• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Objek Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia kecuali perbankan sejak tahun 2011-2014. Penelitian ini menggunakan data berupa laporan keuangan yang telah diaudit. Pemilihan periode tersebut didasari oleh ketersediaan data terbaru pada www.idx.com. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling yaitu populasi yang dijadikan sampel merupakan populasi yang memenuhi kriteria tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Tahapan seleksi dan kriteria pengambilan sampel yang telah ditetapkan ditunjukan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Seleksi Pemilihan Sampel dengan Kriteria

Deskripsi Jumlah

Perusahaan yang terdaftar di BEI kecuali perbankan dari tahun 2011–

2014

482

Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan selama periode 2011 – 2014 yang dipublikasikan di website BEI

(87)

Perusahaan mengalami kerugian selama periode 2011 – 2014 (120) Perusahaan tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama

periode 2011 – 2014

(127)

Perusahaan tidak memberikan saham oleh pihak manajerial selama periode 2011 – 2014

(118)

Jumlah observasi 30

Tahun observasi (tahun) 4

Jumlah observasi selama periode penelitian (Total) 120 Sumber: Olahan

Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditentukan pada tabel 4.1, bahwa populasi berjumlah 482 perusahaan. Populasi tersebut tersebut kemudian

(2)

dikurangi dengan data yang tidak memenuhi kriteria sebagai objek penelitian.

Populasi dikurangi dengan 87 perusahaan yang laporan keuangan tidak diterbitkan selama periode 2011 – 2014, dikurangi dengan 120 perusahaan yang mengalami kerugian selama periode 2011-2014, dikurangi dengan 127 perusahaan yang tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama periode 2011-2014 serta dikurangi 118 perusahaan yang tidak memberikan kepemilikan saham terhadap pihak manajemen. Sampel akhir yang dapat dijadikan sampel penelitian adalah sebanyak 30 perusahaan dengan waktu pengamatan selama 4 tahun maka diperoleh sebanyak 120 pengamatan. Daftar perusahaan yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada lampiran 1.

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini seperti dividen yang dibagikan, laba per lembar saham, total aset, selisih aset tetap per tahun dengan tahun sebelumnya, jumlah saham beredar, saham yang dimiliki oleh manajer, direksi ataupun komisaris, laba per saham.

4.1.2 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan bagian dari analisis data yang digunakan untuk memberikan gambaran awal variabel penelitian dan untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan dan pemrosesan data, maka dapat disusun gambaran deskriptif variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Berikut ini disajikan nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standar deviasi dari variabel independenpenelitian yaitu kepemilikan manajerial (X1), laba bersih (X2), dankesempatan investasi (X3) serta variabel dependen penelitian yaitu kebijakan dividen (Y) yang diukur dengan dividend payout ratio.

4.1.2.1 Variabel Dependen Kebijakan Dividen (Y)

Berdasarkan daftar nama perusahaan dan data kebijakan dividen yang diolah menggunakan program SPSS maka diperoleh hasil statistik deskriptif.

Berikut ini disajikan deskripsi variabel dependen kebijakan dividen (Y) dari 120 observasi data penelitian pada 30 perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2011- 2014 yang menjadi sampel penelitian:

(3)

Tabel 4.2

Deskripsi Variabel Dependen Kebijakan Dividen (Y) Variabel Minimum Maximum Mean Std. Deviasi

DPR 0.05 0.70 0.3324 0.14805

Sumber: Lampiran

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah data yang digunakan yaitu 120 observasi data penelitian pada 30 perusahaan periode 2011-2014.

Variabel dependenkebijakan dividen (Y) memiliki nilai minimum sebesar 0.05 (5%) menunjukkan bahwa nilai terendah kebijakan dividen sebesar 0.05 (5%) yaitu pada observasi data perusahaan TINS (PT. TIMAH (PERSERO), Tbk) tahun 2011dan nilai maksimum sebesar 0.70 (70%) yang menunjukkan bahwa kebijakan dividen tertinggi untuk seluruh observasi sebesar 0.70 (70%) yaitu pada perusahaan TLKM (PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA (PERSERO), Tbk) tahun 2013. Rata-rata nilai DPR dari 30 perusahaan sampel adalah sebesar 0.3324 (33,24%) dengan standar deviasi sebesar 0.14805 (14,805%). Dari hasil deskripsi ini dapat disimpulkan bahwa nilai kebijakan dividen yang diukur dengan DPR dari 120 observasi yang menjadi obyek penelitian menunjukan bahwa kebijakan dividen dalam penelitian ini memiliki keragaman data yang rendah karena nilai standar deviasi lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai rata-ratanya. Rata-rata nilai kebijakan dividen yang diukur menggunakan DPR menunjukkan bahwa perusahaan membagikan dividen rata-rata sebesar 33,24%.

