• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PENCARIAN INFORMASI MENGGUNAKAN INTERNET PADA MAHASISWA AKTIF PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POLA PENCARIAN INFORMASI MENGGUNAKAN INTERNET PADA MAHASISWA AKTIF PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PENCARIAN INFORMASI MENGGUNAKAN INTERNET PADA MAHASISWA AKTIF PROGRAM STUDI

ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Skripsi

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi Unuk meraih gelar Sarjana Sains Informasi (S.SI) dalam Bidang Ilmu

Perpustakaan dan Informasi

OLEH:

SITI KHAIRANI NASUTION 150709014

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN DAN SAINS INFORMASI MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Siti Khairani Nasution. 2019. POLA PENCARIAN INFORMASI MENGGUNAKAN INTERNET PADA MAHASISWA AKTIF PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Medan: Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi Fakultas Ilmu Budaya.

Pencarian informasi yang semakin hari semakin membutuhkan hal yang sederhana namun hasil yang didapat harus maksimal. Pengguna dapat mencari dan memilih sendiri informasi yang dibutuhkan dari hasil pencarian dalam waktu yang lebih cepat dengan adanya internet. Dalam pencarian informasi berbasis web untuk memenuhi kebutuhan informasi mahasiswa Ilmu Komunikasi USU lebih sering mengakses melalui situs web diantaranya wikepedia, blog, ataupun pencarian informasi secara luas dengan menggunakan search engine.

Permasalahan yang terjadi di Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara adalah banyaknya mahasiswa yang masih belum mengetahui mengenai pola pencarian informasi yang seharusnya. Model pencarian informasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu undirected viewing, conditioned viewing, informal search, dan formal search. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa Ilmu Komunikasi USU dalam melakukan pencarian informasi lebih banyak menggunakan model conditioned viewing, yang artinya informasi yang akan dicari harus lebih dulu diketahui dengan topik yang jelas dan informasi yang dicari sudah mulai terarah.

Kata kunci : undirected viewing, conditioned viewing, informal search, formal search

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Sains dan Informasi, khususnya program studi reguler strata satu, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk skripsi ini adalah “Pola Pencarian Informasi Menggunakan Internet pada Mahasiswa Aktif Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Budi Agustono, M.S. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Dra. Eva Rabita, M. Hum. selaku Ketua Jurusan Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi

3. Bapak Ishak, SS., M.Hum. selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Perpustakaan dan Sains Informasi sekaligus Penguji I yang telah memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi.

(7)

4. Bapak Dr. Jonner Hasugian, M.Si. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan dan bantuan dari awal hingga selesainya skripsi.

5. Ibu Laila Hadri Nasution, S.Sos., M.P. selaku penguji II yang telah memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi.

6. Orang tua, kakak dan adik tercinta yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga laporan ini dapat diselesaikan.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan selama dalam perkuliahan.

8. Intan Hartanti Rahman selaku teman membantu saya mengerjakan skripsi.

9. Annisa Rahmi selaku teman yang membantu saya dalam penelitian.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.

Medan, 11 Oktober 2019 Penulis,

Siti Khairani Nasution 150709014

(8)

Daftar Isi

Halaman

Lembar Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

Bab II Tinjauan Pustaka ... 6

2.1. Internet Untuk Menenuhi Kebutuhan Informasi ... 6

2.1.1. Internet ... 8

2.1.2. Strategi Penelusuran Informasi Melalui Internet ... 9

2.2. Perilaku Pencarian Informasi ... 9

2.3. Teknik Penelusuran Informasi ... 10

2.4. Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kebutuhan Informasi ... 11

2.5. Karesteristik Kebutuhan Informasi ... 13

2.6. Model Pola Pencarian Informasi ... 14

2.7. Pencarian Informasi Web ... 18

2.7.1. Undirected Viewing ... 18

2.7.2. Conditioned Viewing ... 20

2.7.3. Formal Search ... 21

2.7.4. Informal Search ... 23

Bab III Metode Penelitian ... 26

3.1. Metode Penelitian ... 26

3.2. Lokasi Penelitian ... 26

3.3. Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1. Populasi ... 26

3.3.2. Sampel ... 27

3.4. Instrumen Penelitian ... 28

3.5. Kisi-kisi Kuisoner ... 28

3.6. Jenis dan Sumber Data ... 29

3.7. Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.8. Analisis Data ... 29

(9)

Daftar Isi

Halaman

Bab IV Hasil dan Pembahasan ... 31

4.1. Pengumpulan Data ... 31

4.2. Pengolahan Data ... 31

4.2.1. Undirected Viewing ... 38

4.2.2. Conditioned Viewing ... 39

4.2.3. Informal Search ... 39

4.2.4. Formal Search ... 40

4.2.5. Rangkuman Hasil Penelitian ... 41

Bab V Kesimpulan dan Saran ... 44

5.1. Kesimpulan ... 44

5.2. Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Daftar Tabel

Tabel Halaman

3.1. Kisi-kisi Kuisoner ... 28

4.1. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 1 ... 31

4.2. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 2 ... 32

4.3. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 3 ... 32

4.4. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 4 ... 33

4.5. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 5 ... 33

4.6. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 6 ... 34

4.7. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 7 ... 34

4.8. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 8 ... 35

4.9. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 9 ... 35

4.10. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 10 ... 36

4.11. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 11 ... 36

4.12. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 12 ... 37

4.13. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 13 ... 37

4.14. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 14 ... 38

4.15. Pencarian Informasi Undirected Viewing ... 39

4.16. Pencarian Informasi Conditioned Viewing ... 39

4.17. Pencarian Informasi Informal Search ... 40

4.18. Pencarian Informasi Formal Search ... 40

4.19. Rangkuman Hasil Penelitian ... 41

4.20. Persentase Rangkuman Hasil Penelitian ... 42

(11)

Daftar Gambar

Gambar Halaman

2.1. Wilson’s Model (1994) ... 12

2.2. The Wilson Model (1981) ... 15

2.3. Model Pencarian Informasi Ellis ... 16

4.1. Diagram Pencarian Informasi Melalui Internet ... 43

(12)

Daftar Lampiran

Lampiran Halaman

1. Kuisioner Penelitian ... L-1 2. Rekapitulasi... L-2 3. Surat Izin Penelitian ... L-3 4. Surat Balasan Penelitian ... L-4

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan merupakan tempat berkumpulnya informasi. Pencarian informasi yang semakin hari semakin membutuhkan hal yang sederhana namun hasil yang didapat harus maksimal. Dalam memenuhi kebutuhan informasi pengguna perpustakaan terlebih dahulu harus mengetahui apa yang pengguna butuhkan. Hal inilah yang membuat perpustakaan harus melalukan kerjasama kepada pengguna perpustakaan dan pustakawan agar pengguna perpustakaan mendapatkan hasil pencarian informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Dalam melakukan pencarian informasi, pengguna juga harus melihat apakah informasi yang ia dapatkan adalah informasi yang sesuai dengan apa yang ia butuhkan.

Seperti yang kita ketahui informasi yang berada di dunia ini semakin hari semakin bertambah dengan bentuk yang beragam.

Informasi dapat diakses di mana saja dan kapan saja. Pengguna membutuhkan informasi tidak perlu datang ke perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Karena informasi yang tersedia perpustakaan seperti e- book dan e-journal sudah dapat di akses oleh pencari informasi. Tapi hal ini tidaklah semua orang yang membutuhkan informasi menyukai bahan bacaan digital. Bagi mereka, membaca bahan tercetak jauh lebih mudah untuk dicerna dari pada tercetak.

(14)

Pengguna dapat mencari dan memilih sendiri informasi yang dibutuhkan dari hasil pencarian dalam waktu yang lebih cepat dengan adanya internet. Karena pencarian melalui internet yang efektif dan efisien inilah yang membuat pengguna lebih memilih mencari informasi di internet pada zaman sekarang. Tetapi perkembangan internet yang pesat menimbulkan banyaknya informasi yang terdapat didalamnya diragukan keakuratan dan kebenarannya. Dibutuhkan cara pencarian informasi yang benar untuk mendapatkan informasi yang benar pula.

