• Tidak ada hasil yang ditemukan

Acc: Skripsi untuk dimunaqasahkan Pembimbingi Tgl, 07 Juli 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Acc: Skripsi untuk dimunaqasahkan Pembimbingi Tgl, 07 Juli 2020"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN MUSLIM TERHADAP MAKANAN TRADISIONAL

“KARUPUAK SANJAI” DI KOTA BUKITTINGGI SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Strata Satu Prodi Ekonomi Islam

Disusun Oleh:

ATIKAH NIM : 3216.139

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI 2020 M/1441 H

(2)

i Pembimbing : H. Harfandi, S.E, M. Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusna konsumen Muslim terhadap makanan tradisional

“Karupuak Sanjai” di Kota Bukittinggi. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang membeli karupuak sanjai di Kota Bukittinggi. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan angket kuesioner dan observasi. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling dengan total sampel 100 responden. Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur dengan menggunakan program SPSS versi 21. Untuk pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis data melalui uji validitas dan reabilitas, uji normalitas, uji multikolinaritas, uji heterokodastisitas, uji linear berganda, koefesien korelasi, koefesien determinan, uji t dan uji F.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kota Bukittinggi, maka dapat dikemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen muslim terhahap makanan tradisional “Karupuak Sanjai” yaitu 1) faktor kebudayaan berpengaruh siginifikan terhadap keputusan konsumen muslim pada makanan tradisional karupuak sanjai, 2) faktor sosial berpengaruh siginifikan terhadap keputusan konsumen muslim pada makanan tradisional karupuak sanjai, 3) faktor pribadi berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen muslim pada makanan tradisional karupuak sanjai, 4) faktor psikologis berpengaruh siginifikan terhadap keputusan konsumen muslim pada makanan tradisional karupuak sanjai.

Kata kunci: Faktor Kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi, faktor psikologis, makanan tradisional

(3)

ii

memberikan rahmat dan hidayah-Nya tanpa batas kepada penulis, Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan pencerahan melalui pribadinya yang luhur dan agung, serta meninggalkan dua pedoman hidup menuju jalan yang diridhai oleh Allah SWT yaitu Al-Quran dan Hadits. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Muslim terhadap Makanan Tradisional “Karupuak Sanjai” di Kota Bukittinggi”.

Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Keberhasilan penyusunan skripsi ini juga atas bantuan dari berbagai pihak yang terkait secara langsung maupun tidak langsung. Terutama dan teristimewa dipersembahkan kepada kedua orang tua saya, kepada ayah Busyra dan ibu Mardhiah tercinta yang selalu memberikan saya do‟a, semangat, dukungan, motivasi dan pengorbanan baik secara moril atau materil hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Ridha Ahida, M. Hum, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi beserta jajaran.

2. Bapak Dr. Iiz Izmudin, MA, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam beserta jajaran.

(4)

iii

memberikan ilmu, pengetahuan, waktu serta masukan dengan penuh kesabaran dalam mengarahkan dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Yefri Joni, MA, Dosen Penasehat Akademik yang selalu menasehati dan memberikan banyak motivasinya demi kelancaran proses belajar penulis.

6. Seluruh dosen dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

7. Bapak/Ibu pegawai perpustakaan yang telah melayani dan menyediakan fasilitas kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman Ekonomi Islam khusunya Ekonomi Islam (lokal EI A hingga EI G) angkatan 2016 atas kebersamaan, kekompakan, dukungan, semangat dalam skripsi ini.

9. Teristimewa untuk ica, pera, titi, nisa, tila, serta sahabat-sahabat senasib seperjuangan yang telah memberikan dukungan sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan kasing sayang yang begitu luar biasa.

Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya, dan penulis mengharapkan semoga skripsi ini memberikan manfaat khususnya

(5)

iv

Atas bantuan yang telah diberikan, penulis ucapkan terimakasih. Semoga mendapatkan ridho dan balasan dari Allah SWT dan semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat. Aamiin Ya Rabbal „Alamiin

Bukittinggi, 2 Juli 2020 Penulis

Atikah 3216.139

(6)

v

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAAN TIM PENGUJI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah... 10

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 10

F. Penjelasan Judul ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Konsumsi dalam Islam ... 13

B. Perilaku Konsumen ... 21

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen ... 25

D. Keputusan Pembelian ... 30

E. Makanan Tradisional ... 32

F. Kajian Terdahulu ... 34

G. Kerangka Pemikiran ... 35

H. Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 38

B. Lokasi Penelitian ... 38

C. Jenis dan Sumber Data ... 38

D. Populasi dan Sampel ... 39

(7)

vi

H. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 50

B. Karakteristik Responden ... 52

C. Deskripsi Variabel Penelitian ... 54

D. Uji Instrumen Penelitian ... 59

E. Analisis Induktif ... 66

F. Analisis Pembahasan ... 73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 80 DAFTAR PUSTAKA

Lampiran – Lampiran

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(8)

vii

Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

Tabel 4.2 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Umur ... 52

Tabel 4.3 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 53

Tabel 4.4 Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Penghasilan ... 54

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kebudayaan ... 54

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Variabel Sosial ... 56

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Variabel Pribadi ... 57

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Variabel Psikologis ... 58

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Variabel Makanan Tradisional ... 59

Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Kebudayaan (X1) ... 60

Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Sosial (X2) ... 61

Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Pribadi (X3) ... 61

Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Variabel Psikologis (X4) ... 62

Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Variabel Makanan Tradisional (Y)... 62

Tabel 4.15 Hasil Uji Reabilitas ... 63

Tabel 4.16 Hasil Uji Normalitas ... 64

Tabel 4.17 Hasil Uji Multikolinaritas ... 65

Tabel 4.18 Uji Regresi Linear Berganda ... 67

Tabel 4.19 Hasil Uji Koefesien Korelasi ... 68

Tabel 4.20 Hasil Uji Koefesien Determinan ... 70

Tabel 4.21 Hasil Uji t ... 71

Tabel 4.22 Hasil Uji F ... 73

(9)

viii

Gambar 4.1 Hasil Uji Heterokostisitas ... 66

(10)

1 A. Latar Belakang Masalah

Ekonomi merupakan aktifitas kegiatan manusia di muka bumi ini, sehingga kemudian timbul motif ekonomi, yaitu keinginan seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kehidupan sehari-hari orang cenderung menyamakan kebutuhan (need) dengan keinginan (want).

