1 SKRIPSI
INOVASI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MELALUI PROGRAM GELIAT (GERAKAN LANJUT USIA TERLANTAR) DI KABUPATEN
BULUKUMBA
Disusun dan Diusulkan Oleh :
Asri
Nomor Induk Mahasiswa: 10564 1102116
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
2
INOVASI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MELALUI PROGRAM GELIAT (GERAKAN LANJUT USIA TERLANTAR) DI KABUPATEN
BULUKUMBA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diusulkan Oleh :
Asri
Nomor Induk Mahasiswa : 10564 1102116
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
3
4
5
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Asri
Nomor Induk Mahasiswa : 10564 1102116 Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis / dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, 24 januari 2022 Yang Menyatakan,
Asri
6
ABSTRAK
Asri, 2022: Inovasi Pelayanan Sosial Lanjut Usia Melalui Program Geliat (Gerakan Lanjut Usia Terlantar) Di Kabupaten Bulukumba (di Bimbing oleh Amir Muhiddin dan Ahmad Taufik).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Inovasi Pelayanan Sosial Lanjut Usia Melalui Program Geliat (Gerakan Lanjut Usia Terlantar) Di Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penentuan informan penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu kepala Dinas Sosial, Kabid Rehsos, Sekertaris komunitas keluarga Angkat, masyarakat dan lanjut usia terlantar. Teknik keabsahan data yang digunakan yaitu triangulasi sumber.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Dari indikator Keuntungan Relatif dilihat dari segi kenyamanan, lanjut usia sangat nyaman dengan inovasi GELIAT.
Dari segi kepuasan inovasi GELIAT lanjut usia terlantar sangat puas dengan inovasi ini. Dari indikator keuntungan relatif dilihat dari segi Dari indikator Kesesuaian dilihat dari segi Dari segi kenyamanan, lanjut usia sangat nyaman di karenakan memiliki keluarga baru. Dari segi kesesuian, inovasi ini sangat sesuai dengan kondisi lanjut usia terlantar dengan penjaminan hidup yang lebih layak dari inovasi ini. Dari indikator Kerumitan dari segi Dari segi penerimaan inovasi GELIAT di masyarakat serta lanjut usia terlantar, inovasi ini sangat di terima oleh masyarakat dan lanjut usia terlantar. Adapun penghambat dalam inovasi ini yaitu mulai dari anggaran dari pemerintah kurang memadai dalam menjangkau semua lansia, kurangnya relawan dalam menangani lanjut usia terlantar, akses data yang kurang memadai, kelengkapan berkas dari lansia yang kadang tidak ada. Adapun pendukung inovasi ini mempumyai mitra kerjasama yaitu komunitas keluarga angkat (KKA), dengan adanya kerjasama ini membantu inovasi ini dalam mengumpulkan data-data lanjut usia terlantar di Kecamatan Herlang secara khusunya dan di Kabupaten Bulukumba secara umumnya.
Kata Kunci : Inovasi, pelayanan sosial, Gerakan Lanjut Usia Terlantar (GELIAT)
7
KATA PENGANTAR
“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”
Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah Kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga meski harus melewati perjuangan yang panjang dan cukup melelahkan namun penulis skripsi yang berjudul : Inovasi Pelayanan Sosial Lanjut Usia Melalui Program Geliat (Gerakan Lanjut Usia Terlantar) Di Kabupaten Bulukumba
Skripsi ini adalah tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana (S1) Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Sebagai bentuk karya ilmiah penulis menyadari bahwa banyak menghadapi hambatan dan tantangan selama dalam penelitian dan penulisan skripsi ini .
Selanjutnya pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya terutama kepada :
1. Secara khusus dan istimewah penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua saya Ayahanda Rajamuddin dan Ibunda Juhasni yang telah mendidik dan membimbing saya dari kecil hingga dewasa dan selalu memberikan dukungan yang sangat berharga.
8
2. Dr. Amir Muhiddin,M.SI selaku pembimbing I yang telah sabar dan tak kenal lelah dalam membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Ahmad Taufik S.IP,M.SI selaku pembimbing II yang tak kenal lelah membimbing dan mendorong penulis untuk menyelesaikan skrispi ini.
4. Bapak Prof. DR. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan.
7. Bapak Ahmad Harakan, S.IP., M.H selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan.
8. Bapak/ibu dan asisten Dosen Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
9. Seluruh Civitas akademik Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
10. Kepala Dinas Sosial yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian.
9
11. Pimpinan komisariat IMM fisip Unismuh Makassar yang telah menjadi keluarga saya dan selalu memberikan support dan membantu penilis selama kuliah
12. Kakanda dan Adinda Teman-Teman dari Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintah ( HIMJIP ) yang tidak lupa memberikan support dan membantu penulis selama kuliah.
13. Seluruh saudara angkatan Federasi 2016 khususnya Kelas IP A Ilmu Pemerintahan tak terkecuali teman-teman KKP angkatan ke-XXII Fisipol Unismuh Makassar yang telah menjadi keluarga bagi penulis.
Terlalu banyak orang yang berjasa dan mempunyai andil kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar, sehingga tidak akan muat bila dicantumkan dan dituturkan semuanya dalam ruang yang terbatas ini, kepada mereka semua tanpa terkecuali penulis ucapkan terimakasih yang teramat dalam dan penghargaan yang setinggi-tingginya.
Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca guna menambah khasana ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan Ilmu Pemerintahan. Makassar, 24 Januari 2022 Penulis Asri.
10
DAFTAR ISI
SAMPUL ... i
PERSETUJUAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... IV ABSTRAK ... V KATA PENGANATAR ... VI DAFTAR ISI ... IX BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Penelitian Terdahulu ... 11
B. Inovasi ... 13
C. Pelayanan Sosial ... 21
D. Lanjut Usia ... 23
E.Peduli Lansia ... 25
F. Kerangka Pikir ... 28
G. Fokus Penelitian ... 28
H. Deskripsi Ffokus Penelitian ... 29
BAB III METODE PENELITIAN... 32
A. Waktu dan Lokasi Peneitian ... 32
11
B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 33
C. sumber Data ... 33
D. Informan Penelitian ... 33
E. Teknik Pengumpulan Data ... 33
F. Teknk Analisis Data ... 35
G. Pengabsahan Data ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN ... 38
A. Deskripsi Objek Penelitian ... 38
1. Gambaran Umum Kabupaten Bulukumba ... 38
2. Gambaran Khusus Lokasi Penelitian ... 42
3. Gambaran Khusus GELIAT ... 44
B. Bagaimana Inovasi Pelayanan Sosial Gerakan Lansia Terlantar (GELIAT) Bagi Masyarakat Di Kecmatan Herlang ... 46
1. Keuntungan relatif atau relative advantage... 48
2. Kesesuaian atau compatibility ... 51
3. Kerumitan atau complexity ... 55
C. Bagaimana Faktor Pendukung Dan Penghambat Inovasi Pelayanan Sosial Gerakan Lansia Terlantar (GELIAT) ... 58
1. Faktor Pendukung ... 58
2. Faktor Penghambat ... 60
BAB V KESIMPULAN ... 63
A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
LAMPIRAN ... 67
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pemerintah dalam menghadapi tantangan dan dinamika organisasi yang menuntutnya untuk mampu berkembang dalam menghadapi dinamika organisasi yang semakin kompetitif. Tuntutan pelayanan yang berbasis inovasi sangat penting dalam melakukan berbagai bentuk perubahan atas berbagai kemajuan dalam pelayanan sosial dalam menjalankan tugas pokok d an fungsinya.