Disinilah pengguna yang memiliki kebutuhan informasi dan memanfaatkan internet harus selektif terhadap informasi yang didapat agar tidak menimbulkan kesalah pahaman.

Layanan internet harus dapat memenuhi kebutuhan pengguna di perpustakaan. Layanan yang disediakan oleh perpustakaan berupa komputer dan wifi sehingga pengguna perpustakaan dapat mengakses internet menggunakan perangaktanya sendiri. Internet dan wifi sudah seharusnya ada pada perpustakaan karena kebutuhan informasi lebih banyak menggunakan internet dan wifi. Dengan adanya internet pengguna pencari informasi haruslah lebih jeli dalam memilah informasi yang akan gunakan. Dalam hal inilah pengguna harus mengetahui strategi dalam melakukan pencarian informasi. Seiap orang yang melakukan pencarian informasi akan berbeda-beda untuk melakukan pencarian informasi dan menerima informasi yang akan digunakannya.

Menurut pemustaka, mencari informasi menggunakan internet lebih cepat untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Hal ini didukung oleh lebih singkatnya waktu yang digunakan oleh pemustaka untuk mendapatkan informasi

(15)

serta tingkat ketepatan informasi yang didapatkan melalui internet dengan waktu yang lebih singkat. Banyaknya pemustaka yang datang dari berbagai jurusan membuat proses untuk mendapatkan informasi berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan individu masing-masing. Informasi apa yang dicari pemustaka di internet serta bagaimana cara pemustaka mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka inilah yang menghasilkan pola tertentu dalam pencarian informasi.

Program studi Ilmu Komunikasi USU merupakan salah satu program studi di fakultas Ilmu Sosial dan Politik USU. Program studi Ilmu Komunikasi USU (USU) memiliki 575 orang mahasiswa.

Penelitian ini berlangsung di program studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU. Objek penelitian ini berfokus kepada mahasiswa angkatan 2015. Hal ini dikarenakan mahasiwa sedang malakukan pengerjaan tugas akhir atau skripsi, sehingga mahasiswa banyak membutuhkan referensi dan melakukan pencarian informasi dari berbagai media.

Dalam pencarian informasi berbasis web untuk memenuhi kebutuhan informasi mahasiswa Ilmu Komunikasi USU lebih sering mengakses melalui situs web diantaranya wikepedia, blog, ataupun pencarian informasi secara luas dengan menggunakan search engine. Search engine yang biasanya dipakai adalah Google, Google Scholar, Ask, Yahoo, Altavista. Bagi mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir biasanya mengunjungi layanan referensi ataupun mencari informasi melalui internet. Mahasiswa Ilmu Komunikasi USU melakukan pencarian informasi menggunakan Google Scholar, Ask, Yahoo, Altavista

(16)

pencarian mereka lebih terarah dan sudah tau informasi apa yang akan dicari.

Makah al ini dapat mempermudah mahasiswa dalam melakukan pencaraian.

Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh penulis kepada beberapa mahasiswa aktif angkatan 2015 program studi Ilmu Komunikasi USU, peneliti menemukan bahwa masih sangat minimnya pengetahuan dalam pencarian informasi. Kurangnya pengetahuan pengguna mengenai pola strategi penelusuran informasi menggunakan internet dan kurangnya penggetahuan pengguna dalam search engine, membuat mereka sulit untuk menemukan hasil informasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Maka dari itu peneliti bermaksud untuk mengangkat judul “Pola Pencarian Informasi Menggunakan Internet pada Mahasiswa aktif stambuk 2015 Program Studi Ilmu Komunikasi USU”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pola pencarian informasi berbasis web yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi banyaknya mahasiswa yang mencari pola informasi menggunakan internet di program studi Ilmu Komunikasi USU.

2. Mengetahui pola pencarian informasi menggunakan internet pada pada Mahasiswa aktif stambuk 2015 Program studi Ilmu Komunikasi USU

(17)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terbagi menjadi dua yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis. Manfaat teoritis dan praktis adalah sebagai berikut:

Manfaat secara teoritis

1. Dapat memperkaya wawasan yang luas dan menambah informasi kajian ilmu perpustakaan khususnya dalam bidang pola pencarian informasi dan kebutuhan informasi.

2. Memberikan kontribusi bagi pengembangan layanan internet dan wifi di Program Studi Ilmu Komunikasi USU.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah kajian pengguna, pola pencarian informasi dalam menggunakan internet, dan kebutuhan informasi pada mahasiswa tingkat akhir di jurusan Ilmu Komunikasi USU yang meliputi: Undirected Viewing,Conditioned Viewing, Formal Search, dan Informal Search.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Internet Untuk Memenuhi Kebutuhan Informasi

Kegunaan internet sebagai sumber berita juga menunjukkan bahwa internet digunakan sebagai media informasi. Tidak dapat dipungkiri menggunakan internet pada waktu senggang juga merupakan hal yang sering dilakukan, dimana internet adalah tempat yang bagus untuk bersantai dan bersenang-senang.

Selanjutnya internet untuk memfasilitasi transaksi e-commerce, seperti membeli produk yang dijual secara online. Buente dan Robbin (2008) membagi penggunaan internet menjadi 4 dimensi dalam hal pemakaian internet:

1. Informasi

Berfungsi untuk mendapatkan berita secara online. Berita yang diinginkan dapat diakses seketika itu juga. Keberadaan internet membantu tersedianya layanan cepat penyebaran berita ke segala penjuru;

2. Komunikasi.

Internet menjadi sarana untuk berkomunikasi. Jarak menjadi tidak terbatas dengan bantuan mengirim atau menerima pesan menggunakan email;

3. Hiburan

Tidak didapati alasan yang jelas pada saat online, waktu terbuang hanya untuk bersenangsenang. Pengguna internet hanya mencari kepuasan untuk bermain;

(19)

4. Transaksi

Ada perilaku melihat dari iklan atau tawaran pada media internet yang kemudian akan berlanjut pada proses menjual dan membeli. Contoh pada hal membeli produk online seperti buku, musik, mainan atau pakaian.

Menurut Nimrod (2018) menjelaskan bahwa

Defines four groups of online activities, i.e., native activities, old media, interpersonal communication, and entertainment, with each group including two to four specific activities, e.g., entertainment includes online games and watching TV. Nimrod (2018) finds that socio-demographics only enhanced the probability of use for some activity groups, e.g., being men (old media, interpersonal communication), having a partner (old media), higher education (old media), and higher income (entertainment).

Berdasarkan pendapat diatas dapat diterjemahkan bahwa ada empat kelompok

aktivitas online, mis., Aktivitas asli, media lama, komunikasi antarpribadi, dan hiburan, dengan masing-masing grup mencakup dua hingga empat aktivitas spesifik, misalnya hiburan mencakup permainan online dan menonton TV.

Nimrod (2018) menemukan bahwa sosio-demografi hanya meningkatkan kemungkinan penggunaan untuk beberapa kelompok kegiatan, misalnya, menjadi laki-laki (media lama, komunikasi antarpribadi), memiliki pasangan (media lama), pendidikan tinggi (media lama), dan pendapatan yang lebih tinggi (hiburan).

Menurut Nimrod (2018) menjelaskan bahwa

Understanding older adults' Internet use is important for the design of online services, training programs and policies targeted for the elderly.

