• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL TERHADAP PENERAPAN WISATA SYARIAH DI TANJUNG BIRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL TERHADAP PENERAPAN WISATA SYARIAH DI TANJUNG BIRA"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum

Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Arwinni Eka Putri Ahmad NIM: 105 25 11002 16

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/ 2020 M

(2)

ii

ANALISIS PERSEPSI DAN KESIAPAN MASYARAKAT LOKAL TERHADAP PENERAPAN WISATA SYARIAH

DI TANJUNG BIRA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Pada Program Studi Hukum

Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Arwinni Eka Putri Ahmad NIM: 105 25 11002 16

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441 H/ 2020 M

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii ABSTRAK

Arwinni Eka Putri Ahmad. 105 251 1002 16. 2020. Analisis Persepsi dan Kesiapan Masyarakat Lokal Terhadap Penerapan Wisata Syariah di Bira.

Dibimbing oleh ibu Hurriah Ali Hasan dan bapak Hasanuddin.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi dan kesiapan masyarakat lokal dalam menerapkan praktik wisata syariah di tanjung Bira.

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bira, Kec. Bontobahari, Kab.

Bulukumba, Sulawesi Selatan yang berlangsung selama dua bulan mulai dari 08 Februari sampai dengan 08 April 2020. Teknik penentuan sampel dilakukan secara sensus dengan 150 masyarakat lokal melalui dua variabel yaitu variabel bebas berupa persepsi dan kesiapan serta variabel terikat yang berupa penerapan wisata syariah.

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan angket (kuesioner) pada responden yang adalah masyarakat lokal di kawasan wisata Tanjung Bira. Hasil penelitian diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Services Solution) dan menunjukkan bahwa Persepsi dan Kesiapan masyarakat lokal berpengaruh terhadap penerapan wisata syariah di Tanjung Bira, ini ditandai dengan positifnya tanggapan responden terhadap kuesioner yang dibagikan.

Meskipun pada umumnya persepsi dan kesiapan masyarakat menyatakan setuju, pada beberapa konsep syariah yang mungkin diterapkan pada kawasan wisata tidak semua menyatakan menerima.

Kata Kunci : Persepsi, Kesiapan, dan Wisata Syariah

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil „alamin, ungkapan syukur kami haturkan dan segala puji bagi Allah SWT yang atas-Nya kami dilimpahi berkat, rahmat dan karunia sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Persepsi dan Kesiapan Masyarakat Lokal Terhadap Penerapan Wisata Syariah di Tanjung Bira”. Terbalut salawat dan salam kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang perjuangannya berbuah pencerahan iman dan Islam bagi kehidupan ummat manusia.

. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua dan adik tercinta Bapak Akhmad Muddin dan Ibu Husnia, Ardian Satria Budi Akhmad yang tak lelah menengadah memohon kebajikan juga turut sibuk membantu peneliti dengan segala lika-liku juang yang dihadapi. Bahtiar, kekasih halal yang meski jauh tidak luput memberi dukungan do‟a, moril dan materiil juga senantiasa kuat menguatkan serta kepada kedua keluarga besar yang tidak bosan menyalurkan semangat atas segala harapan dan cita-cita.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga pula peneliti haturkan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., MM, selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, selaku Dekan Fakultas Agama Islam.

3. Ayahanda Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja, MP selaku ketua prodi Hukum Ekonomi Syariah yang selalu menyalurkan semangat dan motivasi.

4. Ibunda Hurriah Ali Hasan, S.T,.ME., PhD dan Bapak Hasanuddin SE.Sy.,ME.I selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang senantiasa tegas memberikan suntikan semangat untuk terus belajar.

5. Kakanda Andi Arfandi Pabottingi S.Pd, Jusman Aris S.H, Ningsih S.H, Ardiansyah S.Pd juga kepada para sahabat Reski Dian Utami, Andi Rosman Nur, Aldy Alfian Syam yang tidak bosan membantu dan menyemangati sehingga dapat melewati rintangan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

ix

6. Kakanda Gunawan yang membantu peneliti mendapatkan informasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bulukumba, bapak Albar selaku staf dari Dinas Penanaman dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bulukumba, juga bapak Tamrin selaku staf dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Bulukumba serta kakanda Rian Juniardi selaku Tokoh Pemuda Bira yang membantu pengurusan administrasi penelitian ini.

7. Kepada sahabat sejuang angkatan 2016 HES mulai kelas A, B dan C yang telah turut membersamai perjuangan ini dengan tidak bosan menyemangati dan mengembalikan harapan yang setiap detik terkikis keputusasaan, terutama kepada saudara Nurfadillah Arifuddin, Ikmawati, Rizki Amelia Kadir, Nurmala Sari, Mulya Ramadana, juga kepada Rinawati dkk.

8. Rekan-rekan, kakanda dan adinda lembaga se-FAI.

9. Dan terakhir kepada seluruh pihak yang telah membantu untuk segala kelancaran penyusunan skripsi ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan mendasar pada penulisan skripsi ini. Oleh karena itu kritik konstruktif sangat kami harapkan demi penyempurnaan penulisan selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Makassar, 27 Juni 2020

Penulis

Arwinni Eka Putri Ahmad

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ... ...ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

BERITA ACARA MUNAQQASYAH ... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penulisan ... 9

D. Manfaat Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persepsi ... 11

B. Pengertian Wisata... 14

C. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 35

D. Variabel Penelitian ... 36

E. Definisi Operasioanl Variabel ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G. Instrumen Penelitian... 38

(11)

xi

H. Skala Pengukuran ... 38 I. Teknik Analisis Data ... 39 BAB IV PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42 B. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 44 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 57 B. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 62 RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisata ... 7

Tabel 3.1 Contoh Tabel Angket ... 39

Tabel 3.2 Skala Likert ... 40

Tabel 4.1 Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 4.2 Responden berdasarkan Umur ... 46

Tabel 4.3 Tanggapan Responden mengenai Persepsi Masyarakat... 47

Tabel 4.4 Tanggapan Responden mengenai Kesiapan Masyarakat ... 48

Tabel 4.5 Tanggapan Responden mengenai Penerapan Wisata Syariah ... 49

Tabel 4.6 Uji Validitas ... 50

Tabel 4.7 Uji Realibilitas ... 51

Tabel 4.8 Hasil Regresi ... 54

Tabel 4.9 Uji Simultan (Uji F) ... 55

Tabel 4.10 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 56

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Uji Nomalitas ... 52 Gambar 4.2 Uji Heterskodastisitas ... 53

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menyumbang pendapatan cukup banyak dalam sebuah Negara. Pariwisata dalam sejarahnya adalah hal khusus yang dinikmati secara ekslusif oleh orang-orang Yunani saja. Di Yunani, resort-resort untuk bersantai dibangun di bagian luar kota-kota yang penuh sesak atau sepanjang garis pantai, untuk memungkinkan mereka yang berasal dari kelas lebih tinggi lari dari tekanan kehidupan kota.1

Dulu industri syariah hanya terkait makanan dan minuman saja. Kemudian pada 1970-an masuk ke sektor keuangan dan 2005 mulai berkembang ke halal lifestyle, termasuk pariwisata dan sebagainya. Sebenarnya hal itu dipicu dua penyebab utama. Pertama, adanya trensosial back to nature. Yang kedua, populasi muslim dunia cukup besar.

Sejumlah negara telah mencoba menangkap peluang wisata syariah.

Mislanya di Goald Coast, Queensland, Australia. Pemerintahnya sangat antusias menjemput wistawan muslim sampai mendorong semua mal dan theme park untuk menyediakan mushalla. Bahkan hotel bintang lima Hilton Surfers Paradise selalu menyediakan tempat berbuka puasa beserta makanannya, gratis, sepanjang ramadhan. Hal hampir serupa juga dilakukan di Hong Kong. Bahkan CEOHK Tourism Board Anthony lalu mengatakan, Hong Kong harus menyiapkan lebih

1 Foster Dennis L. 2000. First Class An Introduction Travel & Tourism. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. h.13

(15)

banyak lagi masjid atau musala serta makanan halal untuk meningkatkan kedatangan wistawan muslim.