Pada dasarnya manfaat inovasi adalah untuk menyempumakan atau meningkatkan fungsi dari suatu produk atau sumber daya sehingga manusia mendapatkan manfaat yang lebih. Hadimya inovasi karena adanya masalah yang ingin diatasi, juga terjadi diberbagai bidang kehidupan, mulai dari dunia pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan publik, komunikasi dan Iain sebagainya. Inovasi pelayanan public sendiri hadir karena kesadaran pemerintah Bulukumba akan kebutuhan masyarakatnya yang memiliki keterbatasan.
Acuan dasar bagi instansi pemerintah di dalam menerapkan inovasi ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pada Bab Pasal 386 disebutkan bahwa inovasi pemerintahan daerah adalah semua bentuk pembaharuan dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah.
Pembaharuan ini bertujuan untuk meningkatkan tata kelola pemerintahan daerah temasuk peran pemerintah untuk menjalankan pemerintahan daerah, melaksanakan pembangunan dan pelayanan publik.
2
Inovasi menıpakan setiap ide atau pun gagasan baru yang belum pemah ada ataupun diterbitkan sebelumnya Sebuah inovasi biasanya berisi terobosan- terobosan baru mengenai sebuah hal yang diteliti oleh sang inovator (orang yang membuat inovasi). Inovasi biasanya sengaja dibuat oleh sang inovator melalui berbagaİ macam aksi atau pun penelitian yang terencana.
Inovasi berasal dari bahasa Inggris yaitu innovation yang bermakna segala hal yang baru atau pembaharuan, Kata inovasi dalam Kamus Beşar Bahasa Indonesia dimaknai sebagai pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, penemuan yang berbeda dari yang sudah ada atau sudah dikenal sebelumnya gagasan, metode, atau alat (Mawo, 2020).
Inovasi merupakan setiap ide atau pun gagasan baru yang belum pemah ada atau pun diterbitkan sebelumnya. Sebuah inovasi biasanya berisi terobosan- terobosan banı mengenai sebuah hal yang diteliti oleh sang inovator (orang yang membuat inovasi). Inovasi biasanya sengaja dibuat oleh sang inovator melalui berbagai macam aksi ataupun penelitian yang terencana. InfoDesa.com 11/2017 (Mawo, 2020).
Pengertian Inovasi menurut No. 19 tahun 2002, inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan atau pun perekayasaan yang dilakukan dengan tujuan melakukan pengembangan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau pun cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah ada ke dalam produk atau pun proses produksinya.
Pelayanan sosial bagi lansia terlantar masuk dalam ranah jaminan sosial sebagaimana amanat pasal 9 undang undang Nomor 11 Tahun 2009, bahwa jaminan sosial dimaksudkan untuk menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, Lansia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami masalah ketidak mampuan sosial ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi.
Pelayanan sosial lansia dilaksanakan dengan berlandaskan pada hak asasi manusia, aksesibilitas, partisipasi masyarakat, dan keterpaduan dengan mengacu prinsip-prinsip pekerjaan sosial. Prinsip pelayanan sosial merupakan nilai-nilai dasar dengan memberikan pelayanan terbaik bagi lansia Pelayanan sosial bagi lansia terlantar masuk dalam ranah jaminan sosial sebagaimana amanat Pasal 9 Undang Undang Nomor 1 1 Tahun 2009, bahwa jaminan sosial dimaksudkan untuk menjamin fakir anak yatim piatu terlantar, Lansiaterlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, eks penderita penyakit kronis yang mengalami masalah ketidakmampuan sosial ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi.
Pelayanan sosial pada hakekatnya dibuat untuk memberikan bantuan kepada individu dan masyarakat untuk menghadapi permasalahan-pemasalahan yang semakin rumit itu. Y.B.Suparlan mengatakan bahwa, 'pelayanan adalah usaha untuk memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain baik materi maupun non materi agar orang lain dapat mengatasi masalahnya sendiri” (Martina et al., 2016).
Pelaksanaan pelayanan sosial mencakup adanya perbuatan yang aktif antara pemberi dan penerima. Bahwa untuk mencapai sasaran sebaik mungkin maka pelaksanaan pelayanan sosial mempergunakan sumber-sumber tersedia sehingga
benar-benar efisien dan tepat guna. Sehubungan dengan iłu maka dałam konsepsi sosial service delivery (jasa pengłriman), sasaran utama adalah si penerima bantuan atau beneficiary group (kelompok penerima). jika kita ingin mengurangi kerentanan sosial masyarakat, maka kita perlu melakukan terobosan yang melampaui kondisi kekinian (status quo) guna menjamin masa depan mereka yang lebih baik. Cutter dan Emrich (Damanik, 2011).
Dilihat dari sasaran perubahan maka sasarannya adalah sumber daya manusia dan sumber-sumber natural. Pelayanan sosial tidak hanya mengganti atau berusaha memperbaiki keluarga dan bentuk-bentuk organisasi sosial, tetapi juga merupakan penemuan sosial yang berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia modem dałam berbagai hubungan dan peran-perannya sama halnya seperti inovasi teknologis yang berfungsi sebagai tanggapan terhadap persyaratan fisik dari kehidupan moderen, Maka dari iłu penelitian ini lebih fokus kepada kesejahtełaan lansia.
Standar Nasional Rehabilitasi Sosial dalam Permensos Nomor 5 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia adalah suatu Standar pelayanan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan di dalam maupun di luar panti sosial. Rehabilitasi Sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fiıngsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Permensos Nomor 5 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia ini membahas Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia yaitu tentang upaya yang ditujukan untuk membantu lanjut usia dalaın memulihkan dan mengembangkan fungsi sosialnya.
Definisi Lanjut Usia dalam Pennensos Nomor 5 Tahun 2018 tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke ataş, karena faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Panti Sosial rehabilitasi sosial lanjut usia adalah lembaga/unit yang melaksanakan rehabilitasi sosial bagi lanjut usia yang didirikan oleh Pemeıintah dan pemeıintah daerah provinsi.
Latar belakang terbimya Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 5 Tahun 2018 tentang standar nasional rehabilitasi sosial lanjut usia adalah dengan penimbangan, a.bahwa semakin meningkatnya usia harapan hidup dan jumlah lanjut usia dengan kompleksims permasalahannya memerlukan standar lembaga dan rehabilitasi sosial lanjut usia, b.bahwa berdasarkan penimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia.
Hal ini di perkuat oleh undang undang nomor 13 tahun 1998 juga menyebutkan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial. Lansia antara lain bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa indonesia serta lebih mendekatkan diri dengan tuhan yang maha esa. Lansia mempunyai hak yang sama untuk hidup sesuai harkat dan martabat, mendapatkan keselamatan, bebas dari perlakukan salah dalam berbagai bentuk, serta berhak mendapatkan pelayanan sosial yang baik agar mendapakan kehidupan sosial yang layak
Tidak adanya panti dan LKS\LU (Lembaga kesejahteraan sosial lanjut usia), di Kabupaten Bulukumba pada saat itu, sehingga pemerintah tidak bisa mencaver semua masyarkat lanjut usia yang terlantar di Kabupaten Bulukumba, di sebabkan kurangnya anggaran. Maka pemerintah Kabupaten Bulukumba memberikan solusi melalui program GELIAT (Gerakan Lanjut Usia Terlantar). GELIAT ini adalah program inovasi Dinas Sosial yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat lansia.
Pada tahun 2018 Sebelum inovasi GELIAT di bentuk, masih banyak lanjut usia terlantar di Kabupaten Bulukumba, yang tidak merasakan layaknya hidup di karenakan lansia masih banyak yang tidak mampu lagi berkerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Permasalahan sosial ini terjadi di sebabkan beberapa hal, seperti tidak mampu lagi berkeja, tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah, tidak adanya dokumen diri seperti Kanu Keluarga (KK) dan Kałtu tanda penduduk (KTP), banyaknya pendatang dari luar daerah, tidak mempunyai kerabat dekat bahkan tidak peduli kepada lansia tersebut dan sebagainya. Tujuan di bentuknya inovasi GELIAT ini adalah untuk lanjut usia terlantar di Kabupaten bulukumba.
