• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

45 75% 25% Menyumbang uang Menyumbang barang Menyumbang tenaga Menyumbang ide/gagasan Sumbangan bentuk lain

TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER DALAM

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MENENGAH

Bentuk Partisipasi Stakeholder

Pada tahap awal kegiatan, bentuk partisipasi yang paling banyak dipilih oleh para stakeholder yaitu menyumbang ide/gagasan sebanyak 9 orang atau sebesar 75 persen dan 3 orang atau 25 persen memilih sumbangan bentuk lainnya yaitu membantu mencarikan donatur. Sedangkan untuk pilihan jawaban menyumbang uang, barang dan tenaga tidak ada yang memilih.

Hal ini menggambarkan bahwa secara pribadi ataupun sebagai stakeholder tingkat kecamatan hanya mengajukan usulan kepada pemerintah tingkat diatasnya karena ada asumsi bahwa pembiayaan pembangunan baik fisik maupun non fisik kegiatan pendidikan merupakan tanggung jawab penuh pemerintah baik tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat. Selain itu, masing-masing pihak beranggapan bahwa bentuk partisipasi agar dapat terlaksananya suatu kegiatan tidak lagi hanya berorientasi pada uang/materi tetapi sudah berkembang dan mempunyai makna yang lebih luas serta disadari menjadi tanggung jawab bersama antara para

stakeholder beserta seluruh lapisan masyarakat. Hasil perhitungan bentuk

partisipasi pada tahap awal kegiatan sebagaimana pada Tabel 11 dan Gambar 18. Tabel 11 Bentuk partisipasi stakeholder pada tahap awal kegiatan

Tahap awal kegiatan Bentuk partisipasi

Pilihan jawaban Frekwensi %

Menyumbang uang a 0 - Menyumbang barang b 0 - Menyumbang tenaga c 0 - Menyumbang ide/gagasan d 9 75

Sumbangan bentuk lain e 3 25

Jumlah 12 100

(2)

46

Tampak pada Tabel 11 dan Gambar 18, bahwa tidak ada pilihan jawaban pada opsi menyumbang uang, menyumbang barang dan menyumbang tenaga. Biasanya dalam program pembangunan fisik kegiatan, untuk pembiayaan konstruksi dan faktor pendukung lainnya sudah disiapkan oleh pemerintah kabupaten ataupun pemerintah provinsi dan pemerintah pusat melalui APBD dan APBN. Kemudian, sangat jarang terjadi para stakeholder menyumbang materi kecuali mereka juga berpredikat sebagai orangtua/wali yang anaknya berstatus siswa di suatu sekolah yang akan melaksanakan pembangunan fisik. Hal ini merupakan representasi dari fungsi keberadaan stakeholder sebagai sosok yang memiliki kemampuan untuk merencanakan, menetapkan dan melaksanakan suatu program kegiatan.

Pada tahap pelaksanaan kegiatan, 11 stakeholder atau sebesar 92 persen menentukan pilihan bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat. Sedangkan 1

stakeholder atau sebesar 8 persen memilih jawaban bentuk lainnya. Pemerintah

dalam hal ini adalah para stakeholder tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat. Hasil perhitungan bentuk partisipasi pada tahap pelaksanaan kegiatan sebagaimana pada Tabel 12 dan Gambar 19.

Tabel 12 Bentuk partisipasi stakeholder pada tahap pelaksanaan kegiatan Tahap pelaksanaan kegiatan Bentuk partisipasi

Pilihan jawaban Frekwensi % Bekerjasama dengan pemerintah dan

masyarakat a 11 92

Membuat kesepakatan atau aturan tertentu dalam melaksanakan

program tersebut b 0 -

Menyerahkan kepada masyarakat

dengan dana dari pemerintah c 0 -

Menyerahkan kepada sekolah dengan

dana dari orang tua siswa d 0 -

Menyerahkan kepada sekolah dengan dana dari orang tua siswa dan Komite

Sekolah e 0 -

Bentuk lainnya f 1 8

Jumlah 12 100

Tampak pada Tabel 12, bahwa hampir semua responden memilih opsi bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat dan tidak ada pilihan jawaban membuat kesepakatan atau aturan tertentu dalam melaksanakan program, menyerahkan kepada masyarakat dengan dana dari pemerintah, menyerahkan kepada sekolah dengan dana dari orangtua/siswa serta menyerahkan kepada sekolah dengan dana dari orangtua siswa dan komite sekolah.

