• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA ISTRI YANG SUAMINYA BEKERJA DI DALAM KOTA DAN DI Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Istri Yang Suaminya Bekerja Di Dalam Kota Dan Di Luar Kota Di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA ISTRI YANG SUAMINYA BEKERJA DI DALAM KOTA DAN DI Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Istri Yang Suaminya Bekerja Di Dalam Kota Dan Di Luar Kota Di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA ISTRI

YANG SUAMINYA BEKERJA DI DALAM KOTA DAN DI

LUAR KOTA DI DESA GENTAN KECAMATAN BAKI

KABUPATEN SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:

NOOR DHIAN MAHARJANTI J 500 090 077

FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)
(3)

2 ABSTRAK

Perbedaan Tingkat Kecemasan Istri yang Suaminya Bekerja Di Dalam Kota dan Di Luar Kota di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

Fakultas Kedokteran UniversitasMuhammadiyah Surakarta Noor Dhian Maharjanti, Rh Budhi Muljanto, Sri Wahyu Basuki

Latar Belakang: istri yang suaminya bekerja di luar kota memiliki beban fisik, psikis, dan sosial yang lebih tinggi daripada istri yang suaminya bekerja di dalam kota.

Tujuan Penelitian: Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan istri dari suami yang bekerja di dalam kota dengan suami yang bekerja di luar kota di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

Metode Penelitian: Desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan teknik pengambilan sampel cluster random sampling.

Sampel yang digunakan sebanyak 90 istri terdiri dari 45 istri yang suaminya bekerja di dalam kota dan 45 istri yang suaminya bekerja di luar kota. Penelitian ini menggunakan kuesioner LMMPI untuk mengetahui angka kebohongan sampel dan menggunakan kuesioner TMAS untuk mengukur ada tidaknya kecemasan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji statistik t-test.

Hasil Penelitian: Setelah dilakukan analisa data menggunakan uji t-test diperoleh t hitung sebesar -7,756 dan nilai p=0,000 maka secara statistik terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang bermakna antara istri yang suaminya bekerja di dalam kota dan di luar kota di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

Kesimpulan: Terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang bermakna antara istri yang suaminya bekerja di dalam kota dan di luar kota di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

Kata Kunci: suami/istri, migrasi, kebutuhan, kecemasan.

(4)

2 ABSTRACT

The Differences Between Wife's Anxiety Level Whose Husband Works In The City And Work Outside Of The City In Gentan Village, Baki

Subdistrict, Sukoharjo Regency

Faculty of Medicine, Muhammadiyah University of Surakarta Noor Dhian Maharjanti, Rh Budhi Muljanto, Sri Wahyu Basuki

Background: The wife whose husband works outside of city has the burden of physical, psychological, social higher than the wife whose husband works in the city.

Objectives: Knowing the differences between wife's anxiety level whose husbands work in the city and outside the city in Gentan Village, Baki Subdistrict, Sukoharjo Regency.

Methods: The design of research is analytical observational with cross sectional approach and used cluster random sampling. Sample takes 90 wives consis of 45 wives whose husbands work in the city and 45 wives whose husbands work outside of city. The research used LMMPI questionnaire to determine the lied number of samples and TMAS questionnaire to determine whether there is anxiety or not. The available data was analyzed by t-test statistic.

Results: After analyzing the data using t-test obtained t value is -7,756 and p-value=0,000. There were statistically significant differences of anxiety level between wife whose husband works in the city and outside the city in Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

Conclusion: There are the differences between wife's anxiety level whose husband works in the city and outside the city in Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

(5)

