• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA"

Copied!
470
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL

PELATIHAN PRATUGAS

PENDAMPING LOKAL DESA

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014

TENTANG DESA

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA, DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2022

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | i

(2)
(3)

MODUL PELATIHAN PRATUGAS

PENDAMPING LOKAL DESA

PENDAMPINGAN DESA

Implementasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | iii

(4)
(5)

MODUL PELATIHAN PRATUGAS PENDAMPING LOKAL DESA

Implementasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

PENGARAH : A. Halim Iskandar (Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia)

PENANGGUNG JAWAB: Lutfiyah Nurlaela (Kepala Badan Pengembangan

Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal

& Transmigrasi)

TIM PENULIS : Roni Budi Sulistyo, Ikhsan Hajar, Daniel Zuhron, Nur Kholis, Ahmad Nur Kholid, Ismail A. Zainuri.

REVIEWER : Yusra, Sukoyo

COVER & LAYOUT : Roni Budi Sulistyo

Cetakan Pertama, Januari 2022 Diterbitkan oleh:

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Jl. TMP Kalibata No. 17 Jakarta Selatan 12740 Telp. (021) 79172244, Fax. (021) 7972242 Website: www.kemendesa.go.id

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | v

(6)
(7)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | vii

(8)

Daftar Istilah dan Singkatan

1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Kewenangan Desa adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, Pembinaan Kemasyarakatan Desa, dan Pemberdayaan Masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul dan adat istiadat Desa.

3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Pemerintah Desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

5. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.

6. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah dalam memberdayakan masyarakat.

7. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati hal yang bersifat strategis.

8. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa untuk menetapkan

(9)

Desa.

11. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.

12. Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan unsur masyarakat secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa.

13. RPJM Desa (Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 6 (enam) tahun yang memuat arah pembangunan desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum dan program dan program Satuan Kerja Perangkat (SKPD) atau lintas SKPD, dan program prioritas kewilayahan disertai dengan rencana kerja.

14. RKP Desa (Rencana Kerja Pemerintah Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun sebagai penjabaran dari RPJM Desa yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan desa, rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah dan RPJM Desa.

15. Daftar Usulan RKP Desa adalah penjabaran RPJM Desa yang menjadi bagian dari RKP Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang akan diusulkan Pemerintah Desa kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme perencanaan pembangunan Daerah.

16. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa.

17. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang syah.

18. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa, adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.

19. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaanmasyarakat Desa.

20. Alokasi Dana Desa, selanjutnya disingkat ADD, adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | ix

(10)

Kata Sambutan

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa,

Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT dengan rahmatnya bahwa Modul Pelatihan Pratugas Pendamping Lokal Desa dalam rangka mendukung pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 telah hadir dihadapan pembaca. Secara umum modul pelatihan ini dimaksudkan untuk menyiapkan tenaga pendamping profesional di tingkat Kabupaten/Kota dalam rangka mendukung kebijakan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi bidang pembangunan dan pemberdayaan masyarakat melalui upaya pendampingan masyarakat secara efektif dan bekelanjutan.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa pasal 128 huruf (2) dijelaskan bahwa secara teknis dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota dan dapat dibantu oleh tenaga pendamping profesional, kader pemberdayaan masyarakat Desa, dan/atau pihak ketiga. Khusus untuk Tenaga Pendamping Profesional diantaranya: Tenaga ahli pemberdayaan masyarakat yang bertugas meningkatkan kapasitas tenaga pendamping dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

Peningkatan kapasitas Pendamping Lokal Desa menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pendampingan Desa yang pada akhirnya akan menentukan

(11)

dalam rangka membangun kemandirian Desa. Harapan dari kehadiran modul pelatihan ini dapat memenuhi kebutuhan semua pihak dalam rangka mendorong peningkatan kapasitas Pendamping Lokal Desa sebagai Tenaga Pendamping Profesional sesuai dengan kebutuhan, kondisi di daerah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Jakarta, Januari 2022

KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA,

DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRAS

Prof. Dr. Lutfiyah Nurlaela, M.Pd.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | xi

(12)

Daftar Isi

Halaman Daftar Istilah dan Singkatan

………...

Kata Sambutan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal &

Transmigrasi

……….

Daftar Isi

………

BAB I KURIKULUM PELATIHAN Latar Belakang

………..

Tujuan Pelatihan

……….

Ruang Lingkup Tugas Pendamping

……….

Struktur Materi Pelatihan

……….

Garis-Garis Besar Program Pelatihan

………..

BAB II PANDUAN MEMBACA MODUL

BAB III RENCANA PEMBELAJARAN

PB 1 Bina Suasana dan Orientasi Pelatihan ………

SPB 1.1 Perkenalan

………..

SPB 1.2 Pengungkapan Harapan Peserta ………

SPB 1.3 Tujuan dan Proses Pelatihan ……….

SPB 1.4 Tata Tertib Peatihan ……….

PB 2 Desa dan Visi Undang-Undang Desa ……….

(13)

SPB 3.3 Prinsip-Prinsip Tata Kelola Desa

………..

PB 4 Pembangunan Desa

………..

SPB 4.1 Sistem Pembangunan Desa Berbasis Data SDGs Desa………

SPB 4.2 Pokok-Pokok Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam PermenDesa PDTT Nomor 21 Tahun 2020 SPB 4.3 Perencanaan Pembangunan Desa ……….

SPB 4.4 Pengelolaan Keuangan Desa ……….

PB 5 Pengembangan Ekonomi Desa

………

SPB 5.1 Arah dan Orientasi Pengembangan Ekonomi Desa ……….

SPB 5.2 BUM Desa sebagai Penggerak perekonomi Desa

PB 6 Penyusunan Peraturan di Desa

……….

SPB 6.1 Pokok-Pokok Penyusunan Peraturan di Desa

…….

SPB 6.2 Strategi Fasilitasi Penyusunan Peraturan di Desa ..

PB 7 Penguatan Keberdayaan Masyarakat

……….

SPB 7.1 Pemberdayaan Masyarakat Desa

……….

SPB 7.2 Strategi Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa

………..

SPB 7.3 Strategi Penguatan Lembaga Kemasyarakatan Desa

………..

PB 8 Fasilitasi Pengembangan SDGs Desa SPB 8.1 Kebijakan SDGs Desa

SPB 8.2 Sistem Informasi Desa untuk Pembangunan Desa

PB 9 Peningkatan Kapasitas Masyarakat Melalui Pelatihan

………….

SPB 9.1 Konsep Pelatihan Masyarakat

………

SPB 9.2 Keterampilan Dasar Melatih

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | xiii

(14)

PB 10 Manajemen Pendampingan

………..

SPB 10.1

Jati Diri TPP dan Kode Etik SPB

10.2

Struktur, SOP Pendampingan (Kepmen 40 Th 2021 Pentunjuk Teknis Pendampingan Masyarakat Desa)

SPB 10.3

Daily Report Pendamping (Laporan Harian Pendamping Desa)

PB 11 Membangun Tim Kerja di Desa

………

SPB 11.1

Kerjasama Tim di Desa

………

SPB 11.2

Membangun Jejaring

………...

PB 12 Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)

……….

SPB 12.1

Pokok-Pokok RKTL ………

SPB 12.2

Menyusun RKTL

………..

Daftar Pustaka

(15)

BAB I

KURIKULUM PELATIHAN

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |1

(16)
(17)

Kehadiran Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) menandai babak baru dan perubahan dalam politik pembangunan nasional, dimana Desa menjadi titik tumpu yang mendapatkan perhatian serius. UU Desa diyakini sebagai gerbang harapan menuju kehidupan berdesa yang lebih maju. Sebagai dasar hukum bagi keberadaan Desa, UU Desa mengonstruksi cara pandang baru praksis berdesa (pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa). Desa diakui dan dikukuhkan sebagai subjek yang mengatur dan mengurus dirinya sendiri.

