• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERMASALAHAN ANAK TKI NON-PROSEDURAL DI SABAH. dalam merespon hak Pendidikan anak TKI Non-Prosedural di Sabah periode

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II PERMASALAHAN ANAK TKI NON-PROSEDURAL DI SABAH. dalam merespon hak Pendidikan anak TKI Non-Prosedural di Sabah periode"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

35 BAB II

PERMASALAHAN ANAK TKI NON-PROSEDURAL DI SABAH

Pada Bab II ini penulis akan menjelaskan tentang upaya Pemerintah Indonesia dalam merespon hak Pendidikan anak TKI Non-Prosedural di Sabah periode 2017-2021.

Berfokus pada gambaran umum tentang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) hingga permasalahan yang disebabkan oleh perubahan status legalitas TKI yaitu kesulitan anak TKI untuk mengakses pendidikan.

Kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia diawali dengan pertemuan Annual Consultations 2004 di Lombok antara Presiden Megawati dan Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi tentang pemberian akses pelayanan pendidikan bagi anak-anak TKI yang berada di Malaysia beserta pengiriman guru-guru ke Sabah sebagai perantara Pendidikan. Namun, layanan Pendidikan bagi anak-anak Indonesia di Sabah kala itu belum mendapat perhatian dari Pemerintah Indonesia. Kesepakatan ini dipertegas kembali dalam pertemuan tahunan Indonesia-Malaysia pada tahun 2006. Dilaksanakan di Bukittinggi Sumatera Barat pada tanggal 12-13 Januari 2006 dihadiri oleh Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Bin Haji Ahmad Badawi. Dalam agenda tersebut, kedua negara telah sepakat untuk bekerja sama melindungi pekerja migran sebagaimana tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU). MoU ditandatangani oleh Menteri Tenaga Kerja dan Imigrasi Indonesia Erman

(2)

36 Sparno dan Menteri Dalam Negeri Radzi Sheikh Ahmad pada 13 Mei 2006 di Nusa Dua, Bali, setelah konferensi pers tentang hasil KTT D-8.

2.1 Regulasi Resmi Pemerintah Indonesia dan Malaysia terhadap Tenaga Kerja Indonesia

2.1.1 Regulasi Resmi Pemerintah Indonesia terhadap Calon TKI

Tenaga Kerja Indonesia yang biasa disingkat TKI adalah istilah untuk tenaga kerja dalam negeri yang bekerja di luar negeri. Mereka merupakan penghasil devisa negara karena setiap bulan mereka mendapatkan upah atau gaji dari pihak majikan yang kemudian upah atau gaji tersebut dikirimkan kepada keluarga mereka dirumah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka.

Dalam banyak penelitian yang telah terbit tentang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) oleh para peneliti dari berbagai latar belakang disiplin ilmu. Peneliti menggunakan istilah yang berbeda untuk menyebut para pekerja. Ada yang menggunakan istilah “Buruh Migran Indonesia” atau biasa disingkat dengan istilah lokal “PMI”, dan ada pula yang menggunakan istilah “Buruh Migran Indonesia”. Dalam perkembangannya, ada pula yang menggunakan istilah khusus untuk menyebut pekerja migran perempuan dengan istilah “Buruh Migran Perempuan Indonesia” atau biasa dikenal dengan singkatan lokalnya “TKW”. Secara substansi, semua istilah tersebut memiliki arti yang sama, yaitu mengacu pada orang Indonesia yang bekerja di luar negeri, termasuk mereka yang bekerja di Malaysia.

(3)

37 Sebagai penjelas apa saja yang termasuk dan tidak termasuk dalam kategori pekerja migran, penulis akan menjabarkan sesuai dengan UU No.18 tahun 2017 Pasal 4 ayat (1), yang termasuk pekerja migran Indonesia yaitu:

a) Pekerja migran Indonesia yang bekerja pada pemberi kerja berbadan hukum;

b) Pekerja migran Indonesia yang bekerja pada pemberi kerja perseorangan atau rumah tangga; dan

c) Pelaut awak kapal dan pelaut perikanan.

Sedangkan, yang tidak termasuk sebagai pekerja migran Indonesia adalah:

a) warga negara Indonesia yang dikirim atau dipekerjakan oleh badan internasional atau oleh negara di luar wilayahnya untuk menjalankan tugas resmi;

b) pelajar dan peserta pelatihan di luar negeri;

c) warga negara Indonesia pengungsi atau pencari suaka;

d) penanam modal;

e) aparatur sipil negara atau pegawai setempat yang bekerja di Perwakilan Republik Indonesia;

f) warga negara Indonesia yang bekerja pada institusi yang dibiayai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara; dan

g) warga negara Indonesia yang mempunyai usaha mandiri di luar negeri.

Segala urusan kegiatan penempatan dan perlindungan TKI berada dalam otoritas BNP2TKI, yang dikoordinasi Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi namun tanggung jawab tugasnya kepada presiden. Hal ini diatur dalam UU No.39 tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri pada pasal 94 ayat

(4)

38 (1) dan (2) menyatakan bahwa BNP2TKI dibentuk untuk menjamin dan mempercepat terwujudnya tujuan penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri dengan pelayanan dan tanggung jawab yang terpadu. Pada konsideran Undang-Undang tersebut pada huruf E disebutkan bahwa pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri merupakan upaya pemerataan hak dan kesempatan bagi tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang baik, yang pelaksanaannya dilakukan dengan menghormati harkat dan martabat kemanusiaan, hak asasi manusia dan perlindungan hukum serta persamaan hak.

kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan nasional.1 BNP2TKI Bersama Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Hukum dan HAM, Kepolisian, TNI, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Agama, bersama-sama bekerja mencegah terjadinya TKI nonprosedural. Salah satunya yaitu dengan menjadi TKI Prosedural/Legal. Dalam situs resmi Kemdikbud, penulis telah meneliti cara menjadi TKI Prosedural sesuai dengan anjuran yang diberikan yang telah diperbarui per tahun 2017, sebagai berikut:2

a) Carilah PPTKIS (Pelaksana Penempatan TKI Swasta) di Disnaker Kabupaten/Kota.