2

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Cemas merupakan tipe gangguan mental yang paling banyak dijumpai (Reeves et al, 2011). World Health Organization World Mental Health Survey

tahun 2004 melaporkan bahwa selama 12 bulan pada >60.000 orang dewasa dari 14 negara didapatkan sekitar 10%-20% pasien dewasa yang datang ke dokter umum dengan gangguan non-psikiatri ternyata pernah mengalami gangguan cemas atau depresi (Merinoa, Meza, Wallanderb, Johansson, and Rodrigueza, 2009). Sekitar 30 juta orang di USA terkena gangguan cemas, di mana frekuensi pada wanita dua kali lebih besar daripada pria (Kaplan & Sadock, 2007). Prevalensi rata-rata angka kecemasan di Inggris sekitar 7,2%, dengan laki-laki 4,9% dan wanita 9,2%. Prevalensi terendah pada usia 10-19 tahun sekitar 2% dan prevalensi tertinggi pada usia 40-49 tahun sekitar 9%. Dari 40.837 kasus yang didiagnosis cemas terdapat sekitar 9,7 kasus baru per-1.000 penduduk setiap tahunnya. Perbandingan wanita dan laki-laki adalah 12,6 dan 6,8 kasus baru per-1.000 penduduk. Sedangkan insidensi tertinggi ditemukan pada usia 20-29 tahun yakni 13,6 kasus per-1.000 penduduk setiap tahun dengan jumlah wanita sebesar 17,8 dan laki-laki sebesar 9,6 kasus per-1.000 penduduk setiap tahun (Merino et al, 2009). Prevalensi cemas sebesar 2-5% (Airaksinen, Larsson, and Forsell, 2004), 3-2-5% (Puri, 2011), 2-5% (Hawari, 2006), 2-4% (PPDGJ, 1993; Sudiyanto, 2000).

Menurut UU Perkawinan RI No.1 tahun 1974, setelah akad nikah dilaksanakan, maka seorang wanita akan berstatus sebagai istri dan berfungsi sebagai ibu rumah tangga. Selain itu istri juga melaksanakan peran umum misalnya ikut berorganisasi, berprofesi, dan berpolitik sebagaimana pria/suami kerjakan. Selain itu istri mempunyai peran khusus yaitu melahirkan anak. Adakalanya karena situasi dan kondisi tertentu misalnya suami bekerja dan menginap di luar kota, istri harus berperan ganda sebagai bapak dan sebagai ibu. Hal ini merupakan satu peranan yang berat secara fisik, sosial, ekonomi, maupun psikologis yang bisa memicu terjadinya kecemasan (Hawari, 2006).

Desa Gentan dipilih sebagai tempat penelitian karena memenuhi kriteria sebagai daerah penyela kota atau penunjang. Kriteria tersebut meliputi: merupakan daerah pinggiran kabupaten Sukoharjo yang menjadi perembesan dan perluasan kota Surakarta; banyak industri berdiri disekitarnya misalnya PT. Batik Keris, PT. Konimex, dan PT. Tifontex; sebagai wilayah pengembangan perumahan dan penampungan untuk para urban dan karyawan; transportasi ke kota lainnya juga lancar, yaitu Solo, Semarang, dan DIY. Untuk data kependudukan, desa Gentan berjumlah 6.319 jiwa dengan penduduk angkatan kerja usia 15-64 tahun sebanyak 4.295 jiwa, yang bekerja sebagai karyawan swasta sebesar 3.948 jiwa, dan yang berpendidikan SMP ke atas 5.376 (data primer kelurahan Gentan, 2012).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai perbedaan tingkat kecemasan antara istri yang suaminya bekerja di dalam kota dan di luar kota di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Diharapkan penelitian ini mampu menghasilkan pengetahuan yang

(6)

2

dapat dipergunakan dalam penatalaksanaan klinik dan program pemberdayaan wanita yang dilakukan oleh pemerintah. Walaupun penelitian ini adalah penelitian permulaan akan tetapi dengan data serta informasi yang akan peneliti dapatkan diharapkan dapat menjadi pemacu penelitian lebih lanjut dan mampu berperan dalam arahan kebijakan penanggulangan dan pencegahan.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan istri dari suami yang bekerja di dalam kota dengan suami yang bekerja di luar kota.

