PROPOSAL
PENELITIAN KOMPETITIF DOSEN
KLUSTER PENELITIAN DASAR PENGEMBANGAN PROGRAM STUDI
PENANAMAN KONSEP MODERASI BERAGAMA MELALUI PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG PANCASILAIS DI PTKIN
1. Dr. H. Muhammad Fazis, M.Pd./ 2019116301 (Ketua Tim) 2. Syaiful Marwan, M.Pd./ 2021038701 (Anggota)
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR
2021
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang secara majemuk memiliki perbedaan identitas secara individu satu sama lainnya. Perbedaan yang terjadi disetiap individu, kelompok, dan ataupun etnis masyarakat sangatlah rentan terhadap berbagai fenomena disintegrasi sosial. Fenomena dalam konsep disintegrasi sosial akan menyebabkan hancurnya kehidupan sosial, terutama perpecahan persatuan dan kesatuan dalam kelompok, masyarakat, bangsa dan negara. Permasalahan ini adalah persoalan yang serius dan harus ditangani dengan baik dalam berbagai pihak.
Terjadinya perpecahan atau tidak bersatunya dalam kelompok hidup bermasyarakat dikarenakan karena tidak adanya kerjasama yang baik dalam kehidupan bersamanya. Bila dilihat dalam konteks kehidupan bersama, maka seharusnya memang pemersatu bangsa dalam ideologi nasional menjadikan moderasi menjadi lebih kuat tentunya. Ideologi Pancasila di Indonesia menjadi pandangan hidup yang merupakan sumber-sumber nilai luhur dari bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, memang upaya penanaman nilai bermoderasi perlu dilakukan bagi setiap individu warga negara.
Berdasarkan data awal yang ada diambil dari mahasiswa dari form kuesioner yang dibagikan dan secara identitas dikategorikan sebagai warga negara. Ada sebanyak 68 orang sampel, didapatkan informasi bahwa sebanyak 89,7% menyatakan tahu dan sebanyak 10,3% menyatakan tidak tahu konsep moderasi beragama. Dari data ini memberikan gambaran masih data dari mahasiswa yang tidak mengetahui mengenai konsep moderasi beragama.
Kemudian informasi lainnya dari sumber form kuesioner juga terkait
kepahaman moderasi beragama didapatkan data, sebanyak 1,5% menyatakan
sangat paham, sebanyak 67,6% menyatakan paham, sebanyak 29,4% menyatakan
kurang paham, dan sebanyak 1,5% tidak paham. Dari data tersebut,
mendeskripsikan bahwa memang masih dikategorikan sekitar 30,3% dari warga
negara yang berperan sebagai kelompok intelektual atau sebagai mahasiswa,
masih memiliki sikap kurang dan tidak pahama atas istilah ataupun konsep moderasi beragama.
Dalam kasus masalah moderasi pada masa beberapa tahun kebelakang, terutama dalam masalah moderasi beragama menjadi suatu isu dan masalah bagi kehidupan masyakat Indonesia dalam skala nasional. Salah satau contohnya, fenomena 212 di Monas dan berbagai masalah lainnya, baik secara nyata dan berbagai hal yang berkembang di berbagai media sosial yang digunakan dalam komunikasi sosial kehidupan bermasyarakat.
Permasalahan-permasalahan ekstrem yang terjadi, dimulai dengan banyaknya gejala-gejala radikalisme dan ekstrimisme yang bersumber dari pihak- pihak tertentu dan dapat mempengaruhi kelompok mayoritas dan minoritas keagaaman. Mengatasi hal ini, upaya menengahi dan membuat jalan persatuan dalam bentuk bekerjasama dalam berbagai hal memang harus dilakukan. Oleh sebab itu, penanaman moderasi beragama menjadi jawaban dalam upaya menangani hal tersebut. Persoalan ini sebenarnya tidak luput dari Perguruan Tinggi yang memang mempunyai peran yang strategis dalam memberikan pemahaman mengenai konsep bermoderasi beragama menjadi lebih baik dan membentuk karakter individu warga negara menjadi lebih baik dan lebih menekankan persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini secara prinsip, ada dalam ideologi negara Indonesia, yakni Pancasila sebagai dasar dan filosofi nilai dalam menjaga kehidupan kebangsaan Indonesia menjadi lebih bersatu tanpa melihat perbedaaan satu sama lainnya.
