• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA EMAS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SAAT PANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA EMAS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SAAT PANDEMI COVID-19"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA EMAS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA

(BEI) SAAT PANDEMI COVID-19

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Rafika Rahim 175020401111021

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2021

(2)

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah dan Harga Emas Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat Pandemi

Covid-19 Rafika Rahim

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: [email protected]

ABSTRAK

Pasar modal memberikan peran yang sangat penting bagi perekonomian suatu Negara dan di Indonesia lembaga yang bergerak di bidang pasar modal adalah Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan indikator yang sangat penting diperhatikan investor yaitu IHSG karena pergerakan IHSG mencerminkan bagaimana pergerakan pasar apakah mengalami peningkatan atau penurunan. IHSG dapat diperngaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal yang meliputi kondisi ekonomi global salah satunya pandemi Covid-19. Dan variabel makro yang meliputi nilai tukar dan harga emas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar dan harga emas terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat pandemi Covid-19. Data penelitian ini merupakan data sekunder yang meliputi data harian dengan periode pengamatan dari 1 Juli 2019 sampai 27 Oktober 2020. Data nilai tukar rupiah yang diperoleh dari www.bi.go.id, data harga emas dan IHSG dari www.investing.com dan pandemi Covid- 19 sebagai variabel dummy yang memiliki nilai 0 sebelum pandemi Covid-19 dan 1 saat pandemi Covid-19. Metode analisis mengunakan Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel nilai tukar rupiah dan pandemi Covid-19 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG, sedangkan variabel harga emas berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG.

Kata kunci: Pasar Modal, IHSG, Nilai Tukar Rupiah, Harga Emas, Pandemi Covid-19.

A. PENDAHULUAN

Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang mengalami perkembangan sangat pesat pada saat sekarang ini. Pasar modal memberikan peran yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara, dengan adanya pasar modal investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya pada berbagai sekuritas dengan harapan memperoleh imbalan (return).

Di Indonesia, lembaga yang bergerak di bidang pasar modal adalah Bursa Efek

Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia mempunyai satu indikator indeks yang sering

diperhatikan investor ketika berinvestasi di Bursa Efek Indonesia adalah Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG). IHSG dapat menjadi leading indicator economic pada suatu

negara. Pergerakan pasar yang mengalami peningkatan atau mengalami penurunan dapat

dilihat dari nilai-nilai saham yang tercatat dan tercermin melalui pergerakan IHSG. IHSG

yaitu suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kerja saham yang tercatat di

suatu Bursa Efek, untuk melihat apakah pasar dalam keadaan cenderung dengan keadaan

naik atau cenderung dengan keadaan turun.

(3)

Gambar 1 : Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Periode 1 Juli 2019 s/d 15 Oktober 2020

Sumber: Investing.com, 2020

Gambar diatas menunjukkan bahwa IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal bulan Juli 2019 masih stabil. Pada bulan Maret 2020 tepatnya saat Indonesia dilanda oleh Pandemi Covid-19 membuat IHSG menurun ke level 3,937.63 pada 24 Maret 2020.

Pergerakan IHSG ini selain terjadi karena pandemi Covid-19 yang mengalami peningkatan, tetapi juga karena adanya potensi Bank Indonesia yang memangkas suku bunga dikuartal terakhir tahun 2020, dan juga berita perkembangan vaksin Covid-19 yang bias menjadi faktor Penggerak IHSG.

Perubahan dan pergerakan IHSG dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Faktor internal terdiri atas current ratio, return on investment, dan lain-lain. Menurut Blanchard (2006) faktor eksternal yang mempengaruhi Indeks saham antara lain yaitu kondisi makro ekonomi, kestabilan politik, dan kondisi ekonomi global. Kondisi ekonomi makro tidak mempengaruhi secara seketika melainkan secara perlahan dalam jangka waktu panjang. Harga saham akan terpengaruh seketika oleh perubahan factor makro ekonomi terjadi, investor akan memperhitungkan dampaknya baik positif maupun negative terhadap kinerja perusahaan, dan kemudian investor akan mengambil keputusan untuk membeli, menjual atau menahan saham yang bersangkutan.

Kondisi ekonomi global yang mempengaruhi IHSG salah satunya adalah Pandemi Covid-19. Menurut WHO (2020) Coronaviruses merupakan virus yang menginfeksi system pernapasan yang disebut dengan Covid-19. Berdasarkan kementrian kesehatan perkembangan kasus Covid-19 di Wuhan berawal pada tanggal 30 Desember 2019.

Masuknya virus Covid-19 ke Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020. Peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia yang sangat cepat memberikan kekhawatiran dan kepanikan bagi pemerintah, masyarakat, maupun investor. Sehingga pemerintah melakukan upaya pencegahan dengan menutup beberapa sekolah, work from home bagi pekerja sector formal, menutup tempat wisata dan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Pergerakan jumlah kasus yang meningkat dari bulan Maret sampai November 2020.

Kasus Covid-19 pada tanggal 2 April mencapai 1.790 kasus, meningkat menjadi 26.437 kasus pada akhir bulan Mei, dan semakin meningkat dengan jumlah kasus 538.883 pada 30 November 2020. Peningkatan kasus Covid-19 memberikan dampak bagi perekonomian nasional terutama pada pasar modal.

