting dalam mempersiapkan rencana pengembangan pertanian sebagai pedoman penggunaan lahan. Tujuan umum klasifikasi tanah adalah menyediakan suatu susunan yang teratur (sistematik) bagi pengetahuan

(17)

maupun perlindungan kesuburan tanah. Tujuan ini meliputi berbagai segi, antara lain peramalan pertanian di masa yang akan datang. Pada lahan yang telah rusak akibat proses erosi atau longsor, klasifikasi tanah disertai dengan petanya digunakan sebagai langkah pertama dalam usaha perbaikan kesuburan tanah (Darmawijaya, 1997).

Di Indonesia, klasifikasi tanah dikemukakan pertama kali oleh Mohr pada tahun 1910. Klasifikasi tanah ini didasarkan pada kombinasi macam-macam bahan induk dan cara pelapukannya dititikberatkan pada intensitas-intensitas pelindian (leaching) dalam hubungannya dengan iklim. Susunan klasifikasi tanahnya dititikberatkan pada formasi geologinya (Darmawijaya, 1990).

Semenjak tahun 1995, di Indonesia dipergunakan sistem klasifikasi tanah berdasarkan Thorp dan Smith (1942) yang merupakan perbaikan sistem dari klasifikasi yang berlaku di Indonesia. Walaupun telah mengalami beberapa modifikasi. Suatu sistem klasifikasi harus memiliki dasar pemikiran sebagai berikut yaitu harus jelas untuk setiap kategori/tingkat. Misalnya pembeda yang digunakan dapat diuraikan dengan jelas dan suatu kelas akan selalu dibagi lagi menjadi subkelas-subkelas yang overlapping (Abdullah, 1992).

Prinsip umum klasifikasi tanah adalah :

1. Sistem penggolongan yang menyatakan hubungan secara universal

2. Susuanan harus berdasarkan pada karakteristik tanah yang diklasifikasikan 3. Tidak menggunakan sifat tanah secara keseluruhan tetapi menggunakan bahan

tanah yang dianggap penting (Grunwald, 2013).

Tujuan klasifikasi tanah adalah :

1. Mengorganisasi (menata) pengetahuan kita tentang tanah.

(18)

2. Untuk mengetahui hubungan masing-masing individu tanah satu sama lain.

3. Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah.

4. Mengelompokkan tanah untuk tujuan-tujuan yang lebih yang lebih praktis dalam hal : menaksir sifat-sifatnya, menentukan lahan-lahan terbaik, menaksir produktivitasnya, dan menentukan areal-areal untuk penelitian.

5. Mempelajari hubungan-hubungan dan sifat-sifat tanah yang baru.

(Buol dkk, 1980).

Taksonomi Tanah

Taksonomi tanah adalah bagian dari klasifikasi tanah baru yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy (USDA, 1975) menggunakan 6 kategori yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan seri. Sistem ini merupakan sistem yang benar-benar baru baik mengenai cara-cara penamaan (tata nama) maupun definisi mengenai horizon penciri ataupun sifat penciri lain yang dugunakan untuk menentukan jenis tanah. Dari kategori tertinggi (ordo) ke kategori terendah (seri) uraian mengenai sifat-sifat tanah semakin detail (Rayes, 2007).

Sistem Taksonomi Tanah (Soil Taxonomy, USDA) merupakan sistem klasifikasi tanah internasional, diperkenalkan pada tahun 1975 dan berkembang cepat. Hampir setiap 2 tahun sekali diadakan perbaikan dan diterbitkan dalam buku pegangan lapang Keys to Soil Taxonomy. Sistem ini dibangun oleh para pakar tanah dunia, terstruktur baik, bertingkat, sistematis dan komprehensif. Dasar klasifikasi tanah dengan pendekatan morfometrik, dimana sifat penciri horizon dan sifat tanah lainnya terukur secara kuantitatif (Karmini, 2009).

(19)

Sifat umum dari taksonomi tanah adalah : 1. Taksonomi tanah merupakan sistem multikategori.

2. Taksonomi tanah harus memungkinkan modifikasi karena adanya penemuan- penemuan baru dengan tidak merusak sistemnya sendiri.

3. Taksonomi tanah harus mampu mengklasifikasikan semua tanah dalam suatu lansekap dimanapun ditemukan.

4. Taksonomi tanah harus dapat digunakan untuk berbagai jenis survai tanah.

Kemampuan penggunaan taksonomi tanah untuk survei tanah harus dibuktikan dari kemampuannya untuk interpretasi berbagai penggunaan tanah (Hardjowigeno, 1993).

Taksonomi tanah terdiri dari 6 kategori dengan sifat-sifat faktor pembeda mulai dari kategori tertinggi ke kategori terendah, sebagai berikut :

1. Ordo

Terdiri atas 12 taksa. Faktor pembeda adalah ada tidaknya horison penciri serta jenis (sifat) dari horison penciri tersebut.

2. Sub Ordo

Terdiri dari 64 taksa. Faktor pembeda adalah keseragaman genetik, misalnya ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, regim kelembaban, bahan induk utama, pengaruh vegetasi yang ditunjukkan oleh adanya sifat-sifat tanah tertentu, tingkat pelapukan bahan organik (untuk tanah-tanah organik).

3. Great Group

Terdiri dari 317 taksa. Faktor pembeda adalah kesamaan jenis, tingkat perkembangan dan susunan horison, kejenuhan basa, regim suhu dan

(20)

kelembaban, ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain seperti plintit, fragipan dan duripan.

