• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DEPOSITO MUDHARABAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PADA PT. BANK SULSELBAR CABANG SYARIAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH DEPOSITO MUDHARABAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PADA PT. BANK SULSELBAR CABANG SYARIAH MAKASSAR"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENDAPATAN PADA PT. BANK SULSELBAR CABANG SYARIAH MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (SE.sy) pada Jurusan

Hukum Ekonomi Syari’ah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

KAMSURIA FATMI 105 25 00076 10

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1435 H/ 2014 M

(2)

ii

Mereka membuatmu lebih kuat, dan membuatmu menempatkan Tuhan disisimu yang paling dekat . akan

tetapi Impian tidak dapat terwujud dengan sendirinya, namun impian akan datang ketika kita

berusaha meraihnya.

Sadarilah bahwa mengeluh tidak dapat menyelesaikan masalah apapun.

Mengeluh hanya akan menambah beban dihati.

Berhentilah mengeluh dan segeralah bertindak.

(3)

iii

Kupersembahkan karya tulis sederhana ini spesial buat

kedua orang tua tersayang, yang telah membesarkan

penulis dengan penuh kasih sayang dan limpahan

cintanya.

Terima kasih Ayah. . . .. . . .

Terima kasih bunda. . . .

Peluk cium anakmu. . . .

(4)

iv Makassar

Nama Penulis : Kamsuria Fatmi

NIM : 105 25 00076 10

Fak/ Jurusan : Agama Islam/ Ekonomi Syari’ah

Setelah dengan seksama memeriksa dan meneliti, maka skripsi ini dinyatakan memenuhi syarat untuk diajukan dan dipertahankan dihadapan tim penguji ujian skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 20 Juli 2014

Disetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Arifin Idrus, SE,. MM. Dr. H. Syahruddin Yasen, S.Ag,. MM NIDN: 0324066101 NIDN: 0917066701

(5)

v

Dengan penuh kesadaran, penulis/peneliti yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis/peneliti sendiri.

Jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, dibuat atau dibantu secara langsung oleh orang lain baik keseluruhan atau sebagian, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

11 Dzulqaidah 1435 H 06 September 2014 M

KAMSURIA FATMI Makassar,

(6)

vi

September 2014 M dihadapan penguji dan dinyatan telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Tim Penguji:

Ketua : Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP.

Sekretaris : Hasanuddin, SE.Sy.

Dosen Penguji :

Dr. Haery Mogat., MM. (...) Dr. Agussalim Harrang, SE., MM. (...) Drs. Arifin Idrus, SE., MM. (...) Dr. H. Syahruddin Yasen, MM. (...)

11Dzulqa’dah 1435 H 06 September2014 M

Dekan, Ketua Prodi

FAI Unismuh Makassar Hukum Ekonomi Syariah

Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd. I Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP.

NBM: 554 612 NIDN: 924035201

Makassar,

(7)

vii

Kantor : Jl.Sultan AlauddinNo.259 Gedung iqra’ Lt. IVTelp.(0411)851914 Makassar 90223

BERITA ACARA MUNAQASYAH

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, telah mengadakan munaqasyah pada:

Hari/Tanggal : Sabtu, 05 Dzulqaidah 1435 H/30 Agustus 2014 M

Tempat : Gedung Al-Ahwal Al-Syakhsiyah, Kampus Unismuh Makassar Jl.

Sultan Alauddin No. 259 Makassar MEMUTUSKAN Bahwa Saudara:

Nama :KAMSURIA FATMI NIM : 105 25 00076 10

Judul Skripsi : Pengaruh Deposito Mudharabah terhadap Peningkatan Pendapatan pada PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar Dinyatakan :LULUS

Tim Penguji:

Ketua : Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP.

Sekretaris : Hasanuddin, SE.Sy.

Dosen Penguji :

Munaqisy I : Dr. Haery Mogat. MM. (...) Munaqisy II : Dr. Agussalim Harrang, SE., MM. (...) Pembimbing I : Drs. Arifin Idrus, SE., MM. (...) Pembimbing II:Dr. H. Syahruddin Yasen, MM. (...)

11 Dzulqa’dah 1435 H 06 September 2014 M

Dekan, Ketua Prodi

FAI Unismuh Makassar Hukum Ekonomi Syariah

Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd. I Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP.

NBM: 554 612 NIDN: 924035201

Makassar,

(8)

xi

Studi ini bermaksud untuk mengetahui apakah ada pengaruh deposito mudharabah terhadap peningkatan pendapatan dan seberapa besar pengaruh deposito mudharabah tersebut terhadap peningkatan pendapatan perbankan yang menjadi objek penelitian. Sehingga dalam penelitian ini bersifat perbandingan antara profotabilitas dan sumbangsi keuntungan dari pendapatan deposito mudharabah.

Variabel yang diteliti dibagi kedalam dua kelompok yang berkaitan, yaitu independent variables dan dependent variables. Kelompok independent variables adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Dalam penelitian ini menyatakan deposito mudharabah sebagai independent variables. Sedangkan dependent variables adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini menyatakan pendapatan sebagai dependent variables.

Seluruh data primer yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa instrument berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk memenuhi data yang dibutuhkan. Seluruh data yang terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis menggunakan analisis regresi linear sederhana dan rasio profit margin on sales.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa deposito mudharabah memberikan pengaruh terhadap pendapatan PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar. Dengan tingkat persentase keuntungan yang signifikan.

(9)

viii

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-nya terutama nikmat, kesempatan, serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Deposito Mudharabah terhadap Peningkatan Pendapatan pada PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar”.

Kemudian shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan As-sunnah untuk keselamatan umat didunia.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menghadapi banyak kesulitan dan rintangan disebabkan karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki.

Namun berkat bantuan dan dukungan yang diberikan dari berbagai pihak, maka penulis mampu menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan rencana yang diinginkan.

Oleh karena itu, pada kesempatan yang berbahagia ini, dengan ketulusan hati penulis memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

(10)

ix

penulis demi kesuksesan dalam menuntut ilmu sehingga dapat menyelesaikan pendidikan dasar hingga keperguruan tinggi. Semoga Allah subhana wa taala merahmati dan membalas segala kebaikan mereka berdua serta ditentramkan kehidupannya di dunia dan di akhirat.

2. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan pelayanan, pembinaan dan perhatiannya kepada penulis selama menuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku dekan Fakultas Agama Islam, yang telah memberi kesempatan dan izin dalam melaksanakan penelitian demi penyelesaian studi.

4. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP selaku ketua jurusan Ekonomi Syariah yang senantiasa membantu penulis dalam persoalan akademik serta mencurahkan perhatian hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Arifin Idrus, SE., MM dan Bapak Dr. H. Syahruddin Yasen, S.Ag,. MM selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu, membagi ilmu, serta membimbing penulis hingga perampungan skripsi ini.

(11)

x

dosen dan karyawan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah mentransferkan ilmunya kepada penulis dan memberikan pelayanan administrasi yang maksimal selama melaksanakan proses perkuliahan.

