• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PENGOLAHAN BAHAN PANGAN HEWANI TELUR ASIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PENGOLAHAN BAHAN PANGAN HEWANI TELUR ASIN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA PENGOLAHAN BAHAN PANGAN HEWANI

TELUR ASIN

Kelompok 3

1. Cantika Bella Nursyafitri K3317017

2. Hafidz Habibullah K3317033

3. Isnani Imroatun Nabila K3317039 4. Safarin Nisrinah Nadhilah K3317063

Dosen Pengampu

Dr. Sri Retno Dwi Ariani, S.Si., M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2020

▸ Baca selengkapnya: laporan praktikum telur direndam cuka

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Definisi Telur

Telur dalam kehidupan sehari-hari memiliki dua kriteria yaitu sebagai bahan biologi dan bahan pangan. Telur sebagai bahan biologi merupakan sumber nutrien kompleks yang lengkap bagi pertumbuhan sel yang dibuahi (Santoso dan Wijanarko, 1982). Telur secara alami disiapkan untuk menunjang kehidupan serta perkembangan embrio dengan sempurna.

Telur selain dibungkus dengan kulit keras yang berfungsi sebagai pelindung, juga dilengkapi dengan bahan makanan yang lengkap (Muchtadi dkk., 2010).

Telur sebagai bahan pagan merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki citarasa yang lezat dan bergizi tinggi. Selain itu telur merupakan bahan makanan yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat, karena harga yang relatih murah dan mudah dieproleh. Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis unggas, seperti ayam, bebek, burung puyuh dan angsa (Astawan, 2004; Hasym, 2016).

B. Morfologi Telur

Bentuk telur berbagai jenis unggas pada umumnya memiliki bentuk oval atau lonjong.

Bentuk telur ini secara umum dikarenakan faktor genetis (ketrunan). Setiap induk bertelur berurutan dengan bentuk yang sama yaitu bulat, panjang, dan lonjong (Suprijatna dkk., 2005). Bentuk telur lainnya yaitu mempunyai ukuran yang beragam. Telur ayam horn memiliki ukuran yang lebih besar dari telur ayam kampung. Berbeda halnya dengan telur puyuh yang memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan jenis telur unggas lainnya. Meskipun telur unggas memiliki ukuran yang beragam, namun semua jenis telur unggas mempunyai struktur telur yang sama (Saraswati, 2012).

Menurut Nuryati dkk (2000) menyatakan bahwa telur terdiri atas enam bagian penting, yaitu kerabang telur (shell), selaput kerabang (shell membrane), putih telur (albumen), kuning telur (yolk), tali kuning telur (chazale), dan sel benih (germinal disc).

Sedangkan Hartono dan Isman (2010) menyatakan bahwa struktur telur terdiri atas empat bagian penting, yaitu selaput membran, kerabang (shell), putih telur (albumen), dan kuning telur (yolk). Umumnya semua jenis telur unggas dan hewan lain yang berkembangbiak dengan cara bertelur mempunyai struktur telur yang sama (Saraswati, 2012). Secara ringkas,

(3)

struktur telur pada umumnya terdiri dari kerabang (kulit telur) ±10%, putih telur (albumen)

±60%, dan kuning telur (yolk) ±30% (Suharyanto, 2009).

C. Karakteristik Telur Itik

Telur itik merupakan telur hasil ternak unggas itik. Telur itik memiliki bobot dan ukuran rata-rata lebih besar dibandingkan dengan telur ayam. Telur itik ada 2 jenis yaitu telur yang berwana biru dan telur berwarna putih. Masing-masing telur ini dihasilkan oleh jenis bebek yang berbeda (Muchtadi dkk., 2010). Strukutur morfologi dan anatomi telur itik dimulai dari pembentukan kuning telur (yolk) didalam ovarium. Kuning telur yang telah sempurna akan masuk ke lorong saluran telur. Apabila terjadi pembuahan selanjutnya kuning telur akan bergerak menuju magnun dilapisi dengan putih telur (albumen) dan menuju saluran istmus untuk pembentukan selaput. Sehingga terjadilah pembentukan cangkang telur itik yang berwarna biru. Pigmen yang berperan dalam pembentukan cangkang telur pada telur itik ini adalah pigmen sianin yang responsive menghasilkan warna cangkang biru dan hijau (Supriyadi, 2009). Berikut ini merupakan gambar anatomi dan morfologi telur itik;

Pemanfaatan telur itik sebagai bahan pangan tidak hanya dikonsumsi langsung tetapi juga digunakan dalam berbagai produk olahan, misalnya kue dan telur asin. Telur itik memiliki keunggulan dalam kandungan gizinya, dibandingkan dengan telur unggas lainnya, telur bebek/itik memiliki kadar protein yang lebih tinggi serta kandungan lemak yang tinggi.

