• Tidak ada hasil yang ditemukan

POTENSI DAN TANTANGAN OPTIMALISASI PNBP BIDANG SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DALAM ERA TRANSFORMASI DIGITAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POTENSI DAN TANTANGAN OPTIMALISASI PNBP BIDANG SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DALAM ERA TRANSFORMASI DIGITAL"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

RINGKASAN EKSEKUTIF

POTENSI DAN TANTANGAN OPTIMALISASI PNBP BIDANG SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DALAM ERA TRANSFORMASI DIGITAL

Rendy Alvaro Satrio Arga Effendi

Terjadinya pandemi Covid-19 selama satu tahun terakhir telah mendorong kebutuhan transformasi digital menjadi semakin krusial. Aktivitas sosial dan pelayanan publik yang sebelumnya dilakukan secara langsung dan manual, kini dipaksa untuk beralih pada teknologi digital dan online dalam pelaksanaannya.

Transformasi digital diyakini dapat membawa angin segar bagi potensi penerimaan negara yang ikut terkerek akibat perkembangan teknologi dan layanan TIK yang semakin baik. Termasuk di dalamnya yaitu potensi peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kemenkominfo. PNBP yang dipungut oleh Kemenkominfo memiliki porsi yang besar dan strategis dalam struktur APBN, khususnya di pos PNBP Lainnya. Kemenkominfo menjadi salah satu penyumbang PNBP terbesar dibanding Kementerian/Lembaga lainnya, yaitu sebesar Rp25,54 triliun. Dari total PNBP tersebut, sebesar 82% atau Rp20,9 triliun disumbang dari hasil pengelolaan frekuensi (PNBP yang berasal dari BHP Frekuensi, sertifikasi perangkat telekomunikasi, dan sertifikasi operator radio). Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan frekuensi memiliki peran yang sangat vital terhadap kinerja PNBP Kemenkominfo selama ini.

Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, penyelenggaraan telekomunikasi khusus, penyelenggaraan penyiaran, navigasi dan keselamatan, Amatir Radio dan KRAP, serta sistem peringatan dini bencana alam. Penataan dan pengelolaan SFR menjadi salah satu tugas penting bagi pemerintah. Realisasi PNBP pengelolaan spektrum frekuensi ditopang oleh BHP Frekuensi, yaitu sebesar Rp20,7 triliun atau 99% dari total PNBP Ditjen SDPPI sebesar Rp20,9 triliun pada Tahun 2020.

Namun, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi pemerintah dalam upaya optimalisasi pengelolaan spektrum frekuensi radio di Indonesia. Diantaranya yaitu : penyalahgunaan penggunaan frekuensi dan perangkat telekomunikasi, belum terpenuhinya kebutuhan spektrum frekuensi mobile broadband di Indonesia, dan masih adanya Piutang PNBP yang belum dibayarkan.

Pemerintah perlu secara berkelanjutan memberikan sosialisasi masif kepada masyarakat mengenai dampak penggunaan spektrum frekuensi radio serta perangkat telekomunikasi yang ilegal, mengupayakan percepatan program analog switch off (ASO) serta mengoptimalkan penggunaan pita frekuensi 2600MHz. Selain itu pemerintah juga perlu mencari formula yang ideal agar harga lelang frekuensi 5G tidak terlalu mahal.

(4)

1 | Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI

POTENSI DAN TANTANGAN OPTIMALISASI PNBP BIDANG SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DALAM ERA TRANSFORMASI DIGITAL

Pendahuluan

Terjadinya pandemi Covid-19 selama satu tahun terakhir telah mendorong kebutuhan transformasi digital menjadi semakin krusial. Saat ini, kebutuhan koneksi internet yang memadai menjadi kebutuhan primer masyarakat. Para pelaku usaha, industri dan sektor ekonomi terdesak untuk bertransformasi digital agar bisnisnya dapat terus beroperasi, mengikuti inovasi dan perkembangan zaman. Aktivitas sosial dan pelayanan publik yang sebelumnya dilakukan secara langsung dan manual, kini dipaksa untuk beralih pada teknologi digital dan online dalam pelaksanaannya. Untuk menjembatani disrupsi tersebut, Kemenkominfo mendorong percepatan program transformasi digital tahun 2020-2024 sesuai arahan Presiden Joko Widodo. Fokus program percepatan transformasi digital menjadi dasar perancangan program kerja Kemenkominfo. Diantaranya yaitu percepatan penyediaan infrastruktur telekomunikasi, penguatan infrastruktur digital pemerintah, penguatan tata kelola data termasuk pertukaran data lintas batas, dan penguatan komunikasi publik, termasuk melalui platform digital. Transformasi digital menjadi salah satu katalis dalam suatu perubahan besar yang terjadi tidak hanya dalam kedaulatan teknologi nasional ataupun pemenuhan kebutuhan pelayanan publik semata. Namun, transformasi digital juga akan membawa angin segar bagi potensi penerimaan negara yang ikut terkerek akibat perkembangan teknologi dan layanan TIK yang semakin baik. Termasuk di dalamnya yaitu potensi peningkatan PNBP Kemenkominfo.