7. Rekan-rekan mahasiswa Ekonomi Syariah atas bantuan moril maupun material serta kebersamaannya selama ini yang telah melaksanakan pahit manisnya selama di bangku kuliah.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat baik teori-teori ilmu pengetahuan maupun dunia praktisi bagi semua pihak yang membaca dan bagi penulis khususnya. Semoga rahmat dan karunia Allah SWT tetap tercurahkan bagi segala rencana dan aktifitas kita serta bernilai ibadah disisi-Nya.

Amien yaa rabbal alamin...

Makassar, 11 Dzulqaidah 1435 H 06 September 2014 M

Penulis

(12)

xii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

PENGESAHAN SKRIPSI...vi

BERITA ACARA MUNAQASYAH ... vii

PRAKATA ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Kerangka Pikir...6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Hipotesis ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Pengertian Bank Syariah ... 9

B. Produk Penghimpunan Dana ... 14

C. Mudharabah Dalam Sistem Perbankan Islam... 17

D. Deposito Mudharabah... 21

E. Pengertian Pendapatan ... 31

F. Metode Penentuan Profit Margin pada Bank Syariah ... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 37

A. Jenis Penelitian...37

B. Desain Penelitian ...37

C. Lokasi dan Waktu Penelitian... 38

D. Variabel Penelitian ... 38

(13)

xiii

F. Teknik Pengumpulan Data... 40

G.Metode Analisis Data ... 41

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN... 44

A. Sejarah Singkat PT Bank Sulselbar Syariah ... 44

B. Visi dan Misi Perusahaan ... 48

C. Struktur Organisasi ... 49

D. Tugas Pokok Karyawan ... 50

E. Produk PT Bank Sulselbar Cab. Syariah Makassar ... 55

F. Pengaruh Deposito Mudharabah terhadap Peningkatan Pendapatan PT Bank Sulselbar Cab. Syariah Makassar ...62

G. Hasil Penelitian ...65

BAB V PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ...70

B. Saran ... 71

Daftar Pustaka ... 72

Lampiran-lampiran ... 74

(14)

xiv

Tabel 4.2: Pendapatan PT Bank Sulselbar Syariah ... 64

Tabel 4.3: Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana ... 66

Tabel 4.4: Koefisien Determinan... 67

(15)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelebihan islam dalam memandang ekonomi adalah tidak memandang hal-hal yang bersifat material sebagai tujuan utama, akan tetapi islam melihat materi dan pemenuhan hidup manusia sebagai sarana untuk mencapai tujuan utama yaitu mengharap ridho Allah swt. Untuk itu Islam tidak mengajarkan penguasaan alam dalam artian penindasan atau pengrusakan terhadap alam akan tetapi islam mengajarkan pemeliharaan alam material kemudian mengajak berdampingan mengabdi kepada Allah.

Oleh karena hal tersebut, kaum muslim berupaya untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As- sunnah dengan cara salah satunya mendirikan bank syariah atau Islamic Bank.

Salah satu fungsi utama perbankan sebagai lembaga intermediasi adalah menerima simpanan dari nasabah yang kelebihan dana, dan meminjamkan kepada nasabah lain yang membutuhkan dana. Bagi perbankan konvensional, selisih antara besarnya bunga yang dikenakan kepada para peminjam dana dengan imbalan bunga yang diberikan kepada nasabah penyimpan merupakan sumber keuntungan terbesar. Hal inilah yang

(16)

menjadi perbedaan pokok antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional, yakni adanya larangan pengambilan bunga.

Bank syariah sebagai sebuah lembaga keuangan mempunyai mekanisme dasar, yaitu menerima deposito dari pemilik modal (depositor) dan mempunyai kewajiban (liability) untuk menawarkan pembiayaan kepada investor pada sisi asetnya, dengan pola dan/atau skema pembiayaan yang sesuai dengan syariat islam. Pada sisi kewajiban terdapat dua kategori utama, yaitu interest-fee current and saving accounts dan investment accounts yang berdasarkan pada prinsip PLS (profit and loss sharing) antara pihak bank dengan pihak depositor, sedangkan pada sisi aset, yang termasuk di dalamnya adalah segala bentuk pola pembiayaan yang bebas riba dan sesuai dengan prinsip atau standar syariah, seperti mudharabah, musyarakah, istishna, salam, dan lain-lain.

Oleh karena itu harus ada alternatif lain yang mampu membuat bank menjalankan peranannya bagi kesejahteraan umat. Alternatif tersebut tak lain dan tak bukan adalah ekonomi islam. Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil yang memberikan alternatif sistem perbankan yang menguntungkan bagi masyarakat dan bank.

Dasar pemikiran pengembangan bank berdasarkan prinsip bagi hasil adalah untuk memberikan pelayanan jassa kepada sebagian masyarakat indonesia yang tidak dapat dilayani oleh perbankan yang sudah ada, karena bank-bank tersebut menggunakan sistem bunga. Dalam menjalankan

(17)

operasinya, bank syariah tidak mengenal konsep bunga uang dan tidak mengenal peminjaman uang tetapi yang ada adalah kemitraan/ kerja sama (mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil dengan pengertian bahwa simpanan yang ditabung atau didepositokan pada bank syariah nantinya akan digunakan untuk pembiayaan kesektor riil oleh bank syariah, kemudian hasil keuntungan yang didapat akan dibagi menurut nisbah yang dispakati bersama, sementara peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya imbalan apapun.

Penabung atau deposan pada umumnya bersifat profit motif apabila dilihat dari segi tingkat suku bunga bank konvensional, jika tingkat suku bunga lebih tinggi dari tingkat bagi hasil maka nasabah memilih untuk menyimpan dananya di bank konvensional dan sebaliknya jika tingkat bagi hasil lebih besar dari tingkat suku bunga maka nasabah memilih untuk menyimpan dananya di bank syariah. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa return bank syariah lebih tinggi dibandingkan tingkat suku bunga bank konvensional. Kecenderungan tersebut diperkirakan menjadi indikasi awal adanya resiko pengalihan dana dari bank syariah ke bank konvensional.

Selain dengan hal tersebut, bank syariah juga harus merefleksikan fungsinya sebagai pengelola dana zakat, dan dana-dana amal lainnya termasuk dana Qard Hasan. Sementara itu,pada aspek pengenalan(recognition), pengukuran (measurement), dan pencatatan (recording) setiap transaksi pada sistem akuntansi bank syariah terdapat

(18)

kesamaan dengan proses-proses yang terjadi pada sistem perbankan konvensional.

Dalam dunia perbankan Al-mudharabah biasanya diaplikasikan pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal kerja. Dana untuk kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha tertentu. Dewan syariah nasional Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Pengertian dari deposito mudharabah adalah investasi melaluisimpanan pihak ketiga (perorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu, jatuh tempo dengan mendapatkan imbalan bagi hasil.

