• Tidak ada hasil yang ditemukan

MERINTIS DAN MENGELOLA TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MERINTIS DAN MENGELOLA TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah

PEDOMAN PELAKSANAAN

Merintis dan Mengelola

Taman Bacaan Masyarakat

(TBM)

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

DIREKTUR PENDIDIKAN MASYARAKAT

DAN PENDIDIKAN KHUSUS

T

aman Bacaan Masyarakat (TBM) merupakan salah satu layanan pendidikan Nonformal (PNF) dalam rangka pengembangan budaya baca dan peningkatan kecakapan literasi masyarakat. Secara umum, TBM berbentuk layanan literasi di Satuan PNF dan berdiri sendiri atau di bawah yayasan/komunitas masyarakat Non SPNF.

Keberadaan TBM yang dahulu didominasi dengan aktivitas program pemberantasan buta huruf, kini berkembang ke berbagai aktivitas literasi lainnya. Pada dasarnya, TBM kini bukan sekadar tempat layanan membaca dan peminjaman buku, berbagai aktivitas literasi sesuai kebutuhan masyarakat setempat dan respon atas kondisi kekinian menjadi poin-poin penting acuan program yang diselenggarakan.

Bertambahnya jumlah dan menguatnya keberadaan TBM sebagai ruang gerakan literasi, memantik berbagai kelompok atau individu masyarakat untuk mendirikan TBM. Oleh sebab itu, Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK), yang sejak awal turut andil membidani lahirnya TBM sebagai program pengembangan budaya baca, merasa perlu untuk menerbitkan buku Pedoman Perintisan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat. Dengan terbitnya buku ini, semoga bisa menjawab pertanyaan mendasar yang beredar di tengah-tengah masyarakat terkait bagaimana cara mendirikan, mendapatkan legalitas, mengelola dan menguatkan gerakan TBM, hingga melakukan pemberdayaan masyarakat melalui TBM.

Jakarta, 30 April 2021 Direktur,

Dr. Samto

(6)

Kata Pengantar ... V Daftar Isi ... VI BAB I Pendahuluan ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Dasar Hukum ... 2 C. Ruang Lingkup ... 2

BAB II Konsep dan Arah Pengembangan TBM ... 4

A. Sejarah dan Konsep TBM ... 4

1. Sejarah TBM ... 4

2. Pengertian dan Fungsi TBM ... 4

3. Jenis dan Karakteristik TBM ... 5

B. Arah Pengembangan TBM ... 6

1. Sumber Referensi, Sumber Belajar dan Tempat Pelatihan ... 6

2. Tempat Penelitian dan Studi Banding ... 6

3. Tempat Pemagangan Penggiat Literasi ... 6

4. Inisiator Pengembangan Kampung Literasi ... 7

BAB III Perintisan dan Pengelolaan TBM ... 9

A. Perintisan TBM ... 9

1. Langkah Awal Merintis TBM ... 9

a. Menentukan cita-cita/tujuan TBM ... 9

b. Menentukan Sasaran ... 10

c. Mengidentifikasi Kebutuhan Sasaran ... 10

DAFTAR ISI

(7)

d. Mengidentifikasi dan Menyiapkan Modal yang Dimiliki ... 10

e. Menentukan Bentuk Layanan ... 13

f. Membuat Program Kegiatan ... 14

g. Menyiapkan Administrasi TBM ... 14

h. Membuat Tata Tertib ... 15

i. Mempromosikan TBM ... 15 2. Pengurusan Ijin TBM ... 15 B. Pengelolaan TBM ... 16 1. Pengurus/Pengelola TBM ... 16 2. Fasilitas TBM ... 17 3. Program Kegiatan TBM ... 18 4. Pengelolaan Keuangan ... 18

5. Pengelolaan Sumber Daya Manusia ... 19

6. Membangun Kemitraan TBM ... 19

(8)
(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) merupakan suatu lembaga atau komunitas yang memberikan layanan pengembangan keberaksaraan pada masyarakat. TBM didirikan dan diselenggarakan dengan tujuan untuk menumbuhkembangkan budaya membaca dan kecakapan literasi lainnya, yang bermuara pada upaya menciptakan masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Sampai saat ini sudah ribuan TBM lahir dan bergerak menyelenggarakan layanan literasi pada masyarakat. Pada perkembangannya ribuan TBM tersebut terus berikhtiar membangun kecakapan literasi masyarakat sebagai modal dalam mengarungi abad-21.

Keberadaan TBM yang dahulu didominasi dengan aktivitas program pemberantasan buta huruf, kini berkembang ke berbagai aktivitas literasi lainnya. Pada dasarnya, TBM kini bukan sekadar tempat layanan membaca dan peminjaman buku, berbagai aktivitas literasi sesuai kebutuhan masyarakat setempat dan respon atas kondisi kekinian menjadi poin-poin penting acuan program yang diselenggarakan. Sekadar menyebut beberapa program, selain program utama yakni layanan membaca dan peminjaman buku, beberapa kegiatan tersebut adalah: diskusi buku, membaca nyaring, mendongeng, pelatihan menulis, penerbitan buku, pelatihan keterampilan, pelatihan jurnalistik, pelatihan komputer, pembuatan video dokumenter, pelatihan internet sehat, pelatihan kewirausahaan, pelatihan tanggap bencana, aneka lomba literasi, diskusi kepemudaan, diskusi tentang lingkungan, kegiatan sosial, perayaan hari-hari penting literasi, peringatan hari besar nasional, dan aneka macam kegiatan lainnya.

Pada perkembangannya setiap TBM biasanya memiliki kekhasan tersendiri yang bersandar pada konteks sosial, budaya, dan kebutuhan masyarakat setempat. Lebih lanjut, ragam aktivitas tersebut salah satu titik acuan aktivitasnya dikembangkan dari enam kemampuan literasi dasar yang terdiri dari: literasi baca tulis, numerasi, digital, sains, finansial, serta budaya dan kewargaan. Berkembangnya gerakan TBM membuat istilah TBM itu sendiri semakin akrab di tengah-tengah masyarakat. Kini TBM mewakili entitas ruang gerakan literasi yang diinisiasi oleh masyarakat dengan nama yang sangat beragam, seperti Taman Baca, Pojok Baca, Ruang Baca, Ruang Belajar, Taman Pintar, Rumah Pintar, Rumah Kreatif, hingga Komunitas Literasi. Semakin menguatnya keberadaan TBM sebagai ruang gerakan literasi, kemudian menjadi perhatian khusus Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK), yang sejak awal turut andil membidani lahirnya TBM sebagai program. Langkah kongkrit selanjutnya yang diambil oleh PMPK dilakukan dengan terus mendukung dan mengapresiasi

(10)

kegiatan-kegiatan TBM melalui pemberian bantuan: (1) Rintisan TBM, (2) Penguatan TBM, (3) Sarana TBM berbasis IT, dan melakukan kolaborasi dalam melaksanakan sejumlah kegiatan peningkatan budaya baca dan kecakapan literasi lainnya.

Dengan semakin berkembangnya kegiatan layanan literasi oleh TBM dan sinergi serta kolaborasi TBM dengan Direktorat PMPK Kemendikbud, maka penyusunan Buku Perintisan dan Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) ini menjadi penting. Hal ini sebagai respon atas semakin menguatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya keberadaan TBM di lingkungannya, yang memantik keinginan mendirikan TBM. Dengan terbitnya buku ini, pertanyaan mendasar terkait bagaimana cara mendirikan, mendapatkan legalitas, mengelola, menguatkan gerakan TBM, hingga melakukan pemberdayaan masyarakat melalui TBM, semoga bias terjawab.

Buku ini akan memuat setidaknya empat hal penting yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam mendirikan dan mengelola TBM yang meliputi (1) mendirikan dan menginisiasi TBM, (2) proses dan langkah dalam mendapatkan legalitas TBM, (3) cara mengelola TBM yang baik, dan (4) usaha-usaha yang dilakukan menguatkan TBM dan pemberdayaan masyarakat melalui TBM.

B. Tujuan

Tujuan yang dicapai dengan keberadaan buku ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan wawasan dan pengetahuan dalam perintisan dan pengelolaan TBM.

2. Memberikan motivasi dalam mengelola dan mengembangkan kegiatan dan layanan literasi pada masyarakat.

3. Memberikan panduan praktis dalam menginisiasi, melegalisasi, mengelola, dan mengembangkan TBM.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam buku ini akan membahas hal-hal sebagai berikut.

1. Perintisan TBM

Perintisan TBM memuat terkait apa saja dan usaha-usaha seperti apa yang harus dilakukan oleh individu atau kelompok dalam mendirikan TBM untuk memberikan layanan literasi pada masyarakat.

2. Pengurusan Izin TBM

Pengurusan izin TBM terkait dengan usaha dan langkah yang harus dilakukan dalam mendapatkan izin berdirinya TBM. Usaha ini harus dilakukan karena dengan memiliki izin, maka TBM bisa berperan lebih maksimal dalam berkegiatan dan memiliki peluang untuk berkembang lebih luas. Ruang lingkup yang akan dibahas dalam pengurusan izin TBM ini meliputi: kriteria TBM berizin, syarat pengurusan izin TBM, dan langkah-langkah dalam pengurusan izin TBM.