Istilah pariwisata syariah memang istilah baru dalam dunia pariwisata.

Beberapa istilah lain yang bermakna senada antara lain Islamic Tourism, Halal Friendly Tourism Destination, Halal Travel, Muslim-Friendly Travel Destinations, atau halal lifestyle. Konsep wisata syariah lebih luas dari wisata religi, dimana kalau wisata religi didefinisikan sebagai wisata dalam kerangka kepentingan ibadah/agama, misalnya haji dan umroh ke tanah haram, atau sebagian umat Islam berziarah ke makam-makam para wali/aulia/tokoh agama.

Adapun wisata syariah mengandung konsep yang lebih luas, yaitu pariwisata yang keseluruhan aspeknya tidak bertentangan dengan syariah. Dalam industri pariwisata terdapat banyak aspek dan pelaku yang terlibat, misalnya hotel dan akomodasi, makanan dan minuman, transportasi, fasilitas ibadah, dan tentu obyek wisata itu sendiri. Seluruh aspek ini haruslah tidak bertentangan dengan syariah, sederhananya halal dan toyyib.

Obyek dari wisata syariah tidak harus tempat-tempat atau khazanah budaya Islam, tetapi dapat apa saja yang menarik sepanjang tidak melanggar ketentuan syariah. Pantai, gunung, gua, mainan, bahkan budaya lokal dapat saja menjadi destinasi wisata ini. Indonesia sangat kaya dengan destinasi yang menarik dan telah dikenal secara internasional.

Memang seringkali yang menjadi masalah krusial adalah perhotelan dan akomodasi, sebab hotel pada umumnya memang tidak didesain untuk bersesuaian dengan syariah. Oleh karena itu sekarang juga muncul konsep hotel syariah, yaitu

(16)

3

hotel yang tidak menyediakan khamr, makanan dan minumannya halal, semua perlengkapan yang disediakan juga halal. Tambahan lagi hotel tersebut tidak menjadi tempat kegiatan yang dilarang syariah.

Untuk mendukung pariwisata syariah tentu makanan dan minuman halal tidak hanya tersedia di hotel syariah, tetapi wisatawan dengan mudah mendapatkan di berbagai tempat. Jadi seharusnya banyak tersedia restoran halal, bahkan oleh-oleh dan cenderamata seharusnya juga terjamin halal. Jaminan halal ini tentu harus dikeluarkan oleh pihak yang terpercaya dan dipercayai masyarakat (internasional), misalnya label halal LPPOM MUI.

Ditinjau dari segi bisnis, pariwisata syariah sangat menjanjikan.

Wisatawan-wisatawan dari negara muslim jumlahnya cukup besar dan juga tidak kalah dengan wisatawan dari negara non muslim. Masyarakat Arab Saudi, misalnya, pada tahun 2015 menghabiskan tidak kurang dari Rp 400 triliun untuk belanja wisata ke luar negeri.

Namun sayangnya, Indonesia kurang cukup bersemangat menangkap potensi wisata syariah ini. Indonesia hanya menempati rangking 6 di antara negara–negara Islam sebagai destinasi wisata syariah. Bahkan di antara negara ASEAN, wisata syariah Indonesia berada di bawah Malaysia, Singapura, dan Thailand. Tentu saja hal ini sangat disayangkan, sebab Indonesia memiliki segalanya untuk pengembangan wisata syariah ini.

Bahkan hal ini sudah menjadi program resmi pemerintah dan telah diluncurkan sejak lama. Wisata syariah pertama kali diluncurkan secara nasional pada kegiatan Indonesia Halal Expo (Indhex) 2013 dan Global Halal Forum yang

(17)

digelar pada 30 Oktober-2 November 2013 oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau, dimana hanya sekitar 7.000 pulau yang berpenghuni.

Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Sumatera dan Papua merupakan pulau utama di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga memiliki pulau-pulau kecil dengan segala pesona keindahannya yang merupakan tujuan wisata lokal maupun internasional.2

Pariwisata di Indonesia saat ini semakin mengalami peningkatan dan belakangan konsep syariah kian marak dan sedang menjadi tren di masyarakat Indonesia. Pada awalnya konsep syariah umumnya digunakan pada dunia perbankan. Lambat laun seiring dengan perkembangan waktu, masyarakat mulai familiar dengan kata maupun istilah “syariah”. Maka, bermunculanlah berbagai bank maupun lembaga yang menambahkan penerapan syariah pada aktifitas bisnis.

Dunia pariwisata tidak mau ketinggalan. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bertekad menjadikan Indonesia sebagai salah satu destinasi wisata syariah (syariah tourism) di dunia. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menetapkan sembilan tujuan wisata yang memiliki potensi untuk dipromosikan sebagai kawasan wisata syariah di Indonesia. Sembilan daerah itu adalah Sumatera Barat, Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Makassar, dan Lombok. Ini tak lepas dari latar sosial budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dengan didukung keindahan alamnya.

2 M Malta, 2018”The Transmigrants’ Empowerment in Farming in Banyuasin and Ogan Ilir Regencie, South Sumtera Province”, https://journal.ipb.ac.id. (diakses 12 Desember 2019)

(18)

5

Wisata syariah di Indonesia masih sangat minim keberadaannya khususnya di Tanjung Bira, pemerintah sedang melakukan pengembangan terhadap salah satu destinasi pariwisata tersebut. Banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang wisata syariah, bahkan wisata syariah masih asing terdengar pada masyarakat awam. Wisata Syariah atau Halal Tourism adalah salah satu sistem pariwisata yang disediakan bagi wisatawan Muslim maupun non-muslim yang pelaksanaannya mematuhi aturan syariah. Beberapa strategi yang dilakukan pemerintah selain promosi juga memperbaiki strategi pemasaran, penyiapan produk, hingga pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.

Pada awal 2014 baru disahkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI No.2 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Usaha Hotel Syariah. Banyak masyarakat yang mengira bahwa wisata syariah sama dengan wisata religi, perlu digaris bawahi bahwa wisata syariah berbeda dengan wisata religi. Wisata religi contohnya seperti ziarah ke makam para Nabi dan juga umroh. Sedangkan, wisata syariah tersebut harus dibuat standarisasinya sesuai dengan kaidah Islam. Misalnya, para pengunjung dilarang membawa minuman beralkohol, menyediakan fasilitas untuk beribadah sehingga layak dan nyaman untuk bersuci, menyediakan makanan dan minuman halal, menetapkan batas muhrim yang jelas dan tidak ada suasana hiburan maksiat.3.

Wisata syariah sangat mengedepankan produk-produk halal dan aman dikonsumsi wisatawan muslim. Bagi wisatawan non-muslim, wisata syariah dengan produk halal ini adalah jaminan sehat. Karena pada prinsipnya,

3 Sutomo. 2014. Analisis Perbandingan Hotel dan Pariwisata Syariah dengan Konvensional. Bogor: Megister Manajemen Syariah IPB.

(19)

implementasi kaidah syariah itu berarti menyingkirkan hal-hal yang membahayakan bagi kemanusiaan dan lingkungannya dalam produk maupun jasa yang diberikan, dan tentu memberi kebaikan. Dengan nilai-nilai keislaman yang ada pada pariwisata syariah bukan hanya bermanfaat bagi industri pariwisata tapi juga bermanfaat bagi masyarakat dalam meningkatkan keimanan, menjadi manusia yang lebih baik dan mencegah terjadinya hal yang bersifat mudharat bagi masyarakat.

