• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN DAN CADANGAN KARBON HUTAN LINDUNG DI DESA HUMBANG I KECAMATAN NAGA JUANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEANEKARAGAMAN DAN CADANGAN KARBON HUTAN LINDUNG DI DESA HUMBANG I KECAMATAN NAGA JUANG"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN DAN CADANGAN KARBON HUTAN LINDUNG DI DESA HUMBANG I

KECAMATAN NAGA JUANG

SKRIPSI

OLEH:

ERIK VERSADA M 111201115/BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Hasil Penelitian : KEANEKARAGAMAN DAN CADANGAN KARBON HUTAN LINDUNG DI DESA HUMBANG I,

KECAMATAN NAGA JUANG

Nama : ERIK VERSADA M

NIM : 111201115

Program studi : Kehutanan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Dr. Delvian SP., MP Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut.,MP NIP. 19690723 200212 1 001 NIP. 19740619 200112 1 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Kehutanan

SitiLatifah, S.Hut, M.Si, Ph.D NIP. 1971040 6200112 2 001

(3)

Abstract

Protection Forest in Humbang I Village Sub-District Naga Juang in Sub-District Naga Juang is forest concervation area that located near with society mining, that can to cut down to forest concervation area at any timely. The existence of this forest is very important as a regulator of hydrological. This research was carried out in Protection Forest in Humbang I Village Sub- District Naga Juang, District Mandailing Natal South Sumatera from May to July 2015, aiming to determine species composition and carbon stock. Sampling plot with line was used to collect species data. The observation for collecting species data was number individual of each species, trees, poles diameter and species presence. The data were analysed for density, relative density, frequency, relative frequency, dominancy, relative dominancy and Important Value Index (IVI).

Tree biomass was measured by using the non-destructive sampling method. All trees with stem diameter at breast height (dbh) ≥ 10 cm were measured diameter and were recorded the species of trees.

As much as 110 individuals of trees, which were consisting of 12 families and 21 species with DBH ≥ 10 cm were found in plot location. The highest IVI at the seedling level was Cinnamomum sp. (68,84%) and lowest was Ficus toxicaria Linn (2,07%). The highest IVI at the sapling level was Cinnamomum sp. (40,14%) and lowest was Artocarpus communis (2,22%). The highest IVI at the pole level was Quercus gemelliflora Blume (56,31%) and lowest was Macaranga lowii King ex Hook f. (5,27%). The highest IVI at the tree level was Alstonia scholaris (75,45%) and lowest was Rodermachera gigantean (Mig.) (2,51%). Alstonia scholaris, Quercus gemelliflora Blume, Jackia ornata were dominant tree species based on Importance Value Index (IVI). Trees biomass and carbon stock in the study site are around 895,37 ton ha-1 dan 447,68 ton C ha-1 respectively.

Keywords: Protection Forest, Importance Value Index, Vegetation Analysis, Biomass, Carbon Stock

(4)

ABSTRAK

Hutan lindung di Desa Humbang I Kecamatan Naga Juang merupakan kawasan konservasi yang berada dekat dengan pertambangan masyarakat, yang sewaktu-waktu dapat merambah sampai ke hutan lindung. Hutan lindung ini sangat berpengaruh terhadap proses hidrologi. Penelitian ini dilaksanakan di hutan lindung Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten Mndailing Natal Sumatera Utara yang berlangsung mulai Mei s/d Juli 2015 dengan tujuan untuk mengetahui komposisi jenis dan cadangan karbon. Penelitian ini menggunakan simple random sampling dengan petak. Pengamatan untuk mendapatkan data jenis dan jumlah individu masing-masing jenis, diameter pohon dan tiang dan ada tidaknya jenis tertentu pada petak yang diamati. Data yang diperoleh dihitung kerapatan dan kerapatan relatif, frekuensi dan frekuensi relatif, dominansi dan dominansi relatif dan indeks nilai penting (INP). Pengukuran biomasa pohon dilakukan dengan metode tanpa penebangan. Seluruh pohon dengan DBH ≥ 10 cm di ukur diameternya dan dicatat nama jenisnya.

Sebanyak 110 individu yang terdiri dari 12 famili dan 21 jenis dengan DBH ≥ 10 cm telah ditemukan di lokasi plot. Nilai INP tertinggi pada vegetasi tingkat semai adalah Cinnamomum sp yaitu 68,84% dan terendah adalah Ficus toxicaria Linn, 2,07%. Nilai INP tetinggi vegetasi tingkat pancang adalah Cinnamomum sp, 40,14% dan terendah Artocarpus communis yaitu 2,22%. Nilai INP tertinggi pada vegetasi tingkat tiang Quercus gemelliflora Blume yaitu 56,31% dan terendah Macaranga lowii King ex Hook f. yaitu 5,27%. Nilai INP tertinggi pada vegetasi tingkat pohon terdapat pada Alstonia scholaris yaitu 75,45% dan terendah adalah Rodermachera gigantean (Mig.) yaitu 2,51%. Alstonia scholaris, Quercus gemelliflora Blume, Jackia ornata Wall, merupakan spesies pohon dominan berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP). Biomasa pohon dan cadangan karbon di lokasi penelitian berturut-turut sebesar 895,37 ton ha-1 dan 447,68 ton C ha-1.

Kata kunci: Indeks Nilai Penting, Analisis Vegetasi, Biomassa, Stok Karbon

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pangururan pada tanggal 15 Agustus 1993 dari ayah Tonggi E. Manihuruk dan ibu N. Sirait. Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar dari SD Inpres No. 174588 Merek pada tahun 2004, pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama dari SMP Negeri 1 Merekpadatahun 2007, pendidikan Sekolah Menengah Atas dari SMA Negeri 1 Kabanjahe dan pada tahun 2011 masuk ke Fakultas Kehutanan USU melalui jalur Ujian Masuk Bersama PerguruanTinggi Negeri (UMBPTN). Penulis memilih Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan pada semester VII memilih minat studi Budidaya Hutan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam Persekutuan Mahasiswa Kristen di UKM KMK USU (Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen) dan Tim Gereja Oikumene Chapel, serta organisasi Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS) USU.

Penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Taman Hutan Raya (TAHURA) Bukit Barisan, Gunung Barus dan Hutan Pendidikan USU Kabupaten Karo selama 10 hari. Penulis juga melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Taman Nasional Bali Barat (TNBB), JawaTimur mulai tanggal 29 Januari- 4 Maret 2015.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul “Keanekaragaman dan Cadangan Karbon Hutan Lindung di Desa Humbang I Kecamatan Naga Juang”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi serta cadangan karbon di hutan lindung Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten Mandailing Natal. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang struktur dan komposisi vegetasi yang akan membantu dalam upaya reklamasi lahan bekas tambang serta mengetahui besarnya karbon terserap oleh hutan lindung di Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang.

Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Orangtua yang tercinta (T.E. Manihuruk dan N. Sirait) dan saudara/I (Bonadynata, S.H., Novia, S.T., Heydi, Christy) yang selalu memberikan dukungan melalui doa, motivasi dan dana untuk tetap semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Dr. Delvian S.P. ,M.P. dan Dr. Kansih Sri Hartini, S.Hut. ,M.P. selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah memberi dukungan baik masukan dan saran berharga dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Pimpinan dan Staf Pengajar dan Tata Usaha Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

4. Abang/kakak, teman-teman dan adik-adik di Persekutuan Kristen UKM KMK

(7)

(Unit Kegiatan Mahasiswa Kebaktian Mahasiswa Kristen) terkusus Melfrianty, Nicho, Dena, Ida, Nuel, Martin, Putri, Molenta, Yolanda dan teman-teman yang tidak bisa tertuliskan yang telah memberikan dukungan doa dan semangat selama pengerjaan penelitian.

5. Abang/kakak, teman-teman dan adik-adik di Persekutuan Tim Oikumene Chapel USU terkusus Pdt. Gloria I. Balle, Alfred, Tiopan, Dewi, Giat, Marta, Neny, Ribka,dan teman-teman yang tidak bisa tertuliskan yang telah memberikan dukungan doa dan semangat selama pengerjaan penelitian.

6. Abang/kakak, teman-teman dan adik-adik di Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian terkhusus teman-teman seperjuangan Fransiscus, Sahat Sihombing, Jeskiel Sipayung, Annie, Reza, San, Haryono, Jandri dan teman-teman yang tidak bisa tertuliskan yang telah memberikan dukungan doa dan semangat selama pengerjaan penelitian.

7. Abang/kakak, teman-teman dan adik-adik satu kos Genhard S.Hut., Yeheskiel, Chengli, Femmy, Tresno, Hertati dan teman-teman yang tidak bisa tertuliskan yang telah memberikan dukungan doa dan semangat selama pengerjaan penelitian.

Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan hasil penelitian ini dan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan bahkan juga saran yang membangun untuk menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Penulis, Desember 2016

Erik Versada M NIM. 111201115

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ...iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

PENDAHULUAN LatarBelakang….……….………. 1

TujuanPenelitian….……….. 3

KegunaanPenelitian……….. 3

TINJAUAN PUSTAKA Hutan Alam ... 4

Hutan Lindung... 4

Srtuktur dan Komposisi Hutan... 5

Keanekaragaman Jenis... 5

Kerapatan Tegakan…... 6

Frekuensi………... 6

Vegetasi……….. 7

Analisis Vegetasi…... 8

Biomassa dan Karbon Hutan ……….. 9

Karbon Tersimpan…... 9

Konsentrasi Karbon Dioksida …..……….. 9

Pertambangan………...……… 10

Pertambangan Rakyat………..… …..….. 11

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN……….………….. 12

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian... 17

Bahan dan Alat Penelitian…... 17

Pengumpulan Data ……….. 17

Metode Penelitian... 17

Analisis Data ………. 19

Indeks Nilai Penting (INP)... 19

Keanekaragaman Jenis ... 20

Pendugaan Karbon Tersimpan... 21

Penyerapan Karbon Dioksida... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Vegetasi…... 22

Komposisi Jenis………...……….. 27

Keanekaragaman Jenis... 29

(9)

Sebaran Kelas Diameter Batang………...……….. 30

Biomassa dan Cadangan Karbon... 32

Nilai Penyerapan Karbon Dioksida………...……….. 35

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 37

Saran …... 37

DAFTAR PUSTAKA…... 38

LAMPIRAN …... 41

(10)

DAFTARTABEL

No. Halaman

1. Administrasi Wilayah Kabupaten Mandailing Natal ………...….... 13 2. Luas zonasi di Hutan Produksi Humbang I Kec. Naga Juang ... 14 3. Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Semai di Hutan Lindung

DesaHumbang I, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten

Mandailing Natal, Sumatera Utara ………..……….………….. 24 4. Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Pancang di Hutan Lindung

Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten

Mandailing Natal, Sumatera Utara ………..……….……….. 24 5. Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Tiang di Hutan Lindung

Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten

Mandailing Natal, Sumatera Utara ……….……….. 26 6. Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Pohon di Hutan Lindung

Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten

Mandailing Natal, Sumatera Utara ……….……….. 27 7. Sepuluh jenis pohon dengan biomassa dan Karbon tertinggi

Pada hutan Lindung Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang,

Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara …….……….. 34

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Lokasi Penelitian ……….. …………. 12 2. Lokasi Penelitian Kecamatan Naga Juang …………...……….. 13 3. Desain petak ukur dalam setiap jalur ... 18 4. Kerapatan Pohon Berdasarkan Kelas Diameter Di Hutan Lindung

Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang,

Mandailing Natal ……… 32 5. Biomassa dan Cadangan Karbon Berdasarkan

Kelas Diameter ………...… 35

(12)

DAFTARLAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil Analisis Vegetasi Tumbuhan

Tingkat Semai, Pancang, Tiang dan Pohon di hutan Lindung DesaHumbang I, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten

Mandailing Natal, Sumatera Utara ………..…….... 43 2. Kegiatan analisis vegetasi tumbuhan di dihutan Lindung

Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten

Mandailing Natal, Sumatera Utara ………..……….... 44 3. Biomassa dan Cadangan Karbon di hutan Lindung

Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten

Mandailing Natal, Sumatera Utara……….…….………... 54 4. Sumbangan karbon/C (%) berdasarkan kelas diameter

pohon di hutan Lindung DesaHumbang I,

Kecamatan Naga Juang, Kabupaten Mandailing Natal,

Sumatera Utara……….………...…... 62 5. DaftarJenis-jenis yang ditemukan dariAnalisisVegetasi pada

setiap Tingkat Vegetasi (Semai, Pancang, Tiang dan Pohon)

di hutan lindung Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang………….... 63

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan merupakan suatu ekosistem yang di dalamnya terdapat berbagai komponen dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Hal ini merupakan suatu kekayaan yang tidak ternilai dan mempunyai potensi genetik yang besar. Hutan merupakan gudang plasma nutfah dari berbagai jenis tumbuhan (flora) dan hewan (fauna). Jika hutan rusak, maka dapat dipastikan akan terjadi penurunan plasma nutfah yang akan berakibat punahnya berbagai kehidupan yang sebelumnya ada di hutan serta menurunnya keanekaagaman hayati.

Keanekaragaman hayati merupakan sumber daya alam yang sangat bermanfaat dan sangat penting untuk diperhatikan. Hutan dapat memberikan hasil kayu, nonkayu, perlindungan siklus air, penyerapan karbon, pemeliharaan keanekaragaman hayati dan habitat, serta berfungsi sebagai tujuan rekreasi.

Pemanfaatan sumber daya lahan untuk pertambangan, pembalakan hutan, pertanian dan lainnya menyebabkan kerusakan hutan sehingga fungsi hutan menjadi terganggu. Fungsi hutan dimaksudkan sebagai fungsi lindung (hutan lindung) yang menjaga keseimbangan ekosistem air, tanah, vegetasi, dan mengatur keseimbangan iklim, maupun fungsi konservasi (hutan konservasi).

