• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN HASIL PENELITIAN PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA 2021"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PENELITIAN BOPTN IAIN SURAKARTA 2021

HALAL SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (HSCM) BERBASIS IMPLEMENTING TRACEABILITY SYSTEM DALAM RANGKA PEMENUHAN PRODUK HALAL PADA PASAR TRADISIONAL

Oleh:

Ketua Peneliti:

Nama : Ika Yoga, MM.

NIP : 19790406 201403 1 001 Prodi / Jurusan : Manajemen Bisnis Syariah

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)

Anggota Peneliti :

Nama : Rais Sani Muharrami, S.EI,.M.E.I

NIP 19870828 201403 1 002

Prodi / Jurusan : Perbankan Syariah

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)

Nama : Ade Setiawan, M.Ak NIP : 19800712 201403 1 003 Prodi / Jurusan : Akuntansi Syariah

Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI)

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

TAHUN 2021

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Keberadaan populasi mayoritas muslim di Indonesia mendorong munculnya potensi penyediaan produk-produk yang sesuai dengan kaidah-kaidah Islam dalam hal ini adalah produk halal. Peningkatan jumlah permintaan akan produk halal selain karena semakin meningkatnya jumlah populasi juga semakin meningkat kesadaran religiusitas masyarakat dimana saat ini keberadaan makanan halal bukan sekedar pemenuhan kebutuhan semata tetapi juga sebagai gaya hidup bagi masyarakat muslim itu sendiri.

Penelitian terkait keberadaan produk halal di Indonesia sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti tetapi kebanyakan penelitian yang ada masih terkait dengan persepsi dan perilaku konsumen terhadap produk halal. Penelitian yang terkait dengan pemenuhan produk halal dari sisi bagaimana menyediakan produk halal itu masih jarang dilakukan. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena masih minimnya peraturan-peraturan spesifik terkait bagaimana menyediakan produk halal yang harus dilakukan.

Peraturan yang ada di Indonesia terkait produk halal adalah Undang-

Undang Nomor 33 Tahun 2014 terkait dengan Jaminan Produk Halal. Peraturan

ini masih bersifat umum tidak seperti peraturan yang telah diterbitkan dan

diberlakukan di Malaysia yang tercermin dari banyaknya peraturan yang berupa

standar nasional negara Malaysia yang mengatur bagaimana menyediakan produk

(3)

halal secara terperinci. Hal tersebut membuat perkembangan industri halal di Malaysia berlangsung sangat cepat dan menjadi yang terbesar di dunia dalam hal penyediaan produk halal. Dibutuhkan regulasi dan program-program baru di Indonesia untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain terutama yang terkait dengan bagaimana menciptakan sistem yang baik dan terprogram dalam rangka penyediaan produk-produk halal tersebut.

Sebuah proses yang sangat komplek dan panjang bagaimana menyediakan sebuah produk sampai ketangan konsumen akhir dalam kajian Manajemen dikenal sebagai manajemen rantai pasokan (Supply Chain Management). Pada dasarnya Supply Chain Management secara konvensional merupakan sebuah sistem yang melibatkan serangkaian proses yang berurutan dalam rangkan pemenuhan sebuah produk bagi konsumen yang dimulai dari bagaimana memproduksi, pengiriman, penyimpanan, distribusi dan penjualan hingga akhirnya produk tersebut sampai ditangan konsumen.

Dalam kaitannya dengan penyediaan produ-produk halal konsep Supply

Chain Management secara konvensional berkembang menjadi Halal Supply

Chain Management (HSCM) yang merupakan sebuah sistem yang sebenarnya

tidak berbeda dengan Supply Chain Management secara konvensional tetapi yang

membedakan keduanya hanya pada produk yang dihasilkan saja dimana pada

HSCM menghasilkan produk-produk halal. Konsep Halal Supply Chain

Management (HSCM) semakin berkembang karena munculnya banyak literatur

dan penelitian-penelitian yang terkait (Khan et al, 2018).

(4)

Keberadaan Halal Supply Chain Management (HSCM) sebagai sebuah sistem penyediaan produk halal diharapkan mampu memberikan jaminan kepada konsumen bahwa produk-produk yang dihasilkan benar-benar halal dan mampu memberikan konstribusi yang mendorong konsumen untuk menggunakan produk tersebut (Dewi & Trihardani, 2017). Dalam konsepnya Halal Supply Chain Management (HSCM) merupakan sebuah metode yang menghasilkan rantai nilai maupun rantai pasokan yang benar-benar sesuai dengan syariah Islam sehingga produk-produk yang dihasilkan terjamin kehalalannya (Tieman et al, 2012).

Menurut Yussof, et al (2015) Halal Supply Chain Management merupakan sebuah isu yang berkembang sangat signifikan terutama dikalangan umat muslim dalam rangka pemenuhan kebutuhan akan produk halalnya. Seorang konsumen sangat membutuhkan informasi tentang bagaimana produk itu dihasilkan, proses pemotongannya (jika produk asal hewan), proses produksi dan penyimpanan, pengemasan, logistik, sampai distribusinya yang memberikan jaminan bahwa produk yang dikonsumsi benar-benar produk halal (Yussof et al, 2015).

Halal Supply Chain Management sebagai tema utama penelitian telah

banyak diteliti terutama peneliti-peneliti di Malaysia karena perkembangan Halal

Supply Chain Management di Malaysia sangat pesat dan sudah didukung oleh

regulasi yang mrmadai. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Omar & Jaafar

(2011) menyatakan bahwa pertumbuhan permintaan produk halal meningkat

dengan pesar secara global yang tidak hanya dibutuhkan oleh masyarakat muslim

maupun non mslim sehingga membutuhkan rantai pasokan (Halal Supply Chain

Management) yang memadai untuk menjawab tantangan peneuhan kebutuhan

(5)

tersebut. Konsep “halalan toyyiban” menurut Omar & Jaafar (2011) selain mengindikasikan produk yang dihasilkan sehat juga terjamin keamanan, kualitas, kebersihan, dan proses logistiknya sehingga tidak hanya masyarakat muslim yang membutuhkan tetapi meluas pada masyarakat non muslim.

Kewaspadaan konsumen akan produk halal yang dikonsumsinya semakin lama semakin meningkat. Konsumen tidak hanya sekedar melihat label halal pada produk akhir yang dikonsumsi tetapi mereka ingin lebih mengetahui bagaimana produk itu dihasilkan dan semua proses yang terlibat didalamnya harus benar- benar terjamin untuk menghasilkan produk yang benar-benar halal. Hal itu menunjukkan bahwa konsep Halal Supply Chain Management benar-benar dibutuhkan untuk memastikan dan menjamin bahwa konsep halal tidak hanya melekat pada produk yang dihasilkan tetapi juga pada semua proses yang terlibat didalamnya mulai dari hulu sampai ke hilir (Sulaiman, S. et al, 2018).

Secara konseptual framework Halal Supply Chain Management pernah diteliti oleh Harwati dan Perwana Y (2017) yang mendasarkan diri pada key performance indicator dari Balance Score Card dimana konseptual dari HSCM dapat diukur dan terbentuk dari empat perspektif utama yaitu pemilihan institusi keuangan syariah, mekanisme pembayaran konsumen, jumlah produk dan jenis produk yang tersertifikasi halal, serta akurasi dari payroll time.

Selain itu Ali et al (2017) juga mengembangkan konsep HSCM yang

dikembangkan dari paradigma strategy-structure performance dimana penelitian

(6)

ini mencoba mengintegrasikan antara supply chain dan integrasi Halal Supply Food Chain sehingga dapat mempengaruhi performa perusahaan.