2. Tujuan Khusus

Cemas merupakan emosi dasar manusia disamping gembira, sedih, dan marah. Dalam keadaan moderat, cemas diperlukan bagi penampilan individu untuk semua tugas dan keperluan lain, karena disamping emosi dasar yang lain cemas dalam keadaan moderat dapat memacu individu dalam penampilannya. Bila cemas terlalu tinggi atau terlalu rendah maka dapat menghambat penampilan sampai menimbulkan kendala atau gangguan fungsi sosial individu. Hal ini sesuai dengan hukum Yerkes-Dodson, yang menjelaskan bahwa ada hubungan kecemasan dengan performa yang digambarkan sebagai kurva U yang terbalik. Performa akan berkurang pada tingkat kecemasan rendah dan sangat tinggi. Sedangkan pada tingkat kecemasan yang sedang dapat menambah performa seseorang (Puri, 2011). Cemas ditandai dengan rasa tidak nyaman, samar (tidak jelas) dan disertai gejala otonom seperti sakit kepala, keluar keringat banyak, palpitasi, rasa sesak di dada, rasa tidak nyaman ringan pada lambung, ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri dalam waktu yang lama (Kaplan & Sadock, 2007; Maramis, 2005).

Sekitar 30 juta orang di USA terkena gangguan cemas, di mana frekuensi pada wanita dua kali lebih besar daripada pria (Kaplan & Sadock, 2007). Di Indonesia, diperkirakan angka kejadian cemas sebesar 2-4% (PPDGJ, 1993; Sudiyanto, 2000). Jumlah penderita gangguan cemas baik yang akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk (Hawari, 2006). Cemas didahului dengan adanya stressor yang bersifat biopsikososial misalnya kelelahan, menderita penyakit kronis, kondisi rumah tangga yang tidak harmonis, masalah ekonomi, hubungan antar tetangga yang tidak baik. Stressor biopsikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan terjadinya stres dalam kehidupan seseorang.

Instrumen psikometrik yang diisi sendiri oleh penderita (self rating) mempunyai keuntungan mudah dimengerti, murah dalam pelaksanaannya, kuesionernya singkat, dan jelas serta waktu dalam mengisi kuesioner singkat sekitar 15-20 menit (Sudiyanto, 2000). Alat ukur ini tidak berguna sama sekali terhadap individu yang buta huruf, tidak kooperatif, tidak terdidik, atau memiliki

(7)

2

penyakit berat. Instrumen psikometrik ini ialah semua jenis inventory (seperti T-MAS/Taylor Manifest Anxiety Scale) yang biasanya memuat daftar pertanyaan yang harus dijawab “ya” atau “tidak” oleh individu. T-MAS hanya bisa untuk mengetahui ada tidaknya cemas pada seseorang serta mengukur tinggi rendahnya cemas berdasarkan skor yang dihasilkan. Jadi hanya bisa menjelaskan seseorang mempunyai skor cemas yang lebih tinggi atau lebih rendah dibandingan dengan orang lain yang sama-sama diukur dengan T-MAS. Skor yang mendekati atau sama dengan 50 pada seseorang menunjukkan bahwa keluhan-keluhan cemas yang disampaikan lewat jawaban kuesioner T-MAS lebih banyak daripada skor yang mendekati 22 (Sudiyanto, 2000).

Wanita bisa berperan secara dwiperan, yaitu memposisikan diri di dua dunia kehidupan, kehidupan publik (umum) dan kehidupan domestik (khusus). Pada situasi kondisi tertentu misalnya, suami bekerja di luar kota (terjadi perpisahan/separasi sementara) dengan konsekuensi peran istri menjadi lebih banyak (multiperan) yaitu berperan sebagai ibu sekaligus berperan sebagai bapak, suatu peran yang melelahkan fisik. Disamping itu perpisahan sementara akan menimbulkan pemenuhan kebutuhan biologis terhambat. Hal ini merupakan stressor berat (Hawari, 2006).

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional di mana variabel bebas dan variabel tergantung diobservasi hanya sekali pada saat yang sama (Taufiqurrahman, 2008). Desain penelitian ini digunakan untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan antara istri yang suaminya bekerja di dalam kota dan di luar kota di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo.

Gambar 1. Alur Kerangka Penelitian

Istri

Suami bekerja di luar kota Suami bekerja di dalam kota

L-MMPI L-MMPI

Skor ˂10 Skor ≥10 Skor ˂10 Skor ≥10

Sampel memenuhi syarat Sampel memenuhi syarat

Kuesioner TMAS Kuesioner TMAS

T-test Hasil Hasil

Pengolahan data dengan program SPSS versi 17

(8)

2 B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di desa Gentan kecamatan Baki kabupaten Sukoharjo. Pengambilan data dilakukan pada bulan September 2012.

C. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek/elemen/unit/anggota/item dari sebuah riset (Murti, 2006). Pada penelitian ini yang menjadi populasi sasaran adalah istri dari suami yang bekerja di dalam kota dan di luar kota yang bertempat tinggal di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan populasi sumber adalah istri dari suami yang bekerja di dalam kota dan di luar kota di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo tahun 2012.

D. Sampel Dan Teknik Sampling

Sampel merupakan sebuah subset yang dicuplik dari populasi, yang akan diamati atau diukur peneliti (Murti, 2006). Sampel dalam penelitian ini adalah istri dari suami yang bekerja di dalam kota dan suami yang bekerja di luar kota di desa Gentan kecamatan Baki kabupaten Sukoharjo tahun 2012. Teknik sampel yang dilakukan ialah cluster random sampling di mana pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa sehingga setiap unit dasar (individu) mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel (Budiarto, 2001).

E. Estimasi Besar Sampel

= /

= / ( 1− )

= 1,96 × 0,03 × 0,97 0,05

= 1536,64 × 0,0291 = 44,72

Keterangan:

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

Z1− α / 2 = nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan

tingkat kemaknaan (untuk = 0,05 adalah 1,96)

= perkiraan proporsi penderita cemas (rata-rata prevalensi kecemasan menurut PPDGJ 0,03)

= 1 -

= limit dari error atau presisi absolut

Dari rumus di atas maka didapatkan jumlah sampel untuk masing- masing populasi sebanyak 45 sampel (istri dengan suami bekerja di dalam kota ataupun di luar kota).

F. Kriteria Restriksi

1. Kriteria inklusi

a. Istri yang tinggal di perumahan desa gentan dan tidak bekerja b. Usia 17-55 tahun

c. Pendidikan minimal SD

(9)

2

d. Bersedia menjadi responden e. Skor L-MMPI ˂10

2. Kriteria eksklusi

a. Memiliki sakit psikologis atau penyakit fisik berat

G. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : suami bekerja di dalam kota dan suami bekerja di luar kota

2. Variabel tergantung : tingkat kecemasan istri

3. Variabel perancu : pendapatan suami, jumlah anak, tipe kepribadian

cemas, tingkat keimanan dan ketakwaan

H. Definisi Operasional

1. Suami yang bekerja di dalam kota dan di luar kota a. Definisi

1). Suami yang bekerja di luar kota : suami yang bekerja dan bertempat tinggal di luar kota minimal 1 hari atau kurang dari 6 bulan.

2). Suami yang bekerja di dalam kota : suami yang bekerja dan bertempat tinggal satu kota dengan istri.

b. Skala Penelitian : skala kategorik 2. Tingkat Kecemasan

a. Definisi

Cemas ditandai dengan rasa tidak nyaman, samar, dan disertai gejala otonom seperti sakit kepala, keluar keringat banyak, palpitasi, dan rasa sesak di dada yang dinilai dengan kuesioner TMAS.

b. Skala penelitian : skala numerik

I. Instrumen Penelitian

1. Isian data pribadi

2. L-MMPI (Lie Minnesota Multhiphasic Personality Inventory) 3. TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale)

J. Teknik Pengumpulan Data

1. Responden mengisi biodata

2. Responden mengisi kuesioner L-MMPI untuk mengetahui angka kebohongan sampel. Bila didapatkan jumlah jawaban “TIDAK” lebih dari atau sama dengan 10 maka responden dinyatakan invalid dan dikeluarkan dari sampel penelitian.

3. Responden mengisi kuesioner TMAS untuk menentukan skor kecemasan.

K. Analisis Data

Analisis data dengan SPSS for Window 17.0 dengan menggunakan uji normalitas statistik deskriptif dan analisis Shapiro-Wilk. Sedangkan uji hipotesis menggunakan pendekatan t-test, yaitu membandingkan skor kecemasan istri dari suami yang bekerja di luar dengan di dalam kota.

(10)

2

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September tahun 2012 di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria restriksi adalah 90 orang. Sampel tersebut terdiri atas 45 istri yang suaminya bekerja di dalam kota sedang sisanya bekerja di luar kota.