3. Pengelolaan TBM

Mengelola TBM berarti melakukan serangkaian kegiatan dalam usaha untuk mengatur dan mengelola TBM dengan baik dalam memberikan pelayanan literasi pada masyarakat. Melalui pengelolaan inilah, TBM bisa menyelenggarakan berbagai kegiatan dan pelayanan

(11)

literasi yang memberikan dampak pada kemajuan TBM dan masyarakat. Ruang lingkup pembahasan pengelolaan TBM ini adalah berbagai aktivitas dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai berbagai kegiatan, sumber daya manusia, hingga menjalin kemitraan.

4. Penguatan dan Pemberdayaan Masyarakat

Penguatan TBM dan Pemberdayaan Masyarakat melalui TBM merupakan tindak lanjut bagi TBM yang sudah aktif memberikan layanan. Penguatan dalam hal ini menyangkut beberapa aspek seperti rekrutmen relawan, melakukan jejaring kemitraan dan membuat inovasi program. Sementara itu, pemberdayaan masyarakat bisa menyasar pada upaya melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatan yang digagas oleh TBM. Adapun tahapan penguatan dan pemberdayaan setidaknya terdiri dari mengidentifikasi keunggulan dan kekhasan TBM, melakukan rekruitmen relawan TBM, melakukan inovasi dalam kegiatan dan pelayanan TBM, menciptakan produk unggulan TBM, sosialisasi dan Publikasi Berbasis IT, hingga ke pemberdayaan masyarakat berbasis TBM.

Melalui keempat ruang lingkup inilah, maka buku ini akan memberikan panduan praktis yang bisa langsung dipraktekkan dalam perintisan dan pengelolaan TBM. Dengan praktik merintis dan mengelola TBM yang dibahas dalam buku ini, maka TBM akan tumbuh dan kegiatan pelayan literasi akan berkualitas sehingga kemajuan literasi dan kecakapan hidup bisa diwujudkan dengan keberadaan TBM.

(12)

BAB II

KONSEP DAN ARAH PENGEMBANGAN TBM

A. Sejarah dan Konsep TBM

1. Sejarah TBM

TBM lahir dan tumbuh mengiringi perjalanan bangsa ini sejak masa pra-kolonial yaitu dimulai dari persewaan buku oleh imigran Cina dan berlanjut ke masa kolonial. Kemudian, muncul gerai buku berjalan yang diinisiasi oleh Balai Pustaka pada tahun 1940. Gerakan ini terus berjalan hingga 1945-1966, Jawatan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan, lahir. Pada masa ini, lahir pula Taman Pustaka Rakyat (TPR) A, B, dan C. Jumlah TPR yang mencapai ribuan, menjadi ujung tombak bagi pemerintah dalam Gerakan Pemberantasan Buta Huruf yang sedang digencarkan oleh pemerintah saat itu. Gerakan Literasi terus tumbuh, pada 1992-2004, TPR berubah menjadi TBM dan kembali menjadi ujung tombak pemerintah melalui TBM yang terintegrasi dengan Lembaga SPNF seperti PKBM dan SKB. Pada masa ini, selain terus melakukan pemberantasan buta aksara, TBM berperan juga dalam memberikan layanan bagi para aksarawan baru. Seiring waktu, muncul TBM mandiri di tengah-tengah masyarakat dengan fokus layanan pada upaya menguatkan budaya baca masyarakat, serta peningkatan kecakapan literasi, terutama penguatan kecakapan enam literasi dasar (literasi baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya dan kewargaan).

2. Pengertian dan Fungsi TBM

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) merupakan salah satu layanan pendidikan Nonformal (PNF) dalam rangka pengembangan budaya baca dan kecakapan literasi masyarakat. TBM baik yang berbentuk layanan di satuan PNF maupun yang berdiri sendiri sebagai lembaga (Non Satuan Pendidikan) selama ini sudah banyak berperan membantu pemerintah dalam mengembangkan layanan pendidikan keaksaraan, serta mengembangkan budaya baca dan literasi masyarakat.

Pada praktik penyelenggaraannya, setidaknya ada tiga fungsi yang melekat pada TBM yang meliputi; (1) sumber belajar, (2) sumber informasi, dan (3) sarana rekreasi-edukasi. Sebagai Sumber Belajar, TBM dengan bahan bacaan yang disediakan dapat memberikan layanan kepada masyarakat untuk melakukan aktivitas membaca dan belajar dalam rangka mendukung terciptanya masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Bahan bacaan yang tersedia akan menjadi rujukan belajar, demikian juga dengan aktivitas literasi seperti pelatihan menulis, bedah buku, serta ragam pelatihan keterampilan lainnya yang

(13)

diselenggarakan oleh TBM bisa menjadi sumber belajar masyarakat. Sebagai sumber informasi, TBM juga menyediakan koran, tabloid, dan referensi, seperti brosur, leaflet yang semuanya ini dapat memberikan informasi. Disamping itu dengan peralatan IT yang dimiliki TBM dapat juga menyediakan internet yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk mengakses informasi melalui dunia maya. Tidak hanya itu, ragam diskusi yang digelar merupakan sumber informasi yang juga bisa diakses oleh masyarakat. Sebagai tempat rekreasi-edukasi, TBM menyediakan tempat yang ditata secara menarik dan nyaman, serta menyediakan bahan bacaan seperti jenis

fiksi, yang memungkinkan memberikan hiburan yang mendidik dan menyenangkan. Lebih jauh dari itu, TBM juga menghadirkan ragam aktivitas literasi seperti mewarnai, menggambar, mendongeng, bedah film, pelatihan baca puisi, pelatihan musik, pentas seni, wisata literasi, dan aktivitas lainnya yang bisa menjadi wahana rekreasi dan edukasi masyarakat.

Sebagai program (bukan satuan pendidikan), sejauh ini TBM melakukan layanan literasi secara sukarela atau bersifat gerakan. Berbeda dengan sekolah, PKBM, SKB dan lembaga satuan pendidikan lainnya, TBM tidak memiliki dana operasional khusus yang disediakan oleh pemerintah. Oleh sebab itu, sejauh ini hidup dan matinya TBM sangat tertumpu pada kreativitas pengelola dan relawannya.

3. Jenis dan Karakteristik TBM

Tumbuh kembangnya TBM di Indonesia sebagai ruang gerakan membaca dan kecakapan literasi lainnya merupakan hasil dari prakarsa pemerintah dan kepedulian masyarakat dalam rangka meningkatkan budaya baca dan kecakapan literasi masyarakat. Jika pada awalnya TBM adalah program Kemendikbud melalui Direktorat PMPK sebagai salah satu program di PKBM dan SKB (SPNF), pada perkembangannya bermunculan TBM mandiri. Keberadaan TBM mandiri dalam hal ini bisa dilihat sebagai penanda bahwa budaya gotong royong termasuk dalam membangun kecakapan literasi sangat kental pada tubuh bangsa ini. Secara umum jenis TBM dan karakteristiknya bisa dikelompokan seperti di bawah ini:

Jenis TBM Jenis TBM

Karakteristik TBM Satuan Pendidikan Nonformal TBM Mandiri/Non SPNF Penamaan Secara umum menggunakan nama

Taman Bacaan Masyarakat Memiliki nama yang lebih bervariasi seperti Taman Bacaan Masyarakat, Rumah Baca, Rumah Literasi, Ruang Belajar, Komunitas Literasi, dll

Keorganisasian Struktur dibentuk oleh SPNF sebagai

lembaga induknya Struktur kepengurusan bisa dibentuk secara mandiri Legalitas Secara umum legalitas terintegrasi

dengan SPNF sebagai lembaga induk Proses legalitas dilakukan secara mandiri oleh pengurus TBM Pengelola Harus mendapat persetujuan/izin dari

SPNF sebagai lembaga induk Merekrut secara mandiri dan bersifat kerelawan Aktivitas Secara umum aktivitas dan layanan

literasi masih berupa penunjang program SPNF sebagai lembaga induk

Aktivitas dan layanan literasi lebih bervariasi dan program kerja langsung dirumuskan oleh pengurus

(14)

B. Arah Pengembangan TBM

Sebagai sebuah ruang gerakan literasi, TBM seyogyanya terus tumbuh dan menguat dalam rangka mengembangkan dirinya sebagai bentuk inovasi layanan. Dalam hal ini, setidaknya ada beberapa poin arah pengembangan TBM seperti di bawah ini:

1. Sumber Referensi, Sumber Belajar dan Tempat Pelatihan

Sebagai sumber referensi, TBM dengan bahan bacaan dan pusataka lainnya yang tersedia dapat memberikan layanan kepada masyarakat untuk melakukan aktivitas membaca dan mecari sumber rujukan untuk berbagai kebutuhan. Lebih lanjut, hal itu akan bermuara pada fungsi TBM sebagai sumber belajar. Selain memanfaatkan bahan bacaan dan koleksi pustaka, masyarakat juga menjadikan TBM sebagai sumber belajar dengan memanfaatkan berbagai aktivitas literasi yang ada di dalamnya. Setiap TBM biasanya memiliki aktivitas literasi yang menyesuaikan dengan kondisi sosial, budaya dan kebutuhan masyarakat setempat. Beberapa aktivitas literasi yang umum dilakukan di TBM, misal bedah buku, reading group, membacakan buku cerita untuk anak, diskusi kepemudaan, pentas seni, dan lain-lain. Dari sekian aktivitas literasi yang bisa diselenggarakan oleh TBM, salah satunya adalah kegiatan pelatihan. Hal ini kemudian menjadikan TBM menjadi tempat pelatihan. Sebagai contoh, beberapa pelatihan yang biasa digelar oleh TBM: pelatihan menulis, membaca buku secara nyaring, mendongeng, membaca dan menulis puisi, fotografer, pembuatan video, pembuatan blog, jurnalistik, pelatihan musik, pelatihan memasak, pelatihan pengolahan sampah, pelatihan jualan online, serta berbagai aneka macam pelatihan keterampilan.