Terkadang orang menyebutkan sesuatu sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi segera, padahal sesuatu tersebut berupa keinginan yang bisa saja tertunda.1

Menurut Rochwaman, kebutuhan manusia banyak dan beraneka ragam, bahkan tidak hanya beraneka ragam tetapi bertambah terus tidak ada habisnya sejalan dengan perkembangan peradaban dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setelah satu kebutuhan sudah terpenuhi maka akan datang kebutuhan lain yang harus dipenuhi. Kebutuhan adalah keinginan manusia terhadap barang dan jasa yang harus dipenuhi, dan jika tidak dipenuhi akan berpengaruh terhadap keberlangsungan hidupnya atau bisa menimbulkan dampak negatif.2

Keinginan manusia dapat dibedakan kepada dua bentuk yaitu keinginan yang disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa yang

1 Rahmat Gunawijaya, Kebutuhan Manusai dalam Pandangan Ekonomi Kapitalis dan Ekonomi Islam, Jurnal Al-Maslahah, Vol. 13, No. 1, April 2017, hal. 131.

2 Rahmat Gunawijaya, Kebutuhan Manusai dalam Pandangan Ekonomi Kapitalis dan Ekonomi Islam, Jurnal Al-Maslahah, Vol. 13, No. 1, April 2017, hal. 132.

(11)

diinginkan dan keinginan yang tidak disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa yang diinginkan, keinginan yang disertai kemampuan untuk membeli dinamakan permintaan efektif.

Sedangkan menurut Imam Al-Ghazali kebutuhan (hajat) adalah keinginan manusia untuk mendapatkan sesuatu yang diperlukan dalam rangka mempertahanlan keberlangsungan hidupnya dan menjalankan fungsinya.

Islam selalu mengaitkan kegiatan memenuhi kebutuhan dengan tujuan utama manusia diciptakan. Manakala manusia lupa pada tujuan penciptaannya, maka esensinya pada saat itu tidak berbeda dengan binatang ternak yang makan karena lapar saja. Lebih jauh Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya niat dalam melakukan konsumsi sehingga tidak kosong dari makna dan steril.

Konsumsi dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.3

Konsumsi adalah kegiatan ekonomi yang penting, bahkan terkadang dianggap paling penting dalam mata rantai kegiatan ekonomi, yaitu produksi- konsumsi-distribusi. Konsumsi merupakan suatu kegiatan manusia yang secara langsung menggunakan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya dengan tujuan untuk memperoleh kepuasan yang berakibat mengurangi ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang/jasa. Pada dasarnya konsumsi dibangun atas dua hal yaitu kebutuhan (need) dan kegunaan atau kepuasan (utility).4

3 Mustafa Edwin Nasution, dkk., 2006, Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), hal. 70.

4 Fordebi dan Adesy, 2016, Ekonomi dan Bisnis Islam Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam, (Depok: PT RajaGrafindo Persada), hal. 317.

(12)

Konsumsi memiliki urgensi yang besar dalam setiap perekonomian.

Karena tidak ada kehidupan manusia tanpa konsumsi. Oleh karena itu kegiatan ekonomi mengarah kepada pemenuhan tuntunan konsumsi bagi manusia.

Sebab mengabaikan konsumsi berarti mengabaikan kehidupan dan juga mengabaikan penegakan manusia terhadap tugasnya dalam kehidupan.

Konsumsi termasuk kategori permintaan, sedangkan produksi adalah penyediaan. Perbedaan antara ilmu ekonomi konvensional dan ekonomi islam dalam hal konsumsi terletak pada pendekatannya dalam memenuhi kebutuhan seseorang. Islam tidak hanya menekankan pada kepuasan materialistik semata, tetapi juga aspek kepuasan batiniyah seseorang atau konsumen.5

Dalam konsumsi seorang konsumen akan mempertimbangkan manfaat dan berkah yang dihasilkan dari kegiatan konsumsinya. Konsumen akan merasakan adanya manfaat dalam konsumsi ketika kebutuhannya terpenuhi.

Berkah akan diperoleh ketika ia mengonsumsi barang dan jasa yang dihalalkan oleh syariat Islam.6

Menurut Muflih Konsumsi Islami tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan, karena keimanan memberikan saringan moral dalam membelanjakan harta untuk hal-hal yang efektif. Sedangkan menurut Soesilawati agama dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan mengkonsumsi barang. Sebagai seorang muslim dalam mengkonsumsi barang terdapat batasan antara yang halal dan haram. Halal

5 Abdul Ghofur, 2017, Pengantar Ekonomi Syariah Konsep Dasar, Paradigma, Pengembangan Ekonomi Syariah, (Depok: PT RajaGrafindo Persada), hal. 76.

6 Abdul Ghofur, 2017, Pengantar Ekonomu Syariah Konsep Dasar, Paradigma, Pengembangan Ekonomi Syariah, (Depok: PT RajaGrafindo Persada), hal. 77.

(13)

diyakini bersih, sehat, dan lebih lezat, selain halal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi barang adalah tayyib. Sesungguhnya halal dan toyyib memberikan kesehatan pada tubuh manusia.7

Batasan konsumsi dalam Islam tidak hanya memerhatikan aspek halal dan haramnya saja, tetapi juga baik, cocok, bersih, tidak menjijikan, larangan israf dan tidak bermegah-megahan. Begitu pula batasan konsumsi dalam

syariat tidak hanya berlaku pada makanan dan minuman, akan tetapi juga berlaku pada jenis komoditas lainnya. Pelarangan atau pengharaman konsumsi untuk suatu komoditas bukan tanpa alasan.8

Konsumsi setiap orang dapat berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pendapatan. Pendapatan yang berbeda-beda merupakan penentu utama konsumsi, bahkan mereka yang memiliki pendapatan sama, konsumsinya dapat berbeda. Maka dalam prinsip konsumsi Islami tidak boleh dan termasuk pemborosan apabila mengkonsumsi apa saja yang bernafsu mengkonsumsinya. Perilaku konsumen inilah yang menyebabkan konsumen menetapkan keputusan pembeliannya terhadap barang/jasa.

Pembelian ditentukan oleh konsumen setelah melakukan beberapa tahapan. Tahapan-tahapan yang dilalui inilah yang akan menimbulkan keputusan untuk melakukan pembelian atau tidak. Keputusan pembelian akan

7 Damanhur dan Rahmatullah, Pengaruh Pola Konsumsi Islami terhadap Prestasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh, Jurnal Ekonomi Manajemen dan Bisnis, Vol. 19, No. 2, Oktober 2018, hal.

136.

8 Sukarno Wibowo dan Dedi Supriadi, 2013, Ekonomi Mikro Islam, (Bandung : CV Pustaka Setia), hal. 230.

(14)

memunculkan dua atau lebih alternatif pilihan, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, harus tersedia beberapa alternatif pilihan.9

Keputusan pembelian adalah tindakan yang dilakukan konsumen untuk melakukan pembelian sebuah produk. Oleh karena itu, pengambilan keputusan pembelian konsumen merupakan suatu proses pemilihan salah satu dari beberapa alternatif penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang nyata.