Isu pertambangan akhir-akhir ini semakin marak terjadi dengan berbagai tujuan dan kepentingan terkhususnya pada pertambangan yang dikelola oleh rakyat sendiri secara mandiri. Secara umum kegiatan penambangan dimulai dengan pembersihan lahan dari tanaman yang ada dipermukaan tanah, pemindahan material yang menutupi bahan tambang (terdiri dari tanah pucuk dan

(14)

overburden), pengambilan bahan tambang, menutupi lubang galian dengan overburden, menebarkan tanah pucuk, dan penanaman kembali (Mansur, 2010).

Lebih jauh, Setiadi (2004) menyatakan bahwa proses pertambangan menyebabkan kerusakan pada vegetasi, binatang, dan tanah, serta ekosistem asli.

Dampak terhadap vegetasi yang hilang menyebabkan erosi, sedimentasi, kerusakan pada daerah aliran sungai (DAS), rusaknya habitat satwa yang berujung pada hilangnya biodiversitas.Kegiatan pertambangan terbuka menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, terjadinya degradasi pada Daerah Aliran Sungai, perubahan bentuk lahan dan terlepasnya logam-logam berat yang dapat masuk ke lingkungan perairan (Rahmawaty, 2002).

Hutan lindungdi Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten Mandailing Natal adalah salah satu kawasan hutan yang dijadikan masyarakat untuk menggantungkan hidupnya. Fungsi hutan yang maksimal tercapai dengan bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan dan memanfaatkan hutan sekarang ini, banyak yang diperoleh masyarakat seperti tumbuhan obat, kayu, air, oksigen, satwa merupakan suatu proses evolusi yang panjang dan kompleks, memerlukan ratusan bahkan ribuan tahun untuk tercapainya fungsi hutan yang maksimal.

Pemilihan tempat di Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang didasarkan atas masyarakat yang melakukan kegiatan penambangan di sekitarnya. Sehingga dikhawatirkan adanya aktivitas penambangan yang merusak lingkungan dan komposisi hutan akibat penggalian lubang dan penebangan pohon, atau pertambangan masyarakat merambah hutan lindung.

Melalui uraian tersebut, maka diperlukan suatu kajian tentang keanekaragaman dan cadangan karbon hutan lindung sekitar areal pertambangan

(15)

emas masyarakat. Dengan demikian akan dapat diprediksi dampak pertambangan terhadap perubahan vegetasi serta jumlah stok karbon di hutan lindungDesa Humbang I, Kecamatan Naga Juang, MandailingNatal. Keberadaan hutan lindung di Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang, Mandailing Natal ini memberikan kontribusi penting bagi kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Kawasan hutan ini juga merupakan bagian penting dari daerah aliran sungai (DAS) Batang Gadis.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman serta mengetahui besarnya cadangan karbon hutan lindungDesa Humbang I, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber acuan ataumemberikan informasi jenis-jenis lokal dalam upaya revegetasi apabila sewaktu-waktu pertambangan masyarakat merambah sampai ke hutan lindung.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Hutan Alam

Hutan hujan tropis primer merupakan suatu ekosistem yang sangat ideal dengan keanekaragaman hayati yang tinggi, siklus hara yang tertutup, stratifikasi tajuk yang tinggi, selalu hijau sepanjang tahun, dan bersifat konstan yang terus menerus ada serta tahan terhadap gangguan. Selain bersifat konstan, hutan hujan tropis primer juga mempunyai sifat selfnutrient recovery, yaitu 2/3 nutrisi yang ada pada tanaman dilepas ke tubuh tanaman itu lagi sebelum tanaman tersebut menggugurkan daunnya (Setiadi, 2004).

Hutan hujan tropis memiliki keanekaragaman hayati sangat tinggi, yang menjadi karakteristik khas dari hutan hujan tropis. Luas hutan hujan tropis di dunia hanya meliputi tujuh persen dari luas permukaan bumi, tetapi mengandung lebih dari 50 persen total jenis yang ada di seluruh dunia (Irwanto, 2007).

Ekosistem hutan hujan tropis dan seluruh keanekaragaman hayati di dalamnya memiliki nilai penting bagi kehidupan manusia dan lingkungan, diantaranya sebagai sumber plasma nutfah bagi hewan maupun tumbuhan; sumber daya alam bagi kehidupan manusia; tempat berlangsungnya berbagai siklus hidrologi, rantai makanan, maupun siklus nutrisi; dan sebagai pelindung dalam perubahan iklim global.

Hutan Lindung

Hutan sebagai ekosistem harus dapat dipertahankan kualitas dan kuantitasnya dengan cara pendekatan konservasi dalam pengelolaan ekosistem hutan. Pemanfaatan ekosistem hutan akan tetap dilaksanakan dengan mempertimbangkan kehadiran keseluruhan fungsinya. Pengelolaan hutan yang

(17)

hanya mempertimbangkan salah satu fungsi saja akan menyebabkan kerusakan hutan. Kawasan hutan lindung dilaksanakan dengan tujuan utama tetap menjaga fungsi perlindungan terhadap air dan tanah (Hidrologis), dengan memberi pemanfaatan hasil hutan berupa hasil hutan non kayu dan jasa rekreasi, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk diusahakan. Hutan menjadi media hubungan timbal balik antara manusia dan makhluk hidup lainnya dengan faktor- faktor alam yang terdiri dari proses ekologi dan merupakan suatu kesatuan siklus yang dapat mendukung kehidupan (Rahmawati, 2008).

Komposisi Hutan

Beberapa faktor yang mempengaruhi komposisi dan struktur vegetasi, yaitu flora, habitat (iklim, tanah, dan lain-lain), waktu dan kesempatan sehingga vegetasi di suatu tempat merupakan hasil resultan ataupun penjumlahan dari banyak faktor baik sekarang maupun yang lampau. Sebaliknya vegetasi dapat dipakai sebagai indikator terhadap suatu habitat baik pada saat sekarang maupun sejarahnya (Marsono, 1977).

Struktur tegakan akan memberikan gambaran mengenai kondisi tegakannya dimana sumber produksi kayu pada saat sekarang dan akan datang.

Struktur tegakan dapat menunjukkan potensi tegakan minimal yang harus tersedia (pertimbangan ekonomi) dan gambaran mengenai kemampuan tegakan dalam beregenerasi (pertimbangan ekologis) (Krisnawati dan Wahjono, 2002).

Keanekaragaman Jenis

Pada penyebaran tumbuh-tumbuhan di dunia, faktor lingkungan memegang peranan sangat penting. Tumbuh-tumbuhan yang hidup pada suatu tempat akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik secara morfologis

(18)

maupun fisiologis. Diantara faktor-faktor yang berpengaruh, iklim merupakan yang terbesar pengaruhnya dalam menentukan sifat/tipe hutan. Oleh karena itu dikenal adanya hubungan antar bentuk morfologistumbuhan dengan banyak faktor lingkungan (Samingan, 1971).