4.1.2.2 Variabel Independen kepemilikan manajerial (X1), laba bersih (X2), serta kesempatan investasi (X3)

Berdasarkan daftar nama perusahaan dan data kepemilikan manajerial, laba bersih dan kesempatan investasi yang diolah menggunakan program SPSS maka diperoleh hasil statistik deskriptif. Berikut ini disajikan deskripsi variabel independen kepemilikan manajerial (X1), laba bersih (X2), dankesempatan investasi (X3) dari 120 observasi data penelitian pada 30 perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2011-2014 yang menjadi sampel penelitian:

(4)

Tabel 4.3

Deskripsi kepemilikan manajerial (X1), Laba bersih (X2), serta kesempatan investasi (X3) Variabel Minimum Maximum Mean Std. Deviasi

MAN 0.01 0.16 0.0253 0.03057

EPS 2.63 1581.96 255.5638 353.44527

CAPBVA -0.08 0.17 0.0362 0.04219

Sumber: Lampiran

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah data yang digunakan yaitu 120 observasi data penelitian pada 30 perusahaan periode 2011-2014.

Variabel independen kepemilikan manajerial (X1) memiliki nilai minimum sebesar 0.01 (1%) menunjukkan bahwa nilai terendah kepemilikan manajerial sebesar 0.01 (1%) yaitu pada observasi data perusahaan (PT. AKR CORPORINDO, Tbk) tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 0.16 (16%) yang menunjukkan bahwa kebijakan dividen tertinggi untuk seluruh observasi sebesar 0.16 (16%) yaitu pada perusahaan MTDL (PT. METRODATA ELECTRONICS, Tbk) tahun 2011. Rata-rata nilai kepemilikan manajeral dari 30 perusahaan sampel adalah sebesar 0.0253 (2,53%) dengan standar deviasi sebesar 0.03057 (3,057%). Dari hasil deskripsi ini dapat disimpulkan bahwa nilai kepemilikan manajerial dari 120 observasi yang menjadi obyek penelitian menunjukan bahwa kepemilikan manajerial dalam penelitian ini memiliki keragaman data yang tinggi karena nilai standar deviasi lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai rata- ratanya. Rata-rata nilai kepemilikan manajerial menunjukkan bahwa pihak manajemen turut serta memiliki perusahaan dengan tingkat kepemilikan sebesar 2,53%.

Variabel laba bersih yang diketahui bahwa dari 120 observasi data penelitian pada 30 perusahaan periode 2011-2014 menunjukkan variabel laba bersih (X2) yang memiliki nilai minimum sebesar 2.63 menunjukkan bahwa nilai terendah kepemilikan manajerial sebesar 2.63 yaitu pada perusahaan MLPL (PT.

MULTIPOLAR, Tbk) tahun 2011 dan nilai maksimum sebesar 1581.96 yang menunjukkan bahwa laba bersih tertinggi untuk seluruh observasi sebesar 1581.96 yaitu pada perusahaan UNTR (PT. UNITED TRACTORS, Tbk) tahun 2011.

(5)

Rata-rata nilai EPS dari 30 perusahaan sampel adalah sebesar 255.5638 dengan standar deviasi sebesar 353.44527. Dari hasil deskripsi ini dapat disimpulkan bahwa nilai EPS dari 30 perusahaan yang menjadi obyek penelitian memiliki keragaman data yang tinggi karena nilai standar deviasi lebih besar jika dibandingkan dengan nilai rata-ratanya. Rata-rata nilai laba bersih menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar 255.5638.