Setelah itu konsumen dapat melakukan evaluasi pilihan dan kemudian dapat menentukan sikap yang akan diambil selanjutnya.10

Menurut Joko Susanto menyebutkan bahwa latar belakang seseorang dalam memilih makanan pada umumnya berasal dari dua sumber, yaitu : 1. Dari lingkungan tempat tinggal dimana dia hidup dan dibesarkan dan, 2. Dari lingkungan sekitar yang mempengaruhi langsung kepada dirinya

maupun melalui keluarganya.11

Makanan tradisional memiliki arti suatu makanan rakyat sehari-hari, baik berupa makanan pokok, selingan, atau sajian khusus yang sudah ada secara turun-temurun dari zaman nenek moyang.12 Menurut Satroamidjojo dalam Eliazer makanan tradisional merupakan makanan yang biasa dimakan sejak beberapa generasi, terdiri dari hidangan yang cocok dengan selera, tidak

9 Hamni Fadlilah Nasution, Pengaruh Kemudahan dan Harga terhadap Keputusan Pembelian Produk Pakaian Secara Online. Jurnal Ilmu Manajemen dan Bisnis Islam. Vol. 4, No. 1, Januari-Juni 2018, hal. 28.

10 Dedy Ansari Hararap, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen di Pajak USU (PAJUS) Medan, Jurnal Keuangan dan Bisnis, Vol.

7, No. 3, November 2015, hal. 227.

11 Galuh Putri Hardikna Sempati, 2017, Jurnal. Persepsi dan Perilaku Remaja terhadap Makanan Tradisional dan Makanan Modern, hal. 4.

12 Arief Setiabudi, 2016, Jurnal. Pengembangan Ensiklopedi Makanan Tradisional daerah Istimewa Yogyakarta, hal. 12.

(15)

bertentangan dengan agama, kepercayaan masyarakat setempat serta terbuat dari bahan makanan serta bumbu-bumbu yang tersedia di berbagai tempat.

Makanan tradisional terbentuk oleh proses perkembangan yang berjalan bertahun-tahun, yakni proses penyesuaian antara makanan yang kita konsumsi dengan jenis-jenis bahan makanan yang ada serta bentuk aktifitas yang dijalankan masyarakat setempat. Kebiasaan makan masyarakat di masa lampau salah satunya dengan makan makanan tradisional. Saat itu kehidupan masih didominasi oleh suasana tradisional sehingga semua aktifitas masih serba santai dan relatif nyaman.13

Pada saat sekarang kuliner khas dari Kota Bukittinggi sangat mudah untuk kita temukan, karena kulinernya yang khas dan sudah diketahui oleh khalayak umum dimana harus menemukannya. Seperti sanjai, dimana banyak orang mengkonsumsi makanan ini, baik dari masyarakat asli Bukittinggi maupun masyarakat dari luar bukittinggi termasuk juga dari masyarakat manca negara.

Sanjai adalah sejenis peganan kerupuk dari singkong yang diparut tipis lalu di goreng dan diberi garam sebagai penyedapnya. Kerupuk sanjai sangat populer sebagai makanan oleh-oleh khas Kota Bukittinggi. Kerupuk sanjai ini memiliki beberapa macam rasa diantaranya kerupuk sanjai tawar, kerupuk sanjai saka, dan kerupuk sanjai balado.

Konsumen merupakan orang yang sangat penting bagi seorang pengusaha karena mereka yang mampu mengembangkan sebuah bisnis.

13 Galuh Putri Hardikna Sempati , 2017, Jurnal. Persepsi dan Perilaku Remaja terhadap Makanan Tradisional dan Makanan Modern, hal. 2-3.

(16)

Seperti apapun perilaku yang dimiliki oleh seorang konsumen, seorang pengusaha biasanya akan mengalah dan melayani konsumen tersebut agar terjadi sebuah proses pembelian yang memuaskan. Perilaku setiap konsumen dapat berbeda-beda karena adanya berbagai hal yang mempengaruhi. Baik pengaruh dari dalam konsumen itu sendiri maupun dari luar. Begitu juga dengan konsumen karupuak sanjai ini. Apa yang selalu membuat para konsumen muslim ini selalu memilih membeli karupuak sanjai ini ketimbang makanan lainnya untuk dijadikan sebagai camilan.

Pertimbangan dari konsumen itu sendiri pasti di dasari oleh faktor- faktor yang akan mempengaruhi keputusan akhir dari konsumen untuk menentukan mana yang akan mereka pilih untuk dikonsumsi. Maka dari itu menurut Kotler dan Keller faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut terbagi atas empat hal, diantaranya; faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi, dan faktor psikologis. Dari keempat faktor tersebut, maka faktor budaya dianggap paling besar pengaruhnya terhadap keinginan dan perilaku seseorang. Elemen dan kunci dari dari faktor budaya itu adalah agama, dan aspek budaya ini dapat mempengaruhi perilaku dan keputusan membeli.

Johnstone menyatakan bahwa pada umumnya agama mengatur tentang apa-apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang untuk dilakukan, termasuk perilaku konsumsi, yang mana pernyataan ini dikutip oleh Shafie dan

(17)

Othman.14 Sistem bahwa agama mengatur segala hal diformalkan oleh lembaga agama. Sistem tersebut diajakarkan pada setiap generasi. Schiffman dan Kanuk juga menyatakan bahwa keputusan untuk membeli dipengaruhi oleh identitas agama mereka. Adanya pengaruh unsur agama dalam keputusan membeli konsumen, maka konsumen muslim dalam mengambil keputusan untuk mengkonsumsi sesuatu tidak hanya memperhatikan dari segi kebutuhan dan biaya yang harus dikeluarkan tetapi yang paling penting adalah sejauh mana barang yang dikonsumsi memberikan maslahah secara maksimum.

Dalam mengambil keputusan pembelian karupuak sanjai ini, seperti yang kita lihat di Kota Bukittinggi banyak masyarakat lokal maupun luar yang sangat menyukai jenis makanan ini sebagai oleh-oleh dan camilan di rumah.

Begitu juga konsumen muslim yang ramai mengkonsumsi karupuak sanjai ini, yang mana produknya halal untuk dikonsumsi, tidak mengeluarkan banyak biaya, dan sukar untuk ditemukan. Sebagai umat muslim yang memiliki aturan yang sangat jelas mengenai halal dan haram suatu produk, sudah hakikatnya konsumen muslim terlindungi dari produk-produk makanan yang tidak halal atau tidak jelas kehalalannya.

Dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi konsumen muslim untuk membeli atau mengkonsumsi karupuak sanjai ini, baik itu dari faktor kehalalan produk, baik lagi toyyib, dan faktor lain yang berhubungan dengan agama Islam. Selain itu, dengan banyaknya tempat yang dapat dikunjungi untuk membeli karupuak sanjai, tentu ada faktor yang membuat konsumen

14 Nurul Huda, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Produk Halal pada Kalangan Mahasiswa Muslim, Jurnal. Ekonomi dan Keuangan, Vol. 2, No. 2, Juni 2018, hal. 250.

(18)

muslim ini menentukan keputusan pembelian disana. Diantaranya ada faktor budaya sebagai faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang, faktor sosial sebagai faktor pengaruh dari orang sekitar konsumen, faktor pribadi dari konsumen itu sendiri dan faktor psikologis yang didasari oleh motivasi, persepsi, proses belajar serta kepercayaan dan sikap yang di dapatkan oleh konsumen.

Berdasarkan keterangan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan menuangkannya dalam skripsi yang berjudul yaitu:

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Muslim Terhadap Makanan Tradisional “Karapuak Sanjai” di Kota Bukittinggi.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan masalah pada latar belakang diatas, maka penulis mengidentifikasi masalah yaitu

1. Apakah konsumen muslim ini menjadikan isu-isu agama sebagai dasar pengambilan keputusan makanan tradisional karupuak sanjai ini.

2. Apakah tempat penjualan dari karupuak sanjai ini dijadikan dasar bagi konsumen muslim sebagai dasar pengambilan keputusan.

3. Apakah faktor-faktor dalam keputusan konsumen ini mempengaruhi pilihan akhir dari konsumen muslim itu sendiri terhadap makanan tradisional karupuak sanjai.

(19)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen muslim terhadap makanan tradisional “ Karapuak Sanjai” di Kota Bukittinggi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah yaitu: Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen muslim terhadap makanan tradisional “ Karupuak Sanjai” di Kota Bukittinggi?

E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yaitu: Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen Muslim terhadap makanan tradisional “ Karupuak Sanjai” di Kota Bukittinggi ini.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut:

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk memenuhi persyaratan pembuatan skripsi guna mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE).

b. Manfaat Teoritis

Secara teoritis melalui penelitian ini diharapkan memberikan bukti empiris sehingga dapat dijadikan referensi dan pertimbangan bagi perkembangan penelitian selanjutnya dibidang yang sama.

(20)

c. Manfaat Praktis

Secara praktis dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan bagi instansi terkait seperti tempat penjualan sanjai dan pemerintah.

F. Penjelasan Judul

Untuk menghindari kekeliruan dan memperoleh pengertian yang sama, maka penulis akan menjelaskan judul penelitian tentang ANALISIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN

KONSUMEN MUSLIM TERHADAP MAKANAN TRADISIONAL

“KARUPUAK SANJAI” DI KOTA BUKITTINGGI

Analisis : Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.15

Faktor-faktor : Hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu.16

Keputusan : Perihal yang berkaitan dengan putusan, segala putusan yang telah ditetapkan (sesudah dipertimbangkan, dipikirkan, dan sebagainya).

Konsumen : Pemakai barang hasil produksi baik itu bahan pakaian, makanan, dan sebagainya.17

Muslim : Orang yang menganut agama Islam.

15 Kamus Besar Bahasa Indonesia.

16 Kamus Besar Bahasa Indonesia.

17 Kamus Besar Bahasa Indonesia.

(21)

Makanan Tradisional : Suatu makanan rakyat sehari-hari, baik berupa makanan pokok, selingan, atau sajian khusus yang sudah ada secara turun-temurun dari zaman nenek moyang.18

Dari penjelasan judul di atas dapat disimpulkan bahwa makna dari judul yang akan diteliti adalah penyelidikan terhadap suatu keadaan yang mempengaruhi segala keputusan yang telah ditetapkan oleh pemakai barang hasil produksi yaitu seorang muslim perihal dalam mengambil putusan yang harus ditentukan dalam membeli makanan.

18 Arief Setiabudi, 2016, Jurnal. Pengembangan Ensiklopedi Makanan Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta, Hal. 12.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsumsi dalam Islam

1. Pengertian Konsumsi dalam Islam

Konsumsi berasal dari bahasa inggris, yaitu to consume atau bahasa belanda yakni consumptie yang berarti memakai atau menghabiskan.

Konsumsi ialah suatu kegiatan yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.19

Menurut Hananto dan Sukarto T.J konsumsi adalah bagian dari penghasilan yang dipergunakan membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup. Albert C. Mayers mengatakan bahwa konsumsi adalah penggunaan barang dan jasa yang berlangsung dan terakhir untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Adapun menurut ilmu ekonomi, konsumsi adalah setiap kegiatan yang memanfaatkan, menghabiskan kegunaan barangdan jasa untuk memenuhi kebutuhan dalam upaya menjaga kelangsungan hidup.20

Konsumsi Islam senantiasa memperhatikan halal-haram, kaidah, hukum dan syariat, sehingga konsumsi tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Para Fuqaha menjadikan makanan hal-hal yang baik kedalam

19 Abdul Ghofur, 2017, Pengantar Ekonomu Syariah Konsep Dasar, Paradigma, Pengembangan Ekonomi Syariah, (Depok: PT RajaGrafindo Persada), hal. 75.

20 Sukarno Wibowo dan Dedi Supriadi, 2013, Ekonomi Mikro Islam, (Bandung:

CV Pustaka Setia), hal. 225.

(23)

empat tingkatan. Pertama, wajib yakni mengkonsumsi sesuatu yang dapat menghindarkan diri dari kebinasaan. Kedua, sunnah yakni mengkonsumsi lebih dari kadar agar dapat melaksanakan ibadah kepada Allah. Ketiga, mubah yakni menyenangkan badan. Keempat, konsumsi melebihi batas kenyang.

Tujuan utama dari konsumsi bagi seorang muslim ialah sebagai sarana penolong untuk beribadah kepada Allah. Konsumsi dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah akan memiliki indikasi positif dalam kehidupannya dengan begitu ia akan terjauhi dari sifat egois, sehingga seorang muslim akan senantiasa menafkahkan hartanya untuk kerabat dekatnya, fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkannya.21

2. Dasar Hukum Konsumsi dalam Islam a. Dasar Hukum dalam Al-Qur‟an

Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar dalam melakukan aktivitas konsumsi mengambil yang halal dan toyyib, sebagaimana disebutkan pada surat Al-Baqarah (2): 168, yang berbunyi:

ْىُكَن ََُِّّإ ۚ ٌِبَطَّْٛشنا ِدإَُطُخ إُعِجَّزَر َلًَٔ باجَِّٛط الً َلََح ِضْزَ ْلْا ِٙف بًَِّي إُهُك ُضبَُّنا بََُّٓٚأ بَٚ

ٍِٛجُي ٌُّٔدَع

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (Al-baqarah: 168).