Dalam suatu ekosistem hutan, masyarakat tumbuh-tumbuhan berhubungan erat satu sama lain dengan lingkungannya. Hubungan ini terlihat dengan adanya variasi dalam jumlah masing-masing jenis tumbuhan dan terbentuknya struktur masyarakat tumbuh-tumbuhan tersebut. Terbentuknya pola keanekaragaman dan struktur spesies vegetasi hutan merupakan proses yang dinamis, erat hubungannya dengan kondisi lingkungan, baik biotik maupun abiotik pada lingkungan (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

Kerapatan Tegakan

Kerapatan tegakan merupakan faktor terpenting kedua setelah tempat tumbuh dalam penentuan produktivitas tempat tumbuh. Hal ini penting karena kerapatan tegakan merupakan faktor utama yang dapat dimanipulasi rimbawan dalam pengembangan tegakan. Melalui manipulasi kerapatan tegakan silvikulturis dapat mempengaruhi pemanfaatan jenis selama periode permudaan dan juga memodifikasi kualitas batang, kecepatan pertumbuhan diameter, dan bahkan volume produksi selama periode perkembangan tegakan (Daniel et al., 1992).

Frekuensi

Frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies tertentu terhadap jumlah total sampel. Frekuensi spesies tumbuhan adalah jumlah plot contoh tempat diketemukannya suatu spesies dari

(19)

sejumlah plot contoh yang dibuat. Dengan demikian frekuensi dapat menggambarkan tingkat penyebaran spesies dalam habitat yang dipelajari.

Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana jenis tersebut ditemukan darisejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekuensi dinyatakan dalam besaran persentase, misalnya Shorea sp (Meranti) ditemukan dalam 50 petak contoh dari 100 petak contoh yang telah dibuat, sehingga frekuensi jenis Shorea sp tersebut adalah 50/100 x 100% (Kusmana, 1997).

Vegetasi

Vegetasi adalah masyarakat tumbuhan yang terbentuk oleh berbagai populasi jenis tumbuhan yang terdapat didalam satu wilayah atau ekosistem serta memiliki variasi pada setiap kondisi tertentu. Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik sehingga vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Dimana di antara individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat baik di antara tumbuh-tumbuhan dengan tumbuhan itu sendiri maupun dengan binatang, dengan demikian vegetasi bukan hanya kumpulan dari individu saja, melainkan membentuk suatu kesatuan dimana individu-individunya saling bergantung satu sama lain yang disebut sebagai suatu komunitas tumbuh-tumbuhan (Marsono, 1977).

Pengertian umum vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat. Diantara individu-individu tersebut terdapat interaksi yang erat antara tumbuh-tumbuhan itu sendiri maupun dengan binatang-binatang yang hidup dalam vegetasi itu dan faktor-faktor lingkungan (Marsono, 1977). Dengan demikian berarti bahwa

(20)

vegetasi bukan hanya kumpulan dari individu-individu tumbuhan saja, akan tetapi merupakan suatu kesatuan dimana individu-individu penyusunnya saling tergantung satu sama lain dan disebut suatu komunitas tumbuhan. Apabila pengertian tumbuh-tumbuhan ditekankan pada hubungan yang erat antara komponen organisme dan faktor lingkungan, maka hal ini disebut ekosistem (Irwanto, 2006).

Masyarakat tumbuh-tumbuhanatau vegetasi merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh atau merupakan suatu masyarakat yang dinamis. Masyarakat tumbuh-tumbuhanterbentuk melalui beberapa tahap invasi tumbuh-tumbuhan, yaitu adaptasi, agregasi, persaingan dan penguasaan, reaksi terhadap tempat tumbuh dan stabilitasi (Soerianegara dan Indrawan, 1998). Untuk menuju ke suatu vegetasi yang mantap diperlukan waktu sehingga dengan berjalannya waktu vegetasi akan menuju ke keadaan yang stabil,proses ini merupakan proses biologi yang dikenal dengan istilah suksesi (Odum, 1972).

Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau komunitas tumbuh-tumbuhan (Soerianegara dan Indrawan, 1998). Komunitas adalah sistem kehidupan bersama dari sekelompok populasi organisme yang saling berhubungan karena ada saling pengaruh satu dengan yang lainnya dan berkaitan pula dengan lingkungan hidupnya. Pada suatu komunitas terlihat adanya perbedaan jenis penyusun secara vertikal, seperti perbedaan bentuk hidup serta tingkatannya. Secara horizontal juga terlihat adanya perbedaan, yang padanya terlihat adanya kelompok-kelompok atau bentuk mosaik

(21)

dari jenis organisme penyusunnya dan ada pula keterkaitan antara jenis yang hidup bersama (Suin, 2002).

Biomassa dan Karbon Hutan

Biomassa hutan sangat berkaitan dengan isu berubahan iklim. Biomassa hutan sangat berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus karbon. Dari kesemuanya karbon hutan, sekitar 50% diantaranya telah tersimpan dalam vegetasi hutan. Sebagai konsekuensi yang harus diterima jika terjadi kerusakan hutan, kebakaran, berbagai jenis pembalakan akan menambah jumlah karbon di atmosfer. Dinamika karbon di alam dapat dijelaskan secara sederhana dengan siklus karbon. Siklus karbon adalah siklus biogeokimia yang mencakup pertukaran atau perpindahan karbon di antara biosfer, pedosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi. Siklus karbon sesungguhnya merupakan suatu proses yang rumit dan setiap proses saling berpengaruh dengan proses lainnya (Sutaryo, 2009).

Karbon Tersimpan

Karbon tersimpan di dalam dataran bumi dalam bentuk makhluk hidup (tumbuhan dan hewan), bahan organik mati ataupun sedimen seperti fosil tumbuhan dan hewan. Sebagian besar jumlah karbon yang berasal dari makhluk hidup bersumber dari hutan. Sejalan dengan kerusakan hutan yang terjadi, maka terjadi juga pelepasan karbon ke udara sebanyak tingkat kerusakan yang terjadi.

Akumulasi gas rumah kaca akibat perubahan tutupan lahan dan kehutanan diperkirakan ada sebesar 20% dari total emisi global dan perubahan iklim saat ini (Manuari et al, 2011).

(22)

Konsentrasi Karbon Dioksida

Ekosistem hutan hujan tropika menambah CO2 ke atmosfer (melalui respirasi dan pembusukan) sebanyak yang mereka ambil, tetapi bila hutan ditebang dan dibakar, karbon yang tersimpan di biomassanya dan sebagian besar atau semua simpanan karbon berpindah dari biosfer ke atmosfer. Dalam jangka pendek, CO2 ditambah ke atmosfer oleh respirasi tumbuhan, mikroorganisme, dan hewan, oleh pembakaran bahan bakar fosil,serta oleh pembukaan lahan.

Salisburry dan Ross (1995) bahwa laju fotosintesis berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh pada bebagai daerah yang berbeda seperti gurun kering, puncak gunung dan hutan hujan tropika, sangat berbeda. Kapasitas fotosintesis daun diartikan sebagai laju fotosintesis per satuan luas daun pada keadaan cahaya jenuh, konsentrasi CO2 dan O2 normal, suhu optimum dan kelembaban nisbi yang tinggi.

Konsentrasi CO2 di atmosfer bumi di atas tajuk hutan diperkirakan 0,03%

volume 300 ppm. Di dalam hutan konsentrasi CO2 biasanya lebih tinggi.