Gambar 1. Proporsi PNBP Kemenkominfo dalam Postur APBN 2020

Sumber : Data Statistik 2020 SDPPI

(5)

2 | Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dipungut oleh Kemenkominfo memiliki porsi yang besar dan strategis dalam struktur APBN khususnya pada pos PNBP lainnya. Kemenkominfo menjadi salah satu penyumbang PNBP terbesar. Selain itu, perlu kita ketahui bersama bahwa dari total Rp25,54 triliun PNBP Kemenkominfo pada tahun 2020 (gambar 1), sebesar 82% atau Rp20,9 triliun disumbang dari hasil pengelolaan frekuensi (PNBP yang berasal dari BHP Frekuensi, sertifikasi perangkat telekomunikasi, dan sertifikasi operator radio). Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan frekuensi memiliki peran yang sangat vital terhadap kinerja PNBP Kemenkominfo selama ini.

Sehingga sektor ini perlu menjadi salah satu fokus pemerintah untuk dapat terus dioptimalkan. Terlebih lagi, dengan adanya program transformasi digital nasional yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, dan juga hadirnya teknologi baru seperti jaringan internet 5G, Kemenkominfo tentunya memiliki potensi PNBP yang sangat besar, terutama di sektor spektrum frekuensi radio (SFR). Oleh karena itu, manajemen frekuensi harus dilakukan secara tepat agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat serta bagi kestabilan penerimaan negara. Analisis ini dilaksanakan untuk mengetahui bagaimana potensi dan tantangan optimalisasi PNBP sektor spektrum frekuensi radio.

Perkembangan PNBP dalam Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio

Spektrum frekuensi radio merupakan sumber daya alam yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, penyelenggaraan telekomunikasi khusus, penyelenggaraan penyiaran, navigasi dan keselamatan, Amatir Radio dan KRAP, serta sistem peringatan dini bencana alam. Penataan dan pengelolaan SFR menjadi salah satu tugas penting bagi pemerintah. Tujuannya untuk memastikan penggunaan SFR sesuai dengan peruntukannya, tidak saling mengganggu antar frekuensi maupun antar negara, serta dapat dimanfaatkan demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat.

Pengelolaan frekuensi selama ini dilakukan oleh Kemenkominfo, lebih tepatnya Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Pengelolaan Perangkat Informatika (Ditjen SDPPI).

PNBP pengelolaan spektrum frekuensi radio pada Ditjen SDPPI hampir selalu mengalami peningkatan baik target maupun realisasinya, dengan realisasi yang selalu melebihi target.

Realisasi PNBP pengelolaan spektrum frekuensi ditopang oleh BHP Frekuensi, yaitu sebesar 99% dari total PNBP Ditjen SDPPI. Detail realisasi PNBP 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 1. Realisasi hingga juli 2021 masih sebesar 28,24%. Selama 4 tahun terakhir realisasi hampir selalu diatas 120%, dengan pengecualian di tahun 2018 karena ada penyesuaian ketentuan. Sementara untuk target tahun 2022 naik 3% dari target 2021. Target PNBP SDPPI mengalami kenaikan rata-rata sebesar 9% per tahun.

(6)

3 | Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI

Tabel 1. PNBP Ditjen SDPPI Tahun 2016-2020 (dalam ribuan rupiah)

Sumber : Ditjen SDPPI, Kemenkominfo

Dalam pengelolaan frekuensi, ada 3 PNBP yang diperoleh dari pelayanan publik oleh Ditjen SDPPI, yaitu: (a) perizinan spektrum frekuensi radio; (b) Standarisasi alat dan perangkat telekomunikasi; dan (c) Sertifikasi operator radio. Untuk memahami pos PNBP pada pengelolaan frekuensi radio, kita perlu melihat bagaimana pelayanan pengelolaan spektrum frekuensi radio tersebut dijalankan.

Pertama, Perizinan Spektrum Frekuensi Radio (SFR), yaitu layanan publik yang diberikan kepada badan hukum (perusahaan) dan instansi pemerintah atas penggunaan spektrum frekuensi radio (SFR), antara lain untuk keperluan penyelenggaraan telekomunikasi, penyelenggaraan penyiaran, sarana komunikasi radio internal, serta navigasi dan komunikasi keselamatan pelayaran dan penerbangan. Atas hak penggunaan SFR ini, para wajib bayar kemudian dikenakan PNBP atas Biaya Hak Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio (BHP Frekuensi). BHP frekuensi spektrum frekuensi radio ini juga merupakan sarana pengendalian dan pengawasan yang dilaksanakan oleh Pemerintah supaya spektrum frekuensi radio sebagai sumber daya yang terbatas dapat dimanfaatkan secara maksimal dan sebaik-baiknya. BHP spektrum frekuensi radio merupakan bagian dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dengan ditetapkannya melalui Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kemenkominfo.

