PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA EMAS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA
(BEI) SAAT PANDEMI COVID-19
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Rafika Rahim 175020401111021
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2021
Pengaruh Nilai Tukar Rupiah dan Harga Emas Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat Pandemi
Covid-19 Rafika Rahim
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: [email protected]
ABSTRAK
Pasar modal memberikan peran yang sangat penting bagi perekonomian suatu Negara dan di Indonesia lembaga yang bergerak di bidang pasar modal adalah Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan indikator yang sangat penting diperhatikan investor yaitu IHSG karena pergerakan IHSG mencerminkan bagaimana pergerakan pasar apakah mengalami peningkatan atau penurunan. IHSG dapat diperngaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal yang meliputi kondisi ekonomi global salah satunya pandemi Covid-19. Dan variabel makro yang meliputi nilai tukar dan harga emas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar dan harga emas terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat pandemi Covid-19. Data penelitian ini merupakan data sekunder yang meliputi data harian dengan periode pengamatan dari 1 Juli 2019 sampai 27 Oktober 2020. Data nilai tukar rupiah yang diperoleh dari www.bi.go.id, data harga emas dan IHSG dari www.investing.com dan pandemi Covid- 19 sebagai variabel dummy yang memiliki nilai 0 sebelum pandemi Covid-19 dan 1 saat pandemi Covid-19. Metode analisis mengunakan Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel nilai tukar rupiah dan pandemi Covid-19 berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG, sedangkan variabel harga emas berpengaruh positif dan signifikan terhadap IHSG.
Kata kunci: Pasar Modal, IHSG, Nilai Tukar Rupiah, Harga Emas, Pandemi Covid-19.
A. PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang mengalami perkembangan sangat pesat pada saat sekarang ini. Pasar modal memberikan peran yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara, dengan adanya pasar modal investor sebagai pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dananya pada berbagai sekuritas dengan harapan memperoleh imbalan (return).
Di Indonesia, lembaga yang bergerak di bidang pasar modal adalah Bursa Efek
Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia mempunyai satu indikator indeks yang sering
diperhatikan investor ketika berinvestasi di Bursa Efek Indonesia adalah Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG). IHSG dapat menjadi leading indicator economic pada suatu
negara. Pergerakan pasar yang mengalami peningkatan atau mengalami penurunan dapat
dilihat dari nilai-nilai saham yang tercatat dan tercermin melalui pergerakan IHSG. IHSG
yaitu suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja kerja saham yang tercatat di
suatu Bursa Efek, untuk melihat apakah pasar dalam keadaan cenderung dengan keadaan
naik atau cenderung dengan keadaan turun.
Gambar 1 : Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Periode 1 Juli 2019 s/d 15 Oktober 2020
Sumber: Investing.com, 2020
Gambar diatas menunjukkan bahwa IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal bulan Juli 2019 masih stabil. Pada bulan Maret 2020 tepatnya saat Indonesia dilanda oleh Pandemi Covid-19 membuat IHSG menurun ke level 3,937.63 pada 24 Maret 2020.
Pergerakan IHSG ini selain terjadi karena pandemi Covid-19 yang mengalami peningkatan, tetapi juga karena adanya potensi Bank Indonesia yang memangkas suku bunga dikuartal terakhir tahun 2020, dan juga berita perkembangan vaksin Covid-19 yang bias menjadi faktor Penggerak IHSG.
Perubahan dan pergerakan IHSG dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal terdiri atas current ratio, return on investment, dan lain-lain. Menurut Blanchard (2006) faktor eksternal yang mempengaruhi Indeks saham antara lain yaitu kondisi makro ekonomi, kestabilan politik, dan kondisi ekonomi global. Kondisi ekonomi makro tidak mempengaruhi secara seketika melainkan secara perlahan dalam jangka waktu panjang. Harga saham akan terpengaruh seketika oleh perubahan factor makro ekonomi terjadi, investor akan memperhitungkan dampaknya baik positif maupun negative terhadap kinerja perusahaan, dan kemudian investor akan mengambil keputusan untuk membeli, menjual atau menahan saham yang bersangkutan.
Kondisi ekonomi global yang mempengaruhi IHSG salah satunya adalah Pandemi Covid-19. Menurut WHO (2020) Coronaviruses merupakan virus yang menginfeksi system pernapasan yang disebut dengan Covid-19. Berdasarkan kementrian kesehatan perkembangan kasus Covid-19 di Wuhan berawal pada tanggal 30 Desember 2019.