Ketersediaan CO2 biasanya dapat menjadi faktor pembatas fotosintesis. Hal ini merupakan kasus yang sangat mungkin dalam tajuk pohon hutan yang rapat atau tajuk tanaman pertanian selama siang hari bila fotosintesis aktif mengambil CO2 dari udara (Daniel et al., 1992).

Pertambangan

Pertambangan di Indonesia telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan darisejarah besar bangsa ini. Menurut Mancayo (2008), seberapa tua pemakaian besi dan mineral lainnya dalam kehidupan, setua itulah umur pertambangan dilakukan rakyat. Pertambangan dilakukan oleh masyarakat secara tradisional

(23)

dengan alat-alat sederhana.Menurut Tim Penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin (PETI) DepartemenEnergi dan Sumber Daya Mineral (2000), faktor-faktor timbulnya kegiatan pertambangan rakyat diantaranya adalah kemiskinan, keterbatasan lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta keterlibatan pihak lain yang bertindak sebagai pemodal. Salah satu usaha yang dilakukan oleh masyarakat untuk keluar dari kemiskinan dan memperoleh pendapatan yang layak adalah dengan memanfaatkan sumberdayaalam yang ada, diantaranya adalah bahan galian (bahan tambang) dan mudah dijualdan memiliki nilai jual yang cukup tinggi, salah satunya adalah penambangan emas dan bahan galian lainnya seperti batu bara dan timah.

Pertambangan Rakyat

Istilah tambang rakyat secara resmi terdapat pada Pasal 2 huruf n, UU No.

11 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan. Dalam pasal ini disebutkan bahwa Pertambangan Rakyat adalah satu usaha pertambangan bahan- bahan galian dari semua golongan a, b dan c yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong-royong dengan alat-alat sederhana untuk pencaharian sendiri. Golongan A (bahan galian strategis, seperti minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam, bitumen padat, aspal, antrasit, batu bara, uranium, nikel, kobalt dan timah), Golongan B (bahan galian vital, seperti besi, mangan, tembaga, timbale, emas, perak, intan, zircon, Kristal kuarsa dan belerang) dan golongan C (bahan galian yang tidak termasuk golongan strategis dan vital, seperti marmer, batu kapur, dolomit, kalsit, granit, andesit, basal, tanah liat, batu permata, dan batu setengah permata) dilakukan oleh rakyat setempat secara gotong royong dengan alat-alat sederhana untuk pencarian sendiri.

(24)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak dan Luas

Secara administratif pemerintahan, ditemukan kawasan hutan lindung Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang berada di Kabupaten Mandailing Natal yang merupakan daerah kabupaten paling selatan dari wilayah Provinsi Sumatera Utara dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat dan Samudera Indonesia. Secara geografis Kabupaten Mandailing Natal terletak antara 0o 10’-1°

50' Lintang Utara dan 98° 50'-100° 10' Bujur Timur. Secara lengkap batas administrasi wilayah Kabupaten Mandailing Natal berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011-2016 adalah:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas

 Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia

Gambar 1. Lokasi Penelitian

(25)

o Huta Bargot

NAGA JUANG

Hutan Lindung Hutan Produksi Pemanfaatan Lain

Gambar 2. Lokasi Penelitian Kecamatan Naga Juang

Tabel 1. Administrasi Wilayah Kabupaten Mandailing Natal No. Nama Kecamatan Ibukota

Kecamatan

Luas Wilayah (Ha)

Jumlah Kel Desa

1 Siabu Siabu 34.536,48 2 26

2 Bukit Malintang Malintang Jae 12.743,52 - 11

3 Panyabungan Utara Mompang 6.372,64 1 11

4 Huta Bargot Bangun Sejati 11.620,97 - 14

5 Panyabungan Panyabungan 25.977,43 9 30

6 Panyabungan Timur Gunung Baringin 39.787,40 1 14

7 Panyabungan Barat Longat 8.721,83 1 9

8 Panyabungan Selatan Tano Bato 8.759,72 1 10

9 Lembah Sorik Marapi Pasar Maga 3.472,57 1 8

10 Puncak Sorik Marapi Sibanggor Tonga 5.553,79 - 11

11 Tambangan Laru 15.859,86 1 19

12 Kotanopan Kotanopan 32.514,72 2 34

13 Ulu Pungkut Huta Godang 29.519,06 1 12

14 Muarasipongi Muara Sipongi 13.570,31 1 15

15 Pakantan Pakantan 9.359,69 - 8

16 Batang Natal Muara Soma 65.150,99 1 30

17 Lingga Bayu Simpang Gambir 19.276,50 2 17

18 Ranto Baek Manisak 15.271,52 - 188

19 Batahan Batahan 49.707,30 1 17

20 Sinunukan Sinunukan III 17.263,70 - 14

21 Natal Natal 93.537,00 2 28

22 Muara Batang Gadis Singkuang 143.502,00 - 14

23 Naga Juang Banua Simanosor - 7

Total 662.070,00 27 377

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011-2016

Humbang I

o

Lokasi tambang masyarakat

o

Lokasi penelitian

(26)

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 579 tahun 2014 Luas hutan Desa Humbang I Kec. Naga Juang adalah 61.154,31 Ha yang terdiri Hutan Lindung 2.329,01 hektar, Hutan Produksi Terbatas seluas 693,79 hektar, Hutan Primer 56.493,09 dan areal penggunaan lain seluas 1.638,42 hektar.Pembagian zonasi kawasan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011-2016sebagai mana tampak pada tabel 2.

Tabel 2. Luas zonasi di hutan Desa Humbang I Kec. Naga Juang

Zona Daratan (Ha)

Inti 56.493,09

Hutan Produksi Terbatas 693,79

Hutan Lindung 2.329,01

Pemanfaatan Lainnya 1.638,42

Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011-2016

Aksesibilitas

Kawasan hutan lindung Desa Humbang I, Kec. Naga Juang merupakan kawasan yang memiliki aksesisbilitas yang tertutup. Jalan penghubung merupakan jalan setapak untuk menuju kawasan ini (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011-2016).

Topografi

Kawasan hutan lindung Desa Humbang I Kec. Naga Juang memiliki topografi bergelombang dari ringan sampai berat. Keadaan lereng yang ditemukan yaitu lereng landai dan rata sampai curam. Ketinggian bervariasi mulai dari 0 sampai 698 m di atas permukaan air laut (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011-2016).

(27)

Iklim dan Curah Hujan

Kawasan hutan Desa Humbang I Kec. Naga Juang Kabupaten Mandailing Natal mempunyai dua iklim yaitu musim hujan dan kemarau. Musim kemarau terjadi antara bulan Juni sampai Bulan September dimana arus angin berasal dari Australia yang tidak banyak mengandung uap air. Sebaliknya musim hujan terjadi pada bulan Desember sampai bulan Maret karena arus angina banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik. Keadaan ini seperti silih berganti setiap tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-November (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011-2016).

Tinggi atau rendahnya udara di suatu tempat dipengaruhi oleh ketinggian daerah di atas permukaan laut. Daerah Mandailing Natal mandailing natal yang terletak di ketinggian 0-1000 meter di atas permukaan laut mengakibatkan suhunya berkisar antara 230-320C dengan kelembaban antara 80-85%.