Variable makro yang juga mempengaruhi pergerakan harga saham seperti nilai tukar dan harga emas. Pada saat kondisi variable makro ekonomi berada dalam situasi yang baik dan stabil, kondisi ini akan mampu menarik minat investor untuk menanamkan dananya di pasar modal. Sehingga akan terjadinya transaksi pada perdangangan saham ,ketika yang berinvestasi pada saham banyak maka hal tersebut akan membuat kondisi pasar modal dalam keadaan baik, yang tercermin melalui IHSG.

Nilai tukar merupakan variabel makro ekonomi yang mempengaruhi harga saham.

Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang Negara lain. Jadi, nilai tukar

(4)

rupiah/US$ merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang dolar AS. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi (Adiningsih,dkk, 1998).

Pergerakan nilai tukar rupiah yang mengalami depresiasi sebesar 2,75% sampai 4.47%. sebelum naiknya Dollar. Nilai tukar rupiah berada pada kisaran 13.500- 14,340/US$ pada bulan Januari sampai Februari. Pada bulan Maret 2020 merupakan nilai kurs yang tertinggi. Nilai rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat mencapai 16.486 per USD. Nilai tukar meningkat maka investor cenderung akan menjual sahamnya atau menyimpan uangnya terlebih dahulu, akibatnya harga saham cenderung akan turun.

Demikian sebaliknya bila nilai tukar turun maka investor cenderung membeli saham ,sehingga harga saham cenderung akan meningkat.

Emas merupakan salah satu komoditi penting yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham. karena emas merupakan salah satu alternatif investasi cenderung aman dan bebas resiko (Sunariyah, 2006:35). Harga emas dengan keadaan harga saham di pasar modal cenderung berlawanan. Jika keadaan pasar modal mengalami kenaikan berturut- turut, maka harga emas justru mengalami penurunan dan begitu sebaliknya.

Kenaikan harga emas dari bulan Maret dipicu oleh ketidakpastian global yang membuat prospek ekonomi suram. Kenaikan harga emas membuat investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi pada emas dari pada saham-saham yang ada. Karena investasi emas dipercaya sebagai salah satu komoditi yang menguntungkan disebabkan selain harga yang cenderung mengalami kenaikan, emas juga merupakan bentuk investasi yang liquid, karena dapat diterima di wilayah atau di Negara manapun. Ketika perekonomian tidak baik dan dapat menimbulkan risiko pada investasi saham, maka investor akan mengalihkan dananya ke dalam aset riil seperti emas.

Penelitian ini didasari oleh penelitian terdahulu oleh Hardiyanti (2019) yang berjudul

“Pengaruh Harga Emas dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2017” yang menyatakan bahwa secara simultan variable harga emas dan nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap IHSG, kemudian secara parsial harga emas tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG, sedangkan secara parsial niali tukar rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG periode 2006-2017.

Kemudian dari penelitian Haryanto (2020) yang berjudul “Dampak Covid-19 terhadap pergerakan nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG”, menyatakan bahwa peningktan 1% kasus positif covid-19 akan menyebabakan tredepresiasinya Rupiah terhadap Dollar AS sebesar 0.02%, serta peningkatan 1% dalam kasus posited Covid-19 menyebabkan koreksi ke IHSG sebesar 0.03% .

Selanjutnya penelitian Halwa Annisa Khoiri dan Emylia Arghawati (2020) yang berjudul “Menganalisis Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Beserta Faktor- Faktor yang Mempengaruhi di Era Pandemi Covid-19”, menyatakan Nilai tukar rupiah dan harga emas terhadap USD berpengaruh signifikan terhadap naik turunnya nilai IHSG, dimana hubungan antara nilai tukar rupiah dan harga emas terhadap USD dengan IHSG negatif.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah dan harga emas terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat pandemi Covid-19.

B. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal Indonesia

Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang mengalami

perkembangan sangat pesat pasa saat sekarang ini. Pasar modal merupakan yang mana

(5)

tempat bertemunya pihak yang membutuhkan dana dalam jangka panjang dengan pihak yang membutuhkan sarana untuk investasi pada produk keuangan (IDX.channel).

Menurut Sunariyah (2011) Pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, yang mana di dalamnya termasuk bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara. Ini ini tercermin dari dua fungsi pasar modal, yang pertama fungsi ekonomi sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Yang kedua fungsi keuangan, pasar modal menawarkan kemungkinan dan kesempatan untuk memperoleh keuntungan bagi para pemilik modal sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih oleh masing-masing investor.

Saham

Saham diartikan sebagai sejumlah uang dari pemilik sebagai tanda bukti kepemilikan yang di diberikan kepada pihak-pihak yang mengelola setoran modal, dan mempunyai hak atas saham yang dimilikinya (Zaki Baridwan, 1992:393). Saham merupakan bukti penyertaan modal dari Investor terhadap perusahaan yang melakukan penjualan saham atau emisi saham, tujuan utama perusahaan menjual saham adalah memperoleh dana yang relatif lebih murah.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

IHSG adalah suatu informasi historis mengenai pergerakan IHSG, sampai tanggal tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi untuk mengukur kinerja suatu saham gabungan di bursa efek (Sunariyah, 2003:147). Indeks Harga Saham Gabungan akan menunjukkan pergerakan harga saham yang terdapat di bursa efek dan IHSG yang paling banyak digunakan sebagai acuan untuk melihat perkembangan kegiatan setiap harinya di pasar modal dan melibatkan harga saham yang tercatat di bursa (Anoraga Pandji dan Piji Pakarti, 2008:101).