Salah satu bank syariah yang mengeluarkan produk deposito mudharabah adalah PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar. Bank tersebut menjalankan operasional bank berdasarkan prinsip syariah, seperti jual beli dan bagi hasil serta memiliki beragam produk dan jasa perbankan yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan nasabah. PT. Bank Sulselbar Syariah menyadari bahwa masyarakat yang menghendaki layanan syariah tidak terbatas pada masyarakat muslim namun juga dibutuhkan oleh seluruh golongan masyarakat yang menghendaki layanan dan fasilitas perbankan

(19)

yang nyaman, adil dan modern. Untuk itulah PT Bank Sulselbar Syariah senantiasa melakukan peningkatan kualitas produk, baik produk dana maupun pembiayaan serta terus menerus melakukan penyempurnaan pada fitur-fiturnya. Dalam menjalankan fungsi sebagai pihak penghimpunan dana, PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar tentunya mengeluarkan produk pendanaan yang salah satunya adalah produk depositoyang berprinsip mudharabah. Deposito mudharabah merupakan salah satu produk penghimpunan dana yang dimiliki oleh PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar dengan skim mudharabah muthlaqah. Jangka waktu deposito mudharabah terdiri dari 1, 3, 6 dan 12 bulan.

Dengan adanya produk penghimpunan dana deposito mudharabah pada PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar tentunya mempunyai pengaruh fluktuasi pada permodalan bank dan peningkatan pendapatannya.

Dari uraian tersebut, maka penulis memilih PT. Bank Sulselbar Syariah Makassar sebagai objek penelitian. Perusahaan ini bergerak di bidang perbankan, baik menghimpun dana maupun menyalurkan dana ke masyarakat.

Oleh karena itu, berpijak dari latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengangkat judul skripsi “Pengaruh Deposito Mudharabah terhadap Peningkatan Pendapatan pada PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar”.

(20)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi masalah pokok dalam penulisan ini adalah seberapa besar pengaruh deposito mudharabah terhadap peningkatan pendapatan pada PT.

Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh deposito mudharabah terhadap peningkatan pendapatan pada PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar.

D. Kerangka Pikir

PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar, dalam upaya untuk lebih meningkatkan kualitas dalam persaingan yang ketat antar bank serta meningkatkan kepuasan nasabah, maka salah satu upaya yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan menyediakan produk penghimpunan dana berupa deposito mudharabah terhadap nasabah yang membutuhkan.

Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi maka penulis menggunakan acuan dalam kerangka pikir, sebagai berikut:

(21)

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi tentang pengaruh deposito mudharabah terhadap peningkatan pendapatan pada PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar. Adapun manfaat penelitian tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar untuk mengetahui dan mengevaluasi sistem deposito mudharabah dalam meningkatkan pendapatannya.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penulis dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai perbankan.

Peningkatan Pendapatan Deposito

Mudharabah Bank Sulselbar

Syariah

Analisis Data

Bagi Hasil Deposito Mudharabah

(22)

3. Sebagai bahan acuan dan bahan pustaka bagi pihak yang ingin melakukan penelitian selanjutnya dengan objek yang sama di masa yang akan datang.

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah pokok, maka hipotesis yang diajukan dalam penulisan ini yaitu “Diduga bahwa deposito mudharabah berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar”.

(23)

9

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bank Syariah

Bank syariah terdiri atas dua kata, yaitu bank dan syariah. Kata bank bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk penyimpangan dana dan/ atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam.

Penggambungan antara dua kata tersebut dimaksud menjadi “Bank Syariah”. Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum islam. Selain itu bank syariah biasa disebut Islamic banking atau interest fee banking, yaitu suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem bunga (riba), spekulasi (maisir), dan ketidak pastian atau ketidak jelasan (gharar).

Bank syariah yaitu bank yang dalam aktifitasnya, baik menghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dana dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil,

(24)

adapun dasar hukumnya yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 1 ayat 3 huruf menetapkan bahwa salah satu bentuk usaha bank adalah menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia.

Menurut Yumanita (2005: 4), mengemukakan bahwa:

“Bank Syariah adalah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai islam, khususnya yang bebas dari bunga (Riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang non produktif seperti perjudian (Maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (Gharar), prinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal”.

Menurut Yusak laksmana (2009: 5), menjelaskan bahwa:

“Kemunculan bank syariah didasari oleh adanya keinginan untuk mempraktekkan konsep transaksi di dalam syariat Islam yang tidak memperbolehkan pengambilan bunga seperti yang dipraktekkan oleh bank konvensional”.

Merujuk dari penjelasan tersebut tentunya bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Dalam sistem operasional bank syariah, pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi, baik bunga yang diperoleh dari nasabah yang meminjam uang atau bunga yang dibayar kepada penyimpan dana pada bank syariah.

Bank syariah sebagai lembaga intermediasi antara pihak investor yang menginvestasikan dananya di bank kemudian selanjutnya bank syariah menyalurkan dananya kepada pihak lain yang lebih membutuhkan dana.

Investor yang menempatkan dananya akan mendapatkan imbalan dari bank

(25)

dalam bentuk bagi hasil atau bentuk lainnya yang disahkan dalam syariat islam. Bank syariah menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan pada umumnya dalam akad jual beli dan kerja sama usaha. Imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan oleh nasabah tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan pihak bank.

Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk pada syarat dan rukun akad sebagaimana yang diatur dalam syariat islam.

Dalam dunia ini, khususnya di Indonesia, regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang menjelaskan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Transaksi yang ditawarkan masing- masing bank tersebut, tentunya berbeda antara bank yang satu dan bank lainnya. Beberapa bank syariah menawarkan semua produk perbankan, sebagian bank syariah hanya menawarkan produk-produk tertentu. Produk dan jasa bank syariah yang dapat diberikan kepada masyarakat tergantung jenis banknya. Jenis bank syariah, yaitu sebagai berikut:

1. Bank Umum Syariah (BUS)

Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank yang dalam aktivitasnya melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan melaksanakan lalu lintas pembayaran. Bank umum syariah dapat

(26)

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam usaha memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Prinsip syariah adalah prinsip hukum islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Bank umum syariah disebut juga dengan full branch, karena tidak dibawah koordinasi bank konvensional, sehingga aktivitasnya terpisah dengan bank konvensional, akan tetapi aktivitas serta pelaporannya terpisah dengan induk banknya.

Bank umum syariah menghimpun dana dari masyarakat dengan menawarkan berbagai jenis produk pendanaan antara lain giro wadi’ah, tabungan mudharabah, deposito mudharabah, dan produk pendanaan lainnya yang diperbolehkan sesuai dengan syariat islam. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dilakukan dengan akad wadiah dan mudharabah, dengan menghimpun dana dari masyarakat, maka bank syariah akan membayar biaya dalam bentuk bonus untuk akad wadiah dan bagi hasil untuk akad mudharabah.