Tabel 2. Target dan Realisasi Penerimaan BHP Frekuensi (dalam ribuan rupiah)

Sumber : Ditjen SDPPI, Kemenkominfo

Target penerimaan BHP Frekuensi secara keseluruhan memiliki tren yang semakin meningkat dari tahun 2016 sampai dengan 2020 (Tabel 2). Sejalan dengan target penerimaan, realisasi penerimaan BHP frekuensi selama periode waktu tersebut juga terus mengalami peningkatan dan melampaui target yang ditetapkan. Pada tahun 2017, target penerimaan BHP Frekuensi mengalami penurunan dibanding tahun 2016.

Walaupun untuk realisasinya pada tahun 2017 jauh lebih besar daripada tahun 2016.

Pencapaian target penerimaan BHP Frekuensi di tahun 2020 juga sudah cukup tinggi sebesar 122%.

Jika kita ulas lebih jauh, layanan perizinan penggunaan SFR terdiri dari 2 jenis izin, yaitu Izin Pita Frekuensi Radio (IPFR) dan Izin Stasiun Radio (ISR). ISR adalah izin penggunaan SFR yang ditetapkan berdasarkan kanal frekuensi radio untuk stasiun radio

Tahun BHP Frekuensi Standarisasi REOR dan SKOR IAR dan IKRAP Lain-Lain Total PNBP Target 2016 Rp 13.699.394.770 Rp 139.085.785 Rp 107.890 Rp 3.320.333 Rp 3.812.234 Rp13.845.721.012 Rp 12.970.390.955 2017 Rp 16.559.804.470 Rp 191.909.921 Rp 458.812 Rp 3.165.680 Rp 3.857.488 Rp16.759.196.371 Rp 13.027.784.508 2018 Rp 16.364.750.655 Rp 197.544.310 Rp 455.983 Rp 3.212.540 Rp 1.440.711 Rp16.567.404.199 Rp 14.634.476.271 2019 Rp 17.605.970.108 Rp 182.322.483 Rp 447.254 Rp 3.390.028 Rp 2.232.547 Rp17.794.362.420 Rp 14.884.463.682 2020 Rp 20.706.918.509 Rp 191.354.192 Rp 349.650 Rp 3.821.363 Rp 2.901.666 Rp20.905.345.380 Rp 17.075.808.645

(7)

4 | Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI

tertentu. Sedangkan IPFR adalah izin stasiun radio untuk penggunaan SFR dalam bentuk pita frekuensi radio berdasarkan persyaratan tertentu. Perbedaan kedua izin tersebut terletak pada objeknya, izin ISR berbasis pada penggunaan stasiun radio, sedangkan IPFR berbasis pada penggunaan gelombang frekuensi tertentu.

Jika dilihat dari jenis layanan seperti yang ditunjukkan pada tabel 3, jumlah izin penggunaan frekuensi radio tahun 2020 mengalami kenaikan 42.457 atau 9% jika dibandingkan dengan tahun 2019 (di luar stasiun radio dinas maritim dan dinas penerbangan). Kenaikan tersebut disebabkan antara lain oleh kenaikan stasiun radio untuk layanan dinas tetap sebanyak 57.402 (15,22%). Peningkatan jumlah stasiun radio pada Dinas Tetap ini merupakan ISR Microwave Link yang digunakan dalam pengembangan jaringan bergerak seluler, dan selaras dengan peningkatan jumlah BTS Layanan Seluler.

Sumber : Ditjen SDPPI, Kemenkominfo

Berbicara mengenai Base Transceiver Station (BTS), stasiun radio yang digunakan untuk BTS layanan seluler yang perizinannya diberikan berdasarkan IPFR cenderung meningkat. Dari total 264.019 unit BTS pada tahun 2016, menjadi 539.586 unit BTS pada tahun 2019, atau meningkat sebesar 104,3% dalam 4 tahun. Hal tersebut dikarenakan jangkauan internet di Indonesia masih rendah, dan pemerintah juga terus berupaya meningkatkan pemerataan internet coverage di seluruh Indonesia. Sehingga, potensi peningkatan PNBP atas BHP Frekuensi kedepannya akan terus tumbuh seiring dengan penetrasi jaringan internet yang kian masif. Ditambah lagi, lokasi ISR Microwave link untuk pengembangan jaringan bergerak seluler masih terkonsentrasi pada jawa, bali, sumatera, sebagian kalimantan, dan sebagian sulawesi. Sedangkan daerah Indonesia timur masih minim akses internet.

Kedua. PNBP yang berasal dari layanan sertifikasi perangkat telekomunikasi yang beredar dan digunakan di Indonesia. Kemenkominfo melalui Ditjen SDPPI mengevaluasi dan menerbitkan sertifikat semua jenis alat dan perangkat telekomunikasi yang diperdagangkan, dibuat, dirakit, dimasukkan dan/atau digunakan di wilayah Indonesia . Penerimaan PNBP standardisasi dapat diperoleh dari dua layanan, yaitu: (1) Jasa Pengujian Alat dan Perangkat, dan (2) Penerbitan Sertifikasi Alat dan Perangkat Telekomunikasi. Sertifikasi dilakukan dengan tujuan melindungi masyarakat dari kemungkinan kerugian pemakaian alat dan perangkat telekomunikasi serta mendorong berkembangnya industri, inovasi, dan rekayasa teknologi telekomunikasi.

