PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN
IPA MATERI GAYA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Bukanagara Lembang Semester II Tahun ajaran 2012/ 2013)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
A n i t a
0902817
PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Anita , 2013
PENERAPAN PENDEKATAN
KONSTRUKTIVISME UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GAYA
Oleh
A n i t a
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© A n i t a 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Anita , 2013
PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN
IPA MATERI GAYA
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Bukanagara Lembang Semester II Tahun ajaran 2012/ 2013)
Oleh:
Anita
0902817
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi awal yang dilaksanakan di SD Negeri Bukanagara Lembang Kabupaten Bandung Barat bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA masih rendah. Hasil ulangan harian siswa kelas V pada pelajara IPA, 56% mendapat nilai dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 66. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan penelitian guna meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi gaya dengan menerapkan pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test, lembar observasi guru dan siswa, dan lembar observasi afektif (rasa ingin tahu). Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 siklus. Pada setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Bukanagara Lembang yang terdiri dari 25 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan konstruksivisme. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari siswa yang mencapai KKM, pada siklus I sebesar 66,6% siswa tuntas, siklus II sebesar 87,2 % siswa, dan siklus III mengalami peningkatan sebesar 100%.
ABSTRACT
Anita , 2013
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined.
F. Hipotesis Tindakan ... Error! Bookmark not defined.
BAB II PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA ... Error! Bookmark not defined.
A. Hakikat Pembelajaran IPA di SD ... Error! Bookmark not defined.
B. Pendekatan Konstruktivisme ... Error! Bookmark not defined.
C. Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA Error! Bookmark not defined.
D. Analisis Tahap-Tahap Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme Error! Bookmark not defined.
E. Hasil Belajar... Error! Bookmark not defined.
F. Materi Gaya ... Error! Bookmark not defined.
a. Gaya Magnet ... Error! Bookmark not defined.
c. Gaya Gesek ... Error! Bookmark not defined.
Anita , 2013
A. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
C. Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
D. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Instrumen ... Error! Bookmark not defined.
F. Pengolahan dan Analisis data ... Error! Bookmark not defined.
G. Indikator Kinerja ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .. Error! Bookmark not defined.
A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1. Deskripsi Tindakan Siklus I ... Error! Bookmark not defined.
2. Deskripsi Tindakan Siklus II ... Error! Bookmark not defined.
3. Deskripsi Tindakan Siklus III ... Error! Bookmark not defined.
B. Pembahasan... Error! Bookmark not defined.
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI .... Error! Bookmark not defined.
A. KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined.
B. REKOMENDASI ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahap pendekatan pembelajaran konstruktivisme yang dipakai.... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 3.1 Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.1 Hasil aktivitas guru selama proses pembelajaran siklus I ... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4.2 Hasil Aktivitas siswa selama proses pembelajaran siklus I ... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4.3 Nilai Hasil Lembar Kerja Siswa siklus I Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.4 Nilai Hasil Pretest, Post test, dan Gain disklus IError! Bookmark not
defined.
Tabel 4.5 Hasil rasa ingin tahu siswa siklus I ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.6 Hasil aktivitas guru selama proses pembelajaran siklus II ... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4.7 Hasil aktivitas siswa selama proses pembelajaran siklus II ... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4.8 Nilai Hasil Lembar Kerja Siswa siklus IIError! Bookmark not
defined.
Tabel 4.9 Nilai hasil Pretest, Post Test, dan Gain siklus IIError! Bookmark not
defined.
Anita , 2013
Tabel 4.11 Hasil aktivitas guru selama proses pembelajaran siklus III ... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4.12 Hasil aktivitas siswa selama proses pembealajaran siklus III ... Error!
Bookmark not defined.
Tabel 4.13 Nilai Hasil Lembar Kerja Siswa siklus IIIError! Bookmark not
defined.
Tabel 4.14 Nilai Hasil Pretest, Post Test, dan Gain siklus IIIError! Bookmark
not defined.
Tabel 4.15 Hasil rasa ingin tahu siswa siklus III ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.16 Peningkatan hasil belajar pada setiap siklusError! Bookmark not
defined.
Tabel 4.17 Pencapaian Ketuntasan Belajar ... Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. 18 Intensitas bertanya siswa (rasa ingin tahu)Error! Bookmark not
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Siklus model spiral Kemmis dan TaggartError! Bookmark not
defined.
Gambar 4.1 Grafik hasil belajar siswa siklus I ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.2 Grafik hasil belajar siswa siklus II ... Error! Bookmark not defined.