Variabel kesempatan investasi yang diukur menggunakan CAPBVA dapat diketahui bahwa dari 120 observasi data penelitian pada 30 perusahaan periode 2011-2014 menunjukkan variabel kesempatan investasi (X3) yang memiliki nilai minimum sebesar -0.08 (-8%) menunjukkan bahwa nilai terendah dari seluruh pengamatan mengalami kesempatan investasi negatif sebesar 0.08 (8%) yaitu pada perusahaan CTRA (PT. CIPUTRA DEVELOPMENT, Tbk) tahun 2012 dan nilai maksimum sebesar 0.17 (17%) yaitu pada observasi data perusahaan TCID (PT. MANDOM INDONESIA, Tbk) tahun 2013. Rata-rata nilai CAPBVA dari 30 perusahaan sampel adalah sebesar 0.0362 (3,62%) dengan standar deviasi sebesar 0.04219. Dari hasil deskripsi ini dapat disimpulkan bahwa nilai CAPBVA dari 30 perusahaan yang menjadi obyek penelitian memiliki keragaman data yang tinggi karena nilai standar deviasi lebih besar jika dibandingkan dengan nilai rata-ratanya.

4.1.3 Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah pengujian yang dilakukan terhadap kemungkinan adanya pelanggaran asumsi klasik. Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi yang didapat telah benar dan dapat diterima, sehingga perlu melakukan pengujian terhadap kemungkinan adanya pelanggaran asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan pada penelitian yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Adapun hasil dari pengujian asumsi klasik yang akan dijelaskan sebagai berikut:

4.1.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas pada penelitian

(6)

inidiberlakukan pada ui (residual), apabila residual (ui) berdistribusi normal dengan sendirinya seluruh variabel penelitian yang digunakan akan berdistribusi normal. Penetapan α dalam penelitian ini adalah 0.05, sehingga jika hasil uji kolmogorov smirnov menunjukan nilai signifikansi < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal. Sedangkan jika hasil uji kolmogorov smirnov menunjukan nilai signifikansi > 0.05 maka data berdistribusi normal. Pada analisis regresi pengujian normalitas dilakukan pada nilai residual model regresi.

Gambar 4.1 Normal Plot Residual

Sumber: Lampiran

Berdasarkan gambar 4.1 menunjukan bahwa residual telah memenuhi asumsi normal, hal tersebut dapat dilihat dari plot-plot residual yang menyebar berada pada sekitar garis lurus. Untuk memperkuat hasil visual serta mengetahui secara pasti apakah residual benar-benar berdistribusi normal, maka dilakukanuji kolmogorov smirnov. Jika nilai signifikansi uji kolmogorov smirnov > 0.05 (α=5%), maka dapat disimpulkan bahwa residual model regresi berdistribusi normal. Berikut ini disajikan tabel hasil uji Kolmogorov Smirnov dengan data awal yaitu 120 data yang menunjukkan bahwa asumsi normalitas telah dipenuhi:

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas

N Kolmogorov-Smirnov Z Signifikansi Keterangan

120 0.590 0.878 Data Normal

Sumber: Lampiran

(7)

Berdasarkan table 4.4 menunjukkan bahwa hasil uji kolmogorov smirnov dengan 120 observasi data menghasilkan nilai kolmogorov smirnov adalah sebesar 0.590 (59%) dan nilai signifikansi sebesar 0.878 (87,8%) yang lebih besar dari 0.05 (α = 5%), sehingga dapat disimpulkan bahwa residual model regresi berdistribusi normal. Dengan demikian asumsi normalitas residual telah terpenuhi.

4.1.3.2 Uji Multikolinieritas

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakah antara variabel bebas yang satu dengan variabel bebas lainnya dalam regresi memiliki hubungan baik secara sempurna ataupun mendekati sempurna, dimana model regresi yang baik tidak menunjukkan adanya hubungan (gejala multikolinieritas).

Dari dugaan adanya multikolinearitas tersebut maka perlu dilakukan pembuktian secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinearitas yang dapat dilakukan melihat nilai VIF. Apabila nilai VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas, sedangkan apabila nilai VIF < 10 maka model regresi bebas dari multikolinieritas.

Berikut adalah nilai VIF yang dihasilkan pada variabel kepemilikan manajerial, laba bersih dan kesempatan investasi:

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel VIF Keterangan

Kepemilikan Manajerial (X1) 1.054 Tidak ada Multikolinieritas Laba Bersih (X2) 1.047 Tidak ada Multikolinieritas Kesempatan Investasi (X3) 1.015 Tidak ada Multikolinieritas

Sumber: Lampiran

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa antar variabel bebas dalam model penelitian tidak terjadi multikolinieritas. Hal ini dapat dilihat dari nilai VIF pada variabel kepemilikan manajerial sebesar 1.054, laba bersih sebesar 1.047, dan kesempatan investasi sebesar 1.015 yang berarti kurang dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas dari multikolinieritas atau dengan kata lain asumsi tidak ada multikolinieritas telah terpenuhi.