4. Sub Group

Jumlah taksa masih terus bertambah yaitu > 1400 taksa. Faktor pembeda terdiri dari sifat-sifat inti dari great group (subgroup typic), sifat-sifat tanah peralihan ke great group peralihan ke great group lain, sub ordo atau ordo, sifat-sifat tanah peralihan ke bukan tanah. Kategori ordo tanah sampai great group disebut kategori tinggi sedangkan kategori sub group sampai seri disebut kategori rendah. Jenis dan jumlah faktor pembeda meningkat dari kategori rendah ke kategori tinggi (Hardjowigeno, 1993).

Kunci Taksonomi Tanah 2014

Berdasarkan Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Soil Survey Staff, 2014) terdapat 8 epipedon penciri yaitu : Mollik, Antropik, Umbrik, Folistik, Histik, Melanik, Okrik dan Plagen.

A. Epipedon Mollik

Epipedon mollik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna 3 atau kurang (lembab) dan 5 atau kurang (kering), dan kroma warna 3 atau kurang (lembab), kejenuhan basa (ekstrak NH4Oac) sebesar 50% atau lebih, kandungan C- organik 0,6% atau lebih, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.

B. Epipedon Antropik

Epipedon antropik menunjukkan beberapa tanda-tanda adanya gangguan manusia, dan memenuhi persyaratan mollik kecuali P2O5 < 250 ppm.

(21)

C. Epipedon Umbrik

Epipedon umbrik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah cukup kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤ 3.5 (lembab) dan kroma warna ≤ 3.5(lembab), kejenuhan basa < 50%, kandungan C-organik >

0.6%, P2O5 < 250 ppm, dan n-value < 0.7.

D. Epipedon Folistik

Epipedon Folistik didefinisikan sebagai suatu lapisan (terdiri dari satu horison atau lebih) yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif dan tahun- tahun normal (dan tidak ada didrainase).Sebagian besar epipedon folistik tersusun dari bahan tanah organik.

E. Epipedon Histik

Epipedon Histik merupakan suatu lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, secara kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam sebagian waktu dalam tahun-tahun normal (dan telah drainase).

Sebagian besar epipedon histik tersusun dari bahan tanah organik.

F. Epipedon Okrik

Epipedon Okrik mempunyai tebal permukaan yang sangat tipis dan kering, value dan kroma (lembab) ≥ 4. Epipedon okrik juga mencakup horison- horison bahan organik yang terlampau tipis untuk memenuhi persyaratan epipedon histik atau folistik.

G. Epipedon Plagen

Epipedon Plagen adalah suatu lapisan permukaan buatan manusia setebal 50 cm atau lebih, yang telah terbentuk oleh pemupukan (pupuk kandang) secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama.Biasanya epipedon plagen

(22)

mengandung artifak seperti pecahan-pecahan bata dan keramik pada seluruh kedalamannya.

Berdasarkan Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Soil Survey Staff, 2014), terdapat 20 horison bawah penciri yaitu : horison Agrik, Albik, Anhydritik, Argilik, Kalsik, Kambik, Duripan, Fragipan, Glosik, Gipsik, Kandik, Natrik, Orstein, Oksik, Petrokalsik, Petrogipsik, Placik, Salik, Sombrik, dan Spodik.

A. Horison Agrik

Horison Agrik adalah suatu horison iluvial yang telah terbentuk akibat pengolahan tanah dan mengandung sejumlah debu, liat, dan humus yang telah tereluviasi nyata.

B. Horison Albik

Pada umumnya Horison Albik terdapat di bawah horison A, tetapi mungkin juga berada pada permukaan tanah mineral. Horison ini merupakan horison eluvial dengan tebal 1.0 cm dan mempunyai 85% atau lebih bahan-bahan andik.

C. Horison Anhydritik

Horison anhydritik merupakan horison tanpa air dengan akumulasi neoformasi atau transformasi menjadi lapisan sendiri.

D. Horison Argilik

Horison Argilik secara normal merupakan suatu horison bawah permukaan dengan kandungan liat phylosilikat secara jelas lebih tinggi.Horison tersebut mempunyai sifat adanya gejala eluviasi liat, KTK tinggi (> 6 cmol/kg).

(23)

E. Horison Kalsik

Horison Kalsik merupakan horison iluvial mempunyai akumulasi kalsium karbonat sekunder atau karbonat yang lain dalam jumlah yang cukup nyata.

F. Horison Kambik

Horison kambik adalah horison yang terbentuk sebagai hasil alterasi secara fisik, transformasi secara kimia, atau pemindahan bahan, atau merupakan hasil kombinasi dari dua atau lebih proses-proses tersebut.

G. Horison Duripan

Horison Duripan merupakan horison yang memadas paling sedikit setengahnya dengan perekat SiO2, dan tidak mudah hancur dengan air atau HCl.

H. Horison Fragipan

Horison Fragipan mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih adanya tanda-tanda pedogenesis didalam horison serta perkembangan struktur tanah lemah.

I. Horison Glosik

Horison Glosik terbentuk sebagai hasil degradasi suatu horison argilik, kandik atau natrik dimana liat dan senyawa oksida besi bebasnya telah dipindahkan.

J. Horison Gipsik

Horison Gipsik adalah suatu horison iluvial yang senyawa gypsum sekundernya telah terakumulasi dalam jumlah yang nyata, dimana tebalnya lebih dari 15 cm.

K. Horison Kandik

Horison Kandik memiliki sifat adanya gejala iluviasi liat, kandungan liat tinggi dan KTK rendah (<6 cmol/kg).