(8)

5 | Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI

Realisasi penerimaan PNBP bidang Standardisasi terbesar dicapai pada tahun 2018, yaitu sebesar Rp197.544.310 atau 266,95% dibandingkan dengan target yang ditetapkan, artinya penerimaan PNBP bidang Standardisasi pada tahun 2018 te lah jauh melebihi target yang ditetapkan untuk tahun 2018 (gambar 4). Tingkat pencapaian PNBP bidang standardisasi yang tinggi mulai tahun 2018 disebabkan adanya kebijakan berupa akselerasi sertifikasi berbasis HKT (Telepon Seluler, Komputer Tablet, dan Ko mputer Genggam) berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016. Sedangkan penurunan pada tahun 2019 disebabkan oleh adanya peraturan baru yaitu Peraturan Menteri Kominfo Nomor 16 tahun 2018 tentang ketentuan operasional sertifikasi alat dan perangkat telekomunikasi (Buku Data Statistik 2019). Namun secara tren pada dasarnya selalu naik.

Dalam pelaksanaan standarisasi alat dan perangkat telekomunikasi, ada persoalan dimana jumlah SDM penguji alat dan perangkat TIK saat ini masih terbatas, sehingga pengujian yang dilakukan oleh Kemenkominfo masih kurang optimal. Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Ditjen SDPPI dalam salah satu Focus Group Discussion bersama Pusat Kajian Anggaran.

Sumber : Ditjen SDPPI, Kemenkominfo

Ketiga, layanan publik penerbitan sertifikat untuk operator radio, pelayanan amatir radio dan komunikasi radio antar penduduk. Penerimaan PNBP berdasarkan jenis Sertifikasi Operator Radio memiliki dua sumber, yaitu: (1) penerimaan dari sertifikasi Radio Elektronika dan Operator Radio (REOR) dan Global Maritime Distress Safety System (GMDSS), dan (2) penerimaan dari Izin Amatir Radio (IAR) dan Izin Kecakapan Radio Antar Penduduk (IKRAP). Berdasarkan sumbernya, penerimaan dari IAR dan IKRAP mendominasi dibanding penerimaan REOR dan GMDSS untuk penerimaan PNBP sertifikasi. Penerimaan IAR dan IKRAP memiliki persentase penerimaan berkisar antara 87,8%–91%. Di mana pada tahun 2020 persentase penerimaan jenis sertifikasi tersebut sebesar 91,62%. Meski begitu, secara proporsi PNBP dari sertifikasi operator radio baik REOR, SKOR, IAR, dan IKRAP sangat kecil dibandingkan dengan PNBP BHP Frekuensi dan Sertifikasi perangkat telekomunikasi.

Potensi PNBP Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio

Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat beralih menggunakan teknologi digital dalam melakukan setiap aktivitas harian (internet of things). Mulai dari bekerja, sekolah,

(9)

6 | Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI

belanja, konsultasi kesehatan, hingga pelayanan publik oleh pemerintah dilakukan secara virtual. Pergeseran gaya hidup ini mengakibatkan adanya pergeseran pula dalam karakteristik utilisasi jaringan, dan bandwidth nasional. Dimana kualitas layanan internet menjadi satu kunci utama di era internet of things seperti saat ini, terutama kecepatan akses internet. Berdasarkan data Speedtest Global Index 2020, Kecepatan akses internet Indonesia berada pada peringkat 120 dunia, Sementara kecepatan fixed broadband, Indonesia menduduki peringkat 115 dunia. Persoalan ini perlu menjadi perhatian pemerintah untuk segera diselesaikan. Salah satunya melalui optimalisasi jaringan internet 5G.

Kemenkominfo terus mendorong optimalisasi penerapan jaringan 5G sebagai salah satu infrastruktur pendukung pelaksanaan transformasi digital. Dimana teknologi 5G saat ini merupakan teknologi telekomunikasi broadband paling mutakhir, dan diyakini memiliki potensi yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurut studi yang dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), penerapan teknologi 5G akan meningkatkan PDB secara kumulatif dari 2021-2030 hingga 9,5% atau senilai Rp2.874 triliun. Selain itu penerapan 5G juga berpeluang menciptakan hingga 5,1 juta lapangan kerja baru dan meningkatkan produktivitas per kapita sampai dengan Rp11 juta dalam periode yang sama. Pada tahun ini saja potensi pendapatan negara dalam penyelenggaraan jaringan telekomunikasi 5G bisa mencapai sebesar Rp1,6 triliun yang masuk dalam PNBP (Kontan, 2021).