Pariwisata juga tidak lepas dengan kata persaingan, masing-masing tempat wisata memberikan keunggulan yang mereka miliki dan tentunya dengan pelayanan yang baik pula, khususnya di tanjung Bira. Sulawesi tekhusus Sulawesi Selatan yang lokasinya berbatasan dengan laut Flores di bagian selatan menjadikannya dikenal sebagai tempat wisata dengan pesona bahari yang memukau. Salah satu daerah wisata yang banyak dikunjungi karena pesona baharinya adalah tanjung Bira. Tanjung Bira adalah daerah wisata yang berada di Kabupaten Bulukumba dengan jarak tempuh 41 km tepatnya di Kecamatan Bontobahari dan dengan jarak 200 km dari Kota Makassar. Lokasi geografisnya terletak d ujung selatan daratan Sulawesi Selatan sehingga tanjung Bira di kelilingi lautan. Pasir sehalus tepung serta pemandangan sunrise dan sunsetnya menjadi daya tarik wisatawan yang paling kuat baik lokal maupun asing.

Wisata syariah di Tanjung Bira terbilang sangat minim bahkan masih sangat jarang dan susah untuk ditemukan, hal ini menyebabkan mayoritas masyarakat Bulukumba tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan wisata syariah. Bulukumba sebagai salah satu Kabupaten yang berada di Sulawesi

(20)

7

Selatan tentunya menjadi salah satu daerah yang paling diminati para wisatawan lokal hingga mancanegara. Hal ini didasarkan pada potensi yang dimiliki oleh daerah dengan sebutan “Butta Panrita Lopi” dengan kekayaan budaya dan potensi wisata yang cukup beragam. Kabupaten Bulukumba memiliki letak geografis yang terdiri dari daerah pegunungan dan pesisir pantai sehingga memiliki beragam suku, budaya dan objek wisata lainnya, sehingga menarik untuk dikunjungi dunia nasional maupun internasional. Salah satu objek wisata yang paling menawan adalah kawasan wisata Tanjung Bira yang menawarkan pantai berpasir putih dan panorama pesisir yang menakjubkan.

Tanjung Bira sebagai salah satu objek wisata telah menjadi pilar yang menopang perekonomian daerah Bulukumba, khususnya pada sektor pariwisata secara umum telah menarik wisatawan dalam jumlah yang besar. Asumsi ini didasarkan oleh data berikut yang menggambarkan peningkatan jumlah wisatawan yang mengunjungi kabupaten Bulukumba dalam kurung waktu delapan tahun belakangan.

Tabel 1.1

Data Kunjungan Wisatawan Domestic dan Mancanegara Tahun 2011 – 2018

Tahun Wisatawan Nusantara

Wisatawan Mancanegara

Jumlah

2011 87.019 2.500 89.519

2012 98.030 2.940 100.970

2013 115.343 3.425 118.768

2014 137.087 4.195 141.282

2015 156.770 3.769 160.539

2016 158.695 3.125 161.820

2017 186.145 3.036 189.181

2018 238.810 3.557 242.367

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bulukumba 2019

(21)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bulukumba dari tahun ke tahun mengalami peningkatan selama kurung waktu lima tahun belakangan. Pada tahun 2011 jumlah kunjungan wisatawan mencapai 89.519 orang, kemudian meningkat pada tahun 2012 mencapai angka 100.970 orang. Selanjutnya pada tahun 2013 kunjungan wisatawan berjumlah 118.768 orang dan meningkat lagi sebanyak 141.282 orang pada tahun 2014, berikutnya di tahun 2015 meningkat menjadi 160.539 orang, kemudian meningkat lagi sebanyak 161.820 orang di tahun 2016, dan terus meningkat di tahun 2017 sebanyak 189.181 orang hingga di tahun 2018 terakhir telah mencapai 242.367 orang.

Dari data yang telah dipaparkan di atas peneliti menyimpulkan bahwa minat berkunjung wisatawan ke Sulawesi Selatan terkhusus di Tanjung Bira Kabupaten Bulukumba memiliki peningkatan yang sangat signifikan. Dari hasil survei pada masyarakat dan pengunjung di Kabupaten Bulukumba, terkhusus masyarakat di Tanjung Bira di antaranya mempunyai persepsi bahwa wisata syariah identik dengan wisata ziarah para makam ulama, mengunjungi masjid- masjid peninggalan sejarah, melaksanakan umrah dan haji. Kurangnya pemahaman dan persepsi-persepsi masyarakat tentang wisata syariah yang terkadang salah mengartikan wisata syariah tersebut bisa saja berpengaruh terhadap minat berkunjung para wisatawan, ada dua kemungkinan yang akan berpengaruh dengan kurangnya pemahaman wisata syariah membuat mereka semakin berminat untuk mengetahui bagaimana wisata syariah atau akan sebaliknya.

(22)

9

B. Rumusan Masalah

1. Apa persepsi masyarakat lokal tentang wisata syariah?

2. Bagaimana kesiapan masyarakat lokal dalam menerapkan praktik wisata syariah di tanjung Bira?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat lokal tentang wisata syariah.

2. Untuk mengetahui sejauh mana kesiapan masyarakat lokal dalam menerapkan praktik wisata syariah di tanjung Bira.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan pariwisata daerah khususnya pariwisata syariah di Tanjung Bira.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis

Menambah wawasan penulis mengenai pariwisata khususnya pariwisata syariah dan memberikan pengalaman berfikir ilmiah melalui penyusunan dan penulisan skripsi.

b. Bagi Masyarakat

Untuk memberikan edukasi atau pemahaman tentang wisata syariah kepada masyarakat umum khususnya yang ada di Tanjung

(23)

Bira. Dengan adanya pemahaman tentang wisata syariah masyarakat dapat mengenalkan dan memiliki kesiapan dalam menerapkan wisata syariah kepada para pendatang atau orang-orang yang berdomisili di luar daerah Bulukumba.

c. Bagi Pemerintah

Agar pemerintah dapat melihat peluang untuk menambah pendapatan daerah dengan meningkatkan pariwisata daerah khususnya dengan membuat tempat wisata berkonsep syariah sehingga masyarakat khususnya wisatawan yang mayoritas muslim merasa lebih nyaman menjalankan ibadah pada saat berwisata.

(24)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Persepsi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan bahwa persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengenai beberapa hal melalui panca inderanya.4 Persepsi adalah sebuah proses individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensoris untuk memberikan pengertian pada lingkungannya.5

Istilah persepsi sering disebut juga dengan pandangan, gambaran, atau anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu hal atau objek. Persepsi didefinisikan sebagai proses seseorang memilih mengorganisasikan, megartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda beda dari objek yang sama karena adanya tiga proses persepsi.6

Persepsi mempunyai banyak pengertian, diantaranya adalah :

Bimo Walgito menyatakan pengertian persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh penginderaan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris.7

Slameto berpendapat persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus

4 Depdikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 1984

5 Robbins, Stephen p. judge, Stephen P. judge, Timothy A Judge. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior), Terj. Ratna Saraswati dan Febriella Sirat Edisi 16. Jakarta : Salemba empat, 2015, h.295

6 Sunyoto, Danang. Teori, Kuesioner dan Analisis Data. Yogyakarta Graha : Timur , 2012. h13

7 Bimo, Walgito. 2010. Pengantar Psikolog Umum.Yogyakarta: C.V Andi Offse. h.12

(25)

menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium.8

Robbins mendeskripsikan bahwa persepsi merupakan kesan yang diperoleh oleh individu melalui panca indera kemudian di analisa (diorganisir), diintepretasi dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna.9

Poerwadarminta menyatakan persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu serapan atau Persepsi mempunyai sifat subjektif, karena bergantung pada kemampuan dan keadaan dari masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu yang satu dengan yang lain.10

Dengan demikian persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran, atau penginterprestasian terhadap apa yang dilihat, didengar, atau dirasakan oleh indranya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pengindraan.

a. Perhatian yang selektif b. Gangguan yang selektif

c. Mengingat kembali yang selektif

8 Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

h15

9 Robbins, S. P. 2003. Perilaku Organisasi, (Terjemahan). Buku 1. Edisi Indonesia.

Jakarta : PT. Gramedia. h31

10 Poerwadarminta, W.J.S. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka,Jakarta : Balai Pustaka.

(26)

13

Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi,di mana sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab keadaan yang mengembirakan. Sensasi juga dapat didefinisikan sebagai tanggapan yang cepat dari indera penerima kita terhadap stimuli dasar seperti cahaya, warna, dan suara.