Terkait dengan konteks masalah tesebut, dalam upaya pembentukan
karakter warga negara di Perguruan Tinggi, ini menjadi masalah yang serius dan
perlu penanganan yang efektif dalam manajemen pendidikan yang baik dan
sistematis. Langkah besar yang harus dilakukan adalah dengan memanajemen
permasalahan tersebut, dan seyogyanya perlu dibangun upaya penanaman konsep
bermoderasi beragama agar tidak terjadi konflik dan disintegrasi yang akan
memecah belah bangsa, yang terutama di mulai masa pendidikan dari warga
negara di Pendidikan Tinggi Keagaaman Islam.
B. Rumusan dan Pembatasan Masalah
Rumusan dan batasan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana konsep moderasi dipahami mahasiswa sebagai warga negara di Perguruaan Tinggi Keagamaan Islam di Sumatera Barat terutama di IAIN Batusangkar?
2. Bagamana pola pembentukan karakater yang Pancasilais bagi individu di Perguruaan Tinggi Keagamaan Islam agar memahami konsep bermoderasi beragama di IAIN Batusangkar?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan sejauh mana konsep moderasi dipahami mahasiswa sebagai warga negara di Perguruaan Tinggi Keagamaan Islam di Sumatera Barat terutama di IAIN Batusangkar.
2. Untuk mengetahui dan memahami pola pembentukan karakter yang Pancasilais bagi mahasiswa sebagai warga negara secara individu dalam memahami konsep bermoderasi beragama di IAIN Batusangkar.
D. Luaran Penelitian
Adapun luaran dari penelitian ini adalah:
1. Hak kekayaan intelektual hasil penelitian
2. Artikel Jurnal Terakreditasi Nasional
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Konsep Moderasi Beragama
Dalam pengertian umum, moderasi sering artikan sebgai kata yang berlawanan dengan radikalisme dan ekstrimisme. Merujuk kepada konsep moderasi yang dalam istilah bahasa Inggris yaitu moderation, mengandung arti adalah sikap sedang atau sikap yang tidak berlebih-lebihan (Echols, 2009).
Namun dalam bahasa Arab, istilah moderasi diartikan dengan istilah wasatiyyah.
Adanya kata al-wasatiyyah adalah nisbah dari kata al-wast dan al-wasat yang keduanya adalah bentuk masdar (infinite) dari sebuah kata kerja al-wasata (Ansory, 2014).
Dalam pandangan lain, istilah wasatiyyah atau wasat dan memiliki arti dasar yaitu segala yang baik sesuai dengan objeknya (Hanafi. dkk, 2012). Dalam hal ini orang yang memiliki sifat wasat adalah wasit. Adanya istilah ini diserap telah diserap dalam Bahasa Indonesia yang berarti; 1) pengantara/pengengah, 2) pelerai, 3) pemimpin dipertandingan. Dengan adanya penjelasan mengenai istilah wasatiyyah yang disamakan dengan moderasi memberikan pemaknaan dan arti bahwa moderasi memberikan arti moderasi sebagai bentuk sifat yang mengarah kepada tindakan yang menengahi suatu persoalan dan permasalahan.
Pengertian dari pandangan islam memberikan penjelasan yang mengarahkan akan adanya upaya menyatukan pandangan hidup dalam kehidupan bersama yang beranekaragam karakternya. Untuk itu, sekiranya perlu melihat secara umum bagaimana membentuk karakter dalam kehidupan bersama.
B. Pembentukan Karakter Yang Pancasilais
Sebelum masuk kepada bagaimana pembentukan karakter, memang perlu melihat penjelaskan mengenai karakter secara umumnya. Karakter setiap manusia secara mendasar memiliki perbedaan satu sama lainnya. karena karekter merupakan kepribadian yang terlekat pada masing masing individu manusia. Hal ini sesuai dengan penjelasan Sajadi (2019) yang menjelaskan mengenai orang yang berkarakter adalah orang yang berkepribadian, berwatak dan bertabiat.