Anita , 2013
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Perangkat Pembelajan dan Penelitian
A.1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ...83
A.1.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I ...93
A.1.3 Lembar Kisi-Kisi Soal Siklus I ...98
A.1.4 Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus I ...101
A.1.5 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus I...103
A.2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ...105
A.2.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II ...113
A.2.3 Lembar Kisi-Kisi Soal Siklus II ...115
A.2.4 Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus II...119
A.2.5 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus II ...121
A.3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III ...123
A.3.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus III ...132
A.3.3 Lembar Kisi-Kisi Soal Siklus III ...134
A.3.4 Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus III ...140
A.3.5 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus III ...142
A.3.6 Pedoman Penskoran Siklus I, II, III ...144
A.3.7 Lembar Observasi Afektif (Rasa Ingin Tahu) Siswa Siklus I, II, III ...145
LAMPIRAN B Hasil Penelitian B.1.1 Sampel Pretest Siklus I ...146
B.1.3 Sampel LKS Siklus I ...150
B.1.4 Sampel Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I ...162
B.1.5 Sampel Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I ...164
B.1.6 Sampel Hasil Observasi Afektif (Rasa Ingin Tahu) Siswa Siklus I ...166
B.2.1 Sampel Pretest Siklus II...168
B.2.2 Sampel Post Test Siklus II ...169
B.2.3 Sampel LKS Siklus II ...171
B.2.4 Sampel Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus II ...175
B.2.5 Sampel Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II ...177
B.2.6 Sampel Hasil Observasi Afektif (Rasa Ingin Tahu) Siswa Siklus II ...179
B.3.1 Sampel Pretest Siklus III ...180
B.3.2 Sampel Post Test Siklus III ...182
B.3.3 Sampel LKS Siklus III ...184
B.3.4 Sampel Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus III ...187
B.3.5 Sampel Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus III ...189
B.3.6 Sampel Hasil Observasi Afektif (Rasa Ingin Tahu) Siswa Siklus III ...191
LAMPIRAN C Dokumentasi ...192
LAMPIRAN D Administrasi Penelitian D.1 Permohonan Izin Penelitian Untuk Rektor UPI ...196
D.2 SK Pengangkatan Pembimbing ...197
D.3 Permohonan Izin Penelitian Untuk Kepala Kesbang Dan Limnas ...198
Anita , 2013
D.5 Surat Telah Mengadakan Penelitian ...200
D.6 Jurnal Bimbingan Skripsi Dengan Dosen Pembimbing I ...201
D.7 Jurnal Bimbingan Skripsi Dengan Dosen Pembimbing II ...202
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003,menyatakan:
Pendidikan adalah usaha sadar danterencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Bertolak dari Undang-undang SISDIKNAS, Pendidikan merupakan hal yang
terpenting dalam kehidupan manusia. Setiap manusia berhak mendapat dan
berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan
merupakan suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu
untuk menjadi insan yang terdidik sehingga dapat hidup dan melangsungkan
kehidupan.
Dalam pendidikan formal khususnya di sekolah dasar, ada sejumlah mata
pelajaran yang diajarkan kepada siswa, yang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan yang seluas-luasnya serta meningkatkan kemampuan siswa yang
kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu mata
pelajaran tersebut yang penting dikuasa oleh siswa adalah mata pelajaran IPA, hal
ini dikarenakan IPA sangat erat kaitanya dengan kehidupan sehari-hari siswa. IPA
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia
2
Anita , 2013
IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap
lingkungan.
Depdiknas (2003), menyatakan bahwa pelajaran sains harus mencakup kerja
ilmiah dan konsep. Dalam KTSP metode ilmiah tidak dimunculkan sebagai
bagian terpisah namun menjadi jiwa dari seluruh topik (BNSP, 2006). Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Selain itu, IPA juga merupakan ilmu yang
bersifat empirik dan membahas tentang fakta dan gejala alam. Fakta dan gejala
alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga
faktual. Hal ini menunjukan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk
menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Pembelajaran IPA
berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan
pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh rahasia yang tak
habis-habisnya. Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk
memupuk rasa ingin tahu peserta didik secara alamiah.
Pembelajaran IPA seharusnya melibatkan peserta didik secara aktif dalam
pembelajaran, namun faktanya demikian. Peserta didik hanya di suapi
konsep-konsep materi IPA tanpa dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran. Proses
pembelajaran masih berpusat pada guru. Padahal jika melihat kondisi kelas yang
jumlah peserta didiknya cukup banyak, maka guru akan mengalami kesulitan
dalam menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini dapat menyebabkan
kurangnya pemahaman peserta didik dan peserta didik cenderung terlihat pasif.
Ketika di lontarkan pertanyaan peserta didik pun cenderung terdiam karena
merasa tidak mengerti. Peserta didik tidak pernah mau bertanya karena guru
cenderung hanya memberikan materi saja tanpa memberi kesempatan kepada
3
terbiasa dengan tanya jawab. Lebih jauh lagi akibat dari kurangnya pemahaman
maka hasil belajar peserta didik tidak mengalami peningkatan.
Seperti yang kita ketahui, telah terjadi inovasi dalam pembelajaran yang
awalnya hanya bersifat konvensional sampai modern. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran. Seperti munculnya
berbagai model dan metode pembelajaran yang belandaskan kepada pembelajaran
konstruktivisme.
Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi)
pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang
hasilnya diperluas melalui konteks yang sangat terbatas (sempit) dan tidak dengan
tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang
siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu
dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan
pengetahuan di benak mereka sendiri.
Dengan paham konstruktivistik, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk
mengintergrasikan dan menggabungkan informasi dari sumber-sumber berbeda,
menciptakan jenis-jenis yang baru, serta kerangka dan model-model yang baru.
Dengan kata lain, guru bukan sebagai pelayan pengetahuan semata namun sebagai
fasilitator belajar.
Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari suatu
kebenaran, mencari suatu data baru yang diperlukannya, mengolah sendiri,
membuktikan suatu dalil atau hukum dan menarik kesimpulan atas proses yang
dialaminya itu. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang
dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Melatih siswa untuk berpikir
4
Anita , 2013
Dari hasil observasi yang telah dilakukan hasil belajar siswa terbilang rendah
pada pembelajaran IPA. 56% dari 39 siswa, 25 laki-laki dan 14 perempuan
mendapat nilai dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 66. Hal ini disebabkan
karena beberapa faktor, baik itu dari siswa itu sendiri maupun dari guru.