Perubahan dan paradigma baru atas Desa itu sangat penting mengingat kondisi objektif dan dinamika desa-desa di Indonesia yang secara umum masih memprihatinkan. Desa identik dengan ketertinggalan dalam semua aspek kehidupan.

Kewenangan mengatur dan mengurus dirinya sendiri yang dibarengi dengan memberikan hak-hak Desa, sehingga Desa memiliki kemampuan finansial yang memadai guna melaksanakan kewenangannya, sebagaimana ditegaskan UU Desa, menjadi faktor penggerak peningkatan pembangunan desa yang sekaligus menjadi ruang krusial implementasi UU Desa.

Pembangunan desa sebagai sistem yang dikonstruksi UU Desa, menempatkan masyarakat pada posisi strategis, sebagai sebjek pembangunan. Dengan demikian, masyarakat memiliki ruang dan peran strategis dalam tata kelola Desa, termasuk di dalamnya penyelenggaraan pembangunan Desa. Isu penting dalam konteks ini adalah peningkatan keberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat memiliki daya desak yang efektif untuk mewujudkan tata kelola Desa yang baik dan penyelenggaraan pembangunan yang sesuai dan memenuhi aspirasi masyarakat.

Dalam kerangka itulah, Pemerintah menetapkan kebijakan pendampingan sebagaimana tercantum pada Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 19 Tahun 2020, yang bertujuan:

 Meningkatkan kapasitas, efektivitas, dan akuntabilitas pemerintahan desa dan pembangunan Desa;

 Meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan desa yang pertisipatif;

 Meningkatkan sinergi program pembangunan desa antar sektor; dan

 Mengoptimalkan aset lokal Desa secara emansipatoris.

Mengingat luasnya ruang lingkup implementasi UU Desa, Pemerintah dalam melaksanakan fungsi pendampingan, dapat melimpahkan sebagaian kewenangannya kepada tenaga ahli profesional dan pihak ketiga (Pasal 112, ayat 4 UU Desa dan Pasal 128, ayat 2 PP 43). Tenaga ahli profesional dimaksud adalah pendamping desa, tenaga teknik dan tenaga ahli pemberdayaan masyarakat desa, termasuk diantaranya adalah Pendamping Lokal Desa (Pasal 129, ayat 1 (a) PP No. 47 Tahun 2015). Dengan demikian, PLD yang akan berhubungan langsung secara intensif dengan pemerintah dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 3

(18)

optimal.

Salah satu faktor penentu keberhasilan pendampingan adalah kapasitas pendamping, khususnya PLD. Kapasitas dimaksud menunjuk pada kompetensi yang mencakup: (1) pengetahuan tentang perspektif dan kebijakan UU Desa, (2) keterampilan teknis dan fasilitasi pemerintah dan masyarakat Desa dalam mewujudkan tata kelola Desa yang baik, dan (3) sikap kerja yang sesuai dengan tuntutan kinerja pendamping profesional.

Upaya meningkatkan kapasitas pendamping oleh Pemerintah, dalam hal ini, Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayan Masyarakat Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, dilakukan melalui kebijakan pelatihan yang mencakup serangkaian kegiatan latihan, salah satunya adalah pelatihan pra tugas bagi pendamping, khususnya PLD, sebagai pembekalan agar dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya secara optimal.

TUJUAN PELATIHAN

Secara umum tujuan pelatihan pra tugas Pendamping Lokal Desa adalah untuk memberikan orientasi dan pembekalan agar siap secara mental, pengetahuan, dan keterampilan sebelum diterjunkan di lokasi tugas.

Secara khusus pelatihan pra tugas Pendamping Lokal Desa bertujuan untuk:

 Memberikan orientasi dan pembekalan kepada Pendamping Lokal Desa sebelum bertugas di lapangan;

 Meningkatkan pemahaman Pendamping Lokal Desa tentang latar belakang, tujuan, kebijakan, prinsip-prinsip, prosedur dan ketentuan program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa;

 Meningkatkan keterampilan Pendamping Lokal Desa dalam memfasilitasi proses perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian program;

 Meningkatkan keterampilan Pendamping Lokal Desa dalam memahami mekanisme pendampingan;

 Meningkatkan keterampilan dalam membina dan memberi pengarahan kepada

(19)

Mengacu pada Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2021 Tentang Petunjuk Teknis Pendampingan Masyarakat Desa, ruang lingkup tugas PLD adalah:

N

o Tugas Pokok Indikator

1. Melakukan fasilitasi dan

pendampingan terhadap kegiatan pendataan, perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan Pembangunan Desa

(a) Kegiatan fasilitasi dan pendampingan terhadap kegiatan pendataan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

Pembangunan Desa dibuktikan dengan laporan;

(b) Ketersedian dan ketepatan waktu dokumen- dokumen perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pengawasan Pembangunan Desa, dibuktikan dengan laporan;

(c) RPJM Desa, RKP Desa, APB Desa, laporan realisasi dan LPPDesa terpublikasikan dan/

atau dapat diakses masyarakat 2. Melakukan fasilitasi dan

pendampingan dalam rangka percepatan pencapaian SDGs Desa

Kegiatan fasilitasi dan pendampingan dalam rangka percepatan pencapaian SDGs Desa dibuktikan dengan laporan Data SDGs Desa dan Indeks Desa terupdate setiap tahun 3. Melakukan fasilitasi dan

pendampingan dalam rangka pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa

Bersama

(a) Kegiatan fasilitasi dan pendampingan dalam rangka pengembangan ekonomi lokal dan BUM Desa/ BUM Desa Bersama dibuktikan dengan laporan;

(b) BUM Desa/ BUM Desa Bersama di wilayahnya melakukan pendaftaran (c) BUM Desa/ BUM Desa Bersama di

wilayahnya melakukan pemutakhiran Data (d) BUM Desa/ BUM Desa Bersama di

wilayahnya terakreditasi sesuai jadwal 4. meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam Pembangunan Desa

meningkatnya partisipasi masyarakat dalam Pembangunan Desa dibuktikan dengan meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan Pembangunan Desa

5. melakukan aktivasi kelembagaan masyarakat dalam mendukung Pembangunan Desa

tumbuh dan berkembanngnya kelembagaan masyarakat

(kelembagaan formal maupun nonformal) dan terlibat aktif dalam mendukung Pembangunan Desa

6. meningkatkan kapasitas diri secara

mandiri maupun melalui secara mandiri meningkatkan kapasitas dan aktif melibatkan diri dalam komunitas

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 5

(20)

kementerian/lembaga pemerintah non- kementerian, Pemerintah Daerah, dan Pihak Ketiga

7. melaporkan pelaksanaan tugas melalui aplikasi Daily Report Pendamping Desa

Laporan elektronik pelaksanaan tugas PD dalam aplikasi Daily Report Pendamping Desa 8. melaksanakan tugas lain dari

Kementerian Laporan pelaksanaan tugas lain dalam aplikasi Daily Report Pendamping Desa ;

STRUKTUR MATERI PELATIHAN

Materi Pelatihan ini dirumuskan berdasarkan hasil kajian terhadap kompetensi dasar yang harus dimiliki sesuai kerangka acuan kerja yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Selanjutnya hasil analisis terhadap kompetensi PLD disusun berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi (K1) Pengetahuan, (K2) Sikap dan (K3) Keterampilan yang merujuk pada taksonomi Bloom dan Kartwohl (2001) dengan indikator kedalaman materi sebagai berikut:

Tabel Ruang Lingkup Materi sesuai Tingkat Kompetensi

K1 (Pengetahuan) K2 (Sikap) K3 (Keterampilan)

1. Mengetahuan; 1. Penerimaan 1. Meniru

2. Memahami; 2. Menanggapi 2. Memanipulasi

3. Mengaplikasikan; 3. Penilaian (valuing) 3. Pengalamiahan 4. Menganalisis; 4. Mengorganisasikan 4. Artikulasi 5. Mensintesis; 5. Karakterisasi