Bank umum syariah dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank nondevisa. Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan seperti transfer ke luar negeri, inkaso keluar negeri, pembukaan Letter Of Credit (L/C), dan sebagainya. Sedangkan bank nondevisa adalah bank yang belum menpunyai izin untuk melaksanakan

(27)

kegiatan seperti bank devisa. Transaksi yang dilakukan bank nondevisa masih terbatas pada transaksi dalam negeri atau hanya melakukan transaksi dalam mata uang rupiah saja. Bank nondevisa dapat mengubah statusnya menjadi bank devisa apabila telah memenuhi persyaratan menjadi bank devisa. Salah satu persyaratan menjadi bank devisa yaitu telah memperoleh keuntungan dua tahun terakhir secara berturut-turut.

2. Unit Usaha Syariah (UUS)

Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja dari kantor cabang suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/ atau unit syariah. Unit usaha syariah berada satu tingkat di bawah direksi bank umum konvensional yang bersangkutan. Unit usaha syariah dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank nondevisa.

3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bentuk hukum BPRS perseroan terbatas. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah hanya dapat atau boleh dimiliki oleh WNI dan/ atau badan hukum

(28)

Indonesia, pemerintah daerah, atau kemitraan antara WNI atau badan hukum Indonesia dengan pemerintahan daerah.

B. Produk Penghimpunan Dana

Sama seperti halnya bank konvensional, bank syariah juga menawarkan nasabah dengan beragam produk perbankan. Hanya saja bedanya dengan bank konvensional adalah dalam hal penentuan harga, baik terhadap harga jual maupun harga belinya. Produk-produk yang ditawarkan sudah tentu sangat islami, termasuk dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya. Produk penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk gito, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah Wadi’ah dan Mudharabah.

1. Wadi’ah (Simpanan)

Al-wadi’ah merupakan titipan atau simpanan pada bank syariah.

Prinsip al-wadi’ah merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja bila si penitip menghendaki. Penerima simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tangan amanah. Si penyimpan tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada titipan selama hal itu bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan.

(29)

Akan tetapi, dalam hal ini agar uang yang dititipkan tidak menganggur begitu saja, oleh si penyimpan uang titipan tersebut (Bank Syariah) digunakan untuk kegiatan perekonomian. Tentu saja penggunaan uang titipan harus terlebih dahulu meminta izin kepada si pemilik uang dan dengan catatan si pengguna uang menjamin akan mengembalikan uang tersebut secara utuh.

Adiwarman (2009: 107), menyatakan beberapa hal bahwa prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah dhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam hal wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi atau bank bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Ketentuan umum dari produk ini adalah:

a. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat tapi tidak boleh diperjanjikan di muka.

b. Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

(30)

Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat memberikan buku cek, bilyet giro, dan debit card.

c. Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat mengenakan pengganti biaya administrasi untuk sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi.

d. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

2. Prinsip Mudharabah

Al-mudharabah merupakan akad kerja sama antara dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi, maka akan ditanggung pemilik modal, selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si pengelolalah yang bertanggung jawab.

Dalam praktiknya mudharabah terbagi dalam dua jenis, yaitu mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah. Pengertian mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak pertama dan pihak lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi dan daerah bisnis. Sedangkan mudharabah

(31)

muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah muthlaqah di mana pihak lain dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan daerah bisnis.

Dalam dunia perbankan,al-mudharabah biasanya diaplikasikan pada produk pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal kerja. Dana untuk kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan berjangka seperti tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga dapat dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang dititipkan nasabah untuk usaha tertentu.

C. Mudharabah Dalam Sistem Perbankan Islam

Kontrak mudharabah umumnya telah di operasionalkan dalam sistem perbankan islam di Timur Tengah dewasa ini. Kontrak ini dalam bank islam kebanyakan digunakan untuk tujuan perdagangan jangka pendek dan jenis usaha tertentu. Kontrak tersebut memberikan wewenang terhadap segala macam yang menyangkut pembelian dan penjualan barang, yang indikasinya untuk merealisasikan tujuan utama dari perdagangan yang didasarkan pada kontrak. Dalam hal ini, posisi mudharib bertindak sebagai nasabah bank islam untuk meminta pembiayaan usaha berdasarkan kontrak mudharabah.

Mudharib menerima dukungan dana dari bank, yang dengan dana tersebut mudharib dapat memulai usahanya dengan membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk dijual kepada pembeli, dengan tujuan agar memperoleh keuntungan. Sebelum pembiayaan tersebut disetujui, mudharib

(32)

memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada bank mengenasi seluk beluk usaha yang berkaitan dengan barang, sumber pembelanjaan, maupun biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut. Mudharib mengajukan sejumlah persyaratan financial yang memuat beberapa hal yang menyangkut ketentuan harga penjualan, arus pembayaran, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh. Persyaratan tersebut akan di pelajari oleh pihak bank sebelum memutuskan menyetujui pembiayaan usaha tersebut. Bank menyetujui pembiayaan usaha tersebut jika tingkat keuntungan yang diharapkan cukup menjanjikan.

Antonio (2008: 97) menjelaskan bahwa al-mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana al-mudharabah di terapkan pada:

1. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksud dengan tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya.

2. Deposito spesial, dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya mudharabah saja atau ijarah saja.

Adapun jenis-jenis al-mudharabah, yakni:

a. Mudharabah Muthlaqah

Pada prinsipnya, mudharabah sifatnya mutlak di mana shahib al- maal tidak menetapkan restriksi atau syarat-syarat tertentu kepada si mudharib. Bentuk mudharabah ini disebut mudharabah muthlaqah atau

(33)

dalam bahasa inggrisnya disebut sebagai Unrestricted Investment Account (URIA).

Ismail (2011: 86-87) menjelaskan bahwa mudharabah muthlaqah merupakan akad perjanjian antara dua pihak yaitu shahibul maal dan mudharib, yang mana shahibul maal menyerahkan seluruhnya atas dana yang diinvestasikan kepada mudharib untuk mengelola usahanya sesuai dengan prinsip syariah. Shahibul maal tidak memberikan batasan jenis usaha, waktu yang diperlukan, strategi pemasarannya, serta wilayah bisnis yang dilakukan. Shahibul maal memberikan kewenangan yang sangat besar kepada muharib untuk menjalankan aktivitas usahanya, asalkan sesuai dengan prinsip syariat islam.

Mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salaf ash shalil seringkali di contohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukan sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar.

b. Mudharabah Muqayyadah

Ismail (2011:87-88) menjelaskan bahwa mudharabah muqayyadah merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak yang mana pihak pertama sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan pihak kedua sebagai pengelola dana (mudharib). Shahibul maal menginvestasikan dananya

(34)

kepada mudharib, dan memberi batasan atas penggunaan dana yang diinvestasikannya, seperti dengan membatasi tempat dan cara berinvetasi, jenis investasi, objek investasi, dan jangka waktu.

Mudharabah muqayyadah ini juga dikatakan mudharabah terbatas atau dalam bahasa inggrisnya disebut Resticted Investment Account (RIA).