(24)

L. Horison Natrik

Horison Natrik adalah horison iluvial yang banyak mengandung natrium, memiliki struktur prismatik atau tiang, lebih 15% KTK didominasi oleh natrium.

M. Horison Orstein

Horison Orstein tersusun dari bahan spodik, berada didalam suatu lapisan yang 50% atau lebih (volumenya) tersementasi dan memiliki ketebalan 25 cm atau lebih

N. Horison Oksik

Horison Oksik merupakan horison bawah permukaan yang tidak memiliki sifat-sifat tanah andik dan KTK rendah (< 6 cmol/kg)

O. Horison Petrokalsik

Horison Petrokalsik merupakan suatu horison iluvial dimana kalsium karbonat sekunder atau senyawa karbonat lainnya telah terakumulasi mencapai tingkat, seluruh horison tersebut, tersementasi atau mengeras.

P. Horison Petrogipsik

Horison Petrogipsik merupakan suatu horison iluvial dengan ketebalan 10 cm atau lebih dimana gypsum sekundernya telah terakumulasi mencapai tingkat, seluruh horison tersebut, tersementasi atau mengeras.

Q. Horison Placik

Horison Placik adalah suatu padas tipis yang berwarna hitam sampai merah gelap, yang tersementasi oleh senyawa besi serta bahan organik.

(25)

R. Horison Salik

Horison Salik mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih dan banyak mengandung garam mudah larut.

S. Horison Sombrik

Horison Sombrik berwarna gelap, mempunyai sifat-sifat seperti epipedon umbrik dengan mengandung iluviasi humus yang berasosiasi dengan Al atau yang terdispersi dengan natrium.

T. Horison Spodik

Horison Spodik adalah suatu lapisan iluvial yang tersusun 85% atau lebih dari bahan spodik.

Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Soil Survey Staff, 2014) membagi ordo tanah menjadi 12 ordo, yaitu :

A. Gelisol

Tanah yang mempunyai permafrost (lapisan tanah beku) dan bahan-bahan gelik yang berada didalam 100 cm dari permukaan tanah.

B. Histosol

Tanah yang tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada 60% atau lebih ketebalan diantara permukaan tanah dan kedalaman 60 cm.

C. Spodosol

Tanah lain yang memiliki horison spodik, albik pada 50% atau lebih dari setiap pedon, dan regim suhu cryik.

D. Andisol

Ordo tanah yang mempunyai sifat-sifat andik pada 60% atau lebih dari ketebalannya.

(26)

E. Oksisol Tanah lain yang memiliki horison oksik (tanpa horison kandik) yang mempunyai batas atas didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan kandungan liat sebesar 40% atau lebih dalam fraksi tanah.

F. Vertisol

Tanah yang memiliki satu lapisan setebal 35 cm atau lebih, dengan batas atas didalam 100 cm dari permukaan tanah mineral, yang memiliki bidang kilir atau ped berbentuk baji dan rata-rata kandungan liat dalam fraksi tanah halus sebesar 30% atau lebih.

G. Aridisol

Tanah yang mempunyai regim kelembaban tanah aridik dan epipedon okrik dan antropik atau horison salik dan jenuh air pada satu lapisan atau lebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah selama satu bulan atau lebih.

H. Ultisol

Tanah lain yang memiliki horison argilik atau kandik, tetapi tanpa fragipan dan kejenuhan basa sebesar kurang dari 35% pada kedalaman 180 cm.

I. Mollisol

Tanah lain yang memiliki epipedon mollik dan kejenuhan basa sebesar 50%

atau lebih pada keseluruhan horison.

J. Alfisol

Tanah yang tidak memiliki epipedon plagen dan memiliki horison argilik, kandik, natrik atau fragipan yang mempunyai lapisan liat tipis setebal 1 mm atau lebih di beberapa bagian.

(27)

K. Inceptisol Tanah yang mempunyai sifat penciri horison kambik, epipedon plagen, umbrik, mollik serta regim suhu cryik atau gelic dan tidak terdapat bahan sulfidik didalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.

L. Entisol

Tanah yang memiliki epipedon okrik, histik atau albik tetapi tidak ada horison penciri lain.

(28)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium PT.

Socfindo yang dilaksanakan pada bulan Maret 2017. Kebunan Percobaan USU Tambunan A terletak di Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, berjarak 50 km dari kota Medan ke arah Kecamatan Kutalimbaru. Memiliki luas wilayah sekitar 604 Ha dengan komoditi utamanya adalah tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dengan ketinggian tempat antara 100-250 meter di atas

permukaan laut.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 5 profil tanah pewakil, formulir isian profil, sampel tanah dari profil tanah yang diambil tiap lapisan, serta bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis dilaboratorium.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Satuan Lahan Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, sebagai peta acuan penentuan titik koordinat, clinometer untuk menentukan kemiringan lereng dan pembuatan profil pewakil, GPS (Global Positioning System), meteran untuk mengukur profil tanah, pisau pandu untuk menentukan batas horizon, Munsell Soil Color Chart untuk menentukan warna tanah, Buku Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Keys to Soil Taxonomy 2014), Cangkul untuk menggali profil, bor tanah untuk pengambilan sampel tanah, ring sampel untuk mengambil sampel tanah, kantong 1 kg sebagai wadah tanah, kertas label untuk penanda sampel,

(29)

profil tanah yang diteliti, alat-alat tulis serta alat-alat yang digunakan untuk analisis sampel tanah dilaboratorium.

