Meilawati, Tia E. 2014
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA
PADA MATERI PECAHAN
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN 6 Cikidang Kelas IV Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Tia Eka Meilawati
1003475
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Meilawati, Tia E. 2014
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2014
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA
PADA MATERI PECAHAN
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN 6 Cikidang Kelas V Semester II Tahun Ajaran 2013/2014 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)
Oleh Tia Eka Meilawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
© Tia Eka Meilawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Meilawati, Tia E. 2014
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Meilawati, Tia E. 2014
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA
PADA MATERI PECAHAN
(Penelitian Tindakan Kelas di SDN 6 Cikidang Kelas IV Semester II Tahun
Ajaran 2013/2014 Kecamatan lembang Kabupaten Bandung Barat)
Tia Eka meilawati
(1003475)
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV A SDN 6 Cikidang. Jumlah siswa yang dijadikan subjek dalam penelitian ini 28 siswa, terdiri atas 14 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dan respon siswa pada pembelajaran matematika dengan menggunakan metode problem solving serta untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis matematika siswa pada materi pecahan dengan menggunakan metode problem solving model Polya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & McTaggart melalui tiga siklus. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Untuk memperoleh data hasil penelitian, dibuat instrumen pengumpul data. Analisis data yang dipakai dengan cara analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu pelaksanaan pembelajaran selama melaksanakan penelitian secara umum telah berlangsung dengan baik, respon siswa secara umum telah baik, serta terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis matematika tersebut dibuktikan dengan indeks gain skor rata-rata kelas dari Siklus I ke Siklus II sebesar 0,40 dengan interpretasi sedang dan indeks gain skor rata-rata kelas dari Siklus II ke Siklus III sebesar 0,48 dengan interpretasi sedang. Penulis merekomendasikan kepada guru yang mengajar matematika dapat menerapkan metode problem solving model Polya dengan perencanaan dan pelaksanaan yang baik agar kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pecahan dapat meningkat.
Meilawati, Tia E. 2014
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
IMPLEMENTATION PROBLEM SOLVING METHOD POLYA MODEL
FOR IMPROVING CRITICAL THINKING SKILLS MATH IN
MATERIAL FRACTION
(Classroom Action Research in SDN 6 Cikidang Class IV Semester II Academic Year 2013/2014 District of West Bandung regency dent)
Tia Eka meilawati
(1003475)
This study was conducted in class IV A 6 Cikidang SDN. The number of students as subjects in this study 28 students, consisting of 14 male students and 14 female students. The purpose of this study was to determine how the implementation and student responses on the learning of mathematics by using methods of problem solving and critical thinking skills to determine students' mathematical fractions in the material using a problem solving method Polya model. The research method used in this study was Classroom Action Research Model Kemmis & McTaggart through three cycles. Learning tools developed in the form of Lesson Plan and the Student Worksheet. To obtain research data, data collection instruments were made. Analysis of the data used by means of quantitative and qualitative analysis. The results of this research is the implementation of learning for carrying out research in general has been going well, the student response has generally been good, and there is an increase in the critical thinking skills of mathematics is evidenced by the gain index scores average grade from Cycle I to Cycle II for 0,40 with the interpretation of the index gain medium and the average score of the class of Cycle II to Cycle III of 0.48 with the interpretation being. The author recommends to teachers who teach mathematics can apply the method of problem solving Polya model with good planning and implementation of critical thinking skills so that students can increase the fraction of matter.
Meilawati, Tia E. 2014
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN
Meilawati, Tia E. 2014
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Hipotesis Tindakan ... 7
F. Definisi Operasional ... 7
BAB II PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA METERI PECAHAN ... 9
A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ... 9
B. Bilangan Pecahan ... 10
Meilawati, Tia E. 2014
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Operasi Hitung Pecahan ... 12
3. Pemecahan Masalah Pecahan ... 13
C. Metode Problem Solving ... 14
1. Definisi Metode Problem Solving ... 14
2. Klasifikasi masalah ... 15
3. Metode Problem Solving Model Polya ... 17
4. Langkah-langkah Metode Problem Solving ... 19
5. Keunggulan dan Kekurangan Metode Problem Solving ... 20
D. Kemampuan Berpikir Kritis ... 21
E. Respon Siswa ... 27
F. Penelitian yang Relevan ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Metode Penelitian ... 29
B. Model Penelitian ... 30
C. Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian ... 31
D. Prosedur Penelitian ... 32
E. Instrumen Penelitian ... 36
F. Pengolahan Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Hasil Penelitian ... 43
1. Siklus I ... 43
2. Siklus II ... 49
3. Siklus III ... 56
Meilawati, Tia E. 2014
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Pelaksanaan ... 66
2. Respon Siswa ... 69
3. Peningkatan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Pecahan ... 69
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 71
A. Simpulan ... 71
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA ... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 76
Meilawati, Tia E. 2014
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN
Meilawati, Tia E. 2014
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
pembentukan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia dalam
menghadapi kemajuan zaman. Dalam Undang-undang No.23 Tahun 2003 Pasal 3, dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu mata pelajaran
yang diajarkan mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai menengah atas adalah
Matematika. Pembelajaran Matematika dapat diartikan sebagai cara berpikir dan
bernalar yang digunakan untuk memecahkan berbagai persoalan dalam keseharian
dan sains.