Mudharabah muqayyadah terbagi dalam dua jenis, yaitu mudharabah muqayyadah on balance sheet dan mudharabah muqayyadah of balance sheet.

1) Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet

Mudharabah muqayyadah on balance sheet merupakan akad mudharabah muqayyadah yang mana mudharib ikut menanggung resiko atas kerugian dana yang diinvestasikan oleh shahibul maal.

Dalam akad ini, shahibul maal memberikan batasan secara umum, misalnya batasan tentang usaha, jangka waktu pembiayaannya, dan sektor usahanya. Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted investment) di mana pemilik dana dapat menetapkan syarat- syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misalnya di syaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau di syaratkan dengan akad tertentu atau nisbah tertentu.

2) Mudharabah Muqayyadah Off Balance Sheet

Mudharabah muqayyadah off balance sheet merupakan akad mudharabah muqayyadah yang mana pihak shahibul maal memberikan

(35)

batasan yang jelas, baik batasan tentang proyek yang diperbolehkan, jangka waktu serta pihak pelaksana kerja, mudharibnya telah ditetapkan oleh shahibul maal. Bank syariah bertindak sebagai pihak yang mempertemukan shahibul maal dan mudharib. Bagi hasil yang akan dibagi antara shahibul maal dan mudharib berasal dari proyek khusus.

Bank syariah bertindak sebagai agen yang mempertemukan kedua pihak, dan akan memperoeh fee. Dalam laporan keuangan, mudharabah muqayyadah off balance sheet akan dicatat dalam catatan atas laporan keuangan.

D. Deposito Mudharabah

Selain giro dan tabungan, produk perbankan syariah lainnya yang termasuk produk penghimpunan dana (funding) adalah deposito. Deposito merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Pemilik deposito disebut deposan (Kasmir, 2005: Hal. 93). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah menjelaskan bahwa deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan/

atau Unit Usaha Syariah.

(36)

Deposito merupakan salah satu dari produk perbankan yang dikeluarkan untuk menarik dana pihak ketiga dari masyarakat. Tujuan dari produk deposito itu sendiri adalah untuk mendapatkan modal dari pihak yang melaksanakan akad.

Seperti halnya pada tabungan, dalam deposito khususnya deposito syariah, nasabah deposanbertindak sebagai shahibul maal dan bank bertindak sebagai mudharib. Penerapan mudharabah dalam deposito dikarenakan kesesuaian yang telah ditetapkan diantara keduanya. Misalnya yang dikemukakan dalam akad mudharabah mensyaratkan adanya tenggang waktu antara penyetoran dan penarikan agar dana itu bisa diputarkan.

Tenggang waktu itu merupakan sifat deposito, bahkan dalam deposito terdapat pengaturan waktu, seperti 30 hari, 90 hari, dan seterusnya.

Deposito biasanya terkait dengan pembungaan uang pada bank-bank konvensional. Namun, di dalam bank syariah, yang di sebut dengan deposito itu tentu berbeda dengan yang di bank konvensional. Karena itu deposito tersebut disebut dengan deposito syariah. Artinya, deposito dilakukan berdasarkan konsep bagi hasil, bukan berdasarkan pembungaan yang mengandung riba. Bank syariah pun mempunyai produk yang dijamin 100%

aman dari riba. Sebab uang itu memang tidak ditanamkan dengan sistem bunga, melainkan sistem bagi hasil. Juga ada aturan bahwa bank syariah tidak dibenarkan menanamkan uang deposito pada institusi yang punya

(37)

produk haram, seperti pabrik minuman keras, narkoba, pabrik rokok atau produk-produk haram lainnya.

Dengan demikian, pemutaran uang deposito tersebut tidak sampai melewati wilayah yang diharamkan, tetapi hanya terbatas pada wilayah dunia usaha yang bersih dan halal. Apalagi disetiap bank syariah sudah bisa dipastikan ada dewan pengawas syariahnya, di mana dewan itu sendiri terdiri dari pakar yang paham dengan hukum perbankan syariah.

Dalam hal melakukan pengelolaan dana milik nasabah deposito, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Dalam hal ini bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.

Dengan demikian, bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yakni harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya. Di samping itu, bank syariah juga bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang

(38)

diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar berbagai aturan syariah.

Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagi hasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah mis management (salah urus), bank bertanggung jawab penuh atas kerugian tersebut.

Andri soemitra (2010; 77), menjelaskan bahwa:

“Deposito yang dilakukan pada perbankan syariah adalah deposito yang investasi dananya berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan/ atau unit usaha syariah”.

Prinsip syariah deposito ini diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 03/ DSN-MUI/ IV/ 2000 tentang deposito. Deposito ada dua jenis yaitu deposito yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu deposito yang berdasarkan perhitungan bunga. Dan deposito yang dibenarkan syariah, yaitu deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah.

Ismail (2011) menjelaskan bahwa al-mudharabah adalah akad perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan kerjasama usaha.

Satu pihak akan menempatkan modal sebesar 100% yang disebut dengan shahibul maal, dan pihak lainnya sebagai pengelola usaha disebut dengan

(39)

mudharib. Bagi hasil dari usaha yang dikerjasamakan dihitung sesuai dengan nisbah yang telah disepakati antara pihak-pihak yang telah bekerja sama.

Secara muamalah, pemilik modal (shahibul maal) menyerahkan modalnya kepada pedagang/ pengusaha (mudharib) untuk digunakan dalam aktivitas perdagangan atau usaha. Keuntungan atas usaha perdagangan yang dilakukan oleh mudharib itu akan dibagi hasilkan dengan shahibul maal.

Pembagian hasil usaha ini berdasarkan kesepakatan yang telah dituangkan dalam akad.

Mudharib adalah entrepreneur, yang melakukan usaha untuk mendapatkan keuntungan atau hasil atas usaha yang dilakukan. Shahibul maal sebagai pemilik modal atau investor, perlu mendapat imbalan atas dana yang diinvestasikan. Sebaliknya, bila usaha yang dilakukan mudharib mendapat kerugian, maka kerugian ditanggung oleh shahibul maal, selama kerugian bukan karena penyimpangan atau kesalahan yang dilakukan oleh mudharib. Bila mudharib melakukan kesalahan dalam melaksanakan usaha, maka mudharib diwajibkan untuk mengganti dana yang diinvestasikan oleh shahibul maal.

Melihat pengertian deposito dan al-mudharabah di atas dapat disimpulkan bahwa deposito mudharabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Deposito yang telah diperpanjang setelah jatuh tempo akan diperlakukan seperti deposito baru,

(40)

tetapi bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka tidak perlu dibuat akad baru.

Ismail (2011: 91) menjelaskan bahwa:

“Deposito mudharabah merupakan dana investasi yang ditempatkan oleh nasabah yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan penarikannya hanya dapat dilakukan dengan waktu tertentu, sesuai dengan akad perjanjian yang dilakukan antara bank dan investor”.