(8)

4.1.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas bertujuan mengetahui apakah didalam sebuah model regresi terjadi perbedaan varians dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain, dimana model regresi yang baik tidak menunjukkan adanya perbedaan varian (gejala heteroskedastisitas). Pendeteksian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Korelasi Rank Spearman yaitu mengkorelasikan variabel-variabel bebas dengan absolut residual model regresi.

Jika signifikansi korelasi yang dihasilkan di atas 0.05 (α = 5%), maka disimpulkan dalam dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya jika signifikansi korelasi yang dihasilkan di bawah 0.05 (α = 5%), maka disimpulkan dalam dalam model regresi terjadi heteroskedastisitas. Berikut adalah hasil uji heteroskedastisitas pada variabel kepemilikan manajerial, laba bersih, dan kesempatan investasi:

Tabel 4.6

Hasil Uji Korelasi Rank Spearman Variabel Korelasi Rank

Spearman

P-value

Keterangan

Kepemilikan Manajerial (X1) -0.076 0.412 Tidak terjadi Heterokedastisitas Laba Bersih (X2) 0.143 0.118 Tidak terjadi Heterokedastisitas Kesempatan Investasi (X3) 0.043 0.644 Tidak terjadi Heterokedastisitas

Sumber: Lampiran

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukan bahwa antar residual dengan variabel bebas pada model penelitian tidak terjadi heterokedatisitas. Hal ini dapat diketahui bahwa nilai signifikansi yang dihasilkan pada variabel kepemilikan manajerial sebesar 0.412 (41,2%), laba bersih sebesar 0.118 (11,8%), dan kesempatan investasi sebesar 0.644 (64,4%), sehingga untuk ketiga variabel bebas yaitu kepemilikan manajerial, laba bersih, dan kesempatan investasi masing-masing lebih besar dari 0.05, sehingga uji heterokedatisitas dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas atau dengan kata lain asumsi non heteroskedastisitas telah terpenuhi.

(9)

4.1.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat korelasi antara residual pada periode waktu dengan residual pada periode waktu sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu (time series) berkaitan satu sama lain sehinggs model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Pendeteksian ada tidaknya autokorelasi dalam model regresi dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin Watson (DW-test). Suatu observasi dikatakan tidak terjadi autokorelasi jika nilai Durbin Watson terletak antara nilai -2.00 < DW < 2.00.

Tabel 4.7

Hasil Uji Durbin-Watson Durbin-Watson

1.347 Sumber: Lampiran

Berdasarkan tabel 4.7 hasil uji autokorelasi yang menggunakan uji Durbin Watson menunjukkan nilai Durbin Watson yaitu sebesar 1.347 dimana nilai tersebut terletak di dalam range yang telah ditentukan yaitu antara -2 dan +2. Dari hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada residual model regresi, sehingga uji asumsi autokorelasi telah terpenuhi.

4.1.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh dari variabel independenkepemilikan manajerial (X1), laba bersih (X2), serta kesempatan investasi (X3) terhadap variabel dependenyaitu variabel kebijakan dividen (Y) yang diolah menggunakan SPSS 21. Berikut ini adalah hasil pengolahan analisis regresi linier berganda yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi

Variabel Koefisien

Konstanta 0.303

Kepemilikan manajerial (X1) -1.236

(10)

Variabel Koefisien Laba bersih (X2) 0.001 Kesempatan Investasi (X3) 0.570

Sumber: Lampiran

Berdasarkan 4.7 di atas, maka model persamaan regresi yang dihasilkan adalah:

Y= 0.303 - 1.236 X1 + 0.001 X2+ 0.570 X3 + e Dari persamaan linear di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

a. b0 =Konstanta (α) adalah sebesar 0.303. Nilai konstanta menunjukkan besarnya nilai DPR (Y). Jika variabel kepemilikan manajerial, laba bersih, dan kesempatan investasi sama dengan nol atau konstan, maka nilai prediksi untuk DPR adalah sebesar 0.303.

b. b1= Koefisien regresi variabel kepemilikan manajerial adalah sebesar -1.236 dengan arah koefisien negatif, hal ini menunjukkan bahwa jika variabel kepemilikan manajerial meningkat sebesar satu satuan, maka mengakibatkan variabel DPR menurun sebesar 1.236 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan atau tidak berubah.