Mengacu pada peraturan mentri sosial nomor 9 tahun 2018 tentang standar teknis pelayanan dasar pada pelayanan minimal bidang sosial di daerah Provinsi dan daerah Kabupaten\Kota pada pasal 1 point yang menyebutkan bahwa penerima pelayanan dasar pada SPM bidang sosial untuk setiap jenis pelayanan dasar merupakan warga negara indonesia dengan ketentuan lanjut usia telantar. Lanjut usia adalah seseorang baik wanita maupun laki-laki yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Telantar adalah kondisi seseorang yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya, tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak terurus. Untuk jenis
Pelayanan Dasar Rehabilitasi Sosial dasar lanjut usia telantar di dałam dan di luar panti sosial. Rehabilitasi Sosial mengutamakan layanan dałam keluarga dan komunitas. dengan mengacu pada permensos diatas maka pemerintah Kabupaten Bulukumba membuat inovasi pelayanan sosial yaitu gerakan lanjut usia terlantar (GELIAT).
Di bentuknya inovasi sosial geliat ini tidak menggunakan anggaran apapun sehingga Dinas Sosial membuat inovasi yaitu GELIAT (gerakan lanjut usia terlantar) dengan tujuan untuk membantu pemerintah dałam lanjut usia yang terlantar di Kabupaten Bulukumba khususnya di Kecamatan Herlang. Inovasi ini mempunyai mitra kerjasama di bidang pemerhati sosial seperti, Komunitas Keluarga Angkat (KKA). Kemitraan ini adalah salah satu bentuk kerja sama dałam mengurangi lanjut usia terlantar di Kabupaten Bulukumba khususnya di Kecamatan Herlang. karena tingkat kepedulian relawan pemerhati sosial untuk membantu masyarakat yang tidak mampu membiayai hidupnya sendiri khususnya lanjut usia sangat besar. Komunitas Keluarga Angkat (KKA) ini mempunyai program pemberian bantuan secara berkelanjutan setiap bulannya kepada lansia terlantar berupa sembako, uang tunai dan lain-lain sesuai kebutuhan lansia terlantar.
Kerjasama ini didasari ketertarikan Dinas Sosial pada Komunitas Keluarga Angkat (KKA) di Kecamatan Herlang. KKA ini mempunyai keluarga angkat di domnasi lansia yang tinggal sendiri baik itu di sekitar pemukiman dan di tengah hutan, inilah yang membuat Dinas Sosial Tertarik untuk berkerja sama dengan komunitas KKA kerna visi dan misi antara inovasi yang di buat oleh Pemerintah Kabupaten Bulukumba dałam hal ini Dinas sosial Kabupaten Bulukumba dengan
visi misi komunitas KKA sejalan sehingga Dinas Sosial Kabupaten Bulukumba menjalin kajasama dengan komunitas KKA dengan tujuan untuk mempermudah jangkauan lanjut usia di Kecamatan Herlang.
Inovasi ini tidak terlepas dari faktor penghambat dan faktor pendukung.
Adapun faktor pendukung adalah adanya kerja sama antara pemerintah dan komunitas sehingga memudahkan pemerintah dałam mengumpulkan data lansia terlantar di seluruh Kabupaten Bulukumba, terkhusus di Kecamatan Herlang.
Sedangkan faktor penghambat adalah minimnya anggaran untuk program inovasi geliat ini membuat pemerintah mengalami keterlambatan pemberian bantuan kepada masyarakat lansia terlantar di Kabupaten Bulukumba terkhusus di Kecamatan Herlang. Jumlah lanjut usia di Kecamatan Herlang berjumlah 98 orang akan tetapi penyaluran bantuan sekitar 25 orang perbulannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarakan uraian diatas yang telah di paparkan makan permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini yakni
1. Bagaimana pelaksanaan inovasi pelayanan sosial gerakan Iansia terlantar (GELIAT) bagi masayarakat di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba
2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat inovasi gerakan pelayanan sosial Iansia terlantar (GELIAT) di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan inovasi pelayanan sosial gerakan lanjut usia terlantar (GELIAT) bagi masayarakat di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba serta untuk mengetahui bagaimana faktor pendukung dan penghambat inovasi pelayanan sosial lanjut usia terlantar (GELIAT) di Kecamatan Herlang Kabupaten Bulukumba
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut 1. Secara Teoritis
Penelitian yang akan dilakukan ini dapat dijadikan sumbangsi pemikiran ilmiah pengembangan ilmu pemerintahan khususnya pada inovasi pelayanan sosial lanjut usia terlantar (GELIAT) di Kabupaten Bulukumba.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran serta bahan masukan untuk pelaksanaan inovasi pelayanan sosial lanjut usia melalui gerakan lanjut usia terlantar (GELIAT) di Kabupaten Bulukumba khususnya Kecamatan Herlang.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan atau referensi dalam penelitian ini sebagai pembeda, pendukung serta tambahan untuk menganalisa kajian perbedaan maupun persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang digunakan sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh lis Tiani 2020 dengan judul "Perancangan Interior Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha Abiyoso, Yogyakarta".
Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Abiyoso terletak di daerah Pakem, Kabupaten Sleman merupakan Balai Pelayanan Sosial yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara baik dan terawat dalam kehidupan masyarakat baik yang berada di dalam balai maupun yang berada di luar balai. Dengan mempertimbangan kondisi lanjut usia yang mulai mengalami penurunan kondisi baik fisik maupun psikologis, menjadikan lansia kebutuhan khusus baik sarana maupun prasarana untuk menunjang kemandirian dalam beraktivitas.
2. Penelitian yang di lakukan oleh M. Abdul Naajib (2020) dengan judul
"Peran Pelayanan Panti Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia Non Potensial ( Studi di Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia
"Cepifing" Kendal)". Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya tingkat
11
populasi penduduk lanjut usia di Provinsi Jawa Tengah yang mengalami peningkatan secara signfikan. Meningkatnya populasi penduduk lanjut usia di Jawa Tengah, mengakibatkan munculnya berbagai permasalahan, yakni munculnya stigma negatif masyarakat tentang adanya lanjut usia non potensial dan munculnya berbagai perundingan terhadap lanjut usia non potensial. Bentuk usaha pemerintah mendirikan Panti Pelayanan Sosial Imjut Usia "Cepiring' Kendal bertujuan guna membenkan perlindungan sosial kepada lanjut usia non potensial, agar dapat mencapai taraf hidup yang wajar dan sejahtera Sehingga dapat diketahui bahwa Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia "Cepiring” Kendal memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan lanjut usia non potensial. Berdasatkan pennasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran pelayanan panti dalam meningkatkan kesejahteman lanjut usia non potensial, faktor apa saja yang mempenganthi progam pelayanan, dan bagaimana respon lanjut usia non potensial terhadap pelayanan panti.
3. Penelitian yang di lakukan oleh Juma'ah 2019 dengan judul "Upaya Unit Pelaksanaan Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha (Upt Pstw) Jember Dalam Pemberdayaan Masyarakat Lanjut Usia Di Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember". Pada masa tua atau yang dikenal dengan masa lanjut usia ini adalah masa dimana akan mengalami penurunan fungsi kogninif dan psikomotoriknya, dalam arti bahwa dimasa ini akan kembali seperti anak-anak lagi yang membutuhkan
12
perhatian dan pendampingan dari orang lain, lanjut usia memerlukan bantuan untuk mengurus dirinya. Salah satunya upaya UPT PSTW Jember dalam melakukan pemberdayaan masyarakat lanjut usia agar lanjut usia menikmati dalam menjalani kehidupanya dengan adanya pemberdayaan tersebut.