Salah satu program kerja Kemenkominfo dalam mewujudkan transformasi digital adalah implementasi penyiaran digital. Dimana penyiaran televisi terestrial berbasis analog akan dimigrasikan ke penyiaran berbasis digital/analog switch off (ASO). Dalam konteks ekonomi digital, implementasi program ASO bernilai strategis. Teknologi digital pada penyiaran akan mampu menghadirkan beberapa manfaat, seperti kualitas siaran yang tinggi (high definition resolution), efisiensi kebutuhan infrastruktur pemancar, dan digital dividend. Jika hasil digital dividend tersebut dialokasikan untuk layanan telekomunikasi seluler, maka diharapkan dapat mendatangkan berbagai multiplier effect dalam lima tahun ke depan terhadap perekonomian digital, yaitu 181 ribu penambahan kegiatan usaha baru, 232 ribu penambahan lapangan pekerjaan baru, Rp77 triliun peningkatan pendapatan negara dalam bentuk pajak dan PNBP serta Rp443,8 triliun peningkatan kontribusi pada PDB nasional. Hal tersebut merupakan potensi yang sangat besar, mengingat selama ini sumber penerimaan negara dari siaran tv analog tidak lebih dari Rp100 miliar, sangat jauh jika dibandingkan dengan penggunaan frekuensi untuk tujuan telekomunikasi yang mencapai Rp20 triliun secara total.

Selain itu, salah satu potensi yang tumbuh seiring dengan implementasi transformasi digital yaitu peningkatan pengguna internet. Berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) periode 2019-kuartal 1/2020, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta jiwa, atau sebesar 73,7%

hingga kuartal II 2020. Angka tersebut naik 64,8% jika dibandingkan 2018. Untuk mengakomodir kebutuhan layanan internet, jumlah BTS di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat setiap tahun. Kemenkominfo menargetkan pembangunan BTS di 7.904 desa/kelurahan yang belum pernah tersentuh akses 4G. Pembangunan ini akan berlangsung selama dua tahun, yakni di 4.200 desa/kelurahan pada 2021 dan di 3.704

(10)

7 | Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI

desa/kelurahan pada 2022. Pembangunan BTS ini tentunya akan diikuti dengan peningkatan izin stasiun radio, izin pita frekuensi radio, dan biaya sertifikasi alat telekomunikasi. Selain itu, Perkembangan jenis dan model perangkat TIK yang bervariasi dari berbagai merek, baik yang diproduksi di dalam negeri maupun di luar negeri juga akan berdampak pada peningkatan kebutuhan sertifikasi dan pengujian perangkat TIK tersebut, sehingga diharapkan akan turut meningkatkan PNBP yang bersumber dari sertifikasi dan pengujian perangkat TIK.

Tantangan Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio

Transformasi digital diharapkan mampu menjadi salah satu katalis bagi pertumbuhan ekonomi nasional, serta kesejahteraan rakyat. Dengan adanya transformasi digital ini tentu menyebabkan peningkatan kebutuhan bandwidth yang dapat berdampak pada kebutuhan alokasi spektrum yang besar untuk mendukung konektivitas nasional, serta berdampak pada penerimaan negara berupa PNBP. Namun, pengelolaan spektrum frekuensi radio juga masih memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi guna mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor tersebut.

Pertama, Penyalahgunaan penggunaan frekuensi dan perangkat telekomunikasi.

Sebagian masyarakat Indonesia belum memahami bahwa penggunaan spektrum frekuensi yang tidak sesuai peruntukkannya dapat membahayakan keselamatan jiwa manusia. Masih ditemukan gangguan yang bersumber dari banyaknya penyalahgunaan frekuensi radio secara tanpa izin (ilegal). Seperti contoh penggunaan perangkat radio amatir yang tidak pada tempatnya sehingga dapat mengganggu frekuensi penerbangan karena banyak orang memakai spektrum komunikasi dengan menara kontrol. Catatan pada tahun 2020, Kemenkominfo berhasil melakukan klarifikasi dan penghentian 2.729 pancaran frekuensi tanpa izin atau ilegal, yang merupakan gabungan dari frekuensi yang non ISR, frekuensi yang kadaluwarsa, dan frekuensi yang tidak sesuai dengan ISR.

Penggunaan spektrum frekuensi radio bukan merupakan hak milik perseorangan, instansi pemerintah dan atau badan hukum, oleh karena itu perlu diatur izin dalam penggunaannya. Kemenkominfo memiliki tantangan besar untuk dapat menertibkan penggunaan spektrum frekuensi radio yang bukan peruntukannya dan penggunaan perangkat yang belum tersertifikasi. Tentunya dengan dilakukannya penertiban penggunaan frekuensi dan perangkat telekomunikasi, masyarakat akan memiliki izin dan sertifikasi yang nantinya berpotensi dalam meningkatkan PNBP.

Kedua, tantangan pemenuhan kebutuhan spektrum frekuensi mobile broadband.