Dalam pengertian lainnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
menjelaskan karakter sendiri adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan pengertian ini jelas bahwa memang karakter memang ada pada individu, namun tidak semua individu memiliki karakter yang sama satu sama lainnya.
Karakter tumbuh dan berkembang dalam proses pengalaman hidup. Hal ini sesuai dengan pernyataan Quraish Shihab (dalam detik news 14 Agutustus 2012), yang menyampaikan bahwa karakter terbentuk dalam perjalanan hidup seseorang. Pernayataan ini memberikan gambaran mengenai karakter, secara mendasar memang terbentuk dalam pengamalan hidup. Namun, pembentukan karakter dalam proses pengalaman hidup mulai terbentuk pada masa tumbuh kembang individu di dalam keluarga. Setelah proses ini berjalan, ada 3 bentuk karakter yang bisa dibangun menurut Handoyo (2011), diantaranya adalah:
1. Kecerdasan Emosi.
Adanya kecerdasan emosi adalah karakter yang menggambarkan adanya keterampilan yang secara mendasar berhubungan dengan keakuratan penilaian mengenai emosi diri secara individu dan orang lain, serta dilain hal adalah kemampuan dalam mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan, dan meraih kehidupan. Berdasarkan pendapat Goleman (1999) mengenai kecerdasan emosi meliputi lima wilayah utama yaitu diantaranya:
a. Kemampuan dalam mengenali emosi diri;
b. Kemampuan dalam mengelola dan mengekspresikan diri sendiri dengan tepat;
c. Kemampuan untuk memotovasi diri sendiri;
d. Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain;
e. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain.
2. Kecerdasan Daya Juang.
Menurut pendapat Stolz (1997), menjelaskan bahwa selain adanya
kecerdasan emosi yang dapat mendukung pembangunan karakter anak
bangsa, ada juga individu perlu mengembangkan kecerdasan untuk
menghadapi kesulitan dan tantangan. Stolz memperkenalkan kecerdasan ini
sebagi Adversity Quoyient (AQ). AQ merupakan tingkat kecerdasan
seseorang dalam menghadapi kesulitan hidup dan kecerdasan seseorang untuk
bertahan hidup.
3. Kecerdasan Moral.
Kemudian selanjutnya, menurut Borba (2001), menjelaskan bahwa kecerdasan moral merupakan kapasitas individu untuk memahami dan membedakan nilai yang salah satu atau benar, baik atau buruk. Penjelasan ini mengandung maksud bahwa kecerdasan moral ini bisa dikembangkan dengan pendidikan dan penanaman nilai moral dimulaisejak dini. Ada beberapa konsep moralitas secara umum, yaitu:
a. Adanya keterpaduan antara pikiran, kata hati ataupun perasaan, sikap, psikomotor, dan perbuatan;
b. Disonansi yang minimal antara kognitif, afektif, dan psikomotor.
c. Segala bentuk tindakan yang dilakukan dengan mengacu pada konsep benar dan baik.
d. Konsep baik mengacu pada nilai-nilai etika dan estetika.
e. Konsep yang benar dan mengacu kepada nilai-nilai individual, nilai-nilai sosial, dan nilai-nilai spiritualitas dan religiusitas
f. Individu yang mampu berfikri, bersikap dan berbuat secara reslistis, rasional dan proporsional.
g. Berinteraksi dan bekerjasama dengan orang lain secara harmonis
h. Menunjukkan tindakan professional dalam melaksanakan tanggung jawab i. Mengembangkan nilai-nilai universal dalam kehidupa bersama.
Namun, dalam konsep moral secara umum menurut Borba (2001), terkait apakah sebuah perilaku “bermoral atau tidak bermoral” ditunjukkan dalam beberapa indikator:
a. Empati yang dimiliki b. Adanya suara hati
c. Mampu mengendalikan diri
d. Menghargai orang lain dan lingkungan e. Memiliki kebaikan
f. Mampu bertoleransi
g. Mempunyai sikap berkeadilan.
Beberapa indikator ini memberikan penjelasan yang efektif bahwa
karakter secara mendasar dapat dibangun dan dikembangkan dalam pola
pendidikan atau penanaman konsep ataupun nilai. Nilai ini, dipakai secara
bersama-sama dalam kehidupan bersama masyarakat Indonesia. Semua nilai ini dalam masyarakat Indonesia tertuang dalam sila-sila Pancasila.