B. Konsep Inovasi
Kata inovasi berasal dari bahasa inggris innovation berarti perubahan. Inovasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kegiatan atau pemikiran manusia untuk menemukan sesuatu yang baru yang berkaitan dengan input, proses, dan output, serta dapat memberikan manfaat dalam kehidupan manusia. Inovasi yang berkaitan dengan input diartikan sebagai pola-pola pemikiran atau ide manusia yang disumbangkan pada temuan baru. Adapun inovasi yang berkaitan dengan proses, banyak berorientasi pada metode, teknik, ataupun cara bekerja dalam rangka menghasilkan sesuatu yang baru. Selanjutnya, inovasi yang berkaitan dengan output berdasarkan definisi tersebut lebih ditujukan pada hasil yang telah dicapai terutama penggunaan pola pemikiran dan metode atau teknik kerja yang dilakukan.
Ketiga elemen dalam inovasi tersebut sesungguhnya membentuk suatu kesatuan yang utuh. Makmur & Rohana (Pernando et al., 2021).
Menurut Oslo Manua (Pernando et al., 2021) inovasi memiliki aspek yang sangat luas karena dapat berupa barang maupun jasa, proses, metode pemasaran atau metode organisasi yang baru atau telah mengalami pembaharuan yang menjadi jalan keluar dari permasalahan yang pemah dihadapi oleh organisasi. Selanjutnya Green, Howells & Miles (Pernando et al., 2021) mendefenisikan inovasi sebagai
13
sesuatu yang baru yaitu dengan memperkenalkan dan melakukan praktek atau proses baru (barang atau layanan) atau bisa juga dengan mengadopsi pola baru yang berasal dari organisasi lain. Thomas mendefinisikan inovasi sebagai peluncuran sesuatu yang baru. Tujuan diluncurkannya sesuatu yang baru kedalam suatu proses adalah untuk menimbulkan perubahan besar yang radikal. Sejalan dengan pendapat diatas (Pernando et al., 2021) mengatakan bahwa sebuah inovasi dapat dikatakan berhasil apabila penciptaan dan pelaksanaan proses.
Di era globalisasi, inovasi di sektor publik merupakan suatu strategi yang harus ditempuh oleh Indonesia untuk meningkatkan daya saing bangsa guna mengejar ketertinggalan dari Negara-Negara lain. tidak dapat dipungkiri bahwa kemauan berinovasi (willignes to innovate) dan kemampuan berinovasi (ability to innovate) di lingkungan birokrasi dirasakan masih rendah. Inovasi masih merupakan hal yang aneh, tidak disukai, bahkan cenderung dihindati karena pandangan yang keliru bahwa inovasi mempakan sesuatu yang tidak sejalan dengan kebijakan. Kondisi ini tentu tidak dapat dibiarkan berjalan terus namun harus dihentikan dan bahkan perlu dibalik. Kalangan birokasi pemerintah perlu diyakinkan bahwa berinovasi di sektor publik itu menyenangkan dan mudah dilakukan. Ditegaskan bahwa pengelolaan laboratorium inovasi administrasi negara ditempuh melalui lima tahap yaitu tahap drum up, diagnose, design, deliver dan display.
Setiap tahap memiliki tujuan dan metode tersendiri yang saling bersinergi untuk menghasilkan suatu inovasi di sektor publik. Penguasaan yang baik dari champion innovation terhadap keseluruhan tahap tersebut diharapkan dapat
14
mengubah mindset atau pola pikir pejabat pada instansi pemerintah untuk menyukai inovasi, mau berinovasi, dan mampu berinovasi. Berbicara konsep inovasi tentunya harus mempunyai suatu gagasan ide dalam berinovasi sesuai, Permenpan Nomor 3 tahun 2018 tentang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) di lingkungan Kementerian/Lembaga/Daerah dan BUMN/Daerah Tahun 2018. Inovasi Pelayan Publik untuk percepatan mewujudkan Nawacita dan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Kebijakan percepatan peningkatan pelayanan publik merupakan kebijakan pemerintah Bapak Presiden Joko Widodo mengatakan" Jadi saya ingin kita semua coba keluar rutinitas, bussiness as usual, monoton, sekali lagi agar kita membawa tradisi baru, pola baru, cara baru' dengan adanya persaingan yang terjadi, antara lain:
1. Memperebutkan investasi;
2. Memperebutkan pasar;
3. Memperebutkan wisatawan.
Inovasi menjadi salah satu tool dalam mengakselerasi peningkatan daya saing Indonesia. Setiap negara yang meliputi pemerintah, privat, masyarakat harus melakukan inovasi. Inovasi pada lingkungan instansi pemerintah meliputi antara lain kementerian, lembaga pemerintah non kementerian (LPNK), pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten\kota sangat penting karena mengakselerasi inovasi privat dan masyarakat dalam meningkatkan pelayanan public.
Menurut Kamus Besar Indonesia, kata “inovasi” memiliki arti penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya (gagasan,
15
metode, atau alat). Sementara itu, kata “inovatif” berarti bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru. Inovatif merupakan kata untuk menyifati inovasi itu sendiri.
Artinya, suatu karya hasil inovasi akan disebut sebagai karya yang inovatif. Inovasi bermanfaat untuk menyempurnakan atau pun meningkatkan fungsi dari pemanfaatan suatu produk atau sumber daya. Tujuannya adalah agar manusia bisa mendapatkan manfaat yang lebih. Inovasi sendiri telah merambah pada bidang, pendidikan, bisnis, komunikasi, dan Iain-lain. Adapun bentuk-bentuk inovasi dan ciri-ciri inovasi beserta contoh inovasi antara Iain.
1. Bentuk-bentuk inovasi hal, sesuai dengan bidang yang menjadi target inovasi.
a. Inovasi
produk Produk berfungsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik primer maupun sekunder. Bentuk inovasi produk contohnya adalah pemanfaatan air sebagai pengganti bensin.
b. novasi pendidikan
Inovasi juga dapat dilakukan dalam dunia pendidikan. Contoh nyata dari inovasi di bidang ini adalah penerapan kurikulum anti korupsi di sekolah. Kurikulum ini tentu belum ada ketika Indonesia merdeka pada tahun 1945.
c. Inovasi pelayanan publik.
Dulunya, pelayanan publik hanya dapat dilakukan dengan tatap muka di dunia nyata. Kini, seiring perkembangan zaman, pelayanan publik dapat dilakukan secara daring atau online.
16
d. Inovasi teknologi.
Inovasi di bidang teknologi membuat manusia mampu berinteraksi dengan siapa pun tanpa batas. Ini dibuktikan dengan adanya media sosial yang populer seperti Facebook, Twitter, dan yang menjangkau pengguna di seluruh dunia.
e. Inovasi kebudayaan
Budaya erat kaitannya dengan kehidupan bangsa. Inovasi dalam bidang budaya dapat berupa festival kebudayaan ataupun festival lainnya seperti festival batik.
2. Ciri-ciri inovasi
Ada banyak ciri-ciri yang melekat pada orang yang inovasi. Berikut adalah beberapa ciri orang inovasi.
a. (Challenges status quo) kesulitan status quo, yaitu tidak merasa cepat puas dengan keadaan saat ini serta mempertanyakan toritas dan rutinitas.
b. (Curious) ingin tahu, yaitu senantiasa mengeksplorasi lingkungan dan mengidentifikasi adanya kemungkinan-kemungkinan baru.
c. (Self-motivated) motivasi diri, yaitu tanggap terhadap kebutuhan dari dalam diri dan menjadi pribadi yang proaktif memprakarsai proyek baru.
d. (Visionary) pelamun yaitu memiliki pandangan yang jauh ke depan.