Dari sisi menejemen Halal Supply Chain, penelitian Elias, et al (2017) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan terutama segi spiritualitas terhadap performansi organisasi dengan dimoderasi oleh aturan syariah didasarkan pada orientasi kewirausahaan juga mendorong diperlukannya sebuah sistem rantai pasokan yang mendukung terciptanya produk halal. Kadir et al (2016) menyatakan bahwa kajian Halal Supply Chain menjadi sebuah kajian yang menarik dari sisi praktis dan manajemen untuk dibahas sekaligus menjadikan tantangan bagi para pengusahan produk halal untuk menerapkan konsep Halal Supply Chain dalam proses produksinya.

Tidak kalah penting dari sisi manajemen adalah bagaimana produsen untuk memilih supplier yang mendukung proses produksinya dimana menurut Ali R, et al (2017) menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan suplier untuk mendukung terciptanya sistem rantai pasokan yang halal yaitu religiusitas, kompetensi supplier, ketertelusuran, kepercayaan dan pengaruh budaya. Disamping itu adanya motivasi baik internal maupun eksternal yang didukung oleh ketersediaan sumber daya yang dimiki oleh organisasi menjadikan peran sistem Halal Supply Chain menjadi sebuah bagian penting bagi organisasi untuk dapat bersaing dalam industri (Ab Thalib et al, 2017).

Integritas halal (Halal integrity) menjadi satu bagian yang penting dalam

pelaksanaan Halal Supply Chain Management. Integritas kehalalan suatu produk

dapat dilindungi dan dijamin ketika terdapat keterlibatan yang besar dari

(7)

pemerintah maupun organisasi pemberi label halal pada produk (Zulfakah, M.H.

et al, 2018). Untuk melaksanakan hal tersebut dibutuhkan adanya sebuah pedoman bagi pelaksanaan Halal Supply Chain yang sangat dibutuhkan pada setiap proses dan tahapan yang terjadi dalam proses produksinya sampai pada tahap retailnya (Saleh, C. et al, 2016).

Dalam hal ini kehalalan suatu produk tidak hanya terbatas pada boleh atau tidaknya produk tersebut dikonsumsi tetapi lebih pada status kehalalan pada setiap tahapan produksinya termasuk didalamnya harus bebas dari kontaminasi dengan produk atau cara pengolahan haram bahkan harus bebas kontaminasi dari penyakit ( Soon, J.M. et al, 2017).

Hal lain yang terkait dengan Halal Supply Chain adalah keberadaan halal logistics yang menjadi bagian dari keseluruhan rantai pasokan dalam kaitannya dengan penyediaan produk halal. Menurut Mahidin et al (2017) keberadaan dan fungsi halal logistcs tersebut akan meningkat dengan semakin meningkatnya permintaan akan produk halal dimana keberadaan halal logistics yang paling menonjol dari Halal Supply Chain adalah bagaimana proses penyimpanan dan pergudangan dari bahan atau produk halal tersebut.

Keterlaksanaan HSCM sebagai sebuah proses yang komplek untuk

menghasilkan sebuah produk yang halal perlu dilakukan sebuah pengukuran dan

evaluasi untuk melihat apakah segala proses telah dilakukan dengan baik untuk

menjamin kehalalan produk yang dikembangkan. Untuk mengukur keberhasilan

pelaksanaan HSCM, Khan et al (2018) mengembangkan pengukuran

(8)

keterlaksanaan HSCM melalui through critical success factors (CSFs) dimana keterlaksanaan HSCM dapat diukur dengan menggunakan 12 indikator.

Dalam kaitannya produk halal di Indonesia telah ada lembaga yang mempunyai otoritas untuk meneribitkan sertifikat halal yaitu MUI (Majelis Ulama Indonesia). Keberadaan sertifikat hal tersebut dapat mengindikasikan bahwa ketika produk tersebut sudah mempunyai logo halal dapat diartikan bahwa segala sesuatu yang terkait dengan keberadaan produk tersebut sudah terjamin kehalalannya sesuai dengan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2014 terkait dengan Jaminan Produk Halal. Namun apakah seluruh rangkaian dalam rantai pasokan telah benar-benar sesuai dan mampu mempertahankan integritas halalnya masih sering dipertanyakan oleh banyak konsumen pengguna produk.

Salah satu bagian dari keterlaksanaan rantai pasokan halal yang dapat meningkatkan keyakinan dan kepercayaan konsumen terhadap produk halal dipasar tradisional adalah keterlacakan dari terlaksananya semua aktivitas rantai pasokan atau suplly chain management. Keterlacakan tersebut meliputi keterlacakan produk (product traceability), keterlacakan proses (process traceability), keterlacakan keaslian produk (genetic traceability) dan keterlacakan input (input traceability). Keempat keterlacakan ini akan meningkatkan keyakinan dan kepercayaan konsumen terhadap suatu produk.

Sehubungan dengan hal tersebut maka dilakukan penelitian ini dan

mengambil judul Halal Supply Chain Management (HSCM) berbasis

Implementing traceability systems dengan menggunakan persepsi konsumen

terhadap pemenuhan kaidah-kaidah HSCM melalui product traceability, process

(9)

traceability, genetic traceability dan input traceability sehingga menambah keyakinannya untuk memenuhi kebutuhan produk halalnya pada pasar tradisional.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas rumusan masalah dalam penelitian ini terkait dengan persepsi konsumen terhadap keterlaksanaan HSCM dengan basis

Implementing traceability systems

adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh product traceability terhadap keyakinan konsumen pada ketersediaan produk halal di pasar tradisional?

2. Apakah terdapat pengaruh process traceability terhadap keyakinan konsumen pada ketersediaan produk halal di pasar tradisional?

3. Apakah terdapat pengaruh genetic traceability terhadap keyakinan konsumen pada ketersediaan produk halal di pasar tradisional?

4. Apakah terdapat pengaruh input traceability terhadap keyakinan konsumen pada ketersediaan produk halal di pasar tradisional?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian terkait dengan Halal Supply Chain Management (HSCM) adalah

1. Untuk menganalisis pengaruh product traceability terhadap keyakinan konsumen pada ketersediaan produk halal di pasar tradisional?

2. Untuk menganalisis pengaruh process traceability terhadap keyakinan konsumen pada ketersediaan produk halal di pasar tradisional?

3. Untuk menganalisis pengaruh genetic traceability terhadap keyakinan

konsumen pada ketersediaan produk halal di pasar tradisional?

(10)

4. Untuk menganalisis pengaruh input traceability terhadap keyakinan konsumen pada ketersediaan produk halal di pasar tradisional?

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian terkait dengan Halal Supply Chain Management (HSCM) adalah

a. Memberikan gambaran bagi seluruh stakeholder yang terkait dengan pemenuhan produk halal terutama terkait dengan keterlaksanan Halal Supply Chain Management (HSCM) dalam setiap rangkaian produksinya yang dapat mempengaruhi keyakinan konsumen terhadap keterlaksanaan HSCM

b. Memberikan konstribusi bagi penerbit regulasi untuk mengatasi

kemungkinan munculnya celah yang dapat menurunkan integritas

kehalalan suatu produk yang beredar dimasyarakat terutama terkait dengan

regulasi pelaksanaan dan pengawasan Halal Supply Chain Management

(HSCM) melalui ketersediaan traceability system.

(11)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori

2.1.1. Manajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management)

Manajemen rantai pasokan pada dasarnya merupakan serangkaian proses yang kompleks dalam penciptaan sebuah produk yang terdiri dari seluruh rangkaian nilai dari proses awal sampai terbentuknya sebuah produk (Tan et al, 1999). Secara khusus menurut Van der Vorst (2000), pelaksanaan manajemen rantai pasokan tidak hanya sekedar serangkaian proses untuk menciptakan sebuah produk saja tetapi lebih pada pemberian nilai tambah bagi konsumen.

