• Tidak ada hasil yang ditemukan

BOOK CHAPTER PART 1: ADAPTASI KEBIASAAN BARU DI MASA PANDEMI COVID 19 UNISSULA PRESS - ISBN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BOOK CHAPTER PART 1: ADAPTASI KEBIASAAN BARU DI MASA PANDEMI COVID 19 UNISSULA PRESS - ISBN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

CHAPTER

MENJAGA KESEHATAN MENTAL DI MASA PANDEMI COVID-19

67

Mohamad Noviani Ardi1, Auliawati2, Ikhda Tsani Nurtin3, Imroatus Solikha4, Inan Tuada Salsabila5, Monica Alifia Marhaen6

1Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang

2Fakultas Bahasa dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang

3Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang

4,5,6

Fakultas Psikologi, Universitas Islam Sultan Agung, Semarang

PENDAHULUAN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 20 ayat 2 diungkapkan bahwa perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat (Sisdiknas 2003). Perwujudan pengabdian masyarakat oleh mahasiswa dapat dituangkan dalam bentuk Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Pelaksanaan KKN UNISSULA tahun 2021 terdapat pola pengabdian yang berbeda dari tahun sebelumnya dikarenakan terjadinya pandemi Covid-19. KKN Tematik Covid-19 merupakan bentuk dukungan UNISSULA dalam mencegah penyebaran virus covid-19.

Saat ini, hampir seluruh negara di dunia terdeteksi virus novel corona SARS-CoV-2 atau penyakit covid-19, tidak terkecuali Indonesia. corona virus disease tahun 2019 atau covid-19 adalah jenis baru dari corona virus, selain memberikan dampak fisik dapat juga memiliki efek serius pada kesehatan mental seseorang (Huang and Zhao, 2020; Salari, Hosseinian-Far, Jalali, Vaisi-Raygani, Rasoulpoor, Mohammadi, Rasoulpoor and Khaledi-Paveh, 2020).

Kesehatan mental atau kesehatan jiwa merupakan aspek penting dalam mewujudkan kesehatan secara menyeluruh. Kesehatan mental juga penting diperhatikan selayaknya kesehatan fisik. There is no health without mental health, sebagaimana definisi sehat yang dikemukakan oleh World Health Organization (WHO) bahwa “health as a state of complete physical, mental and social well- being and not merely the absence of disease or infirmity”.

Kesehatan mental merupakan komponen mendasar dari definisi kesehatan.

Kesehatan mental yang baik memungkinkan orang untuk menyadari potensi mereka, mengatasi tekanan kehidupan yang normal, bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada komunitas mereka.

(2)

Berbagai gangguan psikologis telah dilaporkan dan dipublikasi selama wabah covid-19 di Cina, baik pada tingkat individu, komunitas, nasional, dan internasional. Pada tingkat individu, orang lebih cenderung mengalami takut tertular dan mengalami gejala berat atau sekarat, merasa tidak berdaya, dan menjadi stereotip terhadap orang lain. Pandemi bahkan menyebabkan krisis psikologis (Xiang, Li, Zhang, Qinge Cheung, and Chee H, 2020).

Identifikasi individu pada tahap awal gangguan psikologis membuat strategi intervensi lebih efektif. Krisis kesehatan pandemi covid-19 menyebabkan perubahan psikologis seperti ketakutan, kecemasan, depresi, atau ketidakamanan.

Gangguan ini tidak hanya dirasakan oleh tenaga kesehatan atau semua orang yang bekerja di bidang medis, tetapi juga seluruh warga negara (Zhang, Huipeng, Haiping, Shining, Qifeng, Tingyun and Baoguo, 2020).

Orang dengan pengalaman isolasi dan karantina memiliki perubahan signifikan pada tingkat kecemasan, kemarahan, kebingungan, dan stres.

Masyarakat diluar tempat karantina mengalami ketakutan tertular karena pengetahuan tentang covid-19 yang terbatas atau salah (Brooks, Rebecca, Smith, Woodland, Wessely, Greenberg, and Rubin, 2020).

METODE PELAKSANAAN

Penyuluhan dengan tema Menjaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 07 Maret 2021. Narasumber pada kegiatan penyuluhan ini adalah Dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung yaitu Ns. Betie Febriana, M.Kep. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan semi online melalui aplikasi Zoom Meeting dan live akun sosial media instagram KKN Tematik UNISSULA 301. Narasumber yang berada di Kota Semarang mengisi acara penyuluhan melalui aplikasi Zoom Meeting.