Tabel 1. Karakteristik penduduk Desa Gentan Jenis Klasifikasi Jumlah Wanita menikah 17-55 tahun 1942

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kecemasan dan Normalitas Data Suami Bekerja di dalam kota Suami Bekerja di luar kota

Skor min 19 20

Berdasarkan data pada tabel 2, terlihat hasil rata-rata skor kecemasan 45 istri yang suaminya bekerja di dalam kota ialah sebesar 22,98 dengan skor minimum 19 dan skor maksimum 27, range kedua skor tersebut sebesar 8, median sebesar 23, modus sebesar 23, dan standar deviasi sebesar 1,96. Sedangkan hasil rata-rata skor kecemasan yang diperoleh dari 45 istri yang suaminya bekerja di luar kota ialah sebesar 28 dengan skor minimum 20 dan skor maksimum 36, range dari kedua skor tersebut sebesar 16, median sebesar 28, modus sebesar 28, dan standar deviasi sebesar 3,9. Pada uji normalitas Shapiro-Wilk, istri yang suaminya bekerja di dalam kota 0,283 dan di luar kota ialah 0,283.

(11)

2

Tabel 3. Hasil Independent Sample T-Test

Signifikansi

sebesar 0,001. Oleh karena nilai probabilitas dengan equal variances assumed

adalah <0,05 (0,001), sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua varian adalah berbeda. Dengan hasil ini, maka penggunaan uji t menggunakan equal variances not assumed.

Pada uji t, nilai p = 0,000 (nilai p <0,05), sehingga didapatkan perbedaan yang bermakna pada skor kecemasan istri yang suaminya bekerja di dalam kota dan di luar kota dengan nilai IK 95% antara – 6,37137 sampai -3,76196. Karena nilai probabilitas yang <0,05 maka Ho ditolak dan hipotesis diterima, sehingga dapat disimpulkan secara statistik bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang bermakna antara istri yang suaminya bekerja di dalam kota dan di luar kota.

Dari tabel 2 terlihat rata-rata skor kecemasan untuk istri yang suaminya bekerja di dalam kota 22,98 dan untuk istri yang suaminya bekerja di luar kota 28. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor kecemasan yang bermakna antara istri yang suaminya bekerja di dalam kota dan di luar kota di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo, di mana rata-rata skor kecemasan istri yang suaminya bekerja di luar kota lebih tinggi daripada istri yang suaminya bekerja di dalam kota.

B. Pembahasan

Dalam suatu perkawinan yang sehat dan bahagia, masing-masing pasangan akan memperoleh dukungan emosional, rasa nyaman, pemenuhan kebutuhan seksual, serta memiliki teman bertukar pikiran yang amat menyenangkan. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mereka yang bertahan dalam perkawinan menyatakan lebih bahagia dan juga berumur lebih panjang (Gottman & Silver, 2007). Pada saat mengalami masalah atau melewati masa-masa sulit misalnya peran istri menjadi multiperan maka peran suami justru sangat penting. Hal ini dikarenakan dapat mengurangi rasa sedih, menghindarkan dari perasaan putus asa, dan membantu proses pemulihan ke arah kondisi semula. Problema yang dihadapi istri jika suaminya bekerja di luar kota berupa akumulasi peran umum dan khusus dari istri yang harus dilakukan. Perpisahan walaupun sementara antara suami istri misalnya suami bekerja di luar kota dapat menjadi pemicu kecemasan pada istri (Hawari, 2006).

Perpisahan sementara atau migrasi non permanen yang disebabkan suami bekerja di luar kota jumlahnya semakin meningkat. Di Amerika, migrasi non permanen ini menjadi lebih familiar di kalangan sosial Amerika

(12)

2

di mana hampir sebagian besar penyebab migrasi non permanen ialah tempat kerja yang jauh dari rumah. Pemilihan tempat kerja yang jauh dari rumah ini disebabkan oleh keadaan krisis finansial keluarga (Glotzer and federlein, 30 November 2012).