Masuknya virus Covid-19 ke Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020. Peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia yang sangat cepat memberikan kekhawatiran dan kepanikan bagi pemerintah, masyarakat, maupun investor. Sehingga pemerintah melakukan upaya pencegahan dengan menutup beberapa sekolah, work from home bagi pekerja sector formal, menutup tempat wisata dan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Pergerakan jumlah kasus yang meningkat dari bulan Maret sampai November 2020.
Kasus Covid-19 pada tanggal 2 April mencapai 1.790 kasus, meningkat menjadi 26.437 kasus pada akhir bulan Mei, dan semakin meningkat dengan jumlah kasus 538.883 pada 30 November 2020. Peningkatan kasus Covid-19 memberikan dampak bagi perekonomian nasional terutama pada pasar modal.
Variable makro yang juga mempengaruhi pergerakan harga saham seperti nilai tukar dan harga emas. Pada saat kondisi variable makro ekonomi berada dalam situasi yang baik dan stabil, kondisi ini akan mampu menarik minat investor untuk menanamkan dananya di pasar modal. Sehingga akan terjadinya transaksi pada perdangangan saham ,ketika yang berinvestasi pada saham banyak maka hal tersebut akan membuat kondisi pasar modal dalam keadaan baik, yang tercermin melalui IHSG.
Nilai tukar merupakan variabel makro ekonomi yang mempengaruhi harga saham.
Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang Negara lain. Jadi, nilai tukar
rupiah/US$ merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang dolar AS. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas dipasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi (Adiningsih,dkk, 1998).
Pergerakan nilai tukar rupiah yang mengalami depresiasi sebesar 2,75% sampai 4.47%. sebelum naiknya Dollar. Nilai tukar rupiah berada pada kisaran 13.500- 14,340/US$ pada bulan Januari sampai Februari. Pada bulan Maret 2020 merupakan nilai kurs yang tertinggi. Nilai rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat mencapai 16.486 per USD. Nilai tukar meningkat maka investor cenderung akan menjual sahamnya atau menyimpan uangnya terlebih dahulu, akibatnya harga saham cenderung akan turun.
Demikian sebaliknya bila nilai tukar turun maka investor cenderung membeli saham ,sehingga harga saham cenderung akan meningkat.
Emas merupakan salah satu komoditi penting yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham. karena emas merupakan salah satu alternatif investasi cenderung aman dan bebas resiko (Sunariyah, 2006:35). Harga emas dengan keadaan harga saham di pasar modal cenderung berlawanan. Jika keadaan pasar modal mengalami kenaikan berturut- turut, maka harga emas justru mengalami penurunan dan begitu sebaliknya.
Kenaikan harga emas dari bulan Maret dipicu oleh ketidakpastian global yang membuat prospek ekonomi suram. Kenaikan harga emas membuat investor akan lebih tertarik untuk berinvestasi pada emas dari pada saham-saham yang ada. Karena investasi emas dipercaya sebagai salah satu komoditi yang menguntungkan disebabkan selain harga yang cenderung mengalami kenaikan, emas juga merupakan bentuk investasi yang liquid, karena dapat diterima di wilayah atau di Negara manapun. Ketika perekonomian tidak baik dan dapat menimbulkan risiko pada investasi saham, maka investor akan mengalihkan dananya ke dalam aset riil seperti emas.
Penelitian ini didasari oleh penelitian terdahulu oleh Hardiyanti (2019) yang berjudul
“Pengaruh Harga Emas dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan yang Terdapat di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2017” yang menyatakan bahwa secara simultan variable harga emas dan nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap IHSG, kemudian secara parsial harga emas tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG, sedangkan secara parsial niali tukar rupiah tidak berpengaruh signifikan terhadap IHSG periode 2006-2017.
Kemudian dari penelitian Haryanto (2020) yang berjudul “Dampak Covid-19 terhadap pergerakan nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG”, menyatakan bahwa peningktan 1% kasus positif covid-19 akan menyebabakan tredepresiasinya Rupiah terhadap Dollar AS sebesar 0.02%, serta peningkatan 1% dalam kasus posited Covid-19 menyebabkan koreksi ke IHSG sebesar 0.03% .
Selanjutnya penelitian Halwa Annisa Khoiri dan Emylia Arghawati (2020) yang berjudul “Menganalisis Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Beserta Faktor- Faktor yang Mempengaruhi di Era Pandemi Covid-19”, menyatakan Nilai tukar rupiah dan harga emas terhadap USD berpengaruh signifikan terhadap naik turunnya nilai IHSG, dimana hubungan antara nilai tukar rupiah dan harga emas terhadap USD dengan IHSG negatif.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah dan harga emas terhadap IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat pandemi Covid-19.