Sedangkan para peserta penyuluhan yang merupakan ibu-ibu PKK Desa Padasugih hadir secara langsung di ruang rapat Balai Desa Padasugih tidak lupa pula dengan protokol kesehatan yang ketat dan baik. Kegiatan penyuluhan semi online ini terdiri dari penyampaian materi oleh narasumber dengan tema

“Menjaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi” dan dilanjutkan sesi tanya jawab antara para peserta dengan narasumber, sehingga kegiatan penyuluhan ini terasa lebih hidup dan lebih mudah untuk dipahami oleh para peserta. Kegiatan penyuluhan ini berlangsung selama dua jam dari pukul 16.00-18.00 WIB.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kesehatan Mental dan Faktor yang Mempengaruhinya di Masa Pandemi Covid-19

Kesehatan mental merupakan hal yang cukup disoroti pada masa sekarang. Hal ini dikarenakan kesehatan mental memiliki andil untuk

(3)

membangun kesehatan yang maksimal bagi masyarakat selain kesehatan fisik yang harus diperhatikan. Meskipun begitu, orang yang memiliki kesehatan mental yang baik bukan berarti ia terlepas dari gangguan mental yang mungkin terjadi misalnya kecemasan dan juga perasaan bersalah (Setyaningrum & Yanuarita, 2020). Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik tidak mudah dikontrol oleh kecemasan dan perasaan bersalah tersebut. Sehingga ia mampu untuk menyelesaikan masalah dan hambatan dengan penuh keyakinan diri. Namun, sebaliknya, jika seseorang memiliki kesehatan mental yang buruk maka kondisinya adalah banyak kecemasan dan terganggunya kesehatan mental sepeti depresi.

Secara umum, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan depresi pada masa pandemi covid-19 menurut Thakur dan Jain (dalam Sulis, 2020) yaitu:

a. Faktor jarak dan isolasi interaksi sosial

Akibat adanya pandemi covid-19 menimbulkan tekanan emosional yang serius terhadap masyarakat. Physical dan social distancing sebagai kebijakan pemerintah dilakukan dengan maksud memutus rantai penularan covid-19 namun di sisi lain justru menimbulkan keterasingan karena individu dibatasi interaksi sosialnya dengan yang lain.

b. Penurunan roda perekonomian

Pandemi covid-19 telah memicu krisis ekonomi di seluruh dunia yang dapat meningkatkan kemungkinan resiko bunuh diri berkenaan dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini membuat individu menjadi pengangguran dan akibatnya individu mendapatkan tekanan ekonomi karena penghasilannya berkurang atau bahkan tidak ada untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

c. Masalah sosial dan budaya masyarakat

Kebijakan dalam masa pandemi covid-19 diantaranya pembatasan sosial menyebabkan kehidupan sosial dan budaya dalam masyarakat turut serta berubah. Misalnya, kebiasaan berlibur setiap akhir pekan untuk menyegarkan pikiran setelah bekerja, namun selama pandemi harus tetap berada di rumah. Tentu hal ini akan memicu stres dan memungkinkan depresi jika terjadi secara terus-menerus.

Beberapa golongan yang sangat rentan terkena gangguan mental selama pandemi menurut Deshinta (2020) diantaranya perempuan, anak dan remaja, serta lansia. Golongan tersebut perlu diperhatikan mengingat perempuan memegang role penting dalam keluarga, dimana keluarga menjadi lingkungan paling utama dalam pertumbuhan dan perkembangan

(4)

tiap anggota keluarga. Jika perempuan sebagai ibu dalam keluarga selama pandemi terganggu kesehatan psikisnya maka akan mempengaruhi ketahanan keluarga, begitu pula untuk anggota keluarga lain (saling mempengaruhi). Selanjutnya, anak dan remaja juga rentan mengalami gangguan terhadap kesehatan jiwa mereka dalam masa pandemi ini dikarenakan ruang gerak yang terbatas dan minim interaksi, dimana pada masa anak dan remaja identik dengan kegiatan yang melibatkan teman- teman atau komunitasnya untuk melakukan interaksi sosial. Apalagi dengan adanya sistem pembelajaran secara daring yang juga berdampak bagi anak-anak dan remaja. Yang terakhir, golongan lansia menjadi rentan terkena gangguan mental selama pandemi dikarenakan proses degeneratif yang menyebabkan imunitas tubuh menurun sehingga lansia dapat terinfeksi berbagai penyakit tesmasuk covid-19.