Dengan adanya itu semua maka persepsi akan timbul.11 Persepsi kita dibentuk oleh :

a. Karakteristik dari stimuli

b. Hubungan stimuli dengan sekelilingnya c. Kondisi-kondisi di dalam diri kita sendiri

Persepsi adalah pengalaman tentang suatu objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimulus inderawi.

Menafsirkan bahwa inderawi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi atensi, ekspentasi, motivasi, dan memori. Pendapat tersebut menerangkan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Stimulus atau rangsangan yang diterima individu melalui penginderaan akan diteruskan kepusat susunan syaraf yaitu otak dan terjadilah proses psikologis, sehingga individu menyadari apa yang dilihat dan apa yang didengar.12

Persepsi terbagi menjadi dua macam yaitu:

a. External Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu.

11 Sungadji, Etta Mamang, dan Sopiah. 2013. Perilaku konsumen : Pendekatan Praktis disertai Himpunan Jurnal Penelitian. Yogyakarta : Andi, h.128

12 Rakhmat, Jalaluddin . 1991. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. h.81

(27)

b. Self Perception, yaitu yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasa dari dalam diri individu.

B. Pengertian Wisata

Secara etimologis wisata merupakan kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang dalam bahasa Indonesia berarti perjalanan. Selain itu, pariwisata yang merupakan kegiatan dari orang-orang yang mengunjungi tempat tertentu untuk jalan-jalan, mengunjungi teman atau kerabat, mengambil liburan, dan bersenang-senang.

Definisi wisata sendiri adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan manusia ke luar daerahnya baik perorangan maupun kelompok untuk mengunjungi destinasi tertentu dengan tujuan rekreasi, mempelajari keunikan daerah wisata, pengembangan diri dan sebagainya dalam kurun waktu yang singkat atau sementara waktu. Dalam artian sempit, pariwisata merujuk pada aktivitas atau praktek melakukan perjalanan untuk kepentingan penyegaran diri pribadi, untuk pendidikan atau untuk bersenang-senang.13 Sebagaimana dijelaskan dalam Al-qur‟an Surah Muhammad : 10.

يِف ْاو ُزيِسَي ۡمَلَفَأ ِض ۡرَ ۡلۡٱ

ُةَبِق ََٰع َناَك َفۡيَك ْاو ُزُظىَيَف َهيِذَّلٱ

َزَّمَد ۡۖۡمِهِلۡبَق هِم َُّللّٱ

اَهُلََٰث ۡمَأ َهي ِزِف ََٰكۡلِل َو ۡۖۡمِهۡيَلَع

ٔٓ

Terjemahnya :

“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum

13 Marpaung. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta. h.78

(28)

15

mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.”14

1. Wisata Syariah

Istilah pariwisata syariah memang istilah baru dalam dunia pariwisata.

Beberapa istilah lain yang bermakna senada antara lain Islamic Tourism, Halal Friendly Tourism Destination, Halal Travel, Muslim-Friendly Travel Destinations, atau halal lifestyle. Wisata syariah mengandung konsep yang lebih luas, yaitu pariwisata yang keseluruhan aspeknya tidak bertentangan dengan syariah.15

Dalam industri pariwisata terdapat banyak aspek dan pelaku yang terlibat, misalnya hotel dan akomodasi, makanan dan minuman, transportasi, fasilitas ibadah, dan tentu obyek wisata itu sendiri. Seluruh aspek ini haruslah tidak bertentangan dengan syariah, sederhananya halal dan toyyib. Obyek dari wisata syariah tidak harus tempat-tempat atau khazanah budaya Islam, tetapi dapat apa saja yang menarik sepanjang tidak melanggar ketentuan syariah.

Pantai, gunung, gua, mainan, bahkan budaya lokal dapat saja menjadi destinasi wisata ini. Indonesia sangat kaya dengan destinasi yang menarik dan telah dikenal secara internasional. Wisatawan muslim merupakan segmen baru yang sedang berkembang pesat dalam industri pariwisata. Menjelajahi dunia seperti wisatawan lain dengan tidak mengorbankan kebutuhan dasar mereka

14 Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2015. Mushaf Al-qur’an Al-Karim dan Terjemahan, QS. Muhammad : 10. Yogyakarta. Gramasurya. h507

15 Ediwarsyah. 1987. Pengaruh Pengembangan Obyek Pariwisata Terhadap Pendapatan Masyarakat di Lingkungan Objek Pariwisata : Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM Yogyakarta. h16

(29)

berupa pemenuhan makanan halal dan kemudahan pelaksanaan ibadahnya berupa shalat.

Indonesia has a much tourism area, which is visited by both domestic and foreign tourist, are often equipped with facilities for entertainment that are not accorded to social norms and clash with religion norms. While Indonesia is the largest Moslem country in the world with 85 pecent people are Moslem.16 Secara umum pariwisata syariah dan pariwisata konvensional tidak beda, hanya kebutuhan terhadap paket wisata, akomodasi, makanan dan minuman memenuhi ketentuan nilai-nilai Islam di mana hal ini dapat juga dinikmati oleh semua kalangan karena secara generic tidak berbeda telah mengumpulkan pendapat para pakar dalam mendefinisikan pariwisata syari‟ah.

Obyek dalam pariwisata syariah dapat berupa: wisata alam, wisata budaya, wisata buatan yang dibingkai dalam nilai-nilai Islam. Adanya nilai-nilai Islam yang melekat tersebut menjadikan para wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata disamping memperoleh kesenangan yang bersifat duniawi, juga mendapatkan kesenangan yang sejalan dengan nilai-nilai yang selaras dan seiring dengan tujuan dijalankannya syariah, yaitu memelihara kesejahteraan manusia yang mencakup perlindungan terhadap keimanan, kehidupan, akal, keturunan, dan harta benda.17

16 Hurriah Ali Hasan. 2019. Humanities & Social Sciences.

https://scholar.google.co.id/scholar/q=related:O_Idaafw0vEJ:scholar.google.com/&hl=id&as_sdt=

0,5 Diakses pada 03 Juni 2020

17 Ediwarsyah. 1987. Pengaruh Pengembangan Obyek Pariwisata Terhadap Pendapatan Masyarakat di Lingkungan Objek Pariwisata : Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM Yogyakarta. h71

(30)

17

Dengan demikian, dalam pariwisata syariah meletakan prinsip yang ada harus didasarkan pada tujuan untuk meningkatkan semangat keberagaman dengan cara yang menghibur. Keadaan tersebut menjadi sangat berbeda manakala wisatawan melakukan kegiatan wisata yang konvensional maupun wisata religi.

2. Persepsi Orang Terhadap Objek Wisata Syariah

Persepsi pengunjung adalah penilaian atau pandangan pengunjung terhadap sesuatu. Suatu objek wisata harus meningkatkan kualitas objek menjadi lebih baik guna mendapat persepsi positif. Persepsi dalam dunia pariwisata merupakan pendapat atau cara pandang pengunjung maupun wisatawan dalam memahami suatu destinasi wisata.

Dalam industri pariwisata setiap wisatawan memiliki kepribadian masing- masing sehingga melihat fenomena yang ada, mereka memiliki persepsi masing- masing. Persepsi wisatawan merupakan salah satu hal yang penting dalam pengembangan suatu destinasi pariwisata. Mengenai apa yang diminati, diingini, dan diharapkan oleh pengunjung ke suatu destinasi menjadi amat penting artinya dalam kaitan dengan pemasaran objek wisata.