Manajemen rantai pasokan melibatkan koordinasi dari semua pihak yang terlibat dengan tujuan untuk menciptakan efektifitas dan sikap responsif dengan tujuan akhir adalah minimalisasi biaya dan maksimalisasi profit ( Nugroho, A.J.S, et al, 2018). Dalam konteks yang lebih luas manajemen rantai pasokan merupakan sebuah pendekatan yang berbasis sistem yang digunakan sebagai alat perusahaan untuk menciptakan nilai dan kinerja bagi mereka melalui integrasi hubungan antara perusahaan, pemasok dan pelanggan ( Kusrini, E. et al, 2018).

Integrasi yang kompleks tercipta dari semua proses dalam manajemen

rantai pasokan terjadi pada semua pihak yang terlibat mulai dari pemasok sampai

pelanggan (Dittmann, 2012; Jie, 2008). Secara umum rantai pasokan merupakan

aliran barang atau jasa dari seluruh jaringan yang terjadi antara pemasok,

perusahaan dan pelanggan (Russel & Taylor, 2011). Proses integrasi yang terjadi

(12)

diantara pihak-pihak yang terlibat dalam sistem rantai pasokan akan menentukan keberhasilan pelaksanaan sistem tersebut (Hassan, W.A.W. et al, 2016)

Dalam kondisi persaingan dalam dunia ekonomi yang semakin ketat, keberadaan manajemen rantai pasokan sebagai sebuah sistem yang terintegrasi menjadikan perusahaan yang berhasil melaksanakan sekaligus memberi nilai lebih bagi konsumen akan menciptakan keunggulan kompetitif sehingga perusahaan mampu bertahan sekaligus bersaing dengan kompetitornya (Rahman et all, 2008).

2.1.2. Konsep Halal

Secara terminologi Kata halal berasal dari bahasa arab لحي - لح yang memiliki arti melepaskan dan tidak terikat, sedangkan secara etimoogi halal artinya sesuatu yang boleh dan dapat dilakukan karena bebas dari ketentuan- ketentuan yang melarangnya. Menurut al-Raghib al-Isfahani dalam Mu’jam Mufradat Alfadh al-Qur’an al-Karim, halal didefinisikan dengan hal-hal yang boleh dan dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan ketentuan- ketentuan yang melarangnya, atau segala sesuatu yang bebas dari bahaya (al- raghib al-Isfahani:2008).

Al-Jurjani dalam kitab at-Ta’rifat menjelaskan kata halal memiliki dua arti. Pertama, kebolehan menggunakan benda-benda atau apa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan jasmani seperti makanan, minuman dan obat-obatan.

Makna kedua, kebolehan memanfaatkan, memakan, meminum dan mengerjakan

sesuatu yang ditetapkan syariat

(13)

Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 168 terkandung makna bahwa umat muslim dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang tidak hanya halal namun juga Thayyib (baik), yang berbunyi sebagai berikut:

اَهُّيَأَٰٓ َي ساَّنل ٱ

يِف اَّمِم ْاى ل ك ٱ

َ ۡل ِض ۡر ِت َى ط خ ْاى عِبَّتَت َلَ َو اابِ يَط الٗ َلَح

ِن َطۡيَّشل ٱ

هَّنِإ ٌنيِبُّم ّٞ و دَع ۡم كَل ۥ ٨٦١

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.

Paradigma thayyib terkadang masih menjadi bahan pertimbangan yang belum banyak dieksplor untuk menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan kehalalan suatu produk. Padahal dalam ayat tersebut, Allah menyandingkan kalimat halal dengan thayyib.

Secara umum ada tiga kategori makanan yang dikonsumsi manusia, yaitu nabati, hewani dan produk olahan, untukj lebih jelaskan dapat dirinci sebagai berikut (Zulham:2016):

1. Makanan dengan bahan nabati secara keseluruhan adalah halal, maka dapat dikonsumsi kecuali yang mengandung racun, bernajis, dan/atau memabukkan.

2. Makan dengan bahan hewani terbagi menjadi dua, yaitu yang pertama adalah hewan laut yang secara keseluruhan boleh dikonsumsi, sedangkan yang kedua adalah hewan darat yang hanya sebagian kecil tidak boleh dikonsumsi.

3. Makanan dari produk olahan dengan kehalalan atau keharaman makanan

tergantung dari bahan baku, tambahan, dan/atau penolong serta proses

produksinya.

(14)

Syarat-syarat produk makanan halal sesuai dengan syariat Islam, antara lain:

a. Tidak mengandung babi dan bahan berasal dari babi

b. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan semperti bahanbahan yang berasal dari organ manusia, darah dan kotoran.

c. Semua bahan yang berasal dari hewan yang disembeli sesuai dengan aturan syariat islam.

d. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, tempat pengolahan dan transportasi tidak boleh digunakan untuk babi dan/atau barang tidak halal lainnya. Jika pernah digunakan untuk babi dan/atau barang tidak halal lainnya maka harus dibersihkan dengan tata cara syariat islam terlebih dahulu.

e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung

Secara umum makanan dan minuman yang haram terdiri dari binatang, tumbuh-tumbuhan, dengan uraian sebagai berikut:

1. Jenis binatang diantaranya sebagai berikut:

a. Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh (2) ayat 173 disebutkan bahwa bangkai, darah, babi dan hewan yang disembelih dengan nama selain Allah.

b. Dalam Al-Quran surat al-Maidah (5) ayat 3 disebutkan bahwa hewan yang

dihalalkan akan berubah statusnya menjadi haram apabila mati karena

tercekik, terbentur, jatuh tertunduk, diterkam binatang buas dan yang

disembelih untuk berhala, kecuali ikan dan belalang boleh dikonsumsi

tanpa disembelih.

(15)

c. Dalam Al-quran surat Al-A’raf (7) ayat 157 disebutkan bahwa binatang yang dipandang jijik atau kotor menurut naluri manusia.

d. Binatang dan burung buas yang bertaring dan memiliki cakar, binatang- binatang yang oleh ajaran islam diperintahkan membunuhnya seperti ular, gagak, tikus, anjing galak dan burung elang dan sejenisnya.

e. Binatang-binatang yang dilarang dibunuh seperti semut, lebah, burung hud-hud.

f. Binatang yang hidup di dua jenis alam seperti kodok, penyu dan buaya.

2. Jenis Tumbuh-tumbuhan yaitu sayur-sayuran, dan buah-buahan boleh dimakan kecuali yang mendatangkan bahaya atau memabukkan baik secara langsung maupun melalui proses. Maka semua jenis tumbuhtumbuhan yang mengandung racun atau yang memabukkan haram dimakan.

3. Semua jenis minuman adalah halal kecuali minuman yang memabukkan seperti arak dan yang dicampur dengan benda-benda najis, baik sedikit maupun banyak.

2.1.3. Manajemen Rantai Pasokan Halal ( Halal Supply Chain Management )

Secara umum konsep manajemen rantai pasokan halal merupakan

pengembangan dari konsep manajemen rantai pasokan konvensional tetapi

memunculkan keunikan dimana rantai pasokan halal mengakomodir ajaran Islam

(syariah) didalamnya yang memuat aturan dimana umat islam membedakan mana

yang halal dan mana yang haram ( Fujiwara, T, & Ismail, R, M, , 2018; Mohamed

et al 2016; Ali, et al, 2017).

(16)

Manajemen rantai pasokan halal merupakan sistem rantai pasokan dalam manajemen jaringan halal dengan tujuan utama untuk menjaga integritas kehalalan dari produk yang dihasilkan ( Tieman et al, 2012) namun secara umum pada dasarnya prinsip-prinsip sistem rantai pasokan halal berkembang sesuai dengan ide-ide masing-masing peneliti (Ab Talib et al, 2015).