17
e. (Entertains the fantastic) menghibur yang fantastik, yaitu memiliki ide- ide yang bagi sebagian orang akan dianggap gila, serta mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
f. (Takes risks) mengambil resiko, yaitu melampaui batas kenyamanan, berani mencoba, dan berani pula menanggung kegagalan.
g. (Peripatetic) bergerak, yaitu mengubah lingkungan kerja sesuai dengan apa yang dibutuhkan, sering melakukan perjalanan guna memperoleh inspirasi ide-ide brilian.
h. (Playful/humorous) ceria, yaitu memiliki ketertarikan pada hal-hal yang aneh, berani untuk tampil beda, danjuga berani bertindak.
i. (Self-accepting) menerima diri, yaitu dapat mempertahankan ide yang dimiliki serta tidak terpengaruh dengan cara pandang orang lain.
j. (Makes new connections) membuat koneksi baru, yaitu mampu menyambungkan atau melihat hubungan unsur-unsur yang terputus.
k. (Reflective) refleks, yaitu dapat merenungkan berbagai pertimbangan sebelum mengambil suatu keputusan. Recognize patterns, yaitu perseptif terhadap sesuatu serta dapat membedakannya.
l. (Tolerate ambiguity) Tolerir ambiguitas, yaitu tetap mampu merasa nyaman meski dalam situasi kacau (chaos), serta tidak terburu-buru dalam membenarkan suatu ide atau gagasan yang muncul.
m. (Committed to learning) berkomitmen untuk belajar, yaitu berusaha untuk terus mencari pengetahuan secara kontinu dan juga
18
menyeimbangkan setiap infomasi yang terkumpul serta menyelaraskan tindakan.
n. (Balances intuition and analysis) Berkomitmen untuk belajar intuition and analysis, yaitu mampu memilih antara pemikiran divergen dengan konvergen serta memiliki intuisi untuk melakukan analisis.
o. (Kolaborasi situasional) Situationally collaborative, yaitu berusaha menyeimbangan pemikiran dari setiap individu, mampu membuka dan mencari dukungan.
p. (Formally articulate) Mengartikulasikan secara formal, yaitu mengomunikasikan gagasan secara efektif serta mampu menerjemahkan sesuatu yang abstrak ke dalam bahasa yang penuh arti.
q. (Resilient Elastis), yaitu merefleksi hal-hal yang dianggap mengecewakan atau tidak diinginkanw Orang dengan sifat ini akan mampu belajar dengan cepat dari umpan balik yang diberikan kepadanya. Persevering, yaitu bekerja keras dan tekun serta memiliki komitmen terhadap hasil apa yang telah digariskan.
Sedangkan pengertian lainnya menunıt Rogers (Cindy Anggraeny, 2013) inovasi merupakan suatu ide, gagasan, dan hal baru yang ada pada suatu sistem unit kerja. Pendapat lain menjelaskan bahwa inovasi adalah produk atau jasa yang baru, teknologi yang banı dan rencana baru dari suatu organisasi. Inovasi dapat dikatakan sebagai penıbahan perilaku dan sangat erat kaitannya dengan lingkungan yang dinamis dan berkembang.
19
Menurut Rogers (Anggraeny, 2013) sebuah inovasi memiliki beberapa indikator diantaranya:
1. Keuntungan relatif
Sebuah inovasi harus mempunyai keunggulan dan nilai lebih dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Selalu ada sebuah nilai kebaruan yang melekat dalam inovasi yang menjadi ciri yang membedakannya dengan yang lain. Meşki berbeda namun perbedaan ini biasanya tidak terlalu signifikan. Untuk dapat mengetahui inovasi menguntungkan atau tidak pada sebuah masyarakat, bisa dilihat dari indikator-indikatomya seperti:
a. Kenyamanan, berhasil tidaknya suatu inovasi bisa diukur dari faktor kenyamanan. Lingkungan kantor yang kondusif dan pelayanan pegawai yang ramah merupakan bagian dari indikator kenyamanan.
b. Kepuasan, aspek kepuasan bisa menjadi tolak ukur dałam menilai suatu inovasi. Kemudahan mendapatkan pelayanan dan jasa merupakan bagian dari faktor kepuasan ini.
2. Kesesuaian
Inovasi juga sebaiknya mempunyai sifat kompatibel atau kesesuain dengan inovasi yang digantinya. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang lama tidak serta merta dibuang begitu saja, selain karena alasan faktor biaya yang tidak sedikit, namun juga inovasi yang lama menjadi bagian dari proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi itu secara
20
lebih cepat. Dałam mengukur aspek kesesuaian, bisa diketahui dari item- item berikut:
a. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat, inovasi yang baru harus bisa memudahkan urusan masyarakat dałam hal ini pengurusan administrasi seperti pembuatan akta kelahiran.
b. Kemudahan dałam adminsitrasi, artinya masyarkat sangat dimudahkan dałam pengurusan administrasi karena dengan inovasi ini masyarakat tidak perlu lagi ke kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mendapatkan akta kelahiran.
3. Kerumitan
Dengan sifatnya yang baru, maka inovasi mempunyai tingkat kerumitan yang boleh jadi Iebih tinggi dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Namun demikian, karena sebuah inovasi menawarkan cara yang Iebih baru dan Iebih baik, maka tingkat kerumitan ini pada umumnya tidak menjadi masalah penting. Untuk memahami tingkat kerumitan dari suatu inovasi, bisa dilihat dari ease ofuse dimana item ini mengukur sejauh mana inovasi ini dapat diapahami dengan baik oleh masyarakat.
C. Konsep Pelayanan Sosial
Dalam arti sempit pelayanan sosial yang sering di identikkan dengan pelayanan kesejahteraan sosial. Pelayanan sosial Iebih ditekankan pada kelompok yang kurang beruntung, tertekan, dan rentan. Secara umum pelayanan sosial diartikan sebagai tindakan memproduksi, mengalokasi, dan mendistribusi sumberdaya sosial kepada publik. Sumberdaya sosial mencakup seluruh barang dan
21
jasa sosial yang dibutuhkan oleh baik individu maupun masyarakat untuk mencapai tingkat kesejahteraan. Inilah yang menjadi salah satu fokus dalam diskursus teori kesejahteraan yang mengangkat persoalan bagaimana mengerjakan ketiga kegiatan besar itu dan apa dampaknya bagi individu dan masyarakat. Lebih lanjut dijelaskan oleh Suratmini 2012 (Hartaka & Made, 2021) melayani dan dilayani merupakan kewajiban setiap orang. Tidak ada orang yang dapat melepaskan diri dari pelayanan dan melayani. Berbicara dengan orang Iain, mendengarkan orang Iain yang berbicara merupakan bentuk pelayanan. Begitu akhir dan dirawat oleh ibu, berarti mendapat pelayanan, begitu seterusnya.
Pelayanan sosial diartikan sebagai aktivitas atau kegiatan terorganisir yang bertujuan membantu para anggota masyarakat baik secara individu maupun kelompok untuk dapat menyesuaikan diri dengan peran dan lingkungan sosialnya.
Pelayanan sosial dapat berbentuk pengembangan, pencegahan, penyembuhan atau rehabilitasi dan bantuan sosial.
Pelayanan sosial adalah aktivitas yang terorganisir yang bertujuan untuk membantu para anggota masyarakat untuk saling menyesuaikan diri dengan sesamanya dan dengan lingkungan sosialnya. Keduanya antara aksesibilitas dan pelayanan sosial keterkaitannya yang menjadi acuan adalah aksesibilitas adalah kesempatan sedangkan pelayanan sosial adalah program yang terorganisir yang sudah dijalankan sesuai prosedural. Keduanya memiliki keterkaitan jadi penyandang disabilitas berhak mendapatkan kesempatan untuk hidup seperti masyarakat normal di kembangkan melalui pelayanan sosial yang diberikan oleh balai atau panti rehabilitasi.
22
Pelayanan sosial terbagi menjadi dua golongan, yaitu pertama: pelayanan sosial yang sangat rumit dan komprehensif sehingga sulit di tentukan identitasnya.