As-Sa‟di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa makna “Halalan”

pada ayat di atas adalah yang halal sumber mendapatkannya, bukan

21 Damanhur dan Rahmatullah, Pengaruh Pola Konsumsi Islami terhadap Prestasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh, Jurnal Ekonomi Manajemen dan Bisnis, Vol. 19, No. 2, Oktober 2018, hal.

137.

(24)

dari rampasan maupun curian, bukan pula diperoleh dari transaksi bisnis yang diharamkan, atau bentuk-bentuk lainnya yang diharamkan seara syariat Islam. Sedangkan “Tayyiban” maksudnya adalah baik secara zat yaitu barang yang dikonsumsi itu bukan bangkai, darah, daging babi, dan seluruh hal yang kotor dan jorok lainnya. Kemudian diperingatkan pula pada lanjutan ayat supaya jangan mengikuti langkah-langkah setan, sebab setan adalah musuh yang nyata bagi manusia, kalau setan mengajak pada suatu langkah pastilah berujung pada kesesatan.22

Ayat yang juga senada dengan ayat diatas adalah firman Allah SWT dalam surat Al-A‟raf (7): 157, yang berbunyi:

َلُٕسَّسنا ٌَُٕعِجَّزَٚ ٍَِٚرَّنا ِمِٛجَِْ ْلْأَ ِحاَزَّْٕزنا ِٙف ْىَُْدُِْع باثُٕزْكَي ََُُّٔدِجَٚ ِ٘رَّنا َِّّٙيُ ْلْا َِّٙجَُّنا

َثِئبَجَخْنا ُىَِْٓٛهَع ُوِّسَحَُٚٔ ِدبَجَِّّٛطنا ُىَُٓن ُّمِحَُٚٔ ِسَكًُُْْنا ٍَِع ْىُْبَََُْٓٚٔ ِفُٔسْعًَْنبِث ْىُُْسُيْأَٚ

ْىَُُْٓع ُعَضََٚٔ

َْلْأَ ْىَُْسْصِإ ِ٘رَّنا َزُُّٕنا إُعَجَّرأَ ُُِٔسَرَََٔ ُُِٔزَّصَعَٔ ِِّث إَُُيَ ٍَِٚرَّنبَف ۚ ْىَِْٓٛهَع ْذََبَك ِٙزَّنا َل َلَْغْل

ٌَُٕحِهْفًُْنا ُىُْ َكِئََٰنُٔأ ۙ َُّعَي َلِصَُْأ Artinya: “ (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati teetulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepada-Nya, memuliakan-Nya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al- Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Wahbah Zuhaili seorang ahli tafsir kontemporer mengatakan, al- khabaits adalah yang jelek menurut kebiasaan yang benar dan tertolak

seperti bangkai, darah, babi dan sembelihan karena selain Allah.

22 Fordebi dan Adesy, 2016, Ekonomi dan Bisnis Islam Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), hal. 319.

(25)

Sedangkan al-khabaits pada harta adalah yang diambil tanpa hak, seperti riba, risywah (sogokan), pencurian, penipuan dan yang lainnya dari usaha yang diharamkan.23

Landasan syariah lainnya yaitu firman Allah dalam surat Al- Maidah (5): 88, yang berbunyi:

ُىُكَقَشَز بًَِّي إُهُكَٔ

ٌَُُِٕي ْؤُي ِِّث ْىُزََْأ ِ٘رَّنا َ َّاللَّ إُقَّرأَ ۚ باجَِّٛط الً َلََح ُ َّاللَّ

Artinya: “Dan makanlah yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepada kamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu terhadap-Nya adalah muslimin.

Pada ayat ini ditegaskannya perintah memakan yang halal dan juga tercegah pulalah dari praktik-praktik keberagaman yang melampaui batas. Yang dimaksudkan dengan kata makan pada ayat ini adalah segala aktivitas manusia, disamping dia juga merupakan kebutuhan pokok manusia juga karena makanan mendukung aktivitas manusia.

Tanpa makan manusia lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas.24 b. Dasar Hukum dalam Hadist

Perintah konsumsi ini juga terdapat dalam hadist, yang berbunyi:

َج ٍَْع ِِّٛثَأ ٍَْع ٍتَْٛعُش ٍِْث ِٔسًَْع ٍَْع إُهُك َىَّهَسَٔ َِّْٛهَع ُ َّاللَّ َّٗهَص ِ َّاللَّ ُلُٕسَز َلبَق َلبَق ِِِّد

خَهِٛخَي َلًَٔ ٍفاَسْسِإ ِسَْٛغْل ِٙف إُسَجْنأَ إُقَّدَرَرَٔ

ٙئِبَسَُّنا ُِأََز(

Artinya: “Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Makan dan minumlah, bersedekahlah seta berpakainlah dengan tidak berlebihan dan tidak sombong”. (HR. Nasa‟i).

Hadist lain yang berkaitan juga dengan konsumsi ini yaitu:

23 Fordebi dan Adesy, 2016, Ekonomi dan Bisnis Islam Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), hal. 320.

24 Muhammad Quraish Shihab, 2002, Tafsir Al-Mishbah Pesan, Kesan dan Keseharian al-Qur’an, (Jakarta : Lentera Hati), hal. 231.

(26)

َلً تَِّٛط َاللَّ ٌَِّإ ُضبَُّنا بََُّٓٚأ َىَّهَسَٔ َِّْٛهَع ُاللَّ َّٗهَص ِاللَّ َلُٕسَز َسَيَأ َاللَّ ٌَِّإَٔ باجَِّٛط َّلًِإ ُمَجْقَٚ

احِنبَص إُهًَْعأَ ِدبَجَِّّٛطنا ٍِْي إُهُك ُمُسُّسنا بََُّٓٚأ بَٚ َلبَقَف ٍَِٛهَسْسًُْنا ِِّث َسَيَأ بًَِث ٍَُِِْٛيْؤًُْنا بًَِث َِِّٙإ ب

ِي إُهُك إُُيَ ٍَِٚرَّنا بََُّٓٚأ بَٚ َلبَقَٔ ىِٛهَع ٌَُٕهًَْعَر َسَفَّسنا ُمِٛطُٚ َمُجَّسناَسَكَذ َّىُث ْىُك بَُْقَشَز بَي ِدبَجَِّٛط ٍْ