c. b2 = Koefisien regresi variabel laba bersih adalah sebesar 0.001 dengan arah koefisien positif, hal ini menunjukkan bahwa jika variabel laba bersih meningkat sebesar satu satuan, maka mengakibatkan variabel DPR meningkat sebesar 0.001 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan atau tidak berubah.

d. b3= Koefisien regresi variabel kesempatan investasi adalah sebesar 0.570 dengan arah koefisien positif. Hal ini menunjukkan bahwa jika variabel kesempatan investasi meningkat sebesar satu satuan, maka mengakibatkan variabel DPR akan meningkat sebesar 0.570 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan atau tidak berubah.

4.1.5 Pengujian Hipotesis

4.1.5.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perubahan variabel independen bisa menjelaskan perubahan dalam variabel

(11)

dependen. Secara umum besarnya pengaruh variabel kepemilikan manajerial, laba bersih, dan kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen dapat dilihat dari nilai R2 yaitu:

Tabel 4.9 Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

1 .540a .292 .274

a. Predictors: (Constant), CAPBVA, EPS, MAN b. Dependent Variable: DPR

Sumber: Lampiran

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebesar 0.292atau 29,2%. Hal ini menunjukan bahwa 29,2% variabel kebijakan dividen dapat dijelaskan oleh kepemilikan manajerial, laba bersih, dankesempatan investasi. Sedangkan 70.8%

variabel kebijakan dividen dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. Variabel-variabel lain yang diduga memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen antara lain adalah growth opportunity, profitabilitas, size, arus kas operasi, kebijakan utang, kepemilikan institusional dan lainnya.

Dalam penelitian ini juga diketahui nilai R yaitu sebesar 0.540 menunjukkan bahwa besarnya korelasi antara variabel kepemilikan manajerial, laba bersih, dankesempatan investasi terhadap kebijakan dividen.

4.1.5.2 Uji F (Uji Bersama)

Uji F dapat digunakan untuk mengetahui kecocokan model regresi linier berganda variabel kepemilikan manajerial, laba bersih, dan kesempatan investasi terhadap kebijakan devidenserta untuk melihat apakah variabel independen mempunyai pengaruh secara secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji F:

(12)

Tabel 4.10 Hasil Uji F ANOVA

Hipotesis Alternatif Nilai Kesimpulan

Kepemilikan manajerial, laba bersih dan kesempatan investasi berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan dividen

Fhitung= 15.936 Sig F = 0.000 Ftabel= 2.86 α = 0.05

Berpengaruh

Sumber: Lampiran

Nilai Ftabel dalam penelitian ini didapatkan dengan menentukan df1 (degree of freedom numerator) dan df2. Jumlah data (n) dalam penelitian ini sebesar 120 dan jumlah variabel (k) sebesar 4, maka df1 dapat ditentukan dengan rumus k–1 yaitu 3–1 = 2. Sedangkan df2 dapat ditentukan dengan rumus n – k yaitu 120 – 4 = 116. Dengan menggunakan α = 0.05 maka diperoleh nilai Ftabel sebesar 2.86.

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukan bahwa nilai Fhitung sebesar 15.936, hal ini menunjukan bahwa Fhitung > Ftabel yaitu 15.936 > 2.86. Hasil ini menunjukan bahwa hipotesis diterima. Dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 0.05 yaitu sebesar 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi yang dihasilkan adalah cocok atau sesuai untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, laba bersih, dan kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen. Hal ini dapat dikatakan variabel kepemilikan manajerial, laba bersih dan kesempatan investasi secara simultan berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

4.1.5.3 Uji Statistik T

Uji statistik t digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara parsial apakah variabel kepemilikan manajerial, laba bersih, dan kesempatan investasi berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Variabel independen dikatakan berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen jika nilai thitung lebih besar daripada ttabel dengan nilai signifikan sebesar α = 0.05.Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji T:

(13)

Tabel 4.11 Hasil Uji T

Hipotesis Alternatif Nilai Kesimpulan

Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen

Thitung= -3.181 Sig T = 0.002 Ttabel= 1.98 α = 0.05

Berpengaruh

Laba bersih berpengaruh terhadap kebijakan dividen

Thitung= 4.724 Sig T = 0.000 Ttabel= 1.98 α = 0.05

Berpengaruh

Kesempatan investasi berpengaruh terhadap kebijakan dividen

Thitung= 2.064 Sig T = 0.041 Ttabel= 1.98 α = 0.05

Berpengaruh

Sumber: Lampiran

Nilai ttabeldalam penelitian ini didapatkan dengan menentukan df (degree of freedom numerator). Jumlah data (n) sebesar 120dan jumlah variabel sebesar 4, maka df dapat ditentukan dengan rumus n – k yaitu 120 – 4 = 116. Dengan menggunakan α = 0.05, maka diperoleh nilai ttabel sebesar 1.98.