Banyak masyarakat yang mengira bahwa wisata syariah sama dengan wisata religi. Perlu digaris bawahi bahwa wisata syariah berbeda dengan wisata religi. Wisata religi contohnya seperti ziarah ke makam para Nabi dan juga umroh. Sedangkan, wisata syariah tidak hanya mengedepankan objek tujuan para wisatawan, tetapi tempat wisata syariah tersebut harus dibuat standarisasinya sesuai dengan kaidah Islam. Misalnya, para pengunjung dilarang membawa minuman beralkohol, menyediakan fasilias untuk beribadah sehingga layak dan

(31)

nyaman untuk bersuci, menyediakan makanan dan minuman halal, menetapkan batas muhrim yang jelas dan tidak ada suasana hiburan maksiat.18

a. Minuman Beralkohol

Berdasarkan pemaparan di atas bahwa minuman beralkohol itu hukumnya haram sehingga tidak dapat dibawa masuk ke dalam kawasan wisata syariah. Ada banyak jenis minuman beralkohol yang beredar di kalangan masyarakat termasuk minuman keras tradisional maupun minuman keras buatan pabrik. Apapun jenis minuman keras tersebut, semua minuman yang mengandung alkohol adalah haram dan tidak di perbolehkan dikonsumsi oleh umat Islam. Islam dengan jelas melarang minuman beralkohol dan ini telah disebutkan dalam Alquran dan Hadits secara nyata, Allah SWT melarang mengkomsumsi minuman beralkohol karena minuman ini dapat mendatangkan mudharat atau keburukan bagi seseorang yang mengkonsumsinya. Yang dapat menjadi alasan mengapa minuman ini diharamkan yaitu merusak kesehatan, menghilangkan kesadaran, menyebabkan kecanduan, merusak akhlak dan menurunkan produktivitas. Masih banyak alasan yang mendasari mengapa alkohol dilarang dalam Islam. Minuman halal sendiri pada dasarnya dapat dibagi menjadi 4 bagian. Pertama, semua jenis air atau cairan yang tidak membahayakan bagi kehidupan manusia, baik membahayakan dari segi jasmani, akal, jiwa, maupun akidah. Kedua, air dan cairan yang tidak memabukkan walaupun sebelumnya pernah memabukkan seperti arak

18 Hasanuddin. 2010. Pembangunan dan Konflik Kepariwisataan. Padang : Andalas University Press. h90

(32)

19

yang berubah menjadi cuka. Ketiga, air dan cairan itu bukan berupa benda najis atau benda suci yang terkena najis. Keempat, air dan cairan yang suci itu didapatkan dengan cara-cara yang halal yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.

b. Fasilitas untuk beribadah

Secara definisi tempat ibadah merupakan sebuah tempat yang digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama atau kepercayaan masing-masing. Tiap-tiap tempat ibadah untuk masing- masing agama adalah fasilitas umum yang khusus untuk masing- masing agama. Tempat ibadah umat Muslim adalah Masjid, Masjid bukanlah fasilitas umum untuk bagi siapa saja yang boleh melaksanakan ibadah di dalam Masjid. Fasilitas untuk beribadah yang paling diutamakan mulai dari tempat mengambil wudhu, mihrab, toilet, parkir, mimbar, kantor sekretariatan masjid dan perlengkapan Shalat.

c. Makanan halal

Halal artinya boleh, jadi makanan yang halal ialah yang dibolehkan untuk dikonsumsi. Pada dasarnya makanan itu adalah baik dan halal untuk dikonsumsi, asalkan sesuai dengan syarat dan ketentuannya.

Makanan halal adalah tidak mendekatkan kita pada syaitan atau bukan untuk hal yang tidak diridhoi Allah. Allah berfirman dalam :

َلۡا يِف اَّمِم ْاىُلُك ُساَّىلا اَهُّيَأ اَي ِناَطْيَّشلا ِتا َىُطُخ ْاىُعِبَّتَت َلا َو ًابِّيَط ًلاَلاَح ِض ْر

﴿ ٌهيِبُّم ٌّوُدَع ْمُكَل ُهَّوِإ

ٔ٦١

Terjemahannya :

(33)

”Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan;

karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”19 Adapun tafsir ayat di atas menurut Quraish Shihab yaitu bahwa manusia diingatkan untuk memakan makanan yang Tuhan ciptakan di bumi dari segala yang halal dan yang baik yang disukai manusia. Manusia dilarang mengikti jejak langkah setan yang merayu untuk memakan yang haram. Karena sesungguhnya kita telah mengetahui permusuhan dan kejahatan-kejahatan setan.20

d. Menetapkan batas muhrim

Kata muhrim artinya orang yang berihram dalam ibadah haji sebelum bertahallul. Istilah muhrim yang sering diucapkan masyarakat Indonesia pada umumnya biasa dipakai oleh orang yang sedang melakukan ihram dalam ibadah haji dan umrah juga berarti bahwa mereka yang memakai pakaian ihram dilarang melakukan perbuatan tertentu. Seperti melakukan hubungan suami istri, melangsungkan perkawinan, membunuh binatang dan larangan lain selama proses haji atau umrah berlangsung.

e. Tidak ada suasana maksiat

Maksiat merupakan tindakan manusia yang melanggar hukum moral yang bertentangan dengan perintah Allah, menurut ajaran Islam orang yang semacam ini lebih dihindari binatang, karena ia diberikan mata Allah namun tidak digunakan untuk melihat ayat-ayat Allah. Kerugian bagi manusia yang melakukan maksiat yaitu menjadi penghalang untuk mem-

19 Depag RI. 2005. Alqur’an dan terjemahannya, QS. Al-Baqarah: 168. Bandung: Syamil Al-Qur‟an. h25

20 https://tafsirku.com/2015/Tafsir-Quraish-Shihab.html, diakses pada 18 Desember 2019

(34)

21

peroleh ilmu pengetahuan, terhalang ketaatan kepada Allah, meyebabkan seseorang menjadi hina, hilangnya rasa malu, mendapat akhir hidup yang buruk, hati menjadi keras, menghilangkan berkah, membuat hati menjadi sempit, mendapatkan laknat dan siksa Allah di akhirat .

Terjemahnya:

“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahramnya.” (HR. Bukhari, no. 5233). 21

Kurangnya pemahaman dan persepsi-persepsi masyarakat tentang wisata syariah yang terkadang salah mengartikan wisata syariah tersebut bisa saja berpengaruh terhadap minat berkunjung para wisatawan, ada dua kemungkinan yang akan berpengaruh dengan kurangnya pemahaman wisata syariah membuat mereka semakin berminat untuk mengetahui bagaimana wisata syariah atau akan sebaliknya.

3. Kesiapan Masyarakat Lokal

Kesiapan atau readiness menurut Jamies Dreaver dalam Slameto adalah Preparedness to respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan merupakan segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban dengan cara tertentu terhadap suatu situasi.” Kemampuan dan kesediaan ini merupakan gambaran dari sikap mental yang banyak dipengaruhi oleh faktor

21 Az-Zabidi, Imam. 2018. Mukhtasar Shahih Bukhari. Indoenesia : Ummul Quro. h71

(35)

pengalaman yang diperoleh dari hasil belajar dan kematangan maturity. Akan tetapi kematangan yang dijelaskan oleh Slameto bukanlah suatu kondisi fisik.

Kesiapan dapat dituangkan dalam prinsip-prinsip kesiapan meliputi : a. Semua aspek perkembangan berinteraksi.

b. Pengalaman seseorang mempengaruhi pertumbuhan fisiologi individu.

c. Pengalaman-pengalaman mempunyai efek komulatif dalam perkembangan fungsi kepribadian individu, baik jasmani maupun rohani.

d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk pada diri sesorang merupakan masa perkembangan pribadinya.

Kesiapan seseorang dipengaruhi beberapa faktor internal, di antarnya faktor usia, sikap mental, pola pikir, wawasan, pengetahuan dan pengalaman- pengalaman yang diperoleh dari hasil proses belajar, baik di sekolah maupun masyarakat. Selain itu faktor-faktor eksternal diantaranya lingkungan dan kultur yang meliputi latar belakang ekonomi, sosial budaya, keluarga, dan lingkungan juga cenderung dapat mempengaruhi kesiapan seseorang.