1 Undang-undang (UU) No. 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. (2004). Peraturan.Bpk.Go.Id, 1–5.

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=

2ahUKEwjWxrKeif7eAhVYfysKHcHWAOwQFjAAegQICRAC&url=https%3A%2F%2Fwww.oj k.go.id%2Fid%2Fkanal%2Fpasar-modal%2Fregulasi%2Fundang-

undang%2FDocuments%2FPages%2Fundang-undang-nomo

2 TKI Legal Prosedural: Aman, Selamat, Sejahtera. (2017). Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/04/tki-legal-prosedural-aman-selamat-sejahtera

(5)

39 b) Mengikuti penyuluhan terlebih dahulu oleh petugas PPTKIS Bersama Disnaker Kabupaten/Kota, BP3TKI, LP3TKI, P4TKI. Mengikuti peraturan ini, setiap calon TKI wajib memiliki kemampuan atau kompetensi kerja yang dapat diperoleh melalui Pendidikan, pelatihan kerja, ataupun pengalaman kerja.

c) Mendaftar di Disnaker Kabupaten/Kota dan mengikuti proses seleksi yang dilakukan oleh PPTKIS dan Disnaker Kabupaten/Kota. Seleksi calon TKI meliputi administrasi berupa dokumen dan surat lainnya sesuai persyaratan dan minat, bakat, serta keterampilan calon TKI.

d) Pahami isi dan tandatangani perjanjian kerja sebagai dasar pelaksanaan hak dan kewajiban masing-masing pihak yang telah disahkan oleh Perwakilan RI.

e) Pastikan mendapat asuransi, pendidikan & pelatihan, mendapat Paspor & Visa Kerja.

f) Menandatangani perjanjian dengan PPTKIS di tempat penyelenggaraan dihadapan pegawai dinas provinsi atau dinas kabupaten/kota yang disahkan oleh Disnaker Kabupaten/Kota.

g) Wajib mengikuti Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP) dari BP3TKI, LP3TKI/P4TKI.

h) Wajib memiliki KTKLN (Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri) yang berbentuk elektronik yang diperoleh secara gratis di BP3TKI/LP3TKI/P4TKI (Sesuai denan aturan Permenaker No.07 Tahun 2015).

i) Setelah tiba di Negara Penempatan, Lapor ke Perwakilan RI.

(6)

40 j) Setelah Kontrak kerja berakhir, kembali ke tanah air dan lapor ke BP3TKI di

Bandara/Pelabuhan.

Melihat pada poin D, perjanjian sebagaimana yang dimaksud adalah perjanjian yang dibuat berdasarkan rancangan perjanjian kerja yang telah memperoleh persetujuan dari pejabat yang berwenang pada Perwakilan RI di negara penempatan. Dan disalin dalam rangkap 2, 1 untuk TKI dan 1 untuk pengguna. Perjanjian kerja ini memuat:3

a) Identitas pengguna yang berisi nama, nomor kartu identitas, pekerjaan, serta alamat;

b) Identitas TKI yang berisi nama, nomor paspor, nomor visa, nomor rekening di Indonesia dan alamat di Indonesia;

c) Jabatan dan jenis pekerjaan TKI;

d) Hak dan kewajiban para pihak;

e) Kondisi dan syarat kerja yang meliputi jam kerja, upah, dan mekanisme pembayaran gaji, satu hari libur dalam satu minggu, waktu istirahat dan hak cuti, fasilitas akomodasi, rekening perbankan atas nama TKI di negara penempatan, akses komunikasi kepada keluarga di daerah asal dan jaminan sosial atau nomor kepesertaan asuransi yang ditanggung oleh pengguna (calon mitra usaha di negara penempatan);

f) Jangka waktu perjanjian kerja;

3 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri. (2014). Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia.

(7)

41 g) Penyelesaian sengketa.

Perjanjian yang telah didaftar dan ditandatangani oleh calon TKI berlaku untuk jangka waktu 2 tahun dan dapat diperpanjang paling lama 2 tahun. Soal pemilihan minat, bakat dan keterampilan, hanya membutuhkan waktu hingga 1 hari kerja Setelah melewati proses tersebut, pengumuman penempatan dan perlindungan TKI diselenggarakan melalui system online yang dapat diakses oleh publik.

Selain mengatur regulasi keberangkatan, terdapat juga regulasi pelayanan kepulangan TKI bagi mereka yang terdaftar secara legal. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.22 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan, Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri dalam Bab XII dan Bab VI yang telah penulis rangkum.

Kepulangan TKI dari negara penempatan sampai tiba di daerah asal menjadi tanggung jawab PPTKIS yang sebelumnya akan dihubungi selambat-lambatnya 3 bulan sebelum berakhirnya perjanjian. Pada kepulangannya, TKI berhak atas biaya tiket pulang pergi, biaya legalisasi perpanjangan perjanjian kerja, imbalan jasa bagi PPTKIS dan mitra usaha (jika melalui PPTKIS), premi asuransi, dan kompensasi tambahan gaji sebesar 1 bulan.

2.1.2 Regulasi Resmi Pemerintah Malaysia

Setelah memahami bagaimana prosedur dari Pemerintah Indonesia yang diterapkan sebagai pekerja Legal, Malaysia sebagai penempatan negara paling diminati oleh TKI juga memiliki regulasi yang sama pentingnya bagi mereka yang bekerja di negaranya.