Although Internet use is changing tremendously and the range of online activities is broadening, the literature is insufficient in informing us about the factors explaining specific online activities. Our study contributes a nuanced understanding of older adults’ Internet use by examining four

(20)

socio-demographic characteristics (i.e., gender, age, education, and cultural participation) and perceived behavioral control in predicting informational, social, and instrumental online activities. Our results shed light on the important differences of gender and cultural participation (direct effect) and education as a moderator of PBC in case of informational online activities. The findings have implications for providers to tailor their online services to the needs of older adults as a growing consumer group, and informs policy-makers and societal stakeholders in designing programs and interventions targeted at older adults.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diterjemahkan bahwa dewasa ini, memahami penggunaan Internet adalah hal penting untuk desain layanan online, program pelatihan, dan kebijakan yang ditargetkan untuk orang tua. Meskipun penggunaan Internet sangat berubah dan berbagai kegiatan online semakin meluas, literatur tidak mencukupi untuk memberi tahu kami tentang faktor-faktor yang menjelaskan kegiatan online tertentu. Studi kami menyumbangkan pemahaman yang bernuansa tentang penggunaan Internet orang yang lebih tua dengan memeriksa empat karakteristik sosio-demografis (yaitu, jenis kelamin, usia, pendidikan, dan partisipasi budaya) dan kontrol perilaku yang dirasakan dalam memprediksi aktivitas online informasi, sosial, dan instrumental. Hasil kami menjelaskan perbedaan penting dari partisipasi gender dan budaya (efek langsung) dan pendidikan sebagai moderator PBC dalam hal kegiatan online yang bersifat informasi. Temuan ini memiliki implikasi bagi penyedia layanan untuk menyesuaikan layanan online mereka dengan kebutuhan orang dewasa yang lebih tua sebagai kelompok konsumen yang berkembang, dan menginformasikan pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan masyarakat dalam merancang program dan intervensi yang ditargetkan untuk orang dewasa yang lebih tua.

(21)

2.1.1. Internet

Totterdell (2005) yang di kutip oleh Sari menyebutkan bahwa:

Internet pada dasarnya adalah kumpulan komputer dan jaringan yang sangat besar dari seluruh dunia, terhubung melalui jaringan telekomunikasi. Dapat dikatakan bahwa internet adalah jaringan global yang memungkinkan penggunanya untuk mendapatkan informasi tanpa terbatas ruang dan waktu. Informasi yang terdapat sebagian besar gratis walaupun ada beberapa yang berbayar untuk perlindungan layanan premium, tetapi dengan harga yang termasuk murah. Tidak ada pemilik atau pengontrol utama dari internet yang mengarahkan kepada sistem dengan informasi yang banyak tetapi dengan pengorganisasian yang sedikit. Dengan kebebasan dalam menggunakan internet, dapat dikatakan bahwa internet bukan lagi hal yang asing di kalangan masyarakat. Bahkan kehidupan masyarakat saat ini dikelilingi oleh internet. Semua kalangan mulai dari tua dan muda menggunakan internat, salah satunya adalah untuk menemukan informasi melalui internet.

2.1.2. Strategi Penelusuran Informasi Melalui Internet

Dalam era digital ini perkembangan teknologi sudah memberikan banyak kemudahan menggunakan internet. Mengakses internet bias menggunakan kompuer, smart phone dan lain sebagainya. Internet yang memberikan kita banyak kemudahan inilah membuat kita melakukan pencarian informasi menjadi lebih mudah. Tetapi dalam melakukan pencarian informasi menggunakan internet diperlukan stategi untuk membuat hasil dari penelusuran tersebut menjadi lebih cepat.

Menurut Ishak (2015,7) strategi penelusuran informasi melalui internet yang sering digunakan adalah Operator Boolean yaitu:

1. And (dan) Menyatakan bahwa dokumen satu berkaitan dalam dokumen dua.

2. Or (Atau) Menyatakan bahwa munculnya subyek yang lebih luas baik dari dokumen satu atau dokumen kedua.

(22)

3. Not (Tidak) Menyatakan bahwa hanya satu dokumen saja yang akan di temukan informasinya.

2.2. Perilaku Pencarian Informasi

Perilaku adalah tindakan yang digunakan sebagai alat atau cara agar dapat mencapai suatu tujuan, sehingga kebutuhan terpenuhi, sedangkan Perilaku informasi adalah keseluruhan pola laku manusia terkait dengan sebuah informasi.

Menurut Bates (2010) information behavior is a term currently favored to describe the many ways in which humans interact with information, in particular, the way people search and utilize information. Berdasarkan pendapat diatas dapat diterjemahkan bahwa perilaku informasi adalah istilah yang saat ini disukai digunakan untuk menggambarkan banyak cara di mana manusia berinteraksi dengan informasi, khususnya, cara orang mencari dan memanfaatkan informasi.

Perilaku pencarian informasi merupakan perilaku seseorang dalam mencari informasi untuk menjawab kebutuhan informasi dalam menentukan fakta, memecahkan masalah, dan menjawab suatu pertanyaan. Menurut Wilson (2000) mengatakan bahwa:

Information Searching Behavior is the ‘micro-level’of behavior employed by the searcher in interacting with information systems of all kinds. It consists of all the interactions with the system, whether at the level of human computer interaction (for example, use of the mouse and clicks on links) or at the intellectual level (for example, adopting a Boolean search strategy or determining the criteria for deciding which of two books selected from adjacent places on a library shelf is most useful), which will also involve mental acts, such as judging the relevance of data or information retrieved.

Perilaku Pencarian Informasi merupakan sebuah perilaku sederhana yang digunakan oleh para pencari informasi dalam berinteraksi dengan semua jenis sistem informasi. Itu terdiri dari semua interaksi dengan sistem, baik di tingkat interaksi computer dengan manusia (misalnya, penggunaan mouse dan klik pada tautan) atau pada tingkat intelektual (misalnya, dalam pencarian menggunakan strategi Boolean atau menentukan kriteria untuk memutuskan mana dari dua buku

(23)

yang paling berguna untuk dipilih dari tempat yang berdekatan di rak perpustakaan), yang akan juga melibatkan tindakan mental, seperti menilai relevansi data atau informasi diambil.

2.3. Teknik Penelusuran Informasi

Teknik penelusuran informasi merupakan sesuatu yang penting untuk mencapai strategi-strategi dalam penelusuran informasi. Sehingga pada tahap ini merupakan tahap penting bagi pemustaka untuk memahami apa yang dicari dan bagaimana menemukannya. Menurut Yusuf (2010, 290) Penelusuran informasi menggunakan internet dan alat bantu pencarian informasi kita dapat melakukan penelusuran menggunkan internet langsung membuka alamat situs internet yang di kenal dengan homepage. Homepage adalah alamat atau tempat yang kita tulis.

Situs homepage yang disediakan oleh internet sangat banyak. Kita dapat mengunjungi situs-situs atau homepage yang telah kita kenal sebelumnya. Ada beberapa mesin pencari informasi (search engine) yang sudah dikenal dan sangat membantu kita ketika sedang browsing atau surfing di internet antara lain Google, Alta Vista, Yahoo! dan Lycos. Di dunia perpustakaan secara manual, logika pencarian informasi dikenal dengan indexing (penindeksan), dan karena yang dicari satu subjek, maka dikenal dengan nama pengindeksan subjek.

2.4. Faktor yang Mempengaruh Kebutuhan Informasi Nicholas yang di kutip oleh Ishak (2006) menyebutkan bahwa:

Ada lima faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi pemakai, yaitu:

a) jenis pekerjaan, b) personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi, meliputi, ketepatan, ketekunan mencari informasi, pencarian secara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan atasan, c) waktu, d) akses, yaitu menelusur informasi secara

(24)

internal (di dalam organisasi) atau eksternal (di luar organisasi), dan e) sumber daya teknologi yang digunakan untuk mencari informasi.

Menurut Wilson yang dikutip oleh Ishak (2006) menguraikan faktor yang secara bertingkat mempengaruhi kebutuhan informasi, seperti digambarkan pada Gambar-

Gambar 2.1. Wilson’s Model (1994)

Pada gambar tersebut di atas terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu:

1. Kebutuhan pribadi

Kebutuh pribadi meliputi kebutuhan psikologis, kebutuhan afektif dan kebutuhan kognitif. Ketiga kebutuhan inilah yang mempengaruhi kebutuhan informasi.