Hal ini mengambarkan bahwa semua stakeholder telah menyadari peran penting semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah, dalam menyukseskan suatu pelaksanaan program kegiatan sehingga sebagian besar memilih opsi untuk bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat.

(3)

47

92% 8%

Bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat

Membuat kesepakatan atau aturan tertentu dalam melaksanakan program tersebut

Menyerahkan kepada masyarakat dengan dana dari pemerintah

Menyerahkan kepada sekolah dengan dana dari orang tua siswa

Menyerahkan kepada sekolah dengan dana dari orang tua siswa dan Komite Sekolah

Bentuk lainnya

Gambar 19 Diagram bentuk partisipasi stakeholder pada tahap pelaksanaan kegiatan

Tampak pada Tabel 12 dan Gambar 19, pada tahap pelaksanaan kegiatan pilihan jawaban paling banyak pada opsi menyumbang ide/gagasan yaitu sebesar 92 persen. Pada tahap ini, nampaknya para stakeholder memanfaatkan posisi mereka sebagai orang yang berkompeten menampung dan menyampaikan aspirasi pembangunan dari masyarakat. Sedangkan pada tahap pelaksanaan kegiatan opsi yang paling banyak dipilih adalah bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat. Para stakeholder telah menempatkan posisi mereka sebagai perwakilan pemerintah daerah sehingga dalam setiap pelaksanaan pembangunan berupaya melibatkan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini dapat dimaklumi karena stakeholder tingkat kecamatan merupakan perpanjangan tangan pemerintah kabupaten sehingga segala kebijakan pembangunan yang dilaksanakan diwilayah kecamatan merupakan kewenangan pemerintah kabupaten, yang sumber dananya baik berasal dari pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat.

Menganalisis tingkat kehadiran dalam pertemuan, digunakan skala penilaian dengan berpedoman pada Teori Sherry Arstein yaitu menggunakan delapan tangga partisipasi. Kedelapan tangga tersebut adalah : a) hadir karena terpaksa, b) hadir sekedar memenuhi undangan, c) hadir untuk memperoleh informasi tanpa menyampaikan pendapat, d) hadir untuk memperoleh informasi dan menyampaikan pendapat tapi pendapatnya tidak diperhitungkan, e) hadir dan memberikan pendapat namun hanya sedikit pendapat yang diperhitungkan, f) hadir dan mendapat pembagian tanggungjawab yang setara, g) hadir dan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan, h) hadir dan mampu membuat keputusan.

Kategori tingkat partisipasi ditentukan dengan penghitungan sebagai berikut : Dari satu variabel pertanyaan diatas terdapat delapan pilihan jawaban dengan skor terendah 1 dan skor tertinggi 8. Urutan skor tersebut berdasarkan pada 8 (delapan) tingkat partisipasi dari Sherry Arstein, sehingga diperoleh skor minimum 1, yang berasal dari 1 x 1 dan skor maksimum dari tiap individu adalah 8, yang berasal dari 1 x 8. Dalam penelitian ini, responden berjumlah 12 orang, maka skor minimumnya adalah 12 x 1 = 12, dan skor maksimum adalah 12 x 8 = 96. Menentukan jarak intervalnya, yaitu (96 – 12) / 8 = 10,5. Sehingga dengan menggunakan tipologi Arstein maka diperoleh 8 (delapan) tingkat partisipasi dengan nilainya masing-masing yaitu sebagaimana yang terdapat pada Tabel 13.

(4)

48

Tabel 13 Jumlah skor tiap tangga tingkat partisipasi

No. Tangga Tingkat partisipasi Jumlah skor

8 Citizen Control 85,5 - 96 7 Delegated Power 75 - 85,5 6 Partnership 64,5 - 75 5 Placation 54 - 64,5 4 Consultation 43,5 - 54 3 Informing 33 - 43,5 2 Therapy 22,5 - 33 1 Manipulation 12 - 22,5

Tingkat Partisipasi Stakeholder

Pada tahap ini, sebanyak 5 orang atau sebesar 42 persen memilih opsi hadir dalam pertemuan dan akan memberikan pendapat walaupun hanya sedikit pendapat yang akan diperhitungkan, 3 orang atau sebesar 25 persen memilih opsi hadir dan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan, 2 orang atau sebesar 17 persen memilih opsi hadir hanya untuk memperoleh informasi tanpa menyampaikan pendapat, dan 1 orang atau sebesar 8 persen yang memilih opsi hadir dan mendapat pembagian tugas yang setara, demikian juga opsi hadir dan mampu membuat keputusan dipilih oleh 1 orang atau sebesar 8 persen. Hasil perhitungan tingkat partisipasi untuk hadir dalam pertemuan sebagaimana pada Tabel 14 dan Gambar 19.