Deposito mudaharabah mudah diprediksi ketersediaan dananya karena terdapat jangka waktu dalam penempatannya, sifat deposito yaitu penarikannya hanya dilakukan dengan jangka waktunya, sehingga pada umumnya balas jasa yang berupa nisbah bagi hasil yang diberikan oleh bank untuk deposito lebih tinggi dibanding tabungan mudharabah.

Adiwarman (2009) menjelaskan bahwa dalam deposito mudharabah ada dua yakni:

a. Deposito mudharabah muthlaqah, dalam deposito ini pemilik dana tidak memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam mengelola investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara maupun tempat investasinya. Dengan kata lain, mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana mudharabah muthlaqah ini keberbagai sector bisnis yang diperkirakan akan memperoleh keuntungan. Dalam hal pencairan deposito mudharabah muthlaqah dengan membayar bagi hasil bulanan yang dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo, bank syariah dapat mengenakan denda kepada nasabah yang bersangkutan 3% dari dominan bilyet deposito mudharabah muthlaqah. Klausul denda harus ditulis dalam akad dana akan dijelaskan kepada nasabah pada saat pembukaan deposito mudharabah muthlaqah semua jangka waktu 1 sampai 12 bulan untuk disepakati oleh nasabah dan bank. Dalam hal ini, bagi hasil yang menjadi hal nasabah dan belum dibayarkan harus dibayarkan.

b. Deposito mudharabah muqayyadah, bedanya dengan mudharabah muthlaqah yaitu dalam deposito muqayyadah pemilik dana memberikan batasan atau persyaratan tertentu kepada bank syariah dalam

(41)

mengelolah investasinya, baik yang berkaitan dengan tempat, cara maupun objek investasinya. Dengan kata lain, bank syariah tidak mempunyai hak dan kebebasan sepenuhnya dalam menginvestasikan dana mudharabah muqayyadah ini keberbagai sector bisnis yang diperkirakanakan memperoleh keuntungan.

Seperti firman Allah SWT dalam Q.S. Al-jumu’ah (62): 10 (2004):









Terjemahan: 

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.

Surah Al-Baqarah (2): 198 (2004):













 Terjemahan:

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu bertolak dari arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam, dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkannya kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat”.

(42)

Selain yang telah dijelaskan di atas, adapun beberapa manfaat mudharabah, yaitu:

1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.

2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/ hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.

3. Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari hasil usaha yang benar- benar halal, aman dan menguntungkan.

Terkait dengan penjelasan sebelumnya, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam konsep mudharabah, yaitu:

a. Unsur (rukun) Perjanjian Mudharabah

1) Ijab dan kabul. Pernyataan kehendak yang berupa ijab dan Kabul antara kedua belah pihak memiliki syarat-syarat yaitu, harus menunjukkan maksud untuk melakukan kegiatan mudharabah, harus bertemu artinya penawaran pihak pertama oleh pihak kedua, dan harus sesuai dengan maksud pihak pertama.

2) Adanya dua pihak (pihak penyedia dana dan pengusaha). Para pihak (shahibul maal dan mudharib) diisyaratkan cakap bertindak hokum secara syar’i, memiliki walayah tawkil wawakalah (memiliki

(43)

kewenangan mewakilkan/ memberi kuasa dan menerima pemberian kuasa).

3) Adanya modal (mal).

4) Adanya usaha.

5) Adanya keuntungan. Mengenai keuntungan diisyaratkan bahwa keuntungan tidak boleh dihitung berdasarkan persentase dari jumlah modal yang diinvestasikan. Kemudian keuntungan untuk setiap pihak tidak ditentukan dalam jumlah nominal. Nisbah pembagian ditentukan dengan persentase.

b. Pengelolaan Usaha Mudharib

Mudharib merencanakan dan mengatur usahanya mulai dari pembelian barang, penyimpanan, pemasaran, dan penjualan. Kontrak menjelaskan secara detail bagaimana mengatur mudharabah. Mudharib harus yakin bahwa gambaran yang benar tentang barang dalam mengaplikasikan pembiayaan. Mudharib secara personal bertanggung jawab untuk setiap kerugian ketika bank tidak mau menanggung kerugian dan kesalahan tersebut. Dia harus menjaga barang-barang tersebut dan membelanjakannya secara tepat. Pendek kata, mudharib harus melengkapi batasan-batasan kontrak secara detail dalam kaitannya dengan pengaturan usaha sebagaimana batasan-batasan yang secara umum didiktekan oleh bank. Penjelasan tersebut secara umum dipraktikkan oleh perbankan syariah.

(44)

c. Sifat-sifat Deposito Mudharabah

1) Deposito mudharabah adalah investasi melalui simpanan pihak ketiga yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu (jatuh tempo) dengan mendapatkan imbalan bagi hasil.

2) Imbalan dibagi dalam bentuk berbagi pendapatan (revenue sharing), atas penggunaan dana itu secara syariah dengan rasio pendapatan misalnya 60 : 40, yaitu 60% bagi deposan dan 40% bagi bank.

3) Jangka waktu deposito mudharabah berkisar antara 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan.

d. Sistem perhitungan bagi hasil 1) Dari sudut pandang nasabah

a) Mudharabah muqayyadah off balance sheet.

b) Mudharabah muqayyadah on balance sheet.

c) Mudharabah muthlaqah.

2) Dari sudut pandang bank

a) Perhitungan saldo akhir bulan.

b) Perhitungan saldo rata-rata harian.

e. Faktor penentu bagi hasil 1) Pendapatan bank.

2) Nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank.

3) Nominal deposito nasabah.

4) Rata-rata deposito untuk jangka waktu yang sama pada bank.

(45)

E. Pengertian Pendapatan

Diakui bahwa tujuan utama perusahaan itu adalah memperoleh laba.

Laba atau profit dapat tercapai bila diperoleh pendapatan pendapatan adalah hail prestasi suatu perusahaan yang memperoleh imbalan yang pada umumnya disebut penjualan (Hadiwidjaya dan Rivai.1989:139). Yang dimaksud tujuan disini adalah semua transaksi penjualan barang atau pendapatan barang.

Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pendapatan itu merupakan tukar (imbalan) nilai barang dan jasa. Nilai tukar dalam satuan uang yang diterima setelah dipotong dengan perhitungan yang menyangkut transaksi sehingga dapat dimengerti bahwa pendapatan dari suatu nilai transaksi adalah nilai nettonya.

Bank dalam memperoleh pendapatan melakukan kegiatan usaha dengan menawarkan produk-produknya. Menurut Karim (2010:97), produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu:

1. Menghimpun dana dari masyarakat

Penghimpunan dana dari masyarakat oleh bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito. Prinsip penghimpunan dana yang diterapkan di bank syariah adalah prinsip wadiah dan mudharabah.

(46)

2. Pemberian kredit

Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu dengan prinsip jual-beli, sea, bagi hasil dan dengan prinsip pelengkap.