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan metode survey di Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat. Penetapan sampel berupa 5 profil tanah pewakil pada 5 kemiringan , mendeskripsikan profil tanah, mengacu pada peta satuan lahan Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat serta menginterpretasikannya untuk pemberian nama tanah menurut Keys to Soil Taxonomy 2014.

Pelaksanaan Penelitian

Adapun tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahapan Persiapan

Sebelum penelitian di lapangan dilakukan, terlebih dahulu diadakan rencana penelitian seperti konsultasi dengan dosen pembimbing, penyusunan usulan penelitian, pengumpulan data primer berupa peta satuan lahan Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat pengadaan survey pendahuluan dilapangan, persiapan alat dan bahan yang digunakan di lapangan.

2. Kegiatan di lapangan

a) Pemilihan daerah penelitian

Penentuan titik koordinat dan lokasi pembuatan profil pewakil dengan mengacu pada peta Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat. Kemudian dilakukan pengambilan sampel

(30)

tanah dari profil pada masing-masing kemiringan lereng yang mewakili daerah penelitian.

1. Profil I kemiringan 2% pada titik profil 30 26’ 42,037” LU dan 980 19’ 38,734” BT

2. Profil II kemiringan 6% pada titik profil 30 26’ 43,484” LU dan 980 19’ 41,119” BT

3. Profil III kemiringan 12% pada titik profil 30 26’ 38,662” LU dan 980 19’ 45,294” BT

4. Profil IV kemiringan 22% pada titik profil 30 26’ 43,642” LU dan 980 19’ 41,805” BT

5. Profil V kemiringan 44% pada titik profil 30 26’ 44,638” LU dan 980 19’ 38,872” BT

b) Pembuatan profil tanah

Profil tanah dibuat dengan menggali sampai kedalaman maksimal (solum tanah) dengan ukuran 1 m x 1 m x 1,5 m dan digambarkan menurut lapisan atau horizon tanahnya. Pada tiap daerah penelitian dilakukan penggalian profil yang mewakili tiap daerah penelitian untuk karakterisasi tanah yang menunjukkan sifat dan ciri morfologi tanah yang akan diamati.

c) Pengamatan morfologi tanah

Pengamatan morfologi tanah ini meliputi horizon tanah, kedalaman horizon, warna tanah, struktur tanah, konsistensi, batas topografi dan batas horizon.

(31)

d) Pengambilan contoh tanah

Contoh tanah diambil pada setiap horison atau lapisan tanah untuk dianalisis dilaboratorium sedangkan pengambilan contoh tanah tidak terganggu dengan menggunakan ring sample. Pada saat pengambilan sampel tanah dicatat juga data-data dari daerah penelitian yang meliputi vegetasi, fisiografi, drainase, ketinggian tempat, letak geografis dan penggunaan lahan. Contoh tanah yang telah diambil langsung dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi tanda sesuai dengan horizon dan profil tanahnya.

3. Pengumpulan Data Iklim

Data iklim yang digunakan adalah data curah hujan selama 10 tahun pengamatan dari tahun 2007 – 2016 yang tertera pada Lampiran 1. Data curah hujan diperoleh dari Stasiun Klimatologi Sampali, Medan. Menurut Schmidt dan Ferguson bulan basah terjadi jika curah hujan > 100 mm, bulan lembab terjadi jika curah hujan 60 – 100 mm dan bulan kering terjadi jika curah hujan

< 60 mm dengan harga Q yang diperoleh dari perbandingan antara bulan kering dan bulan basah dapat dituliskan dengan rumus :

Rata-rata bulan kering

Q = x 100 %

Rata-rata bulan basah

Suhu tanah dapat dihitung dari suhu udara sebagaimana dikemukakan oleh Newhall (1972 dalam Wambecke,1981). Cara ini dikembangkan untuk daerah tropik yang dirumuskan sebagai berikut : suhu tanah = (2,5 + suhu udara rata rata tahunan) 0C. Variasi suhu tanah musim dingin dan musim panas pada

(32)

kedalaman 50 cm dari permukaan tanah adalah : 0,33 x selisih suhu udara rata-rata musim panas dan musim dingin.

Tabel 1. Rata – Rata Curah Hujan dan Suhu udara Daerah Penelitian Tahun 2007 -2016

Bulan Curah Hujan ( mm ) Suhu udara (0C)

Januari 332,375 24,09

Februari 193,333 24,39

Maret 255,333 24,78

April 297,9 24,95

Mei 413,333 25,25

Juni 258,875 25,23

Juli 301,375 24,84

Agustus 398,125 24,51

September 468,222 24,52

Oktober 410,444 24,33

November 399,7 24,14

Desember 423,111 24,03

Stasiun : Klimatologi Sampali Medan, 2017.

4. Analisis Contoh Tanah

a) Analisis contoh tanah dilakukan di laboratorium PT. Socfindo Adapun analisis yg dilakukan meliputi :

1. Tekstur tanah dengan metode pipet 2. Bulk density dengan metode ring sampel

(33)

4. Kejenuhan basa dengan metode NH4OAc pH 7

5. Kation basa-basa tukar (K, Ca, Mg, dan Na) tanah, dengan ekstraksi NH4OAc pH 7

6. Kapasitas tukar kation (KTK) tanah dengan ekstraksi NH4OAc pH 7 7. pH H2O dan KCl dengan menggunakan metode Electrometry

8. P2O5 dengan ekstrak HCl 25%

b) Tahap analisis data-data dari hasil penelitian di lapangan dan laboratorium digunakan untuk proses pengklasifikasian tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2014. Proses pengklasifikasian tanah berdasarkan Taksonomi Tanah 2014 sebagai berikut :

1. Penentuan simbol horison utama dan sub horison.

2. Penentuan horizon atas penciri.

3. Penentuan horizon bawah penciri.

4. Penentuan penciri lain : dilihat dari rezim suhu tanah, rezim lengas tanah dan sifat tanah andik.

5. Penentuan ordo tanah : dengan melakukan pengecekan pada seluruh

“Kunci Ordo Tanah” guna menetapkan nama dari ordo pertama, berdasarkan kriteria / sifat tanah sesuai dengan tanah yang diklasifikasi.