Curah hujan di suatu tempat dipengaruhi oleh iklim, keadaan topografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Olehkarena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan wilayah masing-masing (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011-2016, 2011).

Hidrologi

Ada beberapa sungai yang tersebar di Kabupaten Mandailing Natal yaitu Sungai Batang Gadis, Sungai Batang Batahan, Sungai Natal, Sungai Tabuyung, Sungai Batang Bintuas dan Sungai Batang Toru. Sungai terbesar adalah sungai Batang Gadis dengan luas 369.963,95 Ha atau sekitar 55,88% dari luas Kabupaten

(28)

Mandailing Natal(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011-2016).

Tipe Ekosistem

Ekosistem adalah suatu kesatuan wilayah yang mencakup seluruh aspek biotik maupun abiotik yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Penggunaan lahan Kabupaten Mandailing Natal terbagi atas sebelas kategori penggunaan lahan dengan dominasi hutan, disusul berturut-turut oleh perkebunan, sawah, ladang, kebun, lahan terbuka, pemukiman, hutan mangrove, rawa, danau dan tambak (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011-2016).

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Kabupaten Mandailing Natal dalam angka 2011 (BPS) menyajikan data luas kawasan hutan menurut fungsi hutan di Kabupaten Mandailing Natal tahun 2009 adalah 403.451,78 Ha atau 60,94% dari total luas wilayah Kabupaten yang terdiri atas Hutan Lindung 120.675,05 Ha (18,23%), Hutan Konservasi 108.000 Ha (16,31%) dan Hutan Produksi 174.776,73 (26,40%) (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011-2016).

(29)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Hutan LindungDesa Humbang I Kec. Naga Juang,Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakanpada Mei sampai Juli 2015.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan adalah buku pengenalan flora, kompas, meteran, phi-band, Abney Level, camera, patok, tali plastik atau tambang, Global Positioning System (GPS), alat tulis dan tally sheet.

Pengumpulan Data

Data diperoleh dari hasil pengukuran peubah secara langsung di lapangan.

Adapun peubah yang akan diukur adalah jenis, jumlah semai, jumlah pancang, jumlah tiang dan jumlah pohon serta tinggi dan diameter tiang dan pohon.

Pengukuran diameter yang dimaksud adalah diameter setinggi dada (dbh).

Alat yang digunakan untuk mengukur diameter adalah phi-band. Tinggi yang akan diukur adalah tinggi total dan tinggi bebas cabang dengan menggunakan Abney Level.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode jalur dengan garis berpetak dengan panjang jalur 100 m dan lebar 20 m pada jalur diletakkan beberapa petak ukur seperti Gambar 3.

(30)

Gambar 3. Desain Petak Ukur dalam Setiap Jalur.

Keterangan :

Petak A : petak ukur untuk semai dengan ukuran 2 m × 2 m Petak B : petak ukur untuk pancang dengan ukuran 5 m × 5 m Petak C : petak ukur untuk tiang dengan ukuran 10 m × 10 m Petak D : petak ukur untuk pohon dengan ukuran 20 m × 20 m Petak PQ : sebagai jalur pengamatan dengan ukuran 20 m × 100 m Kriteria :

1. Semai : sejak perkecambahan sampai tinggi 1,5 m

2. Pancang : permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.

3. Tiang : pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.

4. Pohon : pohon dewasa dengan diameter ≥ 20 cm.

Penentuan atau peletakanplot sampel di lapangan dilakukan secara sengaja. Sampel denganmengambil sampling secara acak untuk titik awal, kemudian selanjutnya dibuat jalur dengan petak ukur di dalamnya. Pengamatan pengukuran-pengukuran dan pengambilan contoh bagian tumbuhan untuk

P Q

(31)

keperluan herbarium dalam rangka mengidentifikasi jenis tumbuhan yang tidak diketahui jenisnya.

Analisis Data

1. Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks nilai penting (importance value index) adalah parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. INP sebagai penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominansi relatif.

Indeks nilai penting (INP) dihitung dengan rumus:

INP = KR + FR + DR Untuk tingkat semai dan pancang:

INP = KR + FR Keterangan:

KR = Kerapatan Relatif FR = Frekuensi Relatif

DR = Dominansi Relatif (Kusmana, 1997):

1. Kerapatan (K) dapat diketahui dengan rumus:

K =

contoh petak Luas

Individu

2. Kerapatan Relatif (KR) dapat diketahui dengan rumus:

KR= 100%

jenis seluruh K total

jenis suatu

K 

3. Frekuensi (F) dapat diketahui dengan rumus:

F =

 

contoh petak sub seluruh

spesies suatu

ditemukan petak

sub

(32)

4. Frekuensi Relatif (FR) dapat diketahui dengan rumus:

FR= 100%

jenis seluruh total

F

jenis suatu

F 

5. Dominansi (D) dapat diketahui dengan rumus:

D= Luaspetak contoh spesies suatu

dasar bidang

Luas

6. Dominansi Relatif (DR) dapat diketahui dengan rumus:

DR= 100%

jenis seluruh total

D

jenis suatu

D 

2. Keanekaragaman Jenis

Untuk mengetahui keanekaragaman jenis vegetasi yang juga menunjukkan tingkat kestabilan dari vegetasi, dapat menggunakan indeks keragaman sebagai berikut (Odum,1996).

 Indeks keanekaragaman dari Shannon – Wiener H’ = -

s

i

N ni/ )

[( ln (ni/N)]

Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wiener S = jumlah jenis

ni = jumlah INP jenis ke – i N = total INP

3. Pendugaan Karbon Tersimpan

Pendugaan cadangan karbon di atas permukaan terlebih dahulu diduga jumlah biomassavegetasi. Perhitungan karbon hanya dilakukan pada tingkat pohon. Pendugaan biomassa vegetasi ini menggunakan persamaan allometrik :

Biomassa (BK) = 0,11.ρ.D2.62 (Kettering et al 2001)

(33)

Keterangan :

BK = Biomassa pohon (kg/m2) D = Diameter batang (cm) ρ = Berat jenis kayu (gr/cm3)

Untuk berat jenis kayu (ρ) diperoleh dari Wood Density Database Global wood density database (Zanne et.al., 2009). Untuk menghitung karbon dengan cara mengalikan biomassa dengan faktor konversi sebesar 0,5. Biomassa hutan dapat digunakan untuk mendapatkan simpanan karbon yang tersimpan karena 50% biomassa hutan tersusun oleh karbon (Brown 1997). Rumus yang digunakan untuk menghitung karbon, yaitu:

C tersimpan per hektar = Biomassa (kg ha-1) x 0,5

Keterangan:

C = Jumlah stok karbon (ton/ha) B = Biomassa (ton/ha)

0,5 = Kadar karbon

4. Penyerapan Karbon Dioksida

Konversi stok karbon ke CO2 –ekivalen dapat menggunakan perbandingan massa atom relatif C (12) dan massa molekul relatif CO2 (44), dirumuskan:

CO2-ekivalen = (44/12) x stok karbon (Morikawa, 2003).