IHSG untuk mengukur kinerja saham dan fungsinya sebagai bencmark kinerja portofolio, indikator trend pasar, indikator tingkat keuntuangan dan sebagai fasilitas perkembangan produk derivatif (Radoni dan Ali 2010:183). Perhitungan IHSG di lakukan setiap hari setelah penutupan perdagangan. Hal ini dapat di lakukan setelah sistem perdagangan otomatis di implementasikan dengan baik (Paulus Situmorang, 2008:137).

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik untuk memberikan informasi yang lebih lengkap bag investor tentang perkembangan bursa.

Nilai Tukar

Menurut Sukirno (2003) Nilai tukar adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah nilai mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing. menurut Salvatore (1996) nilai tukar itu didefinisikan sebagai harga mata uang luar negeri dalam satuan mata uang dalam negeri. Perubahan nilai mata tukar terjadi karena adanya perubahan permintaan dan penawaran atas suatu nilai mata uang asing pada masing-masing pasar pertukaran valuta dari waktu ke waktu. Perubahan permintaan (demand) dan penawaran (Supply) pada nilai tukar rupiah, akan menyebakan terapresiasi atau depresiasi nilai tukar rupiah. Jika permintaan (demand) akan rupiah lebih banyak dari pada supplynya maka kurs rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya.

Menurut Tandelilin (2010:344) Kurs Rupiah merupakan sinyal positif bagi

perekonomian yang mengalami inflasi dan menurunnya kurs rupiah berdampak terhadap

meningkatnya biaya impor bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan emiten,

meningkatnya biaya produksi, dan banyak emiten yang memiliki hutang luar negeri

sehingga dengan menurunnya kurs rupiah akan meningkatkan beban hutang yang harus

ditanggung emiten. Dengan banyaknya beban dan biaya yang dikeluarkan oleh emiten

membuat profitabilias dari emiten akan menurun atau terdepresiasi kurs rupiah memiliki

pengaruh negative terhadap ekonomi nasional yang akhirnya menurunkan kinerja di pasar

modal.

(6)

Harga Emas

Harga emas yang menjadi patokan diseluruh dunia sejak tahun 1968 adalah harga emas yang di dasarkan standar pasar emas London. Yang lebih dikenal sebagai London Gold Fixing. Menurut Sunariyah (2006) emas adalah salah satu bentuk investasi yang bebas risiko. Emas memiliki nilai yang stabil dan bahkan naik dari watu ke waktu. Jarang sekali ditemui harga emas menurun. Emas merupakan alat yang dapat dipakai untuk menangkal inflasi yang terjadi setiap tahunnya.

Emas dikenal luas sebagai pilihan investasi yang paling aman terlebih saat kondisi perekonomian sedang mengalami krisis, ketidakpastian atau sulit diprediksi (Dipraja Sholeh, 2011). Emas termasuk aset Safe haven yang banyak dicari investor untuk menghindari kerugian ketika terjadinya krisis keuangan. Itu sebabnya harga emas mengalami kenaikan saat ekonomi dunia diliputi ketidakpastian. Ketika banyak investor yang mengalihkan investasinya kedalam bentuk emas, maka otomatis harga emas akan meningkat, karena permintaan emas yang cenderung tinggi dapat berakibat pada menurunnya indeks harga saham di pasar modal sehingga emas juga memiliki pengaruh terhadap pergerakan harga saham.

Pandemi Covid-19

Coronavirus Diasease (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona.Pandemi Covid-19 pertama kali muncul dari Kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Wabah dari Covid-19 menyebabkan gangguan pernapasan pada manusia yang mengakibatkan Kota Wuhan lockdown demi memperhambat laju penyebaran virus.

Pandemi Covid-19 membawa kepanikan pada kalangan pemerintah, masyarakat, maupun investor. Gejala kepanikan ini menyebabkan terjadinya penurunan daya beli, penurunan permintaan, penurunan produksi, penurunan pendapatan dan peningkatan beban biaya produksi. Kondisi ini membuat investor global lebih tertarik untuk menyimpan kekayaannya dalam bentuk aset yang aman dan menghindari aset berisiko seperti saham, sehingga dapat berdampak kepada turunnya indeks harga saham gabungan (IHSG) (Haryanto, 2020).

Teori Portofolio Choice

Teori portofolio lahir dari seseorang yang bernama Harry Markowitz (1952) yang mengemukakan teori portofolio yang dieknal dengan model Markowits, yaitu memperoleh imbal hasil (return) pada tingkat yang dikehendaki dengan risiko yang paling minimum. Untuk meminimumkan risiko, perlu dilakukan diversifikasi dalam berinvestasi, yaitu membentuk portofolio atau menginvestasikan dana tidak di satu aset saja melainkan ke beberapa aset dengan proporsi dana tertentu.

Semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperoleh dari investasi yang dilakukannya. Karena investor menghadapi kesempatan investasinya yang berisiko, pilihan investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan. Apabila investor mengharapkan untuk memperoleh tingakat keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Salah satu karakteristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk portfolio investasi. Artinya investor dapat melakukan diversifikasi investasinya.