2. Tempat Penelitian dan Studi Banding

Seiring tumbuh kembangnya gerakan literasi masyarakat, banyak pihak yang kemudian melakukan penelitian literasi. Salah satu sasaran yang biasanya dijadikan tempat penelitian adalah Taman Bacaan Masayarakat. Penelitian dalam hal ini, meliputi banyak penelitian termasuk penelitian akademis untuk kebutuhan pemenuhan tugas kuliah seperti makalah, skripsi, tesis bahkan disertasi. TBM yang sering dijadikan tempat penelitian, pada perkembangannya kerap dijadikan tempat studi banding sebagai rujukan. Selain dikunjungi sesama pengelola TBM, bagi TBM yang sudah menunjukkan prestasi yang mumpuni biasanya kerap diundang untuk mengisi diskusi terkait praktik baik gerakan literasi masyarakat.

3. Tempat Pemagangan Penggiat Literasi

Magang penggiat literasi pada awalnya diinisiasi secara resmi oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus sebagai salah satu program peningkatan budaya baca yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pegiat TBM dalam kiprahnya sebagai pegiat literasi. Dalam hal ini, Dit. PMPK menunjuk TBM yang memiliki pengalaman minimal empat tahun, memiliki rekam jejak dengan prestasi yang mumpuni dan memiliki jaringan kemitraan yang kuat, sebagai penyelenggara Magang Penggiat Literasi. Kegiatan ini dilakukan dengan harapan akan mampu meningkatkan kapasitas pegiat dalam beberapa faktor, diantaranya: 1) Kemampuan manajerial dalam menciptakan sistem dan kaderisasi TBM; 2) Kemampuan membangun kemitraan serta kerjasama antara penggiat literasi dengan seluruh unsur masyarakat, aparatur di tingkat desa, kecamatan, kabupaten, serta para pihak lainnya; 3) Sikap dan semangat kerelawanan dalam gerakan literasi di masyarakat, serta kesadaran untuk berbagi kepada sesama penggiat dan masyarakat; 4) Kemampuan dan keterampilan mengaplikasikan gagasan dan praktik baik literasi; serta

(15)

5) Kemampuan komunikasi yang efektif baik dalam bentuk lisan ataupun tulisan. Selain program resmi Dit. PMPK, TBM yang sudah memiliki reputasi bagus dan dikenal secara luas biasanya juga akan dikunjungi bahkan dijadikan tempat magang oleh relawan dari berbagai TBM lainnya.

4. Inisiator Pengembangan Kampung Literasi

Berbagai terobosan program untuk meningkatkan budaya baca dan kecakapan literasi lainnya, mencoba dilakukan oleh Dit. PMPK, salah satunya adalah program Kampung Literasi. Program ini dibuat dengan maksud meningktakan layanan literasi masyarakat yang terkonsentrasi di suatu wilayah atau kawasan. Dalam hal ini, kampung bukan hanya merujuk pada satu tempat seperti dusun di sebuah pedesaan, melainkan diarahkan pada suartu areal pelaksanaan kegiatan yang digerakkan oleh Taman Bacaan Masyarakat/ Komunitas Literasi dengan para penggiat literasi di dalamnya. Jadi Kampung Literasi sejatinya adalah gerakan literasi di suatu kawasan yang bisa saja dalam lingkup kampung atau dusun, desa, kelurahan, kecamatan bahkan kabupaten atau kota. Penyelenggara Kampung Literasi harus memiliki jejaring yang kuat baik dengan sesama penggiat, TBM/komunitas literasi lainnya, pemerintah daerah setempat (Bupati/Walikota, Dinas Pendidikan dan dinas terkait lainnya, Camat, Kepala Desa/Lurah dan RT/RW), tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para pihak lainnya. Dengan lahirnya Kampung Literasi diharapkan tercipta layanan literasi pada jalur pendidikan nonformal. Layanan yang dimaksud berupa layanan peminjaman buku dan bahan pusataka lainnya, pojok baca atau sejenisnya yang dilengkapi dengan teknologi informasi, serta mengembangkan minimal 3 (tiga) dari 6 (enam) literasi dasar yang ada yaitu literasi baca-tulis, literasi numerik, literasi sains, literasi digital, literasi fi nansial, literasi budaya dan kewargaan. Pada perkembangannya, progam Kampung Literasi diharapkan bisa diadaptasi oleh TBM/Komunitas Literasi yang sudah memilki pengalaman dan kekuatan yang mumpuni tanpa ditunjuk oleh Dit. PMPK atau bisa disebut sebagai Kampung Literasi Mandiri.

(16)
(17)

BAB III

PERINTISAN DAN PENGELOLAAN TBM

A. Perintisan TBM

1. Langkah Awal Merintis TBM

Secara umum modal merintis Taman Bacaan Masyarakat (TBM) cukup hanya menyediakan waktu untuk melakukan kampanye dan layanan membaca secara konsisten, menyediakan bahan pustaka dan tempat dalam memberikan layanan. Pada perkembangannya, pengelola TBM biasanya akan berjejaring dengan Pengurus Forum TBM baik dengan pengurus daerah untuk tingkat kabupaten/kota, pengurus wilayah untuk tingkat provinsi atau dengan pengurus pusat Forum TBM di tingkat nasional. Melalui jejaring tersebut, para pengelola TBM akan berkoordinasi dan berdiskusi dalam rangka saling menguatkan gerakan. Lebih lanjut, para pegiat TBM akan saling bertukar informasi seputar bahan bacaan, inovasi layanan, sampai pada tataran advokasi gerakan.

Dari ribuan TBM yang kini ada, tidak sedikit TBM yang mulai merintis dengan pola seperti yang sudah dijelaskan di atas. Dengan konsistensi para pengelolanya, TBM tersebut terus tumbuh menguat dan mendapat pengakuan dari masyarakat sekitar. Meski demikian, untuk membantu para pihak mendapatkan pemahaman lebih sempurna, pada bagian ini akan didedahkan secara detil terkait langkah-langkah awal merintis TBM yang meliputi beberapa poin di bawah ini:

a. Menentukan Cita-cita/tujuan TBM

Secara umum setiap TBM memiliki tujuan untuk meningkatkan budaya baca dan kecakapan literasi masyarakat. Namun, sangat memungkinkan ada tujuan-tujuan khusus yang disesuaikan dengan latar belakang berdirinya TBM, karakteristik serta potensi daerah setempat. Dalam hal ini, perumusan tujuan akan lebih baik ditetap sejak awal mendirikan TBM. Hal itu, akan memberi arah dan panduan bagi pengelola termasuk relawan di dalamnya dalam merencanakan dan menyelenggarakan program layanan. Tujuan bisa dijabarkan dalam tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

b. Menentukan Sasaran

Sasaran TBM dalam hal ini yaitu yaitu sasaran masyarakat yang akan mendapat layanan TBM. Sasaran TBM ditentukan bersama oleh pengelola dan relawan. Sasaran TBM bisa berdasarkan jenjang usia (anak-anak, remaja, orang muda, orang tua lansia),

(18)

umum, TBM biasanya melakukan layanan untuk semua jenjang usia dan kelompok masyarakat, namun ada juga yang memberikan layanan khusus untuk jenjang usia dan kelompok tertentu. Hal ini tentu disesuikan dengan tujuan dan sasaran TBM yang disepakati oleh pengelola dan relawan.

c. Mengidentifikasi Kebutuhan Sasaran

Identifikasi kebutuhan sasaran untuk memperoleh data mengenai permasalahan dan hal-hal yang diinginkan oleh sasaran serta mempermudah dalam menentukan skala prioritas dalam perencanaan program. Penentuan kebutuhan bisa dengan survey kecil, melalui tanya jawab, kuesioner atau sekedar berbincang-bincang dengan masyarakat. Nilailah keadaan sosial, budaya, ekonomi dari masyarakat dimana TBM berada. Kemudian kembangkanlah koleksi bahan bacaan dan lakukan pemutakhiran bahan bacaan sesuai dengan sasaran TBM. Jika sasaran TBM adalah masyarakat umum, maka bahan pusataka dan kegiatan di dalamnya harus menyasar setiap jenjang usia dan kelompok masyarakat yang ada di sekitar. Namun berbeda jika TBM yang kita dirikan hanya menyasar jenjang tertentu. Misal, jika TBM hanya untuk anak-anak, maka bahan pustaka dan aktivitas di dalamnya disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak. Hal yang sama, jika TBM hanya diperuntukkan untuk kelompok nelayan, maka bahan pusataka dan aktivitas literasi di dalamnya harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan nelayan.