Faktor-faktor tersebut anatar lain: Kurang tepatnya penggunaan media, Keterbatasan alat
peraga, Ketidakmampuan guru untuk memfasilitasi kebutuhan siswa dalam
pembelajaran, Kesulitan guru dalam mengelola kelas, Penggunaan instrumen
evaluasi yang kurang tepat, Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran,
Komunikasi satu arah guru-siswa, serta siswa sebagai objek pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti memfokuskan
penelitian pada judul “Penerapan Pendekatan Konstruktivisme untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA materi Gaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan
bahwa permasalahannya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
konstruktivisme pada pembelajaran IPA materi gaya di kelas V?
b. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan
pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran IPA materi gaya di kelas
V?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
a. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran IPA materi gaya di kelas
5
b. Untuk mendeskripsikan seberapa besar peningkatan nilai hasil belajar
siswa dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme pada
pembelajaranh IPA materi gaya di kelas V.
D. Manfaat Penelitian
Dilaksanakannya kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat
memberikan manfaat atau kontribusi sebagai berikut:
1. Manfaat Untuk Peneliti
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis.
b. Memberi pengalaman baru serta menjadikan pendekatan
konstruktivisme sebagai alternatif bagi guru dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran.
2. Manfaat bagi peserta didik
a. Meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran
IPA di Kelas V SD Negeri Bukanagara Lembang melalui
penerapan pendekatan konstruktivisme.
b. Meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan
pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran IPA.
3. Manfaat bagi sekolah
a. Memberikan motivasi bagi guru-guru lain dalam rangka
menigkatkan kualitas proses pembelajaran IPA di Kelas V SD
Negeri Bukanagara Lembang melalui penerapan pendekatan
konstruktivisme.
E. Definisi Operasional
1. Hasil belajar dalam penelitian ini merupakan kemampuan siswa setelah
6
Anita , 2013
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6
aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penilaian. Sedangkan afektif yaitu berkenaan dengan sikap dan nilai yang
meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi,
menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
Hasil belajar yang diperoleh pada aspek kognitif diukur melalui tes butan
guru berupa soal pre-test dan post test yang hasilnya diukur dan disajikan
secara kuantitatif. Sedangkan pada aspek afektif, diamati dengan
menggunakan lembar observasi yang hasilnya dinyatakan secara kualitatif.
2. Pendekatan konstruktivisme merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran
yang mengharuskan siswa membangun pemahaman sendiri sedikit demi
sedikit dalam proses belajar yang mereka lewati pada setiap tahapan
konstruktivisme. Tahap pembelajaran konstrultivisme meliputi: tahap
apersepsi, tahap eklsplorasi, tahap diskusi dan penjelasan konsep, dan terakhir
tahap pengembangan dan aplikasi yang harus dilewati siswa secara berturut
turut untuk dapat mengkonstruk pemahaman pembelajaran sendiri.
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Jika dalam pembelajaran IPA materi Gaya di SD Negeri Bukanagara Lembang menggunakan pendekatan konstruktivisme, maka hasil belajar siswa
29
BAB II
PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA
A. Hakikat Pembelajaran IPA di SD
IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait
mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18). IPA
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri
Sulistyorini, 2007: 39).
Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang
terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata
pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan
dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan,
penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA
sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu
siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam
Suyitno, 2002: 7).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA
adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa
mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam
sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara
30
Anita , 2013
Menurut Standar Isi yang ditetapkan oleh Depdiknas RI yang mana juga
digunakan oleh Depag RI, terungkap bahwa tujuan pembelajaran sains di MI/SD,
yakni agar peserta didik memiliki kemampuan: sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MT.
Sedangkan untuk ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum
meliputi:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
31
Prinsip-prinsip dalam pembelajaran IPA SD adalah:
1. Prinsip 1
Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui pengalaman
baik secara inderawi maupun noninderawi. Karena itu, siswa perlu diberi
kesempatan memperoleh pengalaman itu. Para siswa perlu dibuat agar
aktif melakukan sesuatu agar memperoleh pengalaman.
2. Prinsip 2
Pengetahuan yang diperoleh ini tidak pernah terlihat secara langsung,
karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan siswa
yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal
pembelajaran.
3. Prinsip 3
Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten
dengan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang Anda miliki.
Pengetahuan yang demikian Anda sebut miskonsepsi. Anda perlu
merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini selama
pembelajaran.
4. Prinsip 4
Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan
relasi dengan konsep yang lain. Tugas Anda sebagai guru IPA adalah
mengajak siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang sedang
dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep, symbol, dan hubungan dengan
konsep yang lain.
32
Anita , 2013
kalaupun mampu, menajdi pertanyaan besar adalah apakah semuanya
disampaikan kepada siswa. Oleh karena itu, akan lebih baik jika siswa
dibekali dengan keterampilan menemukan pengetahuan, yaitu: proses dan
prosedur IPA. Proses menyangkut kegiatan penelitian. Sedangkan
prosedur menyangkut metode ilmiah yang digunakan dalam kegiatan
penelitian.
B. Pendekatan Konstruktivisme
Konstruktivistik merupakan landasan filosofi yang meyakini bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta konsep atau kaidah yang siap untuk diambi dan diingat.
Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata (Nurhadi, 2002:10-11). Sedangkan Suparno (1997:28)
mengatakan konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil
konstruksi manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi
dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan. Suatu pengetahuan
dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan
memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.