Karakter yang pancasilais dapat dibangun ataupun dibentuk dengan menanamkan nilai-nilai dasar yang terdapat di dalam sila-sila pancasila yang berbunyi; 1) “Ketuhanan Yang Maha Esa”, 2) “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”, 3) “Persatuan Indonesia”, 4) “Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan dan Perwakilan”, 5)
“Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Penjabaran sila-sila Pancasila ini tertuang nilai-nilai dalam pembentukan karakter yang memiliki makna dan terlihat dalam nilai-nilai berikut diantaranya:
1. Nilai Kerohanian/Spiritual;
2. Nilai Kemanusiaan;
3. Nilai Persatuan dan Kebersamaan;
4. Nilai Musyawarah;
5. Nilai Keadilan.
C. Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan sesuai dengan kajian ini, diantaranya:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Mohamad Fahri dan Ahmad Zainuri yang berjudul “Moderasi Beragama di Indonesia”. Hasil penelitian ini menunjukkan radikalisme atas nama agama dapat diatasi dengan pendidikan Islam yang moderat dan inklusif. Moderasi agama yang ditampilkan berupa sikap tawazun (berkeseimbangan), i’tidal (lurus dan tegas), tasamuh (toleransi), syura (musyawarah), musawah (egaliter), ishlah (reformasi), aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), tathawwur wa ibtikar (dinamis dan inovatif).
2. Penelitian yang kedua dari Kasinyo Harto dan Tastin yang berjudul
“Pengembangan Pembelajarn PAI Berwawasan Islam Wasatiyyah: Upaya
Membangun Sikap Bermoderasi Beragama Peserta Didik”. Penelitian ini
menunjukkan adanya peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan
menjadi manusia yang baik dan memiliki kecapakan serta pengetahuan untuk
hidup secara layak. Pembelajaran dengan konsep wasatiyyah diharapkan
menjadi lebih sadar terhadap agamanya sendiri dan sadar akan realitas ajaran agama orang lain.
3. Penelitian selanjutnya dari Ari Wibowo, dengan penelitiannya yang berjudul
“Kampanye Moderasi Beragama di Facebook: Bentuk dan Strategi Pesan”.
Penilitian ini merumuskan konsep ideal dalam mengkampanyekan bermoderasi beragama di Indonesia melalui facebook. Adapun yang mendasari kajian penelitian ini adalah; 1) masifnya gerakan radikalisme atas nama agam di media sosial, 2) potensi konflik atas dasar SARA, 3) Upaya memperkuat moderasi agama di media sosial.
4. Penelitian Priyantoro Widodo dan Karnawati, menjelaskan perkembangan revolusi industri menyebabkan zaman disrupsi dan menurunnya rasa nasionalisme. Penelitian ini menjelaskan bahwa gerakan radikalisme di Indonesia muncul karena dipicu oleh persoalan domestik dan konstelasi politik internasional yang dinilai telah memojokkan kehidupan sosial politik umat islam. Dalam hal ini gereja tidak boleh tutup mata dan tidak peduli.
Tetapi mengimplementasikan sikap untuk: mendalami agama Kristen secara teks alkitab yang mengajarkan tentang “kasih” dan harus bersikap pluralis terhadap agama dan masyarakat.
5. Penelitian selanjutnya dari Agus Akhmadi, menjelaskan tentang keragaman budaya bangsa Indonesia, moderasi beragama dalam keragaman dan peran penyuluh agama dalam mewujudkan kedamaian bangsa Indonesia.
Kesimpulan pembahasannya adalah mengenai kehidupan multicultural
diperlukan pemahaman dan kesadaran multibudaya yang menghargai
perbedaan, kemajemukan dan kemauan berinteraksi dengan siapapun secara
adil. Dalam hal ini, diperlukan peran pemerintah, tokoh pemerintah, dan
penyuluh agama untuk mensosialisasikan, menumbuhkembangkan moderasi
beragama kepada masyarakat demi terwujudnya keharmonisan dan
kedamaian.