Tabel 14 Perhitungan tingkat kehadiran dalam pertemuan

No. Variabel Skala penilaian n % Bobot n x Bobot

1 Tingkat kehadiran dalam pertemuan

Hadir karena terpaksa 0

- 1 0

Hadir sekedar memenuhi

undangan 0

- 2 0

Hadir untuk memperoleh informasi tanpa menyampaikan

pendapat 2

17 3 6

Hadir untuk memperoleh informasi dan menyampaikan pendapat tapi tidak

diperhitungkan 0

- 4 0

Hadir dan memberikan pendapat namun hanya sedikit pendapat

yang diperhitungkan 5

42 5 25

Hadir dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara 1

8 6 6

Hadir dan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan 3

25 7 21

Hadir dan mampu membuat

keputusan 1

8 8 8

(5)

49 17% 42% 8% 25% 8%

Hadir karena terpaksa

Hadir sekedar memenuhi undangan

Hadir untuk memperoleh informasi tanpa menyampaikan pendapat

Hadir untuk memperoleh informasi dan menyampaikan pendapat tapi tidak diperhitungkan

Hadir dan memberikan pendapat namun hanya sedikit pendapat yang diperhitungkan

Hadir dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara Hadir dan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan Hadir dan mampu membuat keputusan

Kesadaran stakeholder untuk hadir dalam pertemuan cukup tinggi, meski dengan alasan yang bervariasi. Tidak ada stakeholder yang memilih opsi hadir karena terpaksa ataupun hadir sekedar memenuhi undangan. Walaupun sebagian besar stakeholder memilih opsi hadir dan memberikan pendapat namun hanya sedikit pendapat yang diperhitungkan, yang menunjukkan masih terdapat rasa pesimis terhadap realisasi berbagai usulan ide/gagasan. Penyebab mayoritas opsi ini paling banyak dipilih karena berbagai macam alasan yang menjadi penyebab betapa banyak usulan kegiatan pembangunan tidak dapat dilaksanakan, dan alasan klasik adalah terbatasnya pendanaan sehingga setiap usulan hanya mendapat jawaban klasik juga yaitu ditampung dan diupayakan. Tentu saja, kondisi ini menimbulkan sikap apatis dan apriori dari stakeholder non pemerintah, sehingga apabila diminta mengusulkan suatu kegiatan terkesan lambat dan bahkan malas untuk mengusulkannya kepada stakeholder pemerintah baik tingkat kecamatan maupun kabupaten. Fenomena yang ada dan berkembang bahkan tidak jarang stakeholder non-pemerintah (kalangan masyarakat) lebih cenderung mengusulkan ke

stakeholder di tingkat provinsi ataupun stakeholder di tingkat pusat. Diagram

tingkat partisipasi untuk hadir dalam pertemuan sebagaimana pada Gambar 20.

Gambar 20 Diagram partisipasi stakeholder pada tingkat kehadiran dalam pertemuan

Tampak pada Tabel 14 dan Gambar 20, sebanyak 3 stakeholder atau sebesar 25 persen dan 1 stakeholder atau sebesar 8 persen yang memilih opsi memiliki kewenangan untuk membuat keputusan dan mampu membuat keputusan, menunjukkan bahwa stakeholder telah memahami posisi strategis mereka sebagai penentu kebijakan akhir dari usulan perencanaan pembangunan yang akan dilakukan didaerahnya. Hal ini sejalan dengan pilihan para stakeholder bahwa diantara mereka tidak ada yang hadir karena terpaksa ataupun hadir sekedar untuk memenuhi undangan, yang mengindikasikan para stakeholder memiliki kepedulian yang tinggi untuk bersama-sama masyarakat merencanakan dan melaksanakan program pengembangan pendidikan didaerahnya.