Filosofi belajar konstruktivisme menekankan bahwa belajar tidak hanya
sekadar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan
keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam
kehidupannya. Konstruktivisme berdasar bahwa siswa membangun pengetahuan
di dalam konteks pengetahuan sendiri. Maka pendekatan konstruktivisme adalah
pendekatan pembelajaran yang berdasarkan bahwa dengan merefleksikan
pengalaman-pengalaman kita, kita akan dapat membangun pemahaman terhadap
dunia yang di mana kita hidup didalamnya. (Suherman, 2003).
Paham Konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa
33
kematangan kognitif yang dimilikinya. Relasi yang terbangun adalah guru
hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor dan teman yang membuat situasi
yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif
menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan.
Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya.
Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur
kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa
harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme
yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui
proses rekonstruksi.
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses
pembelajaran, siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang
harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka. Mereka yang harus
bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif
ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka
untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu:
(1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan,
(2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks
pengalaman sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi
pengalaman.
Tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa
itu sendiri.
2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan
34
Anita , 2013
3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
konsep secara lengkap.
4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah sebagai berikut:
1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui
penglibatan dalam dunia sebenar
2. Menggalakkan soalan/idea yang dimuliakan oleh murid dan
menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
3. Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambilkira sikap dan
pembawaan murid
4. Mengambilkira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide
5. Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid
6. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru
7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting
dengan hasil pembelajaran.
8. Menggalakkan proses inkuiri murid mel alui kajian dan eksperimen.
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam
belajar mengajar adalah:
1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya
dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar
3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah
4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses
kontruksi berjalan lancar.
5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa
6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah
35
7. Mmencari dan menilai pendapat siswa
8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.
C. Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA
Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun sendiri
pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari, ini
merupakan proses menyesuaikan konsep-konsep dan ide-ide baru dengan
kerangka berfikir yang telah ada dalam pikiran mereka. Dalam hal ini siswa
membentuk pengetahuan mereka sendiri dan guru membantu sebagai mediator
dalam proses pembentukan itu. Proses perolehan pengetahuan akan terjadi apabila
guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang ideal yang dimaksud disini
adalah suatu proses belajar.
Werrington dalam Suherman (2003), menyatakan bahwa dalam kelas
konstruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana
menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan meng’encourage’ (mendorong) siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika siswa memberikan jawaban, guru
mencoba untuk tidak mengatakan bahwa jawabannya benar atau tidak benar.
Namun guru mendorong siswa untuk setuju atau tidak setuju kepada ide seseorang
dan saling tukar menukar ide sampai persetujuan dicapai tentang apa yang dapat
masuk akal siswa.
Nur dan Wikandari (2000) mengatakan bahwa pendekatan konstruktivisme
dalam pengajaran, merupakan penerapan pembelajaran kooperatif secara luas,
berdasarkan teori bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan
temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok, untuk saling membantu
memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Sekali lagi, penekanan pada
36
Anita , 2013
memodelkan cara berpikir dan sesuai dan saling mengemukakan dan meluruskan
kekeliruan pengertian atau miskonsepsi-miskonsepsi diantara mereka sendiri.
Dalam hal ini siswa dihadapkan pada proses berpikir teman sebaya mereka;
metode ini tidak hanya membuat hasil belajar terbuka untuk seluruh siswa tetapi
juga membuat proses berpikir siswa lain lebih terbuka untuk seluruh siswa.
Istilah kooperatif memberikan gambaran bahwa adanya hubungan yang terjadi
antara dua orang atau lebih. Hubungan ini dapat berupa kerjasama dan saling
membutuhkan dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang mungkin
timbul, sehingga mereka yang terlibat didalamnya mempunyai keberanian dalam
memecahkan suatu permasalahan bahkan akan lebih muda dipecahkan.
Dalam paradigma absolutisme, siswa dianggap tidak memiliki pengetahuan
apa pun ketika berada di awal proses pembelajaran. Ibarat sebuah botol kosong.
Sebaliknya, dalam paradigma konstruktivisme, siswa diakui telah memiliki
pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki sebelum mengikuti proses kegiatan
pembelajaran yang sesungguhnya sering diberi label pengetahun awal siswa.
Pengetahuan awal ini diperolehnya dari sumber-sumber belajar yang tersedia di
luar bangku sekolah atau dari pembelajaran sebelumnya.
Impementasi pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran meliputi empat
tahapan sebagaimana yang dikemukakan oleh suwangsih dan Tiurlina (2006: 116)
yaitu:
a. Tahapan pertama adalah apersepsi.
Pada tahap ini siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik tentang penomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan konsep yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahaman tentang konsep itu
b. Tahap kedua adalah eksplorasi.
37
keseluruhan tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena alam di sekelilingnya.
c. Tahap ketiga, diskusi dan penjelasan konsep.
Pada tahap ini siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan dari guru, maka siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak ragu-ragu lagi tentang konsepsinya.
d. Tahap keempat, pengembangan dan aplikasi.
Pada tahap ini guru berusaha menciptakan iklim yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan atau pemunculan atau pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungannya.
Dari uraian di atas, bahwa pembelajaran yang mengacu pada pandangan
konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam
mengorganisasikan pengalaman mereka dengan kata lain siswa lebih
berpengalaman untuk mengonstruksikan sendiri pengetahuan mereka melalui
asimilasi dan akomodasi.