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Vegetasi

Kegiatan analisis vegetasi dilakukan di hutan lindung Desa Humbang I, Kec. Naga Juang Kab.Mandailing Natal.Kegiatan ini dilakukan tidak pada keseluruhan hutan melainkan mengambil sample dengan membuat jalur berpetak pada kawasan hutan lindung. Dari jalur yang telah dibuat dan melalui inventarisasi ini diperoleh plot sebanyak 14 plot dengan sub plot yang telah didapat berjumlah 21 sub plot. Berdasarkan kegiatan analisis vegetasi di hutan tersebut diperoleh data pada tingkat semai, pancang, tiang, dan pohon. Tingkat semai hasil analisis vegetasi disajikan pada Tabel 3.

Komposisi vegetasi merupakan variasi spesies flora yang membentuk suatu komunitas dimana yang satu dengan lainnya saling mendukung. Richards (1996) menggambarkan keberadaan spesies di dalam hutan sebagai penentu komposisi vegetasi. Komposisi dan dominansi spesies tumbuhan atau kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas di lokasi dapat dilihat dari Indeks Nilai Penting (INP). Husni (2013) menyatakan bahwa suatu jenis tumbuhan dapat berperan jika INP untuk tingkat semai dan pancang lebih dari 10 %, untuk tingkat tiang dan pohon lebih dari 15 %.

Pada tingkat semai komposisi jenis ditemukan ada 16 jenis yang diantaranya terdapat enam (6) jenis yang memiliki Indeks Nilai Penting yang telah berperan (INP>10%). JenisCinnamomum spberada pada urutan pertama dengan Indeks Nilai Penting sebesar 68,84%. Berturut-turut kedua dan selanjutnya ditempati oleh Alstonia scholarismemiliki Indeks Nilai Penting 26,35%; Quercus gemelliflora Blumememiliki Indeks Nilai Penting sebesar 22,96%; Adinandra

(35)

dasyantha Choisy dengan Indeks Nilai Penting sebesar 15,43%;Jackia ornata Wall dengan Indeks Nilai Penting sebesar 14,67%;Horsfieldia irya Warbdengan Indeks Nilai Penting sebesar 11,29%.

Tabel 3. Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Semai di Hutan Lindung Desa Humbang I, Kecamatan NagaJuang, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara

No Nama Lokal Nama Latin KR FR INP H'

1 Jambu-jambu Cinnamomum sp 45,11 23,73 68,84 0,37

2 Tulason/Pulai Alstonia scholaris 9,40 16,95 26,35 0,27 3 Hoteng Quercus gemelliflora Blume 9,40 13,56 22,96 0,25 4 Tada-tada Adinandra dasyantha Choisy 5,26 10,17 15,43 0,20

5 Hau Aek Jackia ornata Wall 11,28 3,39 14,67 0,19

6 Dara-dara Horsfieldia irya Warb 4,51 6,78 11,29 0,16 7 Balik-Balik

Angin

Mallotus barbatus 2,63 6,78 9,41 0,14

8 Latong Urtica sp 3,76 3,39 7,15 0,12

9 Hau Merah Myristica inners 1,50 3,39 4,89 0,09

10 Laddorong Irvingia sp 3,01 1,69 4,70 0,09

11 Medang Litsea resinosa Blume 0,75 1,69 2,45 0,05

12 Meranti Shorea gibbosa Brandis 0,75 1,69 2,45 0,05

13 Karet Hevea brasiliensis 0,75 1,69 2,45 0,05

14 Rambutan Hutan Criptocarya nitens (Blume) Koord dan Val

0,75 1,69 2,45 0,05 15 Sitarak Macaranga lowii King ex

Hook f

0,75 1,69 2,45 0,05 16 Motung/Gumbot Ficus toxicaria Linn 0,38 1,69 2,07 0,05

TOTAL 100,00 100,00 200,00 2,19

Pada tingkat Pancang, komposisi jenis ditemukan sebanyak 21 jenis, diantaranya terdapat lima (5) jenis yang yang memiliki Indeks Nilai Penting yang telah berperan (INP>10%). Cinnamomum sp sebagai tumbuhan yang paling mendominasi karena menunjukkan presentasi INP berpengaruh paling besar 40,16%; diikuti oleh Alstonia scholaris menduduki urutan kedua dengan Indeks Nilai Penting 31,60%; Quercus gemelliflora Blume menduduki urutan ketiga dengan Indeks Nilai Penting sebesar 25,40%; kemudian selanjutnya ditempati oleh Mallotus barbatus dengan Indeks Nilai Penting sebesar 18,84% dan terakhir

(36)

ditempati oleh Urtica sp dengan Indeks Nilai Penting sebesar 13,11%.. Hasil dari analisis vegetasi tingkat pancang telah disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Pancang di Hutan Lindung Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara

No Nama Lokal Nama Latin KR FR INP H'

1 Jambu-jambu Cinnamomum sp 20,47 19,67 40,14 0,32

2 Tulason/Pulai Alstonia scholaris 15,20 16,39 31,60 0,29 3 Hoteng Quercus gemelliflora Blume 12,28 13,11 25,40 0,26 4 Balik-Balik

Angin

Mallotus barbatus 12,28 6,56 18,84

0,22

5 Latong Urtica sp 8,19 4,92 13,11 0,18

6 Laddorong Irvingia sp 4,68 3,28 7,96 0,13

7 Dara-dara Horsfieldia irya Warb 2,34 4,92 7,26 0,12 8 Rambutan

Hutan

Criptocarya nitens (Blume) Koord dan Val

3,51 3,28 6,79

0,11 9 Tada-tada Adinandra dasyantha Choisy 2,92 3,28 6,20 0,11 10 Sitarak Macaranga lowii King ex

Hook f

2,92 3,28 6,20

0,11

11 Karet Hevea brasiliensis 2,92 3,28 6,20 0,11

12 Meranti Shorea gibbosa Brandis 2,34 3,28 5,62 0,1

13 Medang Litsea resinosa Blume 1,75 1,64 3,39 0,07

14 Adulpak Sapium baccatium Roxb 1,75 1,64 3,39 0,07 15 Sapot Macaranga gigantea Muell 1,75 1,64 3,39 0,07

16 Hau Aek Jackia ornata Wall 1,17 1,64 2,81 0,06

17 Motung Ficus toxicaria Linn 1,17 1,64 2,81 0,06

18 Meranti Pirang Shorea leprosula Mig 0,58 1,64 2,22 0,05

19 Hau Merah Myristica inners 0,58 1,64 2,22 0,05

20 Rengas Gluta renghas Linn 0,58 1,64 2,22 0,05

21 Sukun Artocarpus communis 0,58 1,64 2,22 0,05

TOTAL 100,00 100,00 200,00 2,59

Pada Tingkat Tiang, komposisi jenis ditemukan ada sebanyak 14 jenis, diantaranya dapat dilihat terdapat sembilan (9) jenis yang yang memiliki Indeks Nilai Penting yang telah berpengaruh (INP>15%). Quercus gemelliflora Blume sebagai tumbuhan yang paling mendominasi karena menunjukkan presentasi INP paling berpengaruh yaitu sebesar 56,31%; diikuti oleh Alstonia scholaris menduduki urutan kedua dengan Indeks Nilai Penting 45,15%; Sapium baccatium Roxb menduduki urutan ketiga terbesar dengan Indeks Nilai Penting sebesar