Selanjutnya, dapat ditentukan bahwa partisipasi tingkat kehadiran dalam pertemuan memiliki nilai 66, yang apabila didasarkan pada 8 (delapan) tangga

(6)

50

Arstein maka termasuk dalam tingkat partnership (kerjasama). Pada tingkat ini, kehadiran dalam suatu pertemuan tidak akan dapat menghasilkan apa-apa bila tidak adanya kerjasama berbagai pihak dan harus ada kejelasan pembagian tanggung jawab antar stakeholder dalam merencanakan berbagai program sehingga terdapat kesamaan kepentingan antara stakeholder.

Pada tingkat partisipasi stakeholder untuk aktif dalam berdiskusi dan mengemukakan pendapat, 5 orang atau sebesar 42 persen memilih opsi aktif berdiskusi dan mendapat pembagian tanggungjawab yang setara, 3 orang atau sebesar 25 persen memilih opsi aktif tetapi merasakan hanya sedikit hasil diskusi yang diperhitungkan, 2 orang atau sebesar 17 persen memilih opsi aktif berdiskusi dan memiliki kewenangan membuat keputusan, 1 orang atau sebesar 8 persen memilih opsi mendapat informasi dan merasakan boleh berpendapat tapi tidak diperhitungkan, dan 1 orang atau sebesar 8% memilih opsi aktif berdiskusi dan merasakan memiliki kemampuan untuk membuat keputusan. Tidak ada yang memilih opsi berdiskusi karena terpaksa, mendapat informasi dan berdiskusi sekedarnya ataupun mendapat informasi dan tidak diberi kesempatan berpendapat. Hasil perhitungan tingkat keaktifan untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapat dapat dilihat pada Tabel 15 dan Gambar 21.

Tabel 15 Perhitungan tingkat keaktifan dalam berdiskusi dan mengemukakan pendapat

No. Variabel Skala penilaian n % Bobot n x

Bobot 2 Tingkat keaktifan dalam berdiksusi dan mengemukakan pendapat

Berdiskusi karena terpaksa

0 - 1 0

Mendapat informasi dan

berdiskusi sekedarnya 0 - 2 0

Mendapat informasi dan tidak

diberi kesempatan berpendapat 0 - 3 0 Mendapat informasi dan boleh

berpendapat tapi tidak

diperhitungkan 1 8 4 4

Aktif, tetapi hasil diskusi hanya

sedikit sekali diperhitungkan 3 25 5 15

Aktif berdiskusi dan mendapat pembagian tanggung jawab yang

setara 5 42 6 30

Aktif berdiskusi dan memiliki

kewenangan membuat keputusan 2 17 7 14

Aktif berdiskusi dan mampu

membuat keputusan 1 8 8 8

Jumlah 12 100 71

Tampak pada Tabel 15 diatas, terlihat bahwa kondisi sesungguhnya para

stakeholder memiliki kesadaran untuk bertanggungjawab dalam hal pengembangan

pendidikan didaerahnya karena tidak ada yang memilih opsi berdiskusi karena terpaksa ataupun mendapat informasi dan berdiskusi sekedarnya ataupun mendapat informasi dan tidak diberi kesempatan berpendapat, yang artinya mereka tetap memiliki harapan agar kiranya dari suatu pertemuan didapat kesepakatan yang memberikan kontribusi positif terhadap upaya pengembangan pendidikan didaerahnya.

(7)

51 8% 25% 42% 17% 8%

Berdiskusi karena terpaksa

Mendapat informasi dan berdiskusi sekedarnya

Mendapat informasi dan tidak diberi kesempatan berpendapat Mendapat informasi dan boleh berpendapat tapi tidak diperhitungkan

Aktif, tetapi hasil diskusi hanya sedikit sekali diperhitungkan Aktif berdiskusi dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara

Aktif berdiskusi dan memiliki kewenangan membuat keputusan Aktif berdiskusi dan mampu membuat keputusan

Gambar 21 Diagram partisipasi stakeholder pada tingkat keaktifan dalam berdiskusi dan mengemukakan pendapat

Tampak pada Tabel 15 dan Gambar 21, sebagian besar stakeholder terlibat aktif dalam berdiskusi dan mengemukakan pendapat. Opsi paling banyak yaitu pada tingkat aktif berdiskusi dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara, yang artinya 5 orang atau sebesar 42 persen selalu terlibat aktif dalam pertemuan untuk mengemukakan pendapat dan mereka mendapatkan pembagian tugas yang merata, sesuai dengan jabatan masing-masing.