Adapun kandungan gizi telur itik tiap 100 gram dapat dilihat pada Tabel 2.1.

(4)

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Telur Itik/ 100 gram

(Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, 2004).

D. Pengertian Telur Asin

Telur asin merupakan salah satu produk olahan pangan yang memiliki rasa asin.

produk telur asin ini diperoleh dengan teknik pengasinan telur menggunakan garam. Pada umumnnya masyarakat menggunkan telur itik pada pembuatan telur asin. Hal ini dikarenakan dibandingkan dengan telur unggas lainnya telur itik mempunyai kadar air lebih rendah, sedangkan kandungan protein dan lemak lebih tinggi. Kondisi inilah yang menyebabkan telur itik sangat cocok untuk diolah menjadi telur asin (Rukmiasih dkk., 2015).

Telur asin merupakan salah satu makanan produk tradisional yang dikenal masyarakat, baik di Indonesia maupun luar negeri ( seperti Cina dan Taiwan). Telur asin adalah telur itik yang telah mengalami beberapa proses tertentu agar dapat dikonsumsi dengan rasa yang khas. Pembuatan telur asin merupakan salah satu dari metoda untuk mengawetkan telur. Hal ini dikarenakan,garam yang digunakan dalam pengawetan dan pemberi rasa asin mampu mengurangi kelarutan oksigen yang diperlukan oleh mikroba,menghambat kerja enzim proteolitik dan menyerap air dari dalam telur. Mekanisme garam NaCl sebagai pengawet dimulai dengan terurainya NaCl menjadi ion natrium (Na+) dan ion chlor(Cl-). Ion chlor inilah yang berfungsi sebagai pengawet dengan kemampuannya menghambat pertumbuhan mikroba.

E. Pembuatan Telur Asin

Pembuatan telur asin dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan merendam dalam larutan garam jenuh atau dengan menggunakan adonan garam. Telur asin yang diolah dengan cara merendam dalam larutan garam jenuh memiliki kelebihan yaitu sangat mudah dan praktis. Pembuatan telur asin dengan menggunakan adonan garam yang dicampurkan dengan serbuk bata merah juga memiliki kelebihan yaitu telur asin yang dihasilkan jauh lebih bagus mutunya, warna lebih menarik, serta cita rasa lebih enak dibandingkan telur asin yang diolah dengan menggunakan larutan garam jenuh (Lesmayati dan Rohaeni, 2014).

(5)

Menurut Su’eb (2005) dalam Rusli (2010), pembuatan telur asin dilakukan dengan cara memeram telur dalam adonan (garam, bubuk bata merah, dan abu gosok) selama 5 hari sampai 10 hari. Telur asin yang diolah dengan cara ini dapat bertahan sampai seminggu.

Sebelum dilakukan pemeraman telur direndam sebentar kemudian cuci dengan cara mengampelas kulit telur agar bersih dari kotoran. Untuk mengampelas kulit telur, pilih ampelas yang halus teksturnya. Campurkan abu gosok, bubuk bata merah, dan garam dalam wadah. Buat adonan dengan menambahkan air sedikit demi sedikit hingga berbentuk pasta.

Bungkus telur dengan adonan satu persatu secara merata sekeliing permukaan telur, kirakira setebal 0,5 cm. Simpan telur dalam kuali tanah atau ember plastik selama 15 hari di tempat yang bersih dan berangin. Asin tidaknya telur asin dan keawetannya bergantung pada kadar garam yang diberikan. Semakin tinggi kadar garam, akan semakin awet telur yang diasinkan, tetapi rasanya akan semakin asin.

Proses pengawetan bahan pangan dengan penambahan garam disebut teknik penggaraman. Teknik penggaraman dalam pengawetan bahan makanan biasanya menggunakan garam dapur (NaCl). Garam dapur memiliki sifat yang menghambat perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme perusak atau pembusuk makanan. Bahan makanan yang mengalami proses penggaraman akan awet karena garam dapur dapat menghambat atau membunuh bakteri yang akan merusak bahan makanan (Laning, 2007).