Jadi, kesiapan merupakan suatu keadaan yang mendorong seseorang secara keseluruhan untuk melakukan reaksi (pekerjaan) secara fisik, mental, pengetahuan maupun denagn keterampilan. Dalam hal ini yang mempengaruhi kesiapan seseorang adalah kematangan, perkembangan, keterampilan berpikir dan adanya motif.

Kesiapan menurut kamus psikologi adalah “tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan

(36)

23

sesuatu.”22 Menurut Slameto “kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang atau individu yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi dan kondisi yang dihadapi”.23 Dalyono juga mengartikan „kesiapan adalah kemampuan yang cukup baik fisik maupun mental.

Kesiapan fisik berarti tenaga yang cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental berarti memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan suatu kegiatan”.24 Menurut Oemar Hamalik “kesiapan adalah tingkatan atau keadaan yang harus dicapai dalam proses perkembangan perorangan pada tingkatan pertumbuhan mental, fisik, sosial dan emosional”.25

Berdasarkan beberapa pengertian di atas peneliti dapat menyimpulkan mengenai pengertian kesiapan. Kesiapan adalah keseluruh kondisi seseorang atau individu untuk menanggapi dan mempraktekkan suatu kegiatan yang mana sikap tersebut memuat mental, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki dan dipersiapkan sebelum melakukan tindakan tertentu.

Pengertian masyarakat dalam suatu perkembangan daerah, masyarakat bisa dibagi menjadi dua bagian yaitu masyarakat maju dan masyarakat sederhana.

Masyarakat maju adalah masyarakat yang memiliki pola pikir untuk kehidupan yang akan dicapainya dengan kebersamaan meskipun berbeda golongan.

Sedangkan masyarakat sederhana adalah sekumpulan masyarakat yang

22 Chaplin, J.P. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. h 419 23

Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.h25

24 Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.hlm. 52

25 Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Sinar Grafika hlm. 94

(37)

mempunyai pola pikir yang primitif, yang hanya membedakan antara laki-laki dan perempuan saja.

Masyarakat adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap dan mempunyai kepentingan yang sama.

Masyarakat yang sesungguhnya adalah sekumpulan orang yang telah memiliki hukum adat, norma-norma dan berbagai peraturan yang siap untuk ditaati. Pada hakekatnya, versi terjemahan apapun yang dipakai, ternyata rujukan berpijaknya bertemu pada pemahaman konseptual yang sama.

Masyarakat mempunyai arti sekumpulan orang yang terdiri dari berbagai kalangan dan tinggal didalam satu wilayah, kalangan bisa terdiri dari kalangan orang mampu hingga orang yang tidak mampu. Seperti; sekolah, keluarga, perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat. Masyarakat Sipil (Civil Society), banyak diterjemahkan dengan berbagai macam makna. Civil Society sebagai wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan, antara lain;

kesukarelaan (voluntary), kesewasembadaan (self generating), dan keswadayaan (self supporting), kemandirian tinggi berhadapan dengan negara, dan keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai hukum yang diikuti oleh warganya.

Pada dasarnya istilah manapun yang dipakai tidak menjadi soal sepanjang kita memiliki perspektif, sudut pandang dan pemahaman konseptual yang sama menurut makna istilah yang digunakan. Dalam ilmu sosiologi kita kita mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan. Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota-

(38)

25

anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka. Kalau pada masyarakat patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-anggotanya.

Unsur-unsur suatu masyarakat:

a. Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak

b. Telah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah tertentu.

c. Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur masyarakat untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.

Masyarakat setempat atau masyarakat lokal adalah penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di pedesaan dan berada di sekitar kawasan hutan, umumnya memiliki pengalaman hidup dan kearifan tradisional dalam mengelola sumberdaya alam sekaligus dalam mendefenisikan kearifan tradisional sebagai pengetahuan kebudayaan yang dimiliki suatu masyarakat tertentu yang mencakup sejumlah pegetahuan kebudayaan yang berkenaan model-model pemnafaatan dan pengelolaaan sumberdaya alam secara lestari.26

4. Kehidupan Masyarakat Wisata

Masyarakat setempat biasanya melihat pariwisata sebagai faktor budaya dan pekerjaan. Yang penting bagi masyarakat setempat, adalah efek dari interaksi antara sejumlah besar pengunjung internasioan dan penduduk. Efek ini mungkin akan bermanfaat atau berbahaya atau juga bisa keduanya.

Pariwisata adalah fenomena kemasyarakatan yang menyangkut manusia, masyarakat, kelompok, organisasi, kebudayaan dan sebagainya. Kajian sosial terhadap kepariwisataan belum begitu lama, hal ini disebabkan pada awalnya

26https://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-masyarakat-dalapandangan.html, (diakses pada tanggal 29 November 2019)

(39)

pariwisata lebih dipandang sebagai kegiatan ekonomi dan tujuan pengembangan kepariwisataan adalah untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, baik untuk pemerintah maupun masyarakat karena kepariwisataan menyangkut manuisa dan masyarakat maka kepariwisataan dalam laju pembangunan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aspek sosial. Karena makin disadari bahwa pembangunan kepariwisataan tanpa mempertimbangkan aspek sosial yang matang akan membawa malapetaka bagi masyarakat, khususnya di daerah pariwisata.

Kepariwisataan adalah kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat setempat. Dampak pariwisata terhadap masyarakat seringkali dilihat dari hubungan antara masyarakat lokal dengan wisatawan yang menyebabkan terjadinya proses komoditisasi dan komersialisasi dari keramah- tamahan masyarakat lokal.27

Pada mulanya wisatawan diterima dengan baik dengan penuh harapan wisatawan akan membawa perkembangan bagi daerahnya. Dengan meningkatnya jumlah kunjungan maka sebagian masyarakat lokal mulai menyediakan berbagai fasilitas yang memang khusus dipersiapkan dan diperuntukkan bagi wisatawan.

Hubungan-hubungan pariwisata mulai terjadi antara wisatawan dengan usaha pariwisata, wisatawan dengan masyarakat lokal. Hubungan atau interaksi umumnya tidak setara, pada umumnya masyarakat lokal lebih inferior, wisatawan lebih kaya, lebih berpendidikan dan dalam suasana berlibur.28

Dalam hubungan dengan evolusi sikap masyarakat terhadap wisatawan, Doxey mengembangkan sebuah kerangka teori yang disebut IRRITATION INDEX

27 Pitana, I G. dan Gayatri, P G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi.

h83

28 Ibid. h82

(40)

27

(IRRINDEX) yang menggambarkan perubahan sikap masyarakat terhadap wisatawan secara linier. Sikap yang mula-mula positif berubah menjadi semakin negatif seiring dengan pertumbuhan wisatawan.29

Ada beberapa tahapan-tahapan sikap mayarakat lokal terhadap wisatawan yaitu :

a. Euphoria; kedatangan wisatawan diterima dengan baik dengan berbagai harapan.

b. Apathy; masyarakat menerima wisatawan sebagai sesuatu yang lumrah dan hubungan antara masyarakat dengan wisatawan mulai berjalan dalam bentuk hubungan komersial.

c. Annoyance; titik kejenuhan sudah hampir dicapai dan masyarakat mulai merasa terganggu dengan kehadiran wisatawan.

d. Antagonism; masyarakat secara terbuka sudah menunjukkan ketidak seangannya dan melihat wistawan sebagai sumbu masalah.

e. Xenophobia; adanya perubahan lingkungan yang diakibatkan pariwisata masyarakat menjadi tidak ramah diakibatkan oleh adanya perubahan.