Rantai pasokan halal mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan proses produksi produk halal sampai ketangan konsumen akhir (Halal Industry Development Corporation, 2013). Rantai pasokan halal berkaitan dengan integrasi beberapa bidang fungsional seperti operasi, manufaktur, pengadaan dan logistik dan inisiatif nilai tambah dalam kerangka halal ( Hassan, W.A.W., 2016).

Manajemen rantai pasokan halal membutuhkan pendekatan inklusif yang dimulai dengan produsen dan berakhir pada konsumsi (Halaseh dan Sundarakani 2012 ).

Rantai pasokan halal merupakan perumusan dan implementasi kebijakan dan tindakan bisnis halal yang secara bersamaan menegakkan posisi pasar dan menghasilkan keuntungan dimana kepastian integritas dan kualitas produk halal menjadi gagasan dasar yang harus dipertahankan dalam setiap elemen rantai pasokan ( Rasi, R.Z. et al, 2017).

Pendekatan rantai pasokan halal merupakan hal yang sangat penting untuk

menjamin integritas halal pada titik konsumsi sehingga perlu diperhatikan secara

eksta untuk menjamin keterlangsungan rantai pasokan untuk memastikan

integritas kehalalannya (Dewi & Trihardani, 2017). Integritas halal dalam rantai

(17)

pasokan halal termasuk didalamnya integritas material, proses produksi, informasi dan modal yang terkait dengan produk (Ali et al., 2017; Haleem and Khan, 2017).

Rantai pasokan halal dalam segala proses kegiatannya harus mempertimbangkan semua elemen halal termasuk didalamnya iman, kepercayaan, bersih, aman dikonsumsi dan bebas dari bahan-bahan non halal dan memastikan hal tersebut tetap dipertahankan sampai pada konsumen akhir (Ali & Suleman, 2018; Talib et al , 2015). Produksi produk halal membutuhkan bahan baku , zat tambahan, proses, penanganan maupun distribusi dan transportasi untuk memenuhi kriteria halal yang sudah ditetapkan ( Nusran, M. et al, 2019 ).

Perkembangan manajemen rantai pasokan halal semakin meningkat dikarenakan adanya beberapa alasan diantaranya kebutuhan akan integritas halal suatu produk semakin meningkat seiring perkembangan dan meningkatnya kebutuhan akan produk halal (Lam & Alhashimi, 2008), karena kompleksitas yang terjadi dalam rantai pasokan membuat integritas kehalalan suatu produk sulit untuk dideteksi (Abdul et al., 2009; Talib et al., 2008) dan meningkatnya kebutuhan akan nilai perusahaan sebagai konsekuensi penerapan integritas halal (Zakaria & Abdul-Talib, 2010; Waarden & Dalen, 2010).

Dalam perkembangannya rantai pasokan halal harus memenuhi beberapa

kriteria khusus seperti yang diungkapkan oleh Saifudin, A.M. et al (2017) yang

setidaknya ada 13 prinsip yang disebut sebagai titik kritis pelaksanaan rantai

pasokan halal yaitu (1) aturan dan kebijakan tentang halal; (2) dukungan dari

pemerintah dan pihak swasta; (3) halal hub; (4) perbedaan antara pemasok halal

(18)

dan non halal; (5) kontrol dan label halal; (6) kontrol logistik; (7) kontrol dan labelisasi halal; (8) sumber daya rantai pasokan; (9) proses bisnis rantai pasokan halal; (10) struktur jaringan pemasok; (11) kinerja rantai pasokan halal; (12) proses sertifikasi halal dan (13) sistem pelacakan dan penelusuran halal.

2.2. Kerangka Berfikir

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teori maka kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.3. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori dan kerangka berfikir maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H

1

: Terdapat pengaruh product traceability terhadap keyakinan konsumen pada ketersediaan produk halal di pasar tradisional

Product Traceability (ProdT)

Genetic Traceability (GnT)

Process Traceability (ProcT)

Costumers Trust (CST)

Input Traceability

(InT)

(19)

H

2

: Terdapat pengaruh product traceability terhadap keyakinan konsumen pada ketersediaan produk halal di pasar tradisional

H

3

: Terdapat pengaruh product traceability terhadap keyakinan konsumen pada ketersediaan produk halal di pasar tradisional

H

4

: Terdapat pengaruh product traceability terhadap keyakinan konsumen pada

ketersediaan produk halal di pasar tradisional

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020 menggunakan dana yang diperoleh dari hibah BOPTN IAIN Surakarta Tahun Anggaran 2020. Penelitian dilakukan pada konsumen pasar tradisional di Indonesia. Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat keyakinan konsumen terhadap ketersediaan produk halal dipasar tradisional berbasis pelacakan dan penelusuran halal ( implementing traceability system)

3.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dimana penelitian ini penelitian ini digunakan untuk menganalisis dengan cara mengambil data dengan menggunakan kuesioner terhadap konsumen pasar tradisional.

3.3. Populasi, Sampel, Teknik Pengambilan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi merupakan sekelompom obyek yang menjadi obyek penelitian yang pada akhirnya akan mnjadi sumber data penelitian. (Bungin, 2013). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh konsumen pasar tradisional yang ada di Pulau Jawa dengan jumlah populasi yang tidak diketahui.

3.3.2. Sampel

Menurut Bungin (2013) sampel merupakan bagian dari populasi yang

digunakan sebagai obyek penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

(21)

adalah konsumen pasar tradisional yang ada di Indonesia. Jumlah sampel yang diambil minimal sebanyak 25 x jumlah variabel yaitu 100 sampel.

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Tehink pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tehnik accidental sampling dimana sampel yang bersedia mengisi kuesioner yang telah dibagikan.

3.4. Data dan Sumber Data

Untuk dapat melakukan pengambilan keputusan diperlukan sekumpulan informasi sebagai bahan pertimbangan. Dalam penelitian ini digunakan dua sumber utama data yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Menurut Creswell (2014) data primer merupakan data yang diperoleh melalui kegiatan survey lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data ordinal.

Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada konsumen pasar tradisional di Indonesia.

2. Data Sekunder

Disamping menggunakan data primer sebagai sumber informasi utam,

dalam penelitian ini juga menggunakan sumber data sekunder yang menurut

Creswell (2014) data ini bisa berupa data yang sudah dikumpulkan dan

dipublikasikan untuk umum. Sumber utama dari data sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini berupa jurnal, buku-buku referensi, dan informasi lain yang

berkaitan dengan tema penelitian.

(22)

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Berkaitan dengan cara yang tepat dalam mengumpulkan data maka harus digunakan tehnik pengumpulan data yang tepat. Menurut Creswell (2014) beberapa tehnik pengumpulan data yang dapat digunakan dapat dilakukan dengan menggunakan interview (wawancara), kuesioner (angket), dan observasi (pengamatan), ataupun gabungan dari ketiganya.

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan yaitu metode survei dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui dengan pasti variable yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Creswell, 2014). Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan Halal Supply Chain dalam penyediaan produk halal di pasar tradisional dari sudut pandang konsumen.

3.6. Variabel Penelitian a. Variabel dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah keyakinan konsumen terhadap ketersediaan produk halal dipasar tradisional (CST)

b. Variabel independen

Varial independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep

implementing traceability system yang terdiri dari product traceability, process

traceability, genetic traceability dan input traceability.