d. Mengidentifikasi dan Menyipakan Modal yang Dimiliki

Sebagai gambaran, modal yang harus disiapkan dalam merintis TBM meliputi beberapa hal di bawah ini:

1) Menyiapkan dan mengidentifikasi sumber daya pengelola TBM

Merintis TBM bisa dilakukan oleh individu atau kelompok masyarakat. Pada praktiknya, pendiri/perintis TBM bisa juga merangkap sebagai pengelola dan atau memberdayakan masyarakat sekitar seperti kelompok karangtaruna, pelajar, mahasiswa, masyarakat umum, atau anggota TBM itu sendiri. Pengelola merupakan sumber utama yang harus dimiliki oleh TBM. Agar layanan literasi berjalan dengan lancar, pendiri TBM harus mampu mengidentifikasi dan memetakan sumber daya pengelola. Hasil identifikasi sumber daya pengelola akan menjadi modal dalam memetakan program yang akan diusung. Contohnya, pendiris TBM harus mampu mengidentifikasi jumlah pengelola dan waktu yang mereka miliki untuk memberikan layanan literasi. Hasil dari identifikasi tersebut kemudian akan menjadi modal dalam menentukan waktu layanan. Selain itu, hasil identifikasi terkait kemampuan pengelola dalam bidang literasi tertentu, bisa dijadikan acuan dalam membuat program. Misal, jika ada pengelola yang mahir bermain drama, maka sangat memungkinkan adanya kelas drama sebagai salah satu program TBM. Sedangkan jika ada pengelola yang memiliki kemampuan dalam jualan online, maka sangat memungkinkan untuk membuka kelas literasi finansial dengan materi jualan online.

Lebih lanjut, pengelola harus mampu terjun ke tengah-tengah masyarakat serta berkomunikasi dengan berbagai pihak dalam rangka mewujudkan tujuan TBM. Pengelola harus mampu membuat perencanaan dalam merancang kegiatan, melaksanakan dan mengadakan evaluasi setiap kegiatan yang diselenggarakan. Selain itu, pengelola juga harus piawai membangun dan mengembangkan jaringan.

(19)

Tak ada kriteria khusus terkait kualifikasi pendidikan untuk pengelol TBM. Yang paling dibutuhkan oleh pengelola yaitu komitmen. Melalui komitmen yang kuat ilmu manajemen termasuk pola menghidupkan TBM akan dimiliki seiring waktu dan intensitas menggeluti dunia TBM.

2) Mengidentifkasi dan menyiapkan bahan pustaka

Koleksi bahan pustaka di Taman Bacaan Masyarakat harus memiliki kesesuaian dengan kebutuhan masyarakatnya atau sasaran TBM. Oleh sebab itu, selepas menentukan sasaran TBM, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi dan menyiapkan bahan pustaka yang sesuai dengan sasaran yang sudah disepakati. Koleksi pustaka bisa berbentuk tercetak, non cetak, dan digital. Koleksi tercetak seperti buku dan majalah. Koleksi non cetak antara lain rekaman suara, rekaman video, koleksi yang bisa dilihat langsung seperti peta timbul, globe dll. Koleksi digital adalah dokumen yang berformat digital yang menggunakan komputer dan internet untuk mengaksesnya. koleksi digital ini disimpan dalam harddisk komputer, harddisk eksternal, CD, DVD atau fash disk. Bahan pustaka yang dimiliki adalah salah satu modal utama dalam menyelenggarakan dan menentukan sasaran TBM.

Secara umum, bahan pustaka yang ada di TBM biasanya dimulai dengan bahan pustaka koleksi pribadi dan atau keluarga. Oleh sebab itu maka tidak sedikit TBM yang dimulai dari perpustakaan pribadi dan atau keluarga. Dalam hal ini, pendiri/ pengelola TBM harus mengidentifikasi terlebih dahulu, bahan pustaka mana saja yang akan dijadikan bahan pustaka di TBM dengan acuan bahwa bahan pustaka tersebut sesuai dengan kebutuhan sasaran TBM. Selain koleksi pustaka pribadi dan atau keluarga, untuk mencukupi kebutuhan bahan pustaka di TBM bisa juga diperoleh dari beberapa sumber seperti di bawah ini:

a) Bahan pustaka titipan/kerjasama

Koleksi titipan/kerjasama bisa berasal dari individu atau komunitas yang menitipkan koleksi pustaka di TBM. Selain itu bahan pustaka titipan/ kerjasama bisa juga melalui kerjasama dengan perpustakaan daerah, atau perpustakaan jenis lainnya. Bahan pustaka titipan/kerjasama bisanya bisa dipinjam oleh TBM untuk layanan kebutuhan anggotanya dalam jangka waktu tertentu dan harus dikembalikan sesuai kesepakatan bersama dengan pihak yang menitipkan atau memberikan pinjaman.

b) Hibah/bantuan dari lembaga pemerintah/swasta/komunitas.

Bagi TBM yang sudah beroperasi ada kemungkinan untuk mendapatkan bantuan bahan pustaka baik dari pemerintah dan atau swasta. Proses pengajuan bantuan kepada pihak pemerintah/csr biasanya harus ditempuh sesuai prosedur yang ditetapkan oleh lembaga donor. Lembaga donor biasanya mewajibkan TBM untuk membuat proposal yang dilengkapi profil dan legalitas. Selain itu, ada juga bantuan bahan pustaka yang bisa diperoleh dari komunitas yang sengaja mengumpulkan buku dari pihak donor untuk disalurkan ke TBM. Informasi seputar hibah buku bisa didapatkan dari jejaring media sosial Forum TBM, laman resmi pendonor, dan pihak lainnya. Salah satu kunci bisa berjejaring dengan pendonor yaitu memiliki akun media

(20)

c) Membeli bahan pustaka baru

Membeli bahan pustaka baru adalah hal biasa dilakukan oleh para pengelola TBM. Adapun dana yang digunakan, bisa dari uang pengelola atau dari sumber lainnya yang halal.

d) Open Donasi

Open donasi untuk bahan pustaka merupakan salah satu cara yang biasa ditempuh oleh para pengelola TBM. Dalam hal ini, biasanya para pengelola TBM membuat poster atau video ihwal pengumuman open donasi, mencantumkan nama dan profil singkat TBM serta alamat dan narahubung pengelola. Jika menggunakan cara ini, pengelola harus mencantumkan jenis dan kriterai bahan pusataka apa saja yang diterima.

TIPS menambah bahan pustaka di TBM

• Mendaftarkan TBM di laman Donasi Buku Kemdikbud. Jika sudah terdaftar otomatis masuk dalam database TBM yang akan mendapatkan bantuan buku ketika ada program hibah buku.

• Menjadi anggota grup Forum Taman Bacaan atau komunitas literasi. Salah satu menu informasi yang disebar di grup tersebut biasanya terkait bantuan buku.

• Membuat sendiri dari hasil dokumentasi praktek-praktek kegiatan TBM atau dokumentasi kegiatan lainnya

• Membuat dan menyebarluaskan informasi galang bantuan buku untuk TBM dengan mencantumkan profil dan narahubung TBM.

3) Menyiapkan tempat atau ruang layanan

Secara umum kondisi setiap Taman Bacaan Masyarakat sangat berbeda-beda. Salah satu alasannya karena TBM bukan satuan pendidikan yang memiliki standar tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Perbedaaan itu terlihat dari banyak hal, diantaranya tempat atau ruang layanan TBM. Tempat atau ruang layanan TBM bisa menggunakan ruangan khusus yang dipersiapakan oleh pendiri/pengelola sebelum membuka layanan. Namun bisa juga memanfaatkan sebagain ruangan rumah pengelola atau menggunakan ruang-ruang publik seperti pos ronda, gedung pos yandu, gedung milik pemerintah dusun/desa/kelurahan.

Bagi TBM yang baru merintis, tidak sedikit yang memulainya dengan menggelar lapak baca di tempat-tempat umum. Hal paling utama yang harus diperhatikan dalam menentukan tempat atau ruang layanan TBM yaitu tempat mudah diakses oleh pengguna, bersih, dan aman untuk koleksi serta pengguna. Jika menggunakan ruang publik pengelola harus menguatamakan ijin penggunaan tempat. Selain memanfaatkan ruang fisik, kini sudah mulai banyak TBM yang memanfaatkan ruang maya sebagai tempat layanan. Laman resmi TBM yang menampung berbagai informasi, diskusi dan pelatihan melalui zoom atau saluran digital lainnya adalah contoh dari layanan melalui ruang maya.