6. Penentuan sub ordo : dengan mencari halaman yang telah ditentukan untuk memperoleh “Kunci Sub Ordo” dari ordo yang bersangkutan kemudian dicocokkan seluruh kunci untuk mengidentifikasi sub ordo dari tanah yang diklasifikasi, mulai dari yang pertama dijumpai dalam daftar dan semua kriteria yang diperlukan dipenuhi oleh tanah yang diklasifikasi.

(34)

7. Penentuan great group : dengan mencari halaman sesuai kriteria subordo yang telah diidentifikasi guna memperoleh “Kunci Great group” dengan melihat kesamaan jenis tanah, tingkat perkembangan dan susunan horison, kejenuhan basa, regim kelembapan dan suhu.

8. Penentuan sub group : dengan mencari halaman sesuai kriteria great group yang telah diidentifikasi guna memperoleh “Kunci Sub group”

dengan melihat sifat inti dari great group (subgroup typic), peralihan sifat - sifat tanah ke great group lain.

5. Identifikasi Klasifikasi Tanah

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari analisis tanah di laboratorium, pengamatan di lapangan dan data iklim, maka dapat dilakukan klasifikasi tanah dengan menggunakan Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Keys Soil Taxonomy 2014). Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan

horizon atas penciri (epipedon), horizon bawah penciri (endopedon). Setelah itu dilakukan penentuan ordo, sub ordo, great group dan sub group.

(35)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

1. Deskripsi Profil Tanah di Kebun Percobaan USU Tambunan A, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat

Profil tanah diamati di Kebun Percobaan USU Tambunan A, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara berada pada ketinggian 131 m dari permukaan laut (dpl) untuk Profil I, 123 m dpl untuk Profil II, 128 m dpl untuk profil III, 121 m dpl untuk profil IV, dan 124 m dpl untuk profil V serta berada pada masing-masing kemiringan dan titik koordinat yang mewakili daerah penelitian berikut. Profil I kemiringan 2% pada titik profil 30 26’ 42,037” LU dan 980 19’ 38,734” BT, Profil II kemiringan 6% pada titik profil 30 26’ 43,484” LU dan 980 19’ 41,119” BT, Profil III kemiringan 12% pada titik profil 30 26’

38,662” LU dan 980 19’ 45,294” BT Profil IV kemiringan 22% pada titik profil 30 26’ 43,642” LU dan 980 19’ 41,805” BT, Profil V kemiringan 44% pada titik profil 30 26’ 44,638” LU dan 980 19’ 38,872” BT,

Pendeskripsian terhadap profil tanah dapat dijadikan sebagai penggambaran dari tubuh tanah dan pada hakikatnya merupakan pengkajian secara teliti terhadap horizon tanah. Penentuan horizon tanah didasarkan pada jumlah sifat yang dijadikan sebagai faktor pembeda seperti warna, tekstur, struktur, konsistensi, dan batas horizon. Adapun deskripsi dari kelima profil tanah disajikan pada Tabel 2.

(36)

Tabel 2. Deskripsi Kelima profil di Kebun Percobaan USU Tambunan A, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat.

Deskripsi/Profil I II III IV V

Koordinat 30 26’ 42,037” LU 980 19’ 38,734” BT

30 26’ 43,484” LU 980 19’41,119” BT

30 26’ 38,662” LU 980 19’ 45,294” BT

30 26’ 43,642” LU 980 19’41,805” BT

30 26’ 44,638” LU 980 19’ 38,872” BT

Kemiringan Lereng 2% 6% 12% 22% 44%

Relief Datar Berombak Bergelombang Berbukit Bergunung

Elevasi 131 mdpl 123 mdpl 128 mdpl 121 mdpl 124 mdpl

Tempat di Lereng Tengah Lereng Tengah Lereng Tengah Lereng Tengah Lereng Tengah Lereng Cuaca S= Cerah, K= Hujan S= Cerah, K= Cerah S= Cerah, K= Cerah S= Cerah, K= Cerah S= Cerah, K= Cerah

Drainase Baik Baik Baik Baik Baik

Genangan/Banjir Jarang Jarang Jarang Jarang Jarang

Gley - - - - -

Air Tanah - - - - -

Penghanyutan/Erosi Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan

Keadaan Batu Besar : -

Kecil : Sedang (2- 5cm)

Besar : -

Kecil : Sedang (2- 5cm)

Besar : -

Kecil :Sedang (2- 15cm)

Besar : -

Kecil :Sedang (3- 10cm)

Besar : -

Kecil :Sedang (2- 10cm)

Vegetasi Kelapa Sawit

Rimbang Talas Pakis

Kelapa Sawit Rimbang Talas Pakis

Kelapa Sawit Rimbang Talas Pakis

Kelapa Sawit Rimbang Talas Pakis

Kelapa Sawit Rimbang Talas Pakis

Bahan Induk Tuff Toba Tuff Toba Tuff Toba Tuff Toba Tuff Toba

Kedalaman Efektif 150 cm 150 cm 150 cm 150 cm 150 cm

(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)

2. Analisis Tanah di Laboratorium Sifat Fisika Tanah

Sifat fisik tanah yang dianalisis di laboratorium adalah sebaran besar butir fraksi (tekstur tanah) dan bulk density (kerapatan isi) dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8 : Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah Pada Kelima Profil Tanah.