Mata pelajaran Matematika sebagai salah satu ilmu dasar yang mempunyai
peranan penting dianggap pelajaran yang sulit. Salah satu alasannya karena
Matematika merupakan pelajaran yang memiliki kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Namun perlu disadari bahwa Matematika sangat berperan aktif dalam
berbagai disiplin ilmu. Mata pelajaran ini perlu diberikan kepada semua siswa
mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas untuk
membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analisis, sistematis, kritis,
dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Pembelajaran Matematika di SD
menurut KTSP 2006 diharapkan dapat “Menumbuhkembangkan kemampuan
bernalar, yaitu berpikir sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan
gagasan atau dalam pemecahan masalah. Dalam setiap kesempatan pembelajaran
2
Ruang lingkup mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan
meliputi tiga aspek, yaitu bilangan, geometri dan pengukuran, serta pengolahan
data. Di antara ketiga aspek tersebut, terdapat salah satu pokok bahasan mengenai
pecahan. Pokok bahasan ini termasuk ke dalam aspek bilangan. Pengenalan
pembelajaran pecahan mulai diajarkan di kelas III semester 2. Begitu juga di
kelas IV, terdapat Kompetensi Dasar bahwa siswa harus dapat “Menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan pecahan”.
Menurut Depdiknas (2011 : 34) bahwa pecahan dapat diartikan sebagai
bagian dari sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksud
adalah bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian
inilah yang dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian yang
di anggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut. Pembelajaran pecahan di SD
disajikan dalam dua bentuk yakni bentuk konsep pecahan dan bentuk soal cerita
(pemecahan masalah).
Dalam pemecahan masalah diperlukan suatu kemampuan, dalam hal ini
kemampuan berpikir kritis untuk membuat atau merumuskan, menafsirkan dan
menyelesaikan. Kemampuan berpikir kritis tersebut meliputi memberikan
penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar serta mengatur srategi dan
teknik. Berpikir kritis sebagai salah satu bentuk kemampuan berpikir, harus
dimiliki oleh setiap orang termasuk siswa. Lebih lanjut Spliter (Irpan, 2010 : 4)
mengemukakan bahwa siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu
mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengkonstruksi argumen serta mampu
memecahkan masalah dengan tepat. Dengan demikian, kemampuan berpikir kritis
sangat perlu dimiliki oleh setiap siswa untuk memecahkan masalah.
Ada empat alasan yang dikemukakan oleh Wahab (Surilawati, 2011 : 5)
mengenai pentingnya mengembangkan kemampuan berpikir kritis, yaitu: (1)
tuntunan zaman yang menghendaki warga negara dapat mencari, memilih dan
menggunakan informasi untuk kehidupan bermasyarakat dan bernegara, (2)
setiapa warga negara senantiasa berhadapan dengan berbagai masalah dan pilihan
sehingga dituntut mampu berpikir kritis dan kreatif, (3) kemampuan memandang
3
kritis merupakan aspek dalam memecahkan permasalahan secara kreatif agar
peserta didik dapat bersaing secara adil dan mampu bekerja sama dengan bangsa
lain.
Pada kenyataannya di lapangan siswa masih takut dalam belajar
Matematika. Selain itu, sebagian siswa malas untuk berpikir dalam menyelesaikan
soal, mereka hanya menebak jawaban. Ketika penulis mengobservasi di SDN 6
Cikidang khususnya kelas IV A pada mata pelajaran Matematika, sub bab pecahan yang membahas mengenai soal cerita, siswa masih kesulitan dalam
menerjemahkan maksud dari soal tersebut. Sehingga untuk menetapkan strategi
penyelesaiannya siswa belum mampu. Hal ini dibuktikan dengan masih rendahnya
nilai Ujian Tengah Semester (UTS) pada mata pelajaran Matematika. Dari 28
siswa kelas IV A hanya 48,2 % siswa yang tuntas atau mencapai Kriteria
Ketuntasan minimum (KKM = 60). Sedangkan selebihnya 51,8 % mendapatkan
nilai di bawah KKM. Penyebab kesulitan siswa dalam materi soal cerita pecahan
disebabkan beberapa faktor sebagai berikut.
1. Siswa kesulitan memahami masalah dalam soal cerita, karena faktor
kebahasaan mereka. Siswa dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa
sunda, sehingga ketika dihadapkan pada soal yang menggunakan bahasa
Indonesia siswa kesulitan dalam menerjemahkannya.
2. Siswa kesulitan merencanakan penghitungan dalam soal cerita. Dalam hal ini
faktor yang pertama sangat mempengaruhi. Misalnya siswa masih bingung
dengan kata “diberikan” pada soal cerita yang maknanya menggunakan operasi
hitung pengurangan.
3. Siswa kesulitan menggunakan operasi hitung dalam soal cerita. Hal ini
disebabkan karena siswa bingung merencanakan penghitungan untuk pecahan
yang berpenyebut sama dan berbeda.