(23)

3.7. Definisi Operasional Variabel a. Keyakinan konsumen (CST)

Dalam penelitian ini keyakinan konsumen didefinisikan sebagai keyakian konsumen terhadap ketersediaan produk halal di pasar tradisional. Indikator dari variabel ini adalah sebagai berikut:

1) Melakukan pembelian 2) Pembelian ulang 3) Pembelian teratur 4) Penggunaan teratur 5) Sikap terhadap produk b. Product Traceability (ProdT)

Product traceability dalam penelitian ini adalah persepsi konsumen terhadap keterlacakan produk bahwa produk yang dihasilkan benar-benar produk yang halal. Indikator yang digunakan untuk variabel product traceability yaitu

1) Produk baik

2) Produk aman dan halal 3) Asal produk

4) Rekomendasi

5) Rasa aman dan nyaman c. Process Traceability (ProcT)

Process traceability dalam penelitian ini didefinisikan sebagai persepsi konsumen

terhadap proses dalam menghasilkan produk yang dipasarkan dipaaar tradisional

(24)

benar-benar menjadikan produk yang halal. Indikator yang digunakan dalam variabel ini adalah:

1) Proses penyembelihan 2) Personal

3) Kebersihan tempat 4) Tempat penjualan 5) Pengawasan

d. Genetic Traceability (GnT)

Genetic traceability dalam penelitian ini didefinisikan sebagai persepsi konsumen terhadap kualitas produk yang dihasilkan dan dijual di pasar tradisional. Indikator yang digunakan dalam variabel ini adalah

1) Kesehatan dan keamanan produk 2) Kesegaran produk

3) Kemurnian produk 4) Kualitas produk

5) Kesamaan dengan pasar modern e. Input Traceability (InT)

Input traceability dalam penelitian ini adalah persepsi konsumen terhadap asal produk yang dijual dipasar tradisional adalah produk yang berasal dari tempat yang baik. Indikator yang digunakan dalam variabel ini adalah:

1) Asal tempat

2) Asal hewan

3) Personal penjual

(25)

4) Keamanan

5) Proses pengangkutan

3.8. Tehnik Analisis Data

Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yang dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Uji Instrumen Data

Uji ini dilakukan untuk melihat apakah instrument dalam kuesioner dapat digunakan untuk melihat pengaruh presepsi konsumen tentang traceability system yaitu product traceability, process traceability, genetic traceability dan input traceability terhadap keyakinan ketersediaan produk halal di pasar tradisional. Uji instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas dan uji reliabilitas.

1) Uji validitas

Uji validitas ini digunakan untuk melihat apakah instrumen dalam kuesioner ini valid atau tidak untuk digunakan. Untuk melihat apakah istrumen valid atau tidak dilakukan dengan melihat hasil nilai r dan dibandingkan dengan r tabel.

Instrumen dapat dinyatakan valid untuk digunakan ketika nilai r > r tabel.

2) Uji Reliabilitas

Seperti halnya uji validitas, uji reliabilitas ini dilakukan untuk melihat apakan instrumen dalam kuesioner reliabel digunakan. Untuk melihat apakah instrument kuesioner reliabel digunakan dengan melihat nilai cronbach-alpha dimana keusioner reliabel untuk digunakan ketika nilai cronbach-alphanya >

0,06.

(26)

b. Uji regresi berganda

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh varabel independen yaitu product traceability, process traceability, genetic traceability dan input traceability terhadap variabel dependen yaitu kepercayaan konsumen terhadap ketersediaan produk halal dipasar tradisional.

c. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk melihat apakah data yang digunakan dalam penelitian terbebas dari asumsi klasik sehingga analisis regresi dapat memenuhi kaidah BLUE. Uji asumsi klasik yang digunakan salam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal. Dalam penelitian ini uji yang digunakan untuk melihat normalitas distribusi data adalah uji Kolmogorov-smirnov.

Kesimpulan yang diambil dari uji ini adalah data terdistribusi normal apabila hasil ginifikasi uji Kolmogorov smirnov > 5 %.

2) Uji Multikolinearitas

Uji multikolineritas digunakan untuk melihat apakah terdapat hubungan antar

variabel independen. Terjadi atau tidaknya gejala multikolinearitas adalah

dengan melihat nilai tolerance atau nilai VIF dimana data tidak terjadi

multikolinearitas apabila nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10

(27)

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat ada atau tidaknya ketidaksamaan varian residual dari pengamatan satu dengan pengamatan lainnya. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji gletser.

Data dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas apabila nilai sig dari uji gletser > 5 %.

d. Uji Ketepatan Model 1) Uji F

Uji ini digunakan untuk melihat apakah variabel-variabel yang dimasukkan kedalam model penelitian layak digunakan untuk melihat variabilitas variabel dependen yaitu keyakinan ketersediaan produk halal di pasar tradisional. Model dinyatakan layak digunakan apabila nilai sig dari uji F < 5%.

2) Uji Determinasi

Uji ini digunakan untuk melihat seberapa besar model dapat menjelaskan variabilitas variabel dependen. Apabila nilai determinasi besar maka semua informasi dari variabel-variabel independen dapat digunakan untuk menjelaskan variabilitas variabel dependen.

e. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk melihat apakah variabel-variabel independen

yang digunakan dalam model mempunyai pengaruh individual terhadap

variabel dependen. Uji yang digunakan adalah uji t dimana kesimpulan yang

(28)

dapat diambil yaitu apabila nilai sig uji t < 5 % dapat disimpulkan variabel

independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen.

(29)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Statistik Deskriptif Responden

Berdasarkan frekuensi pembelian di pasar tradisional, gambaran umum responden adalah seperti yang tercantum dalam tabel 4.1

Tabel 4.1

Jumlah Responden Berdasar Frekuensi Pembelian Pembelian Frekuensi Responden Presentase (%)

Tidak Pernah 64 21,3

1-3 kali 184 61,3

4-5 kali 26 8,7

Lebih dari 5 kali 25 8,3

Jumlah Responden 300 100

Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.1 dari jumlah responden sebanyak 300 responden, jumlah responden terbanyak melakukan pembelian 1-3 x dipasar tradisional dengan jumlah responden 184 atau 61,3 % sedangkan jumlah responden paling sedikit melakukan pembelian dipasar tradisional sebanyak lebih dari % kali sejumlah 25 responden atau 8,3 %.

3.1.Analisis Data 3.1.1. Uji Instrumen 1. Uji Validitas

a. Variabel Product Traceability

Hasil uji validitas instrument penelitian untuk variabel product traceability seperti

yang tercantum dalam tabel 4.2

(30)

Tabel 4.2

Ringkasan uji validitas variabel Product Traceability

Item Pertanyaan r hitung r tabel Kesimpulan Q1

Q2 Q3 Q4 Q5

0,868 0,903 0,876 0,855 0,798

0,113

Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan hasil uji validitas instrument product traceability diatas dapat diambil kesimpulan instrument yang digunakan dalam penelitian ini valid untuk digunakan karena mempunyai nilai r hasil > r tabel

b. Variabel Process Traceability

Hasil uji validitas instrument penelitian untuk variabel process traceability seperti yang tercantum dalam tabel 4.3

Tabel 4.3

Ringkasan uji validitas variabel Product Traceability Item Pertanyaan r hitung r tabel Kesimpulan

Q1 Q2 Q3 Q4 Q5

0,914 0,915 0,928 0,907 0,863

0,113

Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan hasil uji validitas instrument process traceability diatas dapat

diambil kesimpulan instrument yang digunakan dalam penelitian ini valid untuk

digunakan karena mempunyai nilai r hasil > r tabel.