Berdasarkan data penelitian sebelumnya, migrasi non permanen dapat meningkatkan masalah kesehatan jiwa yang dalam hal ini ialah kecemasan. Kolves, Ide, dan De Leo (2010) menyatakan bahwa separasi sementara ini dapat meningkatkan kecemasan suami yang lebih tinggi daripada istri. Tetapi dalam penelitian yang lain, di dapatkan kecemasan yang lebih tinggi justru pada istri (Gibb, Fergusson, and Horwood, 2011).

Kecemasan yang timbul pada istri karena perpisahan sementara tidak selalu bersifat patologis, pada taraf tertentu justru memacu performa dari istri untuk menanggulangi permasalahan yang dihadapi akibat separasi tersebut (kecemasan yang sedang). Baru pada tahap kecemasan yang tinggi akan meruntuhkan performa dari istri. Hal ini sesuai dengan hukum Yerkes-Dodson, yang menjelaskan bahwa ada hubungan kecemasan dengan performa yang digambarkan sebagai kurva U yang terbalik. Performa akan berkurang pada tingkat kecemasan rendah dan sangat tinggi. Sedangkan pada tingkat kecemasan yang sedang dapat menambah performa seseorang (Puri, 2011).

Pada kuesioner TMAS, responden dikatakan cemas jika skornya dimulai dari ≥22 dengan skor maksimalnya ialah 50. Kelemahan dalam menggunakan kuesioner ini ialah tidak dapat menentukan derajat kecemasannya, apakah responden dengan skor ≥22 mengalami cemas yang ringan, sedang, atau berat. Untuk itu, perbedaan tingkat kecemasan pada penelitian ini hanya bisa menggunakan perbedaan skor. Responden dengan skor yang lebih tinggi menandakan bahwa responden tersebut mengalami gejala-gejala kecemasan yang lebih banyak. Jika skor kecemasannya mendekati 50 menandakan bahwa kecemasan yang dialami semakin memberat, dilihat dari gejala-gejala kecemasan yang dikeluhkan semakin banyak.

Hasil penelitian terhadap 90 responden yang terdiri dari 45 istri dengan suaminya bekerja di dalam kota dan 45 istri yang suaminya bekerja di laur kota didapatkan hasil rata-rata skor kecemasan istri yang suaminya bekerja di dalam kota sebesar 22,98, sedang hasil rata-rata skor kecemasan istri yang suaminya bekerja di luar kota sebesar 28. Terdapat perbedaan rata-rata skor kecemasan sebesar 5 poin, artinya ialah terdapat perbedaan rerata-rata 5 gejala kecemasan antara istri yang suaminya bekerja di dalam kota dan di luar kota. Berdasarkan hasil uji t, dapat disimpulkan secara statistik bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor kecemasan dengan signifikansi 0,03. Hal ini menandakan bahwa terdapat perbedaan rerata skor kecemasan yang bermakna antara kelompok istri yang suaminya bekerja di dalam kota dan istri yang suaminya bekerja di luar kota, di mana skor kecemasan istri yang suaminya bekerja di dalam kota lebih rendah daripada istri yang suaminya bekerja di luar kota.

Berdasarkan teknik pengambilan sampel pada penelitian ini, yaitu secara cluster random sampling, data ini lebih mewakili populasi yang

(13)

2

ditinjau secara komprehensif di dalam bab II. Hubungan antar faktor perancu tidak dapat diketahui seberapa besar dampaknya dalam mempengaruhi kecemasan responden. Selain itu, perbedaan tingkat kecemasan antara istri yang suaminya bekerja di dalam kota dan di luar kota hanya dijelaskan dengan perbedaan skor, sehingga tidak dapat diketahui berat ringannya cemas.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Ada perbedaan tingkat kecemasan yang bermakna antara istri yang suaminya bekerja di dalam kota dan di luar kota di Desa Gentan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

B. Saran

Dengan mencermati hasil penelitian yang dilakukan, hendaknya istri yang suaminya bekerja di dalam kota dan di luar kota melakukan relaksasi fisik dan psikis. Relaksasi fisik dapat berupa olahraga dan pernapasan diafragma, sedangkan relaksasi psikis dapat berupa meditasi dan berzdikir sesudah sholat. Relaksasi ini bertujuan untuk mengurangi kelelahan baik fisik maupun psikis.