4. Siswa kesulitan mengecek kembali jawaban dari soal cerita. Hal ini disebabkan
karena siswa ingin cepat mengumpulkan jawaban untuk cepat keluar dan
istirahat. Sehingga terkadang jawaban siswa tidak sesuai dengan isi dari soal
4
Dalam rangka upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
pendidikan, khususnya pendidikan Matematika, maka pengembangan kemampuan
berpikir kritis sangat berperan. Berpikir kritis merupakan salah satu bentuk
keterampilan berpikir. Setiap orang memiliki kemampuan berpikir kritis yang
berbeda-beda, tergantung bagaimana orang tersebut mengasah kemampuan
berpikir kritisnya.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan menerapkan suatu metode pembelajaran. Salah satu metode yang
dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis
Matematika adalah menggunakan metode problem solving atau pemecahan
masalah. Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan
metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi
berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah
kelompok untuk dipecahkan secara bersama-sama. Langkah-langkah problem
solving menurut Polya yaitu mulai dari memahami masalah dengan menentukan
data apa yang diketahui dan yang ditanyakan, merencanakan strategi atau cara
penyelesaian, menerapkan strategi penyelesaian yang telah direncanakan serta
memberikan kesimpulan, langkah terakhir mengecek kembali jawaban.
Untuk memecahkan suatu masalah, John Dewey (Hamdani. 2011: 85)
mengemukakan sebagai berikut.
1. Mengemukakan persoalan atau masalah. Guru menghadapkan masalah yang akan dipecahkan kepada siswa.
2. Memperjelas persoalan atau masalah. Masalah tersebut dirumuskan oleh guru bersama siswa.
3. Siswa bersama guru mencari kemungkinan-kemungkinan yang akan dilaksanakan dalam memecahkan persoalan.
4. Mencoba kemungkinan yang dianggap menguntungkan. Guru menetapkan cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.
5. Penilaian cara yang ditempuh dinilai, apakah dapat mendatangkan hasil yang diharapkan atau tidak.
Adapun keunggulan dari metode problem solving ini diantaranya :
1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan
2. Berpikir dan bertindak kreatif
5
4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan
5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
6. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dengan tepat
7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,
khususnya dunia kerja.
Berpijak pada uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik
untuk mengkaji lebih luas permasalahan, yaitu dengan penelitian yang berjudul
Penerapan Metode Problem Solving Model Polya untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Matematika pada Materi Pecahan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas,
secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah “Bagaimana penerapan
metode problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis kelas IV
SD pada materi pecahan di SDN 6 Cikidang Kecamatan Lembang Kabupaten
Bandung Barat?
Masalah tersebut dijabarkan kedalam rumusan masalah yang lebih khusus
yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan penerapan metode problem solving dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika pada materi pecahan di
kelas IV SDN 6 Cikidang ?
2. Bagaimanakah respon siswa kelas IV SDN 6 Cikidang terhadap
pembelajaran Matematika materi pecahan dengan menerapkan metode
problem solving?
3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir kritis Matematika setelah
menerapkan metode problem solving pada materi pecahan di kelas IV SDN 6
6
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian secara umum
adalah untuk memperbaiki pembelajaran Matematika di SD, sedangkan secara
khusus tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan metode problem solving dalam
meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika pada materi pecahan di
kelas IV SDN 6 Cikidang .
2. Untuk mengetahui mengenai respon siswa kelas IV SDN 6 Cikidang terhadap
pembelajaran Matematika materi pecahan dengan menerapkan metode problem
solving.
3. Untuk mendeskripsikan mengenai peningkatan kemampuan berpikir kritis
Matematika siswa pada materi pecahan setelah menerapkan metode problem
solving di kelas IV SDN 6 Cikidang .
D. Manfaat Hasil Penelitian
Pembelajaran dengan menggunakan hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara umum hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika pada materi pecahan
pada siswa kelas IV. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat memberi
kontribusi pada guru dalam memilih dan mengembangkan metode pembelajaran
di Sekolah Dasar.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi siswa :
a. Membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika
pada materi pecahan .
b. Meningkatkan daya ingat memori jangka panjang siswa pada materi pecahan.
2. Bagi guru :
a. Memberikan informasi untuk menyelenggarakan pembelajaran yang inovatif
7
b. Memberikan tambahan pengetahuan mengenai manfaat penerapan metode
problem solving.
c. Sebagai bahan masukan untuk dapat menentukan metode pembelajaran yang
tepat digunakan dalam mata pelajaran Matematika sehingga dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
3. Bagi sekolah :
a. Memberi gambaran mengenai penerapan metode problem solving .
b. Sebagai bahan masukan dalam usaha meningkatkan kualitas peserta didik,
sehingga proses pembelajaran berhasil, sesuai dengan Standar Isi dan Standar
Kompetensi Lulusan yang telah ditetapkan
c. Sebagai usaha untuk meningkatkan pengelolaan pembelajaran dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.
4. Bagi Penulis :
a. Sebagai realisasi dari pengetahuan, keilmuan yang telah didapatkan selama
masa perkuliahan dalam bentuk nyata.
b. Menambah pengalaman untuk merancang metode pembelajaran yang tepat
untuk diterapkan di Sekolah Dasar.