2. Peran sosial

Peran sosial, peran inilah yang meliputi peran kerja dan tingkat kinerja. Kedua peran tersebut mempengaruhi faktor dalam diri individu.

(25)

3. Lingkungan

Faktor lingkungan, meliputi lingkungan kerja, lingkungan sosial, lingkungan politik-ekonomi dan lingkungan fisik. Faktor ini sangat mempengaruhi faktor peran sosial maupun faktor kebutuhan individu. Sehingga terjadi pengaruh untuk meningkatkan kebutuhan informasi.

Hal ini yang yang membuat sesorang membutuhkan informasi yang sesuai dengan apa yang ia butuhkan. Factor lingkungan, jika sesorang tersebut bekerja memuat ia membutuhkan informasi yang banyak dan susuai.

2.5. Karesteristik Kebutuhan Informasi

Kebutuhan informasi informasi seseorang beebeda-beda, ada beberapa kareteristik kebutuhan informasi yang di kemukakan oleh Nicholas (2000) bahwa kebutuhan informasi memiliki sebelas karakteristik yang dapat menunjukkan wujud dari kebutuhan informasi tersebut, yaitu:

1. Pokok Masalah (Subject)

Subjek yang terkandung dalam suatu informasi merupakan karakteristik kebutuhan informasi yang paling jelas dan segera terlihat. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan dalam menguraikan pokok masalah, yaitu:

a. Berapa banyak pokok masalah yang terkandung dalam suatu informasi,

b. Seberapa jauh kedalaman pokok masalah itu, dan

c. Apakah terdapat masalah dalam menentukan subjek yang lebih rinci.

2. Fungsi (Function)

Setiap pemakai informasi memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam memanfaatkan informasi, tergantung pada kegiatan dan hasil kegiatan dari pemakai informasi. Pada dasarnya pemakai membutuhkan informasi dengan tujuan untuk memenuhi lima fungsi pokok, yaitu:

a. Fungsi temuan (fact-finding),

b. Fungsi aktualisasi informasi (current awareness) c. Fungsi penelitian (research),

d. Fungsi penyegaran (briefing), dan e. Fungsi pendorong (stimulus).

3. Sifat (Nature)

(26)

Sifat informasi merujuk pada ciri esensial yang ada pada suatu informasi, yaitu apakah informasi itu memiliki salah satu sifat berikut, seperti:

berubah pada periode tertentu, atau kebutuhan informasi berbeda antara satu orang dengan yang lainnya.

4. Tingkat Intelektual (Intellectual Level)

Informasi baru dapat dipahami secara efektif oleh pemakai bila memiliki prasyarat keluasan pengetahuan minimum atau tingkat kecerdasan tertentu.

Sehingga dalam konsep kebutuhan informasi terkandung karakteristik yang berkaitan dengan tingkat intelektual pemakai.

5. Titik Pandang (View point)

Informasi dalam ilmu sosial sering dituangkan dengan titik pandang atau pendekatan tertentu. Untuk memudahkan titik pandang tersebut maka dibuat kategori berdasarkan pada pemikiran, orientasi politik, pendekatan positif – negatif, dan orientasi disiplin ilmu.

6. Kuantitas (Quantity)

Pemakai informasi membutuhkan jumlah kuantitas yang berbeda dalam memenuhi keperluan tugas pekerjaan atau dalam memecahkan suatu permasalahan. Jumlah informasi yang dibutuhkan sangat tergantung pada sifat individu pemakai, artinya setiap pemakai dianggap mampu menentukan batasan kebutuhan informasi masing-masing

7. Kualitas (Quality)

Kualitas kebutuhan informasi sangat tergantung pada sifat individu pemakai informasi. Sehingga keputusan penggunaan informasi berdasarkan pada kualitas ini bersifat pribadi. Untuk dapat melakukan pemilihan kebutuhan informasi berdasarkan kualitas secara tepat, sangat diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap pemakai informasi.

8. Batas Waktu Informasi (Date)

Untuk memahami kebutuhan informasi pemakai berdasarkan karakteristik batas waktu informasi, ada dua pertanyaan yang harus diajukan.

Pertanyaan tersebut adalah seberapa lama informasi masa lampau yang diperlukan? dan seberapa baru informasi yang diperoleh? Pertimbangan utama yang menentukan ialah berapa lama umur informasi dalam simpanan berkas yang ada. Informasi pada setiap disiplin ilmu yang ada akan memiliki umur penyimpanan berkas informasi berbeda-beda.

9. Kecepatan Pengiriman (Speed of Delivery)

Informasi diupayakan secepatnya sampai pada pemakai, dan diharapkan tidak terhenti dalam masa transit atau penyebarannya, sehingga aktualitas informasi dapat dijaga. Hal ini berarti informasi jangan sampai tidak up- to-date kemanfaatannya.

10. Tempat Asal Publikasi (Place)

Bagi pemakai informasi, tempat asal publikasi bisa menjadi masalah.

Masalah tersebut berhubungan dengan tiga hal utama, yaitu:

a. Pokok masalah dalam informasi, b. Posisi pengguna, dan

c. Kelancaran bahasa.

(27)

11. Pemrosesan dan Pengemasan (Processing and Packaging)

Pemrosesan berkaitan dengan cara penyajian informasi dari pokok pikiran dan riset yang sama, sedangkan pengemasan berkaitan dengan tampilan luar atau bentuk fisik dari informasi.

2.6. Model Pola Pencarian Informasi

Model Wilson pertama pada tahun (1981).

Model ini mengidentifikasi 12 komponen proses pencarian informasi.

Model ini menjelaskan bahwa pengguna informasi ada karena kebutuhan informasi. Dalam melakukan penelusan informasi dapat di lakukan pada database dan seach engine. Jika penelusaran sukses maka hasil dari penelusuran informasi tersebut dapat di kemas dan di bagi ke orang lain.

Model ini memperlihatkan adanya keterlibatan orang lain dalam pertukaran informasi dimana informasi yang berguna untuk diri sendiri mau pun orang lain.

Information User

“Need”

Information-Seeking Behaviour Statisfaction or Non-

Statisfaction

Information Use Information Exchange

Demans on Information Systems

Demans on other Information Sources

Souces Failure

Other People

Information Transfer

Gambar 2.2. The Wilson Model (1981)

Wilson (2000) menjelaskan bahwa perilaku pencarian informasi (Information seeking behviour) merupakan bagian dari perilaku informasi (Information behavior). Perilaku informasi merupakan keseluruhan perilaku manusia yang berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, termasuk perilaku penemuan dan penggunaan informasi baik secara aktif maupun secara pasif.

(28)

Sedangkan perilaku penemuan informasi adalah upaya penemuan informasi dengan tujuan tertentu sebagi akibat dari adanya kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Menurut Ellis (1997) mengemukakan beberapa karakteristik perilaku pencarian informasi sebagai berikut:

Starting - Browsing - Chaining- Differentiating - Extracting - Verifying - Ending Browsing

Chaining

Staring Differentiating

Monitoring

Extracting Verifying Ending

Gambar 2.3. Model Pencarian Informasi Ellis Penjelasan mengenai gambar di atas adalah sebagai berikut : 1. Starting

Artinya individu mulai mencari informasi misalnya bertanya pada seseorang yang ahli di salah satu bidang keilmuan yang diminati oleh individu tersebut.

2. Chaining

Menulis hal-hal yang dianggap penting dalam sebuah catatan kecil. Suatu cetak biru sebuah tulissan tertentu.

3. Browsing

Suatu kegiatan mencari informasi yang terstruktur atau semistruktur.

4. Differentiating

Pembagian atau reduksi data atau pemilihan data, mana yang akan digunakan dan mana yang tidak perlu.

(29)

5. Monitoring

Selalu memantau atau mencari berita-berita atau informasi-informasi yang terbaru (up-to-date).

6. Extracting

Mengambil salah satu informasi yang berguna dalam sebuah sumber informasi tertentu. Misalnya, mengambil salah satu file dari sebuah wold wide web (www) dalam dunia internet.