Berdasarkan hasil pada tabel 4.10, diketahui bahwa nilai thitung untuk variabel kepemilikan manajerial adalah sebesar -3.181 berarti lebih besar daripada nilai ttabel (-3.181 > 1.98) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 (0.002 < 0.05) sehingga hipotesis diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan memberikan pengaruh negatif secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Untuk variabel laba bersihmemiliki nilai thitung adalah sebesar 4.724 berarti lebih besar daripada nilai ttabel (4.724 > 1.98) dan nilai signifikan lebih kecil dari 0.05 (0.000 <

0.05) sehingga hipotesis diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa laba bersih berpengaruh positif secara signifikan terhadap kebijakan dividen.

Sedangkan variabel kesempatan investasi memiliki nilai thitung adalah sebesar 2.064 berarti lebih besar daripada nilai ttabel (2.064 > 1.98) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 (0.041 < 0.05) sehingga hipotesis diterima. Hasil

(14)

tersebut menunjukan bahwa kesempatan investasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap kebijakan dividen.

4.2 Temuan dan Interpretasi

Berdasarkan hasil pengujian data berupa kepemilikan manajerial, laba bersih, dan kesempatan invetasi terhadap kebijakan dividen, maka diperoleh temuan yang dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

4.2.1 Hubungan Kepemilikan Manajerial dan Kebijakan Dividen

Pengujian hipotesis pertama yang dilakukan pada variabel kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen. Hipotesis awal yang dibuat dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial bepengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Setelah dilakukan penelitian, hipotesis tersebut terbukti. Hasil pengujian kedua variabel tersebut menunjukkan bahwa pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen dapat dilihat melaluinilai thitung

sebesar -3.181 yang lebih besar daripada nilai ttabel (-3.181 > 1.98) dan nilai signifikansi sebesar 0.002 yang lebih kecil daripada 0.05 (0.002 < 0.05). Oleh karena itu, nilai thitung negatif dan nilai signifikansi yang dihasilkan lebih kecil daripada 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kebijakan dividen.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Devi dan Erawati (2014) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ini disebabkan karena persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajer sangat kecil dibandingkan dengan pemegang saham lainnya sehingga kepemilikan manajerial tidak berpengaruh pada kebijakan dividen. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Nurnigsih (2005) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi akan menyebabkan aset yang tidak terdiversifikasi secara optimal sehingga manajer menginginkan return atas opportunity cost yang tinggi yaitu dengan pembagian dividen, sebaliknya perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial rendah menunjukkan diversifikasi yang optimal sehingga

(15)

cenderung lebih menyukai retained earning kemudian akan membayar dividen dengan jumlah yang rendah.

Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2008) dimana hasil pengujian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Apabila tingkat kepemilikan manajerial dalam perusahaan tinggi, maka perusahaan cenderung mengalokasikan laba pada laba ditahan dibandingkan dengan membayar dividen. Hal tersebut didukung dengan alasan sumber dana internal lebih efisien dibandingkan dengan sumber dana eksternal.

Sesuai dengan teori agensi ketika pihak manajerial memperoleh saham dan menjadi pemilik perusahaan, maka tujuan dan cara berpikir agent akan sama dengan principal. Dewi (2008) berpendapat bahwa pihak manajerial yang memiliki peran ganda akibat adanya kepemilikan saham dalam suatu perusahaan sangatlah sensitif terhadap kebijakan dividen, karena semakin tinggi kepemilikan manajerial maka akan semakin lengkap informasi kebutuhan perusahaan yang dimiliki oleh manajer dan semakin banyak yang harus dipertimbangkan dalam membagikan dividen. Di satu sisi, manajer akan berusaha untuk mendapatkan return setinggi-tingginya, sementara di sisi lain pihak manajer akan tetap merasa lebih menguntungkan untuk mengalokasikan laba tersebut pada laba ditahan yang dapat digunakan untuk menciptakan laba yang besar di masa mendatang. Pihak manajer juga cenderung menghindari penggunaan dana internal yang terlalu berlebihan sehingga memaksa penggunaan dana eksternal yang dapat memiliki resiko kebangkrutan dan dapat berujung pada pemecatan.