Dalam meningkatkan kualitas jaringan telekomunikasi, Indonesia masih memiliki kebutuhan spektrum frekuensi radio yang besar, termasuk digunakan untuk mobile broadband. Kebutuhan spektrum tersebut tercantum dalam RPJMN 2020-2024, dimana dalam rangka peningkatan kualitas jaringan telekomunikasi mobile broadband, Indonesia memiliki kebutuhan spektrum (spectrum demand) sebanyak 1882MHz hingga tahun 2024. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Kemenkominfo melakukan kebijakan Farming dan Refarming spektrum frekuensi dengan target penyediaan spektrum frekuensi sebesar 2047MHz pada tahun 2024. Hingga tahun 2020, pemenuhan

(11)

8 | Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI

kebutuhan spektrum tersebut telah tercapai sebesar 737MHz. Sehingga masih diperlukan penambahan alokasi spektrum frekuensi radio sebesar 1310MHz hingga tahun 2024. Pemerintah perlu melihat berbagai peluang spektrum frekuensi yang dapat dioptimalkan penggunaannya.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, saat ini ada 2 frekuensi yang bisa dioptimalkan untuk mendorong ruang digital, konektivitas nasional, serta berpotensi meningkatkan pendapatan negara. Frekuensi tersebut berada pada pita frekuensi 700 MHz dan 2600 MHz. Saat ini, frekuensi 700 MHz masih digunakan untuk siaran tv analog, yang rencananya akan dialihfungsikan ke siaran tv digital melalui program Analog Switch Off (ASO) maksimal hingga tahun 2022. Sementara itu, frekuensi 2600 MHz saat ini masih digunakan oleh penyelenggara TV berbayar melalui satelit yang akan habis masa operasinya pada 2024. Penggunaan spektrum untuk televisi broadcast selanjutnya akan dilelang untuk dialihkan ke telekomunikasi. Hal tersebut dikarenakan sumber penerimaan negara dari penyiaran dibawah 100 miliar. Sangat kecil dibandingkan dengan jika frekuensi tersebut digunakan untuk telekomunikasi yang mencapai lebih dari 20 triliun.

Gambar 5. Pemetaan Jumlah TV Analog

Sumber : Kemenkominfo, 2020.

Spektrum frekuensi merupakan sumber daya terbatas yang tidak dapat bertambah, sehingga pemerintah harus terus mengupayakan efisiensi penggunaan spektrum frekuensi. Jika kita melihat dari pemetaan jumlah tv analog pada gambar 5, terlihat bahwa mayoritas penggunaan tv analog terpusat pada pulau Jawa, Bali, dan sebagian Sumatera. Masih ada 293 kota/kabupaten atau 32% kota/kabupaten di Indonesia tidak memiliki siaran tv analog. Namun, yang menjadi tantangan bagi implementasi analog switch off adalah mendorong masyarakat untuk pindah ke siaran tv digital. Walaupun masyarakat tidak perlu membayar biaya langganan, siaran televisi digital mensyaratkan masyarakat mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli Set Top Box (STB) atau bahkan membeli televisi digital baru. Bila tidak, televisi analog yang dimiliki tidak dapat digunakan untuk menangkap siaran digital setelah ASO.

(12)

9 | Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI

Ketiga, masih adanya Piutang PNBP yang belum dibayar. Tercatat masih adanya Piutang PNBP BHP Frekuensi radio senilai Rp1,4 triliun pada tahun 2019. Pada tahun 2020 naik 14% menjadi Rp1,6 triliun. Berbagai alasan melatarbelakangi piutang PNBP BHP Frekuensi, baik kondisi keuangan wajib bayar yang kurang stabil, maupun kepatuhan wajib bayar yang masih kurang baik dengan melakukan pembayaran yang tidak tepat waktu. Pada laporan keuangan Kemenkominfo tahun 2019, dari Rp1,9 triliun piutang BHP frekuensi beserta denda yang tercatat, sebanyak 91,76% diklasifikasikan sebagai piutang macet. Artinya, wajib bayar tidak memenuhi kewajiban pembayaran PNBP hingga satu bulan terhitung sejak tanggal surat tagihan ketiga, dan piutang telah diserahkan kepada panitia urusan piutang negara/DJKN.

Tabel 4. Piutang Bukan Pajak Ditjen SDPPI (dalam ribuan rupiah)

Sumber: Laporan Keuangan Kemenkominfo, diolah

Kemenkominfo memang sudah melakukan teguran dengan menerbitkan Surat Teguran kepada wajib bayar disertai sanksi administrasi agar wajib bayar dapat melunasi kewajibannya sampai batas waktu yang ditetapkan. Namun hal ini pada praktiknya membutuhkan waktu dan sifat proaktif pemerintah untuk melakukan teguran berikutnya sampai dengan sanksi penghentian sementara operasional penggunaan spektrum frekuensi radio sampai kewajiban tersebut tidak dilunasi. Terkait hal ini, Kemenkominfo perlu lebih mengintensifkan sosialisasi peraturan kepada wajib bayar melalui bimbingan teknis dan melakukan klarifikasi data tagihan yang harus dibayarkan oleh wajib bayar guna meningkatkan kepatuhan wajib bayar tersebut.