D. Kerangka Teoritis
Penanaman Konsep Moderasi Beragama
Pembentukan Karakter di IAIN Batusangkar
Nilai-Nilai Pancasilais
1. Nilai Kerohanian
2. Nilai Kemanusiaan
3. Nilai Persatuan
4. Nilai Musyawayah
5. Nilai Keadilan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian gabungan antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif yang lebih dikenal dengan Mix Method. Mixed Methods research juga disebut sebagai sebuah metodologi yang memberikan asumsi filosofis dalam menunjukkan arah atau memberi petunjuk cara pengumpulan data dan menganalisis data serta perpaduan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui beberapa fase proses penelitian (Creswell, 2014:5).
Berdasarkan judul penenlitian, penelitian ini diawali dengan melihat pengetahuan dan pemahaman konsep moderasi beragama terhadap warga negara yang statusnya adalah mahasiswa yang berada di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKIN) yaitu IAIN Batusangkar. Berdasarkan data tersebut, maka dilakukan survey kuantitatif mengenai pemahaman konsep moderasi beragama di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di Sumatera Barat terutama di IAIN Batusangkar. Hal ini secara mendasar didorong oleh masih adanya ketidaktahuan dan sikap kurang paham dan ketidakpahaman mahasiswa terhadap konsep moderasi beragama.
Maka dari itu, penting kiranya untuk menanamkan konsep moderasi beragama melalui pembentukan karekter warga negara yang pancasilais.
B. Identifikasi Variabel
Penelitian yang dilakukan terhadap analisis faktor-faktor pembentukan
karakter pancasilais dimulai dengan melakukan penelitian kualitatif berupa studi
lapangan non-eksperimental yang bersifat survey karena bertujuan untuk menguji
teori yang terkait dengan faktor-faktor pembentukan karakter pancasilais terhadap
moderasi beragama. Penelitian Nonexperimental Research (Gal1, dkk., 2003)
atau Ex Postfacto (Tuckman, 1999) artinya tidak melakukan manipulasi terhadap
variabel-variabel yang diteliti, tetapi melakukan pengukuran dalam setting yang
alami (natural). Karena tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor
pembentukan karakter terhadap pemahaman konsep moderasi beragama
mahasiswa tanpa memanipulasi variabel independen. Kemudian secara kualitatif
akan dianalisis dengan mendapatkan data dari wawancara dari sumber lainnya yang mendukung data penelitian dari survey kuantitatif tersebut.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi penelitian dari penelitian ini adalah mahasiswa IAIN Batusangkar semua jurusan yang berjumlah sebanyak 6771 orang.
2. Sampel
Dari jumlah populasi yang ada, diambil sampel secara representatif dan mewakili semua mahaiswa yang ada di IAIN Batusangkar. Sesuai dengan kluster penelitian pengembangan Prodi, maka yang dijadikan sampel adalah mahasiswa pada Prodi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) S-1 di IAIN Batusangkar.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah dengan penggunaan angket.
Angket yang diberikan sebagai instrument penelitian disiapkan terlebih dahulu oleh peneliti yang akan diberikan kepada objek penelitian. Angket yang disiapkan oleh peneliti berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan data dalam masalah penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen dalam bentuk angket adalah sebagai data primer.
Penggunaaan angket ini, adalah dengan membagikan sejumlah pertanyaan peneliti kepada responden, lalu diserahkan kembali untuk diolah oleh peneliti.
Jenis angket yang diberikan adalah tertutup, yang artinya dalamangket yang diberikan terdapat serangkaian pertanyaan yang diberikan dengan jawaban yang tersedia. Responden hanya memilih dari jawaban-jawaban yang telah tersedia.
Kemudian sebagai data sekunder, juga akan diambil sejumlah jawaban
dari wawancara yang akan diberikan kepada beberapa sampel sebagai bentuk
validasi data dari angket yang telah diberikan kepada responden.
E. Pengembangan Instrumen
Pengembangan instrument penelitian dilakukan dengan:
1. Penyiapan kisi-kisi pertanyaan pada instrument penelitian 2. Pengembangan item-item angket penelitian
3. Validasi intrumen angket
4. Penyiapan dokumen pedoman wawacancara.
F. Analisis Data
Teknik yang dilakukan dalam menganalisis data adalah dengan menggunakan analisis deskriptif. Menurt Sugiono (2005), metode deskriptif merupakan bentuk metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.