3. Pemberian jasa lainnya

Bank syariah melakukan berbagai pelayanan perbankan kepada nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut diantaranya Sharf (Jual-Beli Valuta Asing) dan Ijarah (Sewa).

Adapun sebagai imbalan dari kegiatan bidang usaha itu, bank umum swasta memperoleh beberapa pendapatan diantaranya adalah pendapatan yang diperoleh dari usaha pemberian kredit atau pembiayaan.

Menurut Baridwan (1999) dalam Rina (2006:20) defenisi pendapatan adalah merupakan aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha, atau pelunasan utang, atau kombinasi dari keduanya selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lainnya yang merupakan bagian utama badan usaha.

Pendapatan juga didefinisikan sebagai peningkatan ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh proses penjualan barang atau jasa kepada pembeli (Niswonger, 1999:45).

(47)

Pendapatan merupakan hasil yang diterima dari pengelolaan yang berasal dari aktivitas atau kegiatan perusahaan, tentunya pendapatan yang besar akan menghasilkan profit yang besar pula.

F. Metode Penentuan Profit Margin pada Bank Syariah 1. Penentuan Mark-up Pricing untuk pembiayaan syariah

Jika bank syariah hendak menerapkan metode mark-up pricing, metode ini hanya dapat digunakan untuk pembiayaan yang sumber dananya dari Restricted Investment Account (RIA) atau mudharabah muqayyadah.

Mengapa demikian, karena akad mudharabah muqayyadah adalah akad dimana pemilik dana menuntut adanya kepastian hasil dari modal yang diinvestasikan. Oleh karena itu, pola yang diterapkan dengan memperlihatkan:

a. Historia Averia Cost jika dana mudharabah muqayyadah dilakukan dengan on balance sheet.

b. Marginal Cost of Fund jika dana mudharabah muqayyadah dilakukan dengan off balance sheet.

c. Pooled Marginal of Fund jika dana mudharabah muqayyadah dilakukan dengan on balance sheet.

d. Weighted Average Projected Cost jika dana mudharabah muqayyadah dilakukan dengan on balance sheet.

(48)

2. Penerapan Target Return Pricing untuk pembiayaan syariah

Bank syariah beroperasi dengan tidak menggunakan bunga.

Mekanisme operasional dalam memperoleh pendapatan dapat dihasilkan berdasarkan klasifikasi akad, yaitu akad yang menghasilkan keuntungan secara pasti, disebut natural centainty contract dan akad yang menghasilkan keuntungan yang tidak pasti, disebut natural uncertainty contract.

a. Natural Certainty Contract (NCC)

Dalam NCC, kedua belah pihak saling mempertukarkan asset yang dimilikinya, karena itu objek pertukarannya (baik barang maupun jasa) pun harus ditetapkan dari awal akad dengan pasti, baik jumlahnya (quantity), mutunya (quality), hanrganya (price), dan waktu penyerahannya (time of delivery). Jadi kontrak-kontrak ini secara

“sunnahtullah” (by their nature) menawarkan return yang tetap dan pasti. Yang termaksud dalam kategori ini adalah kontrak-kontrak yang berbasis jual-beli, upah-mengupah, dan sewa-menyewa.

Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural certainty contract, maka metode yang digunakan adalah required profit rate (rpr).

rpr = n . v Di mana:

rpr = required profit rate

n = Tingkat keuntungan dalan transaksi nilai v = Jumlah transaksi dalam satu periode

(49)

b. Natural Uncertainty Contract (NUC)

Dalam NUC, pihak-pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya (baik real assets maupun financial assets) menjadi satu kesatuan, dan kemudian menanggung resiko bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan. Disini, keuntungan dan kerugian ditanggung bersama. Karena itu, kontrak ini tidak memberikan kepastian pendapatan (return), baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing)-nya. Yang termaksud dalam kontrak ini adalah kontrak-kontrak investasi. Kontrak investasi ini secara “sunnahtullah” (by their natural) tidak menawarkan return yang tetap dan pasti. Jadi sifatnya fixed and predetermined.

Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural uncertainty contract maka metode yang digunakan adalah expented profit rate (epr).

epr diperoleh berdasarkan:

1) Tingkat keuntungan rata-rata pada industry sejenis.

2) Pertumbuhan ekonomi.

3) Dihitung dari nilai rpr yang berlaku di bank yang bersangkutan.

Perhitungannya:

Nisbah bank= epr/ expented return bisnis yang dicapai *100%

Actual return bank= nisbah bank + actual return bisnis c. Perceived Value Pricing

Penentuan harga dengan menggunakan variable harga sebagai dasar harga jual. Harga jual didasarkan pada harga produk pesaing dimana

(50)

perusahaan melakukan penambahan atau perbaikan unit untuk meningkatkan kepuasan pembeli.

d. Value Pricing

Kebijakan harga yang kompetitif atas barang yang berkualitas tinggi.

Dengan ungkapan; ono rego ono rupo. Artinya, barang yang baik pasti harganya mahal. Namun, perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang mampu menghasilkan barang yang berkualitas dengan biaya yang efisien sehingga perusahaan tersebut dapat dengan leluasa menentukan tingkat harga di bawah harga competitor.

(51)

37

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah yang berasal dari dokumen-dokumen dalam hal ini berupa laporan keuangan yang diberikan oleh Bank Sulselbar Syari’ah yang terkait dengan fluktuasi deposito mudharabah terhadap peningkatan pendapatan.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah kerangka kerja yang digunakan untuk melaksanakan penelitian dengan memberikan gambaran tentang prosedur untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan untuk menjawab seluruh pertanyaan penelitian. Langkah-langkah penelitian meliputi:

1. Persiapan

Tahap persiapan merupakan kegiatan paling awal dalam melaksanakan suatu kegiatan. Kegiatan ini berawal dari pengajuan judul, mengurus izin penelitian, mengumpulkan literatur, studi kepustakaan yang berpedoman pada masalah penelitian sampai pada jadwal lapangan.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan cara wawancara langsung serta memperoleh data-data langsung dari pihak perusahaan.

(52)

3. Pengolahan data

Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana.

4. Penyusunan hasil penelitian

Setelah semua bahan yang dibutuhkan terkumpul, maka disusunlah kedalam bentuk skripsi sesuai dengan metode penulisan yang telah ditentukan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Target waktu pelaksanaan penelitian ini diperkirakan selama 2 (dua) bulan. Lokasi yang akan menjadi analisis penelitian bertempat di PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar, Jl. Dr. Ratulangi No 16 Makassar, yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh deposito mudharabah terhadap peningkatan pendapatan di perbankan tersebut.

Adapun alasan penulis memilih perusahaan tersebut menjadi objek penelitian karena lokasinya mudah dijangkau dan juga karena perusahaan tersebut merupakan tempat praktek kuliah lapangan (PKL) penulis sebelumnya.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan hal-hal yang ditemukan peneliti untuk dikaji lebih mendalam sehingga memberikan informasi terkini tentang hal yang diteliti. Variabel penelitian yang digunakan dalam penulisan ini yaitu:

(53)

1. Variabel bebas atau variabel penyebab (independent variables).

Variabel bebas adalah variabel yang menyebabkan atau memengaruhi, yaitu faktor-faktor yang diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungan antara fenomena yang diobservasi atau diamati. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas yaitu deposito mudharabah.