Selain faktor kepatuhan wajib bayar dalam melunasi kewajibannya, Sekretaris Ditjen SDPPI dalam suatu kesempatan Focus Group Discussion bersama Pusat Kajian Anggaran juga menyampaikan bahwa ada kecenderungan biaya lelang dan BHP Frekuensi yang dirasa terlalu tinggi bagi sebagian operator mempengaruhi cashflow perusahaan telekomunikasi. Tingginya biaya yang dibutuhkan juga membuat biaya akses internet di Indonesia ikut naik guna menutupi biaya yang dikeluarkan oleh operator.

Berdasarkan data Cuponation (2019), jika dibanding Negara Asia Tenggara Lain, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, tarif internet Indonesia (internet berbasis fiber) masih tergolong mahal.

Keempat, capaian realisasi PNBP pengelolaan SFR pada Ditjen SDPPI selalu jauh di atas target, bahkan hampir mencapai 130%. Sekretaris Ditjen SDPPI mengungkapkan bahwa hal ini dikarenakan mekanisme anggaran dalam penetapan target PNBP ditetapkan di awal tahun periode sebelumnya, sementara mayoritas PNBP terrealisasi pada akhir tahun. Hal tersebut menjadi tantangan bagi SDPPI. Dimana dalam hal ini, gap yang terlalu jauh antara target dan realisasi menunjukkan adanya penetapan target yang kurang akurat. Padahal, akurasi dalam penetapan target sangat diperlukan, terutama berkaitan dengan penetapan penggunaan anggaran PNBP di tahun berikutnya.

No Piutang 2018 2019 2020

1 Piutang PNBP BHP Frekuensi Radio 2.287.172.316 1.418.688.144 1.619.111.671

2 Piutang PNBP Sertifikasi 2.174.500 1.327.750 1.257.750

3 Piutang PNBP Lainnya 70.350 900.713 673.733 4 Piutang Lainnya 678.028 696.520 685.020

Jumlah 2.290.095.194 1.421.613.127 1.621.728.174

(13)

10 | Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI Rekomendasi

Ada beberapa hal yang perlu menjadi catatan bagi pemerintah agar pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio dapat berjalan optimal dan mampu mendongkrak penerimaan negara, diantaranya yaitu: pertama, pemerintah perlu secara berkelanjutan memberikan sosialisasi masif kepada masyarakat mengenai dampak penggunaan spektrum frekuensi radio serta perangkat telekomunikasi yang ilegal. Selain itu, pemerintah perlu meningkatkan pengawasan penggunaan spektrum frekuensi melalui Balai Monitor di masing-masing daerah. Hal tersebut penting guna meminimalisir risiko yang terjadi akibat penyalahgunaan spektrum frekuensi radio, baik bagi penerbangan, pelayaran, ataupun penggunaan radio komunikasi lainnya.

Kedua, upaya percepatan program analog switch off (ASO) perlu dioptimalkan.

Mayoritas pengguna televisi analog terkonsentrasi di Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera.

Sehingga pemerintah dapat terlebih dahulu memulai program ASO dari rural area yang memang saat ini sudah tidak menggunakan siaran analog. Selain itu, pemerintah perlu meningkatkan kegiatan sosialisasi di wilayah-wilayah layanan ASO. Sehingga diharapkan masyarakat dapat semakin siap untuk bermigrasi dari televisi analog ke televisi digital yang diklaim jauh lebih baik. Selain itu, digital dividend yang dihasilkan dari ASO dapat segera dialihfungsikan untuk kepentingan telekomunikasi mobile broadband.

Ketiga, Pemerintah harus bersikap tegas kepada operator telekomunikasi yang kurang patuh dan memberikan potensi kerugian bagi negara. Hal tersebut diperkuat dengan UU Cipta Kerja dan PP No.46 Tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran (Postelsiar), sehingga pemerintah memiliki dasar yang kuat untuk mencabut izin penyelenggaraan frekuensi.

Keempat, untuk mengoptimalkan penggunaan pita frekuensi 2600MHz, pemerintah dapat membuka seleksi izin nasional dan lelang frekuensi 5G tanpa menunggu berakhirnya izin frekuensi operator BSS (Broadcasting Satelite Service) pada tahun 2024. Sesuai amanah UU Cipta Kerja dan PP Postelsiar, pemerintah dapat mencabut izin penggunaan frekuensi radio yang tak optimal. Apalagi, PNBP dari TV berbayar melalui satelit tidak optimal. Tentunya perlu disertai dengan kajian dan perhitungan yang matang. Mengingat jika hal tersebut dilakukan ada pengembalian proporsi BHP Frekuensi yang telah dibayarkan operator. Namun, hal tersebut sejatinya juga dapat diatasi dengan sharing cost atau bahkan pengalihan biaya kepada pemenang lelang frekuensi 2600 MHz yang baru.