Ciri-ciri pokok dari metode deskriptif, yakninya antara lain:
1. Lebih memusatkan perhatian kepada permasalahan yang ada, pada saat penelitian dilakukan atau permasalahan yang bersifat aktual.
2. Memberikan gambaran fakta tentang permasalahan yang diselidiki sebagaimana adanya dan diiringi dengan interpretasi rasional yang seimbang.
3. Peneliti bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesa, membuat prediksi, serta mendapatkan makana dan implikasi dari suatu masalah
G. Refleksi Hasil Analisis
Sesudah dilakukan analisis data dari hasil penelitian, kemudian
selanjutnya dilakukan refleksi sebagai tindak lanjut hasil penelitian. Bentuk
kegiatan refleksi terkait dengan berbgaai tindakan-tindakan yang mengarah
kepada perbaikan-perbaikan dan juga bisa mengembangkan hasil penelitian.
DAFTAR REFERENSI
Ansory, Isnan. 2014. Wasathiyyah: Membaca Pemikiran Sayyid Quthb Tentang Moderasi Islam. Jakarta: Rumah Karet Publishing.
Akhmadi, A. 2019. Moderasi Beragama dalam Keragaman Indonesia. Inovasi-Jurnal Diklat Keagamaan, 13(2), 45-55.
Borba, Michele. 2001. Leadership Competencies. Canada: Published Heritage Branch.
Echols, John M dan Hassan Shadily. 2009. Kamus Inggris Indonesia: An English- Indonesian Dictionary. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Fahri, M., & Zainuri, A. 2019. Moderasi Beragama Di Indonesia. Intizar, 25(2), 95- 100.
Goleman, D. 1999. Emotional Intelligence. (terjemaham T Hermaya). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hamdi, Asep Saepul. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Deepublish.
Hanafi, Muchlis, et.all.2012. Tafsir al-Maudhu’I: Moderasi Islam. Jakarta: LPMQ.
Harto, K., & Tastin, T. 2019. Pengembangan Pembelajaran Pai Berwawasan Islam Wasatiyah: Upaya Membangun Sikap Moderasi Beragama Peserta Didik. At- Ta'lim: Media Informasi Pendidikan Islam, 18(1), 89-110.
Ilma, N. 2015. Peran pendidikan sebagai modal utama membangun karakter bangsa.
Tadbir: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 3(1), 82-87.
Nasution, A. R. 2016. Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Pendidikan Karakter Bangsa Indonesia melalui Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani.
Jupiis: Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, 8(2).
Rusdi, M.Ali, et all. 2020. Mainstreaming Moderasi Beragama Dalam Dinamika Kebangsaan.Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press
Seger, Handoyo. 2011. Pendidikan Karakter: Perspektif Guru dan Psikolog. Malang:
Selaras.
Suharto, Babun, et all. 2019. Moderasi Beragama: Dari Indonesia Untuk Dunia.
Yogyakarta: LKiS
Sutrisno, E. 2019. Aktualisasi Moderasi Beragama di Lembaga Pendidikan. Jurnal
Bimas Islam, 12(2), 323-348.
Wening, S. 2012. Pembentukan karakter bangsa melalui pendidikan nilai. Jurnal Pendidikan Karakter, (1).
Wibowo, A. 2019. Kampanye Moderasi Beragama di Facebook: Bentuk dan Strategi Pesan. Edugama: Jurnal Kependidikan dan sosial keagamaan, 5(2), 85-103.
Widodo, P., & Karnawati, K. 2019. Moderasi Agama dan Pemahaman Radikalisme di
Indonesia. PASCA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen, 15(2), 9-14.
ANGKET TANGGAPAN MAHASISWA TERHADAP PENELITIAN PENANAMAN KONSEP MODERASI BERAGAMA MELALUI
PEMBENTUKAN KARAKTER WARGA NEGARA YANG PANCASILAIS DI PTKIN
Kepada:
Yth. Responden di tempat
Dalam rangka Penanaman Konsep Moderasi Beragama Melalui Pembentukan Karakter Warga Negara Yang Pancasilais di PTKIN, kami mengharapkan partisipasi Anda untuk mengisi kuesioner berikut ini.