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

Periode pengamatan dari 1 Juli 2019 sampai 27 Oktober 2020. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dalam bentuk time series harian

periode 1 Juli 2019 sampai 27 Oktober 2020. Data yang dikumpulkan meliputi data

harian nilai tukar rupiah terhadap Dollar As yang diperoleh dari www.bi.go.id, data

harian harga emas yang diperoleh dari www.investing.com, data harian IHSG yang

diperoleh dari www.investing.com, dan pandemi Covid-19 (Dummy) yang bernilai 0 dan

(7)

1, nilai 0 data sebelum pandemi Covid-19 dari tanggal 1 Juli 2019 sampai 29 Februari, untuk nilai 1 data saat pandemi Covid-19 dari tanggal 2 Maret sampai 27 Oktober 2020.

Metode Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode analisis Regresi Linier Berganda untuk menguji pengaruh nilai tukar rupiah, harga emas, pandemic Covid-19 terhadap IHSG. Berikut persamaan regrsi linier berganda dirumuskan sebagai berikut:

Y

t

= α + β

1

X

1t

+ β

2

X

2t

+ β

3

Dummy

t

+ e

t

Keterangan:

Y

t

= Indeks Harga Saham Gabungan di waktu sekarang α = Konstanta

β1,β2 dan β3 = koefisien Regresi

X1

t

= Nilai Tukar Rupiah di waktu sekarang X2

t

= Harga Emas di waktu sekarang

Dummy

t

= Pandemi Covid-19 (Sebelum Pandemi Covid-19 = 0 dan Saat Pandemi Covid- 19 = 1).

e = Eror Term

Salah satu syarat untuk melakukan uji analisis regresi linear berganda yaitu perlu dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel independen dan variable dependen dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak.

2. Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi hubungan linier antara variable independen dalam suatu model regresi linier berganda.

3. Uji Heterokedastisitas untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

4. Uji autokorelasi betujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidak ada terjadinya korelasi antara satu variabel error dengan error yang lain.

Selanjutnya, uji hipotesis yang betujuan untuk menguji kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% yang terbagi sebagai berikut:

1. Uji Statistik F (Simultan) untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan kedalam model memiliki pengatuh secaa simultan terhadap variabel dependen.

2. Uji Statistik t (Parsial) untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerapkan variabel independen.

3. Uji Koefisien Determinasi (R

2

) untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R

2

.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti dari website resmi yang mempublikasikan data nilai tukar rupiah, harga emas dan indeks harga saham gabungan (IHSG).

Data nilai tukar rupiah dari Bank Indonesia (BI), data harga emas dari investing.com, pandemi Covid-19 pada penelitian ini merupakan variabel dummy yang mana diberikan nilai 0 untuk data operasional yang terjadi sebelum pandemi Covid-19 dan diberikan nilai 1 untuk data operasional yang terjadi saat pandemi Covid-19, dan data indeks harga saham gabungan (IHSG) dari investing.com. Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan data time series sebanyak 303 hari pengamatan dari tanggal 1 Juli 2019 sampai 27 Oktober 2020.

Statistik Deskriptif

Tabel 1 : Statistik Deskriptif

(8)

IHSG Nilai Tukar Harga Emas

Pandemi Covid-19 (Dummy)

Mean 5585.868 14443.27 1673.683 0.491749

Median 5945.000 14234.00 1597.000 0.000000

Maximum 6456.000 16741.00 2069.000 1.000000

Minimum 4330.000 13612.00 1423.000 0.000000

Std. Dev. 681.4827 585.0804 175.2450 0.500759

Observations 303 303 303 303

Sumber: Data diolah dengan Eviews 10, 2021

Berdasarkan tabel diatas, analisis statistik setiap variabel adalah sebagai berikut:

a. Variabel dependen indeks harga saham gabungan (IHSG)

Indeks harga saham gabungan (IHSG) tertinggi di Bursa Efek Indonesia sebesar 6456 terjadi pada tanggal 19 juli tahun 2019 dan indeks harga saham gabungan (IHSG) terendah sebesar 4330 terjadi pada 18 maret 2020. Nilai mean dan median indeks harga saham gabungan masing-masing sebesar 5585.87 dan 5945. Adapun standar deviasi pada variabel indeks harga saham gabungan sebesar 681.48.

b. Variabel independen nilai tukar rupiah

Nilai tukar rupiah tertinggi di Bursa Efek Indonesia sebesar 16.741 terjadi pada tanggal 2 April 2020 dan nilai tukar terendah sebesar 13.612 terjadi pada tanggal 27 Januari 2020. Nilai mean dan median nilai tukar rupiah masing- masing sebesar 14.443 dan 14.234. adapun standar deviasi pada variabel nilai tukar rupiah sebesar 585.08.

c. Variabel independen harga emas

Harga emas tertinggi di Bursa Efek Indonesia sebesar 2.069 terjadi pada tanggal 6 Agustus 2020 dan harga emas terendah sebesar 1.423 terjadi pada tanggal 1 Juli 2019. Nilai mean dan median harga emas masing-masing sebesar 1673.68 dan 1597. Adapun standar deviasi pada variabel harga emas sebesar 175.24

d. Variabel independen pandemi Covid-19 (Dummy)

Pandemi Covid-19 (dummy) pada penelitian dilakukan dengan menggunakan variabel dummy, dimana diberikan nilai 0 untuk data operasional yang terjadi sebelum Covid-19 dan diberikan nilai 1 untuk data operasional yang terjadi saat Covid-19. Nilai rata-rata dan median pandemi Covid-19 (Dummy) sebesar 0.49 dan 0. Adapun standar deviasi pada variabel pandemi Covid-19 (Dummy) sebesar 0.50.

Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Gambar 5 : Uji Normalitas

0 4 8 12 16 20 24 28 32

-400 -300 -200 -100 0 100 200 300

Series: Residuals Sample 1 303 Observations 303

Mean 1.60e-12 Median -5.125121 Maximum 334.7193 Minimum -471.8954 Std. Dev. 145.8480 Skewness -0.226726 Kurtosis 3.382213

Jarque-Bera 4.440283 Probability 0.108594

Sumber: Data diolah dengan Eviews 10, 2021

Berdasarkan gambar 5 diketahui bahwa Prob. JB sebesar 0.108 > 0.05 sehingga

diperoleh kesimpulan bahwa residual terdistribusi normal yang artinya asumsi klasik

tentang kenormalan telah terpenuhi.

(9)

2. Uji Multikolinearitas Tabel 2: Uji Multikolinearitas

Variance Inflation Factors Date: 04/30/21 Time: 10:48 Sample: 1 303

Included observations: 303

Coefficient Uncentered Centered

Variable Variance VIF VIF

C 145724.6 2055.129 NA

NILAI_TUKAR 0.000467 1376.722 2.248023 HARGA_EMAS 0.009821 392.2047 4.239379 PANDEMI_COVID19_DUMMY 1839.871 12.75960 6.485079

Sumber: Data diolah dengan Eviews 10, 2021

Berdasarkan hasil uji multikolinieritas pada tabel 2 dapat dilihat nilai VIF untuk variabel independen nilai tukar rupiah, harga emas, dan pandemi Covid-19 (Dummy)

< 10, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa ketiga variabel independen tidak mengalami masalah multikolinieritas.

3. Uji Heterokedastisitas

Tabel 3 : Uji Heterokedastisitas

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 1.998205 Prob. F(3,299) 0.1143

Obs*R-squared 5.955412 Prob. Chi-Square(3) 0.1138

Scaled explained SS 6.907478 Prob. Chi-Square(3) 0.0749 Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 04/30/21 Time: 10:49 Sample: 1 303

Included observations: 303

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 188599.9 84943.22 2.220306 0.0271

NILAI_TUKAR -6.187494 4.809632 -1.286480 0.1993

HARGA_EMAS -52.48293 22.05121 -2.380048 0.0179

PANDEMI_COVID19_DUMMY 19947.12 9544.560 2.089894 0.0375

R-squared 0.019655 Mean dependent var 21201.42

Adjusted R-squared 0.009819 S.D. dependent var 32777.29 S.E. of regression 32615.98 Akaike info criterion 23.63611

Sum squared resid 3.18E+11 Schwarz criterion 23.68513

Log likelihood -3576.870 Hannan-Quinn criter. 23.65572

F-statistic 1.998205 Durbin-Watson stat 0.279447

Prob(F-statistic) 0.114307

Sumber: Data diolah dengan Eviews 10, 2021

Berdasarkan hasil uji heterokedastisitas pada tabel 3, diketahui bahwa nilai Prob.Obs*R-squared memiliki nilai > alpha 0.05 yaitu sebesar 0.1138, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa model regresi tidak mengalami masalah heterokedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Tabel 4 : Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 449.4069 Prob. F(2,297) 0.0000

Obs*R-squared 227.7450 Prob. Chi-Square(2) 0.0000

Sumber: Data diolah dengan Eviews 10, 2021

Berdasarkan hasil uji LM pada Tabel 4, diketahui bahwa nilai Prob.Obs*R-

squared sebesar 0.000 < 0,05, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa data pada

penelitian terjadi masalah autokorelasi. Untuk itu dilakukan perbaikan uji autokorelasi

dengan cara melakukan difference pada model penelitian. Hasil uji autokorelasi

setelah dilakukan perbaikan sebagai berikut.

(10)

Tabel 5 : Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.126730 Prob. F(2,296) 0.1210

Obs*R-squared 4.278201 Prob. Chi-Square(2) 0.1178

Sumber: Data diolah dengan Eviews 10, 2021

Berdasarkan hasil uji LM pada tabel 4.5, diketahui bahwa nilai Prob.Obs*R- squared sebesar 0.1178 > 0.05, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa data pada penelitian tidak terjadi masalah autokorelasi.

Analisis Regresi Linear Berganda Tabel 6 : Hasil Regresi Linear Berganda

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6616.650 381.7389 17.33292 0.0000

NILAI_TUKAR -0.144916 0.021615 -6.704525 0.0000

HARGA_EMAS 1.077536 0.099099 10.87331 0.0000

PANDEMI_COVID19_DUMMY -1507.209 42.89371 -35.13823 0.0000

Sumber: Data diolah dengan Eviews 10, 2021

Berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan, model persamaan pada penelitian dapat dirumuskan sebegai berikut:

IHSG = 6616.65 – 0.145 Nilai Tukar + 1.078 Harga Emas – 1507.21 Pandemi Covid- 19 (Dummy) + e

Hasil regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa:

a. Nilai konstanta sebesar 6616.65, artinya jika nilai tukar rupiah, harga emas dan pandemi Covid-19 (Dummy) = 0 (tidak mengalami perubahan), maka indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia memiliki nilai sebesar 6616.65.

b. Koefisien regresi nilai tukar rupiah sebesar -0.145 menunjukkan arah negatif.