Selanjutnya, dapat ditentukan bahwa tingkat keaktifan dalam berdiksusi dan mengemukakan pendapat memiliki skor 71 poin, yang apabila didasarkan pada 8 (delapan) tangga Arstein maka termasuk dalam tingkat partnership. Pada tingkat ini, dalam berdiskusi dan mengemukakan pendapat, sebagian besar stakeholder berkeinginan untuk aktif dalam berdiskusi dan berharap mendapatkan limpahan tugas yang setara.

Pada tingkat partisipasi stakeholder untuk terlibat dalam kegiatan fisik, ada dua opsi yang dipilih oleh masing-masing 3 orang atau sebesar 25 persen yaitu jawaban terlibat tapi hanya sedikit ide yang diperhitungkan dan opsi terlibat dan memiliki pembagian tanggung jawab yang sama. Opsi berikutnya yaitu dipillih oleh dua orang atau sebesar 17 persen yaitu terlibat dan mampu membuat keputusan serta mampu mengakses dana dari luar. Kemudian, masing-masing satu orang atau sebesar 8 persen memilih opsi terlibat sekedarnya saja, terlibat tanpa mendapat kesempatan menyampaikan ide, terlibat dan berkesempatan menyampaikan ide-ide tapi tidak diperhitungkan serta terlibat dan memiliki kewenangan untuk melaksanakan ide tersebut. Hasil perhitungan tingkat keaktifan untuk terlibat dalam kegiatan fisik dapat dilihat pada Tabel 16. Hasil perhitungan tingkat keaktifan untuk terlibat dalam kegiatan fisik sebagaimana pada Gambar 22.

(8)

52 8% 8% 8% 25% 25% 8% 17%

Terlibat karena terpaksa Terlibat sekedarnya saja

Terlibat tanpa mendapat kesempatan menyampaikan ide-ide Terlibat dan berkesempatan menyampaikan ide-ide tapi tidak diperhitungkan

Terlibat tapi hanya sedikit ide yang diperhitungkan Terlilbat dan mendapat pembagian tanggung jawab yang sama

Terlibat dan memiliki kewenangan melaksanakan ide Terlibat dan mampu membuat keputusan

Tabel 16 Perhitungan tingkat keaktifan untuk terlibat dalam kegiatan fisik

No. Variabel Skala penilaian n % Bobot n x

Bobot 3 Tingkat keaktifan dalam kegiatan fisik

Terlibat karena terpaksa

0

- 1 0

Terlibat sekedarnya saja

1

8 2 2

Terlibat tanpa mendapat

kesempatan menyampaikan ide-ide 1

8 3 3

Terlibat dan berkesempatan menyampaikan ide-ide tapi tidak

diperhitungkan 1

8 4 4

Terlibat tapi hanya sedikit ide yang diperhitungkan

3

25 5 15

Terlilbat dan mendapat pembagian tanggung jawab yang sama

3

25 6 18

Terlibat dan memiliki kewenangan melaksanakan ide

1

8 7 7

Terlibat dan mampu membuat keputusan 2 17 8 16 Jumlah 12 100 65

Gambar 22 Diagram partisipasi stakeholder pada tingkat keaktifan untuk terlibat dalam kegiatan fisik

Selanjutnya, dapat ditentukan bahwa tingkat keaktifan untuk terlibat dalam kegiatan fisik memiliki skor 65 poin, yang apabila didasarkan pada 8 (delapan) tangga Arstein maka termasuk dalam tingkat partnership. Pada tingkat ini, dalam kegiatan fisik, sebagian besar stakeholder terlibat dan mendapat pembagian

(9)

53 tanggungjawab yang sama serta terlibat dan memiliki kewenangan melaksanakan ide.

Pada tingkat partisipasi stakeholder pada kesediaan untuk membayar, empat orang atau sebesar 33 persen memilih opsi terlibat dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara dalam pemanfaatan uang, tiga orang memilih opsi membayar tapi merasakan hanya sedikit ide pemanfaatan uang yang dilaksanakan. Masing-masing dua orang atau sebesar 17 persen memilih opsi membayar dan berkesempatan menyampaikan ide pemanfaatannya tapi hanya sedikit yang diperhitungkan serta opsi membayar dan memiliki kewenangan melaksanakan ide pemanfaatan uang tersebut. Hasil perhitungan tingkat kesediaan untuk membayar dapat dilihat pada Tabel 17 dan Gambar 23.