Selain itu, hasil yang ditemukaan juga dapat disebabkan karena realita yang ada bahwa persentase kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh pihak manajer sangatlah kecil sehingga proporsi dividen yang akan diperoleh sangat sedikit dan tidak sebanding dengan resiko yang ditimbulkan dari membagi dividen secara besar-besaran.

Berdasarkan hasil olahan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa PT Samudera Indonesia, Tbk. yang mengalami peningkatan kepemilikan manajerial dari 0,40242 menjadi 0,46349 malah mengalami penurunan DPR dari 0,33189 menjadi 0,31194. Hasil pengujian dalam penelitian

(16)

ini juga menunjukkan bahwa rata-rata kepemilikan manajerial hanya sebesar 2,53%, dengan demikian masih sedikit perusahaan yang memberikan kepemilikan saham perusahaan kepada pihak manajer.

4.2.2 Hubungan Laba Bersih dan Kebijakan Dividen

Pengujian hipotesis kedua yang dilakukan pada variabel laba bersih terhadap kebijakan dividen.Hipotesis awal yang dibuat dalam penelitian ini adalah laba bersih berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Setelah dilakukan penelitian, hipotesis tersebut terbukti. Hasil pengujian kedua variabel tersebut menunjukkan bahwa pengaruh laba bersih terhadap kebijakan dividen dapat dilihat melalui nilai thitung sebesar 4.724 yang berarti lebih besar daripada nilai ttabel (4.724 > 1.98)dan nilai signifikansi sebesar 0.000 yanglebih kecil daripada 0.05 (0.000 < 0.05). Oleh karena itu, nilai thitung positif dan nilai signifikansi yang dihasilkan lebih kecil daripada 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa laba bersih memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kebijakan dividen.

Hasil pengujian yang ditemukan dalam penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Manurung dan Siregar (2009) dimana hasil penelitian tersebut adalah kebijakan dividen tidak dipengaruhi secara signifikan oleh laba bersih. Selain itu juga, penelitian yang dilakukan oleh Cahyo (2013) menunjukkan hasil yang sama dengan Manurung dan Siregar (2009) dengan kesimpulan bahwa ketika perusahaan mendapatkan laba yang tinggi, tidak selalu perusahaan membayar dividen dikarenakan saldo bank akun kas dan laba ditahan sering kali tidak berkaitan sehingga jumlah laba yang ditahan tidak berarti terdapat kas yang tersedia untuk membayar dividen.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ramli dan Arfan (2011). Temuan yang diperoleh mengindikasikan bahwa laba bersih berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen sehingga semakin tinggi laba bersih yang diperoleh pada suatu periode, maka semakin tinggi pula jumlah dividen kas yang diterima oleh pemegang saham.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang ungkapkan oleh Horngren et al. (1994:732) yang menyatakan bahwa laba bersih membantu menarik modal dari

(17)

investor baru yang berharap untuk menerima dividen dari operasi yang berhasil di masa akan datang. Laba bersih juga dianggap dapat menjadi indikator utama dalam mengambil kebijakan dividen (Anil dan Kapoor, 2008). Pada umumnya, dividen merupakan laba yang dihasilkan perusahaan kemudian dibagikan kepada investor berdasarkan proporsi saham yang dimiliki. Ramli dan Arfan (2011) menyatakan bahwa apabila perusahaan memperoleh keuntungan, maka akan dibagikan dividen. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban bunga dan pajak. Oleh karena itu dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tentu saja akan mempengaruhi besarnya dividen.

Jensen, Solberg, dan Zorn (1992) berpendapat bahwa dengan tingkat laba bersih yang tinggi, maka arus kas bebas yang dimiliki oleh internal perusahaan juga akan semakin tinggi sehingga akan berdampak pula pada kemampuan yang dimiliki perusahaan untuk membagikan dividen tinggi.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia juga menunjukan bahwa rata-rata perusahaan cenderung mengambil kebijakan dividen rasio pembayaran konstan, jumlah pembagian dividen dibuat meningkat dan menurun mengikuti perolehan laba. Variabel ini juga mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap kebijakan dividen dibandingkan dengan variabel lainnya yang dapat dilihat pada koefisien beta sebesar 0,378. Dikatakan dominan karena kenaikan DPR sebesar 0,378 sebagai akibat kenaikan konsentrasi laba bersih sebesar 1% mengakibatkan besarnya kenaikan ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan yang disebabkan oleh variabel lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar laba yang diterima maka semakin besar juga dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham, dan begitu pula sebaliknya. Ketika laba yang diterima perusahaan menurun, maka dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham juga akan menurun.