Sikap masyarakat lokal terhadap wisatawan tersebut di atas tentunya dibutuhkan suatu penyesuian dan penelitian yang mendalam terhadap masyarakat di kawasan Tanjung Bira. Penelitian agar memberikan gambaran bagi pengambil keputusan dalam mengambil tindakan dan penyeseuaian terhadap gejala-gejala yang muncul baik positif maupun negtaif di tengah-tengah masyarakat.30

29 Ibid. h84

30 A.J Muljadi. 2012. Kepariwisataan dan perjalanan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

h34

(41)

Dalam upaya mencapai sasaran pembangunan kepariwisataan Indonesia dan berdasarkan Rencana Repelita VII Pariwisata diperlukan suatu kebijakan dan langkah-langkah yang harus dilaksanakan secara terus-menerus. Kebijakan tersebut antara lain adalah :

a. Menjadikan pariwisata sebagai pengahsil devisa utama,

b. Menjadikan pariwisata nusantara sebagai pendorong pembangunan, c. Meningkatkan ketangguhan periwisata nasional,

d. Meningkatkan sumber daya manusia

e. Meningkatkan kemitraan masyarakat, swasta, dan media masa, Meningkatkan kerja sama lintas sektoral.

5. Kehidupan Religi

Religi bersifat kesatuan batin, orang segolongan merasa satu dengan golongan seluruhnya dan tugas persekutuan adalah memelihara keseimbangan lahir dan batin antara anggota dan lingkungan alam hidupnya. Kebahagiaan sosial di dalam persekutuan akan tetap terjamin apabila keseimbangan itu dipelihara dengan semestinya.

6. Dampak Ekonomi

Industri perjalanan dan pariwisata adalah industri individual terbesar di dunia dan penyumbang terbesar bagi pembangunan ekonomi global. Di seluruh dunia, industri yang berubah sangat cepat ini menghasilkan lebih dari 2,5 trilliun dollar setiap tahunnya dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi 112 juta orang lebih. Dalam artian pendapatan total, investasi dan lapangan pekerjaan, perjalanan adalah juga industri yang tumbuh paling cepat.

(42)

29

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menyumbang pendapatan cukup banyak dalam sebuah Negara. Dalam artian luas, pariwisata adalah bisnis menyediakan informasi, transportasi, akomodasi dan pelayanan lainnya bagi para wisatawan. Industri perjalanan dan pariwisata terbentuk dari perusahaan yang menyediakan pelayanan untuk semua tipe wisatawan, baik mereka yang melakukan perjalanan untuk kepentingan bisnis atau untuk bersenang-senang.

Keuntungan pariwisata secara ekonomi tidak bisa diabaikan. Menurut Persatuan Bangsa-Bangsa, pariwisata internasional naik tiga kali lipat 1967, menyumbangkan 13 persen dari semua perdagangan luar negeri. Kurang lebih 15 persen dari pendapatan ini dibelanjakan di negara yang sedang membangun.

Keuntungan pariwisata secara ekonomi paling nyata terlihat dalam masalah ketenagakerjaan. Pariwisata menyediakan pekerjaan bagi para karyawan hotel, pemgemudi taksi, pemandu wisata, pekerja konstruksi, penghibur, karyawan restoran,dan pekerja dalam bidang transportasi lainnya. Banyak dari pekerjaan seperti ini tidak akan tersedia jika pariwisata tidak dikembangkan. 31

7. Interaksi Masyarakat dengan Pariwisata

Wisatawan yang mengunjungi suatu daerah tujuan wisata antara lain didorong oleh keinginan atau motivasi untuk mengenal, mengetahui, atau mempelajari daerah dan kebudayaan, kehidupan masyarakat lokal, keindahan alam, berbagai jenis kuliner dan lain-lain. Selama berada di daerah tujuan wisata, wisatawan pasti berinteraksi dengan masyarakat lokal, bukan saja dengan mereka yang secara langsung melayani kebutuhan wisatawan melainkan juga dengan

31 Foster Dennis L. 2000. First Class An Introduction Travel & Tourism. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. h.35

(43)

masyarakat luas. Apapun motivasi seseorang melakukan perjalanan wisata, maka bagi seseorang atau kelompok wisatawan, perjalanan tersebut mempunyai beberapa manfaat dan akibat antara lain :32

a. Perjalanan wisata memberikan stimulasi bagi penyegaran fisik dan mental serta merupakan konpensasi terhadap berbagia hal yang melelahkan seperti situasi yang sibuk, ketegangan, rutinitas yang mnejemukan, sehingga melakukan perjalanan wisata merupakan konpenasasi terhadap permasalahan-permasahan tersbut di atas.

b. Selama berada di daerah tujuan wisata, wisatawan berinteraksi dengan masyarakat lokal. Hubungan antara wisatawan dengan masyarakat lokal sangat dipengaruhi oleh sistem sosial budaya kedua belah pihak.

c. Hubungan wisatawan dengan masyarakat lokal bersifat sementara, ada kendala ruang dan waktu, hubungan yang terjadi banyak yang bersifat transaksi ekonomi yang tidak ada lain merupakan proses komersialisasi.

d. Pariwisata memberikan keuntungan sosial, ekonomi pada satu sisi tetapi di sisi lain membawa ketergantungan dan ketimpangan sosial dan berbagai masalah sosial. Pariwisata membawa berbagai peluang baru bagi masyarakat dan mendorog berbagai bentuk perubahan sosial.

e. Munculnya kondidsi frustasi di tengah-tenagh masyarakat yang merasa jadi obyek tetapi tidak merasa menikmati keuntungan dari pembangunan kepariwisataan.

32 A.J Muljadi. 2012. Kepariwisataan dan Perjalanan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

h36

(44)

31

Di samping berbagai dampak yang dinilai positif, hampir semua diskusi seminar tentang kepariwisataan juga banyak mengemukakan adanya berbagai dampak yang tidak diharapkan (dampak negatif). Menilai dampak pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal membutuhkan pengkajian secara mendalam di tengah-tengah masyarakat setempat dan berbgai aspek seperti sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan.

Aspek-aspek tersebut berpengaruh di tengah-tengah masyarakat yang satu berbeda dengan masyarakat yang lain atau dampak terhadap kelompok sosial yang satu belum tentu sama, bahkan bisa bertolak belakang dengan dampak terhadap kelompok sosial yang lain. Namun sebagai gambaran dalam upaya mengurangi dampak pariwisata terhadap masyarakat lokal dapat dikemukakan pendekatan sebagai berikut :33

a. Berbagai perubahan sosial yang terjadi tidak dapat sepenuhnya dipandang sebagai dampak pariwisata semata-mata, mengingat pariwisata memiliki sifat kegiatan multidimensional dan terjalin erat dengan berbagai kegiatan lain yang mungkin pengaruhnya jauh sebelum pariwisata berkembang di satu kota atau kabupaten.

b. Mengenai penilain positifi dan negatif tidak selalu sama bagi segenap kelompok masyarakat, perlu melihat segmen-segmen yang ada atau melihat berbagai interset grup mengingat dinamika masyarakat berkembang dan berpengaruh pada ritme kehidupan sosial masyarakat.

33 Hasanuddin, 2010. Pembangunan dan Konflik Kepariwisataan. Padang :Andalas University Press. Hal 190

(45)

c. Setiap daerah wisata mempunyai citra tertentu yang mengandung keyakinan, kesan dan persepsi yang diterima wisatawan dan berbagai sumber dari pihak lain atau dari instansinya sendiri.

d. Pariwisata adalah industri yang memiliki citra tersendiri dan berbasiskan citra, karena citra atau kesan membawa calon wisatawan ke dunia simbol dan makna. Citra juga akan memberikan kesan bahwa satu destinasi akan memberikan suatu aktrasi yang berbeda dengan destinasi lainnya.Dari waktu ke waktu, aspek sosial dalam pembangunan pariwisata semakin mnendapat perhatian karena semakin meningkatnya kesadaran bahwa pembangunan kepariwisataan tanpa pertimbangan yang matang dari aspek sosial akan membawa malapetaka bagi masyarakat.

e. Secara umum bahwa pengembangan kepariwisataan semakin mendapat perhatian, karena semakin meningkatnya kesadaran bahwa pembangunan kepariwisataan tanpa pertimbangan yang matang dari aspek sosial akan mempengaruhi bagi pariwisata itu sendiri.

f. Secara umum bahwa pengembangan kepariwisataan selalu terkait dengan kreatifitas dan inovasi dalam berbagai bentuk kegiatan, karya masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh wisatawan pada saat berkunjung ke satu daerah wisata yang dapat menambah pengalaman perjalanan baru bagi wistawan dan peningkatan berwirausaha bagi masyarakat.