2. Variabel terikat atau variabel tergantung (dependent variables).

Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang diperkenalkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat yaitu total pendapatan.

E. Defenisi Operasional Penelitian

Untuk menghindari kesalahpahaman dan memahami pengertian yang terkandung dalam judul skripsi ini, maka penulis menganggap perlu mengemukakan defenisi operasional dari judul skripsi ini yaitu:

1. Bank Syariah adalah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai islam, khususnya yang bebas dari bunga (Riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang non produktif seperti perjudian (Maysir), bebas dari hal-

(54)

hal yang tidak jelas dan meragukan (Gharar), prinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal.

2. Deposito Mudharabah merupakan dana investasi yang ditempatkan oleh nasabah yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan penarikannya hanya dapat dilakukan dengan waktu tertentu, sesuai dengan akad perjanjian yang dilakukan antara bank dan investor.

3. Pendapatan adalah tingkat keuntungan dipakai sebagai salah satu cara untuk menilai keberhasilan bank, tentu saja berkaitan dengan hasil akhir dari berbagai kebijaksanaan dan keputusan yang telah dilaksanakan oleh bank dalam periode berjalan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan atau library research yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh peneliti dari buku-buku dan literatur yang relevan dengan topik yang sedang diteliti serta kuliah yang diperoleh peneliti yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Penelitian Lapang (Field Research)

Penelitian lapang atau field research adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan yang akan dijadikan objek

(55)

penelitian khususnya untuk melihat kenyataan yang sebenarnya mengenai objek dari masalah yang diteliti. Data dari penelitian lapangan berupa laporan keuangan bank yang nantinya akan digunakan untuk ditransformasikan sebagai variabel penelitian. Penelitian lapangan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap obyek studi yaitu PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar untuk mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan sebagai dasar analisis.

b. Wawancara, yaitu dengan melakukan komunikasi secara langsung pada pihak terkait dalam hal ini PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan untuk mendapatkan data dan informasi secara jelas dan lengkap.

G.Metode Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh deposito mudharabah terhadap peningkatan pendapatan pada PT. Bank Sulselbar Cabang Syariah Makassar, maka digunakan analisis dengan metode statistik yaitu:

1. Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh deposito mudharabah terhadap pendapatan yang diperoleh adalah persamaan regresi linier sederhana: (Sugiono: Statisitik untuk Penelitian, (Cet. X; Bandung: Alfabeta, 2007), Hlm. 244.)

(56)

Dimana:

Di mana:

Y = pendapatan

a = Nilai pendapatan jika pembiayaan deposito mudharabah tidak ada b = Kecenderungan perubahan tingkat pendapatan akibat penerimaan

deposito mudharabah X = Deposito mudharabah 2. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji t, adapun langkah-langkah uji t yaitu, sebagai berikut:

a. Menentukan Hipotesis

H : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara deposito mudharabah dengan peningkatan pendapatan

H : Ada pengaruh secara signifikan antara deposito mudharabah dengan peningkatan pendapatan

b. Menentukan tingkat signifikan (α) yang digunakan c. Menghitung nilai t

d. Menentukan t

e. Kriteria pengujian dengan membandingkan t dengan t Jika t < t maka H diterima dan H ditolak

Y = a + bX

(57)

Jika t > t maka H ditolak dan H diterima f. Kesimpulan

(58)

44

Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan didirikan di Makassar pada tanggal 13 Januari 1961 dengan nama PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara sesuai dengan Akta Notaris Raden Kadiaman di Jakarta No. 95 tanggal 23 Januari 1961. Kemudian berdasarkan Akta Notaris Raden Kadiaman No. 67 tanggal 13 Juli 1961 nama PT. Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tenggara diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara.

Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara pada awal beroperasi pada tahun 1962 menempati Gedung Bank Indonesia, Jalan Nusantara No. 53 kemudian berpindah di Gedung Bank Summa Jalan Sulawesi No. 91 Makassar. Tujuan pendirian bank adalah untuk mengelola keuangan daerah dan membantu meningkatkan otonomi daerah.Persediaan pendirian bank dilakukan oleh Bapak Syamsuddin dg Manggawi yang kemudian menjadi Direktur Utama pertama Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara.

Berdasarkan peraturan Daerah tingkat I Sulawesi Selatan No. 002 tahun 1964 tanggal 12 Februari 1964, nama Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah

(59)

Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara dengan modal dasar sebesar Rp.250.000.000. Adanya pemisahan antara Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan dengan Propinsi Tingkat I Sulawesi Tenggara dan adanya penambahan modal dasar maka Perda No. 002 tahun 1964 telah beberapa kali mengalami perubahan dan pada akhirnya Bank berganti nama menjadi Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan.

Berdasarkan Peraturan Daerah No. 01 tahun 1993, modal dasar menjadi Rp.25 milyar dengan sebutan Bank BPD Sulselbar dengan status sebagai Perusahaan Daerah (PD).Berdasarkan Peraturan Daerah No. 08 tahun 1999 modal dasar ditingkatkan dari Rp.25 milyar menjadi Rp.150 milyar. Selanjutnya dalam rangka perubahan status dari perusahaan daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT), maka lahirlah Peraturan Daerah No.

13 tahun 2003 tentang Perubahan Status Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dari PD menjadi PT di mana modal dasar ditingkatkan menjadi Rp.650.000.000.000 yang Akta pendiriannya telah memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI berdasarkan Surat Keputusan No. C- 31541 HT. 01. 01. tanggal 29 Desember 2004 tentang pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan disingkat Bank Sulsel, dan telah diumumkan pada Berita Negara Republik Indonesia No. 13 tertanggal 15 Februari 2005, Tambahan Nomor 1655/2005.

Referensi

Dokumen terkait

DENPASAR TIMUR,

Maka dari itu untuk menjamin hal tersebut penulis melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis proses pengembangan potensi pariwisata di Kota Pekanbaru

a) Perlakuan berbagai taraf konsentrasi Insektisida Bahan Aktif Permetrin 300 g/l pada tanaman kubis memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap populasi hama

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan..

Akan tetapi, perhitungan harga opsi Eropa menggunakan metode Binomial membutuhkan partisi waktu yang banyak untuk bisa mendekati model kontinu Black Scholes.. Untuk

Tahun 1934: Arsip Nasional Amerika Serikat didirikan oleh Kongres Amerika Serikat sesuai amanat Undang-undang Arsip Nasional sebagai lembaga federal independen yang

Kasi Operasional Pengangkutan Sampah &amp; Alat Berat. Kepala Sub Bagian Keuangan

Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa adalah model pembelajaran Cooperative Integrated Reading And