Penggaraman merupakan tahapan inti dalam pembuatan telur asin. Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin sekaligus sebagai bahan pengawet karena dapat mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan oleh bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein), dan menyerap air dari dalam telur. karena garam mampu menyerap air dari dalam telur (Astawan dalam Maryanti, 2010).

F. Kualitas Telur Asin

Kualitas telur asin, dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri seperti cangkang tidak retak, putih telur kenyal, kuning telur masir berminyak, tidak berbau dan tahan lama dalam penyimpanan (Winarno dan Koswara 2004 dalam Sukma dkk., 2012). Sedangkan menurut Departemen Pertanian Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BPTP Yogyakarta (2005) menyatakan bahwa “Syarat mutu telur asin berdasarkan Standar Nasional Indonesia meliputi bau, warna, kenampakan, kadar garam, cemaran mikroba Salmonella dan Staphylococcus aureus. Syarat mutu telur asin berdasarkan Standar Nasional Indonesia tahun 1996 berikut ini.

(6)

Telur asin yang dinilai berkualitas tinggi memiliki ciri-ciri bagian kuning telur berwarna jingga terang hingga kemerahan, “kering” (jika digigit tidak mengeluarkan cairan), tidak menimbulkan bau amis, dan rasa asin tidak menyengat. Kriteria warna kuning telur asin kualitas 1 adalah warna kuning telurnya jingga kemarahan dan terdapat kandungan minyak.

Sedangkan kenampakan kuning telur asin kualitas 2 berwarna jingga lebih pucat masih terdapat kandungan minyak didalamnya namun tidak sebanyak kandungan minyak pada kuning telur asin kualitas 1 (Monro, 2013).

G. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Telur Asin

Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas telur asin adalah konsentrasi garam.

Konsentrasi penggaraman dengan penambahan garam dalam jumlah tertentu dapat mengawetkan telur asin. Hal ini dikarenakan garam dapat menghambat perkembangbiakan bakteri yang terdapat pada telur. Penambahan jumlah garam pada pembuatan telur asin juga dapat mempengaruhi tingkat kemasiran telur (Sukma dkk., 2012).

(7)

BAB II

BAHAN DAN PERALATAN

A. KEBUTUHAN BAHAN 1. Telur bebek

Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti: besi, fosfor, sedikit kalsium dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat.

Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur.

2. Garam

Garam adalah senyawa netral dengan pH sekitar 7 yang terdiri atas ion-ion.

Larutan garam mempunyai sifat plasmolisis sehingga dapat menerobos pori-pori kulit telur dengan tekanan. Garam berfungsi sebagai pencipta rasa asin dan sekaligus bahan pengawet karena dapat mengurangi kelarutan oksigen (oksigen diperlukan oleh bakteri), menghambat kerja enzim proteolitik (enzim perusak protein), dan menyerap air dari dalam telur.

3. Bubuk batu bata merah

Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat dinding. Batu bata terbuat darii tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerah merahan. Seiring perkembangan teknologi, penggunaan batu bata semakin menurun.

Munculnya material-material baru seperti gipsum, bambu yang telah diolah, cenderung lebih dipilih karena memiliki harga lebih murah dan secara arsitektur lebih indah.

Batu bata merah juga merupakan bahan dasar pembuatan telur asin yang dianggap lebih baik daripada abu gosok atau media Air. Telur asin yang dibuat dengan menggunakan serbuk bata merah tidak mengandung bakteri coliform, E.

(8)

coli dan Salmonella/Shigella, kemudian sebagai pematang telur atau pemanas suhu

telur sehingga telur dapat matang, dan juga sebagai penghilang bau amis pada telur.

4. Abu gosok

Abu gosok merupakan limbah pembakaran atau abu dari tanaman, biasanya berasal dari sekam padi. Abu gosok banyak digunakan untuk mencuci alat-alat rumah tangga, terutama untuk menghilangkan noda hitam pada bagian bawah panci atau wajan. Hal ini dimungkinkan karena abu gosok mengandung kalium, zat yang terkandung dalam sabun cair. Abu gosok juga merupakan bahan dasar pengganti atau bisa bersama-sama dengan batu bata merah, fungsinya hampir sama yaitu menghilangkan bau amis pada telur, menghilangkan bakteri meskipun lebih sedikit dibandingkan batu bata merah.