Artinya jika nilai tukar rupiah mengalami penurunan sebesar 1 satuan sementara harga emas dan pandemi Covid-19 (Dummy) bersifat tetap, maka indeks harga saham gabungan pada Bursa Efek Indonesia akan mengalami kenaikan sebesar 0.145

c. Koefisien regresi harga emas sebesar 1.078 menunjukkan arah positif. Artinya jika harga emas mengalami kenaikan 1 satuan sementara nilai tukar rupiah dan pandemi Covid-19 (Dummy) bersifat tetap, maka indeks harga saham gabungan pada Bursa Efek Indonesia akan mengalami kenaikan sebesar 1.078

d. Koefisien regresi pandemi Covid-19 (Dummy) sebesar -1507.21 menunjukkan arah negatif, artinya jika pandemi Covid-19 mengalami penurunan sebesar 1 satuan sementara nilai tukar rupiah dan harga emas bersifat tetap, maka indeks harga saham gabungan pada Bursa Efek Indonesia akan mengalami kenaikan sebesar 1507.21.

Uji Hipotesis

1. Uji F (Uji Simultan) Tabel 7 : Uji Statistik F

F-statistic 2076.333

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data dioalh dengan Eviews 10, 2021

Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa nilai Prob. F (Statistic) sebesar 0.0000 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa nilai tukar rupiah, harga emas, dan pandemi Covid-19 (Dummy) secara simultan bersamaan berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Uji T (Uji Parsial) Tabel 8 : Uji Statistik T

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 6616.650 381.7389 17.33292 0.0000

NILAI_TUKAR -0.144916 0.021615 -6.704525 0.0000

(11)

HARGA_EMAS 1.077536 0.099099 10.87331 0.0000 PANDEMI_COVID19_(DUMMY) -1507.209 42.89371 -35.13823 0.0000

Sumber: Data diolah dengan dengan Eviews 10, 2021 1) Variabel Nilai Tukar Rupiah Terhadap IHSG

Nilai probabilitas nilai tukar rupiah < dari nilai probabilitas kritis (α = 5%) sebesar 0.0000 < 0.05, hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap IHSG. Koefisien regresi sebesar -0.1449 menunjukkan arah negatif, artinya nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI). Maka hipotesis pertama yang menyatakan nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG yang diajukan oleh penulis dinyatakan diterima.

2) Variable Harga Emas Terhadap IHSG

Nilai probabilitas harga emas < dari nilai probabilitas kritis (α = 5%) sebesar 0.0000 < 0.05, hal ini menunjukkan bahwa harga emas berpengaruh terhadap IHSG. Koefisien regresi sebesar 1.078 menunjukkan arah positif, artinya harga emas berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI). Maka hipotesis kedua yang menyatakan harga emas berpengaruh negatif terhadap IHSG yang diajukan oleh penulis dinyatakan ditolak.

3) Variable Pandemi Covid-19 (Dummy) Terhadap IHSG

Nilai probabilitas pandemi Covid-19 (Dummy) < dari nilai probabilitas kritis (α = 5%) sebesar 0.0000 < 0.05, hal ini menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 (Dummy) berpengaruh terhadap IHSG. Koefisien regresi sebesar -1507.21 menunjukkan arah negatif, artinya pandemi Covid-19 (Dummy) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI). Maka hipotesis ketiga yang menyatakan pandemic Covid-19 (Dummy) berpengaruh negatif terhadap IHSG yang diajukan oleh penulis dinyatakan diterima.

3. Uji Koefisien Determinasi (R

2

) Tabel 9 : Koefisien Determinasi (R

2

)

R-Square Adjusted-R Square

0.954197 0.953738

Sumber: Data diolah dengan Eviews 10, 2021

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 9 diketahui bahwa yang diperoleh dari koefisiendeterminasi R-Square sebesar 0.9542. Maka pengaruh nilai tukar rupiah, harga emas, dan pandemi Covid-19 (Dummy) terhadap IHSG pada Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 95.37 persen, sedangkan sisanya 4.63 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian.

Pembahasan

1. Pengaruh Variabel Nilai Tukar terhadap IHSG

Nilai tukar rupiah memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.0000, nilainya lebih kecil daripada tingkat signifikansi yaitu sebesar 5% (0.0000 > 0.05). Nilai tukar rupiah memiliki koefisien regresi sebesar -0.144916, yang menunjukkan hubungan negatif, maka dapat dikatakan nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.

Teori menurut tandelilin (2010) kurs rupiah merupakan siyal positif bagi

perekonomian yang mengalami inflasi dan menurunnya kurs rupiah berdampak

terhadap meningkatnya biaya impor bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan

emiten, meningkatnya biaya produksi, dan banyak nya emiten yang memiliki hutang

luar negeri sehingga dengan menurunnya kurs rupiah akan meningkatkan beban

hutang yang harus ditanggung emiten. Dengan banyaknya beban dan biaya yang harus

dikeluarkan oleh emiten membuat profitabilitas dari emiten akan menurun atau

terdepresiasinya kurs rupiah memiliki pengaruh yang negatif terhadap ekonomi

nasional yang akhirnya menurunkan kinerja saham di pasar modal.