Keberhasilan pariwisata di Tanjung Bira menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari keberhasilan pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Bulukumba secara menyeluruh. Namun demikian ada banyak masalah yang

(46)

33

mendasar dalam pembangunan kepariwisataan di kawasan wisata Tanjung Bira yang mengancam keberlanjutan dari pembangunan itu sendiri.

Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain menyangkut aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Dari aspek lingkungan, pemanfaatan sumber daya alam sudah melampaui daya dukung, tampak jelas dapat dilihat antara lain, pembangunan fisik yang mengikuti jalur jalan raya, berdirinya bangunan- bangunan yang tidak selayaknya. Dari aspek ekonomi, manfaat pariwisata terdistribusi secara tidak proporsioanal dan dalam beberapa kasus terjadi marginalisasi terhadap masyarakat setempat. Masalah sosial yang juga menjadi ancaman kepariwisataan.

Pada sifatnya, hubungan antara wisatawan dengan masyarakat dicirikan oleh empat hal :34

a. Mereka berhubungan sementara (transitory realtionship), sehingga tidak ada hubungan yang mendalam. Hubungan yang bersifat sementara dan tidak berulang, sering menyebabkan mereka yang berhubungan tidak memikirkan dampak di masa yang akan datang, sehingga jarang memunculkan rasa saling percaya. Akibat lebih jauh, masing-masing pihak mempunyai potensi untuk memeras dan saling membohongi. Ada kendala ruang dan waktu yang menghambat hubungan.

b. Wisatawan umumnya berkunjung secara musiman dan tidak berulang.

Apalagi kenyataan bahwa fasilitas pariwisata umumnya hanya terkonsentrasi pada tempat–tempat tertentu, maka wisatawan hanya

34 Hasanuddin, 2010. Pembangunan dan Konflik Kepariwisataan. Padang :Andalas University Press. h91

(47)

berhubungan secara intensif dengan sebagian anggota masyarakat yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan terhadap wisatawan, sedangkan masyarakat yang jauh dari fasilitas pariwisata berhubungan dengan wisatawan secara kurang intensif.

c. Dalam Mass Tourism, tidak ada hubungan yang bersifat spontan antara wisatawan dengan masyarakat lokal, melainkan sebagian besar diatur dalam paket wisata yang ditangani oleh usaha pariwisata dengan jadwal yang ketat.

d. Kegiatan pariwisata adalah kegiatan ekonomi, yang berarti bahwa masyarakat lokal bekerja pada pariwisata adalah untuk kepentingan ekonomi atau mendapatkan penghidupan. Dengan demikan, interaksi yang terjadi antara wisatawan dengan masyarakat lokal lebih banyak bersifat transaksi ekonomi. Hubungan yang semula didasarkan atas keramahan- keramahan tradisional, dalam pariwisata telah berubah menjadi keramah- tamahan yang dikomersilkan.

e. Hubungan atau interaksi umumnya bersifat tidak setara, pada umumnya masyarakat lokal merasa inferior. Wisatawan lebih kaya, lebih berpendidikan, dan dalam suasana berlibur, sedangkan masyrakat lokal dalam suasana melakukan pekerjaan, penuh kewajiban dan mengharapkan uang wisatawan. Posisi yang tidak seimbang ini menyebabkan terjadinya hubungan eksploitatif, atau inferior-inferior.

C. Hipotesis

(48)

35

Berdasarkan teori di atas maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

H1 = diduga ada pengaruh persepsi masyarakat terhadap penerapan wisata syariah di kawasan Tanjung Bira.

H2 = diduga ada pengaruh kesiapan masyarakat lokal terhadap penerapan wisata syariah di kawasan Tanjung Bira.

H3 = diduga ada pengaruh persepsi dan kesiapan masyarakat lokal secara simultan terhadap penerapan wisata syariah di kawasan Tanjung Bira.

(49)

36 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Ditinjau dari cara perolehan datanya, penelitian ini menggunakan metode expost facto karena data yang dibutuhkan telah tersedia tanpa harus memberikan perlakuan sehingga peneliti langsung melakukan pengumpulan data dilapangan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kawasan wisata Tanjung Bira, Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan di tahun 2020, tepatnya pada tanggal 08 Februari 2020 – 08 April 2020.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga obyek dan benda alam lainnya.35

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat lokal yang beraktivitas di kawasan Tanjung Bira. Data yang diperoleh dari pengawas kawasan wisata di Tanjung Bira menyebut jumlah masyarakat lokal yang beraktifitas adalah ± 150 orang.

2. Sampel penelitian

35 Sugiyono, Metode penelitian Bisnis (Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R & D.

(Bandung : Alfabeta 2014) h. 230-232

(50)

37

Dalam melakukan penelitian pada suatu populasi, kita sering menggunakan sampel untuk mewakili populasi tersebut. Hal ini dikarenakan penelitian dengan menggunakan jumlah populasi secara keseluruhan akan memakan waktu yang lama dan biaya yang sangat besar.

Secara definisi, populasi dapat diartikan sebagai jumlah dari keseluruhan obyek yang ingin diteliti karakteristiknya.Sedangkan Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti karakteristiknya. Sample tersebut dianggap dapat mewakili keseluruhan populasinya. Jadi pada dasarnya, jumlah Sampel akan lebih sedikit dari jumlah populasinya.36 Namun dalam penelitian ini karena jumlah populasi terbatas yaitu hanya 150 orang, maka semua populasi akan diteliti, dalam arti tidak digunakan sampel.

D. Variabel Penelitian

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu dua variabel bebas (X) dan satu variabel terikat (Y) dengan rincian yaitu X1 adalah persepsi masyarakat lokal, X2 adalah kesiapan masyarakat lokal dan variabel Y adalah penerapan wisata syariah di Tanjung Bira.

E. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran tentang variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi pengertian dari variabel-variabel tersebut:

a. Persepsi masyarakat adalah pendapat atau tanggapan masyarakat terhadap wisata syariah di kawasan Tanjung Bira.

36 Wiratna Sujarweni, mendapakan sampel untuk mewakili populasinya, 2014. H.16

Gambar

Gambar 4.1 Uji Nomalitas .................................................................................
Tabel 3.1  Contoh Tabel Angket
Tabel 4.6  Uji Validitas
Tabel 4.7  Uji Realibilitas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 3 menunjukkan bahwa pada pasien yang didiagnosis penyakit jantung reumatik dan dilakukan pemeriksaan ekokardiografi sebagian besar memiliki lesi katup stenosis mitral

konsumen satu dan yang lainnya.. Citra merek yang positif berkaitan dengan konsumen, kepercayaan konsumen menganai merek yang positif dan kesediaan untuk mencari

Adalah user yang menggunakan komputer dengan akses terbatas biasanya via command linux saja bukan grafis, misalkan komputer digunakan untuk Web server, Mysql Server,

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang

Ketentuan zonasi RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) huruf d berupa RTH pada kawasan perkotaan diatur sesuai dengan rencana detail tata ruang dan

Berbagai penyakit hewan menular yang ber- hubungan dengan produksi semen beku yang harus tidak diidap oleh sapi pejantan BIB, akan dikemukakan pada tulisan

Pada saat perusahaan tidak dapat menetapkan suatu pembatasan seketika (outright prohibition) pada seorang karyawan yang menjual sahamnya, perusahaan tertutup dapat

fruit set lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain, hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi yang tinggi yang diaplikasikan pada saat awal berbunga dan