5. Air

Air adalahh senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di Bumi. Pada telur asin fungsi air yaitu sebagai media perantara yang cukup baik dalam menghantarkan kandungan garam dan ekstrak rasa ke dalam telur melalui pori-pori telur tersebut dan juga sebagai pencampur bahan dasar batu bata merah dan abu gosok 6. Kapur

Perlakuan perendaman telur asin dalam cairan kapur merupakan salah satu cara memperpanjang masa simpan telur. Perendaman dalam cairan kapur akan mencegah penurunan kualitas dan kerusakan telur asin. Terbentuknya lapisan kapur pada kulit telur akibat perendaman dalam cairan kapur bertujuan untuk menutup pori- pori kulit sehingga dapat mencegah penguapan, disamping mencegah masuknya mikro-organisme ke dalam telur.Perendaman cangkang telur dengan larutan kapur dapat mencegah penguapan dari dalam telur selama penyimpanan dan dapat mempertahankan kualitas telur selama enam minggu

B. KEBUTUHAN ALAT 1. Ember

(9)

2. Panci

3. Botol wadah sirup

(10)

BAB III

PEMBUATAN TELUR ASIN

Setelah mempersiapakan bahan dan peralatan yang dibutuhkan, langkah selanjutnya adalah pembuatan telur asin. Langkah-langkah pembuatan telur asin adalah sebagai berikut:

1. MEMBERSIHKAN TELUR

Telur bebek dicuci bersih menggunakan air dan sedikit diamplas bila terdapat kotoran yang sulit hilang

2. MEMBUAT ADONAN ABU

Dalam pembuatan telur asin dibuat 4 campuran. Campuran (1) dibuat dengan mencampurkan abu, tanah liat, batu bata halus, dan garam dapur dengan perbandingan (1:1:1:1). Campuran (2) dibuat dengan mencampurkan abu dengan garam dapur dengan perbandingan (5:1). Campuran (3) adalah larutan kapur jenuh dan garam dapur dengan perbandingan (10:1). Campuran (4) adalah larutan garam dapur dengan konsentrasi 26% (jenuh).

3. MELUMURI TELUR DENGAN ADONAN

Telur yang sudah bersih kemudian dilumuri dengan campuran (1) dan (2) secara merata hingga seluruh bagian telur tertutup oleh campuran.

(11)

4. MENATA TELUR DI WADAH

Telur kemudian ditata dalam wadah tanah liat dengan rapat.

5. MENDIAMKAN TELUR

Telur didiamkan di wadah tanah liat selama 14 hari dalam suhu ruang. Pada proses ini garam akan terserap dalam telur sehingga rasanya asin.

6. MERENDAM TELUR

Setelah 14 hari telur dibilas dengan bersih. Selanjutnya direndam dalam campuran (3) dan (4) selama 14 hari juga.

(12)

7. PENGEMASAN PRODUK

Setelah direndam telur kemudian dicuci hingga bersih. Lalu dapat direbus maupun dibakar, dan selanjutnya dapat dikemas dalam wadah.

(13)

Bagan Proses Pembuatan Sirup

Telur bebek dicuci bersih menggunakan air dan sedikit diamplas bila terdapat kotoran yang sulit hilang

Dalam pembuatan telur asin dibuat 4 campuran. Campuran (1) dibuat dengan mencampurkan abu, tanah liat, batu bata halus, dan garam dapur

dengan perbandingan (1:1:1:1).

Campuran (2) dibuat dengan mencampurkan abu dengan garam dapur dengan perbandingan (5:1).

Campuran (3) adalah larutan kapur jenuh dan garam kapur dengan perbandingan (10:1).

Campuran (4) adalah larutan garam dapur dengan konsentrasi 26% (jenuh).

Telur yang sudah bersih kemudian dilumuri dengan campuran (1) dan (2) secara merata hingga seluruh

bagian telur tertutup oleh campuran.

Telur kemudian ditata dalam wadah tanah liat dengan rapat.

Telur didiamkan di wadah tanah liat selama 14 hari dalam suhu ruang. Pada proses ini garam akan

terserap dalam telur sehingga rasanya asin.

Setelah 14 hari telur dibilas dengan bersih. Selanjutnya direndam dalam campuran (3) dan (4) selama 14 hari juga.

Setelah direndam telur kemudian dicuci hingga bersih. Lalu dapat direbus maupun dibakar, dan selanjutnya dapat dikemas dalam wadah.