ُُّسَجْهَئَ واَسَح ُُّثَسْشَئَ واَسَح ًَُُّعْطَئَ ِّةَز بَٚ ِّةَز بَٚ ِءبًََّسنا َٗنِإ َِّْٚدَٚ ُّدًَُٚ َسَجْغْلَأ َثَعْشَأ واَسَح

ِنَرِن ُةبَجَزْسُٚ َََّٗأَف ِواَسَحْنبِث َِ٘رُغْلَٔ

َك

Artinya: “Nabi SAW bersabda: “Wahai manusia! Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Ia memerintahkan pada orang-orang yang beriman apa yang di perintahkan pada para utusan.” Kemudian baca ayat “Wahai para utusan, makanlah dari yang baik dan beramalah yang baik, karena sesungguhnya kami mengetahui apa yang kalian kerjakan.” Baca ayat lagi “Makanlah sesuatu yang baik dari apa yang kami rezekikan padamu.” Kemudian Nabi menuturkan ada seorang laki-laki yang beoergian jauh, rambutnya acak-acakan dan kotor. Dia menengedahkan kedua tangannya ke atas seraya berdoa: “Wahai Tuhanku, Wahai Tuhanku, sedang yang dimakan dan yang di minum yang di pakai adalah berasal dari yang haram, mana mungkin doanya diterima.”

Maksud Allah menekankan perintah pentingnya memakan makanan yang bergizi disamping halal adalah karena untuk kebaikan manusia itu sendiri. Makanan bergizi merupakan makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk memperoleh kualitas kesehatan yang baik berarti sangat berpengaruh terhadap kualitas akal dan rohaninya. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam khotbahnya yang artinya “Dan untuk badanmu ada haknya bagimu”.

Dalam hadist lain juga ditemukan mengenai kehalalan dalam konsumsi, seperti yang berbunyi dibawah ini:

سجًُنا ٗهع لُٕقَٚ ٍسِٛشَث ٍث ٌَبًعُُّنا ُذعًَِس لبق َِّٗجعّشنا ٍَِع حَدِئاَش ِٗثَأ ٍِث بَِّٚسَكَش ٍَْع اللَّ لٕسز ذعًس َّٛذأ ٗنإ ّٛعجصأث ْٖٕأٔ

– ىّهسٔ ّٛهع اللَّ ّٗهص –

ٍّٛث للَحنا :لٕهقٚ

ٓجّشنا ٗقّرا ًٍف ضبُّنا ٍي سثك بًٓهعٚ لً دبٓجزشي بًُٓٛثٔٔ ٍّٛث واسحنأ

َّدن أسجزسا دب

لًأ ّٛف عرسٚ ٌأ كشٕٚ ًٗحنا لٕح ٗعاّسنبك واسحنا ٗف عقٔ دبٓجّشنا ٗف عقٔ ٍئ ّضسعٔ

حهص ذحهص اذإ خغضي دسجنا ٗف ٌّإٔ لًأ ّيز بحي اللَّ ًٗح ٌّإٔ لًأ ًٗح كهي ّمكن ٌّإٔ

ّٛهع قفّزي ِأز( تهقنا لًأ ّّهك دسجنا دسف اذإٔ ّّهك دسجنا)

(27)

Artinya: “Dari Zakaria bin Abi Zaidah dari al-Sya’bi berkata:

saya mendengar Nu’man bin basyir berkata di atas mimbar dan ia mengarahkan jarinya pada telinganya, saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Halal itu jelas, haram juga jelas, diantara keduanya itu subhat, kebanyakan manusia tidak mengetahui, maka barang siapa menjaga diri dari barang subhat, maka ia telah bebas untuk agama dan kehormatannya, barang siapa yang terjerumus dalam subhat maka ia seperti penggembala disekitar tanah yang dilarang yang dikhawatikan terjerumus. Ingatlah sesungguhnya bagi setiap pemimpin daerah larangan. Larangan Allah adalah yang diharamkan oleh Allah, ingatlah bahwa sesungguhnya dalam jasad terdapat segumpal daging , jika baik maka baiklah seluruhnya, jika jelek maka jeleklah seluruh tubuhnya, ingatlah itu adalah hati.” (HR. Muttafaqun Alaih).

3. Prinsip Konsumsi dalam Islam

Menurut Manan terdapat lima prinsip konsumsi dalam Islam, yaitu:

a. Keadilan, prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari rezeki yang halal dan tidak dilarang hukum.

b. Kebersihan, prinsip ini mengatur bahwa makanan harus baik dan cocok untuk dimakan, tidak kotor, ataupun menjijikan sehingga merusak selera.

c. Kesederhanaan, prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makan dan minuman yang tidak berlebihan.

d. Kemurahan hati, dengan menaati perintah Islam, tidak ada bahaya dan dosa ketika memakan dan meminum makanan halal.

e. Moralitas, prinsip ini mengajarkan untuk menyebut nama Allah SWT sebelum makan dan menyatakan terima kasih kepada-Nya setelah makan.25

25 Sukarno Wibowo dan Dedi Supriadi, 2013, Ekonomi Mikro Islam, (Bandung:

CV Pustaka Setia), hal, 233.

(28)

4. Kegiatan Konsumsi dalam Islam

a. Tidak boleh berlebih-lebihan, jika manusia dilarang untuk berlebih- lebihan itu berarti manusia sebaiknya melakukan konsumsi seperlunya saja. Pola konsumsi Islam lebih didorong oleh fakta kebutuhan (needs) daripada keinginan (wants).

b. Mengkonsumsi yang halal dan toyyib, konsumsi seorang muslim dibatasi pada barang-barang yang halal dan tayyib. Tidak ada permintaan terhadap barang haram. Barang yang sudah dinyatakan haram untuk di konsumsi otomatis tidak lagi memiliki nilai ekonomi, karena itu tidak boleh diperjual belikan. Sedangkan barang yang halal ini tidak boleh di konsumsi sebanyak yang diinginkan, harus dibatasi sebatas cukupnya (keperluan), demi menghindari kemewahan, berlebih-lebihan dan kemubadziran.26

5. Etika Konsumsi dalam Islam

Etika konsumsi dalam Islam adalah sebagai berikut:

a. Tauhid (Unity/Kesatuan)

Dalam perspektif Islam, kegiatan konsumsi dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT, sehingga senantiasa berada dalam hukum Allah (syariah).

b. Adil (Equilibrium/Keadilan)

26 Novi Indriyani Sitepu, Perilaku Konsumsi Islam di Indonesia, Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam, Vol. 2, No. 1, Maret 2016, hal. 99.