Kedua, pelayanan sosial yang jelas ruang lingkup dan batas-batas kewenangan walaupun selalu mengalami perubahan. Melihat pelayanan sosial pada butir dua sebagai pelayanan umum yang berisikan program-program yang ditunjukan untuk membantu melindungi dan memulihkan kehidupan keluarga, membantu perorangan untuk mengatasi Inasalah yang diakibatkan proses perkembangan serta mengernbangkan ketnatnpuan seseorang untuk tuetnahami, menjangkau dan menggtlnakan pelayanan-pelayanan sosial yang tersedia. Selain itu disebutkan bahwa salah satu fungsi utama pelayanan sosial adalah untuk penyembuhan, perlindungan, dan rehabilitasi, yang bertujuan untuk melaksanakan pertolongan kepada seseorang baik secara individu maupun kelompok/lembaga dan masyarakat agar mampu mengatasi masalah-masalahnya. Fungsi pelayanan sosial untuk rehabilitasi dimaksud untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan frngsi sosialnya secara wajar. Pelayanan sosial adalah suatu aktivitas yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan dengan lingkungan sosialnya.
Lembaga Pelayanan sosial memiliki tugas-tugas untuk
1. Memperkuat dan memperbaiki fungsi-fungsi keluarga dan perorangan selaras dengan peranan-peranan yang selalu berkembang
2. Menyediakan saluran kelembagaan baru untuk keperluan sosialisasi, pengembangan dan pemberian bantuan, yaitu peranan-peranan yang masa lampau dilakukan oleh keluarga.
23
3. Mengembangkan bentuk-bentuk lembaga baru untuk melaksanakan kegiatankegiatan baru yang sangat diperlukan oleh perorangan, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat industri dan kota yang kompleks.
D. Konsep Lanjut usia
Lansia merupakan masa dilnana orang akan mengalami pada akhir-nya nanti.
Banyak orang yang dapat menikmati masa tua akan tetapi tidak sedikit pula yang mengalami sakit dan sampai meninggal tanpa dapat menikmati masa tua dengan bahagia. Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupannyata, banyak sekali lansia- lansia yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang sama, ada lansia yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi penyebab Perubahan fisik yang terjadi pada lansia erat kaitannya dengan perubahan psikososialnya. Pengaruh yang muncul akibat berbagai perubahan pada lansia tersebut jika tidak teratasi dengan baik, cenderung akan mempengaruhi kesehatan lansia secara menyeluruh.
Saat ini secara ekonomi biaya tahunan untuk perawatan kesehatan Lansia cukup tinggi. Biaya ini semakin meningkat apabila usia harapan hidup bertambah.
Olahraga lebih murah biayanya bila dibandingkan dengan biaya pengobatan Lansia.
Lanjut usia sering dikaitkan dengan usia yang sudah tidak produktif, bahkan diasıımsikan menjadi beban bagi yang berusia prodüktif. Hal ini terjadi karena pada Lansia secara fisiologis terjadi kemunduran fungsi-fungsi dalam tubuh yang
24
menyebabkan Lansia rentan terkena gangguan kesehatan. Namun demikian, masih banyak Lansia yang kurang aktif secara fisik. Beberapa hal yang diduga menjadi penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan tentang manfaat aktivitas fisik, seberapa banyak dan apa jenis aktivitas fisik yang harus dilakukan, terlalu sibuk sehingga tidak mempunyai waktu untuk melakukan olahraga, serta kurangnya dukuııgan dari lingkungan sosial.
Dengan segala penjelasan mengenai lansia tersebut, salah satu faktor yang bisa digunakan untuk menjaga kesehatan dan kebugaran Lansia adalah dengan berolahraga. Dalam ilmu keolahragaan ada beberapa disiplin ilmu yang dapat diterapkan untuk menjaga kebugaran lansia, salah satunya adalah Fisiologi olahraga. Fisiologi olahraga adalah ilmu yang mempelajari perubahan fungsi organ- organ baik yang bersifat sementara maupun yang bersifat menetap karena melakukan olahraga fisiologi.
Pengetahuan tentang pola hidup sehat dapat mencegah timbulnya berbagai penyakit. Bagi Lansia yang menderita gangguan penyakit, penerapan pola hidup sehat sesuai dengan jenis penyakitnya akan sangat membantu mengontrol penyakit yang diderita, yang pada akhimya dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Agar tetap aktif sampai tua, sejak muda seseorang perlu menerapkan kemudian mempertahankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, melakukan aktivitas fisik/olahraga secara benar dan teratur dan tidak merokok.
25
Lansia merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Manusia yang memasuki tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh akibat perubahan atau penurunan fungsi organ-organ tubuh, berdasarkan WHO, lansia dibagi menjadi tiga golongan:
1. Umur lanjut (elderly) : usia 60-75 tahun.
2. Umur tua (old) : usia 76-90 tahun.
3. Umur sangat tua (very old) : usia > 90 tahun.
E. Konsep Peduli Iansia
Menjadi tua merupakan fase kehidupan yang dialami oleh manusia dan merupakan kodrat yang tidak dapat dihindari. Sejalan dengan pertambahan usia, tubuh akan mengalami kemunduran secara fisik dan psikologis. Secara umum Lansia dianggap sebagai orang yang mengalami penurunan, baik secara fisik, sosial, kognitif maupun ekonomi. Menurut Suardiman masalah utama yang dihadapi Lansia umumnya terkait masalah: biologis, terkait perubahan kulit, rambut, gigi, penglihatan, mudah lelah dan Iamban. Kesehatan, rentan terhadap berbagai penyakit, Psikis dan sosial, munculnya rasa kesepian, perasaan tidak berguna, kurang percaya diri dan harga diri.
Berbagai hal tersebut akan dialami dan dirasakan orang yang memasuki usia lanjut.Saat ini, Indonesia menghadapi masalah kesehatan triple burden, yaitu masih tingginya penyakit infeksi, meningkatnya penyakit tidak menular dan muncul kembali penyakit-penyakit yang seharusnya sudah teratasi. Pada kelompok Lansia, Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, menunjukkan penyakit terbanyak pada Lansia adalah hipertensi (5,6%), selebihnya adalah arthritis, stroke dan beberapa penyakit
26
lain. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek pada saat itu ketika membuka Seminar Nasional Kesehatan Lanjut Usia, di Griya Agung, Palembang. Penanganan kasus penyakit tersebut tidak mudah karena penyakit pada Lansia umumnya merupakan penyakit degeneratif, kronis, dan Penanganannya membutuhkan waktu dan biaya tinggi, yang akan menjadi beban bagi masyarakat dan pemerintah termasuk bagi Program Jaminan Kesehatan Nasional. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan Lansia hendaknya lebih mengutamakan promotif dan preventif dengan dukungan pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas di fasilitas-fasilitas kesehatan.
Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, menyebutkan bahwa lanjut usia (Lansia) adalah seseorang baik wanita maupun laki - laki yang telah berusia 60 tahun ke atas (Pemerintah Republik Indonesia, 1998), Di Indonesia, umumnya seseorang dianggap memasuki kelompok Lansia pada usia 55 tahun, atau saat seseorang memasuki masa pensiun. Di negara industri maju, seseorang dianggap memasuki usia tua ketika mencapai 65 tahun. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai usia 60 tahun adalah awal peralihan menuju ke arah segmen penduduk tua. Di Jepang para pekerja perempuan umumnya berusia di atas 60 tahun dan banyak orang Jepang memasuki kesuksesan pada usia 60 tahun.
Itu sebabnya, tidaklah heran bila ada pameo di Jepang yang menyebutkan life begin at 60.
Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 juga menyebutkan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial Iansia antara Iain bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan, terpeliharanya
27
sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Lansia mempunyai hak yang sama untuk hidup sesuai harkat dan martabat, mendapatkan keselamatan, bebas dari perlakukan salah dalam berbagai bentuk, serta berhak mendapatkan pelayanan sosial yang baik agar dapat hidup layak (Pemerintah Republik Indonesia, 1998). Pelayanan sosial dimaksudkan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang diberikan untuk melayani atau memenuhi kebutuhan seseomng khususnya kebutuhan bagi Lansia terlantar agar dapat terpenuhi kebutuhan hidup sehari - hari secara layak.
Pelayanan sosial Lansia dilaksanakan dengan berlandaskan pada hak asasi manusia, aksesibilitas, partisipasi masyarakat, dan keterpaduan dengan mengacu prinsip-prinsip pekerjaan sosial. Prinsip pelayanan sosial merupakan nilai-nilai dasar dengan memberikan pelayanan terbaik bagi Lansia. Pelayanan sosial bagi Lansia terlantar masuk dalam ranah jaminan sosial sebagaimana amanat Pasal 9 Undang Undang Nomor 11 Tahun 2009, bahwa jaminan sosial dimaksudkan untuk menjamin fakir miskin, anak yatim piatu terlantar, Lansia terlantar, penyandang cacat fisik, cacat mental, cacat fisik dan mental, penderita penyakit kronis yang mengalami masalah ketidak mampuan sosial-ekonomi agar kebutuhan dasarnya terpenuhi.
F. Kerangka Pikir
Pengertian lainnya menurut Rogers (Anggraeny, 2013) inovasi merupakan suatu ide, gagasan, dan hal baru yang ada pada suatu sistem unit kerja. Pendapat lain menjelaskan bahwa inovasi adalah produk atau jasa yang baru, teknologi yang baru dan rencana baru dată suatu organisasi. Inovasi dapat dikatakan sebagai
28
perubahan perilaku dan sangat erat kaitannya dengan lingkungan yang dinamis dan berkembang.
BAGAN KERANGKA PIKIR
G. Fokus Penelitian
Pembatasan fokus Penelitian sangat penting dan berkaitan erat dengan masalah maupun data yang dikumpulkan, dimana fokus merupakan pecahan dari masalah. Agar Peneliti dapat dengan mudah dalam pencarian data, maka lebih dahulu ditetapkan fokus penelitian yang dimana fokus penelitaian saya yaitu bagaimana bentuk inovasi pelayanan sosial lanjut usia terlantar (GELIAT) ini dalam menangani lansia terlantar di Kabupaten Bulukumba tekhusus di Kecamatan Herlang dan bagaimana proses pelayanan inovasi geliat tersebut kepada masyarakat lansia di Kecamatan Herlang
Inovasi Pelayanan Sosial Lanjut Usia Melalui Program Gerakan Lanjut Usia Terlantar di
Kabupaten Bulukumba
Faktor pendukung
Terlaksananya program inovasi pelayanan yaitu geliat
Faktor penghambat INDIKATOR INOVASI
1. Keuntungan relative 2. Kesesuaian
3. Kerumitan
29
H. Deskripsi Pokus Penelitian
Menurut Rogers (Anggraeny, 2013) sebuah inovasi memiliki beberapa indikator diantaranya:
1. Keuntungan relatif
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik unggul dari yang pemah ada sebelumnya. Sebuah inovasi harus mempunyai keunggulan dan nilai lebih dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Selalu ada sebuah nilai kebaruan yang melekat dalam inovasi yang menjadi ciri yang membedakannya dengan yang lain. Meski berbeda namun perbedaan ini biasanya tidak terlalu signifikan. Untuk dapat mengetahui inovasi menguntungkan atau tidak pada sebuah masyarakat, bisa dilihat dari indikator-indikatomya seperti:
a) Kenyamanan, berhasil tidaknya suatu inovasi bisa diukur dari faktor kenyamanan. Lingkungan kantor yang kondusifdan pelayanan pegawai yang ramah merupakan bagian dari indikator kenyamanan.
b) Kepuasan, aspek kepuasan bisa menjadi tolak ukur dalam menilai suatu inovasi. Kemudahan mendapatkan pelayanan dan jasa merupakan bagian dari faktor kepuasan ini.
2. Kesesuaian
Kompatibel ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi juga sebaiknya mempunyai sifat kompatibel atau kesesuain dengan inovasi yang digantinya. Hal ini dimaksudkan agar inovasi yang lama tidak serta merta
30
dibuang begitu saja, selain karena alasan faktor biaya yang tidak sedikit, namun juga inovasi yang lama menjadi bagian dari proses adaptasi dan proses pembelajaran terhadap inovasi itu secara lebih cepat. Dałam mengukur aspek kesesuaian, bisa diketahui dari item-item berikut:
a. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat, inovasi yang baru harus bisa memudahkan urusan masyarakat dałam hal ini pengurusan administrasi seperti pembuatan akta kelahiran.
b. Kemudahan dałam adminsitrasi, artinya masyarkat sangat dimudahkan dałam pengurusan administrasi karena dengan inovasi ini masyarakat tidak perlu lagi ke kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mendapatkan akta kelahiran.
3. Kerumitan
Kompleksitas adalah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Dengan sifatnya yang baru, maka inovasi mempunyai tingkat kerumitan yang boleh jadi Iebih tinggi dibandingkan dengan inovasi sebelumnya. Namun demikian, karena sebuah inovasi menawarkan cara yang Iebih baru dan Iebih baik, maka tingkat kerumitan ini pada umumnya tidak menjadi masalah penting.
Untuk memahami tingkat kerumitan dari suatu inovasi, bisa dilihat dari ease ofuse dimana item ini mengukur sejauh mana inovasi ini dapat diapahami dengan baik oleh masyarakat.
31 BAB III
METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian ini akan di laksanakan selama 2 (dua) bulan setelah seminar proposal penelitian, sedangkan lokasi penelitian ini akan dilaksankan di Dinas Sosial Kabupaten Bulukumba dan Kecamatan Herlang Adapun alasan peneliti memilih tersebut karena Kecatnatan Herlang merupakan Kecmnatan yang tnetniliki lansia yrang paling banyak terlantar, sehingga sangat Inenarik untuk di teliti dan sebagai pemutakhiran data lansia terlantar nantinya
B. Jenis dan tipe penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penehtian kualitatif, yaitu suatu jenis penelitian yang memberikan gambaran tentang inovasi pelayaanan sosial yaitu gerakan lanjut usia terlantar dalam Pelayanan lansia terlantar di Kabupaten Bulukumba khususnya Kecamatan Herlang
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan didukung data kualitatif dimana penelitian berusaha untuk mengungkapkan suatu fakta atau realita mengenai gerakan lanjut usia lerlantar (geliat) dalam penanganan lansia di Kabupaten Bulukumba.
32
C. Sumber Data 1. Data Primer
Data primer dikumpulkan melalui observasi, dokumentasi dan wawancara yaitu data yang diperoleh langsung dari informan melalui tatap muka langsung dan terbuka sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini.
3. Data Sekunder
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, referensi-referensi, peraturan perundang-undangan, dokumen, observasi, yang diperoleh dari lokasi penelitian.
D. Informan Penelitian
Pengambilan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, artinya menentukan informan dengan sengaja sesuai dengan kreteria terpilih yang relevan dengan fenomena inovasi pelayanan sosial khususnya di Kecamatan Herlang. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan informan yang betul-betul dapat memberikan informasi sesuai dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. Adapun informan penelitian di gambarkan sebagai berikut.