6. Mengevaluasi.

Secara rinci setiap pokok-pokok materi ditetapkan tingkat keluasan dan kedalamnya z8/. berupa kisi-kisi materi pelatihan yang akan memandu pelatih dalam proses pembelajarannya. Kisi-kisi materi pelatihan diuraikan sebagai berikut:

(21)

1.4. Tata Tertib Pelatihan 3 2

2 Desa dan Visi Undang-Undang Desa

2.1. Kondisi dan Dinamika Desa 2 3”

2.2. UU Desa sebagai Cara Pandang dan Sarana Menuju

Keberdayaan Desa

1,2

3 Tata Kelola Desa 3.1. Kelembagaan dalam Tata Kelola

Desa 1 4”

3.2. Musyawarah Desa sebagai Basis Tata Kelola dan Penggerak Demokratisasi Desa

2

3.3. Prinsip-Prinsip Tata Kelola Desa 1 4. Pembangunan

Desa

SPB 4.1Sistem Pembangunan Desa

Berbasis Data SDGs Desa 1 16”

SPB 4.2 Pokok-Pokok Kebijakan

Pembangunan dan

Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam PermenDesa PDTT Nomor 21 Tahun 2020

1,3 2

SPB 4.3 Perencanaan Pembangunan Desa

SPB 4.4. Pengelolaan Keuangan Desa

1,2 2

5 Pengembangan Ekonomi Desa

5.1. Arah dan Orientasi

Pengembangan Ekonomi Desa 1 2”

5.2. BUM Desa sebagai Penggerak

perekonomi Desa 1

6 Penyusunan Peraturan di Desa

6.1. Pokok-Pokok Penyusunan

Peraturan di Desa 1 2”

6.2. Strategi Fasilitasi Penyusunan

Peraturan di Desa 1

7 Penguatan Keberdayaan Masyarakat

7.1. Pemberdayaan Masyarakat Desa 2 5”

7.2. Strategi Penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa

1

7.3. Strategi Penguatan Lembaga

Kemasyarakatan Desa 1 8 Fasilitasi

Pengembangan SDGs Desa

8.1. Kebijakan SDGs Desa 1 4”

8.2. Sistem Informasi Desa untuk

Pembangunan Desa 2

9 Peningkatan 8.1. Konsep Pelatihan Masyarakat

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 7

(22)

N

O POKOK

BAHASAN SUB POKOK BAHASAN K1 JP

(P) K2 (K) K3

(S) Kapasitas

Masyarakat Melalui Pelatihan

8.2. Keterampilan Dasar Melatih

10 Manajemen Pendampingan

10.1. Jatidiri TPP & Kode Etik 2 8”

10.2. Struktur, SOP Pendampingan (Kepmen 40 Th 2021

Pentunjuk Teknis

Pendampingan Masyarakat Desa)

2

10.3. Daily Report Pendamping

(Laporan Harian Pendamping) 2

11 Membangun Tim Kerja di Desa

11.1. Kerjasama Tim di Desa 2 2”

11.2. Membangun Jejaring 2

12 RKTL 12.1. Pokok-Pokok RKTL 2 2”

12.2. Menyusun RKTL 3

Post Test Evaluasi

TOTAL JUMLAH JAM PELAJARAN KOMPETENSI UMUM

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PELATIHAN (SILABUS)

Alur pelatihan Pratugas Pendamping Lokal Desa dimulai dengan meletakkan Perspektif tentang UU Desa sebagai jalan masuk dan prasyarat terwujudnya keselamatan hidup rakyat di perdesaan. Melalui pemahaman mendalam pada tahap membangun perspektif, para pendamping Desa diharapkan memiliki landasan kuat dan memahami tentang amanat UU Desa, Azas dan Definisi Desa, Kewenangan Desa.

Langkah berikutnya calon pendamping local desa diberikan pemahaman dan

(23)

Adapun secara rinci keseluruhan materi tersebut dituangkan dalam matrik kurikulum pelatihan Pratugas sebagai berikut;

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 9

(24)

No

. Pokok

Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Sub Pokok

Bahasan Metode Media JP

1. Bina Suasana dan Orientasi Pelatihan

Setelah mengikuti sesi ini, peserta

memberikan respon bagi situasi yang kondusif untuk proses pelatihan

Peserta dapat:

 mengatasi situasi keterasingan

 mengatasi hambatan psikologis/kecanggugan

 saling mengenal antar peserta dan fasilitator

1.1.Perkenalan Permainan 30”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui harapan yang hendak dicapai selama mengikuti pelatihan

Dapat mengungkapkan kebutuhan, manfaat, dll, yang hendak diperoleh dari mengikuti pelatihan ini

1.2.Pengungkapa n Harapan Peserta

Penugasan

Perorangan Lembar Kerja

Perorangan 15”

Setelah mengikuti sesi Dapat menjelaskan: 1.3.Tujuan dan 1. Presentasi Slide 15”

(25)

 merumuskan aturan bersama untuk ditaati

2. Desa dan Visi Undang- Undang Desa

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami kondisi dan dinamika Desa pada umumnya

Dapat menjelaskan:

 penyebab ketertinggalan Desa

 aspek-aspek ketertinggalan Desa

 dampak dari ketertinggalan dimaksud

2.1.Kondisi dan Dinamika Desa

1. Penugasan perorangan 2. Curah pendapat

Lembar Curah

Pendapat 45”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta:

 mengetahui cara pandang UU Desa

 memahami amanat UU Desa untuk mengubah kondisi/

ketertinggalan Desa

Dapat menyebutkan dan mengemukakan:

 perspektif yang mendasari UU Desa

 pengertian azas rekognisi dan subsidiaritas

 keterkaitan azas dengan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa

 hakikat Desa sebagai organisasi warga yang berpemerintahan

 keleluasaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri

 keharusan mengelola Desa secara demokratis dan

2.2.UU Desa sebagai Cara Pandang dan Sarana Menuju Keberdayaan Desa

1. Penugasa n

2. Presentas i

3. Tanya jawab 4. Penugasa

n Kelompo k

 Slide

 Lembar Kerja Kelompok

 UU No.6/2014

90”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 11

(26)

. Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Bahasan Metode Media JP inklusif

 penyerahan hak Desa oleh Negara (DD, ADD)

 Tri Matra Desa 3. Tata Kelola

Desa

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui kelembagaan dalam tata kelola Desa

Dapat menyebutkan dan mengemukakan:

 Pemangku Kepentingan dalam tata kelola Desa

 Pelaku dalam pemerintahan Desa

 kelompok pelaku strategis dalam masyarakat

 hubungan antar pelaku kunci

3.1.Kelembagaan dalam Tata Kelola Desa

1. Penugasa n

perorang an 2. Penugasa

n Kelompo k

3. Presentas i

 Lembar Kerja Kelompok

 Slide Presentasi

60”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami

Dapat menjelaskan:

 hakikat Musyawarah Desa

3.2.Musyawarah Desa sebagai

1. Penugasa n

Lembar Kerja

Kelompok 60”

(27)

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui prinsip-prinsip tata kelola Desa

Dapat:

 menyebutkan prinsip-prinsip tata kelola (partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas)

 mengemukakan pengertian prinsip-prinsip diatas

 menunjukkan cara

mewujudkan prinsip-prinsip diatas

3.3 Prinsip- Prinsip Tata Kelola Desa

1. Penugasa n

2. Diskusi 3. Presentas

i

 Lembar Diskusi

 Slide Presentasi 60”

4. Pembanguna

n Desa Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui sistem pembangunan Desa

Dapat:

 Menjelaskan kerangka kerja pembangunan Desa dalam sistem pembangunan nasional;

 Menjelaskan Pokok-Pokok Kebijakan Pembangunan Desa Dalam PermenDesa PDTT Nomor 21 Tahun 2020

 Menjelaskan alur mekanisme pendataan, perencanaan, penganggaran, pelak-sanaan, pelaporan, pemantauan dan pengawasan pembangunan

4.1.Sistem Pembanguna n Desa Berbasis Data SDGs Desa

1. Penugasan 2. Curah

Pendapat 3. Penugasan

Kelompok 4. Presentasi

 Lembar Curah Pendapat

 Lembar Kerja Kelompok

 Slide Presentasi

90”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 13

(28)

. Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Bahasan Metode Media JP Desa.

 Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui sistem pembangunan Desa

Dapat:

 Menguraikan arah kebijakan pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat Desa dalam PermenDesa PDTT Nomor 21 Tahun 2020 Pedoman Umum

Pembangunan Desa Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa);

 Merumuskan strategi pelaksanaan kebijakan pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat

SPB 4.2 Pokok- Pokok Kebijakan Pembangunan dan

Pemberdayaan Masyarakat Desa Dalam

PermenDesa PDTT Nomor 21 Tahun 2020

1.Penugasan 2. Curah

Pendapat 3. Penugasan

Kelompok 4. Presentasi

 Lembar Curah Pendapat

 Lembar Kerja Kelompok

 Slide Presentasi

90”

(29)

pembangunan Desa

 memberikan respon terhadap perwujudan prinsip-prinsip tata kelola

 menerapkan pengetahuan untuk memfasilitasi perbaikan perencanaan pembangunan Desa

perencanaan pembangunan Desa

 mengemukakan alur proses dan tahapan kegiatan penyusunan RPJM Desa

 mengemukakan alur proses dan tahapan kegiatan penyusunan RKP Desa

 mengemukakan pokok- pokok materi/isi RKP Desa

 mengemukakan alur proses dan tahapan kegiatan penyusunan APB Desa

 mengemukakan struktur APB Desa

 Dapat menunjukkan cara mewujudkan prinsip-prinsip (partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas) dalam alur proses dan tahapan kegiatan perencanaan pembangunan Desa

Dapat:

 memfasilitasi keterwakilan

4. Presentasi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 15

(30)

. Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Bahasan Metode Media JP perempuan dalam Tim

Penyusun RPJM Desa

 memfasilitasi penyusunan rencana kerja Tim Penyusun RPJM Desa

 memfasilitasi pembaruan data dan sketsa desa

 memfasilitasi kajian potensi dan masalah desa

 memfasilitasi penyusunan Rancangan RKP Desa

 memfasilitasi penyusunan belanja bidang pembinaan kemasyarakatan

danpemberdayaan

 memfasilitasi perhitungan alokasi Siltap dan

(31)

perwujudan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan Desa

 menggunakan pengetahuanuntuk memfasilitasi perbaikan pengelolaan keuangan Desa

Desa

 mengemukakan prinsip- prinsip pengelolaan keuangan Desa Dapat menunjukkan cara mewujudkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan Desa dalam tahapan kegiatan pengelolaan keuangan Desa Dapat:

 memfasilitasi penyusunan RAB/RPD

 memfasilitasi pengajuan SPP

 memfasilitasi penyusunan rencana kerja pelaksanaan kegiatan

 memfasilitasi proses pengadaan barang dan jasa di Desa

 memfasilitasi keterwakilan perempuan dalam

pembentukan pelaksana kegiatan

4. Presentasi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 17

(32)

. Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Bahasan Metode Media JP

 memfasilitasi pengerjaan buku kas umum

 memfasilitasi penyusunan laporan realisasi APB Desa 5. Pengembang

an Ekonomi Desa

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui arah dan orientasi pengembangan ekonomi Desa

Dapat:

 mengidentifikasi potensi pengembangan ekonomi desa

 menjelaskan peran Desa dalam penguasaan aset-aset strategis di Desa

 menjelaskan kepemilikan kolektif atas kegiatan usaha ekonomi Desa

5.1.Arah dan Orientasi Pengembang an Ekonomi Desa

1. Penugasa n

2. Curah Pendapa 3. Presentas

i

 Lembar Curah Pendapat

 Slide Presentasi

45”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui fungsi dan peran BUM

Dapat menyebutkan fungsi dan peran BUM Desa dalam

pengembangan ekonomi desa

5.2.BUM Desa sebagai Penggerak

1. Diskusi 2. Presentas

i

 Lembar Diskusi

 Slide

45”

(33)

 menyusun sistematika peraturan

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui strategi memfasilitasi penyusunan peraturan di Desa

Dapat:

 mencatat permasalahan terkait materi peraturan yang disusun

 menentukan narasumber yang terkait permasalahan dimaksud

 menyampaikan permasalahan dimaksud kepada

narasumber

 menyediakan contoh/rujukan peraturan yang sesuai

6.2.Strategi Fasilitasi Penyusunan Peraturan di Desa

Diskusi LembarDiskusi 30”

7. Penguatan Keberdayaan Masyarakat

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami konsep pemberdayaan masyarakat

Dapatmenjelaskan:

 pemberdayaan sebagai proses sosial-politik

 tahapan pemberdayaan masyarakat

 pemberdayaan bertumpu pada hak-hak masyarakat

 pemberdayaan untuk meningkatkan posisi dan daya tawar masyarakat

 pemberdayaan untuk

7.1.Pemberdayaa n Masyarakat Desa

1. Penugasa n

2. Diskusi 3. Presentas

i

 Lembar Diskusi Kelompok

 SlidePresentasi

45”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 19

(34)

. Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Bahasan Metode Media JP mewujudkan kemandirian

masyarakat Setelah mengikuti sesi

ini, peserta mengetahui strategi penguatan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa

Dapat:

 mengenali

kekurangan/kelemahan KPMD

 mengenali penyebab kekurangan/kelemahan dimaksud

 menentukan cara untuk mengatasi

kekurangan/kelemahan dimaksud

Dapat menggunakan

teknikkomunikasi inter personal

7.2.Strategi Penguatan Kader

Pemberdayaa n Masyarakat Desa

1. Diskusi

2. Role Play Lembar Diskusi 90”

(35)

ahan dimaksud

Dapat menggunakan teknik Diskusi Kelompok Terarah 8. Fasilitasi

Pengembang an SDGs Desa

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui konsep pelatihan masyarakat

Dapatmengemukakan:

 Menjelaskan pokok-pokok kebijakan SDG’s Desa;

 Memetakan kebutuhan pengembangan SDG’s Desa.

8.1 Kebijakan SDGs Desa

1. Penugasa n

2. Curah Pendapat 3. Presentas

i

 Lembar Curah Pendapat

 Slide Presentasi

45”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat strategi

pengembangan SID

 Setelah pembelajaran ini peserta mampu merumuskan strategi pengembangan SID di tingkat Desa wilayah tugas dengan mempelajari kasus daerah yang telah

mengembangkan SID

8.2.Sistem Informasi Desa untuk Pembanguna n Desa

1. Diskusi 2. Praktik

 LembarDiskusi

 LembarPraktik

135

Peningkatan Kapasias Masyarakat Melalui Pelatihan

Setelah mengikuti sesi ini, peserta mengetahui konsep pelatihan masyarakat

Dapatmengemukakan:

 pengertian

pelatihanmasyarakat

 pendekatan pelatihan masyarakat

 tujuan pelatihan masyarakat

9.1.Konsep Pelatihan Masyarakat

4. Penugasa n

5. Curah Pendapat

 Lembar Curah Pendapat

 Slide Presentasi

45”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 21

(36)

. Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Bahasan Metode Media JP menyebutkan aspek-aspek

kompetensi

3. Presentas i

Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat menerapkan keterampilan dasar melatih untuk

memfasilitasi pelatihan

Dapat mengemukakan jenis-jenis keterampilan dasar yang harus dimiliki untuk melatih

(komunikasi, mendengar, mengapresiasi, dan mengendalikan forum) Mempraktikkan teknik:

 bertanya

 mendengar

 mengapresiasi mengendalikan forum

9.2.Keterampilan Dasar Melatih

4. Diskusi 5. Praktik 6.

 LembarDiskusi

 LembarPraktik

135

10. Manajemen Pendampinga n

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami tugas pokok fungsi

Dapat menjelaskan:

 Menjelaskan dan memahami tugas pokok fungsi yang

10.1. Jatidiri TPP

& Kode Etik

1. Penugasa n

perorang

LembarDiskusiKelom

pok 45”

(37)

profesional P3MD;

 Mengetahui dan dapat menyebutkan kode etik tenaga pendamping

profesional serta sanksi yang harus ditanggung seorang pendamping profesional P3MD jika melanggar kode etik.