B. TINJAUAN PUSTAKA Pasar Modal Indonesia
Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang mengalami
perkembangan sangat pesat pasa saat sekarang ini. Pasar modal merupakan yang mana
tempat bertemunya pihak yang membutuhkan dana dalam jangka panjang dengan pihak yang membutuhkan sarana untuk investasi pada produk keuangan (IDX.channel).
Menurut Sunariyah (2011) Pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, yang mana di dalamnya termasuk bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu Negara. Ini ini tercermin dari dua fungsi pasar modal, yang pertama fungsi ekonomi sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Yang kedua fungsi keuangan, pasar modal menawarkan kemungkinan dan kesempatan untuk memperoleh keuntungan bagi para pemilik modal sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih oleh masing-masing investor.
Saham
Saham diartikan sebagai sejumlah uang dari pemilik sebagai tanda bukti kepemilikan yang di diberikan kepada pihak-pihak yang mengelola setoran modal, dan mempunyai hak atas saham yang dimilikinya (Zaki Baridwan, 1992:393). Saham merupakan bukti penyertaan modal dari Investor terhadap perusahaan yang melakukan penjualan saham atau emisi saham, tujuan utama perusahaan menjual saham adalah memperoleh dana yang relatif lebih murah.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
IHSG adalah suatu informasi historis mengenai pergerakan IHSG, sampai tanggal tertentu dan mencerminkan suatu nilai yang berfungsi untuk mengukur kinerja suatu saham gabungan di bursa efek (Sunariyah, 2003:147). Indeks Harga Saham Gabungan akan menunjukkan pergerakan harga saham yang terdapat di bursa efek dan IHSG yang paling banyak digunakan sebagai acuan untuk melihat perkembangan kegiatan setiap harinya di pasar modal dan melibatkan harga saham yang tercatat di bursa (Anoraga Pandji dan Piji Pakarti, 2008:101).
IHSG untuk mengukur kinerja saham dan fungsinya sebagai bencmark kinerja portofolio, indikator trend pasar, indikator tingkat keuntuangan dan sebagai fasilitas perkembangan produk derivatif (Radoni dan Ali 2010:183). Perhitungan IHSG di lakukan setiap hari setelah penutupan perdagangan. Hal ini dapat di lakukan setelah sistem perdagangan otomatis di implementasikan dengan baik (Paulus Situmorang, 2008:137).
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebarkan data pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik untuk memberikan informasi yang lebih lengkap bag investor tentang perkembangan bursa.
Nilai Tukar
Menurut Sukirno (2003) Nilai tukar adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah nilai mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing. menurut Salvatore (1996) nilai tukar itu didefinisikan sebagai harga mata uang luar negeri dalam satuan mata uang dalam negeri. Perubahan nilai mata tukar terjadi karena adanya perubahan permintaan dan penawaran atas suatu nilai mata uang asing pada masing-masing pasar pertukaran valuta dari waktu ke waktu. Perubahan permintaan (demand) dan penawaran (Supply) pada nilai tukar rupiah, akan menyebakan terapresiasi atau depresiasi nilai tukar rupiah. Jika permintaan (demand) akan rupiah lebih banyak dari pada supplynya maka kurs rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya.
Menurut Tandelilin (2010:344) Kurs Rupiah merupakan sinyal positif bagi
perekonomian yang mengalami inflasi dan menurunnya kurs rupiah berdampak terhadap
meningkatnya biaya impor bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan emiten,
meningkatnya biaya produksi, dan banyak emiten yang memiliki hutang luar negeri
sehingga dengan menurunnya kurs rupiah akan meningkatkan beban hutang yang harus
ditanggung emiten. Dengan banyaknya beban dan biaya yang dikeluarkan oleh emiten
membuat profitabilias dari emiten akan menurun atau terdepresiasi kurs rupiah memiliki
pengaruh negative terhadap ekonomi nasional yang akhirnya menurunkan kinerja di pasar
modal.
Harga Emas
Harga emas yang menjadi patokan diseluruh dunia sejak tahun 1968 adalah harga emas yang di dasarkan standar pasar emas London. Yang lebih dikenal sebagai London Gold Fixing. Menurut Sunariyah (2006) emas adalah salah satu bentuk investasi yang bebas risiko. Emas memiliki nilai yang stabil dan bahkan naik dari watu ke waktu. Jarang sekali ditemui harga emas menurun. Emas merupakan alat yang dapat dipakai untuk menangkal inflasi yang terjadi setiap tahunnya.