(21)

program apa saja yang akan diselenggarakan oleh pengelola. Misal jika ruang layanan sangat luas, maka sangat memungkinkan pengelola membuat kegiatan yang melibatkan peserta dengan jumlah yang banyak. Sedangkan jika ruang layanan berukuran kecil, maka kegiatan dengan melibatkan peserta dengan jumlah yang banyak digelar dengan meminjam tempat yang lebih representative. Lebih lanjut, kemampuan dalam membuat dan mengelola layanan melalui ruang maya, merupakan salah satu modal yang wajib diperhitungkan dalam merintis TBM.

e. Menentukan Bentuk Layanan

Layanan literasi di TBM bisa dilakukan melalui beberapa cara, seperti:

1) Layanan membaca Layanan membaca adalah layan yang umum dan paling sederhana dilakukan oleh semua TBM. Sebelum layanan dimulai, hal yang harus diperhatikan adalah jadwal layanan dan petugas yang setia memberikan layanan kepada para pengunjung. Dengan adanya jadwal layanan, akan memudahkan calon pengunjung menentukan waktu untuk datang membaca. Selain itu, keberadaan petugas layanan juga memiliki peran penting untuk mensukseskan progam layanan. Keramahan dan kemampuan petugas dalam melakukan pendekatan kepada pengunjung memungkinkan pengunjung akan datang kembali dan tidak menutup kemungkinan membawa pengunjung baru yang akan membaca di TBM. 2) Layanan sirkulasi ( peminjaman) Sebagain besar TBM memberlakukan layanan

peminjaman bahan pusataka untuk dibawa pulang ke rumah atau ke luar ruangan TBM, namun ada juga TBM yang hanya mengkhusukan layanan membaca di tempat. Bagi TBM yang mau membuat layanan peminjaman, maka perlu memerhatikan beberapa hal di bawah ini:

a) Sistem keanggotaan.

Pengunjung yang berhak meminjam bahan pustaka biasanya adalah pengunjung yang terdaftr sebagai anggota. Dalam hal ini, pengelola harus membuat kartu anggota dengan meminta identitas yang dibutuhkan oleh pengelola. Kartu anggota tersebut pada perkembangannya akan digunkanan setiap kunjungan dan peminjaman bahan pustaka.

b) Aturan Peminjaman

Aturan peminjaman adalah hal yang sangat penting sebelum pengelola TBM meminjamkan bahan pustaka yang dimilikinya. Beberapa hal terkait aturan peminjaman misal, (1) Menentukan jadwal peminjaman. Peminjaman bisa dibuat jadwal pelayanan secara rutin atau saat-saat tertentu saja; (2) Menentukan bahan pustaka mana saja yang boleh dan tidak boleh dipinjam. Hal ini berlaku jika peminjaman hanya diperbolehkan untuk sebagian bahan pustaka; (3) Jumlah buku dan batas waktu peminjaman. Misal, setiap anggota maksimal meminjam dua eks buku dalam sekali pinjam dengan rentang waktu satu minggu. Jika anggota terlambat mengembalikan maka pengelola menerapkan sangsi yang sudah diumumkan sebelumnya. Contoh sangsi, menyetorkan hasil resensi buku/film, menyetorkan puisi karya sendiri, membantu merapikan bahan bacaan di rak, membersihkan TBM, atau membayar denda.

(22)

3) Layanan pustaka keliling/gelaran buku/kejar pembaca

Sebagai upaya mendekatkan buku pada masyarakat, TBM bisa membuat program layanan membaca dan atau peminjaman koleksi dari rumah ke rumah, kampung ke kampung atau membuka layanan/lapak baca di tempat umum dengan jadwal tertentu. Selain itu, praktik layanan pustaka kelilingn/ kejar pembaca bisa memanfaatkan beragam moda transportasi seperti menggunakan sepeda, gerobak, motor, kuda, becak, mobil dll. Hal itu sudah lajim dilakukan oleh para pegiat TBM.

4) Layanan literasi/edukatif

Selain membuat layanan membaca dan atau peminjaman bahan pustaka, pengelola TBM biasanya membuat kegiatan sebagai bentuk layanan literasi/ edukatif di TBM. Beberapa contohnya bimbingan belajar, membuka kelas mendongeng, kelas menggambar, kelas puisi, kelas komputer, kelas musik, diskusi kepemudaan, kelas pelatihan keterampilan, dan lain-lain. Layanan ini bisa dilakuakan secara terjadwal atau tentatif. Informasi terkait layanan bisa diumumkan melalui media sosial dan lamna, serta melalui papan pengumuman di TBM atau media lainnya.

f. Membuat Program Kegiatan

Program kegiatan adalah susunan rencana kegiatan yang dirancang dan telah disepakati bersama untuk dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini bisa dilakukan dalam bentuk program harian, mingguan, bulanan, tahunan. Pembuatan program kegiatan disesuaikan dengan kesiapan, keperluan dan tujuan TBM yang biasanya mengacu pada 6 kemampuan literasi dasar sebagai kecakapan hidup abad 21. Program ini kemudian akan menjadi layanan literasi/edukatif TBM yang bersangkutan.

Langkah-langkah dalam menentukan program kerja kurang lebih seperti di bawah ini: 1) Menentukan nama program;

2) Menentukan tujuan program;

3) Menentukan waktu pelaksanaan kegiatan; 4) Menentukan sasaran peserta dan lokasi kegiatan; 5) Menentukan panitia pelaksana kegiatan;

6) Menentukan kebutuhan biaya ataupun perlengkapan kegiatan lainnya.

g. Menyiapkan Administrasi TBM

Beberapa adminsitaris yang biasa dimiliki oleh TBM yang baru dirintis meliputi buku inventaris bahan pustaka, buku daftar anggota, buku daftar pengunjung, buku peminjaman dan kartu peminjaman. Khusus untuk adminitrasi peminjaman, setiap anggota yang meminjam maka akan dicatat pada kartu peminjaman yang dipegang oleh anggota, dan buku peminjaman yang akan menjadi pegangan pengelola.

Format administrasi tersebut biasanya dibuat oleh masing-masing pengelola dan disesuaikan dengan data isian yang dibutuhkan. Dalam hal ini, tidak sedikit pengelola TBM yang sengaja mencari sumber rujukan dengan cara mengunjungi atau magang di perpustakaan daerah. Selain itu, kebutuhan terkait ilmu adminitrasi dan manajemen TBM bisa juga diperoleh melalui diksusi atau workshop yang diselenggaran oleh Forum TBM.

(23)

h. Membuat Tata Tertib

Sebagai bentuk agar semua pengunjung dan anggota merasa memiliki dan mau turut serta berpartifiasi menjaga TBM, pengelola biasanya membuat tata tertib sebagai acaun bersama berkegiatan di TBM. Tata tertib tersebut tentunya dibuat bukan untuk membatasi ekspresi anggota TBM, melainkan mengarahkan semua warga TBM terlibat aktif memelihara TBM.

i. Mempromosikan TBM

Promosi adalah kegiatan memperkenalkan profil TBM dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat agar lebih dikenal keberadaan TBM dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas. Beberapa cara mempromosikan TBM yang biasa dilakukan yaitu:

a) Publikasi aktivitas TBM di media sosial seperti Instagram, Facebook, Whatsapp, Twitter, Youtube, laman, dll.

b) Publikasi aktivitas TBM versi tercetak flier/poster/spanduk yang ditempelkan di sekitar TBM atau di tempat umum (harus mendapat ijin).

c) Membuat Festival.

d) Kerjasama dengan media massa.

e) Membuat produk atau souvernir seperti kaos/baju, gelas, payung, pin, stiker, kalender, dll.

Contoh cara promosi yang terintegrasi dengan desain ruangan dan fasilitas TBM

1. Pembuatan rak atau display yang unik dari sisi bentuk, warna, atau ukuran untuk memamerkan buku baru atau buku yang akan menjadi tema kegiatan di TBM. 2. Dekorasi ruang TBM yang dibuat semenarik mungkin. Misal Dekorasi disesuaikan

dengan tema kegiatan atau kultur sosial budaya setempat.

4. Memasang poster atau spanduk yang menarik bertuliskan motivasi membaca. 5. Membuat desain menarik yang menampilkan kegiatan yang akan dilakukan dan

disebar di media sosial yang dimiliki oleh TBM.

6. Membuat pameran ilustrasi atau gambar-gambar tentang karakter atau tokoh buku sesuai tema kegiatan. Cantumkan judul buku, nama pengarang dan nama tokoh atau karakter tersebut, serta logo dan nama TBM.

2. Pengurusan Ijin TBM

Seperti sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwasannya secara umum TBM bisa dikelompokkan menjadi dua jenis: TBM Satuan Pendidikan Non Formal (SPNF) dan TBM Mandiri (Non SPNF). Terkait izin operasional TBM SPNF biasanya akan terintegrasi dengan izin lembaga induknya. Sementara itu, untuk TBM mandiri, pemerolehan izin operasional harus dilakukan mandiri dengan ketentuan yang berbeda-beda sesuai dengan aturan daerah masing-masing. Karena TBM Mandiri berbentuk gerakan dan bukan Satuan Pendidikan Non Formal, sejauh ini belum ada aturan baku yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat terkait prosedur pemerolehan izin. Oleh sebab itu, tidak sedikit TBM

(24)

domisili dari pemerintah setempat (RT/RW/Desa/Kelurahan) serta berkoordinasi dengan Forum TBM Daerah/Wilayah.