(8)

42 Hal pertama yang harus diperhatikan ketika bekerja di Malaysia adalah TKI tidak boleh menikah dengan orang lokal, rekan kerja TKI, atau pekerja asing lainnya. Dan mereka juga tidak boleh membawa keluarga. Apabila mereka tetap melanggar nya, maka Pemerintah Malaysia berhak untuk membatalkan izin kerjanya. Dalam hal kontrak kerja, pemerintah Malaysia hanya mengizinkan jangka waktu tiga tahun, tetapi dapat diperpanjang hingga lima tahun setiap tahun atas permintaan majikan. Hal ini biasanya diperuntukkan pekerja yang dianggap mahir.4 Hal ini juga dimuat dalam kebijakan penegakan imigrasi, Undang-Undang Imigrasi Malaysia Nomor 1154A/2002 (sebelumnya Undang-Undang Keimigrasian tahun 1959 dan 1963). Undang-undang Keimigrasian Nomor 1154A/2002 resmi mulai berlaku sejak 1 Maret 2005.

Kedua, disaat tetibanya para TKI datang di Malaysia, mereka diwajibkan untuk melaporkan keberadaannya di Malaysia kepada Perwakilan RI di Malaysia. Jika paspor disimpan oleh perusahaan, TKI dapat membuat salinan paspor dengan sertifikat majikan Anda yang memerlukan persetujuan dari KBRI atau KJRI. Selain itu, jika TKI memiliki masalah dengan majikan, mereka dapat bernegosiasi dengan majikan / perusahaan untuk penjelasan rinci atau melaporkan masalah tersebut ke Departemen Tenaga Kerja Malaysia terdekat, Kedutaan Besar Indonesia, atau Konsulat Jenderal Indonesia.

Dalam perekrutan kerja, Pemerintah Malaysia dan Indonesia juga bekerjasama menghasilkan Nota Kesepahaman (MOU) tentang perekrutan tenaga kerja Indonesia

4 Bagaimana Menjadi Tenaga Kerja Indonesia. (2017). Kedutaan Besar Republik Indonesia Di Kuala Lumpur,Malaysia.

https://kemlu.go.id/kualalumpur/id/pages/bagaimana_menjadi_tenaga_kerja_indonesia/97/about- service

(9)

43 antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Malaysia tahun 2004 memberikan kerangka kerja untuk mempekerjakan semua pekerja (termasuk pekerja perkebunan) tetapi tidak termasuk pekerja rumah tangga. Sedangkan, prosedur penerimaan pekerja rumah tangga itu sendiri diatur dalam Nota Kesepahaman 2006 antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Malaysia tentang Rekrutmen dan Penempatan Pekerja Rumah Tangga Indonesia dan Protokol amandemennya yang ditandatangani pada 2011. Amandemen 2011 menegaskan hak pekerja rumah tangga untuk memegang paspor mereka dan berkomunikasi dengan keluarga mereka. Ditetapkan juga bahwa pembayaran upah bulanan harus dilakukan ke rekening bank. Dengan aturan ini, kedua negara telah mengambil langkah adil untuk para TKI yaitu memberikan satu hari istirahat per minggu (dengan opsi untuk mengkompensasi dengan pembayaran lembur). MOU tersebut mencakup kontrak kerja standar; mencantumkan biaya perekrutan yang harus ditanggung oleh pemberi kerja dan pekerja; dan menguraikan tanggung jawab pemberi kerja, pekerja, dan agen perekrutan di Indonesia dan Malaysia.

Pemerintah Malaysia juga telah memperkenalkan Multi-Tier Levy System yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada pekerja migran. Pungutan bervariasi menurut sektor, dengan pungutan tertinggi per pekerja dikenakan pada sektor manufaktur, konstruksi, dan jasa (RM1.850, setara dengan US$422). Retribusi terendah adalah untuk pekerjaan rumah tangga di RM410 (US$98), dan sektor perkebunan dan pertanian

(10)

44 dikenakan retribusi RM640 (US$153). Sejak 2018, retribusi tersebut harus dibayar oleh pemberi kerja.5

Di tahun 2019, BNP2TKI melalui situs resminya mencatat terdapat 20 penempatan negara dengan jumlah TKI terbanyak. Dari 20 negara tersebut, Malaysia merupakan negara negara tujuan utama TKI, yaitu mencapai 90.671 pekerja atau hampir sepertiga dari total TKI yang bekerja di luar negeri. Setelah itu, Hongkong di urutan kedua, Tiongkok urutan ketiga, disusul dengan Singapura dan Korea Selatan sebagai urutan keempat dan kelima. Berikut lampiran tabel penempatan pekerja migran Indonesia berdasarkan negara tahun 2019-2021.

Tabel 2. 1 Penempatan Pekerja Migran Indonesia Berdasarkan Negara Periode 2019-2021

NO. NEGARA 2019 2020 2021

1. Malaysia 79.659 14.742 563

2. Taiwan 79.573 34.415 7.789

3. Hong Kong 70.840 53.206 52.278

4. Singapore 19.354 4.474 3.217

5. Saudi Arabia 7.018 1.793 747

6. Korea Selatan 6.207 641 174

5 Malahayati. (2015). Legal Protection on Indonesian Domestic Workers in Malaysia: From Actors’

View. Journal of Law, Policy and Globalization, 43(96), 2–6.

http://www.iiste.org/Journals/index.php/JLPG/index

(11)

45

7. Papua New Guinea 1.034 105 259

8. Turki 730 47 874

9. United Arab Emirates 578 117 437

10. Japan 486 753 359

11. Poland 430 837 1.195

12. Maldives 292 73 449

13. Qatar 217 43 219

14. Rusia 126 16 154

15. Italia 1.349 411 3.225

16. Zambia 89 95 144

17. Hungaria 56 33 112

18. Rumania 34 34 83

19. Oman 471 65 37

20. Sri Lanka 42 14 36

21. Yordania 48 2 33

22. Cyprus 27 3 25

23. Seychelles 41 2 25

24. Gabon 96 16 22

25. Albania 4 3 11

26. Lainnya 7.747 1.512 157

(12)