7. Verifying

Mengecek keakuratan informasi.

8. Ending

Kegiatan sebagai pengecekan tahap akhir dalam pencarian informasi yang dibutuhkan.

Teori yang dikembangkan Khulthau mengemukakan hubungan suatu perasaan tertentu dan suatu aktivitas tertentu. Menurut Khulthau yang dikutip oleh Nurdianti (2015) mengemukakan tahapan-tahapan model perilaku pencarian informasi sebagai berikut:

1. Inisiasi, yaitu proses seseorang menyadari adanya kebutuhan terhadap informasi tertentu yang ditandai dengan perasaan tidak pasti dan mengakibatkan dilakukannya upayaupaya mengaitkan situasi yang dihadapi dengan pengalaman yang berhubungan dengan pencarian informasi.

2. Selection, yaitu proses pengidentifikasian informasi yang akan dicari ditandai dengan perasaan optimis karena merasa informasi yang

(30)

dikumpulkan dapat memenuhi kebutuhannya. Pola pikir mulai terbangun dan diarahkan pada upaya mempertimbangkan informasi yang telah diperoleh untuk kepentingan pribadi, tugas, dan faktor lain.

3. Exploration, yaitu mencari dan membandingkan sejumlah informasi yang didapatnya di lapangan, tahap ini merupakan mengatasi keraguan dan kebingungan karena terbenturnya konsep pemikiran dengan fakta di lapangan, pola pikir yang terbentuk mengarahkan untuk mengatasi masalah dengan menemukan titik orientasi yang sama sesuai kepentingannya.

4. Formulation, yaitu tahapan mulai memfokuskan diri pada jenis informasi yang relevan dengan topik yang dicarinya dan sesuai dengan kebutuhan konstek tualnya. Tahap ini menumbuhkan percaya diri dengan pola pikir yang sudah terfokus untuk memilih ide-ide dari informasi yang sudah dikumpulkan yang kemudian membentuk

perspektif tentang topik yang digelutinya.

5. Collection, yaitu tahapan menampung semua data dan informasi yang diperoleh, hingga merasakan betul telah mendapatkan informasi dan data secara lengkap. Pola pikir diarahkan untuk berkonsentrasi pada upaya memperjelas dan memperluas informasi yang sudah diperoleh.

6. Presentation, yaitu tahap memanfaatkan informasi yang diperoleh dengan merasa berani dan siap menyajikannya dalam bentuk lisan maupun tulisan.

(31)

2.7. Pencarian Informasi Web 2.7.1 Undirected Viewing

Pada undirected viewing, seseorang mencari informasi tanpa tahu informasi tertentu dalam pikirannya. Tujuan keseluruhan adalah untuk mencari informasi secara luas dan sebanyak mungkin dari beragam sumber informasi yang digunakan, dan informasi yang diperoleh kemudian dipilah sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Choo (2003) undirected viewing istilah yang pertama kali digunakan oleh Aguilar (1967) merupakan:

A term first used by takes place when the organization perceives the environment to be unanalyzable and so does not intrude into the environment to understand it. Information needs are ill-defined and fuzzy, and much of the information obtained is nonroutine or informal, usually gained through chance encounters. Since the environment is assumed to be unanalyzable, the organization is satisfied with limited, soft information and does not seek comprehensive, hard data. Information seeking is thus casual and opportunistic, relying more on irregular contacts and casual information from external, people sources.

Pemahaman tersebut dapat diartikan bahwa pencarian yang tidak terarah, terjadi ketika organisasi melihat lingkungan yang tidak dapat dianalisis dan tidak mengganggu lingkungan untuk memahaminya. Kebutuhan informasi yang tidak jelas dan kabur, dan banyaknya informasi yang diperoleh adalah non-rutin atau informal, biasanya diperoleh secara kebetulan. Karena lingkungan diasumsikan tidak dapat dianalisis, organisasi merasa puas dengan keterbatasan informasi yang dangkal dan tidak mencari informasi yang lebih lengkap. Pencarian informasi demikian santai dan pemahanan untuk diri sendiri, lebih mengandalkan pada kontak tidak teratur dan informasi santai dari sumber-sumber eksternal.

Pencarian informasi yang tidak terarah, menurut Choo (1999) menyatakan bahwa:

(32)

In undirected viewing, the individual is exposed to information with no specipic informational need in mind. The goal is to scan broadly in order to detect signals of change early. M any and varied sources of information are used, and large amounts of information are screened. The granularity of information is coarse, but large chunks of information are quickly dropped from attention. As a result of undirected viewing. The individual becomes sensitive to selected areas or issues.

Pemahaman tersebut dapat diartikan bahwa pencarian individu terpapar pada informasi tanpa adanya kebutuhan informasi secara kebetulan. Tujuannya adalah untuk melihat secara luas untuk menemukan adanya perubahan informasi sejak dini. Banyak dan beragam sumber informasi digunakan, dan sejumlah besar informasi disaring. Perincian informasi itu kasar, tetapi potongan informasi yang besar dengan cepat hilang dari perhatian. Sebagai hasil dari pencarian yang tidak terarah. Individu menjadi sensitif terhadap area atau masalah tertentu.

Menurut Aguilar (1967) mengatakan bahwa: Browsing through information with little other purpose than exploration. The sources of information are many and varied. Screening is generally superficial and most information is quickly and easily dropped from attention. An example of undirected viewing would be flipping through TV channels or pages of a magazine or "surfing" the Internet.

Dapat dipahami informasi yang tidak terarah menjelajahi informasi dengan tujuan selain dari eksplorasi. Dengan sumber informasi yang beragam.

Penyaringan yang dangkal dan sebagian besar informasi dengan cepat dan mudah hilang dari perhatian. Contoh pencarian yang tidak terarah adalah membalik saluran TV atau halaman majalah atau "berselancar" di internet.

(33)

2.7.2 Conditioned Viewing

Pada Conditioned Viewing, seseorang sudah mengetahui akan apa yang dicari, sudah mengetahui topik informasi yang jelas, pencarian informasinya sudah mulai terarah. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Choo (1999) sebagai berikut:

In conditioned viewing, the individual directs viewing to information about selected topics or to certain types of information. The goal is to evaluate the significance of the information encounteren in order to assess the general nature of the impact on the organization. The individual wishes to do this assessment in a cost-effective manner, without having to dedicate substantial time and effort in a formal search. If the impact is assessed to be sefficiently significant, the scanning mode changes from scanning to searching.

Pemahaman tersebut dapat diartikan, pencarian yang terarah. Individu sudah mengarahkan untuk melihat informasi tentang topik yang dipilih atau ke jenis informasi tertentu. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi secara tertentu dari pertemuan informasi untuk menilai sifat umum dari dampak pada organisasi.

Individu ingin melakukan penilaian dengan cara yang hemat biaya, tanpa harus mendedikasikan waktu dan upaya substansial dalam pencarian formal. Jika dampaknya dinilai cukup signifikan, mode pemindaian berubah dari pemindaian ke pencarian. Selain itu, menurut Aguilar (1967) defenisi pencarian informasi terarah adalah:

Directed exposure, not involving active search, to a more or less clearly identified area or type of information. It frequently serves to signal a warning that more intensive scanning should be instituted. Conditioned viewing differs from the undirected type principally in that the researcher is sensitive to particular kinds of data and is ready to assess their significance as they are encountered. An example of conditioned viewing would be the browsing of sections of newspapers, periodicals or web sites that report regularly on topics of interest.

(34)

Dari penjelasan diatas dapat diartikan bahwa pencarian terarah tidak melibatkan pencarian aktif. Hal tersebut sering berfungsi untuk sinyal peringatan bahwa pemindaian yang lebih intensif harus dilembagakan. Pencarian infomasi yang terarah berbeda dari tipe pencarian informasi yang tidak terarah karena, peneliti sensitif terhadap jenis data tertentu dan siap untuk menilai secara efektif ketika mereka menemukan informasi tersebut. Contoh pencarian informasi terarah adalah penelusuran bagian-bagian surat kabar, majalah, atau situs web yang melaporkan secara teratur tentang topik yang diminati.