Profil Horizon Kedalaman (cm)

Distribusi Ukuran Partikel Tekstur BD (gr/cm3)

%Pasir %Debu %Liat

I Ap1 0 – 14/19 70.23 14.88 14.89 LP 0.77

Ap2 14/19 – 26/36 62.92 11.12 25.96 LLiP 0.96 Ap3 26/36 – 56/66 55.50 11.12 33.38 LLiP 1.11

Bw >66 51.73 14.85 33.42 LLiP 1.16

II Ap1 0 – 17/21 59.30 25.89 14.81 LP 1.06

Ap2 17/21 – 27/33 52.11 29.46 18.43 L 0.85

Bw1 27/33 – 58/65 52.08 33.16 14.75 L 1.16

Bw2 58/65 – 78/83 48.51 33.09 18.40 L 1.3

Bw3 78/83 – 109/118 52.18 33.10 14.72 L 1.01

BC >118 51.97 36.94 11.09 L 1.21

III Ap1 0 – 13/21 59.31 33.28 7.41 LP 0.68

Ap2 13/21 – 36/46 55.46 22.26 22.27 LLiP 0.76 Ap3 36/46 – 54/63 55.63 22.18 22.19 LLiP 1.3 Bw1 54/63 – 80/91 51.87 22.21 25.92 LLiP 1.07 Bw2 80/91 – 125/130 70.43 14.78 14.79 LP 1.44

Bw3 >130 51.98 22.16 25.86 LLiP 1.08

IV Ap1 0 – 14/20 63.12 29.49 7.38 LP 0.98

Ap2 14/20 – 29/42 55.69 33.22 11.09 LP 0.91 Ap3 29/42 – 63/67 55.67 25.85 18.48 LP 1.15 Bw1 63/67 – 98/107 55.73 29.51 14.77 LP 1.2

Bw2 >107 51.90 33.29 14.81 L 1.15

V Ap 0 – 25/30 55.50 29.66 14.84 LP 0.82

Apw 25/30 – 46/55 58.91 33.61 7.48 LP 0.66

Bw1 46/55 – 78/97 62.60 26.17 11.23 LP 1.05 Bw2 78/97 – 131/136 59.11 29.73 11.16 LP 0.81

Bw3 >136 56.09 29.27 14.64 LP 1.31

Keterangan : L = Liat, LP = Liat berpasir, LLiP = Lempung liat berpasir

(43)

Sifat Kimia Tanah

Sifat kimia tanah yang dianalisis di laboratorium adalah pH (H2O) dan pH (KCl), basa-basa tukar, kejenuhan basa, KTK, P2O5, kandungan C-organik dan bahan organik dapat dilihat pada:

Tabel 9. Hasil Analisis Sifat Kimia Pada Kelima Profil Tanah Profil Horizon Kedalaman (cm) pH

(H2O)

pH (KCl)

C-Org (%)

P2O5

(mg/kg)

KB (%)

I Ap1 0 – 14/19 5,0 4,19 1,910 174,38 10,50

Ap2 14/19 – 26/36 4,3 4,01 0,760 192,10 8,02 Ap3 26/36 – 56/66 4,3 4,02 0,250 173,46 3,05

Bw >66 4,2 4,08 0,280 190,79 7,45

II Ap1 0 – 17/21 4,6 3,90 1,480 183,56 5,13

Ap2 17/21 – 27/33 4,4 3,68 0,620 190,55 5,97 Bw1 27/33 – 58/65 4,5 3,71 0,230 178,14 5,70 Bw2 58/65 – 78/83 4,6 3,60 0,300 220,29 8,10 Bw3 78/83 – 109/118 4,8 3,61 0,800 195,02 12,04

BC >118 5,0 3,83 0,430 203,27 15,75

III Ap1 0 – 13/21 4,6 3,89 0,270 187,22 8,68

Ap2 13/21 – 36/46 4,6 4,06 1,130 180,44 9,26 Ap3 36/46 – 54/63 4,6 3,87 0,830 174,47 7,76 Bw1 54/63 – 80/91 4,7 3,94 0,470 192,44 10,61 Bw2 80/91 – 125/130 4,8 3,84 0,860 211,44 9,87

Bw3 >130 4,7 3,82 1,080 168,22 11,50

IV Ap1 0 – 14/20 4,5 3,73 1,410 202,93 5,38

Ap2 14/20 – 29/42 4,7 3,80 0,600 203,85 8,17 Ap3 29/42 – 63/67 4,9 3,82 0,250 219,74 10,64 Bw1 63/67 – 98/107 5,3 3,76 0,300 199,82 14,97

Bw2 >107 5,4 3,90 0,130 199,01 21,81

V Ap 0 – 25/32 4,8 4,02 1,360 207,85 9,49

Apw 25/32 – 46/55 4,7 4,38 1,210 166,80 3,39 Bw1 46/55 – 78/97 4,6 4,44 0,300 167,21 3,95 Bw2 78/97 – 131/136 4,5 4,14 0,170 167,63 2,89