Pada dasarnya tidak terdapat pendekatan, strategi, metode, gaya atau pola
mengajar yang paling baik untuk semua materi pelajaran, yang ada adalah sesuai
atau tidak dengan materi pelajaran pada waktu dan kondisi pelaksanaannya. Oleh
karena itu guru diharapkan menguasai berbagai macam pendekatan, strategi,
metode, gaya atau pola mengajar sebab setiap pendekatan, strategi, metode, gaya
atau pola mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dan Kekurangan dalam menggunakan model konstruktivisme
menurut Sidik (2008) adalah :
a. Kelebihan
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan
menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya,
dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
2. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan
38
Anita , 2013
pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk
merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan
memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
3. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir
tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif,
imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan
gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
4. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada
siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk
memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks,
baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa
untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
5. Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan
perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta
memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan
mereka.
6. Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang
kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling
menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
b. Kekurangan
1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil
konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga
menyebabkan miskonsepsi.
2. Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya
sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa
memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah
memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas
39
D. Analisis Tahap-Tahap Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme
Berdasarkan uraian tahap demi tahap pendekatan pembelajaran
konstruktivisme diatas, penulis sekaligus peneliti memutuskan untuk memakai
tahapan sesuai yang telah diungkapkan oleh suwangsih dan Tiurlina (2006: 116)
diatas yaitu bahwa impementasi pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran
meliputi empat tahapan, (1) Apersepsi, (2) Eksplorasi, (3) Diskusi dan Penjelasan
Konsep, dan (4) Pengembangan dan aplikasi. Untuk lebih jelasnya akan
ditambilkan melalui tabel berikut:
Tabel 2.1 Tahap pendekatan pembelajaran konstruktivisme yang dipakai
No Tahap Kegiatan Pembelajaran
1 Apersepsi
Pada tahap ini dilakukan kegiatan
menghubungkan konsepsi awal, guru
menstimulus siswa dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang sering ditemui
sehari-hari dengan mengaitkan konsep yang
akan dibahas. Misalnya: mengapa sebuah
benda tejatuh ke bawah?
2 Eksplorasi
Pada tahap ini siswa mengungkapkan
dugaan sementara terhadap konsep yang
akan dipalajari. Kemudian siswa
menyelidiki dan menemukan sendiri konsep
sebagai jawaban dari dugaan sementara
yang dikemukakan pada tahap sebelumnya,
melalui manipulasi benda langsung.
40
Anita , 2013
No Tahap Kegiatan Pembelajaran
Penjelasan Konsep hasil penyelidikan dan tamuannya, pada
tahap ini pula guru menjadi fasilitator
dalam menampung dan membantu siswa
membuat kesepakatan kelas, yaitu setuju
atau tidak dengan pendapat kelompok lain
serta memotivasi siswa mengungkapkan
alasan dari kesepakatan tersebut melalui
kegiatan tanya jawab.
4 Pengembangan dan Aplikasi
Pada tahap ini guru memberikan penekanan
terhadap konsep-konsep esensial, kamudian
siswa membuat kesimpulan melalui
bimbingan guru dan menerapkan
pemahaman konseptual yang telah
diperoleh melalui pembelajaran saat itu
melalui pengerjaan tugas.
E. Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250), ”hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru”. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari
sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.
Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga
macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan
dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Dari pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan,
41
diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam
kehidupan sehari-hari.
Menurut Hamalik (2004: 27), belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. Belajar juga merupakan suatu bentuk pertumbuhan
dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku
yang baru sebagai hasil dari pengalaman. Belajar adalah suatu usaha
sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik
fisik, mental, panca indra, otak atau anggota tubuh lainnya, demikian pula
aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakat, minat, dan sebagainya.
Setiap individu pasti mengalamai proses belajar. Belajar dapat dilakukan oleh
siapapun, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun orang tua, dan akan
berlangsung seumur hidup. Dalam pendidikan disekolah belajar merupakan
kegiatan yang pokok yang harus dilaksanakan. Tujuan pendidikan akan tercapai
apabila proses belajar dalam suatu sekolah dapat berlangsung dengan baik, yaitu
proses belajar yang melibatkan siswa secara aktif dalam prosses pembelajaran.
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku pada diri seseorang
dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang
peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan,
kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Di dalam belajar terdapat
prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan, Dalyono (2005: 51-54) mengemukakan
prinsip-prinsip belajar sebagai berikut.
1. Kematangan jasmani dan rohani
Salah satu prinsip utama belajara dalah harus mencapai kematangan
jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya.
Kematangan jasmani yaitu setelah sampai pada batas minimal umur serta
kondisi fisiknya telah kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan
kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis
untuk melakukan kegiatan belajar.
42
Anita , 2013
Setiap orang yang hendak belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan
kemampuan yang cukup, baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar.
3. Memahami tujuan
Setiap orang yang belajar harus memahami tujuannya, kemana arah tujuan
itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh
orang belajar agar proses yang dilakukannya dapat selesai dan berhasil.
4. Memiliki kesungguhan
Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya.
Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang
memuaskan.
5. Ulangan dan latihan
Prinsip yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu
yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai
sepenuhnya dan sukar dilupakan.
Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Foktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan
keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar
belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya
dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan
jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar
makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas
43
Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar.