(31)

c. Variabel Genetic Traceability

Hasil uji validitasyang dilakukan pada instrument variabel genetic traceability seperti yang tercantum dalam tabel 4.4

Tabel 4.4

Ringkasan uji validitas variabel Genetic Traceability

Item Pertanyaan r hitung r tabel Kesimpulan Q1

Q2 Q3 Q4 Q5

0,917 0,923 0,896 0,922 0,875

0,113

Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan hasil uji validitas instrument process traceability diatas dapat diambil kesimpulan instrument yang digunakan dalam penelitian ini valid untuk digunakan karena mempunyai nilai r hasil > r tab

d. Variabel Input Traceability

Hasil uji validitas instrument penelitian untuk variabel input traceability seperti yang tercantum dalam tabel 4.5

Tabel 4.5

Ringkasan uji validitas variabel Input Traceability

Item Pertanyaan r hitung r tabel Kesimpulan Q1

Q2 Q3 Q4 Q5

0,910 0,858 0,943 0,924 0,937

0,113

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Sumber : Data diolah, 2021

(32)

Berdasarkan hasil uji validitas instrument process traceability diatas dapat diambil kesimpulan instrument yang digunakan dalam penelitian ini valid untuk digunakan karena mempunyai nilai r hasil > r tabel.

e. Variabel Keyakinan Konsumen (CST)

Hasil uji validitas instrument penelitian untuk variabel consumer trust (CST) seperti yang tercantum dalam tabel 4.6

Tabel 4.6

Ringkasan uji validitas variabel Input Traceability

Item Pertanyaan r hitung r tabel Kesimpulan Q1

Q2 Q3 Q4 Q5

0,854 0,924 0,910 0,937 0,873

0,113

Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan hasil uji validitas instrument process traceability diatas dapat diambil kesimpulan instrument yang digunakan dalam penelitian ini valid untuk digunakan karena mempunyai nilai r hasil > r tabel.

2. Uji Reliabilitas

a. Variabel Product Treacibility (ProdT)

Hasil uji realiabilitas dari instrument penelitian untuk variabel product treacibility

adalah seperti yang tercantum dalam tabel 4.7

(33)

Tabel 4.7

Uji Reliabilitas Variabel Product Treacibility Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Kesimpulan

Q1 .794 .882 Reliabel

Q2 .848 .872 Reliabel

Q3 .807 .880 Reliabel

Q4 .759 .890 Reliabel

Q5 .665 .913 Reliabel

Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan hasil uji validitas untuk variabel product treacibility diatas dapat diambil kesimpulan bahwa intrumen yang digunakan untuk variabel product treacibility reliabel untuk digunakan karena mempunyai nilai cronbach’s alpha >

0,6.

b. Variabel Process Treacibility (ProcT)

Hasil uji realiabilitas dari instrument penelitian untuk variabel process treacibility adalah seperti yang tercantum dalam tabel 4.8

Tabel 4.8

Uji Reliabilitas Variabel Process Treacibility Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Kesimpulan

Q1 .861 .929 Reliabel

Q2 .861 .929 Reliabel

Q3 .887 .925 Reliabel

Q4 .858 .930 Reliabel

Q5 .782 .943 Reliabel

Sumber : Data diolah, 2021

(34)

Berdasarkan hasil uji validitas untuk variabel process treacibility diatas dapat diambil kesimpulan bahwa intrumen yang digunakan untuk variabel product treacibility reliabel untuk digunakan karena mempunyai nilai cronbach’s alpha >

0,6.

c. Variabel Genetic Treacibility (GnT)

Hasil uji realiabilitas dari instrument penelitian untuk variabel genetic treacibility adalah seperti yang tercantum dalam tabel 4.9

Tabel 4.9

Uji Reliabilitas Variabel Genetic Treacibility Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Kesimpulan

Q1 .873 .927 Reliabel

Q2 .881 .926 Reliabel

Q3 .829 .935 Reliabel

Q4 .876 .926 Reliabel

Q5 .796 .941 Reliabel

Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan hasil uji validitas untuk variabel genetic treacibility diatas dapat diambil kesimpulan bahwa intrumen yang digunakan untuk variabel product treacibility reliabel untuk digunakan karena mempunyai nilai cronbach’s alpha >

0,6.

d. Variabel Input Traceability (InT)

Hasil uji realiabilitas dari instrument penelitian untuk variabel input treacibility

adalah seperti yang tercantum dalam tabel 4.10

(35)

Tabel 4.10

Uji Reliabilitas Variabel Input Treacibility Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Kesimpulan

Q1 .856 .934 Reliabel

Q2 .809 .950 Reliabel

Q3 .904 .926 Reliabel

Q4 .874 .932 Reliabel

Q5 .894 .928 Reliabel

Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan hasil uji validitas untuk variabel input treacibility diatas dapat diambil kesimpulan bahwa intrumen yang digunakan untuk variabel product treacibility reliabel untuk digunakan karena mempunyai nilai cronbach’s alpha >

0,6.

e. Variabel Keyakinan Konsumen (CST)

Hasil uji realiabilitas dari instrument penelitian untuk variabel consumers trust (CST) adalah seperti yang tercantum dalam tabel 4.11

Tabel 4.11

Uji Reliabilitas Variabel Consumers Trust (CST) Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Kesimpulan

Q1 .822 .798 Reliabel

Q2 .906 .789 Reliabel

Q3 .885 .781 Reliabel

Q4 .920 .783 Reliabel

Q5 .843 .794 Reliabel

TOTAL 1.000 .941 Reliabel

Sumber : Data diolah, 2021

(36)

Berdasarkan hasil uji validitas untuk variabel consumers trust (CST) diatas dapat diambil kesimpulan bahwa instrumen yang digunakan untuk variabel consumers trust (CST) reliabel untuk digunakan karena mempunyai nilai cronbach’s alpha >

0,06.

3.1.2. Uji Regresi

Hasil uji regresi dari data yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti yang tercantum dalam tabel 4.12

Tabel 4.12 Uji Regresi

Model

Unstandardized Coefficients

B Std. Error

1 (Constant) 2.898 1.335

ProdT .206 .066

ProcT .339 .094

GnT .335 .064

InT .409 .106

Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan tabel diatas maka persamaan regresi dari model yang digunakan dalam penelitian ini adalah

` CST = 2.898 + 0,206 ProdT + 0,339 ProcT + 0,335 GnT + 0,409 InT Dimana :

CST = Kepercayaan konsumen

ProdT = Product traceability

ProcT = Process traceability

GnT = Genetic traceability

InT = Input traceability

(37)

Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Koefisien untuk variabel product traceability adalah 0,206. Nilai positif dari koefisien ini menunjukkan bahwa ketika presepsi konsumen terhadap product traceability meningkat maka akan meningkatkan juga kepercayaan konsumen terhadap ketersediaan produk halal dipasar tradisional.

2. Koefisien untuk variabel process traceability adalah 0,339. Nilai positif dari koefisien ini menunjukkan bahwa ketika presepsi konsumen terhadap process traceability meningkat maka akan meningkatkan juga kepercayaan konsumen terhadap ketersediaan produk halal dipasar tradisional.

3. Koefisien untuk variabel genetic traceability adalah 0,335. Nilai positif dari koefisien ini menunjukkan bahwa ketika presepsi konsumen terhadap genetic traceability meningkat maka akan meningkatkan juga kepercayaan konsumen terhadap ketersediaan produk halal dipasar tradisional.

4. Koefisien untuk variabel input traceability adalah 0,409. Nilai positif dari koefisien ini menunjukkan bahwa ketika presepsi konsumen terhadap input traceability meningkat maka akan meningkatkan juga kepercayaan konsumen terhadap ketersediaan produk halal dipasar tradisional.