(37)

27,84%;kemudian berturut-turut ditempati oleh Jackia ornata Walldengan Indeks Nilai Penting sebesar 26,78%; Horsfieldia irya Warb dengan Indeks Nilai Penting sebesar 23,58%; Pterospermum javanicum Jungh dengan Indeks Nilai Penting sebesar 21,55%; Shorea parvifolia Dyer dengan Indeks Nilai Penting sebesar 20,11%; Hevea brasiliensis dengan Indeks Nilai Penting sebesar 16,83%;

Criptocarya nitens (Blume) Koord dan Val dengan Indeks Nilai Penting sebesar 16,35%. Hasil Analisis vegetasi tingkat pohon dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5. Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Tiang di Hutan Lindung Desa Humbang I, Kecamatan Naga Juang, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara

No Nama Lokal Nama Latin KR FR DR INP H'

1 Hoteng Quercus gemelliflora Blume

18,18 21,05 17,07 56,31 0,31 2 Tulason/Pulai Alstonia scholaris 20,00 15,79 9,36 45,15 0,29 3 Adulpak Sapium baccatium

Roxb

12,73 7,89 7,22 27,84 0,22 4 Hau Aek Jackia ornata Wall 9,09 `13,16 4,53 26,78 0,22 5 Dara-dara Horsfieldia irya Warb 1,82 2,63 19,13 23,58 0,20 6 Bayur Pterospermum

javanicum Jungh

7,27 5,26 9,02 21,55 0,19 7 Meranti

Bunga

Shorea parvifolia Dyer 5,45 7,89 6,76 20,11 0,18 8 Karet Hevea brasiliensis 5,45 2,63 8,74 16,83 0,16 9 Rambutan

Hutan

Criptocarya nitens (Blume) Koord dan Val

7,27 7,89 1,18 16,35 0,16 10 Meranti Shorea gibbosa

Brandis

3,64 2,63 7,73 13,99 0,14 11 Buah Porang Amorphophallus

konjac K.Koch

3,64 5,26 1,49 10,39 0,12 12 Meranti

Pirang

Shorea leprosula Mig 1,82 2,63 4,84 9,28 0,11 13 Hase/Kayu

Batu

Rhodemnia sp 1,82 2,63 2,10 6,55 0,08

14 Sitarak Macaranga lowii King ex Hook f

1,82 2,63 0,82 5,27 0,07

TOTAL 100,00 100,00 100,00 300,00 2,45

Pada tingkat pohon ditemukan 21 jenis, yang diantaranya terdapat lima (5) jenis yang telah berperan berdasarkan Indeks Nilai Penting yang dimilikinya (INP>15%). Alstonia scholaris sebagai tumbuhan yang paling mendominasi karena

(38)

diikuti oleh Quercus gemelliflora Blume menduduki urutan kedua dengan Indeks Nilai Penting sebesar 40,87%; Jackia ornata Wall menduduki urutan ketiga terbesardengan Indeks Nilai Penting sebesar 23,92%; kemudian berturut-turut ditempati oleh Shorea leprosula Mig dengan Indeks Nilai Penting sebesar 21,88%;

Shorea parvifolia Dyer dengan Indeks Nilai Penting sebesar 21,51%.

Tabel 6. Hasil Analisis Vegetasi Tingkat Pohon di Hutan Lindung Desa Humbang I,Kecamatan Naga Juang, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara

No Nama Lokal Nama Latin KR FR DR INP H’

1 Tulason/Pulai Alstonia scholaris 28,70 19,48 27,27 75,45 0,35 2 Hoteng Quercus gemelliflora

Blume

15,74 11,69 13,44 40,87 0,27 3 Hau Aek/Kayu

Air

Jackia ornata Wall 9,26 10,39 4,27 23,92 0,20 4 Meranti Pirang Shorea leprosula Mig 5,56 5,19 11,13 21,88 0,19 5 Meranti Bunga Shorea parvifolia

Dyer

6,48 9,09 5,94 21,51 0,19 6 Medang Litsea resinosa

Blume

3,70 5,19 6,02 14,92 0,15

7 Bayur Pterospermum

javanicum Jungh

4,63 5,19 4,45 14,27 0,14 8 Meranti

Gombong

Shorea dsyphlla Foxw

2,78 3,90 5,20 11,87 0,13 9 Meranti Shorea gibbosa

Brandis

3,70 3,90 4,11 11,71 0,13 10 Lagan Dipterocarpus

kunstleri King

3,70 5,19 2,50 11,40 0,12 11 Rambutan

Hutan

Criptocarya nitens (Blume) Koord dan Val

2,78 3,90 2,72 9,40 0,11

12 Rengas Gluta renghas Linn 1,85 2,60 4,84 9,29 0,11 13 Motung Ficus toxicaria Linn 2,78 2,60 1,37 6,74 0,09 14 Sitarak Macaranga lowii

King ex Hook f

1,85 2,60 1,14 5,59 0,07 15 Harihara Melanorrhoea sp 0,93 1,30 2,75 4,98 0,07 16 Beringin Ficus benjamina 0,93 1,30 0,65 2,87 0,04 17 Hau Merah Myristica inners 0,93 1,30 0,65 2,87 0,04 18 Karet Hevea brasiliensis 0,93 1,30 0,54 2,77 0,04 19 Adulpak Sapium baccatium

Roxb

0,93 1,30 0,42 2,64 0,04 20 Jelutung Dyera costulata

(Miq.) Hook

0,93 1,30 0,33 2,56 0,04 21 Napuran-

napuran

Rodermachera giganteaMig

0,93 1,30 0,28 2,51 0,04 TOTAL 100,00 100,00 100,00 300,00 2,57

Referensi

Dokumen terkait

penilaian dan evaluasi dari Semua Data dalam surat penawaran harga.. perusahaan ternyata rekanan / perusahaan tersebut telah

Extensionists are one of the important factors in delivering information technology to farmers. The performance of a good extension worker greatly influences

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan konsep rancangan combination tool yang merupakan alat bantu pembuatan produk menggunakan bahan dasar lembaran pelat

Dalam cerita yang terdapat dalam kidung Sunda tersebut dapat dilihat bahwa perang Bubat terjadi karena kesalahan yang dilakukan oleh patih Gajah Mada.. Gajah Mada merasa bahwa

Studipustakayaitupengumpulan data dansumberdengancaramembacabuku, internet, jurnaldanartikel-artikel yang terkaitdenganproyekini

Dimana nanti prosesnya ketika Pada RFID reader ini akan membaca RFID tag yang ada pada ID CARD SISWA, diharapkan ID yang di baca akan di simpan di Eprom dan akan di bandingkan

Menyatakan dengan seswtgguhnya bahwa basil skripsi saya yang berjudul: PROSES PEMBENTUKAN PERILAKU KETERGANTIJNGAN ALKOHOL PADA PECANDU MINUMAN BERALKOHOL.. Benar-benar merupakan

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Apakah stress kerja berpengaruh signifikan terhadap