Tabel 17 Perhitungan tingkat kesediaan untuk membayar

No. Variabel Skala penilaian n % Bobot n x

Bobot

4

Tingkat kesediaan untuk membayar

Membayar karena terpaksa

0

- 1 0

Membayar sekedarnya dan tidak memperhatikan manfaatnya 0 - 2 0

Membayar dan tidak berkesempatan menyampaikan ide pemanfaatannya 1 8 3 3

Membayar dan berkesempatan

menyampaikan ide

pemanfaatannya tapi tidak

diperhitungkan 2

17 4 8

Membayar tetapi hanya sedikit ide pemanfaatan uang yang

dilaksanakan 3

25 5 15

Membayar dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara dalam pemanfaatan

uang 4

33 6 24

Membayar dan memiliki kewenangan melaksanakan ide

pemanfaatan uang 2

17 7 14

Membayar dan mampu membuat keputusan serta mampu mengakses dana dari

luar 0

- 8 0

Jumlah 12 100 64

Tampak pada Tabel 17, tidak ada yang memilih opsi membayar karena terpaksa, membayar sekedarnya dan tidak memperhatikan manfaatnya ataupun membayar dan mampu membuat keputusan serta mampu mengakses dana dari luar. Menjadi hal menarik adalah ketidakmampuan stakeholder kecamatan untuk mengakses dana dari luar karena bukan hal yang sulit mengajak pihak swasta untuk bersinergi memberikan sumbangan dalam rangka pengembangan pendidikan diwilayahnya.

(10)

54 8% 17% 25% 33% 17%

Membayar karena terpaksa

Membayar sekedarnya dan tidak memperhatikan manfaatnya Membayar dan tidak berkesempatan menyampaikan ide pemanfaatannya

Membayar dan berkesempatan menyampaikan ide pemanfaatannya tapi tidak diperhitungkan

Membayar tetapi hanya sedikit ide pemanfaatan uang yang dilaksanakan

Membayar dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara dalam pemanfaatan uang

Membayar dan memiliki kewenangan melaksanakan ide pemanfaatan uang

Membayar dan mampu membuat keputusan serta mampu mengakses dana dari luar

Gambar 23 Diagram partisipasi stakeholder pada tingkat kesediaan untuk membayar

Selanjutnya, dapat ditentukan bahwa kesediaan untuk membayar memiliki skor 64 poin atau paling rendah diantara empat tingkat partisipasi, yang apabila didasarkan pada 8 (delapan) tangga Arstein maka termasuk dalam tingkat

partnership. Pada tingkat ini, sebagian besar stakeholder bersedia untuk membayar

dan mendapatkan pembagian tanggungjawab yang setara dalam pemanfaatan uang. Setelah mendapatkan bobot hasil analisis dari tiap tingkat partisipasi

stakeholder, langkah selanjutnya adalah merangkum bobot-bobot tersebut secara

keseluruhan untuk mendapatkan tingkat partisipasinya. Hal ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan nilai dari masing-masing tingkat partisipasi untuk dihitung nilai keseluruhan sehingga dapat ditarik kesimpulan akhir tingkatan partisipasi

stakeholder dalam program pengembangan pendidikan menengah Di Kabupaten

Bangka.

Menghitung tingkat partisipasi stakeholder secara keseluruhan dilakukan dengan cara sebagai berikut: Dari empat tingkat partisipasi, diperoleh skor minimum 4, yang berasal dari 4 x 1 dan skor maksimum dari tiap tingkat partisipasi adalah 32 poin, yang berasal dari 4 x 8. Dalam penelitian ini, responden berjumlah 12 orang, maka skor minimumnya adalah 4 x 12 = 48 poin, dan skor maksimum adalah 12 x 32 = 384 poin. Menentukan jarak intervalnya, yaitu (384 – 48) / 8 = 42 poin. Sehingga dengan menggunakan tipologi Arstein maka diperoleh 8 (delapan) tingkat partisipasi dengan nilainya masing-masing yaitu sebagaimana yang terdapat pada Tabel 18. Rangkuman hasil perhitungan tingkat partisipasi stakeholder yang terdiri atas: 1) tingkat kehadiran dalam pertemuan, 2) keaktifan dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat, 3) keterlibatan dalam kegiatan fisik dan 4) kesediaan untuk membayar, dapat dirangkum hasil analisisnya sebagaimana terdapat pada Tabel 19.