E. Hipotesis Tindakan
Penerapan metode problem solving yang sistematis langkah-langkahnya
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis Matematika dalam mata pelajaran
Matematika materi pecahan di kelas IV semester 2 SDN 6 Cikidang Kecamatan
Lembang Kabupaten Bandung Barat.
F. Definisi Operasional
1. Metode Problem Solving Model Polya
Metode problem solving model Polya pada penelitian ini adalah suatu
metode yang dirancang untuk melatih siswa dalam mencari data dari suatu
masalah (soal). Data tersebut dipilah pada apa yang diketahui dan yang
ditanyakan. Kemudian siswa dilatih untuk merencanakan strategi untuk
8
untuk menentukan jawaban atau hasilnya. Terakhir siswa memeriksa kembali
jawaban yang telah dihasilkannya. Dalam penelitian ini. penulis menggunakan
metode problem solving model Polya pada materi pecahan.
2. Kemampuan Berpikir Kritis Matematika
Kemampuan berpikir kritis Matematika yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah kemampuan siswa dalam mendalami materi pecahan soal cerita yang
berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan, pengurangan dan operasi hitung campuran dengan indikator memfokuskan pertanyaan, mempertimbangkan
kredibilitas (kriteria suatu sumber), memutuskan suatu tindakan, dan
Meilawati, Tia E. 2014
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam
rangka pemecahan suatu permasalahan. Fungsi penelitian adalah mencarikan
penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberikan alternatif
bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah.
Menurut (Arikunto, dkk 2012: 2) penelitian menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yang dilakukan oleh peneliti secara langsung. PTK adalah penelitian yang
dilakukan dengan maksud memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.
Penelitian Tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau peneliti
untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil dengan mengubah cara, metode,
pendekatan, atau strategi yang biasanya. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti
tidak harus selalu berpikir dan mengejar hasil, tetapi mengamati proses yang
terjadi. Hasil yang diperoleh merupakan dari prosesnya. Selama tindakan
berlangsung, peneliti melakukan pengamatan perubahan perilaku siswa dan
faktor-faktor yang menyebabkan tindakan yang dilakukan tersebut sukses atau
gagal. Apabila peneliti merasa tindakan yang dilakukan hasilnya kurang
memuaskan maka akan dicoba kembali tindakan kedua dan seterusnya. Dalam
PTK, jarang ada keberhasilan yang dapat dicapai dalam satu kali tindakan, oleh
sebab itu PTK sering dilakukan dalam beberapa siklus tindakan.
Penelitian ini berbasis kolaboratif antara guru/kepala sekolah, peneliti dan
siswa. Kegiatan yang bersifat kolaboratif mengandung pengertian bahwa masing-
masing individu yang terlibat dalam penelitian mempunyai tugas, tanggung jawab
30
untuk peningkatan kualitas pembelajaran/manajemen sekolah sehingga dalam
pelaksanaannya penelitian dilakukan melalui kerja sama dengan guru wali kelas
IV SDN Cikidang 6 yang selalu berupaya untuk memperoleh hasil yang optimal
melalui cara dan prosedur yang efektif, sehingga dimungkinkan adanya tindakan
yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
Matematika siswa dalam materi pecahan pada mata pelajaran Matematika.
Peneliti berperan sebagai guru untuk melakukan tindakan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang dibuat.
B. Model Penelitian
Model penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini
menggunakan model spiral Kemmis dan Taggart (1988), adapun bentuknya
sebagai berikut :
Gambar 3.1
31
Kemmis dan Taggart (1988) membagi prosedur penelitian tindakan dalam
empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus) yaitu: perencanaan –tindakan dan
observasi –refleksi.
Kegiatan tindakan dan observasi digabung dalam satu waktu, yaitu pada
saat dilaksanakan tindakan sekaligus dilaksanakan observasi. Guru sebagai
peneliti sekaligus melakukan observasi untuk mengamati perubahan perilaku
siswa. Hasil-hasil observasi kemudian direfleksikan untuk merencanakan tindakan tahap berikutnya. Siklus tindakan tersebut dilakukan secara terus menerus sampai
peneliti puas, masalah terselesaikan dan peningkatan kemampuan berpikir kritis
sudah maksimum atau sudah tidak perlu ditingkatkan lagi.
Dalam penelitian tindakan kelas, siklus merupakan daur yang dilakukan
secara bertahap dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran di kelas. Jumlah
siklus tidak ditentukan secara pasti dalam setiap penelitian tindakan kelas. Setiap
siklusnya memiliki tujuan pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kebutuhan
pembelajaran yang akan diteliti. Pada penelitian ini rencana siklus yang akan
dilakukan sebanyak dua buah siklus, apabila pada saat pelaksanaannya indikator
dari berpikir kritis yang diharapkan belum tercapai maka penelitian akan
dilanjutkan pada siklus tiga.Namun apabila indikator telah tercapai maka siklus
dihentikan.
C. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 6 Cikidang Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat. Waktu yang peneliti gunakan mulai dari bulan
Februari dimana peneliti melakukan observasi awal untuk mengetahui
permasalahan apa saja yang ada pada sekolah tersebut. Setelah peneliti
mendapatkan masalah selanjutnya peneliti mencari solusi untuk mengatasi
masalah tersebut dengan membaca berbagai sumber mengenai metode
pembelajaran. Selanjutnya pada bulan Maret peneliti mengajukan proposal
penelitian. Setelah pengajuan proposal disetujui, peneliti melakukan bimbingan
dan mempersiapkan instrumen untuk pengumpulan data. Penelitian untuk siklus
32
dengan jumlah siswa 28 orang. Terdiri atas 14 orang siswa laki-laki dan 14 orang
siswa perempuan.
D. Prosedur Penelitian
a. Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal ini, peneliti melakukan persiapan awal untuk observasi
yang bertujuan untuk mendapatkan masalah yang terjadi di lapangan, adapun rincian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
- Pembuatan surat izin observasi untuk sekolah yang bersangkutan
- Observasi langsung ke tempat
- Pembuatan proposal
- Pembuatan SK penelitian
- Pembuatan instrumen
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian terdiri tiga siklus, yaitu sebagai berikut,
1) Siklus I
a) Perencanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah :
(1) Mengkaji teori-teori yang mendukung ke perpustakaan.
(2) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP untuk dua tindakan dan LKS).
(3) Menyusun instrumen penelitian.
(4) Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan diminta observer.
b) Pelaksanaan tindakan
(1) Mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP, LKS dan instrumen
penelitian).
(2) Melaksanakan pembelajaran materi soal cerita mengenai penjumlahan
pecahan dengan menggunakan metode problem solving.
(3) Meminta rekan guru mengobservasi pembelajaran.
(4) Menyebarkan angket kepada siswa, terhadap penerapan metode problem
33
(5) Melakukan diskusi dengan mitra berdasarkan hasil pengamatannya dan
evaluasi berkaitan dengan penerapan metode problem solving dalam
kegiatan belajar mengajar.
(6) Membuat rencana perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan
yang di temukan setelah melakukan diskusi dengan mitra peneliti.
(7) Melaksanakan pengolahan data yang di peroleh setelah penelitian selesai
di laksanakan. c) Pengamatan
(1) Melakukan pengamatan terhadap kelas yang digunakan sebagai kelas
penelitian.
(2) Mengamati kesesuaian penerapan metode problem solving dengan pokok
bahasan pecahan.
(3) Mengamati keterhubungan antara penerapan metode problem solving
dengan proses dan kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran
Matematika pada materi pecahan.
d) Refleksi
(1) Melakukan diskusi balikan dengan guru mitra setelah tindakan di lakukan.
(2) Melakukan perbaikan tindakan, berdasarkan hasil diskusi balikan bersama
guru mitra.
(3) Menyimpulkan hasil refleksi tindakan, yang akan digunakan sebagai
tindakan selanjutnya.
2) Siklus II
a) Perencanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah :
(1) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP untuk dua tindakan dan LKS).
(2) Menyusun instrumen penelitian.
(3) Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan diminta observer.
34
(1) Mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP, LKS dan instrumen
penelitian).
(2) Melaksanakan pembelajaran materi soal cerita mengenai pengurangan
pecahan dengan menggunakan metode problem solving.
(3) Meminta rekan guru mengobservasi pembelajaran.
(4) Menyebarkan angket kepada siswa, terhadap penerapan metode problem
solving untuk melihat respon siswa.
(5) Melakukan diskusi dengan mitra berdasarkan hasil pengamatannya dan
evaluasi berkaitan dengan penerapan metode problem solving dalam
kegiatan belajar mengajar.
(6) Membuat rencana perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan
yang di temukan setelah melakukan diskusi dengan mitra peneliti.
(7) Melaksanakan pengolahan data yang di peroleh setelah penelitian selesai
di laksanakan.
c) Pengamatan
(1) Melakukan pengamatan terhadap kelas yang digunakan sebagai kelas
penelitian.
(2) Mengamati kesesuaian penerapan metode problem solving dengan pokok
bahasan pecahan.
(3) Mengamati keterhubungan antara penerapan metode problem solving
dengan proses dan kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran
Matematika pada materi pecahan.
d) Refleksi
(1) Melakukan diskusi balikan dengan guru mitra setelah tindakan di lakukan.
(2) Melakukan perbaikan tindakan, berdasarkan hasil diskusi balikan bersama
guru mitra.
(3) Menyimpulkan hasil refleksi tindakan, yang akan digunakan sebagai
tindakan selanjutnya.
35
a) Perencanaan tindakan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan tindakan adalah :
(1) Menyusun perangkat pembelajaran (RPP untuk dua tindakan dan LKS).
(2) Menyusun instrumen penelitian.
(3) Mendiskusikan dengan rekan guru sejawat yang akan diminta observer.
b) Pelaksanaan tindakan
(1) Mengembangkan perangkat pembelajaran (RPP, LKS dan instrumen penelitian).
(2) Melaksanakan pembelajaran materi soal cerita mengenai operasi hitung
campuran pecahan dengan menggunakan metode problem solving.
(3) Meminta rekan guru mengobservasi pembelajaran.
(4) Menyebarkan angket kepada siswa, terhadap penerapan metode problem
solving untuk melihat respon siswa.
(5) Melakukan diskusi dengan mitra berdasarkan hasil pengamatannya dan
evaluasi berkaitan dengan penerapan metode problem solving dalam
kegiatan belajar mengajar.