46

TOTAL 277.489 113.436 72.624

Sumber : data diakses dari situs resmi BP2MI

Melihat tabel diatas, hampir setengah dari jumlah TKI tiap tahunnya memilih untuk mencari nafkah di negara Malaysia. Namun pada tahun 2020, Malaysia mengalami penurunan karena imbas pandemi COVID-19. Banyak negara yang masih membatasi kedatangan pekerja migran, termasuk Indonesia sendiri sebagai upaya memutus rantai penyebaran corona. Pemerintah Indonesia juga menerbitkan kebijakan dan program perlindungan TKI, dikoordinasi dan masukan antar Kemetrian, yaitu Kepmenaker Nomor 151 Tahun 2020, berisi penghentian sementara penempatan TKI di masa pandemi.6 Pertimbangan dalam proses penempatan tidak hanya berdasarkan keputusan pemerintah, namun juga memperhatikan terbukanya akses masuk dari negara penempsatan.

2.2 Perubahan Status Legalitas TKI di Sabah

Migrasi tenaga kerja dari Indonesia merupakan fenomena yang kompleks. Pekerja migran biasanya berasal dari latar belakang kesulitan ekonomi dan karena kurangnya pengetahuan, keterampilan dan sumber daya. Karenanya mereka biasanya dipekerjakan untuk pekerjaan dengan risiko cedera terkait pekerjaan yang lebih tinggi. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan Malaysia untuk mengatur migrasi tenaga kerja, sebagian besar pekerja asing masih memilih untuk bermigrasi dan bekerja secara tidak resmi di Malaysia.

6 Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 151 Tahun 2020. (2020). Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia. https://migrantcare.net/2020/03/kepmenaker-nomor-151-tahun-2020-tentang- penghentian-sementara-penempatan-pekerja-migran-indonesia/

(13)

47 Ada beberapa jenis TKI yang dapat dikategorikan sebagai TKI Non-Prosedural seperti:

a) Non prosedural, maksudnya adalah Tenaga Kerja Indonesia yang proses pemberangkatannya tidak memenuhi persyaratan administratif, atau pemberangkatannya tidak melalui instansi resmi.

b) Overstay, artinya TKI tinggal di suatu tempat lebih lama dari waktu yang diperbolehkan atau diinginkan. Dalam traveling, kelebihan terjadi jika Anda tinggal di negara terpencil lebih lama dari masa berlaku visa. Overstay dikategorikan sebagai pelanggaran hukum, sehingga ada berbagai risiko yang mengikuti. Dalam Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang disebutkan bahwa ada berbagai risiko seperti harus membayar denda, kesulitan membuat visa yang sama di lain waktu, ditahan, atau bahkan dideportasi.

c) Human Traficking, Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang menjelaskan bahwa Perdagangan Orang adalah perbuatan mempertunjukkan, mengirimkan, mengumpulkan, mengirim, memindahkan atau menoleransi seseorang dengan resiko keganasan, penggunaan kekuasaan, perampasan, perampasan, pemalsuan, penggambaran yang keliru dan penganiayaan terhadap pengaruh atau kedudukan yang tidak berdaya, pelibatan uang tunai atau angsuran atau keuntungan, sehingga persetujuan dari orang yang bertanggung jawab atas orang itu dilakukan di dalam Negara atau antar Negara dengan tujuan akhir penyalahgunaan atau membawa penyalahgunaan.

(14)

48 Pada tahun 2017, berdasarkan data BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia), terdapat 1.704 pengaduan, yang kemudian meningkat menjadi 3.460 pada tahun berikutnya. Dibandingkan negara lain, Malaysia memiliki keluhan paling banyak terkait tenaga kerja Indonesia.7 Khusunya di Sabah, yang menampung jumlah warga non-Malaysia tertinggi (27,7%), terutama migran Indonesia dan Filipina dibandingkan dengan negara bagian lain di Malaysia.8 Ketertarikan TKI terhadap Sabah melihat Sabah sebagai tujuan ideal karena hubungan budaya, sejarah, dan agama, dan relatif mudahnya bepergian karena kedekatan negara bagian dengan negara asal mereka.

2.2.1 Non Prosedural

Dalam regulasi pemerintah Malaysia, telah disebutkan secara jelas oleh penulis bagi para TKI serta himbauan yang perlu diperhatikan dengan benar. Namun, dalam kenyataannya, pekerja migran yang mempunyai legalitas sebagai TKI tidak benar-benar paham dengan substansi kontrak yang diberikan. Pertama, mereka tidak memperbarui kontraknya setelah 3 tahun kepada instansi yang bersangkutan. Kedua, mengingat negara Indonesia dengan Malaysia bertetangga, mereka mulai membawa keluarga nya yang mana hal itu tidak diperbolehkan selama bekerja di Malaysia. Yang akhirnya berujung

7 Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia. (2020). Data Penempatan dan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PMI) Tahun 2020. Badan Nasional Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia, 16–18.

https://bp2mi.go.id/uploads/statistik/images/data_19-02- 2020_Laporan_Pengolahan_Data_BNP2TKI____2019(2).pdf

8 VILASHINI SOMIAH, & JOSE RICARDO STO. DOMINGO. (2021). Sabah’S Unrelenting Exclusionary and Inclusionary Politics. 334, 1–29.

(15)

49 pada hal yang ketiga, yaitu menikah dengan penduduk setempat, sesama TKI, maupun pekerja asing lain.