Namun demikian, di beberapa daerah ada juga TBM mandiri yang berhasil mendapatkan izin operasioanal. Secara umum izin operasional diperoleh dari Dinas Pendidikan atau Dinas Pelayanan Perizinan Terpadu/sejenisnya. Untuk mendaptakan informasi terkait mengurus perizinan, pengelola TBM bisa berkoordinasi dengan Pengurus Forum TBM Daerah/Wilayah dan juga Penilik Pendidikan Masyarakat/PNFI setempat. Adapun dokumen yang biasnya harus disiapkan sebelum mengurus izin operasional terdiri dari: a. Profil TBM yang sekurang-kurangnya memuat informasi tentang nama dan alamat

TBM, susunan pengurus, sarana prasana, dan program kegiatan; b. Izin domisili dari desa/kelurahan

c. Fotocopi Akte notaris;

d. Rekomendasi dari Penilik Dikmas/PNFI Kecamatan Setempat; e. Surat permohonan izin operasional dari ketua/pengelola; f. Fotocopi KTP Ketua TBM;

g. Fotocopi NPWP TBM;

h. Fotocopi Rekening Bank atas nama TBM.

Salah satu keuntungan memiliki izin operasional, selain dapat meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat dalam melakukan layanan literasi, TBM yang sudah memiliki izin operasional lebih mudah mengakses bantuan dari lembaga donor baik pihak pemerintah ataupun swasta.

B. Pengelolaan TBM

Mengelola TBM merupakan aktivitas sosial yang bertujuan meningkatkan budaya baca dan kecakapan literasi masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan setidaknya beberapa poin di bawah ini:

1. Pengurus/pengelola TBM

Pengurus merupakan pengelola TBM yang akan menentukan maju atau mundurnya TBM tersebut. Layaknya pengurus sebuah organisasi pengelola akan tergabung dalam sebuah struktur kepengurusan. Kepengurusan TBM setidaknya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan petugas layanan. Struktur kepengurusan tersebut tentu bisa dikembangkan sesuai dengan kondisi serta kebutuhan TBM masing-masing, misal dengan cara menambah bidang dan atau divisi. Pada praktiknya, sebagian besar pengurus/pengelola akan terjun langsung menjadi petugas layanan membaca dan peminjaman bahan pustaka serta memimpin jalannya ragama layanan literasi lainnya sesuai sesuai jadwal yang ditentukan. Lebih lanjut, dipimpin oleh ketua, secara berkala dan atau tentative pengurus harus menggelar rapat terkait rencana, pelaksanaan dan evaluasi program serta menyiapkan sarana prasana sebagai alat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Lebih lanjut pengurus juga harus memikirkan tekait pola dan konsep pengembangan, termasuk merekrut relawan yang akan membantu optimalisasi layanan, inovasi layanan, jejaring kemitraan

(25)

serta pencaran dana untuk menutupi kebutuhan operasional gerakan yang sedang dan akan dijalankan. Untuk menciptakan TBM yang kreatif sekaligus berfungsi sebagai pusat pembelajaran masyarakat, seyogyanya ketua dan pengurus lainnya merupakan orang-orang yang memiliki karakter penggerak. Dalam arti lain mampu mengajak masyarakat dari berbagai kelompok untuk terlibat aktif menjadi relawan dan atau menjadi penerima manfaat keberadaan TBM.

2. Fasilitas TBM

Sarana dan prasarana atau fasilitas TBM merupakan seperangkat alat yang digunakan untuk suatu kegiatan sehingga tujuan dari kegiatan dapat tercapai. Sarana dan prasarana atau fasilitas TBM tidak hanya meliputi alat atau barang saja, tapi bisa juga tempat atau ruangan untuk proses kegiatan TBM. Sebagaimana kegiatannya lainnya, kegiatan layanan TBM memerlukan sarana dan prasarana/fasilitas yang baik. Hal ini untuk memberikan kenyamanan dan kelancaran dalam menjalankan layanan literasi di TBM. Pengurus/ pengelola TBM memiliki kewajiban untuk memikirkan bagaimana caranya agar fasilitas tersebut bisa tersedia.

Beberapa poin di bawah ini meruapakan fasilitas yang perlu disiapkan pengelola/pengurus TBM:

a. Fasilitas utama

Fasilitas utama terdiri dari ruangan atau tempat layanan dan berkegiatan serta bahan pustaka beserta media yang penyimpanannya. Meski tidak semua TBM memiliki ruangan khusus, namun ruangan atau tempat layanan tetap diperlukan. Ruangan/ tempat layanan tersebut seyogyanya memberi kenyamanan kepada para pengunjung. Selain unsur edukasi, unsur rekreasi harus menjadi bahan pemikiran pengelola TBM dalam menentukan dan memilih serta mengkreasi ruangan/tempat layanan. Sebagai contoh, untuk menarik perhatian, dinding ruangan didekorasi dengan memasang poster buku, lukisan, pesan-pesan inspiratif, foto kegiatan TBM, serta papan karya sebagai media memajang karya anggota TBM. Bagi TBM yang memiliki layanan pustaka keliling/kejar pembaca maka seyogyanya mengkreasi moda pustaka dengan semenarik mungkin. Terkait bahan pustaka, selain terdiri dari buku, majalah, koran dan bahan cetak lainnya yang tertata di rak, kini pengelola TBM bisa juga menghadirkan bahan pustaka digital yang bisa dibaca di computer/laptop atau gawai yang sengaja disediakan untuk kebutuhan pembaca.

b. Perlengkapan adminitrasi

Perlengkapan adminitrasi terdiri buku pengunjung, buku inventaris bahan pustaka dan fasilitas lainnya di TBM, buku daftar anggota, kartu anggota, buku peminjaman bahan pustaka, kartu peminjaman, buku tamu dan segala jenis adminitrasi lainnya. c. Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang adalah alat atau media yang digunkana untuk layanan literasi yang terdiri dari: system suara, komputer, LCD, jaringan internet, serta media dan alat peraga pembelajaran literasi lainnya.

(26)

Tips: TBM yang belum memiliki ruang/tempat layanan khusus

• Ruang/tempat layanan bisa bekerjasama dengan pemerintah setempat atau pihak lainnya dengan memanfaatkan lapangan, gedung posyandu, pos ronda, atau tempat lainnya.

• Ruangan/tempat layanan didesain semenarik mungkin dan mengandung unsur promosi TBM serta pesan pentingnya literasi

3. Program Kegiatan TBM

Sebagai sebuah ruang gerakan serta organisasi yang bekerja dalam menyelenggarakan layanan literasi, maka TBM wajib memiliki program kegiatan yang dirancang dan disepakati bersama untuk dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Program kegiatan TBM bisa dirancang sebagai kegiatan harian, mingguan, bulanan, tahunan. Pembuatan program kegiatan harus disesuaikan dengan kesiapan, keperluan dan tujuan TBM serta bersandar pada konteks sosial, budaya, hingga kebutuhan masyarakat setempat. Selain itu program kegiatan TBM bisa mengacu pada 6 kemampuan literasi dasar sebagai kecakapan hidup abad 21.

Selain layanan membaca dan peminjaman bahan pustaka ada banyak program kegiatan yang bisa diselenggarakan di TBM, seperti peringatan hari-hari besar literasi melalui aneka lomba dan atau pentas seni, diskusi kepemudaan, kelas mendongeng, kelas menulis dan baca puisi, kelas drama, pelatihan jurnalisme warga, pelatihan menulis, mengirimkan karya anggota ke media masa, bedah buku, reading group baik luring atau pun daring, seminar pentingnya literasi dini, menerbitkan buku karya anggota, nonton film bersama, pelatihan menggambar, menggambar bersama, wisata literasi ke museum dan tempat lain yang bisa dijadikan sumber belajar, pelatihan keterampilan berdasarkan bahan pustaka, pelatihan memotret dan membuat film, pelatihan membuat blog, diskusi online, dll. Sebagai cara mengukur keberhasilan dan merumuskan perbaikan maka panitia pelaksana bersama pengurus/pengelola TBM harus duduk bersama menggelar evaluasi sebagai tindak lanjut program kegiatan yang telah selesai diselenggarakan.

4. Pengelolaan Keuangan

Meski TBM merupakan organisasi nirlaba dan sebagain besar didanai oleh pengurusnya, namun pengelolaan keuangan tetap harus dijalankan. Selain untuk pembelajaran pengurus dalam mengelola keungan, hal ini sebagai upaya menjadikan TBM ruang percontohan di masyarakat yang mampu menyampaikan laporan pertanggungan jawaban dalam bentuk apapun termasuk laporan keuangan. Lebih lanjut, guna menguatkan gerakan, sangat memungkinkan bagi pengurus TBM untuk membuat ruang ekonomi khusus yang tujuannya untuk mencari dana operasional. Hal lain yang tidak kalah pentingnya, jika pengelolaan keuangan sudah berjalan dengan baik, maka ketika TBM mendapat bantuan baik dari pemerintah atau swasta, termasuk dari donor individu atau kelompok lainnya, maka pengelola sudah sangat siap.