(12)

Menurunnya kurs rupiah akan menyebabkan investor memindahkan investasinya dari pasar modal ke pasar uang. Hal ini akan membuat perdagangan saham akan sangat berfluktuatif dengan tajam. Bagi suatu negara kondisi perekonomian yang baik diantaranya diwakili oleh nilai tukar valuta yang stabil dan perdagangan saham yang bergairah. Melemahnya kurs rupiah akan berakibat beralihnya dana ke pasar valuta asing yang dapat bersumber dari pasar modal maupun pasar uang (Hardiyanti, 2019).

Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yusnita Jayanti, Darminto, dan Sudjana, (2014) yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah secara parsial mempunyai pengaruh negatif dan signifikan IHSG periode Januari 2010 s/d Desember 2013. Dan penelitian oleh Halwa Annisa Khoiri dan Emylia Arghawati, (2020), yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.

2. Pengaruh Variabel Harga Emas terhadap IHSG

Harga emas memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.0000, yang mana lebih kecil daripada tingkat signifikansi yaitu sebesar 5% (0.0000 > 0.05). Harga emas memiliki koefisien regresi sebesar 1.077536, yang mana menunjukkan hubungan positif, maka dapat dikatakan harga emas berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG.

Harga emas yang selalu mengalami kenaikan sehingga emas diminati oleh investor sebagai bentuk diversifikasi portofolio. Harga emas dapat menjadi signal investor untuk berinvestasi pada pasar modal. Walaupun berpengaruh positif dan signifikan, emas akan tetap dapat digunakan sebagai diversifikasi karena emas cenderung aman dan bebas risiko (Ginanjar Firdaus, 2015). Meningkatnya harga emas maka investor akan memiliki kesempatan untuk membentuk portofolio yang baik, karena emas merupakan salah satu investasi yang memiliki risiko kecil dan mudah diperjualbelikan. Sesuai dengan teori Portofolio bahwa untuk meminimumkan risiko, perlu dilakukan diversivikasi dalam melakukan investasi, yaitu membentuk portofolio atau menginvestasikan dana tidak dalam satu asset saja melainkan kebeberapa asset dengan proporsi asset bebas resikonya dalam bentuk emas untuk melindungi nilai portofolio yang dimilkinya tanpa harus khawatir untuk berinvestasi pada saham di bursa.

Untuk itu apabila harga emas mengalami kenaikan, maka investor akan berinvestasi pada saham sektor pertambangan yaitu emas, hal ini akan menyebabkan perusahaan sektor pertambangan memperoleh keuntungan lebih dari penjualan emas tersebut dan membuat peningkatan harga saham. Sektor pertambangan merupakan sektor pengerak dipasar modal Indonesia. Sentiment positif tersebut akan berdampak ke IHSG. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pudji Astuti dan Dwi Chandra Permana (2020) bahwa harga emas berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG. Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian oleh Halwa Annisa Khoiri dan Emylia Arghawati (2020), yang menyatakan bahwa harga emas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG.

3. Pengaruh Variabel Pandemi Covid-19 (Dummy) terhadap IHSG

Pandemi Covid-19 sebagai variabel dummy dalam penelitian ini memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.0000, yang mana lebih kecil dari pada tingkat signifikansi yaitu sebesar 5% (0.0000 >0.05). Pandemi Covid-19 (Dummy) memiliki koefisien regresi sebesar -1507.209, yang mana menunjukkan hubungan negatif, maka dapat dikatakan bahwa pandemi Covid-19 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).

Pandemi Covid-19 memiliki dampak terhadap IHSG, saat terjadinya pandemi

Covid-19 IHSG mengalami penurunan. Pandemi Covid-19 membawa kepanikan pada

kalangan pemerintah, masyarakat, maupun investor. Gejala kepanikan ini

menyebabkan terjadinya penurunan daya beli, penurunan permintaan, penurunan

produksi, penurunan pendapatan dan peningkatan beban biaya produksi. Kondisi ini

membuat investor global lebih tertarik untuk menyimpan kekayaannya dalam bentuk

(13)

aset yang aman dan menghindari aset berisiko seperti saham, sehingga dapat berdampak kepada turunnya IHSG.

Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novia Nour Halisa dan Selvi Annisa (2020) bahwa secara parsial jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mempengaruhi pergerakan IHSG periode 2 Maret 2020 sampai 6 November 2020. Dan penelitian oleh Haryanto (2020) juga menyatakan bahwa kasus pandemi Covid-19 berpengaruh terhadap fluktuasi IHSG.

E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap IHSG, saat nilai tukar rupiah mengalami depresiasi maka akan berdampak terhadap IHSG yang mengalami penurunan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Harga emas berpengaruh terhadap IHSG, saat harga emas mengalami kenaikan maka IHSG akan mengalami kenaikan juga. Kenaikan harga emas akan membuat investor memversifikasikan portofolio investasinya pada emas, hal ini menyebabkan saham pada perusahaan sektor pertambangan yaitu emas memperoleh keuntungan lebih dari penjualan emas tersebut dan membuat peningkatan harga saham. Sektor pertambangan merupakan sektor pengerak pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sentiment positif tersebut akan berdampak ke IHSG.

3. Pandemi Covid-19 (Dummy) berpengaruh terhadap IHSG. Saat pandemi Covid-19 (Dummy) meningkat maka akan berdampak terhadap IHSG yang mengalami penurunan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Saran

Beberapa saran dari penulis untuk para peneliti yang tertarik melakukan penelitian yang berkiatan dengan penelitian ini:

1. Bagi investor, sebaiknya selalu memperhatikan variabel yang dapat mempengaruhi IHSG sebelum mengambil keputusan berinvestasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Terutama Fluktuasi pada variabel nilai tukar rupiah yang dapat mempengaruhi IHSG dan kenaikan harga emas juga dapat mempengaruhi IHSG.