2.7.3 Formal Search

Pada formal search, seseorang membutuhkan waktu untuk menelusur informasi dengan topik tertentu secara khusus sesuai dengan kebutuhannya.

Penelusuran ini bersifat formal karena dilakukan dengan menggunakan metode- metode tertentu. Tujuan penelusuran adalah untuk memperoleh informasi secara detail agar dapat memperoleh solusi atau hasil dari sebuah permasalahan yang dihadapinya.

Menurut Aguilar (1967) pencarian informasi secara formal mengacu kepada hal yang biasanya disengaja, hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:

A deliberate effort - usually following a pre-established plan, procedure, or methodology – to secure specific information or information relating to a specific topic. Examples of formal search would include most of the activity performed in a research and development department or employed by a task group scouting for a prospective corporate acquisition. And example of formal search would be a systematic gathering of information to evaluate a prospective corporate.

Penjelasan dapat diartikan sebagai berikut, upaya yang disengaja biasanya mengikuti rencana, prosedur, atau metodologi yang telah ditetapkan – untuk

(35)

mengamankan informasi atau informasi spesifik yang berkaitan dengan topik tertentu. Contoh pencarian formal akan mencakup sebagian besar aktivitas yang dilakukan di departemen penelitian dan pengembangan atau dipekerjakan oleh kelompok tugas yang mencari akuisisi perusahaan yang prospektif, contoh lain pencarian formal akan menjadi pengumpulan informasi yang sistematis untuk mengevaluasi perusahaan yang prospektif.

Selain itu, menurut Choo (1999) pada pencarian informasi formal search, dapat diketahui sebagai berikut:

The individual makes a deliberate or planned effort to obtain specific information od information about a specific issue.search is formal because it is structured according to some pre-established procedure or methodology. The granularity of information is fine, as search is relatively focused to find detailed information. The goal is to systematically retrieve information relevant to an issue in order to provide a basis for developing a decision or couse of action. Formal searches could be a part of competitor intelligence gathering, patents searching, market analysis or issues management among other activities. Formal searches prefer information from sources that are perceived to be knowledgeable or from information services that make efforts to ensure data quality and accurary.

Penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pencarian formal, individu akan melakukan upaya yang disengaja atau terencana untuk mendapatkan informasi spesifik atau informasi tentang masalah tertentu. Pencarian bersifat formal disusun berdasarkan prosedur atau metodologi yang telah ditetapkan sebelumnya. Rincian informasi disusun sedemikian rupa, karena pencarian relatif terfokus untuk menemukan informasi yang terperinci. Tujuannya adalah untuk langsung mengambil informasi yang relevan dengan suatu masalah untuk memberikan keputusan atau tindakan. Pencarian formal dapat menjadi bagian dari pesaing, pencarian paten, analisis pasar atau manajemen di antara kegiatan lainnya.

Pencarian formal lebih menyukai informasi dari sumber yang dianggap

(36)

berpengetahuan luas atau dari layanan informasi yang berupaya memastikan kualitas dan akurasi data.

2.7.4 Informal Search

Model pencarian informasi informal search merupakan seseorang yang telah mempunyai pengetahuan tentang topik yang akan dicari. Sehingga pencarian informasi melalui internet hanya untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang topik tertentu. Dalam model ini, seseorang membatasi pada usaha dan waktu yang ia gunakan karena pada dasarnya, penelusuran yang dilakukan hanya bertujuan untuk menentukan adanya tindakan atau respon terhadap kebutuhannya.

Menurut Aguilar (1967) defenisi dari pencarian informasi informal search adalah sebagai berikut:

As a relatively limited and unstructured effort to obtain specific information or information for a specific purpose. It differs from conditioned viewing principally in that the infor mation wanted is actively sought. Informal search can take many forms, ranging from soliciting information to increasing the emphasis on relevant sources, or to acting in a way that will improve the possibility of encountering the desire information. An example of informal search would be the activity of keeping an eye on the market to check on the results of some new product pricing policy; searching the Internet by category and with general keywords.

Dari penjelasan diatas dapat diartikan bahwa sebagai upaya yang relative terbatas dan tidak terstruktur untuk memperoleh informasi atau informasi spesifik dengan tujuan tertentu. Hal tersebut, berbeda dari pencarian yang terarah terutama dalam informasi yang diinginkan yang sedang dicari secara aktif. Pencarian informal dapat mengambil banyak bentuk, mulai dari meminta informasi untuk meningkatkan penekanan pada sumber yang relevan, atau untuk bertindak dengan cara yang akan meningkatkan kemungkinan menghadapi informasi keinginan.

(37)

Contoh pencarian informal adalah kegiatan mengawasi pasar untuk memeriksa hasil dari beberapa kebijakan harga produk baru; mencari di internet berdasarkan kategori dan dengan kata kunci umum. Menurut Choo (1999) pencarian informasi informal search memiliki

pemahaman sebagai berikut:

Individual actively looks for information to deepen the knowledge and understanding of a specific issue. It is informal in that it involves a relatively limited and unstructured effort. The goal is to gather information to elaborate an issue so as to determine the need for action by the organization. If a need for a decision or response is perceived, the individual dedicates more time and resources to the search.

Pemahaman tersebut dapat diketahui bahwa pencarian informal merupakan individu secara aktif mencari informasi untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman tentang masalah tertentu. Hal tersebut bersifat informal karena melibatkan upaya yang relatif terbatas dan tidak terstruktur.

Tujuannya adalah untuk mengumpulkan informasi, menguraikan masalah sehingga dapat menentukan kebutuhan dalam tindakan organisasi. Jika kebutuhan dan tanggapan dirasakan, individu dapat memanfaatkan lebih banyak waktu dan sumber daya untuk pencarian. Sedangkan menurut Case (2007) “Sumber informasi informal cenderung menjadi teman, kolega, dan keluarga, tetapi dapat mencakup apa yang kita pelajari dari budaya populer, program TV, lagu di radio, diskusi internet.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Pelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Sinulingga (2011, 23) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Pada penelitian ini, Penulis menggunakan kuisioner dengan menyebarkan kepada mahasiswa- mahasisw iIlmu Komunakasi angkatan 2015. Data yang didapatkan selama penelitian akan tampilkan dengan benar adanya dan menghubungkannya dengan teori.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, USU yang beralamat di Jalan Dr. Sofyan No. 1 kampus USU Medan.

3.3. Populasi Dan Sampel 3.3.1. Populasi

Sinulingga (2011, 167) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek yang dikenakan oleh investigasi oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi Ilmu Komunikasi S1angkatan 2015 USU yang berjumlah 118 orang.

(39)

3.3.2. Sampel

Sinulingga (2011, 167) menjelaskan bahwa sampel adalah sebuah bagian dari populasi yang terdiri dari sejumlah elemen dari populasi yang ditarik sebgai sampel melalui mekanisme tertentu dengan tujuan tertentu..Dengan jumlah populasi 118 orang maka untuk mendapatkan sampel, penulis menggunakan metode slovin.

Rumus Slovin:

Keterangan:

n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang ditolerir, 10%. Perhitungan menggunakan metode Slovin dapat dilihat sebagai berikut:

Maka total sampel dibulatkan menjadi 54 orang. Untuk penentuan sampel, penulis memilih teknik Simple Random Sampling. Sinulingga (2011, 170) menjelaskan bahwa Simple Random Sampling adalah setiap elemen dari populasi

(40)

mempunyai kesempatan atau peluang yang sama untuk terpilih menjadi anggota sampel.