3.1.3. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas terhadap data penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini dilakukan dengan uji kologorov-smirnov. Dalam uji ini data dikatakan

terdistribusi normal apabila dalam uji Kolmogorov-smirnov menunjukkan hasil

(38)

sig > 5%. Hasil uji normalitas terhadap data penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.13 berikut ini

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas

Unstandardiz ed Residual

N 300

Normal Parameters

a,b

Mean .0000000

Std. Deviation 3.04483651 Most Extreme

Differences

Absolute .104

Positive .074

Negative -.104

Kolmogorov-Smirnov Z 1.801

Asymp. Sig. (2-tailed) .103

Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov diatas maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal karena nilai sig yang dihasilkan dalam uji ini kurang dari tingkat sig. 5%.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan dasar nilai VIF dimana data terbebas dari gejala multikolinearitas apabila nilai dari VIF

< 10 atau nilai tolerance > 0,1. Berdasarkan uji yang dilakukan untuk mendeteksi

ada atau tidaknya gejala multikolinearitas didapatkan hasil adalah seperti yang

tercantum dalam tabel 4.14

(39)

Tabel 4.14 Uji Multikolinearitas

Model

Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)

ProdT .215 4.655

ProcT .151 6.602

GnT .151 6.624

InT .114 8.750

Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas yang tercantum dalam tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terbebas dari gejala multikolineartitas karena data dari masing-masing variabel memepunyai nilai tolerance lebih besar dari nilai sig. 5 % atau mempunyai nilai VIF < 10.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah uji gletzer. Hasil dari uji yang dilakukan adalag tercantum dalam tabel 4.15

Tabel 4.15 Uji Heteroskedastisitas

Model Sig.

Keterangan

1 (Constant) .000

ProdT .110 Tidak terdapat gejala heteroskedastisitas

ProcT .103 Tidak terdapat gejala heteroskedastisitas

GnT .586 Tidak terdapat gejala heteroskedastisitas

InT .883 Tidak terdapat gejala heteroskedastisitas

Sumber : Data diolah, 2021

(40)

Berdasarkan dari hasil uji gletzer yang dilakukan terhadap data penelitian menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian terbebas dari gejala heteroskedastisitas dikarenakan nilai sig dari semua variabel yang digunakan >

0,05

3.1.4. Uji Ketepatan Model 1. Uji F

Hasil dari uji F yang dilakukan dalam penelitian ini terdapat dalam tabel 4.16 Tabel 4.16

Uji F

Model

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression

9315.800 4 2328.950 197.855 .000a

Residual

3472.450 295 11.771

Total

12788.250 299

Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan tabel diatan dapat disimpulkan model yang digunakan dalam penelitian ini layak digunakan untuk memprediksi persepse masyarakat terhadap tersebianya produk halal di pasar tradisional. Kesimpulan tersebut dapat diambil karena dalam uji F mempunyai nilai sig < sig 5 %.

2. Uji Determinasi

Hasil dari uji determinasi dalam penelitian ini adalah seperti yang tercantum

dalam tabel 4.17

(41)

Tabel 4.17 Uji Determinasi

R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

.728 .725 3.43089 2.153

Sumber : Data diolah, 2021

Berdasarkan hasil uji determinasi yang tercantum dalam tabel diatas diperleh nilai R square sebesar 0,728. Angka tersebut dapat diinterpretasikan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini dapat menjelaskan sebesar 72,8 % variabilitas dari keyakinan konsumen akan ketersediaan produk halal dipasar tradisional sedangkan 27,2 % dijelaskan oleh variabel-variabel diluar model penelitian.

3.1.5. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t dimana hipotesis diterima apabila nilai sig. hasil uji < sig. 5%. Hasil dari uji hipotesis yang dilakukan terhadap data penelitian didapatkan hasil seperti yang tercantum dalam tabel 4.18

Tabel 4.18 Hasil Uji Hipotesis

Model t Sig. Kesimpulan

1 (Constant) 2.170 .031

ProdT 3.120 .002 Hipotesis diterima ProcT 3.621 .000 Hipotesis diterima GnT 5.239 .000 Hipotesis diterima InT 3.877 .000 Hipotesis diterima Sumber: Data diolah, 2021

Berdasarkan hasil uji hipotesis yang tercantum dalam tabel diatas maka dapat

diambil kesimpulan keempat hipotesis diterima. Hal tersebut dapat

(42)

diinterpretasikan bahwa ketiga variabel berpengaruh signifikan terhadap keyakinan konsumen terhadap ketersediaan produk halal dipasar tradisional

3.2.Pembahasan

3.2.1. Pengaruh Product Traceability Terhadap Keyakinan Konsumen Akan Ketersediaan Produk Halal di Pasar Tradisional

Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan diperoleh data bahwa tingkat sigifikasi yang dihasilkan dalam uji t < dari tingkat sig. 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel product traceability mempunyai pengaruh terhadap keyakinan konsumen akan ketersediaan produk halal di pasar tradisional.

Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Walaszczyk, A.

& Galinska, B. (2020) yang menyatakat bahwa product traceability merupakan faktor yang penting yang dapat meningkatkan keyakinan dan kepercayaan konsumen terhadap suatu produk. Disamping itu penelitian ini juga memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Young C et all (2009) yang menyatakan bahwa keterlacakan produk akan menurunkan ketidakpastian terhadap produk sehingga akan meningkatkan keyakinan konsumen akan produk tersebut. Penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Lam, Tri et all. (2020) yang juga menyatakan bahwa adanya sistem keterlacakan produk akan dapat membantu meningkatkan keyakinan dan kepercayaan konsumen terhadap suatu produk.

Keyakinan konsumen akan keberadaan produk halal dipasar tradisional

merupakan implementasi terlaksananya rantai pasokan halal sehingga akan

mampu meningkatkan keyakinan konsumen untuk membeli produk dipasar

tradisional terutama dikaitkan dengan keterlacakan produk. Beberapa hal yang

(43)

mampu mendorong meningkatnya keyakinan konsumen bahwa produk yang dijual dipasar tradisional merupakan produk-produk yang halal dikatkan dengan keterlacakan produk yaitu keyakinan bahwa produk tersebut baik, sehat dan halal, keyakinan konsumen terkait dengan asal produk dari tempat yang baik, produk yang dibeli dipasar tradisional layak untuk dipromosikan kepihak lain, dan timbulnya perasaan senang, nyama dan aman ketika membeli produk dipasar tradisional.

Keterlacakan produk dalam pelaksanaan manajemen rantai pasokan akan mampu membangun dan meningkatkan keyakinan dan kepercayaan konsumen bahwa suatu produk benar-benar berkualitas (Matzembacher, D. E.,

et all,

2018).

3.2.2. Pengaruh Process Traceability Terhadap Keyakinan Konsumen Akan Ketersediaan Produk Halal di Pasar Tradisional

Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan diperoleh data bahwa tingkat sigifikasi yang dihasilkan dalam uji t < dari tingkat sig. 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel process traceability mempunyai pengaruh terhadap keyakinan konsumen akan ketersediaan produk halal di pasar tradisional.

Hasil positif dari penelitian ini mendukung penelitian Matzembacher, D.

E.,

et all

(2018) yang menyatakan salah satu elemen dalam sistem traceability

yang mempunyai peran penting dalam membangun kepercayaan dan keyakinan

konsumen adalah process traceability. Penelitian dari Garaus, M., & Treiblmaier,

H. (2021) juga menunjukkan bahwa process traceability dari sebuah produk akan

memberikan efek yang besar terhadap persepsi konsumen terutama apabila

dikaitkan dengan kualitasnya.

(44)

Penelitian Lin et all ( 2021) mengungkapkan bahwa sistem traceability yang mengungkapkan informasi tentang proses dalam penyediaan produk akan menyebabkan meningkatnya kepercayaan konsumen akan keamanan dan kesehatan produk yang dihasilkan. Curto, J.P. & Gaspar, P.D. (2021), dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa tersedianya informasi ketika konsumen ingin mengetahui terkait process traceability meningkatkan kepercayaan konsumen yang akan berimbas pada meningkatnya nilai ekonomis dari sebuah produk.

Adanya informasi terkait process traceability suatu produk akan meningkatkan keyakinan dan kepercayaan konsumen terhadap sebuah produk.