Partisipasi Anda akan sangat bermanfaat bagi keberhasilan program kami dan menjadi lading amal untuk anda semunya.
Hormat Kami,
Tim Peneliti
No. Pernyataan SS S TS STS
Aspek Intoleransi
1. Saya merasa tidak canggung bekerjasama dengan dengan orang yang berbeda suku dengan saya
2. Orang yang berbeda agama membuat saya kurang nyaman.
3. Saya merasa setiap orang yang berbeda agama dengan saya tidak berhak dicalonkan menjadi
PETUNJUK PENGISIAN
A. Pilihlah pernyataan yang paling sesuai dengan Anda dan berilah tanda pada pilihan yang telah disediakan!
1. SS : Sangat Setuju 2. S : Setuju 3. TS : Tidak Setuju 4. STS : Sangat Tidak Setuju
B. Pilihlah jawaban yang paling Anda sepakati!
Nama :
Umur : ____________________
Nomor Hp:
Jenis kelamin:
Laki-laki
Perempuan Desa/ Nagari : Kecamatan : Kabupaten : Propinsi : Program Studi : Kampus :
_______________________________
No. Pernyataan SS S TS STS pemimpin apapun di Indonesia
4. Saya tidak boleh memaksa orang yang berbeda agama dengan saya untuk menjalankan ajaran agama saya
5. Saya rasa boleh saja mencela tuhan dan perayaan agama yang berbeda keyakinan dengan saya, karena ajaran agama sayalah satu-satunya agama yang benar.
Aspek Fanatisme
6. Saya hanya mendengarkan dan mempercayai seorang ustadz/pendeta/pastor saja, tanpa membandingkan dengan ustadz/pendeta/pastor lainnya
7. Organisasi masyarakat yang tidak sealiran dengan saya sebaiknya dibubarkan
8. Budaya yang paling baik adalah yang berasal dari daerah saya.
9. Tidak ada gunanya dialog dengan orang yang berbeda agama dengan saya.
10. Apapun perkataan orang tentang pemahaman agama yang saya yakini, maka tidak akan mengubah sikap sampai kapanpun, karena orang yang berbeda agama dengan saya najis untuk disentuh
Aspek Ekslusivitas
11. Saya merasa sebagai insan yang beragama saya hanya bergaul dengan kelompok sealiran dengan saya agar mendapatkan kenyamanan
12. Saya lebih suka bergaul dengan teman-teman yang berlatar belakang suku-bangsa yang sama dengan saya.
13. Saya tidak mau masuk organisasi yang anggotanya terdiri atas orang-orang dari berbagai suku-bangsa . 14. Bertempat tinggal dengan suku-bangsa lain
membuat saya merasa tidak nyaman.
15. Saya tidak bisa menerima sedikitpun pendapat dari tokoh agama lain
Aspek Revolusi
16. Pancasila sebagai sumber hukum harus diganti dengan sumber hukum yang berasal dari Tuhan (Kitab Suci). Oleh karena itu setiap insan beragama harus berusaha memperjuangkannya.
17. Sebaiknya kegiatan upacara bendera/peringatan hari besar Nasional ditidakan, karena bertentangan dengan ajaran agama dan pemborosan waktu dan keuangan negara
18. Demokrasi itu bagaikan lingkaran setan, siapa yang
ikut terlibat dalam demokrasi hukumnya kufur
No. Pernyataan SS S TS STS 19. Untuk membantu orang miskin, menurut saya boleh
mencuri harta pemimpin yang korup
20. Dosen yang jutek di kelas, boleh di rusak kenderaannya sebagai balasan atas prilakunya
Selanjutnya Silakan memilih satu pilihan yang paling Anda sepakati!