(29)

Pemanfaatan atas karunia Allah tersebut harus dilakukan secara adil sesuai dengan syariah, sehingga di samping mendapatkan keuntungan materil, ia juga sekaligus merasakan kepuasan spritual.

c. Free Will (Kehendak Bebas)

Atas segala karunia yang diberikan oleh Allah, manusia dapat berkehendak bebeas, namun kebebasan ini tidaklah berarti manusia terlepas dari qadha dan qhadar yang merupakan hukum sebab akibat yang didasarkan pada pengetahuan dan kehendak Allah. Sehingga kebebasan dalam melakukan aktifitas haruslah tetap memiliki batasan agar jangan sampai menzalimi pihak lain.

d. Amanah (Responsibility/ Pertanggungjawaban)

Manusia merupakan khalifah atau pengemban amanat Allah.

Manusia diberi kekuasan untuk melaksaakan tugas kekhalifahan ini dan untuk mengambil keuntungan dan manfaat sebayak-banyaknya atas ciptaan Allah SWT.

e. Halal

Dalam kerangka acuan Islam, barang-barang yang dapat dikonsumsi hanyalah barang-barang yang menunjukan nilai-nilai kebaikan, kesucian, keindahan, serta akan menimbulkan kemaslahatan untuk umat baik secara materil maupun spiritual.

f. Sederhana

Islam sangat melarang perbuatan yang melampaui batas (israf), termasuk pemborosan dan berlebih-lebihan (bermewah-mewahan),

(30)

yaitu membuang-buang harta dan menghambur-hamburkannya tanpa faedah serta manfaat dan hanya mempeturutkan hawa nafsu semata.

Allah SWT akan sangat mengecam setiap perbuatan yang melampaui batas. 27

B. Perilaku Konsumsen

1. Pengertian Perilaku Konsumsen

Dalam konsep ekonomi konvensional, perilaku konsumsi adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian barang dan jasa demi memenuhi kebutuhan keinginan. Menurut Engel, et al, perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan menghabiskan barang dan jasa, termasuk keputusan mendahului dan menyusuli tindakan ini. Sedangkan menurut Kotler, perilaku konsumen adalah perilaku konsumen yang dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis.28

Swastha dan Hardoko menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang-barang dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan kebutuhan pada persiapan dan penentu kegiatan-kegiatan tersebut. Sementara Mowen menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah studi tentang unit pembelian dan proses pertukaran yang melibatkan

27 Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, 2010, Teori Mikro Ekonomi Suatu Perbandingan Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional, (Jakarta: Kencana), hal. 87- 90.

28 Aldila Septiana, Analisis Perilaki Konsumsi dalam Islam, Jurnal.Dinar Ekonomi Syariah, Vol. 1, No. 1, Agustus 2016, hal. 4.

(31)

perolehan, konsumen dan pembuangan, barang, jasa, pengalaman serta ide-ide. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Perilaku Konsumen adalah tindakan yang langsung yang dilakukan konsumen dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan tersebut.29

Perilaku konsumsi semestinya dapat memperhatikan aspek-aspek yang tergolong kebutuhan primer (dharuriyat) kemudian sekunder (hajjiyat) dan tersier (tahsiniyat) sesuai dengan semangat al-maqashid asy-syari’ah, sehingga dalam memenuhi kebutuhan seorang konsumen lebih mengedepankan aspek kebutuhan dari pada aspek keinginan demi membatasi kebutuhan dan keinginan manusia yang sifatnya senantiasa tidak terbatas. Dalam pandangan Islam perilaku konsumsi harus menghindari perilaku israf dan tabzir dalam menggunakan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup, sebagai rambu-rambu dalam konsumsi pangan semestinya manusia secara umum dan muslim secara khusus untuk senantiasa menjaga unsur ke halalan dan ke tayyiban dalam konsumsi sebagai langkah untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Perilaku konsumsi dalam ekonomi Islam bertujuan untuk tercapainya aspek materil dan aspek spritual dalam konsumsi, kedua aspek tersebut akan tercapai dengan menyeimbangkan antara nilai guna total (total utility) dan nilai guna marginal (marginal utility) dalam konsumsi. Sehingga setiap muslim

29 Adnan, 2018, Pengaruh Perilaku Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Susu Morinaga di Kota Lhokseumawe, Jurnal. Visioner dan Strategis, Vol. 7, No.2, hal. 3.

(32)

akan berusaha memaksimumkan nilai guna dari tiap barang yang di konsumsi, yang akan menjadikan dirinya semakin baik dan semakin optimis dalam menjalani hidup dan kehidupan.30

2. Jenis-jenis Perilaku Konsumen

Adapun jenis-jenis perilaku konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan dan tingkat perbedaan menurut Kotler dan Armstrong yaitu:

a. Perilaku Pembelian Kompleks (Complex Buying Behavior)

Perilaku pembelian konsumen dalam situasi yang ditentukan oleh keterlibatan konsumen yang tinggi dalam pembelian dan perbedaan yang dianggap signifikan antara merek.

b. Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi (Dissonance-Reducing Buying Behavior)

Perilaku pembelian konsumen dalam situasi yang mempunyai karakter keterlibatan tinggi tetapi hanya ada sedikit anggapan perbedaan antara merek.

c. Perilaku Pembelian Kebiasaan (Habitual Buying Behavior)

Perilaku pembelian konsumen dalam situasi yang mempunyai karakter keterlibatan konsumen rendah dan anggapan perbedaan merek sedikit.

d. Perilaku Pembelian Mencari Keragamaan (Variety Seeking Buying Behavior)

30 Novi Indriyani Sitepu, Perilaku Konsumsi Islam di Indonesia, Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam, Vol. 2, No. 1, Maret 2016, hal. 103.

(33)

Perilaku pembelian konsumen yang mempunyai karakter keterlibatan konsumen yang rendah tetapi dengan anggapan perbedaan merek yang signifikan.31

3. Sifat Perilaku Konsumen

Menurut Peter dan Olson, sifat dari perilaku konsumen dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

a. Perilaku konsumen bersifat dinamis karena pemikiran, perasaan dan tindakan individu konsumen, kelompok target konsumen, dan masyarakat luas berubah secara konstan.

b. Perilaku konsumen melibatkan interaksi antara pemikiran sesorang, perasaan, dan tindakan serta lingkungan.

c. Perilaku konsumen melibatkan pertukaran, dengan kata lain seseorang memberikan sesuatu yang bernilai kepada yang lainnya dan menerima sesuatu sebagai imbalannya.32

C. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian Konsumen Banyak perusahaan yang meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menyatakan apa produk yang sedang diminati oleh konsumen, bagaimana konsumen membeli, berapa banyak yang dibeli oleh konsumen, mengapa konsumen membeli produk tersebut. Salah satu cara yang

31 Adnan, 2018, Pengaruh Perilaku Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Susu Morinaga di Kota Lhokseumawe, Jurnal. Visioner dan Strategis, Vol. 7, No.2, hal.