 Mampu menjaga dan menegakkan kode etik pendamping profesional P3MD.

Setelah mengikuti sesi ini, peserta

menerapkan kebijakan Pendampingan Masyarakat Desa, sistem organisasi dan pengelolaan

pendampingan

Dapat mempraktikkan:

 Mengetahui kebijakan Pendampingan Masyarakat Desa dalam

KepmenDesaPDTT Nomor 40 Tahun 2021 Tentang

Petunjuk Teknis

Pendampingan Masyarakat Desa

 Mengetahui sistem

10.2. Struktur, SOP

Pendampingan (Kepmen 40 Th 2021 Pentunjuk Teknis

Pendampingan Masyarakat Desa)

6.Penugasan 7.Curah

Pendapat 8.Presentasi

LembarDiskusiKelom

pok 90”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 23

(38)

. Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Bahasan Metode Media JP organisasi dan pengelolaan

pendampingan beserta berbagai perangkat Standar operating Prosedur yang ada;

 Mengetahui sistem koordinasi yang harus dilakukan sebagai pendamping Desa

 Mampu Melaksanakan Standar operating Prosedur (SOP) dalam melaksanakan kegiatan Pendampingan P3MD

 Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami

Dapat menjelaskan:

 Menjelaskan fungsi Daily

10.3.Daily Report Pendamping

1. Diskusi 2. Presentas

 LembarDiskusi

 Slide 90”

(39)

Report Pendamping (Laporan Harian Pendamping Desa)

 Mampu memahami evaluasi kinerja berjalan secara obyektif dan dapat dipertanggungjawabkan;

 Merumuskan rencana peningkatan kinerja Pendamping Desa 11. Membangun

Tim Kerja di Desa

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami peta pemangku kepentingan di Desa

Dapat menjelasan:

 pelaku kunci di Desa

 fungsi dan peran para pelaku

 hubungan/relasi antar pelaku

11.1. Kerjasama Tim di Desa

1. Penugasa n

perorang an 2. Diskusi

Lembar Diskusi 30”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami kerjasama dan jejaring pelaku

Dapat menjelaskan:

 kondisi yang mendukung terjalin kerjasama

 manfaat melakukan kerjasama

 bentuk jejaring pelaku di Desa

 pola kerja jaringan pelaku di Desa

11.2. Membangu n Jejaring

Diskusi 15”

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 25

(40)

. Bahasan Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan Bahasan Metode Media JP Setelah mengikuti sesi

ini, peserta memahami strategi membangun jejaring

Dapat:

 menentukan

masalah/kebutuhan yang dihadapi

 menentukan pihak-pihak yang terkait secara langsung

 mendorong para pihak mencapai kesepakatan untuk tindak lanjut terkait masalah/

kebutuhan yang dihadapi

Simulasi 45”

12. Rencana Kerja Tindak Lanjut (RKTL)

Setelah mengikuti sesi ini, peserta memahami rencana kerja tindak lanjut

Dapat menjelaskan:

 fungsi RKTL

 kaidah penyusunan RKTL

 aspek-aspek pokok dalam RKTL

12.1. Pokok- Pokok RKTL

Diskusi Lembar Diskusi 30”

Setelah mengikuti sesi ini, peserta

Dapat menyusun RKTL 12.2. Menyusun RKTL

Penugasan

Perorangan Lembar Kerja

Perorangan 60”

(41)

Reaksi

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 27

(42)

pelatihan, maka dikembangkan berbagai bentuk evaluasi. Bentuk evaluasi merupakan opsional yang dapat dikembangkan oleh penyelenggara pelatihan, tim fasilitator, pelatihan dan pihak ketiga. Adapun bentuk yang dikembangkan adalah:

- Pre dan Post test

Merupakan evaluasi tertulis untuk melihat sejauhmana peningkatan pengetahuan peserta sebelum dan setelah pelatihan.

- Evaluasi pencapaian setiap sesi materi

Evaluasi ini dilakukan dengan metode yang sudah disusun dalam modul setiap SPB.

Evaluasi ini untuk melihat sejuhmana indikator keberhasilan dalam setiap SPB dapat tercapai di setiap akhir sesi atau SPB.

- Refleksi harian

Evaluasi ini bertujuan untuk mendapatkan umpan balik harian baik dari sisi metodologi maupun dukungan penyelenggaraan dalam 1 hari, sehingga dapat dijadikan dasar dalam perbaikan hari selanjutnya. Hasil refleksi dan umpan balik harian ini akan sangat membantu bagaimana pelatihan dari ke hari akan lebih baik, dari sisi proses dan outputnya.

- Evaluasi penyelenggaraan akhir pelatihan

Pada hari terakhir pelatihan, dikembangkan proses umpan balik dan evaluasi oleh peserta. Evaluasi ini bertujuan untuk mengajak peserta menilai sejauhmana pelatihan baik dari sisi metodologi proses, dukungan logistik, partisipasi peserta, dan lain-lain, mampu meningkatkan kapasitas peserta. Evaluasi ini dapat dikembangkan dengan alat partisipatif terbuka, maupun tertutup dengan mengembangkan sejumlah daftar pertanyaan yang relevan.

- Evaluasi independen manajemen pelatihan secara keseluruhan

Jika ingin mengetahui seluruh rangkaian pelatihan sejak TNA, pengembangan paket pelatihan, pelaksanaan pelatihan hingga pasca pelatihan, maka perlu dilakukan evaluasi yang dilakukan oleh pihak independen secara professional. Evaluasi ini akan sangat membantu bagaimana manajemen pelatihan selanjutnya akan lebih

(43)

BAB II

PANDUAN MEMBACA MODUL

Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi |29

(44)
(45)

Modul pelatihan bagi Pendamping Lokal Desa (PLD) ini merupakan bahan pelatihan yang akan dijadikan sebagai bahan pembekalan sekaligus panduan bagi Tenaga Ahli Kabupaten dan Pendamping Desa dalam mendorong implementasi UU Desa melalui pelatihan yang akan mereka sampaikan kepada Pendamping Lokal Desa. Diharapkan nantinya, melalui Modul Pelatihan ini, PLD memiliki persepsi yang benar mengenai UU Desa serta terbangun komitmennya untuk terlibat dalam proses mendorong Desa dalam proses pembangunan.

Modul ini dimaksudkan untuk memandu pelatih dalam memfasilitasi proses pelatihan di tingkat kecamatan. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan kondisi di lapangan, bahwa masih banyak masyarakat yang belum memahami secara baik dan benar substansi UU Desa berikut proses implementasinya. Dari hasil analisis kebutuhan pelatihan menunjukkan bahwa kondisi pendamping desa menunjukkan tingkat pemahaman yang berbeda tentang implementasi Undang-Undang Desa sesuai dengan latar belakang, karakteristik wilayah, dan kondisi sosial yang ada.

Pengalaman menjalani proses pembangunan yang sentralistik semasa era Orde Baru (Government Driven Development) yang kemudian berubah menjadi pembangunan partisipatif yang mengedepankan masyarakat sebagai pelaku (Community Driven Development) ternyata masih memiliki kelemahan di mana penguatan di masyarakat tidak diiringi penguatan kepada pemerintah desanya. Padahal, sesuai dengan amanat UU Desa, Desa merupakan subyek pembangunan, persis pada kondisi ini Desa sebagai keseluruhan mencakup pemerintahan desanya serta masyarakat desa, seluruhnya. Desa pada akhirnya merupakan perpaduan antara Local Self Government (LSG) serta Self Governing Community (SGC) sekaligus.