DAFTAR PUSTAKA

Airaksinen, E., Larsson M., Forsell Y., 2004. Neuropsychological Functions in Anxiety Disorders in Population-Based Samples: Evidence of Episodic Memory Dysfunction. Journal of Psychiatric Research.

www.elsevier.com/locate/jpsychires. (April, 2012)

AlQuran dan terjemahannya. surat An-Nisa ayat 1. Departemen Agama RI. Departemen Kesehatan RI., 1993. Pedoman, Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Aulia, U., 2011. Allah pun Terkagum-kagum Pada Wanita. Jakarta: Al Mawardi. Baehr, M., 2010. Diagnosis Topik Neurologi Duus: Anatomi, Fisiologi, Tanda,

Gejala. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Budiarto, E., 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat.

Jakarta: EGC.

Buku Nikah. UU perkawinan RI No.1 tahun 1974.

Demyttenaere, K., Bruffaerts, R., 2004. Prevalence, Severity, And Unmet Need For Treatment of Mental Disorders In The World Health Organization World Mental Health Surveys. J Am Med Assoc . 291: 2581–90.

Engel, K., Bandelow, B., Gruber, O., Wedekind, D., 2009. Neuroimaging in Anxiety Disorders. J Neural Transm. 116:703–16.

Gibb, S.J., Fergusson, D.M., Horwood, L.J., 2011. Relationship Separation and Mental Health Problems: Findings From A 30 Year Longitudinal Study.

Australian & New Zealand Journal of Psychiatry. 45: 163-9. Glotzer, R., dan Federlein, A.C., Miles That Bind: Commuter Marriage and

Family Strengths

(14)

2

http://quod.lib.umich.edu/m/mfr/4919087.0012.102?rgn=main;view=fulltext

(November 2012)

Gottman, J., dan Silver, N., 2007. The Seven Principles For Making Marriage Work. London: Orion Books Ltd.

Guyton, A.C. dan Hall, J.E., 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. edisi sebelas. Jakarta: EGC.

Hali, D., 2008. Humanisme dan Peradaban global. Jurnal Hukum Projustitia. Vol.26, no.2. hal 111-127.

Harits, U. dan Supandi, I., 2011. Dahsyatnya Menjadi Ibu Rumah Tangga. Surakarta: Ziyad Visi Media.

Hawari, D., 2006. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Edisi kedua cetakan 1. Jakarta: Balai Penerbitan FK UI.

________., 2006. Marriage Counseling (Konsultasi Perkawinan). Jakarta: Balai Penerbitan FK UI.

________., 2006. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbitan FK UI.

Iskandar Y., 2005. Managemen Diagnostik & Terapi Gangguan Psikiatrik di RSK (Psikiatrik). Edisi 1 volume 1. Jakarta: Dharma Graha Group.

Kay, J., and A., 2006. Psychiatric Pathophysiology: Anxiety Disorders in Essentials of Psychiatry. chapter 12. England: John Wiley & Sons Ltd. p.143.

Kolves, K., Ide, N., De Leo, D., 2010. Suicidal Ideation and Behaviour In The Aftermath of Marital Separation: Gender Differences. J. Affect Disord. 120:48-53.

Lukkes, J., Vuong, S., Scholl, J., Oliver, H., and Forster, G.,2009. Corticotropin-Releasing Factor Receptor Antagonism within the Dorsal Raphe Nucleus Reduces Social Anxiety-Like Behavior after Early-Life Social Isolation.

The Journal of Neuroscience. 29(32):9955–60.

Maharatih, G.A., Nuhriawangsa, I., Sudiyanto, A., 2010. Psikiatri Komprehensif Soal &Pembahasan. Jakarta: EGC.

Mantra, I.B., 2011. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maramis, W.F., 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. cetakan IX. Surabaya: Airlangga University Press.

Mardjono, M., Sidharta, P., 2009. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke-14. Jakarta: Dian Rakyat.

Merinoa, E.M., Meza, A.R, Wallanderb, M.A., Johansson S., and Rodrigueza L.A.G., 2010. Prevalence, Incidence, Morbidity and Treatment Patterns in A Cohort of Patients Diagnosed With Anxiety in UK Primary Care. In

Family Practice. 27:9–16. By Oxford University Press.