3.4. Instrumen Penelitian

Sinulingga (2011, 152) menjelaskan bahwa istrumen pengumpulan data adalah peralatan yang di gunakan dalam mengukur variable independen dan dependen dari konsep penelitian. Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah kuesioner, dimana penulis memperoleh data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden dengan menggunakan google form. Google form tersebut akan disebarkan melalui whatsapp grup angkatan atau pun personal chat agar memudahkan responden dalam mengisi kuisioner. Hasil dari kuesioner kemudian untuk dicatat, diolah dan dianalisis.

3.5. Kisi-Kisi Kuesioner

Berdasarkan tinjauan pustaka pada Bab II, maka dapat dibentuk kisi-kisi kuesioner berdasarkan model pencarian informasi melalui web untuk mengetahui pola pencarian informasi mahasiswa dalam menggunakan internet untuk memenuhi kebutuhan informasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi. Kuesioner yang disusun dalam bentuk pertanyaan yang akan dijawab oleh responden, yaitu seperti berikut:

(41)

Tabel - 3.1. Kisi-kisi Kuisoner

Variabel Indikator ButirSoal Jumlah

Pencarian Informasi Berbasis Web

Undirected viewing 1,2,3,4,5 5

Conditioned viewing 6,7,8,9 4

Formal search (Pencarian formal)

10,11,12,13 4

Informal search (Pencarian informal)

14,15 2

Jumlah 15

3.6. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Data primer adalah data yang diamati secara langsung dari responden melalui kuisioner oleh peneliti.

2. Data sekunder adalah data yang sudah diteliti oleh para ahli sehingga data sekunder dapat menjadi acuan untuk data primer.

3.7. Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan sumber data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari responden melalui pengisian kuesioner yang dijadikan sebagai instrument penelitian.

2. Data sekunder, yaitu data yang mendukung data primer yang bersumber dari buku, jurnal, serta dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3.8. Analisis Data

Data yang sudah terkumpulkan dianalisis. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistic deskriptif. Menurut Sugiyono (2006, 21) statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran ter

(42)

hadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukanan alisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Data akan ditabulasikan sesuai dengan kelompok aspek yang akan diteliti, untuk memudahkan interpretasi data akan disajikan dalam bentuk table kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Untuk menghitung persentase digunakan rumus distribusi frekuensi sebagai berikut dijelaskan oleh Arikunto(2000, 349).

Dimana:

P = Persentase

F = Jumlah jawaban yang diperoleh (frekuensi) n = Jumlah responden/sampel

Penafsiran data dan hasil distribusi terhadap jawaban angket dilakukan dengan menggunakan pedoman penafsiran data dikemukakan olehArikunto (2000, 57) sebagai berikut:

0,00% : Tidak ada

1,00%-24,99% : Sebagian kecil 25,00%-49,99% : Hampir setengahnya

50,00% : Setengahnya

50,01% - 74,99% : Sebagian besar 75,00% - 99,99% : Pada umumnya

100% : Seluruhnya

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan diperoleh dari penyebaran kuisoner kepada mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2015. Kuisoner disebarkan kepada responden melalui whatsapp grup. Pada penelitian ini kuesioner disebarkan kepada responden sebanyak 54 orang responden dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk dijawab oleh responden. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui model pencarian informasi menggunakan internet yang dilakukan oleh mahasiswa di Ilmu Komunikasi yang memiliki empat model diantaranya undirected viewing, conditioned viewing, informal search, dan formal search.

4.2. Pengolahan Data

Kuisoner terdiri dari 14 pertanyaan dan masing-masing terdapat 4 pilihan jawaban yang mengandung empat model yaitu jawaban a untuk undirected viewing, jawaban b untuk conditioned viewing, jawaban c untuk informal search, dan jawaban d untuk formal search. Data dari 54 responden dapat dilihat pada Lampiran L-1. Berikut ini adalah frekuensi dan persentase jawaban pilihan responden mengenai keempat model pencarian informasi melalui internet.

Tabel 4.1. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 1 Pertanyaan 1

Tindakan yang saudara lakukan ketika mencari informasi F % a. Langsung save informasi yang diperoleh kemudian dipilah sesuai kebutuhan 15 28

b. Langsung save informasi yang sesuai topik. 12 22

c. Hanya untuk menambah pengetahuan saja 5 9

d. Mengambil informasi yang sesuai dengan kebutuhan 22 41

TOTAL 54 100

Hasil dari pertanyaan 1 dapat diketahui bahwa responden yang memilih jawaban a yaitu 15 orang dengan persentase 28%, jawaban b yaitu 12 orang

(44)

dengan persentase 22%, jawaban c yaitu 5 orang dengan persentase 9% dan jawaban d yaitu 22 orang dengan persentase 41%. Maka dari itu model yang terpilih untuk pertanyaan 1 adalah formal search, artinya tindakan yang mahasiswa lakukan ketika mencari informasi adalah dengan mengambil informasi sesuai kebutuhan.

Berikut ini adalah tabel frekuensi dan persentase dari jawaban responden untuk pertanyaan 2.

Tabel 4.2. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 2 Pertanyaan 2

Apa yang mendorong saudara melakukan pencarian informasi? F %

a. Rasa ingin tahu 14 26

b. Kebutuhan akan informasi 33 61

c.Hanya untuk menambah pengetahuan 2 4

d. Mencari informasi dengan sengaja untuk menyelesaikan tugas 5 9

TOTAL 54 100

Hasil dari pertanyaan 2 dapat diketahui bahwa responden yang memilih jawaban a yaitu 14 orang dengan persentase 26%, jawaban b yaitu 33 orang dengan persentase 61%, jawaban c yaitu 2 orang dengan persentase 4% dan jawaban d yaitu 5 orang dengan persentase 9%. Maka dari itu model yang terpilih untuk pertanyaan 2 adalah conditioned viewing, artinya yang mendorong mahasiswa melakukan pencarian informasi adalah kebutuhan akan informasi itu sendiri. Berikut ini adalah tabel frekuensi dan persentase dari jawaban responden untuk pertanyaan 3.

Tabel 4.3. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 3 Pertanyaan 3

Termasuk ke dalam pencarian apakah ketika saudara memperoleh

informasi secara kebetulan? F %

a. Pencarian yang tidak terarah 17 31

b. Pencarian terarah 16 30

c. Pencarian informal 11 20

d. Pencarian formal 10 19

TOTAL 54 100

(45)

Hasil dari pertanyaan 3 dapat diketahui bahwa responden yang memilih jawaban a yaitu 17 orang dengan persentase 31%, jawaban b yaitu 16 orang dengan persentase 30%, jawaban c yaitu 11 orang dengan persentase 20% dan jawaban d yaitu 10 orang dengan persentase 19%. Maka dari itu model yang terpilih untuk pertanyaan 3 adalah conditioned viewing, artinya yang mendorong mahasiswa melakukan pencarian informasi adalah kebutuhan akan informasi itu sendiri.

Berikut ini adalah tabel frekuensi dan persentase dari jawaban responden untuk pertanyaan 4.

Tabel 4.4. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 4 Pertanyaan 4

Apakah saudara pernah mencari informasi melalui saluran TV atau

majalah? F %

a. Pernah, tetapi hanya informasi secara luas. 23 43

b. Pernah, hanya mengacu pada topik tertentu 16 30

c. Pernah, dengan berbagai macam sumber informasi. 12 22

d. Pernah, terfokus pada topik secara sistematis. 3 6

TOTAL 54 100

Hasil dari pertanyaan 4 dapat diketahui bahwa responden yang memilih jawaban a yaitu 23 orang dengan persentase 43%, jawaban b yaitu 16 orang dengan persentase 30%, jawaban c yaitu 12 orang dengan persentase 22% dan jawaban d yaitu 3 orang dengan persentase 6%. Maka dari itu model yang terpilih untuk pertanyaan 4 adalah undirected viewing, artinya mahasiswa pernah mencari informasi secara luas melalui TV atau majalah. Berikut ini adalah tabel frekuensi dan persentase dari jawaban responden untuk pertanyaan 5.

Tabel 4.5. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 5 Pertanyaan 5

Apa yang saudara lakukan ketika hanya “berselancar” di internet? F %

a. Pernah, tetapi hanya informasi secara luas. 17 31

b. Pernah, hanya mengacu pada topik tertentu 20 37

c. Pernah, dengan berbagai macam sumber informasi. 6 11

d. Pernah, terfokus pada topik secara sistematis. 11 20

TOTAL 54 100

(46)

Hasil dari pertanyaan 5 dapat diketahui bahwa responden yang memilih jawaban a yaitu 17 orang dengan persentase 31%, jawaban b yaitu 20 orang dengan persentase 37%, jawaban c yaitu 6 orang dengan persentase 11% dan jawaban d yaitu 11 orang dengan persentase 6%. Maka dari itu model yang terpilih untuk pertanyaan 5 adalah conditioned viewing, artinya yang dilakukan mahasiswa saat berselancar di web adalah mencari informasi yang mengacu pada topik tertentu. Berikut ini adalah tabel frekuensi dan persentase dari jawaban responden untuk pertanyaan 6.

Tabel 4.6. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 6 Pertanyaan 6

Termasuk pencarian informasi apa jika saudara sudah mengetahui

topik informasi yang jelas? F %

a. Pencarian yang tidak terarah 11 20

b. Pencarian terarah 17 31

c. Pencarian informal 10 19

d. Pencarian formal 16 30

TOTAL 54 100

Hasil dari pertanyaan 6 dapat diketahui bahwa responden yang memilih jawaban a yaitu 11 orang dengan persentase 20%, jawaban b yaitu 17 orang dengan persentase 31%, jawaban c yaitu 10 orang dengan persentase 19% dan jawaban d yaitu 16 orang dengan persentase 30%. Maka dari itu model yang terpilih untuk pertanyaan 6 adalah conditioned viewing, artinya pencarian informasi yang sudah mengetahui topik tertentu merupakan pencarian secara terarah.

Tabel 4.7. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 7 Pertanyaan 7

Bagaimana saudara mengakses informasi melalui media internet? F %

a. Mengakses informasi dalam cakupan yang luas 12 22

b. Mengakses informasi dengan mencari topik tertentu. 23 43

c. Mengakses informasi yang sudah ada untuk menambah wawasan

dengan mencari kata kunci umum 16 30

d. Pencarian informasi secara detail 3 6

TOTAL 54 100

(47)

Hasil dari pertanyaan 7 dapat diketahui bahwa responden yang memilih jawaban a yaitu 12 orang dengan persentase 20%, jawaban b yaitu 23 orang dengan persentase 43%, jawaban c yaitu 16 orang dengan persentase 30% dan jawaban d yaitu 3 orang dengan persentase 6%. Maka dari itu model yang terpilih untuk pertanyaan 7 adalah conditioned viewing, artinya mahasiswa yang mengakses informasi melalui media internet dilakukan dengan mencari topik tertentu. Berikut ini adalah tabel frekuensi dan persentase dari jawaban responden untuk pertanyaan 8.

Tabel 4.8. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 8 Pertanyaan 8

Dapatkah saudara menghemat waktu dan biaya dengan megakses

informasi dengan topik yang jelas? F %

a. Tidak, karena membutuhkan waktu lama untuk memilah

informasi 11 20

b. Dapat, memudahkan waktu dan menghemat biaya karena

mencari informasi yang sesuai topik 25 46

c. Dapat, karena sudah mengetahui topik secara umum dan ingin

menambah pengetahuan 15 28

d. Dapat, karena disengaja mengikuti prosedur 3 6

TOTAL 54 100

Hasil dari pertanyaan 8 dapat diketahui bahwa responden yang memilih jawaban a yaitu 11 orang dengan persentase 20%, jawaban b yaitu 25 orang dengan persentase 46%, jawaban c yaitu 15 orang dengan persentase 28% dan jawaban d yaitu 3 orang dengan persentase 6%. Maka dari itu model yang terpilih untuk pertanyaan 8 adalah conditioned viewing, artinya mahasiswa dapat menghemat waktu dan biaya karena mencari informasi sesuai topik. Berikut ini adalah tabel frekuensi dan persentase dari jawaban responden untuk pertanyaan 9.

(48)

Tabel 4.9. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 9 Pertanyaan 9

Media apa yang sering saudara gunakan sebagai alat telusur informasi? F %

a. Internet 36 67

b. Surat kabar, situs web yang berkaitan dengan topik yang diminati. 5 9

c. Diskusi internet, program TV 9 17

d. Buku teks 4 7

TOTAL 54 100

Hasil dari pertanyaan 9 dapat diketahui bahwa responden yang memilih jawaban a yaitu 36 orang dengan persentase 67%, jawaban b yaitu 5 orang dengan persentase 9%, jawaban c yaitu 9 orang dengan persentase 17% dan jawaban d yaitu 4 orang dengan persentase 7%. Maka dari itu model yang terpilih untuk pertanyaan 9 adalah undirected viewing, artinya media yang sering digunakan mahasiswa dalam menelusuri informasi yaitu melalui internet. Berikut ini adalah tabel frekuensi dan persentase dari jawaban responden untuk pertanyaan 10.

Tabel 4.10. Frekuensi dan Persentase Pertanyaan 10 Pertanyaan 10

Termasuk pencarian informasi apakah jika saudara menelusur informasi

melalui internet untuk menambah pengetahuan tentang topik tertentu? F %

a. Pencarian yang tidak terarah 8 15

b. Pencarian terarah 19 35

c. Pencarian informal 20 37

d. Pencarian formal 7 13

TOTAL 54 100

Hasil dari pertanyaan 10 dapat diketahui bahwa responden yang memilih jawaban a yaitu 8 orang dengan persentase 15%, jawaban b yaitu 19 orang dengan persentase 35%, jawaban c yaitu 20 orang dengan persentase 37% dan jawaban d yaitu 7 orang dengan persentase 13%. Maka dari itu model yang terpilih untuk pertanyaan 10 adalah informal search, artinya pencarian informasi melalui internet untuk menambah pengetahuan tentang topik tertentu termasuk ke dalam pencarian informasi informal. Berikut ini adalah tabel frekuensi dan persentase dari jawaban responden untuk pertanyaan 11.

Gambar

Gambar 2.1. Wilson’s Model (1994)
Gambar 2.2. The Wilson Model (1981)
Gambar 2.3. Model Pencarian Informasi Ellis  Penjelasan mengenai gambar di atas adalah sebagai berikut :   1
Tabel - 3.1. Kisi-kisi Kuisoner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengadaan barang/jasa dilaksanakan secara elektronik dengan mengakses aplikasi Sistem  Pengadaan   Secara    Elektronik    (aplikasi    SPSE)    pada    alamat   

Tujuan: memperbaiki gigitan silang (crossbite) yang terjadi pada gigi anterior dan posterior sehingga terbentuk relasi gigi rahang atas dan rahang bawah yang normal, dengan overjet

Penelitian ini dilaksankan pada bulan Mei-Juni 2017 di Sungai Babarsari Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang, dengan menganalisis pengaruh kegiatan masyarakat

dengan penyusunan rencana dan program kerja sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas, serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah;. menyiapkan bahan

MAYAN EXCELLENT BAKERY telah menggunakan metode Full Costing dalam perhitungan harga jualnya, tetapi laba yang dihasilkan perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan perhitungan

TENTANG  PERUBAHAN   ATAS PERATURAN   WALIKOTA  PADANG NOMOR  38  TAHUN   2014  TENTANG PEDOMAN   PEMBERIAN  HIBAH   DAN

Barito Kembar pada bulan Mei tahun 2006 memperoleh selisih keuntungan pada selisih biaya bahan baku dan selisih biaya tenaga kerja langsung yang disebabkan adanya pengunaan bahan

Oyek dan tiwul singkong mempunyai nilai indeks glikemik lebih rendah dari oyek dan tiwul dari umbi garut dan suweg karena diduga komponen pati pada singkong