Faktor-faktor tersebut diantaranya:
1. Adanya keinginan untuk tahu
2. Agar mendapatkan simpati dari orang lain.
3. Untuk memperbaiki kegagalan
4. Untuk mendapatkan rasa aman.
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut
mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan
masyarakat.
1. Faktor yang berasal dari orang tua
Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagi cara mendidik
orang tua terhadap anaknya. Dlam hal ini dapat dikaitkan suatu teori, apakah
orang tua mendidik secara demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau
cara laisses faire. Cara atau tipe mendidik yang dimikian masing-masing
mempunyai kebaikannya dan ada pula kekurangannya.
Menurut hemat peneliti, tipe mendidik sesuai dengan kepemimpinan Pancasila
lebih baik dibandingkan tipe-tipe diatas. Karena orang tua dalam mencampuri
belajar anak, tidak akan masuk terlalu dalam.
Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena orang tua akan
bertindaking ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri
handayani. Dalam kepemimpinan Pancasila ini berarti orang tua melakukan
kebiasaan-kebiasaan yang positif kepada anak untuk dapat diteladani. Orang tua
juga selalu memperhatikan anak selama belajar baik langsung maupun tidak
langsung, dan memberikan arahan-arahan manakala akan melakukan tindakan
yang kurang tertib dalam belajar.
44
Anita , 2013
Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang
ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab
kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru, kemampuan
mengajarnya. Terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan
perhatianya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang
diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan,
dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur
tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing anak
dalam belajar.
3. Faktor yang berasal dari masyarakat
Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat
kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit
dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat
juga ikut mempengaruhi.
Selain beberapa faktor internal dan eksternal di atas, faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat disebutkan sebagai berikut:
1. Minat
Seorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan berhasil dengan
baik, tetapi kalau seseorang memiliki minat terhadap objek masalah maka dapat
diharakan hasilnya baik. Masalahnya adalah bagainama seorang pendidik selektif
dalam menentukan atau memilih masalah atau materi pelajaran yang menarik
siswa. Berikutnya mengemas materi yang dipilih dengan metode yang menarik.
Karena itu pendidik/ pengajar perlu mengenali karakteristik siswa, misalnya latar
belakang sosial ekonomi, keyakinan, kemampuan, dan lain-lain.
2. Kecerdasan
Kecerdasan memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya
45
kurang cerdas. Berbagai penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara
tingkat kecerdasan dan hasil belajar di sekalah (Sumadi, 1989: 11).
3. Bakat
Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu dilatih dan
dikembangkan agar dapat terwujud (Utami, 1992: 17). Bakat memerlukan latihan
dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan pada masa yang akan datang.
Selain kecerdasan bakat merupakan faktor yang menentukan berhasil tidaknya
seseorang dalam belajar (Sumadi, 1989: 12). Belajar pada bidang yang sesuai
dengan bakatnya akan memperbesar kemungkinan seseorang untuk berhasil.
4. Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk melakukan sesuatu
tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak dipengaruhi oleh kebutuhan individu
yang ingin dipenuhi (Suharsimi, 1993: 88). Ada dua macam motivasi yaitu
motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi
yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan. Sedangkan, motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar atau motivasi
yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya angka,
ijazah, tingkatan, hadiah, persaingan, pertentangan, sindiran, cemoohan dan
hukuman. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah karena tidak semua pelajaran
sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.
Dengan memiliki kemampuan pada suatu mata pelajaran, baik itu
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mampu dikembangkan, siswa
diharapkan dapat mengalih gunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam
mengahadapi masalah-masalah dalam berbagai bidang pelajaran. Kemampuan
bernalar, kemampuan memilih strategi yang cocok dengan permasalahannya,
maupun kemampuan menerima dan mengemukakan suatu informasi secara tetap
dan cermat merupakan kemampuan umum yang dapat digunakan dalam berbagai
46
Anita , 2013
F. Materi Gaya
Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak sadar melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan gaya. Pada saat kita membuka atau menutup pintu kita telah
melakukan gaya yang berupa dorongan dan tarikan.Gerakan mendorong atau
menarik yang menyebabkan benda bergerak disebut gaya. Gaya yang dikerjakan
pada suatu benda akan mempengaruhi benda tersebut. Gaya terhadap suatu benda
dapat mengakibatkan bendayang semula diam menjadi bergerak, menyebabkan
benda yang semula bergerak menjadi berhenti atau berubah arah, atau merubah
bentuk benda. Priyono (2010)
a. Gaya Magnet
Istilah magnet berasal dari kata "Magnesia", Magnesia adalah sebuah kota
kecil di asia, disana tempat pertama kali menemukan batu yang dapat menarik
besi, lalu disebut magnet.