(6) Membuat rencana perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan
yang di temukan setelah melakukan diskusi dengan mitra peneliti.
(7) Melaksanakan pengolahan data yang di peroleh setelah penelitian selesai
di laksanakan.
c) Pengamatan
(1) Melakukan pengamatan terhadap kelas yang digunakan sebagai kelas
penelitian.
(2) Mengamati kesesuaian penerapan metode problem solving dengan pokok
bahasan pecahan.
(3) Mengamati keterhubungan antara penerapan metode problem solving
dengan proses dan kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran
Matematika pada materi pecahan.
d) Refleksi
36
c. Penutup
1) Mengumpulkan data
2) Mengolah dan menganalisis data
3) Membuat Laporan penelitian
E.Instrumen Penelitian
a. Instrumen Pembelajaran
(1)Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa ”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar
Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru
pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Jadi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP adalah penjabaran
silabus yang menggambarkan rencana prosedur dan pengorganisasian
pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar
Isi. RPP digunakan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran
baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan.
Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat persiklus yang memuat standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, metode pembelajaran,
skenario pembelajaran yang mengacu pada penerapan metode problem solving
dan evaluasi. Tujuannya adalah untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaan
37
Pembuatan RPP dilakukan untuk setiap siklus. Pada penelitian ini rencana
siklus yang akan dilakukan sebanyak tiga buah siklus, Setiap siklus direncanakan
untuk dua tindakan.
(2) Bahan Ajar
Bahan ajar adalah seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching
material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada
dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap, tindakan, dan keterampilan yang
berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses
yang terkait dengan pokok bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini memuat
materi-materi yang harus disampaikan pada proses penelitian, yaitu soal cerita
pecahan.
b. Instrumen Pengumpulan Data
(1)Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Tes, digunakan untuk memperoleh data peningkatan kemampuan berpikir
kritis Matematika siswa yang dilakukan setelah tindakan dengan penerapan
metode problem solving. Tes diberikan pada akhir siklus untuk mengukur
kemampuan siswa sesudah pembelajaran.
(2) Observasi
Observasi, digunakan untuk memperoleh data peningkatan kemampuan
berpikir kritis Matematika siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Pengambilan data dilakukan dengan pengamatan langsung di kelas mengenai
kondisi siswa. Hasil observasi dicatat pada lembar pengamatan yang berupa
lembar observasi yang merupakan lembar yang digunakan dalam proses observasi
ketika dalam pembelajaran yang mencakup pengamatan aktivitas siswa dan guru
dalam penerapan metode problem solving dalam pembelajaran. Lembar observasi
yang digunakan merujuk pada RPP yang telah dirancang oleh guru untuk
38
(3)Angket
Untuk mengetahui respon siswa dalam pembelajaran Matematika dengan
menggunakan metode problem solving, penulis menggunakan instrumen
pengumpul data berupa angket. Menurut (Riduan. 2011:71) angket merupakan
daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan
respon sesuai dengan permintaan pengguna. Jenis angket yang digunakan angket
tertutup. Angket tertutup adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden untuk memilih jawaban yang sesuai karakteristik dirinya
dengan cara memberikan tanda silang (X) atau tanda checklist ().
F. Pengolahan Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif
dan kuantitatif.
a. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang
didapatkan dari lembar observasi dan angket siswa. Data ini diperoleh dari
deskripsi observer mengenai kelebihan dan kekurangan aktivitas guru dan siswa
yang tergambar dalam lembar observasi. Hasil dari deskripsi observer
direfleksikan dan didiskusikan dengan observer untuk merencanakan perbaikan
pada siklus selanjutnya. Data yang diperoleh dari siswa melalui angket yang
diberikan peneliti dimaksudkan untuk mengetahui respon siswa mengenai
pembelajaran yang berlangsung pada setiap siklus.
b. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan pada data hasil tes kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi pecahan, hasil lembar observasi guru maupun siswa, serta
39
a. Penyekoran hasil tes
Tabel 3.1
Pedoman Penilaian Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
No. Soal
Skor Deskripsi
1.
0 Siswa tidak menuliskan jawaban 10 Siswa menuliskan sebagian data 20 Siswa menuliskan data lengkap
2.
0 Siswa tidak menuliskan jawaban
10 Siswa hanya menuliskan yang diketahui 10 Siswa hanya menuliskan yang ditanyakan
20 Siswa menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan
3.
0 Siswa tidak menuliskan jawaban
10 Siswa hanya menuliskan yang diketahui 10 Siswa hanya menuliskan yang ditanyakan
10 Siswa menulis cara penyelesaian tanpa menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan 30 Siswa menulis cara penyelesaian lengkap dengan
data-datanya serta jawabannya benar
4.