Pengelolaan keuangan TBM pada dasarnya memiliki konsep pengelolaan keuangan yang sama dengan organisasi profit. Beberapa langkah pengelolaan keuangan yang bisa dilakukan terdiri atas:

a. Menetapkan rencana penggunaan anggaran, analisa manfaat kegiatan untuk mencapai tujuan komunitas, dan pengendalian terhadap setiap kegiatan.

(27)

b. Rancangan daftar kegiatan untuk setahun kedepan diperlukan agar budgeting bisa lebih mudah dan stabil.

c. Kumpulkan daftar sumber pemasukan dan pendanaan.

d. Menentukan anggaran untuk setiap kegiatan. Sebuah kegiatan harus diberikan budget yang sesuai kebutuhan namun tanpa mengabaikan pendanaan untuk kegiatan lainnya. e. Lakukan pencatatan untuk setiap pemasukan dan pengeluaran. Setiap data keuangan dalam komunitas harus dicatat dan disimpan dengan baik untuk memudahkan proses analisa arus kas. sistem pencatatan dan dokumentasi untuk setiap pengeluaran dan pemasukan, maka setiap perputaran uang akan dapat diawasi dengan mudah.

CONTOH USAHA TBM

1. Membuat kafe baca yang menyediakan bahan bacaan dan aneka minuman dan makanan ringan;

2. Membuat usaha peneribatan; 3. Menerbitkan dan menjual buku; 4. Membuat pelatihan berbayar;

5. Membuat dan menjual cinedramata TBM, seperti kaos dan masker yang bertuliska nama dan logo serta jargon TBM.

5. Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Pengelolaan SDM TBM merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas pengelola dan relawan TBM, baik dalam mengelola organisasi TBM, kapasitas dalam bidang literasi serta keterampilan pribadi yang menunjang keberhasilan pengelolan TBM. Praktik pengelolan SDM bisa dilakukan melalui beragam cara, seperti:

a. Rapat evaluasi kepengurusan untuk memantau kinerja pengurus dan relawan serta memberi rekomendasi bagi perbaikan ke depannya;

b. Mengirimkan perwakilan pengurus/relawan untuk magang di Perpustakaan Daerah untuk meinimba ilmu pengelolaan bahan pustaka;

c. Mengirimkan perwakilan pengurus/relawan untuk magang di TBM yang sudah memiliki jejak prestasi yang baik;

d. Mengirimkan pengurus/relawan untuk mengikuti seleksi kegiatan magang penggiat literasi yang diselenggarakan oleh Direktorat PMPK, Kemendikbud;

e. Mengirimkan pengurus/relawan untuk mengikuti berbagai pelatihan literasi yang diselenggarakan ole pemerintah/swasta/komunitas pihak lainnya;

f. Menyediakan beasiswa untuk pengurus/relawan untuk mengikuti kursus/pelatihan sesuai minat dan potensi masing-masing yang mendukung penguatan pengelolaan TBM, seperti kursus menulis, kursus desain grafis, pelatihan sinematografi, dll.

6. Membangun Kemitraan TBM

(28)

masyarakat. Membangun kemitraan bagi TBM dapat diartikan sebagai mencari dan menemukan pihak-pihak untuk bekerjasama antara dua pihak atau lebih, perorangan atau lembaga dalam mengelola sebuah atau beberapa kegiatan yang diselenggarakan TBM yang berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat). Dalam membangun kemitraan, setidaknya ada beberapa langkahyang harus disiapkan: a. Menilai kesiapan internal; adanya kegitan yang layak diekspos atau dilaksanakan,

perlunya dikerjasamakan karena beberapa alasan misalnya; cakupan kegiatan dan dampak yang luas;

b. Mengidentifikasi mitra potensial, seleksi pihak-pihak yang memiliki kesamaan visi sehingga mitra percaya apabila kerjasama dengan Taman Bacaan Masyarakat akan memperoleh nilai tambah melalui kerjasama yang ditawarkan;

c. Penjajagan dan penemuan bentuk kerjasama, Manfaat apa yang akan diperoleh dalam jangka pendek dan panjang oleh kedua belah pihak;

d. Penyusunan proposal dan pengajuan.

CONTOH KERJASAMA DENGAN MITRA

◆ Kerjasama antar TBM untuk menggelar kegiatan bersama

◆ Kerjasama denganpemerintah untuk menggelar kegiatan bersama, menambah bahan pustaka dan fasilitas laainnya di TBM.

◆ Kerjasama dengan perusahaan untuk menggelar kegiatan bersama, menambah bahan pustaka dan fasilitas laainnya di TBM.

◆ Kerjasama dengan penerbit untuk menerbitkanbuku karya anggota dan atau menambah buku di TBM.

◆ Kerjasama dengan perorangan (seniman/sastrawan/akademisi/pegiat IT/ videomaker/fotografer/dll.,) untuk sedekah ilmu di TBM.

◆ Kerjasama dengan sekolah dan pesantren untuk meningkatkan budaya baca pelajar dan santri dengan cara mengadakan kunjungan rutin dan terjadwal ke TBM.

C. Penguatan dan Pemberdayaan Masyarakat melalui TBM

Bagi TBM yang sudah berjalan setidaknya dua sampai tiga tahun, maka sudah sepatutnya memikirkan pola penguatan dan pemberdayaan masyarakat melalui TBM. Sebenarnya hal ini juga bisa ditempuh seiring sejalan TBM dirintis atau didirikan. Sebelum menentukan apa saja yang akan dilakukan dalam tahap ini, maka pengurus/pengelola TBM terlebih dahulu harus melakukan identifikasi dan analisis kondisi, keunggulan dan kekhasan TBM. Pengurus TBM harus menganalisis keunggulan termasuk kekhasan yang dimiliki, yang membedakan dengan TBM lain.

(29)

TIPS MENGENALI POTENSI TBM

• Kenali potensi TBM dengan memetakan bidang apa yang dikuasai, keahlian apa yang dimiliki. Sesuatu yang jika dilakukan anggota TBM menjadi lebih bersemangat.

• Kenali dan pahami kelebihan dan kekuranganTBM dengan membuat daftar. Bisa meminta orang/pihak lain untuk menilai kelebihan dan kekurangan TBM.

• Mengoptimalkan potensi TBM dengan mencoba hal-hal baru. Optimalisasi ini akan membuka wawasan dan pengetahuan sebanyak mungkin.

• Berbeda itu unik. Memiliki potensi yang berbeda akan memberikan nilai.

Lebih lanjut, pada tahap penguatan dan pemberdayaan masyarakat melalui TBM, pengurus/ pengelola bisa melakukan beberapa hal di bawah ini:

1. Inovasi kegiatan dan layanan TBM

Inovasi kegiatan TBM merupakan langkah yang harus diambil oleh setiap TBM dalam memajukan dan mendorong terciptanya peningkatan budaya baca dan kecakapan literasi masyarakat. Inovasi ini berdasar pada hasil identifikasi dan analisis dan analisis keunggulan dan kekhasan TBM. Berikut ini beberapa contoh inovasi kegiatan dan layanan TBM: a. Jika hasil identifikasi dan analisis kondisi dan keunggulan TBM menunjukkan bahwa

banyak pengurus, relawan dan anggota TBM yang menunjukkan kecenderungan memiliki minat menulis, maka TBM bisa membuat program kelas menulis secara berkala dan kemudian dilanjutkan dengan program Satu Tahun Satu Buku. Program ini sebagai upaya mendorong dan menampung karya tulis semua warga TBM untuk dijadikan buku dalam bentuk bunga rampai;

b. Jika lokasi TBM berada di area pembuangan sampah, maka TBM bisa membuat kelas literasi sain dengan materi pengelolaan sampah. Lebih lanjuta hasil karya peserta pelatihan bisa dijadikan pameran tahunan dengan tajuk Pameran Hasil Karya Daur Ulang Sampah;

c. Jika hasil identifikasi bahwa layanan membaca dan peminjaman buku di tempat sudah berjalan optimal, maka TBM bisa membuka satelit layanan di tempat lain atau menggelar progam pusataka keliling/kejar pembaca ke kampung-kampung tetangga/ di ruang-ruang publik.

2. Rekruitmen Relawan TBM

Proses perekrutan relawan TBM ini penting dilakukan untuk memperkuat gerak TBM yang memiliki keterbatasan jangkauan, sumberdaya, dan layanan. Sumber daya manusia yang melimpah menjadi modal TBM untuk melaksanakan rekrutmen relawan. Dengan hadirnya relawan, TBM akan memperoleh tambahan tenaga pengelola beserta pengetahaun dan keterampilan yang dimilikinya. Dengan demikian maka inovasi dan jangkauan layanan akan sangat mungkin menguat.