1. Magnet Menarik Benda Benda Tertentu
Gaya tarik magnet hanya mampu menarik benda benda tertentu, benda yang
dapat ditarik magnet harus benda bahan yang terbuat dari 3 bahan ini, yaitu : Besi,
Nikel, dan Kobalt
Magnet mampu menembus penghalang, yaitu benda nonmagnetis, gaya tarik
magnet masih berpengaruh, tapi jika penghalang teralu tebal maka pengaruh
magnet bisa hilang. Faktor lain yang mempengaruhinya adalah jarak. Jarak
magnet terhadap benda Magnetis, makin dekat jarak benda ke makin kuat jarak
magnet tersebut. Magnet juga dapat merusak barang elektronika rumit seperti
47
3. Magnet memiliki dua kutub
Magnet memiliki dua kutub yaitu :
1) Kutub utara magnet : Biasanya diberi warna merah atau huruf N (
north )
2) Kutub Selatan magnet : Biasanya diberi warna biru atau huruf S (
South )
Gaya tarik magnet paling kuat adalah pada kutub kutubnya. Kutub magnet
memiliki sifat istimewa seperti :
1) Jika didekatkan dua kutub magnet yang senama (misal : utara = utara,
Selatan = selatan ) mereka akan tolak menolak
2) Jika Didekatkan dua kutub magnet yang berbeda ( misal : Utara =
selatan, Selatan = utara ) mereka akan saling tarik menarik
4. Kegunaan Magnet
Magnet mempunyai banyak kegunaan , kita dapat menemui benda yang
mempunyai unsur magnet mulai dari alat sederhana sampai rumit, contoh benda
benda itu adalah Pengunci kotak pensil, tas, obeng, gunting jahit, kompas,
dinamo, lemari es, alarm pengaman. Magnet juga dapat digunakan pada alat berat
dengan cara Elektromagnet.
5. Membuat magnet
Banyak bentuk magnet seperti : Jarum, Huruf U , Tabung, Batang, Ladam.
Cara membuat magnet buatan ada 3 cara :
1) Induksi : Benda magnetis yang menempel pada magnet, dapat bersifat
seperti magnet, benda ini dapat menarik benda magnetis lainnya, hanya
berlangsung sementara karena jika benda dilepaskan, sifat magnetnya akan
hilang.
2) Gosokan : Benda magnetis digosok berkali kali pada kutub magnet
48
Anita , 2013
3) Elektromagnet :Mengalirkan aliran listrik ke benda magnetis, bersifat
sementara karena jika aliran listrik diputus sifat magnetnya juga hilang
b. Gaya Gravitasi
1. Pengertian Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi bumi adalah gaya yang dimiliki bumi untuk menarik
bendabenda di sekitarnya ke arah bumi. Semua benda yang berada di bumi ditarik
ke bawah oleh bumi. Pernah mengamati setiap benda dapat terjatuh ke tanah tapi
kita tidak memberikan dorongan? Tarikan ini disebut gaya tarik bumi atau
gayagravitasi bumi.
2. Penemu Gaya Gravitasi
Gaya gravitasi ditemukan oleh Isaac Newton seeorang yang disebut sebagai
"Bapak fisika". Isaac Newton merupakan ahli fisika, matematika, kimia,
astronomi dan filsafat. Bisa anda bayangkan betapa sudah pintarnya otak orang
zaman dulu yang bisa menguasai beberapa ilmu kelas berat secara sekaligus.
Alkisah katanya Isaac Newton menyadari adanya gaya gravisati karena buah apel
yang jatuh mengenai kepalanya. Tapi saya juga tidak memastikan validitas
informasi ini. Sambil belajar duduk dibawah pohon apel tersebut, Isaac Newton
mengamati dan terpikir dalam benaknya bahwa adanya suatu kekuatan yang
membuat apel itu terjatuh.
3. Hal-hal yang mempengaruhi gaya gravitasi
Kecepatan jatuh suatu benda yang dipengaruhi oleh bentuk, berat, dan ukuran
benda tersebut. Dua buah benda atau lebih yang berbeda berat, bentuk, dan
ukurannya jika dijatuhkan dari ketinggian yang sama, maka jatuhnya ke bumi
49
sama. Namun, jika benda-benda tersebut dijatuhkan dari ketinggian yang tidak
sama dalam waktu yang sama, maka jatuhnya ke bumi tidak akan bersamaan.
Bagaimana pengaruh ketinggian benda terhadap gaya gravitasi bumi? Jika sebuah
benda berada di ketinggian yang sangat jauh dari bumi, misalnya di luar angkasa,
maka gaya gravitasi bumi yang memengaruhinya makin berkurang. Jadi, makin
jauh letak benda dari bumi, maka gaya gravitasi bumi yang memengaruhinya
makin kecil. Oleh karena itu, para antariksawan terlihat melayang-layang ketika
berada di luar angkasa.
Bagaimana seandainya bumi tidak memiliki gaya gravitasi? Kemungkinan
benda-benda yang berada di permukaan bumi akan melayang-layang.
Benda-benda akan saling bertabrakan di udara dan kita tidak dapat menginjak-kan kaki di
bumi. Keadaan ini tentu akan menimbulkan kekacauan besar. Makhluk hidup juga
tidak dapat tinggal di bumi.
4. Contoh Gaya Gravitasi
Buah-buahan yang jatuh dari pohonnya adalah merupakan contoh gaya
gravitasi. Semua benda yang ada di bumi ini akan jatuh ke tanah apabila tidak ada
yang menyangganya di suatu ketinggian. Yang pasti Tuhan merancang gaya
gravitasi ini dengan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan semua mahluk
bumi. Coba anda bayangkan jika bumi tempat kita berpijak ini tidak ada gaya
gravitasi, betapa susahnya semua benda tidak bisa disusun karena bertebaran, dan
banyak lagi masalah lain yang akan timbul jika tidak ada gaya gravitasi bumi.
Contoh lain gravitasi bumi adalah gaya tarik bumi terhadap bulan sebagai satelit.
c. Gaya Gesek
Gaya gesek atau gaya gesekan merupakan gaya yang ditimbulkan oleh dua
pemukaan yang saling bersentuhan. Lantai yang licin membuat kita sulit berjalan
di atasnya karena gaya gesekan yang terjadi antara kaki kita dengan lantai sangat
kecil.