(11)

55 Tabel 18 Perhitungan tingkat partisipasi stakeholder secara keseluruhan

No. Tangga Tingkat partisipasi Jumlah skor

8 Citizen Control 342 - 384 7 Delegated Power 300 - 342 6 Partnership 258 - 300 5 Placation 216 - 258 4 Consultation 174 - 216 3 Informing 132 - 174 2 Therapy 90 - 132 1 Manipulation 42 - 90

Tabel 19 Rangkuman perhitungan tingkat partisipasi stakeholder

No. Variabel Skor

1 Tingkat kehadiran dalam pertemuan 66

2 Keaktifan dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat 71

3 Keterlibatan dalam kegiatan fisik 65

4 Kesediaan untuk membayar 64

Jumlah 266

Dari Tabel 19, tampak bahwa tingkat partisipasi yang memiliki nilai paling besar yaitu keaktifan dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat yaitu sebesar 71 poin. Berikutnya adalah tingkat kehadiran dalam pertemuan sebesar 66 poin, kemudian tingkat keterlibatan dalam kegiatan fisik sebesar 65 poin, dan yang memiliki nilai paling kecil yaitu tingkat kesediaan untuk membayar yaitu sebesar 64 poin.

Keaktifan dalam berdiskusi dan menyampaikan pendapat yang memiliki nilai paling besar menunjukkan bahwa para stakeholder menyadari bahwa pelaksanaan suatu kegiatan berawal dari hasil pertemuan guna menentukan arah dan sasaran kegiatan sehingga program yang dilaksanakan dapat bermanfaat secara keseluruhan. Tentu saja keberadaan stakeholder dalam suatu pertemuan adalah keharusan karena mereka memiliki kewenangan yang legal dalam hal pengambilan suatu keputusan.

Dari hasil rangkuman penghitungan analisis tingkat partisipasi stakeholder pada Tabel 19, maka dapat ditentukan bahwa bobot keseluruhan tingkat partisipasi berjumlah 266 poin, yang apabila didasarkan pada 8 (delapan) tangga Arstein maka termasuk dalam tingkat partnership (kemitraan). Dalam hal ini diartikan bahwa terdapat kesepakatan bersama untuk saling membagi tanggung jawab dalam perencanaan dan pembuatan keputusan serta telah terdapat kesamaan pandangan antara stakeholder. Seperti yang diungkapkan oleh Epstein (2009) bahwa kemitraan (partnership) berperan penting dalam pengembangan pendidikan.

Pemekaran wilayah sebagai implikasi penetapan sistem otonomi daerah telah memberikan ruang yang lebih besar kepada masyarakat dan para stakeholder untuk berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan. Rustiadi et al. (2011) menyatakan bahwa otonomi daerah mengisyaratkan pentingnya pendekatan pembangunan berbasis pengembangan wilayah dimana lebih berperannya masyarakat dan pemerintah di daerah dalam pembangunan.

Gambar

Tabel 12 Bentuk partisipasi stakeholder pada tahap pelaksanaan kegiatan  Tahap pelaksanaan kegiatan  Bentuk partisipasi
Tabel 13 Jumlah skor tiap tangga tingkat partisipasi
Tabel  15  Perhitungan  tingkat  keaktifan  dalam  berdiskusi  dan  mengemukakan  pendapat
Tabel 16 Perhitungan tingkat keaktifan untuk terlibat dalam kegiatan fisik
+3

Referensi

Dokumen terkait

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan serta panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, berkah serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

Pembelajaran matematika memiliki tujuan, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kebutuhan aplikasi mahasiswa IPB, mendapatkan padanan aplikasi serupa yang dapat berfungsi pada sistem operasi GNU/Linux, dan

Pancasila secara terminologis menurut Asmoro Achmadi ialah lima sila/ aturan yang menjadi ideologi bangsa dan negara, pedoman bermasyarakat, dan pandangan

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh plasmodium ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp betina yang mengandung plasmodium. Pemukiman masyarakat

Analisis dot blot dilakukan juga sebagai langkah awal pemeriksaan adanya protein kelenjar saliva nyamuk yang dapat berikatan dengan beberapa protein sampel

Tesis ini berisikan ulasan mengenai bagaimana dominasi negara atas sebuah kepercayaan lokal di Siberut memicu timbulnya perlawanan terselubung dari orang Mentawai yang berusaha

permitivitas dari biopartikel dan mediumnya berpengaruh terhadap spektrum dielektroforesis pada daerah frekuensi yang berbeda dan konfigurasi elektroda