2. Bagi penelitian dengan topik sejenis, bagi peneliti selanjutnya lebih baik menambahkan variabel faktor internal maupun faktor eksternal yang diduga memiliki pengaruh terhadap IHSG, dan menambah periode pengamatan agar mendapat hasil penelitian yang lebih baik dan dapat mendapatkan fenomena yang dapat mempengaruhi variabel IHSG. Dan peneliti selanjutnya akan lebih menarik apabila memperluas indeks Negara lain yang tidak terdapat pada penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robert. (1997). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Mediasoft Indonesia Anggriana, R. S. (2020). Analisis Pengaruh Bi Rate, Kurs , Inflasi, Harga Emas dan

Harga Minyak terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Periode 2016-2019.

Jurnal Ilmu Manajemen, Vol.8, No.3.

Astuty, P. Dan Permana, D. C. (2020). Determinan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) (Nilai Tukar, Harga Emas, Harga Minyak). Jurnal Ekonomi, Vol.22, No.3, Oktober (2020).

Basit, A. (2020). Pengaruh Harga Emas dan Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) Periode 2016-2019. Jurnal Manajemen Bisnis Islam,

Vol.1, No.2 (2020).

(14)

Dewi, T. K, dan Prabawa, S.A. (2015) Pengaruh Indikator Krisis Keuangan Global Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia Periode 1 Januari 2011 – 30 Juni 2012. Ekombis Review, Vol.3, No.1 (2015).

Dwiati, A. R. Dan Ambarwati, Y. B. (2016). Pengaruh Harga Emas Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia Dengan Nilai Kurs Sebagai Variabel Moderating. pp. 1-9.

Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Haryanto. (2020). Dampak Covid-19 terhadap Pergerakan Nilai Tukar dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). The Indonesian Journal of Development Planning, Vol. IV, No.2 – Juni 2020.

Istamar, Sarfiah, S. N, dan Rusmijati. (2019). Analisis Pengaruh Minyak Dunia, Harga Emas , dan Nilai Kurs Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 1998-2018. Directory Journal of Economic, Vol.1, No.4 (2019).

Khoiri, H. A. Dan Arghawaty, E. (2020). Menganalisis Nilai IHSG Beserta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Di Era Pandemik Covid-19. Jurnal Riset Akuntansi &

Keuangan Dewantara, Vol.3, No.2, Juli (2020), hlm 110-121.

Munawarah, H, dan Handayani, S. R. (2019). Pengaruh Bi Rate, Kurs Rupiah, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013- 2018). Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.1, No.1, Juli (2019)

Paranitha, E. S., Setyawan, D. J. Dan Program, M. (2017). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Pergerakn Indeks Harga Saham Gabungan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. 14(2), p.10, doi:10.14710/jsmo.v14i2.21376.

Pradhyta, I. C, Iskandar, D, Tarumingkeng, R C. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Bisnis, Vol.13, No.1, Januari (2018).

Putri, Ni Made A.A., Suzan, L, Mahardika, D.P.K. (2016). Pengaruh Harga Emas Dunia dan Nilai Tukar Rupiah Dollar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Studi Kasus Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2016). E-proceeding of Management, Vol.3, No.2, 1612-1619.

Silvia, H. Pengaruh Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia dan Nilai Tukar Dollar Amerika Atau Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013. E-Jounal Graduate Unpar, Universitas Katolik Parahyangan, Vol.1, No.1, 2014.

Sudirman. (2018). Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Tengah US Dollar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Al-Buhuts, Vol.1 No.1, juni (2018). Hlm 1-17.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet.

Smith, G. The Price of Gold and Stock Price Indices For The United States, 2001.

Available: www.spdrgoldshares.com.

Gambar

Gambar 1 : Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Periode 1 Juli 2019 s/d  15 Oktober 2020
Gambar 5 : Uji Normalitas
Tabel 3 : Uji Heterokedastisitas

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam tulisan ini disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi saham gabungan dengan tiga variabel (Inflasi, Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah) sebagai variabel

Judul Skripsi : Pengaruh Indeks Dow Jones, Indeks Hang Seng, Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Suku Bunga Deposito terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa

2) Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB nilai tukar rupiah tidak ada berpengaruh secara parsial dan tidak signifikan yang dinyatakan pada koefisien sebesar -0,058 dan

yang diberikan variabel inflasi, nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga dan produk domestik bruto terhadap indeks harga saham gabungan cukup kecil karena koefisiennya

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), inflasi, suku bunga, nilai tukar rupiah, produk domestik bruto dan jumlah

Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku Bunga Sbi (Bi Rate) Dan Harga Emas Dunia Terhadap Indeks Lq45 Di Bursa Efek Indonesia.. Pemodelan Volatilitas Return

Berdasarkan penelitian yang didapat dari variabel dependen yaitu indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan variabel dependen yaitu tingkat inflasi, nilai tukar rupiah dan suku

iii PERSETUJUAN PROMOTOR Tesis Yang Berjudul: Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Harga Minyak Dunia dan Harga Emas Terhadap Harag Saham Syariah pada Masa Covid-19 dengan Inflasi Sebagai