Desa sebagai masyarakat yang berpemerintahan (LSG) menentukan pemerintahannya sendiri (SGC), membutuhkan pendekatan yang holistik dan integral. Perpaduan konsep antara LSG dan SGC membutuhkan pemahaman yang jernih bagi setiap pelaku pemberdayaan, terutama sekali bagi siapa pun yang berkomitmen dengan desa. Untuk itulah Modul ini dibuat.

Maksud dan Tujuan

Modul pelatihan ini dimaksudkan untuk:

1. Menyamakan persepsi dan konsep pendampingan desa berbasis pedekatan Desa sebagai Subyek (Village Driven Development- VDD) seperti diamanatkan dalam UU Desa;

2. Mempersiapkan calon Pendamping Desa untuk bisa memfasilitasi proses pelatihan tenaga Pendamping Lokal Desa yang memiliki komitmen dalam rangka mendorong

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 31

(46)

dengan semangat UU Desa;

Dengan sasaran pengguna tersebut, maka format modul yang disiapkan menjawab kebutuhan pengguna. Modul Pelatihan : menjadi modul pegangan pelatih. Namun demikian, modul ini juga bisa dipakai oleh siapa saja yang memiliki kepedulian dan semangat untuk mendukung Desa melalui implementasi UU Desa.

Bagaimana Modul Pelatihan ini Disusun?

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi mendorong disusunnya Modul Pelatihan bagi Pendamping Lokal Desa melalui :

a) Kajian Kebutuan : melalui evaluasi atas hasil pelatihan tahun sebelumya dan realitas kebutuhan di lapangan atas dinamika yang terjadi dalam implementasi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

b) Penyusunan Draft Modul : Draft Modul Pelatihan Pendamping Lokasl Desa disusun oleh Tim Bidang PK TPP P3MD, Dilengkapidengan Bahan Bacaan dan bahan tayang secara terpisah.

Modul ini telah mengalami berbagai penyesuaian melalui proses penelaahan, konsultasi dan masukan dari berbagai pihak terutama dari pelatih senior dan pendamping desa yang ada di lapangan. Oleh karena itu modul pelatihan ini dapat diibaratkan sebagai buku berjalan yang memberikan peluang bagi pembaca atau pengguna dalam memberikan warna dan penyesuaian sesuai dengan kaidah pembelajaran dan kebutuhan.

Sistematika dan Isi Modul

Modul pelatihan ini dirancang menggunakan standar format yang menyertakan pokok- pokok materi, panduan pelatih, lembar kerja dan lembar tayang (presentasi atau beberan atau bahan paparan) yang bermanfaat bagi calon pelatih yang akan menyampaikan materi pelatihan. Modul pelatihan dikemas dalam bentuk panduan bagi pelatih agar mudah digunakan dan memungkinkan dan penyesuaian dengan kondisi

(47)

1. Modul Pelatihan Bukan Buku Ajar

Modul ini disusun sebagai koridor pembelajaran semata-mata, dan Modul ini didukung oleh BahanBacaan serta Bahan Tayang juga kelengkapan lain yang bisa digali oleh setiap pelatih sesuai dengankondisi setempat. Dan olah karenanya, Modul ini murni sebagai pemandu.Pengalaman dan kapabilitas Pelatih (Pendamping Desa dan juga Pendamping Teknis Kabupaten)akan sangat menentukan hasil dari desain modul yang dikembangkan. Untuk itu, Modul ini tidakdibaca sebagai buku tersendiri, melainkan harus dilengkapi dengan Bahan Bacaan yang disediakanserta bacaan dan pengalaman lain yang mendukung.

2. Kaidah Belajar Orang Dewasa

Modul pelatihan ini disusun berdasarkan kaidah-kaidah pendidikan orang dewasa, pelatih hendaknyatidak menggurui, melainkan sebagai fasilitator menjadi pengarah atau pengolah proses belajardan mengakumulasikan secara partisipatif-kreatif dari pengalaman yang telah dimiliki peserta. Sebagaisuatu pengalaman, modul ini diperlakukan layaknya sebagai panduan bukan ―kitab suci‖ yangtidak boleh dirubah.Sebagian bahasan dalam modul pelatihan merupakan refleksi pengalaman para pemangku kepentinganyang terlibat dalam pendampingan desa. Penjelasan lebih diarahkan sebagai petunjuk praktisdan teknis bagi pelatih yang akan menggunakannya untuk keperluan pelatihan. Manfaat yang diharapkandari modul ini, jika dipakai sebagai alat untuk menggali pengalaman dan merefleksikannyadalam kehidupan nyata dalam berdesa.

3. Kreativitas dan Kondisi Lokal

Kreativitas pelatih/ fasilitator sangat menentukan dalam proses pengayaan serta kualitas pelatihanyang dilaksanakan. Modul pelatihan ini lebih efektif, jika digunakan sepanjang tidak menyalahi aturanatau prinsip-prinsip dasar pendidikan partisipatoris. Oleh karenanya, pelatih dapat :

a) Mengembangkan metodologi serta penggunaan media yang lebih bervariasi.

Namundemikian, tujuan dari Modul ini harus tetap menjadi acuan dasar pelatihan.

b) Menggunakan media sekreatif mungkin;

c) Sebanyak mungkin mengangkat persoalan-persoalan atau issue-isuue yang terjadi dilokasi pelatihan;

d) Menggunakan pengalaman peserta sebagai picu pengayaan dan pendalaman materiOleh karena itu, mendalami dan memahami alur modul dari setiap pokok bahasan menjadi syaratmutlak untuk lebih leluasa dalam pelatihan. Jangan membatasi diri, kembangkan dan perkaya prosessecara kreatif serta memadukan dengan pengalaman peserta.

4. Cara Menggunakan Modul

Modul pelatihan ini memberikan beberapa petunjuk berupa pilihan belajar yang dapat digunakanoleh pelatih dalam memahami dan menyampaikan materi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 33

(48)

aktivitas belajar yang disusun dengan menggunakanpendekatan induktif atau deduktif secara bergantian atau bersamaan. Hal ini sangat tergantungkarakteristik materi yang hendak disampaikan. Namun, demikian keselarasan, keterpaduan dankemudahan penyajian menjadi pertimbangan dalam menggunakan modul pelatihan ini. Oleh karenaitu, pahami kurikulum dan struktur anataomi modul pelatihan dengan benar, kemudian hubungkandengan struktur materi atau pokok bahasan yang disajikan, sehingga memudahkan mendalami substansimaupun metodologinya. Jika terdapat hal-hal yang membutuhkan penyesuaian atau pengayaan,pelatih dengan mudah dapat mengguna-kan variasi lain tanpa keluar dari kerangka pokokdari modul pelatihan ini.

Dalam setiap bagian atau pokok bahasan terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau modul dengantopik yang beragam dan dapat dipelajari secara mandiri sesuai dengan materi yang diperlukan.Masing-masing subpokok bahasan dalam modul ini menggambarkan urutan kegiatan pembelajarandan hal-hal pokok yang perlu dipahami tentang materi yang dipelajari serta keterkaitannya dengantopik lainnya.Dalam setiap subpokok bahasan dilengkapi dengan panduan pelatih yang membantu dalam mengarahkanproses, media dan sumber belajar, lembar kerja, lembar evaluasi dan lembar informasi ataubahan bacaan. Masing-masing disusun secara kronologis yang agar memudahkan bagi penggunadengan memberikan alternatif dalam memanfaatkan setiap subpokok bahasan secara luas danfleksibel.