50
Anita , 2013
1. Gaya gesek membantu benda bergerak tanpa tergelincir.
2. Gaya gesek dapat menghentikan benda yang sedang bergerak, misalnya
sepeda di rem.
3. gaya gesekan dapat menahan benda-benda agar tidak bergeser.
Gaya gesekan yang merugikan, diantaranya :
1. gaya gesekan pada mesin mobil dan kopling menimbulkan panas yang
berlebihan sehingga mesin mobil cepat rusak karena aus.
2. gaya gesekan antara ban mobil dengan jalan mengakibatkan ban mobil
cepat aus dan tipis.
3. gaya gesekan antara angin dengan mobil dapat menghambat gerakan
mobil.
Gaya gesek dapat diperbesar ataupun diperkecil disesuaikan dengan
tujuannya. Dalam kehidupan sehari-hari kita jumpai berbagai cara yang dilakukan
untuk memperkecil atau memperbesar gaya gesekan
1. Cara memperkecil gaya gesekan :
a. memperlicin permukaan, misal dengan pemberian minyak pelumas atau
mengampelas permukaan.
b. memisahkan kedua permukaan yang bersentuhan dengan udara, misal
kapal laut yang bagian dasarnya berupa pelampung yang diisi udara.
c. meletakkan benda di atas roda – roda, sehingga benda lebih mudah
bergerak.
d. memberi bantalan peluru, as roda diberi bantalan peluru sehingga tidak
cepat aus.
2. Cara memperbesar gaya gesekan adalah dengan :
a. memasang karet, paku-pakuan, atau pul.
b. dibuat beralur, misalnya pada permukaan roda kendaraan dan alas
sepatu dibuat beralur juga untuk memperbesar gaya gesekan sehingga
95
Anita , 2013
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang “penerapan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi gaya” yang
dilakukan dengan melakukan tindakan pada siswa kelas V SDN Bukanagara
Lembang, maka diperolehlah kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas guru dan aktivitas siswa.
Pada pembelajaran ini guru lebih berberan sebagai fasilitator, motivator
dan moderator yang baik bukan lagi sebagai satu-satunya sumber
informasi belajar seperti pembelajaran konvensional. Siswa pun lebih aktif
belajar. Karena pembelajaran konstruktivisme memudahkan siswa
mengaitkan konsep yang dipelajari di kelas dengan kehidupan
sehari-harinya dan menambah minat siswa terhadap pelajaran IPA.
2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi gaya dapat
meningkatkan dengan penerapan pendekatan pembelajaran
konstruktivisme pada siswa di kelas V SDN Bukanagara Lembang ini.
Terlihat dari nilai rata-rata soal post test yang mencapai skor 89,23 diatas
KKM yang ditentukan sekolah yaitu 66. Ketuntasan siswa pun mecapai
100%.
REKOMENDASI
Dengan mengidentifikasi hasil temuan penelitian maka untuk
menyempurnakan penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme
96
1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
konstruktivisme sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA, karena
siswa dengan mudah dapat mengaitkan hubungan antara konsep yang
dipelajari dengan kehidupannya sehari-hari.
2. Selain itu guru juga diharapkan dapat menguasai metode pembelajaran lain
untuk medukung lancarnya penerapan pendekatan konstruktivisme ini,
agar mampu menciptakan suasana belajar yang bervariasi dengan
demikian siswa menyenangi pembelajaran dan terlibat secara aktif didalam
pembelajaran tersebut.
3. Bagi staf sekolah, agar mampu mengadakan sarana yang dapat menunjang
pembelajaran yang akan dilakukan juga meninjau secara berkala agar
mengetahui sejauh mana kegiatan belajar berlangsung.
4. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya dianjurkan agar mampu memahami
beberapa pendekatan, metode juga model pembelajaran yang dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, sehingga siswa merasa
terlibat aktif didalamnya. Salah satunya yaitu pendekatan pembelajaran
97
Anita , 2013
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Ridha. (2012). Memilih dan Memilah Prinsip Pembelajaran IPA SD yang Berprinsip pada Pendekatan Konstruktivisme. [online]. Tersedia: http://ridhaagustinapgsdipab.blogspot.com/2012/10/memilih-dan
memilah-prinsip.html [Juni 2013]
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. (2010). Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: PRESTASI PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA
BSNP. (2008). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: PT.Erlangga
Eliyah, Yayah. (2010). Penerapan Model Konstruktivistik untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Konsep Daur Air. Skripsi PGSD FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan
Hamsa. (2009). Pendekatan Konstruktivisme. [online]. Tersedia: http://alief-hamsa.blogspot.com/2009/10/kontruksi-berarti-membangun-dalam.html [Juni 2013]
Haryanto. (2004). Sains Untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama
Hatimah, Ihat. Dkk. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung : UPI PRESS
Priyono, dan Titik Suyekti. (2010). “Ilmu Pengetahuan Alam 5 Untuk SD dan MI kelas V”. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional
Sudjana, Nana. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Suparno, R. (2009). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Sutarno, Nono. (2008). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas terbuka
98
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum & Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP
_____. (2012). “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar”. [online]. Tersedia: http://orangmajalengka.blogspot.com/2012/06/faktor-yang-mempengaruhi-hasil-belajar.html [Juni 2013]