(14)

BAB IV

ANALISIS USAHA PEMBUATAN SIRUP

Sirup dapat menjadi produk usaha yang menguntungkan, karena sirup banyak diminati oleh masyarakat. Berikut analisis usaha dari sirup :

1. Nama produk : Ndog Asin 003

2. Jumlah produksi per hari : 1000 butir (250 kemasan) 3. Harga jual : Rp 10.000,00/kemasan/isi 4 4. Periode produksi 1 bulan : 25 hari kerja

Berikut analisis biaya produksi dan keuntungan dalam satu bulan A. Pemasukan

Hasil penjualan per bulan :

25 hari produksi x 250 kemasan x Rp 10.000,00 = Rp 62.500.000,00 B. Pembelian peralatan

Ember : Rp 80.000,00 Panci : Rp 50.000,00 Kompor : Rp 150.000,00

+

Total : Rp 280.000,00 Catatan :

Diperkirakan umur teknis peralatan dua tahun, sehingga nilai penyusutan tiap bulan adalah :

Rp 280.000,00 : 24 = Rp 11.666,67 C. Pengeluaran

1. Penyusutan alat Rp 11.666,67 2. Telur bebek

25 x 1000 butir x Rp 850 Rp 21.250.000,00 3. Garam

25 x 5 kg x Rp 5.000,00 Rp 625.000,00 4. Abu gosok

25 x 1/4 karung x Rp 12.500 Rp 312.500,00

(15)

5. Bubuk batu bata merah

25 x 5 kg x Rp 4.000,00 Rp 500.000,00 6. Kapur

25 x ¼ kg x Rp 6.000 Rp 150.000,00 7. Mika telur isi 4+ label

25 x 250 pcs x Rp 500 Rp 3.125.000,00 8. Gas

5 tabung x Rp 18.000,00 Rp 90.000,00 9. Tenaga kerja (1 pekerja)

25 x Rp 30.000,00 Rp 750.000,00 +

Total Rp 26.814.166,67

D. Keuntungan

1. Pemasukan Rp 62.500.000,00

2. Pengeluaran Rp 26.814.166,67

- 3. Keuntungan tiap bulan Rp 35.685.833,33

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M. (2004). Bersahabat dengan Kolesterol. Solo: Tiga Serangkai

BPTP. (2005). Pembuatan Telur Asin. Departemen Pertanian LIPTAN, Yogyakarta.

Agdex: 454/90

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 2004. Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Hasym, A. (2016). Pengaruh Perendaman dalam Ekstrak Teh Hitam dan Teh Hijau (Camelia sinensis) terhadap Kadar Antioksidan pada Telur Asin. Skripsi. Fakultas Pertanian Peternakan UMM, Malang.

Laning, V.D. (2007). Makanan Awet dan Lezat. Klaten: Anggota IKAPI.

Lesmayati, S., dan Rohaeni, E.S. (2014). Pengaruh Lama Pemeraman Telur Asin terhadap Tingkat Kesukaan Konsumen. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”. Banjarbaru 6-7 Agustus, 595-601.

Maryanti, R.T. (2010). Kajian Umur Simpan Telur Asin dengan Variasi Perlakuan Lama Pemeraman. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Monro, S.Y. (2013). Klasifikasi Jenis dan Kualitas Telur Asin Berdasarkan Warna Kuning Telur Menggunakan Transformasi Lbp (Local Binary Pattern) dan Metoda Svm (Support Vector Machine) Classification Kind And Quality Of Salted Egg Using Lbp (Local Binary Pattern) Transformat. Skripsi. Universitas Telkom, Bandung.

Muchtadi, T.R., Sugiyono, M., dam Ayustaningwarno, F. (2010). Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Jakarta: ALFABETA, CV.

Rukmiasih, Ulupi, N., dan Indriani, W. (2015). Sifat Fisik, Kimia, dan Organoleptik Telur Asin melalui Penggaraman dengan Tekanan dan Konsentrasi Garam yang Berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. 3(3): 142-145.

Rusli. (2009). Kualitas Telur Asin Bakar Tradisional (Studi Kadar Air, Organoleptik dan Daya Simpan). Skripsi. Fakultas Petrenakan dan Perikanan UMM, Malang.

Santoso, dan Wijanarko, P.B. (1982). Mutu Telur Ayam Ras Segar Pada Berbagai Tingkat Pemasaran di Daerah Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

(17)

Saraswati, D. (2012). Uji Bakteri Salmonella sp. Pada Telur Bebek, Telur Puyuh dan Telur Ayam Kampung yang di Perdagangkan di Pasar Liluwo Kota Gorontalo.