Setiap pokok bahasan dilengkapi dengan bahan bacaan pendukung yang dapat dibagikan secaraterpisah dari panduan pelatihan agar dapat dibaca peserta sebelum pelatihan di mulai. Pelatih jugadiperkenankan untuk menambah atau memperkaya bahan bacaan untuk setiap subpokok bahasanberupa artikel, buku, juklak/juknis dan kiat-kiat yang dianggap relevan.Disamping itu, pembaca di berikan alat bantu telusur berupa catatan diberikan termasuk ikon-ikonyang akan memandu dalam memahami karakteristik materi dan pola penyajian yang harus dilalukandalam pelatihan.

(49)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 35

(50)

BAB III

RENCANA PEMBELAJARAN

(51)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 37

(52)

Pokok Bahasan 1

BINA SUASANA DANORIENTASI

PELATIHAN

(53)

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 39

(54)

SPB 1.1

Rencana Pembelajaran

Perkenalan

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Mengatasi situasi keterasingan;

2. Mengatasi hambatan psikologis/kecanggugan;

3. Saling mengenal antar peserta dan fasilitator.

Waktu

30 Menit

Metode

Permainan dan Tanya Jawab

Media

Slide

Alat Bantu

Flipt Chart,Spidol, Laptop, Infocus dan Metaplan

(55)

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Pembukaan

1. Lakukan pembukaan acara pelatihan ini secara informal dengan mengucapkan salam dan selamat datang;

2. Jelaskan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari sesi perkenalan antara pelatih, panitia dan peserta.

Kegiatan 2: Perkenalan (Kegiatan Permainan)

3. Pada awal sesi, ajak peserta bersama-sama melakukan perkenalan dengan metode permainan.Sebagai panduan gunakan metode permainan dengan memilih salah satu skenario;

4. Setelah pelatih, panitia dan fasilitator saling mengenal, lakukan refleksi atau menggali makna dari proses tersebut;

5. Buatlah penegasan dengan meminta peserta untuk menjelaskan tujuan, makna dan manfaat perkenalan;

6. Buatlah kesimpulan dengan merangkum tujuan, makna, dan manfaat perkenalan.

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 41

(56)

SPB 1.2

Rencana Pembelajaran

Pengungkapan Harapan Peserta

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat mengungkapkan kebutuhan, manfaat, dll, yang hendak diperoleh dari mengikuti pelatihan ini.

Waktu

15Menit

Metode

Penugasan Perorangan

Media

Lembar Kerja Perorangan

Alat Bantu

Flipt Chart,Spidol, Metaplan, HVS dan Gambar Pohon Harapan

(57)

(Penugasan Perorangan)

7. Bagikan 2 buah potongan kertas HVS/metaplan kepada masing- masing peserta;

8. Minta peserta untuk menuliskan 2 harapannya yang paling prioritas (dalam pikiran mereka) sebelum mereka mengikuti pelatihan ini;

9. Setelah menuliskan harapannya, minta peserta untuk menempelkannya pada whiteboard atau papan tulis yang tersedia;

10. Minta peserta membacakan harapan yang telah ditulis, sekaligus langsung melakukan klarifikasi harapan-harapan yang dapat direalisasikan selama pelatihan;

11. Klasifikasikan harapan peserta;

12. Minta peserta menempelkan seluruh harapan yang mungkin direalisasikan selama pelatihan pada gambar pohon harapan (Media Fasilitasi 1.2.1Slide);

13. Minta peserta untuk berdiri melingkar dan bagikan selembar kertas metaplan kepada masing-masing;

14. Minta salah seorang peserta untuk mengumpulkan dan mencatat kelebihan dan kompetensi peserta dengan menggunakan Lembar Kerja 1.2.1;

15. Mintalah peserta untuk merefleksikan kegiatan tersebut:

Apa yang Anda dapatkan dari kegiatan ini?

Apakah ada temuan baru/potensi baru yang Anda sadari setelah melakukan kegiatan ini?

Apa yang bisa Anda lakukan terhadap potensi atau tantangan dalam proses pelatihan?

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 43

(58)

Kelebihan dan Kompetensi Peserta

No. Kelebihan Kapan bisa digunakan

1

2

3

4

5

6

7

8

Dst

(59)

1.3 Tujuan dan Proses Pelatihan

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Memahami tujuan Pelatihan;

2. Memahami alur dan kegiatan yang akan dilakukan selama mengikuti pelatihan ini.

Waktu

15Menit

Metode

Presentasi dan Tanya jawab

Media

Slide Presentasi

Alat Bantu

Laptop dan Infocus

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 45

(60)

Proses Penyajian

Kegiatan 4: Penjelasan Tujuan, Proses dan Hasil(Presentasi)

16. Paparkan tujuan, proses dan hasil yang diharapkan dari

penyelenggaraan pelatihan pratugas ini. Gunakan Media Fasilitasi 1.3.1 Slide;

17. Berikan kesempatan kepada beberapa peserta untuk mengajukan pendapat, gagasan, dan sumbang saran untuk kelancaran kegiatan pelatihan;

18. Berikan penegasan Tujuan, Proses dan Hasil Pelatihan.

(61)

1.4 Tata Tertib Pelatihan

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Mengenali situasi yang menggangu proses pelatihan;

2. Menyatakan hal-hal yang menjamin ketertiban selama proses pelatihan;

3. Merumuskan aturan bersama untuk ditaati.

Waktu

30Menit

Metode

Diskusi

Media

Lembar Diskusi

Alat Bantu

Flipt Chart, Spidol, Laptop dan Infocus

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 47

(62)

Proses Penyajian

Kegiatan 5: Penyusunan Tata Tertib (Diskusi Kelas)

19. Jelaskan pentingnya tata tertib dan aturan main pelatihan yang harus disepakati;

20. Minta salah satu peserta memimpin perumusan dan penyepakatan tata tertib;

21. Pastikan dalam kesepakatan tata tertib dan aturan yang disepakati meliputi:

a. Waktu masuk ruangan pelatihan.

b. Pakaian peserta yang dikenakan.

c. Pemakaian alat komunikasi.

d. Ijin meninggalkan ruangan.

e. Terlambat.

f. Mengantuk.

g. Dll.

Kegiatan 6: Menutup Sesi

22. Akhiri kegiatan ini dengan menegaskan:

a. Kemampuan awal peserta, berdasarkan hasil pemetaan potensi peserta dalam mengikuti pelatihan ini;

b. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kelancaran pelatihan.

(63)

Pokok Bahasan 2

DESA DAN VISI UNDANG-UNDANG DESA

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 49

(64)
(65)

2.1 Kondisi dan Dinamika Desa

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1. Menjelaskan penyebab ketertinggalan Desa;

2. Menjelaskan aspek-aspek ketertinggalan Desa;

3. Menjelaskan dampak dari ketertinggalan.

Waktu

45Menit

Metode

Curah Pendapat, Diskusi Kelompok dan Paparan

Media

Bahan Bacaan dan Lembar Tayang

Alat Bantu

Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 51

(66)

Proses Penyajian

Kegiatan 1: Pembukaan

1. Bukalah pertemuan dengan menjelaskan tujuan yang akan dicapai dalam sesi belajar bersama ini.

Kegiatan 2: Menggali pemahaman tentang ketertinggalan (Tanya jawab)

2. Ajak peserta mendiskusikan pertanyaan berikut (lihat Media Fasilitasi 2.1.1);

3. Rumuskan hasil diskusi (gunakanMedia Fasilitasi 2.1.2);

4. Berikan penegasan.

(67)

Diskusikan beberapa tema berikut dengan peserta:

1. Apakah peserta setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa Desa di Indonesia kebanyakan tertinggal?

2. Kepada peserta yang menjawab setuju, tanyakan bukti-bukti kalau Desa tertinggal?

3. Kepada yang tidak setuju, tanyakan pertanyaan yang sama, apa buktinya kalau Desa tidak tertinggal?

4. Mengapa banyak penduduk desa memilih meninggalkan Desa untuk pergi ke kota?

5. Apa yang dicari di kota?

6. Mengapa harus dicari di kota? Apakah di Desa benar-benar tidak ada?

7. Jika jawabannya Desa “tidak bisa…”, tanyakan mengapa Desa tidak bisa memenuhi kebutuhan masyarakatnya?

Media Fasilitasi 2.1.2.