4.2.3 Hubungan Kesempatan Investasi dan Kebijakan Dividen

Pengujian hipotesis ketiga yang dilakukan pada variabel kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen. Dalam penelitian ini, kesempatan investasi diukur menggunakan CAPBVA. Hipotesis awal yang dibuat dalam penelitian ini

(18)

adalah kesempatan investasi berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Setelah dilakukan penelitian, hipotesis tersebut terbukti. Hasil pengujian kedua variabel tersebut menunjukkan bahwa pengaruh kesempatan investasi terhadap kebijakan dividen dapat dilihat melalui nilai thitung sebesar 2.064 yang berarti lebih besar daripada nilai ttabel (2.064 > 1.98)dan nilai signifikansi sebesar 0.041 yanglebih kecil daripada 0.05 (0.000 < 0.05). Oleh karena itu, nilai thitung

positif dan nilai signifikansi yang dihasilkan lebih kecil daripada 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kesempatan investasi memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kebijakan dividen.

Hasil penelitian yang ditemukan dalam penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Natalia (2014) yaitu kesempatan investasi tidak berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hal tersebut disebabkan karena, pertama masih banyak perusahaan yang masih belum mempertimbangkan kesempatan investasi dan biaya keagenan dalam pembuatan kebijakan dividen, kedua perusahaan dikategorikan kedalam tahapan dewasa (maturity), sehingga terfokus pada upaya untuk menghasilkan keuntungan dan membagikannya kepada para pemegang saham dan juga perusahaan pada tahap maturity telah banyak memiliki cadangan laba untuk diinvestasikan kembali tanpa harus mengurangi proporsi dividen bagi pemegang saham.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2012). Dari hasil pengujian ditemukan indikasi bahwa kesempatan investasi berpengaruh positif secara signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal tersebut disebabkan karena dengan adanya kesempatan investasi yang tinggi, perusahaan akan membutuhkan dana yang semakin tinggi pula agar dapat merealisasikan kesempatan investasi tersebut sehingga menyebabkan pembayaran dividen juga meningkat. Salah satu cara yang biasa digunakan oleh pihak manajer untuk memperoleh dana adalah dengan memberikan sinyal yang baik kepada pasar bahwa perusahaan sedang bertumbuh dan memiliki peluang yang bagus untuk investasi melalui kebijakan dividen yang tinggi, sehingga dengan demikian diharapkan para investor akan tertarik menanamkan uangnya dan uang tersebut dapat digunakan oleh perusahaan untuk merealisasikan kesempatan investasi tersebut.

Gambar

Gambar 4.1 Normal Plot Residual
Tabel 4.10  Hasil Uji F ANOVA
Tabel 4.11  Hasil Uji T

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga penjatuhan sanksi tindak pidana dalam Pengadilan Negeri Tuban Nomor67/Pid.Sus/2014.PN.TBN tentang penyebarluasan pornografi bahwa majelis hakim dalam

Subyek penelitian adalah orang – orang yang dapat memberikan sebuah informasi tentang sesuatu yang sedang di teliti. Peneliti akan memfokuskan penelitiannya

Sesuai dengan masalah yang diajukan, hasil kajian terhadap penerapan pendekatan komunikatif yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran berpidato bahasa Bali pada

Berdasarkan wawancara dan penelusuran data administrasi pada institusi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan penyidikan yang dilakukan Penyidik Pegawai Negeri

[r]

Untuk mengatasi permasalahan yang ada pada mata kuliah Manajemen Audit diatas maka dilakukan penyusunan bahan ajar dan dilengkapi dengan kertas kerja pemeriksaan

Analisis data akan dilakukan dengan cara menghitung nilai laju kerusakan exergy dan nilai efisiensi exergy serta dihubungkan terhadap temperatur lingkungan dari

Alat pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu dengan memakai penelitian kepustakaan (library research) untuk memperoleh data primer, yaitu pengumpulan data primer