Emas dikenal luas sebagai pilihan investasi yang paling aman terlebih saat kondisi perekonomian sedang mengalami krisis, ketidakpastian atau sulit diprediksi (Dipraja Sholeh, 2011). Emas termasuk aset Safe haven yang banyak dicari investor untuk menghindari kerugian ketika terjadinya krisis keuangan. Itu sebabnya harga emas mengalami kenaikan saat ekonomi dunia diliputi ketidakpastian. Ketika banyak investor yang mengalihkan investasinya kedalam bentuk emas, maka otomatis harga emas akan meningkat, karena permintaan emas yang cenderung tinggi dapat berakibat pada menurunnya indeks harga saham di pasar modal sehingga emas juga memiliki pengaruh terhadap pergerakan harga saham.
Pandemi Covid-19
Coronavirus Diasease (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona.Pandemi Covid-19 pertama kali muncul dari Kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Wabah dari Covid-19 menyebabkan gangguan pernapasan pada manusia yang mengakibatkan Kota Wuhan lockdown demi memperhambat laju penyebaran virus.
Pandemi Covid-19 membawa kepanikan pada kalangan pemerintah, masyarakat, maupun investor. Gejala kepanikan ini menyebabkan terjadinya penurunan daya beli, penurunan permintaan, penurunan produksi, penurunan pendapatan dan peningkatan beban biaya produksi. Kondisi ini membuat investor global lebih tertarik untuk menyimpan kekayaannya dalam bentuk aset yang aman dan menghindari aset berisiko seperti saham, sehingga dapat berdampak kepada turunnya indeks harga saham gabungan (IHSG) (Haryanto, 2020).
Teori Portofolio Choice
Teori portofolio lahir dari seseorang yang bernama Harry Markowitz (1952) yang mengemukakan teori portofolio yang dieknal dengan model Markowits, yaitu memperoleh imbal hasil (return) pada tingkat yang dikehendaki dengan risiko yang paling minimum. Untuk meminimumkan risiko, perlu dilakukan diversifikasi dalam berinvestasi, yaitu membentuk portofolio atau menginvestasikan dana tidak di satu aset saja melainkan ke beberapa aset dengan proporsi dana tertentu.
Semua investasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Investor tidak tahu dengan pasti hasil yang akan diperoleh dari investasi yang dilakukannya. Karena investor menghadapi kesempatan investasinya yang berisiko, pilihan investasi tidak dapat hanya mengandalkan pada tingkat keuntungan yang diharapkan. Apabila investor mengharapkan untuk memperoleh tingakat keuntungan yang tinggi, maka ia harus bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Salah satu karakteristik investasi pada sekuritas adalah kemudahan untuk portfolio investasi. Artinya investor dapat melakukan diversifikasi investasinya.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Periode pengamatan dari 1 Juli 2019 sampai 27 Oktober 2020. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dalam bentuk time series harian
periode 1 Juli 2019 sampai 27 Oktober 2020. Data yang dikumpulkan meliputi data
harian nilai tukar rupiah terhadap Dollar As yang diperoleh dari www.bi.go.id, data
harian harga emas yang diperoleh dari www.investing.com, data harian IHSG yang
diperoleh dari www.investing.com, dan pandemi Covid-19 (Dummy) yang bernilai 0 dan
1, nilai 0 data sebelum pandemi Covid-19 dari tanggal 1 Juli 2019 sampai 29 Februari, untuk nilai 1 data saat pandemi Covid-19 dari tanggal 2 Maret sampai 27 Oktober 2020.
Metode Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode analisis Regresi Linier Berganda untuk menguji pengaruh nilai tukar rupiah, harga emas, pandemic Covid-19 terhadap IHSG. Berikut persamaan regrsi linier berganda dirumuskan sebagai berikut:
Y
t= α + β
1X
1t+ β
2X
2t+ β
3Dummy
t+ e
tKeterangan:
Y
t= Indeks Harga Saham Gabungan di waktu sekarang α = Konstanta
β1,β2 dan β3 = koefisien Regresi
X1
t= Nilai Tukar Rupiah di waktu sekarang X2
t= Harga Emas di waktu sekarang
Dummy
t= Pandemi Covid-19 (Sebelum Pandemi Covid-19 = 0 dan Saat Pandemi Covid- 19 = 1).
e = Eror Term
Salah satu syarat untuk melakukan uji analisis regresi linear berganda yaitu perlu dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel independen dan variable dependen dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak.
2. Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi hubungan linier antara variable independen dalam suatu model regresi linier berganda.
3. Uji Heterokedastisitas untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.
4. Uji autokorelasi betujuan untuk mengetahui apakah ada atau tidak ada terjadinya korelasi antara satu variabel error dengan error yang lain.
Selanjutnya, uji hipotesis yang betujuan untuk menguji kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi sebesar 5% yang terbagi sebagai berikut:
1. Uji Statistik F (Simultan) untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan kedalam model memiliki pengatuh secaa simultan terhadap variabel dependen.
2. Uji Statistik t (Parsial) untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerapkan variabel independen.
3. Uji Koefisien Determinasi (R
2) untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R
2.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti dari website resmi yang mempublikasikan data nilai tukar rupiah, harga emas dan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Data nilai tukar rupiah dari Bank Indonesia (BI), data harga emas dari investing.com, pandemi Covid-19 pada penelitian ini merupakan variabel dummy yang mana diberikan nilai 0 untuk data operasional yang terjadi sebelum pandemi Covid-19 dan diberikan nilai 1 untuk data operasional yang terjadi saat pandemi Covid-19, dan data indeks harga saham gabungan (IHSG) dari investing.com. Pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan data time series sebanyak 303 hari pengamatan dari tanggal 1 Juli 2019 sampai 27 Oktober 2020.
Statistik Deskriptif
Tabel 1 : Statistik Deskriptif
IHSG Nilai Tukar Harga Emas
Pandemi Covid-19 (Dummy)
Mean 5585.868 14443.27 1673.683 0.491749
Median 5945.000 14234.00 1597.000 0.000000
Maximum 6456.000 16741.00 2069.000 1.000000
Minimum 4330.000 13612.00 1423.000 0.000000
Std. Dev. 681.4827 585.0804 175.2450 0.500759
Observations 303 303 303 303
Sumber: Data diolah dengan Eviews 10, 2021
Berdasarkan tabel diatas, analisis statistik setiap variabel adalah sebagai berikut:
a. Variabel dependen indeks harga saham gabungan (IHSG)
Indeks harga saham gabungan (IHSG) tertinggi di Bursa Efek Indonesia sebesar 6456 terjadi pada tanggal 19 juli tahun 2019 dan indeks harga saham gabungan (IHSG) terendah sebesar 4330 terjadi pada 18 maret 2020. Nilai mean dan median indeks harga saham gabungan masing-masing sebesar 5585.87 dan 5945. Adapun standar deviasi pada variabel indeks harga saham gabungan sebesar 681.48.
b. Variabel independen nilai tukar rupiah
Nilai tukar rupiah tertinggi di Bursa Efek Indonesia sebesar 16.741 terjadi pada tanggal 2 April 2020 dan nilai tukar terendah sebesar 13.612 terjadi pada tanggal 27 Januari 2020. Nilai mean dan median nilai tukar rupiah masing- masing sebesar 14.443 dan 14.234. adapun standar deviasi pada variabel nilai tukar rupiah sebesar 585.08.
c. Variabel independen harga emas
Harga emas tertinggi di Bursa Efek Indonesia sebesar 2.069 terjadi pada tanggal 6 Agustus 2020 dan harga emas terendah sebesar 1.423 terjadi pada tanggal 1 Juli 2019. Nilai mean dan median harga emas masing-masing sebesar 1673.68 dan 1597. Adapun standar deviasi pada variabel harga emas sebesar 175.24
d. Variabel independen pandemi Covid-19 (Dummy)
Pandemi Covid-19 (dummy) pada penelitian dilakukan dengan menggunakan variabel dummy, dimana diberikan nilai 0 untuk data operasional yang terjadi sebelum Covid-19 dan diberikan nilai 1 untuk data operasional yang terjadi saat Covid-19. Nilai rata-rata dan median pandemi Covid-19 (Dummy) sebesar 0.49 dan 0. Adapun standar deviasi pada variabel pandemi Covid-19 (Dummy) sebesar 0.50.
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Gambar 5 : Uji Normalitas
0 4 8 12 16 20 24 28 32
-400 -300 -200 -100 0 100 200 300
Series: Residuals Sample 1 303 Observations 303
Mean 1.60e-12 Median -5.125121 Maximum 334.7193 Minimum -471.8954 Std. Dev. 145.8480 Skewness -0.226726 Kurtosis 3.382213
Jarque-Bera 4.440283 Probability 0.108594