1. Apakah cara/metode penanaman moderasi beragama yang anda pernah jalani menarik?
a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu
2. Apakah cara/metode pembudayaan Pancasila saat ini menarik?
a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu
3. Apakah saat ini Pancasila identik dengan generasi muda?
a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu
4. Apakah penggiat Pancasila saat ini identik dengan orang yang religius?
a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu
5. Apakah Pancasila masih relevan dengan kemajuan zaman?
a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu
6. Menurut Anda, apakah Pancasila mampu menyatukan bangsa Indonesia?
a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu
7. Menurut Anda, apakah Pancasila bisa selaras dengan agama?
a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu
8. Menurut Anda, apakah Pancasila mampu membuat bangsa Indonesia hidup adil?
a) Ya b) Tidak c) Tidak tahu
9. Menurut Anda, apa permasalahan utama Pancasila saat ini?
a. Kurangnya lembaga pendukung b. Kurangnya keteladanan
c. Materinya tidak menarik
d. Cara menyampaikannya kurang sesuai dengan jaman e. Lainnya:
...
10. Menurut Anda, apa permasalahan utama penanaman pendidikan agama/
moderasi beragama saat ini?
a. Kurangnya lembaga pendukung b. Kurangnya keteladanan
c. Materinya tidak menarik
d. Cara menyampaikannya kurang sesuai dengan jaman e. Lainnya:
...
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT
DINAS PENANAMAN MODAL
DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Jln.Setia Budi No.15 Padang Telp. 0751-811341, 811343 Fax. 0751-811342 http://dpmptsp.sumbarprov.go.id
S U R A T K E T E R A N G A N Nomor : 570 /1350 - PERIZ/DPM&PTSP/VI/2021
REKOMENDASI PERMINTAAN DATA
Menimbang : a. Bahwa untuk tertib administrasi dan pengendalian pelaksanaan penelitian dan pengembangan perlu diterbitkan rekomendasi penelitian;
b. Bahwa sesuai konsideran huruf a diatas, serta hasil Verifikasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sumatera Barat, berkas Persyaratan Administrasi Penelitian telah memenuhi syarat.
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan Kementrian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penerbitan Rekomendasi Penelitian yang telah Dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2014 tentang Penerbitan Rekomendasi Penelitian.
Memperhatikan : Sesuai Surat Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Batusangkar Nomor : B- 0465.a/In.27/L.I/TL.00/06/2021 tanggal 25 Juni 2021 tentang Permohon Izin Permintaan Data.
Dengan ini menerangkan bahwa kami memberikan Rekomendasi Permintaan Data kepada :
Nama : Dr. H. Muhammad Fazis, M.Pd.
Tempat/Tanggal lahir : Solok/ 19 November 1963
Pekerjaan : Dosen
Alamat : Komp. Jondul V Blok O o. 01 RT/RW 005/013 Kelurahan Parupuk Tabing Kecamatan Koto Tangah Kota Padang
Nomor Kartu Identitas : 1371111911630003 Judul Penelitian/ Permintaan
Data : Penanaman Konsep Moderasi Beragama Melalui Pembentukan Karakter
Kewarganegaraan Yang Pancasialis di PTKIN
Lokasi Pengambilan Data : UIN Imam Bonjol Padang; IAIN Batusangkar; IAIN Bukittinggi Jadwal Pengambilan Data : 26 Juni 2021 s.d 26 Nove,mber 2021
Anggota Tim : Syaiful Marwan, M.Pd.
Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Wajib menghormati dan mentaati peraturan dan tata tertib di daerah setempat/Lokasi Penelitian;
2. Pelaksanaan penelitian agar tidak disalahgunakan untuk tujuan yang dapat mengganggu Kestabilan Keamanan dan Ketertiban di daerah setempat;
3. Melaporkan hasil penelitian dan sejenisnya kepada Gubernur Sumatera Barat melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sumatera Barat;
4. Bila terjadi penyimpangan dari maksud/tujuan penelitian ini, maka surat rekomendasi ini tidak berlaku dengan sendirinya.
Demikianlah Rekomendasi ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Padang, 28 Juni 2021 A.n. GUBERNUR SUMATERA BARAT KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN
PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Tembusan:
1. Bapak Gubernur Sumatera Barat (sebagai laporan) 2. Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Sumatera Barat
UU ITE No 11 Tahun 2008 Pasal 5 ayat 1 :
"Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah."
Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik menggunakan sertifikat elektronik yang diterbitkan BSrE.
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)