Dalam jurnal yang berjudul “Legalizing Unofficial (Sirri) Marriage for Indonesian Migrant Workers in Malaysia” oleh Afwan Faizin, Alfitra dan Ali Mansur,

mereka menjelaskan alasan mengapa pekerja tidak diizinkan menikah adalah untuk meminimalkan konsekuensi yang tidak diinginkan bagi Malaysia. Jika pekerja asing diizinkan untuk menikah secara sah, maka9:

a. Pemerintah perlu menyediakan asuransi, sekolah, fasilitas kesehatan, dan kebutuhan lain yang berkaitan dengan anak;

b. Jika istri bekerja di kilang/pabrik dan tinggal di asrama/mess, maka pihak pabrik perlu menyiapkan beberapa fasilitas bagi suami yang dapat menjadi beban bagi pabrik atau pemiliknya;

c. Dalam setiap kontrak kerja bagi pekerja TKI di Malaysia, ada diktum yang menyatakan bahwa jika ada yang menikah maka kontrak akan berakhir;

d. Jika Pemerintah Malaysia mengizinkan perkawinan bagi pekerja migran yang bekerja di kilang/pabrik dan perkebunan, maka anak-anak dari perkawinan tersebut harus diberikan fasilitas seperti sekolah dan kesehatan sampai ke daerah pedalaman yang paling pedesaan.

Hal inilah yang menjadi dilema. TKI yang telah mencapai usia produktif dan berhak menikah, apabila bertemu dengan pasangannya di luar negeri tidak dapat menikah secara

9 Faizin, A., Alfitra, ., & Mansur, A. (2020). Legalizing Unofficial (Sirri) Marriage for Indonesian Migrant Workers in Malaysia. Icri 2018, 1059–1066. https://doi.org/10.5220/0009922810591066

(16)

50 sah karena kontrak. Maupun mereka memaksa untuk menikah, pernikahan ini dilakukan oleh jurunikah yang tidak sah dan jelas tidak mungkin mendaftarkan pernikahan mereka secara sah di Malaysia, walaupun sah secara agama. Pada akhirnya, hal ini menyebabkan adanya anak tanpa kewarganegaraan. Baik Indonesia maupun Malaysia, mereka tidak memiliki akta kelahiran. Tahun 2018, tercatat hampir 100.000 anak tanpa kewrganegaraan di Sabah10.

2.2.2 Arus Migrasi Informal

Kondisi kerja buruh migran Indonesia tidak hentinya menjadi isu panas antara Indonesia dan Malaysia. Meskipun pihak berwenang Indonesia tidak banyak berusaha untuk menghentikan arus migrasi semi-formal dan informal, pemerintah Malaysia terus- menerus menyesuaikan kebijakannya terhadap TKI berdokumen dan tidak berdokumen sesuai dengan kondisi pasar tenaga kerjanya. Secara berkala penyesuaian ini melibatkan penangkapan massal dan deportasi pekerja tidak berdokumen, misalnya ketika ratusan ribu pekerja Indonesia diusir dari Malaysia Timur ke kota kecil Nunukan di Kalimantan Timur. Namun, sayangnya mereka akan kembali lagi ke tempat tujuan mereka di Sabah Para migran memasuki Sabah melalui berbagai jalur formal, semi-formal dan informal, terutama melalui Sumatera dan Kalimantan. Banyak tersedia jalan tikus yang dapat dilalui. Rute ini diambil dan dirangkum oleh penulis dari buku berjudul “Dibalik Investigasi Tempo 02” oleh Muhammad Taufiqurohman dipublikasikan oleh Tempo.

10 Who is Keeping Score? Estimating the Number of Foreign Workers in Malaysia. (2020). In World Bank Group (Issue April). https://doi.org/10.1596/33730

(17)

51 Rute yang biasa digunakan yaitu bermulai pemberangkatan dari Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Mereka berangkat dari Dermaga Haji Putri menggunakan speedboat menuju Bambangan, yang terletak di sisi barat Pulau Sebatik. Setelah sampai, mereka beralih menggunakan mobil menuju Dermaga Lalosalo di utara Pulau Sebatik. Berlanjut menggunakan speedboat menuju pantai tawau, di sekitar wilayah terdapat perahu yang merapat ke kapal pengangkut ikan di lepas pantai. Kapal ikan menjadi halte pada rute penyelundupan orang di jalur ini. Tidak lama kemudian, transportasi terakhir yaitu 2 perahu motor kayu tiba untuk mengantarkan ke Kawasan Batu-Batu, Pulau Tengah Malaysia. Tempat berlabuh ini berjarak tidak sampai satu kilometer dari Pelabuhan Tawau, sebuah pintu masuk resmi.11

Dari hal ini, dapat kita simpulkan bahwa baik pemerintah Indonesia dan Malaysia telah gagal untuk mengenali dampak dari kebijakan pemerintah Malaysia di zona transit seperti Kalimantan Timur, dan bahwa upaya yang lebih serius dalam kerjasama bilateral harus dilakukan untuk mengurangi biaya sosial migrasi tenaga kerja di negara-negara tersebut.

11 Muhammad Taufiqurohman. (n.d.). Dibalik Investigasi Tempo 02. Tempo Publishing.

https://www.google.co.id/books/edition/DI_BALIK_INVESTIGASI_TEMPO_02/slWCDwAAQB AJ?hl=id&gbpv=0

(18)

52 Gambar 1.2 Peta Perbatasan Indonesia – Malaysia dari Pulau Nunukan dan

Sebatik

Sumber:

https://www.google.co.id/books/edition/DI_BALIK_INVESTIGASI_TEMPO_02/slWC DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=0

2.2.3 Perekrutan Tidak Resmi

Selain jalur informal, permasalahan selanjutnya adalah perekrutan tidak resmi.