Faktor-faktor yang perlu diungkapkan terkait dengan process traceability yang diperlukan oleh konsumen sehingga dapat meningkatkan keyakinan dan kepercayaannya terhadap produk tersebut diantaranya bagaimana proses produk itu dilakukan, siapa yang memproses produk, bagaimana kelayakan proses penyediaan produk, bagaimana produk tersebut didistribusikan sampai ketangan konsumen dan bagaimana sistem pengawasa yang dilakukan olek pihak-pihak terkait. Dengan adanya informasi yang akurat terkait dengan process traceability akan membangu kepercayaan dan keyakinan konsumen akan kualitas produk.

3.2.3. Pengaruh GeneticTraceability Terhadap Keyakinan Konsumen Akan Ketersediaan Produk Halal di Pasar Tradisional

Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan diperoleh data bahwa tingkat sigifikasi

yang dihasilkan dalam uji t < dari tingkat sig. 5% sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel genetic traceability mempunyai pengaruh terhadap keyakinan

konsumen akan ketersediaan produk halal di pasar tradisional.

(45)

Genetic traceability terkait dengan keaslian produk yang disediakan untuk konsumen. Informasi terkait dengan keasilan dan keoriginalan sebuah produk dalam genetic traceability akan meningkatkan kesadaran konsumen yang berimbas pada meningkatnya kepercayaan terhadap produk tersebut (Walaszczyk, A. & Galinska, B., 2020). Penelitian yang dilakukan oleh M.F. Chen & C.H.

Huang (2013) adanya traceability system yang memuat informasi genetic traceability akan meningkatkan derajat kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut dan meningkatkan kemungkian melakukan pembeluan yang berulang.

Beberapa informasi dari genetic traceability yang dapat meningkatkan kepercayaan konsumen diantaranya jaminan kesehatan dan keamanan produk, kesegaran produk, kemurnian produk, dan kualitas produk,

3.2.4. Pengaruh Input Traceability Terhadap Keyakinan Konsumen Akan Ketersediaan Produk Halal di Pasar Tradisional

Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan diperoleh data bahwa tingkat sigifikasi yang dihasilkan dalam uji t < dari tingkat sig. 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel input traceability mempunyai pengaruh terhadap keyakinan konsumen akan ketersediaan produk halal di pasar tradisional.

Menurut Curto, J.P. & Gaspar, P.D. (2021) untuk meningkatkan

kepercayaan konsumen terkait dengan ketersediaan produk halal informasi input

traceability mempunyai peranan yang sangat penting untuk menghiilangkan

ketidakpastian atau keraguan konsumen. Adanya informasi terkait input

traceability merupakan salah satu informasi penting yang dibutuhkan oleh

konsumen (Miarka, D. et all, 2019).

(46)

Beberapa hal terkait dengan informasi input traceability yang dapat

meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap ketersediaan produk halal ayaitu

informasi tentang asal tempat produk, bahan asal produk, pendistribusian produk

keamanan produk dan transprtasi produk sampai ketangan konsumen.

(47)

BAB V

KESIMPULAN , IMPLIKASI DAN SARAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat persepsi konsumen terhadap kesediaan produk halal di pasar tradisional berdasar keterlacakan manajemen rantai pasokan (traceability system). Komponen-komponen dari traceability system yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 4 komponen yaitu product traceability, process traceability, genetic traceability dan input traceability.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian statistic, kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah

1. Product traceability berpengaruh terhadap keyakinan konsumen akan ketersediaan produk halal di pasar tradisional. Hal tersebut menunjukkan hipotesis 1 terbukti.

2. Process traceability berpengaruh terhadap keyakinan konsumen akan ketersediaan produk halal di pasar tradisional. Hal tersebut menunjukkan hipotesis 2 terbukti.

3. Genetic traceability berpengaruh terhadap keyakinan konsumen akan ketersediaan produk halal di pasar tradisional. Hal tersebut menunjukkan hipotesis 3 terbukti.

4. Input traceability berpengaruh terhadap keyakinan konsumen akan

ketersediaan produk halal di pasar tradisional. Hal tersebut menunjukkan

hipotesis 4 terbukti.

(48)

5.2. Implikasi

5.2.1. Implikasi Teoritis

Penelitan ini bertujuan untuk melihat keyakinan dari konsumen terhadap ketersediaam produk halal yang didasarkan pada keterlacakan rantai pasokan yang sebelumnya belum banyak dikaji di Indonesia terutama untuk konsumen- konsumen pasar tradisional. Dengan demikian penelitian ini memperluas kajian penelitian terkait dengan keyakinan konsumen dengan persepektif yang berbeda.

5.2.2. Implikasi Praktis

Penelitian ini berhasil membuktikan secara empiric bahwa traceability system

yang terdiri dari 4 komponen yaitu product traceability, process traceability,

genetic traceability dan input traceability berpengaruh terhadap keyakinan

konsumen akan ketersediaan produk halal dipasar tradisional. Hal tersebut

memberikan implikasi praktis dan kebijakan bahwa konsumen membutuhkan

sebuah sistem pengawasan yang mudah diakses dan memberikan informasi

yang dibutuhkan oleh konsumen terkait dengan produk yang akan

dikonsumsinya di pasar tradisional. Sistem, sosialisai dan pengawasan

terhadap pelaku bisnis dipasar tradisional diperlukan untuk menjamin bahwa

sistem manajemen rantai pasokan halal sudah berjalan dengan baik sehingga

menambah keyakinan konsumen terhadap produk yang akan dibelinya dipasar

tradisional.

(49)

5.3. Saran

Penelitian ini tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan sehingga untuk

penelitian-penelitian selanjutnya diperlukan kajian-kajian yang lebih luas

termasuk didalamnya penambahan variabel maupun terkait dengan obyek

penelitian. Disamping itu perlu juga dilakukan penelitian secara kualitatif

sehingga hasil penelitian lebih detail dan mendalam.

Gambar

Tabel 4.12  Uji Regresi  Model  Unstandardized Coefficients B Std. Error  1  (Constant)  2.898  1.335  ProdT  .206  .066  ProcT  .339  .094  GnT  .335  .064  InT  .409  .106
Tabel 4.13  Hasil Uji Normalitas
Tabel 4.15  Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.18  Hasil Uji Hipotesis

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Namun, menurut keterangan salah seorang bandar, sebenarnya mereka (bandar kerajinan) tidak sembarangan memberikan pekerjaan kepada siapa saja. Hal ini disebabkan hasil peker;aan

Ginjal bisa kehilangan fungsinya sehingga tidak bisa mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme dari dalam tubuh, bahkan zat-zat yang masih bisa dipergunakan tubuh seperti glukosa

Tujuan khusus penelitian ini adalah : (1) Mengetahui karakteristik keluarga dan pengetahuan gizi ibu pada keluarga nelayan; (2) Menganalisis konsumsi zat gizi

5.3 Had Pindah Kredit Secara Vertikal yang boleh diberikan hendaklah tidak melebihi 30% (atau mengikut peratusan yang ditetapkan oleh Badan Profesional berkaitan) daripada

Putusan Nomor 375/PID/2016/PT.MDN Halaman 5 dari 10 hal ---- Bahwa pada hari Jumat, tanggal 30 Januari 2015 sekira pukul 11.00 Wib saksi Hotnita br Tamba

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah pembagian penerimaan pajak rokok dibagi 50% (lima puluh persen) berdasarkan

Sistematika yang pertama, pendidikan sebagai gejala, dapat dianalisis dari proses atau situasi pendidikan, yaitu adanya komponen-komponen pendidikan yang secara

membangun kembali arus perdagangan Indonesia ke Jepang dalam sektor pertanian, tetapi dalam perjalanan kerjasama tersebut juga terdapat hambatan- hambatan non tarif