2. Dampak Covid-19 Terhadap Kesehatan Mental Masyarakat

Pandemi Covid-19 secara signifikan mempengaruhi masyarakat di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Corona Virus Disease atau virus corona merupakan virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan dari ringan hingga sedang. Penularan virus ini dapat terjadi melalui percikan (droplet) ludah saat batuk atau bersin. Virus ini dapat menginfeksi berbagai kalangan usia pada masyarakat. Namun, kalangan usia yang rentan terinfeksi adalah bayi, anak kecil, dan orang yang memiliki sistem imun yang rendah. Penyebaran virus yang begitu cepat menyebabkan WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa virus covid-19 ini sebagai pandemi atau epidemi global sehingga diperlukan penanganan serta pencegahan yang konsisten dan efektif.

Dampak yang terjadi di masyarakat akibat adanya pandemi covid- 19 ini begitu kompleks. Bukan hanya dampak yang terjadi pada kesehatan fisik, namun kesehatan psikis juga turut serta terpengaruh. Brook dkk (2020) menyatakan bahwa beberapa dampak psikiologi ketika pandemi yang terjadi dan dirasakan oleh masyarakat yakni diantaranya gangguan pascatrauma (post traumatic stress disorder), kebingungan dan kegelisahan, frustasi, ketakutan akan afeksi fisik, susah tidur, dan merasa diri sendiri tidak berdaya. Kemudian, akibat dari pandemi ini yang mempengaruhi psikis secara tidak langsung datang dari dampak ekonomi, dimana dalam rangka memutus rantai penyebaran virus covid-19 banyak perusahaan dan tempat kerja yang melakukan PHK sehingga hal ini dapat menyebabkan masyarakat rentan mengalami stres bahkan dapat menyebabkan bunuh diri.

(5)

Selaras dengan pendapat Kartini Kartono (dalam Linda, 2020) yang menjelaskan bahwa anxiety adalah bentuk kegelisahan terhadap hal- hal yang tidak jelas. Untuk mendapatkan kesehatan yang optimal maka antara kesehatan fisik dan psikis harus dikelola dengan seimbang. Ketika seseorang tidak memiliki kesehatan mental yang baik, maka ia akan rentan terkena gangguan mental. Kecemasan-kecemasan mengenai pandemi covid-19 akan terus menguasai dirinya. Kecemasan ditimbulkan dari adanya situasi yang mengancam sebagai stimulus yang berbahaya (stressor). Kecemasan yang dapat ditimbulkan dari pandemi covid-19 ini terwujud dari maraknya pemberitaan negatif mengenai virus corona yang penyebarannya sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian serta pemberitaan negatif lainnya. Ketika kecemasan sudah berada pada taraf yang tidak wajar tentu akan memberatkan diri individu dan menyebabkan individu tidak bisa membuat suatu keputusan dan suatu tindakan (Yustinus, 2006: 263 (dalam Setyaningrum dan Yanuarita, 2020))

WHO (2020) kemudian menjelaskan lebih jauh bahwa stres yang muncul selama pandemi covid-19 dapat berupa ketakutan dan kecemasan mengenai kesehatan diri mereka sendiri maupun kesehatan orang terdekat yang disayangi, perubahan pola tidur dan pola makan, sulit untuk tidur dan berkonsentrasi pada suatu hal, serta memperparah kondisi fisik atau gangguan psikologis seseorang yang memang memiliki riwayat penyakit kronis sebelumnya.

3. Menjaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi Covid-19

Hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental di masa pandemi yaitu dengan melakukan penyesuaian diri dengan apa yang terjadi di lingkungan saat ini (Salsabila, 2021). Penyesuaian diri adalah aspek mental yang penting dan sangat berhubungan dengan keyakinan seseorang terhadap kemampuan diri dan mengendalikan berbagai tantangan dan rintangan dengan menggunakan potensi diri. Menjaga kesehatan mental dengan penyesuaian diri dapat diawali oleh menumbuhkan pola pikir dan motivasi. Di masa pandemi seperti ini, hal yang paling berharga dan terdekat adalah keluarga. Intensitas bertemu dengan keluarga menjadi sangat tinggi karena semua kegiatan diharuskan dilakukan dari rumah. Oleh karena itu, keluarga dapat menjadi pendukung utama dalam menumbuhkan pola pikir atau mindset dan motivasi untuk menciptakan ketangguhan keluarga dalam menghadapi covid-19. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan keluarga untuk mengurangi resiko kerentanan dan meningkatkan ketangguhan keluarga menurut Ns. Betie Febriana, M.Kep., yaitu (a) lihat apa yang dibutuhkan oleh anggota

(6)

keluarga, (b) dengarkan keluhan anggota keluarga, (c) beri rasa nyaman dan bantu agar menjadi tenang, (d) bantu menghubungkan dengan berbagai alternatif solusi yang dibutuhkan, (e) lindungi dari situasi yang lebih buruk, (f) mengelola harapan.

Dalam menjaga kesehatan mental di masa pandemi juga dapat dilakukan dengan beberapa hal di bawah ini agar kualitas hidup meningkat dan hidup menjadi lebih baik dan tenang, diantaranya:

a. Lakukan latihan yang membantu untuk merasa lebih tenang seperti mindfulness, meditasi, atau yoga.

b. Manfaatkan waktu di rumah untuk merawat diri (self-care) dan menjaga kesehatan fisik.

c. Tetap terhubung dengan teman, keluarga, dan orang terkasih melalui telepon, pesan, atau media sosial.

d. Bekali diri dengan informasi yang penting, termasuk mengenai layanan kesehatan mental di lingkungan sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Brooks, K. S. (2020). The Psychological Impact of Quarantine and How to Reduce It: Rapid Review of the Evidence. Lancet 39 , pp. 912-920.

Deshinta. (2020). Kesehatan Mental Masyarakat: Mengelola Kecemasan di Tengah Pandemi Covid-19. Jurnal Kependudukan Indonesia Edisi Khusus Demografi dan COVID-19 , 69-74.

Indramayu, R. M. (2020, Oktober 10). Menjaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi COVID-19. Dipetik Maret 25, 2021, dari RS Mitra Plumbon Indramayu: https://rsmpindramayu.com/2020/10/10/menjaga-kesehatan- mental-di-masa-pandemi-covid-19/

Linda. (2020). Kecemasan Remaja Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Educatio , 6(1). 1-4.

Organization, W. H. (18 Maret 2020). Mental health and psychosocial considerations during the COVID-19 outbreak. World Health Organization , Google Scholar.

Salsabila, N. A. (2021). Menjaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi. PsyArXiv . Setyaningrum, W., & Yanuarita, H. A. (2020). Pengaruh Covid-19 Terhadap

Kesehatan Mental Masyarakat Di Kota Malang. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan , 4 (4). 550-556.

(7)

Sulis. (2020). Permasalahan Kesehatan Mental Akibat Pandemi Covid-19. Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI , 11 (15). 13-18.

Referensi

Dokumen terkait

Materi sosialisasi yang kami sampaikan dalam kegiatan ini adalah tentang “Kesehatan Jiwa di Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Pandemi Covid-19 Menuju SDM Unggul

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang telah di terapkan, maka metode yang di pilih dalam kegiatan ini adalah : membuat video edukasi tentang covid,

Pengabdian masyarakat ini telah melakukan pemberdayaan terhadap kader kesehatan posyandu selaku kader tanggap kesehatan ibu dan anak di masa pandemi covid-19

Menyusun strategi baru untuk pelaksanaan kegiatan dalam masa Pandemi

Untuk itu, dengan adanya Panduan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) Pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Pandemi COVID- 19 ini kami harapkan dapat menjadi pedoman

35 Panduan Pelayanan Keluarga Berencana (KB) pada Masa Pandemi Covid-19 dan Adaptasi Kebiasaan Baru disusun untuk membantu petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan

Jaminan Kesehatan Warganegara Dalam Pilkada Serentak di Masa Pandemi Covid-19; Perlindungan Hak Asasi Manusia Oleh Pemerintah Pada Masa Pandemi Covid-19; Reformasi Layanan

KETIGA : : Pelayanan Pelayanan kesehatan kesehatan melalui melalui telemedicine  telemedicine  pada masa pandemi  pada masa pandemi COVID-19 sebagaimana dimaksud dalam Diktum