Perekrutan tidak resmi mengacu pada bentuk pencarian, pengadaan, pengikatan kontrak atau pengangkutan pekerja untuk mendapatkan pekerjaan di luar negeri. Biasanya dilakukan oleh lembaga/lembaga yang tidak memiliki izin atau dilakukan langsung oleh pemberi kerja yang tidak mematuhi peraturan perundang-undangan nasional. Para pekerja direkrut secara tidak resmi dan sangat rentan terhadap risiko dan bahaya eksploitasi atau menjadi korban oleh organisasi tersembunyi atau oleh majikan yang tidak jujur.

Perekrutan ini juga dikaitkan dengan berbagai bentuk masuk, tempat tinggal atau bekerjanya seseorang tanpa izin di negara tujuan.

(19)

53 Hal ini dilatar belakangi dengan alasan biaya rekrutmen yang dikenakan oleh beberapa instansi (seperti biaya dokumen perjalanan dan dokumen terkait lainnya) sangat mahal. Majikan membutuhkan biaya RM 2000-3000 sesuai dengan Multi-Tier Levy System. Oleh karena itu, agen perekrut dan majikan berpendapat bahwa arus masuk

imigran secara tidak resmi akan tetap ada selama prosedur perekrutan formal membatasi baik majikan maupun karyawan. Pekerja migran lebih memilih bentuk masuk seperti ini karena sistem ini tidak mengikat mereka untuk bekerja di sektor ekonomi tertentu. Tidak seperti imigran legal atau pekerja tamu, imigran gelap memiliki mobilitas dan fleksibilitas untuk mencari pekerjaan yang lebih baik dan upah yang tinggi. Karena jaringan migrasi semacam ini telah terbentuk dengan baik di Sabah, proses mendapatkan pekerjaan bagi pekerja tidak berdokumen sangat mudah. Faktor lain yang berkontribusi terhadap masuknya imigran gelap adalah keengganan beberapa majikan Malaysia untuk menaikkan upah di sektor perkebunan. Saat ini harga kelapa sawit cukup tinggi dan sangat stabil, namun pengusaha masih enggan menaikkan upah. Alih-alih menaikkan upah sebagai tanggapan atas kekurangan tenaga kerja di perkebunan dan perkebunan, majikan terpaksa mempekerjakan pekerja migran gelap.

2.3 Persoalan Anak TKI Non-Prosedural di Sabah

2.3.1 Anak Non-Prosedural

Migran yang tidak berdokumen membuat mereka berada pada posisi yang sangat dirugikan. Karena status mereka yang tidak teratur, mereka menghadapi ketidakamanan dalam hal pekerjaan, pendapatan dan pembatasan akses mereka ke perawatan kesehatan

(20)

54 dan pendidikan. Hambatan untuk mengakses layanan kesehatan di antara migran tidak berdokumen adalah ketakutan akan deportasi, kurangnya kesadaran akan hak dan sosial ekonomi. Selain itu, karena tidak terdokumentasi, mereka tidak terekam dalam statistik nasional. Status Non-Prosedural mereka juga menyebabkan mereka tidak berani mencari upaya hukum dari perlakuan yang tidak adil.

Perlu dicatat bahwa, dalam situasi sekarang, keadaan tanpa kewarganegaraan bukanlah kasus utama bagi anak-anak yang lahir di Sabah. Memang benar lahir dari pasangan migran berarti anak-anak Malaysia tidak bisa mendapatkan akta kelahiran, sehingga tidak bisa diakui sebagai warga negara Malaysia. Namun, mereka tidak serta merta menjadi tanpa kewarganegaraan. Mereka menyandang status legalitas tersebut jika tidak ditangani. Yang dimaksud dengan ditangani dalam hal ini adalah mendaftarkan anak ke Konsulat Indonesia, yang kemudian akan menerbitkan akta kelahiran. Dengan kata lain, anak tidak akan menjadi Non-Prosedural jika orang tuanya benar-benar dapat mendaftarkannya, tetapi akan didaftarkan sebagai warga negara Indonesia.

Saat ini, setiap anak yang lahir dari TKI secara teoritis berpeluang untuk mendapatkan akta kelahiran yang dikeluarkan oleh Konsulat Indonesia. Selain itu, Departemen Pendaftaran Nasional Malaysia (Jawatan Pendaftaran Negara) juga dapat menerbitkan akta kelahiran (Sijil Lahir), bagi anak-anak yang menyandang status Non- Prosedural. Di bawah Undang-Undang Pendaftaran Nasional tahun 1959, ditetapkan bahwa setiap orang di Malaysia harus didaftarkan berdasarkan dan sesuai dengan undang- undang ini. Namun demikian, meskipun memiliki kemampuan untuk memperoleh akta kelahiran, anak-anak orang asing tetap tidak dapat mengklaim kewarganegaraan

(21)

55 Malaysia. “Sijil Lahir” ini nantinya dapat digunakan untuk pengajuan akta kelahiran Indonesia juga.

2.3.2 Anak TKI Kesulitan Mengakses Pendidikan

Anak-anak di Sabah menjadi berisiko tanpa kewarganegaraan ketika mereka tidak memiliki kewarganegaraan. Anak-anak yang tidak memenuhi syarat dan mereka yang tidak dapat memenuhi persyaratan dapat berisiko tidak memiliki kewarganegaraan dan oleh karena itu perlu mengajukan prosedur yang panjang dan rumit untuk mengajukan kewarganegaraan. Anak-anak tanpa kewarganegaraan di Malaysia, dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok yang berbeda yaitu anak-anak warga negara Malaysia yang tidak terdaftar, anak-anak terlantar, anak-anak tanpa kewarganegaraan dari migran gelap, dan anak-anak pengungsi tanpa kewarganegaraan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tahun 2018, tercatat hampir 100.000 anak tanpa kewrganegaraan di Sabah.

Ribuan pekerja migran dan keluarganya terus hidup dalam ketakutan akan razia.