Kelima, pemerintah juga perlu mencari formula yang ideal agar harga lelang frekuensi 5G tidak terlalu mahal. Sehingga operator seluler tidak merasa keberatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya lelang beserta BHP Frekuensi, dan masyarakat tidak kesulitan mengakses layanan 5G. Pemberian suatu harga kepada sumber daya tersebut merupakan mekanisme yang penting untuk memastikan bahwa sumber daya frekuensi ini dapat digunakan secara efisien oleh pengguna frekuensi.

Pemberian tarif yang mahal akan menyebabkan pengguna frekuensi terbebani sehingga

(14)

11 | Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI

pemanfaatan frekuensi yang telah dialokasikan kepadanya menjadi tidak optimal.

Sebaliknya, pemberian tarif yang terlalu rendah akan menyebabkan sumber daya spektrum frekuensi radio akan menjadi tidak efisien. Meskipun selama ini memberikan kontribusi cukup besar bagi keuangan negara, capaian Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari spektrum frekuensi radio di Indonesia bukanlah tujuan utama dari pengelolaan sumber daya alam terbatas yang banyak digunakan sektor telekomunikasi.

Melainkan juga harus memberikan dampak terhadap perbaikan layanan publik.

Keenam, Kemenkominfo perlu melakukan kajian dan evaluasi untuk meningkatkan akurasi penetapan target PNBP, apakah melalui formula perhitungan target PNBP, atau mekanisme penetapan target PNBP selama ini memiliki kelemahan dan butuh perbaikan. Hal ini penting menjadi salah satu fokus perbaikan dalam optimalisasi PNBP bidang spektrum frekuensi radio, baik dalam perencanaan target PNBP maupun alokasi anggaran untuk program kerja periode berikutnya.

Daftar Referensi

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. 2020. Laporan Survei Internet APJII Bisnis. 2020. Penerapan 5G Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi Nasional 2030. Diakses

dari https://teknologi.bisnis.com/read/20200924/101/1296283/penerapan- 5g-jadi-kunci-pertumbuhan-ekonomi-nasional-2030

Ditjen SDPPI. 2021. Group Discussion Pusat Kajian Anggaran. Potensi dan Tantangan Pengembangan PNBP dalam era Transformasi Digitalisasi Nasional. Jakarta, 10 Agustus 2021.

Kemenkominfo. 2019. Siaran Pers N0.204/HM/KOMINFO/11/2019. Pekan Tertib Frekuensi Nasional 2019, Kominfo Tertibkan 822 Pancaran Frekuensi Ilegal.

Diakses dari https://www.postel.go.id/berita-pekan-tertib-frekuensi-nasional- 2019-kominfo-tertibkan-822-pancaran-frekuen-26-4490.

Kemenkominfo. 2021. Data Statistik 2020 Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika.

Kontan. 2021. Pemerintah Ajak Operator Seluler Segera Selenggarakan Jaringan 5G.

Diakses dari https://nasional.kontan.co.id/news/pemerintah-ajak-operator- seluler-segera-selenggarakan-jaringan-5g

Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2021 tentang Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran.

Speedtest Global Index. 2020. Global Speed December 2020. Diakses dari https://www.speedtest.net/global-index

UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja

Webinar Kominfo Talk. 2021. Kebijakan Frekuensi Sambut 5G. diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=wshbYJUJ9cg&t=1462s

(15)
(16)

PUSAT KAJIAN ANGGARAN

BADAN KEAHLIAN SETJEN DPR RI

Jl. Jend. Gatot Subroto - Jakarta Pusat Telp. (021) 5715635 - Fax (021) 5715635

http:// www.puskajianggaran.dpr.go.id puskajianggaran

email: puskaji.anggaran@dpr.go.id

Gambar

Gambar 1. Proporsi PNBP Kemenkominfo dalam Postur APBN 2020
Tabel 1. PNBP Ditjen SDPPI Tahun 2016-2020 (dalam ribuan rupiah)
Gambar 5. Pemetaan Jumlah TV Analog
Tabel 4. Piutang Bukan Pajak Ditjen SDPPI (dalam ribuan rupiah)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh iradiasi gamma terhadap mikroba pelarut fosfat dan kalium, mempelajari perubahan kemampuan mutan

adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air.. putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain yang diberikan saat bayi

Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata N-gain kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang berarti bahwa model Discovery Learning dengan

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran matematika menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dalam topik oprasi bilangan bulat dan

Guru memberikan soal pre test tentang materi system pengapian sepeda motor, Siswa menjawab pertanyaan berdasarkan pengetahuan mereka sendiri tentang system

“ALLAH SWT" tentunya kita akan terhindar dari ajakan sesat tersebut apalagi dengan hawa nafsu tentunya kita juga

Oleh karena itu, dalam permainan sepak bola, unsur-unsur motor ability menjadi komponen yang sangat penting artinya dalam mendukung ketika menggiring

menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu. Kadar