No Jabatan Informan Nama Informan
1 Kepala Dinas Sosial Syarifuddin, S.Sos., MAP
2 Kabid Rehsos Dinas Sosial H. Andi Sudirman. SE 3 Sekertaris KKA (Komunitas Keluarga
Angkat)
Ardiansyah, S,IP
4 Masyarakat Takko
5 Lansia Dawiah
E. Teknik Pengumpulan Data
33
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi atau data yang akurat sehingga dapat dipertanggungjawabkan sebagai suatu penelitian sosial yang ilmiah. Adapun cara-cara tersebut dapat dibagai atas tiga bagian, yakni melalui: observasi atau pengamatan, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan melalui obseıvasi langsung atas pengamatan terhadap obyek yang diteliti. Alasan peneliti ınelakukan observasi adalah untuk ınenyajikan gaınbaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
2. Wawancara, Penelitian ini dilakukan dengan cara mengadakan wawancara secara langsung (tanya jawab dalam bentuk komunikasi verbal) kepada semua informan yang ada. Teknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara terstruktur dengan menyiapkan bentuk-bentuk pertanyaan yang sama antar informan satu dengan yang lainnya.
3. Dokumentasi yaitu pencatatan dokumen dan data yang berhubungan dengan penelitian ini. Data ini berfungsi sebagai bukti dari hasil wawancara di ataş. Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan menelusuri dan mempelajari dokumen yang sudah ada.
Hal ini dimaksud untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan dengan materi penelitian. Studi dokumentasi dilakukan
34
dengan mempelajari buku-buku dan hasil laporan lain yang ada kaitannya dengan obyek penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Sugiyono (Pernando et al., 2021) mengatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data di lapangan model Miles dan Huberman, yang disebut pula dengan istilah teknik analisis data interaktif dimana analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Proses analisis data menurut model Miles dan Huberman yaitu meliputi aktivitas pengumpulan data, data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing atau penarikan kesimpulan/verifikasi Miles dan Huberman (Rijali, 2018). Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak penelitian melakukan kegiatan pra lapangan sampai dengan selesainya penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data yang digunakan diarahkan untuk menjawab rumusan masalah.
1. Reduksi data merupakan komponen pertama analisis data yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus membangun hal yang tidak
35
penting dan ınengatur data sedemikian rupa sehingga kesimpulan penelitian dapat dilakukan.
2. Sajian data merupakan suatu rakitan informasi yang memungkinkan kesimpulan secara singkat dapat berarti cerita sistematis dan logos agar makna peristiwanya menjadi lebih mudah dipahami.
3. Penarikan kesimpulan dalam awal pengumpulan data, peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ditemui dengan mencatat peraturan-peraturan şebab akibat dan berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan dapat dipertangung jawabkan.
G. Pengabsaha Data
Pada penelitian kualitatif peneliti hanıs mampu mengungkap kebenaran yang objektif, karena itü keabsahan data dalam penelitian kualitatif sangat penting. Hal tersebut benujuan untuk mengukur tingkat kepercayaan (kredibilitas) penelitian kualitatif sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Pengukuran keabsahan data pada penelitian ini dilakukan dengan triangulasi. Sugiyono (Pernando et al., 2021) mengatakan bahwa triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Validasi data sangat mendukung hasil akhir penelitian, oleh karena itu diperlukan teknik untuk memeriksa keabsahan data. Dalam penelitian ini diperiksa dengan menggunakan teknik triangulasi. Dalan teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
36
ada. Teknik seperti ini juga menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda- beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
1. Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
2. Triangulasi Metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan menggunakan metode atau teknik tertentu, diuji keakuratan atau ketidak akuratannya.
3. Triangulasi waktu berkenan dengan waktu pengambilan data. Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data, data yang dikumpulkan dengan Teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, sehingga akan memberikan data yang lebih valid.
4. Mengadakan Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan atau kesimpulan. Caranya dapat dilakukan secara individual, dengan cara peneliti datang ke pemberi data, atau melalui forum
37 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian
Pada bab ini peneliti akan menyajikan gambaran umum lokasi penelitian dan tentang “Inovasi Pelayanan Sosial Lanjut Usia Melalui Program GELIAT (Gerakan Lanjut Usia Terlantar)” di Kabupaten Bulukumba. Gambaran umum tentang kota Bulukumba mencakup wilayah dan kependudukan Kota Bulukumba.
1. Gambaran Umum Kabupaten Bulukumba
Mitodologi penamaan “Bulukumba”, bersumber dari dua kata dalam bahasa bugis yaitu “Bulu’ku” dan “Mupa” yang dalam bahasa Indonesia berarti “masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya”. Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke-17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar Sulawesi yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone. Di pesisir pantai yang bernama “Tana Kongkong”, di situlah utusan Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing. Bangkeng Buki’ (secara harfiah berarti kaki bukit) yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompo battang diklaim oleh pihak Kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur. Namun pihak Kerajaan Bone bersih keras mempertahankan Bangkeng Buki’ sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan. Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam
39
bahasa Bugis “Bulu’ku mupa” yang kemudian pada tingkatan dialek tertentu mengalami perubahan proses bunyi menjadi “Bulukumba”. sejak itulah nama Bulukumba mulai ada dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah Kabupaten.
Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari terbitnya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959, tentang pembentukan daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 5 Tahun 1978, tentang Lambang Daerah. Akhirnya setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994 dengan narasumber Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya) maka ditetapkan hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1994. Secara yuridis formal Kabuaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selanjutnya dilakukan pelantikan Bupati pertama yaitu Andi Patarai tanggal 12 februari 1960.
Kabupaten Bulukumba terletak di bagian selatan dari jazirah Sulawesi Selatan dan berjarak 153 km dari Makassar (Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan). Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,7 km2 atau 2,5 % dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Bulukumba terdiri dari 10 kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Bulu (Ibukota Kabupaten), Kecamatan Gantarang, Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bonto Bahari, Kecamatan Bonto Tiro, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang. Tiga Kecamatan
40
sentral pengembangan pertanian dan perkebunan yaitu Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau Ale, dan Kecamatan Bulukumpa. Dua kecamatan juga merupakan sentral pariwisata yaitu kecamatan Bonto Bahari dan Kecamatan Bonto Tiro. Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara 5o 20” sampai 5o 40” Lintang Selatan dan 119o 50” sampai 120o 28”
Bujur Timur. Batas-batas wilayah adalah : a. Sebelah Utara : Kabupaten Sinjai b. Sebelah Selatan : Laut lores c. Sebelah Timur : Teluk Bone
d. Sebelah Barat : Kabupaten Bantaeng
Daerah perbukitan di Kabupaten Bulukumba terbentang mulai dari Barat ke Utara dengan ketinggian 100 sampai dengan di atas 500 meter dari permukaan laut meliputi bagian dari Kecamatan Kindang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale. Kabupaten Bulukumba mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82oC-27,68oC. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan.
Berdasarkan analisis Smith-Ferguson (tipe iklim diukur menurut bulan basah dan bulan kering) maka klarifikasi iklim di Kabupaten Bulukumba termasuk iklim lembab atau agak basah. Keadaan Topografi di Kabupaten Bulukumba sangat bervariasi dari 0- >1000 meter dari permukaan laut yang dapat dibagi kedalam 3 (tiga) satuan ruang morfologi. Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 -25 Mdpl meliputi kecamatan Gantarang, Ujung Bulu, Ujung Loe, Bonto Bahari, Bonto Tiro, Kajang dan Kecamatan Herlang yang
41
merupakan wilayah Pesisir. Untuk daerah bergelombang dengan ketinggian antara 25 – 100 Mdpl meliputi kecamatan Gantarang, Kindang, Bontobahari, Bontotiro, Kajang, Herlang, Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale. Sedang untuk daerah perbukitan dengan ketinggian 100 – diatas 500 Mdpl yang terbentang mulai dari barat ke utara yang meliputi Kecamatan Kindang, Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale.
Adapun susunan personalia atau struktur organisasi pemerintah Kota Bulukumba dalam lingkup kantor Bupati Kota Bulukumba, yaitu sebagai berikut :
Pembentukan dan Susunan Daerah Kabupaten Bulukumba 2021