Mereka bersembunyi di perkebunan kelapa sawit pada malam hari untuk menghindari razia. Hampir seluruh pekerja migran di Sabah bekerja pada sektor perkebunan kelapa sawit, mengingat luas total kebun sawit di Sabah sekitar 1,54 juta hektar.12 Pekerja migran beserta anak-anak tidak ada pilihan selain kabur dan berlari di lading sawit, tempat tersembunyian mereka dari kejaran polisi. Bahkan, mereka bersembunyi sampai pagi di hari selanjutnya. Indonesia dan Malaysia memiliki kesepakatan informal bahwa anak-

12 Hirschmann. (2020). Total planted area for palm oil in Sabah, Malaysia from 2011 to 2020. Statista.

(22)

56 anak tidak akan ditahan saat mereka berada di kelas, tetapi mereka berisiko ditangkap di luar kompleks sekolah.

Sehubungan dengan Undang-undang Keimigrasian 1959/63, menyatakan bahwa orang asing adalah tidak resmi di negara itu jika dia tidak dapat menunjukkan paspor, dokumen perjalanan atau izin masuk, atau ketika dokumen-dokumen ini tidak memiliki pengesahan yang sah. Hukuman untuk tinggal secara tidak resmi di Malaysia bisa berupa denda atau penjara. Menurut laporan ILO, Undang-Undang Imigrasi 1959 diamandemen pada Agustus 2002 dengan tujuan untuk mengendalikan arus migran gelap, karena Malaysia mengalami peningkatan pesat dalam jumlah migran tidak berdokumen yang bekerja di dalam negeri: “Undang-undang yang diamandemen mengkriminalisasi migran yang tidak mematuhi kebijakan imigrasi Malaysia yang berkaitan dengan masuk, tinggal dan bekerja, membuat mereka dapat ditangkap jika tertangkap oleh pihak berwenang atau Korps Relawan Rakyat (RELA).

Juga, anak-anak disana tidak kurang jumlahnya yang memilih putus sekolah untuk menghidupi keluarga. Karena tidak ada ketentuan hukum yang mengamanatkan wajib belajar bagi anak-anak bukan warga negara, orang tua memiliki tanggung jawab tunggal untuk memastikan anak-anak mereka menyelesaikan pendidikan mereka. Beberapa orang tua pengungsi menunjukkan keengganan untuk berinvestasi dalam pendidikan anak-anak mereka karena sulit membayangkan masa depan di Malaysia. Hal ini menunjukkan kurangnya kesempatan yang tersedia bagi non-warga negara untuk melanjutkan pendidikan tinggi dan memperoleh pekerjaan formal. Peserta penelitian khawatir bahwa

(23)

57 kesulitan pandemi mungkin telah memfasilitasi anak-anak putus sekolah untuk menghidupi keluarga mereka.

Terkait dengan pendidikan, Pemerintah Malaysia dapat menerima siswa asing yang akan belajar di sekolah baik sekolah Kerajaan Malaysia (Public School) maupun sekolah swasta, namun harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan di bidang pendidikan. Sayangnya kembali lagi, ketentuan persyaratan tersebut terkadang sulit dipenuhi oleh anak TKI karena dokumen pribadi anak, status keimigrasian orang tua, tempat tinggal dan ketersediaan tempat.

Selain itu, dari Indonesia sendiri Pemerintah menganggap bahwa Pendidikan tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang dapat dengan mudah mengakses pendidikan pada umumnya tetapi juga bagi mereka yang secara fisik, mental, serta marginalisasi ekonomi, sosial, budaya dan geografis sehingga sulit untuk mendapatkan akses pendidikan yang baik. Dalam perlindungan dan pemenuhan hak atas pendidikan anak Indonesia, pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, memberikan dua kategori pendidikan dalam menekankan pemusatan haknya untuk menghindari diskriminasi:

a) Pendidikan Luar Biasa: pendidikan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena fisik, emosi, mental, sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

b) Pendidikan Layanan Khusus: pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau tertinggal, masyarakat adat terpencil, dan/atau bencana alam, bencana sosial dan tidak mampu secara ekonomi.

(24)

58 Anak pekerja migran Indonesia yang berada di Sabah, Malaysia termasuk dalam kategori anak yang mendapat layanan pendidikan khusus, karena berada di daerah perbatasan, terpencil, yang memerlukan perhatian dari pemerintah Indonesia dalam pemenuhan hak untuk belajar. Indonesia memiliki Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 72 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Pendidikan Luar Biasa.

Sebagai upaya atas tanggung jawab kedua negara, untuk anak-anak non-warga negara, ALC atau CLC telah didirikan di seluruh Sabah oleh kerjasama beberapa LSM dan kedua Pemerintah yaitu Malaysia dan Indonesia. Pusat-pusat pembelajaran ini sebagian besar berfokus pada pendidikan dasar seperti 3M (membaca; menulis; mengira - berhitung) serta silabus pendidikan Malaysia, Indonesia atau Filipina yang disederhanakan. Hal-hal ini akan dibahas lebih jelas selanjutnya di Bab III terkait kerjasama internasional Pemerintah Indonesia dalam merespon hak pendidikan anak TKI Non-Prosedural di Sabah.

2.3.2 Pekerja Anak Dibawah Umur

Pekerja anak mengacu pada anak-anak di bawah usia minimum resmi untuk bekerja yang terlibat dalam pekerjaan. Merujuk pada penelitian yang ada menunjukkan bahwa keterlibatan anak-anak dalam pekerjaan perkebunan tampaknya cukup meluas. Di antara semua anak, mereka yang tidak memiliki akta kelahiran dan/atau mereka yang menjadi migran sangat rentan dan lebih mungkin terlibat dalam pekerja anak dan bentuk eksploitasi lainnya. Tidak adanya pengasuhan anak di tempat, kurangnya kesempatan bagi pemuda yang putus sekolah lebih awal dan gaji yang terbatas serta tekanan yang

(25)

59 sangat besar bagi orang tua untuk mencapai target harian adalah semua faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya pekerja anak di perkebunan kelapa sawit.