0 Siswa tidak menuliskan jawaban
10 Siswa hanya menuliskan yang diketahui 10 Siswa hanya menuliskan yang ditanyakan
10 Siswa menulis cara penyelesaian tanpa menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan 30 Siswa menulis cara penyelesaian lengkap dengan
data-datanya serta jawabannya benar
b. Menghitung nilai rata-rata kelas dengan rumus :
X = ∑N
n
Keterangan :
∑N = total nilai yang diperoleh siswa n = jumlah siswa
40
c. Menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dengan rumus :
TB = ∑�≥6 x 100 %
Keterangan :
∑S ≥ 60 = jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih besar dari atau sama dengan 60
n = banyak siswa
TB = ketuntasan belajar
d. Menghitung peningkatan kemampuan siswa tiap siklus
Dari data hasil tes kemampuan berpikir kritis pada materi pecahan di
setiap siklus pembelajaran, ditentukan besarnya gain dengan perhitungan sebagai
berikut (Permatasari, 2011).
g = (skor tes siklus ke-i + 1) – (Skor tes siklus ke-i)
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis pada materi
pecahan dari setiap siklusnya yang telah dilakukan dengan mengetahui rata-rata
yang telah dinormalisasi berdasarkan efektivits pembelajaran dengan rumus
sebagai berikut (Permatasari, 2011).
<g> =
� −�+ − � −�� � − � −�
Adapun kriteria efektivitas pembelajaran adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2
Interpretasi Gain yang Ternomalisasi
Nilai <g> Interpretasi
0,00 – 0,30 Rendah
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Tinggi
e. Menghitung persentase aktivitas guru
Pada pelaksanaan setiap Siklus penulis melakukan dua tindakan. Pada
tindakan pertama dan kedua jumlah seluru aspek sama. Berdasarkan lembar
observasi yang dinilai oleh observer, diperoleh persentase aktivitas guru selama
41
% = ∑�
6 x 100%
Keterangan :
∑N = Jumlah aspek yang terlaksana selama pembelajaran
16 merupakan aspek secara keseluruhan, apabila aspek yang terlaksana adalah 16
aspek, maka persentase aktivitas guru selama pembelajaran adalah 100 %.
Untuk melihat persentase aktivitas guru tiap siklus, penulis menghitung rata-rata
pada setiap tindakan.
f. Menghitung persentase aktivitas siswa
Pada penelitian ini persentase aktivitas siswa dihitung dengan
menggunakan dua rumus. Hal ini dikarenakan setiap siklus penulis melakukan
dua tindakan.
Untuk tindakan pertama persentase aktivitas siswa diperoleh dengan
menggunakan rumus:
% = ∑�
6 x 100%
Keterangan :
∑N = Jumlah aspek yang terlaksana selama pembelajaran
16 merupakan aspek secara keseluruhan, apabila aspek yang terlaksana adalah 16
aspek, maka persentase aktivitas guru selama pembelajaran adalah 100 %.
Untuk tindakan kedua persentase aktivitas siswa diperoleh dengan
menggunakan rumus:
% = ∑�
4 x 100%
Keterangan :
∑N = Jumlah aspek yang terlaksana selama pembelajaran
14 merupakan aspek secara keseluruhan, apabila aspek yang terlaksana adalah 16
aspek, maka persentase aktivitas guru selama pembelajaran adalah 100 %.
Untuk melihat persentase aktivitas siswa tiap siklus, penulis menghitung rata-rata
pada setiap tindakan.
42
Persentase respon siswa dihitung berdasarkan hasil penyebaran angket.
Angket respon siswa terdiri dari 6 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif.
Persentase respon siswa positif mencapai 100% apabila siswa menanggapi “Ya” untuk seluruh pernyataan positif dan “Tidak” untuk seluruh pertanyaan negatif. Selanjutnya, persentase respon siswa dirata-ratakan sehingga didapat persentase
rata-rata respon positif siswa kelas IV A SDN 6 Cikidang.
Menghitung rata-rata persentase jawaban dari responden sebagai berikut:
P = x 100%
Ket:
P = Persentase
f = frekuensi dari setiap jawaban angket
Meilawati, Tia E. 2014
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan
metode problem solving model Polya untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis Matematika pada materi pecahan pada siswa kelas IV A SDN 6 Cikidang
diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode
problem solving model Polya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
Matematika pada materi pecahan telah berlangsung berlangsung sangat baik
sesuai dengan langkah-langkah problem solving model Polya. Pada langkah pertama memahami masalah, siswa sudah dapat menentukan apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan. Langkah kedua, merencanakan strategi
penyelesaian, siswa sudah dapat menentukan operasi hitung yang digunakan
untuk menyelesaikan soal. Langkah ketiga menerapkan strategi, siswa
menyelesaikan soal dengan prosedur yang ada yaitu mencari Kelipatan
Persekutuan Terkecil (KPK) untuk pecahan yang berpenyebut berbeda dan
menyimpulkan jawaban yang diperoleh. Langkah terakhir mengecek kembali
jawaban, siswa memeriksa kembali jawaban yang diperolehnya. Selain dari
langkah-langkah problem solving model Polya yang diterapkan sistematis
oleh siswa berdasarkan hasil analisis kuantitatif persentase aktivitas guru dan
siswa yang mengalami peningkatan dari Siklus I sampai Siklus III .