Bw3 >136 4,6 3,34 0,630 181,49 6,38

(44)

Profil Horizo n

Kedalaman (cm)

KTK (me/100g)

K-exch (me/100g)

Ca-exch (me/100g)

Mg-exch (me/100g)

Na-Exch (me/100g)

I Ap1 0 – 14/19 16,36 0,20 0,71 0,77 0,04

Ap2 14/19 – 26/36 14,39 0,30 0,37 0,44 0,05

Ap3 26/36 – 56/66 18,78 0,14 0,18 0,22 0,04

Bw >66 20,68 0,27 0,88 0,34 0,05

II Ap1 0 – 17/21 17,22 0,06 0,20 0,58 0,04

Ap2 17/21 – 27/33 17,14 0,17 0,40 0,34 0,10

Bw1 27/33 – 58/65 15,72 0,19 0,33 0,23 0,14

Bw2 58/65 – 78/83 15,88 0,27 0,63 0,17 0,22

Bw3 78/83 – 109/118 14,76 0,38 0,78 0,39 0,23

BC >118 15,84 0,70 1,05 0,24 0,19

III Ap1 0 – 13/21 23,61 0,42 0,95 0,65 0,03

Ap2 13/21 – 36/46 17,80 0,27 0,78 0,57 0,03

Ap3 36/46 – 54/63 20,24 0,23 0,66 0,61 0,06

Bw1 54/63 – 80/91 17,75 0,83 0,50 0,50 0,06

Bw2 80/91 – 125/130 15,93 0,42 0,59 0,46 0,11

Bw3 >130 17,10 0,43 0,73 0,73 0,09

IV Ap1 0 – 14/20 16,09 0,25 0,31 0,24 0,06

Ap2 14/20 – 29/42 15,78 0,16 0,75 0,48 0,14

Ap3 29/42 – 63/67 15,57 0,13 0,86 0,93 0,18

Bw1 63/67 – 98/107 16,61 0,14 1,08 1,01 0,33

Bw2 >107 16,34 0,11 2,03 0,24 0,41

V Ap 0 – 25/32 21,22 0,27 0,78 0,93 0,03

Apw 25/32 – 46/55 25,77 0,15 0,42 0,25 0,04

Bw1 46/55 – 78/97 16,88 0,10 0,32 0,18 0,07

Bw2 78/97 – 131/136 18,66 0,09 0,26 0,12 0,07

Bw3 >136 16,42 0,14 0,53 0,29 0,08

(45)

Pembahasan

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari analisis tanah di laboratorium, pengamatan di lapangan dan data iklim, maka dapat dilakukan klasifikasi tanah dengan menggunakan Kunci Taksonomi Tanah 2014 (Keys Soil Taxonomy 2014).

Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan horizon atas penciri (epipedon), horizon bawah penciri (endopedon). Setelah itu dilakukan penentuan ordo, sub ordo, great group dan sub group.

Penetapan Horizon Atas Penciri Profil I

- Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena kandungan P2O5 tidak sebesar 1500 miligram per kilogram atau lebih, hanya ada 174,38 miligram per kilogram yang tidak mengalami penurunan secara teratur hingga kedalaman 125 cm.

- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi ( selama 30 hari atau lebih, kumulatif ) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm hanya memiliki ketebalan 19 cm, kandungan c-organik tidak sebesar 6% atau lebih hanya ada 1,91 % dan tidak memiliki 4% atau lebih c- organik pada semua lapisan

- Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

- Termasuk epipedon Umbrik karena posisi di atas permukaan, struktur sedang

(46)

dan tidak keras ketika kering, Kandungan c - organik lebih dari 0.6% yaitu 1.91%, nilai kejenuhan basa kurang dari 50 % yaitu 10.50 %, dan tanah dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.

Profil II

- Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena kandungan P2O5 tidak sebesar 1500 miligram per kilogram atau lebih, hanya ada 183,56 miligram per kilogram yang tidak mengalami penurunan secara teratur hingga kedalaman 125 cm.

- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif ) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm hanya memiliki ketebalan 21 cm, kandungan c-organik tidak sebesar 6% atau lebih hanya ada 1,48 % dan tidak memiliki 4 % atau lebih c-organik pada semua lapisan.

- Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

- Termasuk epipedon Umbrik karena posisi di atas permukaan, struktur sedang dan tidak keras ketika kering, Kandungan c-organik lebih dari 0.6% yaitu 1.48%, nilai kejenuhan basa kurang dari 50% yaitu 5.13 %, dan tanah dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.

(47)

Profil III

- Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena kandungan P2O5 tidak sebesar 1500 miligram per kilogram atau lebih, hanya ada 187,22 miligram per kilogram yang tidak mengalami penurunan secara teratur hingga kedalaman 125 cm.

- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan Oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm hanya memiliki ketebalan 21 cm, kandungan c-organik tidak sebesar 6% atau lebih hanya ada 0,27 % dan tidak memiliki 4% atau lebih c- organik pada semua lapisan

- Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

- Termasuk epipedon Umbrik karena posisi di atas permukaan, struktur sedang dan tidak keras ketika kering, Kandungan c-organik lebih dari 0.6% yaitu 0,27%, nilai kejenuhan basa kurang dari 50% yaitu 8.68 %, dan tanah dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.

Profil IV

- Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena kandungan P2O5 tidak sebesar 1500 miligram per kilogram atau lebih, hanya ada 202,93 miligram per kilogram yang tidak mengalami penurunan secara teratur hingga kedalaman 125 cm.