(30)

Proses rekruitmen relawan bisa dilakukan dengan cara membuat pengumuman yang diunggah di media sosial atau dipajang di papan pengumuman TBM dan saluran lainnya, melakukan pendekatan kepada anggota TBM untuk diajak bergabung menjadi relawan, bekerjasama dengan perguruan tinggi untuk mengirimkan mahasiswa menjadi relawan secara berkala, dll.

3. Menciptakan Produk Unggulan TBM

Bagi TBM yang sudah mampu menganalisis keunggulan dan kekhasannya sangat mungkin untuk membuat produk unggulan. Beberapa contoh produk unggulan TBM:

a. Jika di TBM sudah terdapat atau banyak warga TBM yang memiliki kemapuan mendongeng, maka pengurus bisa membuat produk berupa video dongeng yang diunggah ke youtube dan media lainnya secara berkala;

b. Jika di TBM sudah terdapat atau banyak warga TBM yang memiliki kemapuan menulis cerita anak, maka pengurus bisa membuat penerbitan buku cerita anak secara berkala; c. Jika di TBM sudah sering ad pelatihan membuat kerajinan gantungan kunci dan

kemudian berdampak pada lahirnya warga TBM yang memiliki kemapuan tersebut, maka pengurus TBM bisa membuat gantungan kunci dengan kata-kata motivias berlterasi untuk cinderamata dan atau dijual ke masyarakat umum.

4. Sosialisasi, Publikasi dan layanan Berbasis IT

Sebagai ruang gerakan budaya baca dan kecakapan literasi lainnya, seyogyanya TBM harus melakukan sosialisasi dan publikasi profil dan kegiatan TBM sebagai sarana kampanye melalui berbagai saluran, tak terkecuali berbasis IT. Oleh sebab itu, akun resmi media sosial TBM adalah salah satu hal penting untuk menyebarluaskan keberadaan TBM supaya bisa diketahui dan diakses oleh masyarakat secara luas serta membuka peluang berbagai pihak untuk ikut berpartisipasi membantu gerakan. Selain itu, melalui media sosial yang dikelola oleh TBM, berbagai informasi yang sekiranya dibutuhkan oleh masyarakat bisa diproduksi dan atau disebarluasan. Pada perkembanganya, TBM juga bisa menyediakan beragam menu informasi dan pengetahuan melalui laman dan youtube. Selain itu, diskusi dan pelatihan berbasis digital adalah pola yang sangat mungkin dilakukan dalam meningkatkan layanan TBM berbasis IT.

5. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis TBM

Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) adalah merupakan sebuah upaya yang dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi masyarakat dan mengatasi berbagai permasalahan yang ada di dalam masyarakat. Sebagai ruang gerakan yang diinisiasi oleh dan untuk masyarakat, TBM sangat potensial menjadi ruang pemberdayaan masyarakat melalui beragam cara dan bentuknya. Beberapa contoh bentuk pemberdayaan masyarakat berbasis TBM:

a. Pemberdayaan masyarakat dalam aspek pengetahuan adalah salah satu hal utama yang sudah pasti dilakukan oleh semua TBM. Bahan pustaka yang ada di TBM adalah modal utama yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat hingga berdaya dari sisi pengetahuan; b. Pemberdayaan masyarakat dalam aspek informasi biasanya dilakukan oleh TBM

melalui berbagai diskusi, seperti diskusi kepemudaan, diskusi warga, serta konsultasi gratis pemanfaatan internet untuk mengakses informasi, diskusi cara mendapatkan beasiswa pendidikan tinggi;

(31)

c. Pemberdayaan masyarakat dalam aspek keterampilan biasanya dilakukan oleh TBM dalam bentuk pelatihan keterampilan berdasarkan bahan pustaka.

Ada banyak contoh kongkrit pemberdayaan masyarakat berbasis TBM, misal lahirnya kopersi warga yang bermula yang diinisiasi oleh warga TBM sebaga respon terhadap masalah rentenir di lingkungan masyarakat, lahirnya klub penulis muda anggota TBM yang aktif menulis cerita anak dan mendapatkan kesejahteraan dari pekerjaannya tersebut, lahirnya para aktivis kampung yang bermula karena menjadi relawan di TBM, dll.

(32)

BAB IV

PENUTUP

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) merupakan) merupakan salah satu layanan pendidikan Nonformal (PNF) dalam rangka pengembangan budaya baca dan kecakapan literasi masyarakat. TBM baik yang berbentuk layanan di satuan PNF maupun yang berdiri sendiri sebagai lembaga (Non Satuan Pendidikan) selama ini sudah banyak berperan membantu pemerintah dalam mengembangkan layanan pendidikan keaksaraan, serta mengembangkan budaya baca dan literasi masyarakat.

Secara umum modal merintis Taman Bacaan Masyarakat (TBM) cukup hanya menyediakan waktu untuk melakukan kampanye dan layanan membaca secara konsisten, menyediakan bahan pustaka dan tempat dalam memberikan layanan. Pada perkembangannya, pengelola TBM biasanya akan berjejaring sesama pengelola TBM melaluin wadah yang bernama Forum TBM. Melalui wadah ini, para pengelola TBM bertukar informasi dan gagasan untuk saling menguatkan.

Konsistensi pengurus/pengelola adalah poin utama yang dibutuhkan dalam mengelola TBM. Lebih lanjut sarana dan prasarana serta program kegiatan yang didesain dengan kreatif dan rekreatif akan menentukan tumbuhkembangnya TBM, hingga TBM benar-benar mampu mewujudkan masyarakat pembelajar. Selain itu kehadiran TBM jika dikelola dengan serius sangat memungkinkan untuk melahirkan berbagai aktivitas yang bermuara pada pemberdayaan masyarakat.

(33)

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi :

Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kemdikbud.

u.p Fungsi Keaksaraan dan Budaya Baca

Jalan RS. Fatmawati, Gedung B dan E

Kompleks Kemdikbud Cipete, Jakarta Selatan 12410 Laman : http://pmpk.kemdikbud.go.id

(34)

Fungsi Keaksaraan dan Budaya Baca

Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus,

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Kompleks Kemdikbud Cipete, Jalan R.S Fatmawati,

Gedung B dan E Cipete, Jakarta Selatan. 12410 Telepon (021) 7693260 s/d 7693266

Laman http://pmpk.kemdikbud.go.id

Demi kemajuan bangsa dan negara kita, mari bersama-sama kita laksanakan program ini dengan sebaik-baiknya. Jangan Takut Lapor Kasus Pungli. Jika dinilai sudah memiliki cukup bukti, laporan akan diteruskan ke kelompok kerja (pokja) penindakan. Laporan yang dinilai belum memiliki cukup bukti akan ditangani oleh pokja intelijen. Silahkan lapor dengan menghubungi:

SAPU BERSIH PUNGUTAN LIAR

Jl. Medan Merdeka Barat No.15, Jakarta Pusat 10110 Email : lapor@saberpungli.id Call Center : 0821 1213 1323 SMS : 1193 Telp : 0856 8880 881 / 0821 1213 1323 No Fax : 021-3453085 Website : www.saberpungli.id

Jadikanlah wadah ini sebagai alat aspirasi rakyat yang disampaikan dengan bahasa, sudut pandang, dan dukungan positif. Wadah ini terbuka untuk siapapun yang hendak melakukan pelaporan. Apabila ada kekurangan dan keterbatasan dalam hal proses pelaporan di aplikasi kami, mohon diinformasikan agar segera dilakukan perbaikan.

(35)
(36)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan ini, penulis membatasi masalah yang akan dibahas adalah hal yang berkaitan dengan Gambaran Umum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Tengku Luckman Sinar Medan yaitu:

Skripsi berjudul “ Upaya Pengelola Dalam Meningkatkan Minat Baca Masyarakat Melalui Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Plus Mas Raden Medan ” disusun untuk memperoleh gelar

Walaupun pengelola di LPNF TBM PLUS MAS RADEN belum pernah mengikuti pelatihan pengelolaan TBM atau perpustakaan, TBM ini berawal dari koleksi bahan bacaan yang dimiliki keluarga

Penelitian ini berjudul Perkembangan dan Peran Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Wadas Kelir di Kabupaten Banyumas Tahun 2013-2018. Tujuan dari penelitian ini yaitu,

READ merupakan Taman Bacaan Masyarakat TBM atau perpustakaan komunitas yang menyediakan bahan baca, ruang baca, bimbingan dan pendampingan belajar untuk masyarakat sekitar, sebagai

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bimbingan kelompok dengan mengunjungi taman bacaan masyarakat (TBM) dapat meningkatkan minat baca siswa, sehingga hasil

Pada dimensi pengembangan (developmental) gambaran literasi masyarakat kota Surabaya yang mengunjungi TBM yaitu : literasi pengunjung TBM cenderung tergolong pada

Disini TBM Budi Luhur memiliki diketahui dapat berperan dalam meningkatkan minat belajar masyarakat dengan adanya kegiatan belajar yang berupa layanan membaca untuk masyarakat