Laporan Penelitian. Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo.

Suharyanto. (2009). Pengolahan Bahan Pangan Hasil Ternak. Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.

Sukma, A.W., Hintono, A., dan Setiani, B.E. (2012). Perubahan Mutu Hedonik Telur Asin Sangrai Selama Penyimpanan. Animal Agriculture Journal. 1 (1): 585-598.

Suprijatna, E., Atmomarsono, U., dan Kartasudjana, R. (2005). Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta: Penebar Swadaya.

Supriyadi. (2009). Panduan Lengkap Itik. Jakarta: Swadaya Anggota IKAPI.

Winarno, F.G dan Koswara. (2002). Telur: Komposisi, Penanganan dan Pengolahan.

Jakarta: Embrio press.

(18)

LAMPIRAN

1. Label Produk 2. Produk yang sudah jadi

2. Laporan Sementara

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM PRAKARYA KIMIA I. Judul

Pengolahan Bahan Pangan Hewani Telur Asin II. Tujuan

Mahasiswa dapat mengolah bahan pangan hewani telur asin III. Alat dan Bahan

Alat Jumlah

Panci 1 buah

Ember 4 buah

Kompor 1 buah

Bahan Jumlah

Air Secukupnya

Telur bebek 1000 butir Batu bata merah 5 kg Abu gosok 1 karung

Garam 5 kg

Kapur ¼ kg

IV. Bagan Kerja dan Hasil Pengamatan

(19)

Bagan Kerja Hasil Pengamatan Telur bebek dicuci bersih menggunakan

air dan sedikit diamplas bila terdapat kotoran yang sulit hilang

Dalam pembuatan telur asin dibuat 4 campuran. Campuran (1) dibuat dengan mencampurkan abu, tanah liat, batu bata halus, dan garam dapur dengan perbandingan (1:1:1:1).

Campuran (2) dibuat dengan mencampurkan abu dengan garam dapur dengan perbandingan (5:1).

Campuran (3) adalah larutan kapur jenuh dan garam kapur dengan perbandingan (10:1).

Campuran (4) adalah larutan garam dapur dengan konsentrasi 26% (jenuh).

Telur yang sudah bersih kemudian dilumuri dengan campuran (1) dan (2) secara merata hingga seluruh bagian telur tertutup oleh campuran.

Telur kemudian ditata dalam wadah tanah liat dengan rapat.

Telur didiamkan di wadah tanah liat selama 14 hari dalam suhu ruang. Pada proses ini garam akan terserap dalam telur sehingga rasanya asin.

Setelah 14 hari telur dibilas dengan bersih. Selanjutnya direndam dalam campuran (3) dan (4) selama 14 hari juga.

Permukaan telur bebek bersih dari kotoran

Campuran 1 berwarna merah gelap dengan tekstur kental

Campuran 2 berwarna abu-abu Campuran 3 berwarna keruh Campuran 4 berwarna bening

Permukaan telur tertutup oleh adonan

Permukaan telur berwarna agak merah, setelah direndam menjadi bersih kembali

(20)

Setelah direndam telur kemudian dicuci hingga bersih. Lalu dapat direbus maupun dibakar, dan selanjutnya dapat dikemas dalam wadah.

Telur hasil rebusan memiliki rasa yang asin, bagian merah telur agak

berminyak, dan enak. Siap untuk dikemas dan dimasukkan ke dalam wadah serta diberi label.

Referensi

Dokumen terkait

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika Dasar, 2011 4.. Ketiga garis ini memotong sumbu y di titik

[r]

(0,05), dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan pengetahuan tentang pembatasan asupan cairan dan IDWG pada pasien hemodialisis yang bermakna

Tindakan II dilaksanakan setelah pembelajaran pada tindakan I dianalisis dan direfleksi. Tindakan II ini untuk melanjutkan tindakan I yang kurang berhasil sehingga peneliti melakukan

Dari hasil pengamatan diketahui penambahan zat pengikat dengan berbagai jenis dan konsentrasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sudut diam, indeks

Penentuan prioritas program dan kegiatan pada masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016 didasarkan pada

Diharapkan dengan mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar siswa dapat memberikan alternatif kepada guru dalam perbaikan pola pembelajaran yang dapat diterapkan di

Barbara turned back to the control table, and as she did so, her arm jerked strangely, as if of its own accord, and the gold Roman bracelet on it glittered in the light from the