(48)

- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif) dan reduksi selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal.

- Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan dengan tebal 30 cm hanya memiliki ketebalan 20 cm, kandungan c-organik tidak sebesar 6% atau lebih hanya ada 1,41 % dan tidak memiliki 4 % atau lebih c-organik pada semua lapisan

- Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

- Termasuk epipedon Umbrik karena posisi di atas permukaan, struktur sedang dan tidak keras ketika kering, Kandungan c-organik lebih dari 0.6% yaitu 1.41%, nilai kejenuhan basa kurang dari 50 % yaitu 5.38 %, dan tanah dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.

Profil V

- Tidak termasuk epipedon Anthropik, karena kandungan P2O5 tidak sebesar 1500 miligram per kilogram atau lebih, hanya ada 207,85 miligram per kilogram yang tidak mengalami penurunan secara teratur hingga kedalaman 125 cm.

- Tidak termasuk epipedon Folistik, karena tidak memiliki lapisan yang jenuh air selama kurang dari 30 hari kumulatif.

- Tidak termasuk epipedon Histik, karena tidak memiliki lapisan yang dicirikan oleh adanya saturasi (selama 30 hari atau lebih, kumulatif ) dan reduksi selama

(49)

- Tidak termasuk epipedon Melanik, karena tidak memiliki horison permukaan Dengan tebal 30 cm hanya memiliki ketebalan 30 cm, kandungan c-organik tidak sebesar 6% atau lebih hanya ada 1,36 % dan tidak memiliki 4 % atau lebih c-organik pada semua lapisan

- Tidak termasuk epipedon Mollik, karena tidak memiliki kejenuhan basa lebih besar dari 50%.

- Termasuk epipedon Umbrik karena posisi di atas permukaan, struktur sedang dan tidak keras ketika kering, Kandungan c-organik lebih dari 0.6% yaitu 1.36%, nilai kejenuhan basa kurang dari 50% yaitu 9.49 %, dan tanah dalam keadaan lembab lebih dari 3 bulan.

Penetapan Horizon Bawah Penciri Profil I

- Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.

- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E (bukan merupakan horizon eluvial).

- Tidak termasuk horizon Argilik, karena tidak menunjukkan tanda illuviasi liat.

- Tidak termasuk horison Kalsik karena tidak dianalisa kandungan CaCO3 dan dicoba dilanjutkan ke horison selanjutnya.

- Termasuk horison Kambik karena tidak memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan tidak memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas maupun dibawahnya, tetapi tidak memenuhi kriteria argilik.

(50)

Profil II

- Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.

- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E (bukan merupakan horizon eluvial).

- Tidak termasuk horizon Argilik, karena tidak menunjukkan tanda illuviasi liat.

- Tidak termasuk horison Kalsik, karena tidak dianalisa kandungan CaCO3 dan dicoba dilanjutkan ke horison selanjutnya.

- Termasuk horison Kambik karena tidak memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan tidak memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas maupun dibawahnya, tetapi tidak memenuhi kriteria argilik.

Profil III

- Tidak termasuk horison Agrik, karena tidak terdapat langsung di bawah lapisan olah yang mengandung akumulasi debu, liat dan humus.

- Tidak termasuk horison Albik, karena horison tidak berwarna pucat atau tidak ada horison A2 = E (bukan merupakan horizon eluvial).

- Tidak termasuk horizon Argilik, karena tidak menunjukkan tanda illuviasi liat.

- Tidak termasuk horison Kalsik karena tidak dianalisa kandungan CaCO3 dan dicoba dilanjutkan ke horison selanjutnya.

- Termasuk horison Kambik karena tidak memiliki tekstur sangat halus, ketebalan horison lebih dari 15 cm, horison tidak mengalami kondisi aquik dan tidak memiliki kandungan % liat yang lebih besar dari horison yang berada di atas

Gambar

Tabel 1. Rata – Rata Curah Hujan dan Suhu udara Daerah Penelitian Tahun                            2007 -2016
Tabel 8 : Hasil Analisis Sifat Fisika Tanah Pada Kelima Profil Tanah.
Tabel 9. Hasil Analisis Sifat Kimia Pada Kelima Profil Tanah  Profil  Horizon  Kedalaman (cm)  pH

Referensi

Dokumen terkait

Cara menggiring bola yang dibenarkan adalah dengan satu tangan (kiri

berarti bahwa rata-rata hasil belajar psikomotorik peserta didik kelas eksperimen yang diajar dengan metode pembelajaran di luar kelas (Outdoor Learning) pada materi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui kepuasan kerja, mutasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja karyawan, artinya karyawan merasa

Tingkat pengetahuan tentang ca cervix adalah kemampuan ibu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan kuisioner tentang deteksi dini kanker serviks dengan melakukan pemeriksaan pap smear

Sesuai dengan rancangan awal bahwa dalam pembangkitan daya disini tidak mencari amplitudo yang tinggi dari tegangan yang dihasilkan oleh sumber, maka dari masing –

Kadar abu pakan komplit (leaflet) memenuhi standar mutu pakan yaitu maksimal 15% (SNI, 2015), sedangkan pakan konsentrat kadar abu lebih tinggi, hal ini karena pakan

Perbedaannya dengan tema yang diambil penulis adalah tidak membahas cara membuat kartun secara detil, namun deteksi yang dilakukan untuk mencari jumlah film kartun dalam

T APM yang berjudul Implementasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan Fakir Miskin Kelompok Usaha Bersama di Kecamatan Nunukan adalah hasil karya