Dalam hukum Indonesia Pasal 68 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) telah diatur usia minimum untuk bekerja adalah 15 tahun dan hukum Indonesia melarang siapa pun untuk mempekerjakan dan melibatkan anak-anak (setiap orang di bawah usia 18 tahun) dalam bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. Berdasarkan hukum Indonesia, pekerja dapat dipekerjakan baik dengan kontrak kerja tetap atau kontrak kerja waktu tetap. Pengusaha juga dapat mempekerjakan pekerja sebagai pekerja harian untuk pekerjaan yang dapat diubah-ubah dan upahnya berdasarkan kehadiran, selama pekerja tersebut tidak bekerja lebih dari 21 hari dalam sebulan. Individu yang bekerja berdasarkan perjanjian harian ini biasanya disebut sebagai pekerja harian lepas.

(26)

60 Grafik 2.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Negara Bagian Untuk

Usia 15-19 Tahun Tahun 2018

Sumber: Labour Force Survey, 2018

Pada tahun 2018, Sabah memiliki tingkat partisipasi angkatan kerja tertinggi di antara usia 15 hingga 19 tahun sebesar 32% dibandingkan dengan negara bagian lain.

Dari segi jumlah absolut, Sabah juga memiliki jumlah penduduk berusia 15 hingga 19 tahun tertinggi baik yang aktif mencari pekerjaan maupun bekerja, yaitu 143.80025.

Selain itu, tingkat pengangguran di Sabah untuk usia 15 hingga 19 tahun mencapai 18,6%, atau 1,2 kali lebih tinggi dari rata-rata nasional. Seiring bertambahnya usia pekerja anak, mereka cenderung tetap sebagai pekerja tidak terampil dengan sedikit peluang untuk meningkatkan pendapatan mereka.13

13Children Out of school. (2011). In UNICEF (Vol. 49, Issue 10).

https://doi.org/10.4324/9781315677514-2

22%

21%

20%

18%

18%

17%

17%

17%

16%

15%

14%

14%

13%

12%

5%

32%

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%

Sabah Negeri Sembilan Sarawak WP Labuan Melaka Johor Perlis Kedah Pahang Perak Pulau Pinang Terengganu Kelantan Selangor Kuala Lumpur WP Putrajaya

(27)

61 Penting untuk memahami faktor-faktor berikut yang perlu diketahui kapan dan di mana ada risiko pekerja anak dalam operasi perusahaan:

a) Sebagain besar pekerja tinggal bersama anak-anak mereka di perumahan yang disediakan di dalam perkebunan atau di desa-desa yang dekat dengan perkebunan b) Pekerja mengalami kesulitan memenuhi kuota harian mereka dan oleh karena itu memiliki insentif untuk melibatkan anak-anak untuk memenuhi kuota. Seperti keadaan panen yang sulit, panen yang tidak mencukupi, dll.

c) Upah yang rendah membuat pekerja tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarganya

d) Faktor internal seperti keluarga juga memiliki peran penting atas fenomena ini, dimana orang tua mereka memlih untuk anak-anak nya bekerja menghasilkan uang daripada menimba ilmu di sekolah.

Ada hubungan kuat antara menjadi pekerja anak dan putus sekolah dan kedua tantangan tersebut harus diatasi bersama. Di satu sisi, pekerja anak perlu dikurangi untuk meningkatkan kehadiran di sekolah. Di sisi lain, peningkatan kehadiran di sekolah adalah cara paling efektif untuk mengurangi pekerja anak. Sangat penting untuk mengembangkan pendekatan yang meningkatkan akses, kualitas dan relevansi pendidikan, sehingga keluarga tidak hanya memiliki kesempatan untuk berinvestasi dalam pendidikan anak-anak mereka sebagai alternatif pekerja anak tetapi juga menemukan bahwa pengembalian ke sekolah membuat investasi mereka.

(28)

62 Grafik 2.2 Total Area Yang Ditanami Kelapa Sawit Di Sabah Tahun 2017-2020

Sumber : Laporan Statistik Raudhah Hirschmann tahun 2021

https://www.statista.com/statistics/1093025/malaysia-palm-oil-total-planted-area-sabah/

1.55 1.55 1.59

1.54

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6

2017 2018 2019 2020

Per Juta Hektar

Referensi

Dokumen terkait

Kata ganti persona kedua adalah kategorisasi rujukan pembicara kepada lawan bicara. Dengan kata lain, bentuk kata ganti persona kedua baik tunggal maupun jamak merujuk

Apabila berbicara tentang perlindungan konsumen dalam masalah penggunaan kartu kredit ini, dalam banyak hal yang dimaksud dengan konsumen yang harus dilindungi

Yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini di antaranya adalah Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun

Sebagian besar anak PMI di Sabah tidak memiliki paspor karena mereka masuk ke Malaysia secara ilegal bersama orang tua mereka tanpa izin perjalanan atau paspor resmi; atau

Sebagian lainnya, melakukan migrasi ke kota-kota besar untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. Kaum migran, yang

Alat peringatan dini bahaya banjir ini menggunakan Mikrokontroler Arduino Uno yang dilengkapi dengan sensor tinggi muka level air dan kecepatan air yang dipasang pada

Promosi merupakan satu upaya untuk menawarkan barang dagangan kepada calon pembeli. Kegiatan promosi produk dan jasa bank lebih baik dilakukan lewat media massa cetak

Skripsi ini berisi tentang Upaya Pemerintah Indonesia Menangari Permasalahan Pendidikan Anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Sabah Tahun 2015-2020.. Proses