2. Respon siswa terhadap pembelajaran Matematika dengan menggunakan
metode problem solving model Polya untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis Matematika pada materi pecahan siswa kelas IV A SDN 6
Cikidang menunjukkan respon positif. Dari sepuluh petanyaan dalam angket
siswa menunjukkan respon positif, siswa menyukai pembelajaran
Matematika, siswa tertantang dengan soal-soal yang diberikan, pembelajaran
72
pembelajaran yang diberikan, pembelajaran dengan menggunakan metode
problem solving ini mengingat lebih lama konsep, siswa selalu siap jika
diminta ke depan untuk menyelesaikan soal dan siswa merasa senang dengan
suasana yang baru saja berlangsung. Berdasarkan analisis kuantitatif respon
siswa menunjukkan respon positif yang meningkat dari Siklus I sampai Siklus
III.
3. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pecahan pada siswa kelas IV A SDN 6 Cikidang setelah pembelajaran Matematika dengan
menggunakan metode problem solving model Polya sudah baik. Hal tersebut
terbukti dari indeks gain skor rata-rata dari Siklus I ke Siklus II dan indeks
gain skor rata-rata dari Siklus II ke Siklus III menunjukkan interpretasi
sedang. Namun rata-rata skor gain menunjukkan peningkatan dari 0,40
menjadi 0,48.
B. Saran
Melalui penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Guru perlu mengubah pembelajaran konvensional dengan menerapkan
metode pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Salah satunya dengan
menggunakan metode problem solving. Metode ini terbukti meningkatkan
kemampuan berpikir kritis Matematika pada materi pecahan. Selain itu,
perencanaan pembelajaran perlu dipersiapkan dengan matang agar
pembelajaran berlangsung dengan efektif. Kompetensi guru pun harus lebih
ditingkatkan agar kualitas pembelajaran meningkat.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian Tindakan Kelas mengenai penerapan metode problem solving
model Polya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada
materi pecahan pada siswa kelas IV A SDN 6 Cikidang perlu dilanjutkan oleh
Meilawati, Tia E. 2014
PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING MODEL POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Adji, Nahrini dan Rostika, R. Deti. (2006). Konsep Dasar Matematika. Bandung : UPI PRESS
Alexander, Jesi Alim. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan
Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Sekolah Dasar. Thesis Pascasarjana Pendidikan Dasar
UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Ardi. (2013). Penerapan Metode Improving Learning Melalui Teknik Inkuiri
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Matematika Materi Bilangan Pecahan. Skripsi Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Bandung : Tidak diterbitkan
Ardimoviz. (2012). Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method). [online]. Tersedia : http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/metode-pemecahan-masalah-problem. html . [10 Maret 2014]
Arikunto,S. dkk. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas.
BintuNahel. (2012). Respon Siswa. Tersedia: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2253012-respon-siswa/ [18 Juni 2014]
BSNP. (2008). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Bahan 02 Pendidikan & Pelatihan
KTSP Sekolah Dasar . Tidak diterbitkan.
74
Ernawati, Rena. (2013). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa SMP Melalui Pembelajaran Metode Inkuiri . Skripsi Sarjana
Pendidikan Matematika UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
Faizi, Mastur. (2013). Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid. Yogyakarta : DIVA Press.
Fachrurazi. (2011). Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. I hlm. 76-89.
Fisher, Alec. (2008). Berpikir Kritis : Sebuah Pengantar. Jakarta : Erlangga.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV PUSTAKA
SETIA.
Husni, Jumrida. (2013). Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving). [Online]. Tersedia : http://jumridahusni.blogspot.com/2013/06/metode-problem-solving.html?m=1. [25 Mei 2014].
Irpan, Ujang. (2010) Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem
Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP.
Skripsi Sarjana Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Karso, dkk. (2008). Pendidikan Matematika 1. Jakarta : Universitas Terbuka.
Kurniawan, Deni. (2011). Pembelajaran Terpadu : Teori, Praktik, dan
Penilaian. Bandung: CV PUSTAKA CENDIKIA UTAMA.
Mufliva, Rosiana. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Matematika Materi Operasi Hitung Bilangan Pecahan Melalui Pendekatan Problem Solving. Skripsi Sarjana Pendidikan Guru Sekolah
Dasar UPI Bandung : Tidak diterbitkan.
75
Mulyasa, E. (2010). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Napitululu, S. (2011). Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Questions
Students Have pada Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA. Bandung: CV PUSTAKA
CENDIKIA UTAMA.
Oktaviandy, Navel. (2012). Hakikat berpikir Kritis dan Implementasinya
dalam Pembelajaran Matematika. [online]. Tersedia:
http://navelmangelep.wordpress.com/2011/11/08/hakikat-berpikir-kritis-dan-implementasinysa-dalam-pembelajaran-Matematika/ [10 Maret 2014].
Permatasari, Hana R. (2013). Penerapan Pendekatan Problem Solving untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Operasi Hitung Bilangan Bulat. Skripsi Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI Bandung :
Tidak diterbitkan.
Remaja,Kenakalan.(2013). Kemampuan Berpikir Kritis . [online]. Tersedia : http://lib.unnes.ac.id/17311/ . [11 Maret 2014].
Riduan. (2011). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: ALFABETA.
Santoso, F.G.I. (2012). Keterampilan Berpikir Kreatif Matematis dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) pada Siswa SMP. I hlm.
453-459
Tim Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. (2011). Pedoman Pembelajaran Matematika. Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional.