TAUHID SEBAGAI INTI AJARA ISLAM DAN PANDANGAN HIDUP MUSLIM
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama yang di ampu oleh :
Amirullah , S. Pd,. M.A
Oleh : kelompok 5
Tri Putra Jagat Satrio / 2101025008 Anzili Rahma Jannati Adnin / 2101025110
Nina Muthmainnah / 2101025090
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF . DR . HAMKA
2021/2022
i
DAFTAR ISI
COVER ... i
DAFTAR ISI ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
BAB II PEMBAHASAN ... 2
A. TAUHID SEBAGAI INTI AJARA ISLAM DAN PANDANGAN HIDUP MUSLIM ... 3
1. SISTEMATIKA AJARAN ISLAM 2. INTI AKIDAH ISLAM 3. TAUHID SEBAGAI PANDANGAN HIDUP DAN ASAS PERADABAN 4. FUNGSI MANUSIA DALAM PARADIGMA TAUHID BAB III PENUTUP ... 4
A. KESIMPULAN ... 4
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kelompok kami kemudahan dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan taufiknya, kami tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa sholawat serta salam tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, yang sudah membawa kita dari zaman onta hingga zaman Toyota seperti sekarang.
Kami mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat dan iman, sehingga makalah “ Tauhid Sebagai Inti Ajaran Islam dan Pandangan Hidup Muslim “ dapat di selesaikan . penulis menyadari bahwa makalah bertema peredaran darah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan, baik penulisan dan konten. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini dapat lebih baik.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Jakarta, 1 Oktober 2021
Penulis
iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Waktu perkuliahan masuk Universitas Muhammadiyah Prof . Dr Hamka kami sebagai Mahasiswi di minta untuk menyelesaikan tugas makalah pada mata kuliah Pendidikan Agama .
Kami akan memaparkan materi Tauhid Sebagai Inti Ajaran Islam
Dan Pandangan Hidup Muslim .
iv BAB2 PEMBAHASAN
TAUHID SEBAGAI INTI AJARAN ISLAM DAN PANDANGAN HIDUP MUSLIM
Tauhid dalam ajaran agama samawi, adalah doktrin yang final, mendominasi seluruh pemahaman dan pengamalannya, baik dalam hal lahiriyah (eksoterik), maupun batiniyah/spiritual (esoterik). Mengesahkan Allah, berarti mengesakan dari segala segi zat, sifat dan perbuatan-Nya serta ibadah kepada-Nya. Keyakinan (tauhid) inilah yang menjadi tujuan paling besar bagi kebangkitan Nabi Muhammad saw. (Syekh Muhammad Abduh, 1979: 36-37; A. Hanafi, 1962: 30-31). Allah menegaskan dalam surah al-Anbiya’
ayat 25 yang terjemahnya: Dan kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum engkau (Muhammad), melainkan kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku (QS. al-Anbiya’/21: 25).
A. SISTEMATIKA AJARAN ISLAM
Islam pada hakikatnya adalah aturan atau undang-undang Allah yang terdapat dalam kitab Allah dan sunnah rasulnya yang meliputi perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk supaya menjadi pedoman hidup dan kehidupan umat manusia guna kebahagiaannya di dunia dan akhirat.
Dengan demikian, maka secara umum aturan itu meliputi tiga hal pokok yaitu aqidah, syariah dan akhlak.
1. AKIDAH
Aqidah merupakan hakikat yang abadi yang tidak pernah berubah tentang Allah dan hubungannya dengan alam .
Dalam aspek akidah ini dapat di lihat dalam bebrapa hal berikut :
1.
Ketuhanan antara atheisme dan poletheismeIslam ada di antara Atheisme yang mengingkari adanya tuhan, Polethiesme yang mempercayai adanya banyak tuhan . Artinya , islam tidak mengambil faham atheisme dan poletheisme , melainkan faham Monotheisme yakni faham yang mempercayai tuhan yang maha esa .
2.
Alam antara kenyataan dan khayalanv
Islam merupakan moderat yakni menempatkan dirinya di antara di antara pandangan yang tida mempercayai adanya wujud alam nyata bahwa itu hanyala sebuah khayalan . Bagi islam alam ini merupakan sebuah hakikat yang tak di ragukan namun di balik itu ada hakikat lain, yaitu dzat yang menciptakan dan mengaturnya
3.
Sifat Allah antara Ta’thil dan tasybihAda sebagian yang tidak mengakui adanya sifat bagi Allah , ada juga yang menyifati Allah sama dengan sifat hawadist ( makhluknya ) . Islam berada di tengan antara dua faham tersebut , yaitu mempercayai sifat kemahabesaran Allah sebagaimana yang sudah terdapat di dalam Al Quran dan sunnah .
4.
Kenabian antara kultus dan ketusAda kalangan yang mengkultus para nabi setinggi- tingginya , sehingga menyamai martabat ketuhan , maksdnya memposisikan mereka sebagai anak tuhan . Ada pula yang merendahkan martabat kenabian dengan melecehkah , memfitnah, mencaci mereka sebagai pembohong .
Bagi islam ,para nabi adalah manusia biasa yang makan , minum , kawin selayaknya manusia , namun yang menjadi pembeda ialah bahwa mereka mendapatkan wahyu dari Allah SWT.
5.
Sumber kebenaran antara akal dan wahyuIslam ada di antara kalangan yang mempercayai akal sebagai satu – satunya sumber untuk menemukan hakikat dan wujud .
https://jurnal.yudharta.ac.id/
2.SYARI’AH
Syariah Komponen Islam yang kedua adalah syariah yang berisi peraturan dan perundang-undangan yang mengatur aktivitas yang seharusnya dikerjakan manusia. Syariat adalah sistem nilai yang merupakan inti ajaran Islam.
Ilmu hukum syariat pada umumnya disebut dengan ilmu fiqih. Ilmu inilah yang berkembang pesat sesuai dengan perkembangan akal pikiran dan keadaan masyarakat agar agama Islam memberikan hak kebebasan berpikir dan selalu memerintahkan untuk selalu mempergunakan akal pikiran dalam menanggapi sesuatu masalah yang berkaitan dengan hukum syariat.
Ada beberapa ketentuan yang harus dipergunakan dalam menetapkan hukum syariat berdasarkan akal pikiran sebagaimana disampaikan A Malik Fadjar: 159-160, di antaranya:
1. Tidak boleh menyimpang dari aturan-aturan umum dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis misalnya dalam keimanan, shalat, zakat dan lain-lain.
2. Tidak menyimpang dari aturan-aturan khusus yang sudah dijelaskan secara terperinci dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis misalnya pembagian warisan dalam hukum warisan dan munakahat dan lain-lain.
3. Dilakukan oleh orang-orang yang ahli (ulama) yang memenuhi syarat tertentu misalnya menguasai ilmu bahasa, ilmu naqli maupun ilmu logika yang merupakan faktor pendukung bagi ulama tersebut.
3.AKHLAQ
Didalam Al-Qur’an maupun Al-Hadis diungkapkan bagian-bagian yang mengatur tingkat hubungan akhlak tersebut di antaranya:
vi
1. Akhlak terhadap Allah meliputi cintanya pada Allah melebihi cintanya kepada siapa pun, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya, mengharapkan dan berusaha memperoleh keridhaan Allah, mensyukuri nikmat dan karunia Allah, menerima dengan ikhlas semua qada dan qadar ilahi setelah berikhtiar, memohon ampunan hanya kepada Allah, bertaubat hanya kepada Allah dan bertawakal.
2. Akhlak terhadap makhluk yang meliputi akhlak terhadap manusia termasuk padanya akhlak terhadap rasul, akhlak terhadap orang tua, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat, akhlak terhadap tetangga, akhlak terhadap masyarakat; sedangkan akhlak terhadap bukan manusia terdiri dari sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam dengan baik.
http://www.mearindo.com/
B. INTI AKIDAH ISLAM
Definisi Aqidah
Menurut Bahasa
Kata “aqidah” diambil dari kata al-‘aqdu,yakni ikatan dan tarikan yang kuat. Ia juga berarti pemantapan, penetapan, kait-mengait, tempel-menempel, dan
penguatan[3]. Perjanjian dan penegasan sumpah juga disebut ‘aqdu. Jual-beli pun disebut ‘aqdu, karena ada keterikatan antara penjual dan pembeli dengan ‘aqdu (transaksi) yang mengikat. Termasuk juga sebutan ‘aqdu untuk kedua ujung baju, karena keduanya saling terikat. Juga termasuk sebutan ‘aqdu untuk ikatan kain sarung, karena diikat dengan mantap.
Menurut Istilah Umum
Istilah “aqidah” di dalam istilah umum dipakai untuk menyebut keputusan pikiran yang mantap, benar maupun salah. Jika keputusan pikiran yang mantap itu benar, maka itulah yang disebut aqidah yang benar, seperti keyakinan umat Islam tentang ke-Esa-an Allah. Dan jika salah, maka itulah yang disebut aqidah yang batil, seperti keyakinan umat Nashrani bahwa Allah adalah salah satu dari tiga oknum tuhan (trinitas).
Istilah “aqidah” juga digunakan untuk menyebut kepercayaan yang mantap dan
keputusan tegas yang tidak bisa dihinggapi kebimbangan. Yaitu apa-apa yang
dipercayai oleh seseorang, diikat kuat oleh sanubarinya, dan dijadikannya sebagai
madzhab atau agama yang dianutnya, tanpa melihat benar atau tidaknya serta
vii
merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan pembenarannya kepada sesuatu.
Aqidah Islamiyah
Iman kepada Allah Swt artinya meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt itu wajib tersifati dengan sifat yang wajib bagi-Nya, mustahil memiliki sifat yang mustahil bagi-Nya[4], dan memiliki sifat yang jaiz bagi-Nya yaitu berkehendak atau tidak berkehendak, serta seluruh muatan Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah Ash-Shahihah berupa pokok-pokok agama, perintah-perintah dan berita-beritanya, serta apa saja yang disepakati oleh generasi Salafush Shalih (ijma’), dan
kepasrahan total kepada Allah Ta’ala dalam hal keputusan hukum, perintah, takdir, maupun syara’, serta ketundukan kepada Rasulullah dengan cara mematuhinya, menerima keputusan hukumnya dan mengikutinya
Yang dimaksud aqidah pokok dalam islam adalah rukun iman, berbeda dengan yag lainya konsep iman dengan lansung dipengaruhi oleh teori mengenai kekuatan akal dan fungsi wahyu.akidah pokok yang di percayai oleh tiap tiap muslimin.[5]
yang termasuk unsur pertama dari unsur keimanan ialah mempercayai.[6]
Rukun Iman ada 6 yaitu : 1. Iman kepada Allah
Inti pokok dalam ajaran islam dalam alquran adalah akidah dalah tauhid yakni keyakinan bahwa Allah SWT maha Esa , tidak ada tuhan selain nya .
2. Iman kepada malaikat malaikat allah.
Menurut ketetapan alqur’an malaikat malaikat itu aalah alam ghaib , bukan alam benda , sifat dan keadaan malaikat itu adalah
a. Dapat menampakkan dirinya di alam benda.
b. Mahluk Allah dan Hambanya.
c. Petugas dalam urusan yang berhubung dengan jiwa dan semangat.
3. Iman kepada kitab kitab allah
Sebagai kelanjutan iman kepada Allah dan malaikat malaikat , sebagai
penghubung risalat yang di bawa oleh malaikat kepada osul rosul untuk
disampaikan kepada umat manusia. Risalat itu adalah kitab kitab suci yang
turun dari langit mengandung ajaran Allah di bidang Aqidah , ibadat ,
viii
pokok pokok halal dan haram . karena islam menuntut supaya manusia iman kepada seluruh kitab suci, baik yang turun kepada nabi Muhammad atau kepada rekan rekanya.
4. Iman kepada rosul rosul allah
Sebagaimana islam menuntut supaya iman kepada malaikat dalam
pencapaian pimpinan utama bagi manusia,begitu pula islam menuntut supaya iman kepada rasulnya sebagai pihak yang berhubungan lansung dengan man5.
Iman kepada hari kiamat.
Yang kelima yakni iman kepada hari ahir atau hari kiamat, alquran menyebutkan hari itu dengan istilah hari kemudian (Ahirat ). Menurut petunjuk alquran , hari ahirat itu bagai perhentian terahir dari
pengembaraan manusia di sunia, dan bertemulah tujuan manusia ini untuk apa dia di ciptakan tuhan.
Firman Allah
“ dan bahwa manusia itu memperoleh apa yang di usahakannya, dan bahwa hasil usahanya nanti akan dilihatnya. Kemudian itu diberikan kepadanya balasan yang cukup . dan kepada tuhan engkau ahir tujuannya”
6. Iman kepada qadha dan qadar.
Pokok pokok Aqidah Islam adalah seluruh agama yang datang dari tuhan, apa yang tersebut diatas adalah akidah pokok ajaran islam menekankan bahwa “Aqidah adalah pokok aqidah dari seluruh agama yang datang dari tuhan. Di tegaskan pula bahwa agama yang tidak berdasarkan aqidah tersebut dapat dikatakan agama yang batil dan tiada yang mempunyai nilai
Allah berfirman “ sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu” (Alhujarat:13) 1. Pokok ajaran islam
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa ajaran islam ini adalah
ajaranyang paling sempurna, karena memang semuanya ada dalam islam,
mulai dari urusan buang air besar sampai urusan Negara, islam telah
memberikan petunjuk di dalamnya. Allah berfirman “ pada hari ini telah
ix
kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmatku, telah ku ridhai islam menjadi agama bagimu (al-maidah:3) 2. Berserah Diri Kepada Alloh Dengan Merealisasikan Tauhid Yaitu kerendahan diri dan tunduk kepada Alloh dengan tauhid, yakni mengesakan Alloh dalam setiap peribadahan kita. Tidak boleh menujukan satu saja dari jenis ibadah kita kepada selain-Nya. Karena memang hanya Dia yang berhak untuk diibadahi. Dia lah yang telah menciptakan kita, memberi rizki kita dan mengatur alam semesta ini.
Semua yang disembah selain Alloh tidak mampu memberikan pertolongan bahkan terhadap diri mereka sendiri sekali pun. Alloh berfirman,” Dan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada para penyembahnya, bahkan kepada diri meraka sendiripun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan.” (Al -A’rof: 191-192)
Semua yang disembah selain Alloh tidak memiliki sedikitpun kekuasaan di alam semesta ini. Alloh berfirman, “Dan orang-orang yang kamu seru selain Alloh tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan
permintaanmu, dan pada hari kiamat mereka akan mengingkari
kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (Fathir: 13-14) 1. Tunduk dan Patuh Kepada Alloh Dengan Sepenuh Ketaatan
Pokok Islam yang kedua adalah adanya ketundukan dan kepatuhan yang mutlak kepada Alloh. Dan inilah sebenarnya yang merupakan bukti kebenaran pengakuan imannya. Penyerahan dan perendahan semata tidak cukup apabila tidak disertai ketundukan terhadap perintah-perintah Alloh dan Rosul-Nya dan menjauhi apa-apa yang dilarang, semata-mata hanya karena taat kepada Alloh dan hanya mengharap wajah-Nya semata,
berharap dengan balasan yang ada di sisi-Nya serta takut akan adzab-Nya.
2. Memusuhi dan Membenci Syirik dan Pelakunya
Seorang muslim yang tunduk dan patuh terhadap perintah dan larangan
Alloh, maka konsekuensi dari benarnya keimanannya maka ia juga harus
x
berlepas diri dan membenci perbuatan syirik dan pelakunya. Karena ia belum dikatakan beriman dengan sebenar-benarnya sebelum ia mencintai apa yang dicintai Alloh dan membenci apa yang dibenci Alloh. Padahal syirik adalah sesuatu yang paling dibenci oleh Alloh. Karena syirik adalah dosa yang paling besar, kedzaliman yang paling dzalim dan sikap kurang ajar yang paling bejat terhadap Alloh, padahal Allohlah Robb yang telah menciptakan, memelihara dan mencurahkan kasih sayang-Nya kepada kita semua.
Alloh telah memberikan teladan kepada bagi kita yakni pada diri Nabiyulloh Ibrohim ‘alaihis salam agar berlepas diri dan memusuhi para pelaku syirik dan kesyirikan. Alloh berfirman, “Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
‘Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Alloh, kami mengingkari kamu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Alloh saja.”(Al-Mumtahanah: 4)
Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang teguh, yaitu :
1. Untuk mengikhlaskan niat dan ibadah kepada Allah semata. Karena Dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagi-Nya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan hanya kepada-Nya.
2. Membebaskan akal dan pikiran dari kekeliruan yang timbul karena jiwa yang kosong dari akidah. Dan orang yang jiwanya kosong dari akidah, terkadang ia menyembah (menjadi budak) materi yang nyata saja, dan adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat.
3. Ketenangan jiwa dan pikiran, terhindar dari kecemasan dalam jiwa
dan kegoncangan pikiran. Karena akidah akan menghubungkan orang
mukmin dengan Penciptanya, lalu meridhai Dia sebagai Tuhan yang
mengatur, Hakim yang membuat syari`at. Oleh karena itu jiwanya
menerima takdir, dadanya lapang, menyerah lalu tidak mencari Tuhan
pengganti.
xi
4. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dan tidak melewatkan kesempatan beramal kebajikan, selalu digunakannya dengan baik untuk mengharap pahala. Serta tidak melihat tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari siksa. Karena diantara dasar akidah adalah
mengimani hari berbangkit serta hari pembalasan terhadap seluruh perbuatan.
“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al An’am: 132).
http://jasapenulisanmakalah.blogspot.com/2018/06/inti-aqidah-islamiyah.html
C. TAUHID SEBAGAI PANDANGAN HIDUP DAN ASAS PERADABAN
Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik di antara makhluk Allah yang lain. Struktur manusia terdiri dari unsur jasmaniah dan rohaniah, atau unsur fisiologis dan unsur psikologis. Dalam struktur jasmaniah dan rohaniah itu, Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang.
Seluruh manusia adalah diciptakan atas dasar iman (tauhid). Semua Nabi yang datang adalah membawa agama tauhid. Oleh karena itu, mereka menyeru dengan seruan “Katakanlah bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah”.
Dalam bahasa Arab, tauhid berarti beriman pada ke-Esaan Allah SWT, al-iman bi wahdaniyatillah atau monotheism. Iman berarti pengetahuan , percaya dan yakin tanpa bayangan keraguan. Proses terbentuknya iman dalam diri seseorang
didahului oleh pengetahuan tentang Sang Pencipta jagad raya ini, yakni Allah
SWT. Artinya, bahwa iman itu dapat diperoleh lewat proses berfikir, perenungan
mendalam, survei atau penelitian terhadap alam semesta.
xii
Iman tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan diasah dan dipertebal dengan cara terus-menerus menggali rahasia kekuatan Allah SWT yang tersedia di alam semesta melalui proses belajar-mengajar atau pendidikan, disamping melalui perilaku taat, takwa, dan beribadah kepada-Nya. Pada dasarnya, keimanan kepada Allah SWT harus mencakup tiga konsep atau unsur dasar, yaitu mengetahui dan memahami konsep ketuhanan, menetapkan konsep ketuhanan hanya kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung, dan meniadakan konsep ketuhanan kepada selain Allah.