Susun dan tempatkan jawaban-jawaban peserta dalam rangkaian hubungan sebab akibat, sehingga peserta bisa mengenali akar masalah atau faktor utama yang menyebabkan Desa tertinggal. Tampilkan dalam contoh tabel berikut:

No. Isu Sebab Akibat

1. Ketertinggalan

2. Urbanisasi

3. Lapangan kerja di Desa

4. dll

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 53

(68)
(69)

2.2 UU Desa sebagai Cara Pandang dan Sarana Menuju Keberdayaan Desa

Tujuan

Setelah pembelajaran ini peserta diharapkan dapat:

1.

Menjelaskan perspektif yang mendasari UU Desa;

2.

Menjelaskan pengertian azas rekognisi dan subsidiaritas;

3.

Menjelaskan keterkaitan azas dengan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala Desa;

4.

Menjelaskan hakikat Desa sebagai organisasi warga yang berpemerintahan;

5.

Menjelaskan Desa memiliki keleluasaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri;

6.

Menjelaskan keharusan mengelola Desa secara demokratis dan inklusif;

7.

Menjelaskan penyerahan hak Desa oleh negara (DD, ADD);

8.

Menjelaskan Tri Matra Desa.

Waktu

45 Menit

Metode

Curah Pendapat, Diskusi Kelompok dan Paparan

Media

Bahan Bacaan dan Lembar Tayang

Alat Bantu

Flipt Chart, Spidol, Laptop danInfocus

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 55

(70)

Proses Penyajian

Kegiatan 3: Menyamakan Perspektif (Membaca Cepat dan Dialog)

a. Desa Lama vs Desa Baru (20 Menit)

5. Minta Peserta membaca bahan bacaanBB 2.2.1(10 menit);

6. Lakukan dialog atau tanya jawab. Gunakan Media Fasilitasi 2.2.1 (15 menit);

7. Buatlah catatan penting dari hasil pembahasan;

8. Berikan penegasan atas dialog tersebut.

b. Azas, Hak dan Kewenangan Lokal Desa (20 Menit) 9. Minta peserta membaca bahan bacaan BB 2.2.2 (10 menit);

10. Lakukan dialog atau tanya jawab.Gunakan Media Fasilitasi 2.2.2 (15 menit);

11. Buatlah catatan penting dari hasil pembahasan;

12. Berikan penegasan atas dialog tersebut.

Kegiatan 4: Penegasan (15 Menit)

13. Berikan penegasan tentang visi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.Gunakan slide (BB 2.2.4).

Kegiatan 5: Menutup Sesi

(71)

Diskusikan dengan peserta:

1. Apa yang yang terjadi dengan desa di masa lalu?

2. Bagaimana pengaturan desa di masa lalu?

3. Mengapa lahir Undang-Undang No. 6/2014 tentang Desa?

4. Apa visi dan semangat baru yang dibawa oleh UU Desa?

5. Apa dan bagaimana perbedaan dan perubahan kebijakan dalam UU Desa jika dibandingkan dengan pengaturan sebelumnya?

Media Fasilitasi 2.2.2

1. Diskusikan dengan peserta:

 Apa artinya hak asal-usul bagi desa?

 Hak asal-usul desa meliputi apa saja?

2. Jelaskan bahwa hak asal-usul juga merupakan pengakuan atas keberadaan desa sebagai komunitas (masyarakat) berpemerintahan (self governing community).

3. Jelaskan arti subsidiaritas sebagai azas otonomi atau pemberian kewenangan.

4. Jelaskan maksud subsidiaritas dalam kaitannya dengan kewenangan lokal berskala desa (local self government).

5. Jelaskan mengapa ada redistritusi uang dari negara (DD, ADD) kepada Desa?

6. Selanjutnya, jelaskan mengapa harus mengelola Desa dengan cara demokratis dan inklusif?

7. Jelaskan, seperti apa Desa yang demokratis dan inklusif tersebut?

Media Fasilitasi 2.2.3 Diskusikan dengan peserta:

1. Kedudukan Tri Matra Desa sebagai program unggulan Kementerian Desa dalam implementasi UU Desa.

2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Jaring Komunitas Wiradesa atau “JAMU DESA”?

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Lumbung Ekonomi Desa atau “BUMI DESA”?

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Lingkar Budaya Desa atau “KARYA DESA”?

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi | 57

(72)

reading) bahan bacaan yang telah disediakan tentang Visi dan Semangat Undang-Undang Desa.

6. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan mengajukan pendapat.

7. Buatlah catatan penting dari hasil pembahasan.

8. Buatlah kesimpulan dari pembahasan yang telah dilakukan.

9. Akhiri sesi belajar bersama UU Desa sebagai Cara Pandang dan Sarana Menuju Keberdayaan Desa dengan mengingat ulang (review) poin-poin penting dalam aktivitas 1, 2 dan 3.

Media Fasilitasi 2.2.4 (slide)

Unsur Desa Lama Desa Baru

Payung hukum UU No. 32/2004 dan PP No.

72/2005

UU No. 6/2014 tentang Desa Asas utama Desentralisasi-residualitas Rekognisi-subsidiaritas

Tipe Desa Seragam, dan default Beragam: Desa dan Desa Adat Kedudukan Pemerintahan yang berada

dalam sistem pemerintahan kabupaten/kota (local state government)

Pemerintahan masyarakat, hybrid antara self governing community dan local self government.

Kepala desa Sebagai kepanjangan tangan Sebagai pemimpin masyarakat Posisi dan

peran

kabupaten/kota

Kabupaten/kota mempunyai kewenangan yang besar dan luas

Kabupaten/kota mempunyai kewenangan yang terbatas

Delivery Target Mandat

Politik tempat Lokasi: Desa sebagai lokasi proyek

Arena: Desa sebagai arena bagi orang desa

Posisi dalam pembangunan

Obyek Subyek

Model

pembangunan

Government driven

development & community

Village driven development

Gambar

Tabel Ruang Lingkup Materi sesuai Tingkat Kompetensi K1 (Pengetahuan) K2 (Sikap) K3 (Keterampilan)
Tabel Daftar positif kewenangan lokal berskala desa
Tabel di bawah ini mencoba memberikan gambaran:
Tabel di bawah ini, mencoba memberikan gambaran.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bekerja saya tidak pernah menghadapi masalah – masalah yang

PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE UTARA DINAS PARTWISATA DAl\[ EKONOMI KREATTF-. Alamat : Komplelc Perkantoran Wanggudu

Puzzle berasal dari bahasa Perancis kuno Apose , yang berarti membingungkan. 17 Puzzle merupakan permainan edukatif dengan sistem bongkar pasang tujuannya

Menurut Bapak/ibu jika air dan makanan yang tercemar tinja dapat menyebabkan penyakit.. Menurut Bapak/ibu penggunaan jamban dapat mengurangi

Untuk menghindari pengenaan pajak berganda dan memberikan perlakuan pemajakan yang sama antara penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Dalam Negeri

JUDUL : SAAT MAHASISWA MEMAKNAI CINTA TANAH AIR MEDIA : SUARA MERDEKA. TANGGAL : 06

In the present experiment, the cell volume in the UV-B-exposed algal cells decreased by the end of the dark period (Fig. 2B), but increased immediately when the light was switched

Perubahan data adalah perubahan data Wajib Pajak dan/atau PKP yang dapat berupa perubahan nama tanpa perubahan bentuk badan, pembetulan NPWP, perubahan alamat dalam wilayah