Muninjaya, G.A.A., 2004. Manajemen kesehatan. Edisi kedua. Jakarta: EGC. Murti, B., 2006. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif Dan

Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nurdin, A.E., 2011. Tumbuh Kembang Perilaku Manusia. Jakarta: EGC.

Parodi, L.R.M., Korgaonkar, M., Ravindranath, B., Greenberg, T., Tomasi, D., Wagshul, M., Ardekani, B., Guilfoyle, D., Khan, S., Zhong, Y., Chon, K.,

(15)

2

and Malaspina, D., 2009. Limbic Dysregulation is Associated With Lowered Heart Rate Variability and Increased Trait Anxiety in Healthy Adults. Human Brain Mapping. 30:47–58.

Puri, B.K., 2011. Buku Ajar Psikiatri. edisi 2. Jakarta: EGC.

Reeves, W.C., Strine, T.W., Pratt, L.A., Thompson, W., Ahluwalia, I., Dhingra, S.S., Eily, L.R.M., Harrison, l., D’Angelo, D.V., Williams, L., Morrow, B., Gould, D., Safran, M.A., 2011. Mental Illness Surveillance Among Adults in the United States. Centers for Disease Control and Prevention in

Morbidity and mortality Weekly Report.Vol.60.

Sadock, B.J., Sadock, V.A., 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th Edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Soetjiningsih., 2012. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Sudiyanto, A., 2000. Aspek Klinik Gangguan Anxietas. disampaikan pada National Awarness Anxiety Program di Surakarta. Tanggal 5 Agustus 2000.

Taufiqurrahman, M.A., 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Surakarta: UNS Press.

Vermeire, S.T., Audenaert K.R., Dobbeleir A.A., De Meester R.H., De Vos R.J., and Peremans K.Y., 2009. Evaluation of the Brain 5-HT2A Receptor Binding Index in Dogs with Anxiety Disorders, Measured with 123I-5I-R91150 and SPECT. The Journal Of Nuclear Medicine. Vol. 50. p.284-89. (April 2012)

Vitayala, A.S.H., 2010. Pemberdayaan Perempuan Dari Masa Ke Masa. cetakan kedua. Bogor: IPB Press.

Windhu, S.C., 2009. Disfungsi Seksual: Tinjauan Fisiologis dan Patologis Terhadap Seksualitas. Yogyakarta: Andi.

Zhang, J., Huang, X.Y., Li Ye, M., Luo, C.X., Wu, H.Y., Hu, Y., Zhou, Q.G., Wu, D.L., Zhu, L.J., Zhu, D.Y., 2010. Neuronal Nitric Oxide Synthase Alteration Accounts for the Role of 5-HT1A Receptor in Modulating Anxiety-Related Behaviors. The Journal of Neuroscience. 30(7):2433–41.

Gambar

Gambar 1. Alur Kerangka Penelitian
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kecemasan dan Normalitas Data
Tabel 3. Hasil Independent Sample T-Test

Referensi

Dokumen terkait

Specifically, we utilized the Bregman block average co-clustering algorithm with I-divergence (BBAC_I), which allows for the analysis of spatial and temporal patterns in

Konsumen akan loyal kepada perusahaan apabila konsumen telah merasa terpuaskan dan memiliki persepsi bahwa tidak ada perusahaan lain yang memiliki kualitas

Primer BF02 dapat mengamplifikasi dengan baik untuk sampel burung bondol kalimantan (Lonchura fuscans), sedangkan Primer BF03 harus dilakukan optimasi PCR dengan BSA 0,5 µl..

berpengaruh secara signifikan dan secara simultan pada PT Bank Persero di Indonesia , dan Secara parsial , Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif

[r]

[r]

Melalui sebuah iklan masyarakat bisa dipengaruhi dan dengan mudah mengikuti alur dari iklan-iklan yang setiap hari menerpa.Banyak sekali gambaran hedonisme dari

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Identifikasi Gen Termoasidofilik Piruvat Dekarboksilase dan Alkohol Dehidrogenase pada Bacillus sp-Pjv serta