Oleh sebab itu, perlu kiranya pendidikan tauhid ditanamkan sejak dini, yaitu dimulai sejak memilih jodoh, anak berada di dalam kandungan, hingga anak lahir sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Bahkan dalam jenjang pendidikan pun perlu di design sedemikian rupa sesuai tingkat pemahaman peserta didik. Dan satu hal yang perlu diingat adalah menuntut ilmu bagi setiap muslim adalah hingga akhir hayatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, 2005, Ideologi Pendidikan Islam (Paradigma Humanisme Teosentris), Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Abdurrahman Assegaf, 2011, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Baihaqi, 2000, Mendidik Anak dalam Kandungan, Jakarta : Radar Jaya Offse
D. FUNGSI MANUSIA DALAM PARADIGMA TAUHID
Era globalisasi pada saat ini manusia di tuntut untuk berlaku cerdas, adanya persaingan dalam merubah peradaban manusia maka suatu paradigma akan di ciptakan karena kalau tidak mempunyai inovatif maka kita akan tergilas dengan adanya perubahan zaman. Pertumbuhan ilmu dan teknologi begitu cepat dan mencengangkan sehingga manusia akan bertanya antara percaya atau tidak. Kemajuan dalam ilmu dan teknologi telah membawa kemudahan-kemudahan untuk mencapai derajat peradaban yang lebih maju dan modern. Konsep paradigma pertama kali dikenalkan oleh Thomas Khun dalam bukunya The Structure of Scientific Ravolution (1962) bahwa perkembangan ilmu pengetahuan bukan terjadi secara komulatif, tetapi terjadi revolusi, istilah paradigma merupakan te rminiologi kunci dalam model perkembangan ilmu pengetahuan.
xiii
Pembahasan paradigma tauhid menjelaskan bahwa alam dan kehidupan
merupakan satu sistem yang holistik dan integral yang menempatkan Tuhan sebagai satu- satunya sentral. Bagi orang beriman tidak ada keraguan untuk memaknai sentral tersebut.
Muladhi menawarkan sebuah konsep rekontruksi pengembangan ilmu dengan prinsip integrasi. Ini muncul karena ada kekwatiran serius tentang sistem ekonomi yang semakin krosnis dan adanya dikotomi antara ilmu dan agama. Beliau menjelaskan bahwa sebuah rekontruksi holistik menawarkan satu prinsip utama yaitu prinsip tauhid. Konsep tauhid ini diambil dari rumusan Wahdatul Wujud dari Mulla Sadra. Dia menyatakan bahwa segala wujud yang ada dan segala bentuk serta karakternya pada hakekatnya adalah satu dan sama. Yang membedakan dari yang lain hanya gradasinya yang disebabkan karena esesnsinya. Oleh karena itu menurutnya wujud yang ada baik berwujud spiritual atau material yang dijadikan objek yang valid bagi ilmu.
Paradigma Tauhid berpandangan bahwa alam dan kehidupan merupakan sistem yang menyeluruh dan integral, yang menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya sentral (the ultimate reality). Yang dimaksud dengan satu-satunya sentral adalah al Khaliq al Ghany (satu-satunya pencipta yang tak bergantung), sedangkan alam dan kehidupan adalah al makhluk al faqir (makhluk yang bergantung). Setidaknya ada dua pokok konsep dalam paradigma ini yaitu holistik-integralistik dan menempatkan Tuhan sebagai the ultimate reality.
https://jurnal.narotama.ac.id
Kesimpulan
Jadi Taudid merupakan peran yang sangat penting bagi kehidupan , dimana sebagai acuan dalam menjalankan kehidupan sehari- hari yang berlandaskan keagamaan dan tidak melenceng dari nilai nilai agama.
xiv