4.

32 Wahyuni Putri Kasbella, dkk, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen terhadap Produk Kosmetik Jafra, Jurnal. E-Proceding of Management, Vol. 4, No. 1, April 2017, hal. 3.

(34)

tepat untuk mengetahui hal tersebut yaitu dengan cara mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi pembelian.33

Menurut Kotler dan Keller, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen itu sendiri adalah sebagai berikut:

1. Faktor Budaya

Faktor budaya merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya bertindak berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umunya dipelajari.34 Faktor budaya dipengaruhi oleh budaya, sub budaya dan kelas sosial.

Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar.

Budaya juga merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan tingkah laku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dan keluarga dan lembaga penting lainnya.

Menurut Schifman dan Kanuk budaya adalah keseluruhan kepercayaan, nilai-nilai, dan kebiasaan yang mempelajari yang membantu mengarahkan perilaku konsumen para anggota masyarakat tertentu.

Budaya memperlengkapi orang dengan rasa identitas dan pengertian akan perilaku yang dapat diterima di dalam masyarakat. Budaya merupakan karakter yang penting dari suatu sosial yang membedakan dari kelompok kultur lainnya. Apa yang dimakan seseorang, bagaimana mereka

33 Hamni Fadlilah Nasution, Pengaruh Kemudahan dan Harga terhadap Keputusan Pembelian Produk Pakaian Secara Online, Jurnal Ilmu Manajemen dan Bisnis Islam, Vol. 4, No. 1, Januari-Maret 2018, hal. 28.

34 Nugroho J. Setiadi, 2013, Perilaku Konsumen Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen, (Jakarta: Kencana), hal. 10.

(35)

berpakaian, apa yang mereka pikirkan dan rasakan, bahasa apa yang mereka bicarakan adalah dimensi dari kultur.35

2. Faktor Sosial

Dalam faktor sosial, kelompok referensi, keluarga, peran sosial dan status mempengaruhi perilaku pembelian. Kelompok referensi (reference group) adalah semua kelompok yang mempunyai penagruh langsung

(tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Menurut Assel kelompok rujukan atau kelompok referensi adalah kelompok yang berfungsi sebagai poin rujukan bagi individu dalam membentuk kepercayaan, sikap dan perilakunya. Adapun jenis-jenis kelompok referensi menurut Engel, et al :

a. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder

Kelompok primer merupakan kelompok dengan interaksi yang tidak terbatas, sesama anggotanya sudah saling mengenal dan memperlihatkan kesamaan yang mencolok dalam kepercayaan dan perilaku. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang interaksinya bersifat lebih sporadis, kurang komprehensif, dan kurang berpengaruh dalam membentuk gagasan dan perilaku.36

b. Kelompok Aspirasi dan Kelompok Disosiatif

Kelompok aspirasi merupakan kelompok yang didalamnya terdapat keinginan untuk mempergunakan norma, nilai serta perilaku orang

35 Didin Kartikasari, dkk, Pengaruh Perilaku Konsumen terhadap Keputusan Pembelian, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, 2013, hal. 3.

36 Didin Kartikasari, dkk, Pengaruh Perilaku Konsumen terhadap Keputusan Pembelian, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, 2013, hal. 3.

(36)

lain. Sedangkan kelompok disosiatif adalah kelompok yang nilai- nilainya atau normanya berusaha dihindari oleh orang lain.

c. Kelompok Formal dan Kelompok Informal

Kelompok formal merupakan kelompok yang memiliki peraturan- peraturan yang tegas, organisasi dan stukturnya dimodifikasi secara tertulis dan hubungan antara anggotanya didasarkan pada aturan yang telah ditetapkan. Sedangkan kelompok informal merupakan kelompok dengan lebih sedikit stuktur dan mungkin didasarkan pada persahabatan atau persamaan-persamaan yang dimiliki anggotanya.

Menurut Engel keluarga adalah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih orang yang berhubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tinggal bersama. Sedangkan menurut Mangkunegara keluarga adalah suatu unit masyarakat yang terkecil yang perilakunya sangat mempengaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan. Macam-macam bentuk keluarga menurut Swastha dan Handoko yaitu:

a. Keluarga Inti (Nuclear Family), menunjukan lingkup keluarga yang meliputi ayah, ibu dan anak yang hidup secara bersama.

b. Keluarga Besar (Extended Family), yaitu keluarga inti ditambah dengan orang-orang yang memiliki ikatan saudara dengan keluarga tersebut, seperti kakek, nenek, paman, dan menantu.

Dalam menganalisis perilaku konsumen, faktor keluarga dapat berperan sebagai berikut:

a. Siapa yang mengambil inisiatif

(37)

b. Siapa yang memberi pengarah c. Siapa yang mengambil keputusan d. Siapa yang melakukan pembelian e. Pemakai.37

3. Faktor Pribadi

Faktor pribadi meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup pembeli, pekerjaan dan keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta gaya hidup dan nilai. Selera terhadap makanan, minuman, pakaian, rekreasi sering kali berhubungan dengan usia. Pekerjaan seseorang akan mengarahkan pada kebutuhan dan keinginan seseorang dalam mengkonsumsi barang maupun jasa yang diinginkan. Pekerjaan ini juga mempengaruhi pola konsumsi. Para pemasar berusaha untuk mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat lebih diatas rata-rata produk dan jasa yang mereka hasilkan.38

Menurut Simamora keadaan ekonomi sangat mempengaruhi pilihan produk. Pemasar yang produknya peka terhadap pendapatan dapat dengan seksama memperhatikan kecendrungan dalam pendapatan pribadi, tabungan dan tingkat bunga. Menurut Stanton kepribadian adalah pola ciri- ciri seseorang yang menjadi determinana (faktor penentu) dalam perilaku responnya. Kepribadian adalah respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan menurut Engel.

37 Didin Kartikasari, dkk, Pengaruh Perilaku Konsumen terhadap Keputusan Pembelian, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, 2013, hal. 4.

38 Didin Kartikasari, dkk, Pengaruh Perilaku Konsumen terhadap Keputusan Pembelian, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, 2013, hal. 4.

(38)

Menurut Suwarman gaya hidup menggambarkan pola dan perilaku seseorang, yaitu bagaimana ia hidup, menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya. Gaya hidup berbeda dengan kepribadian, walaupun berbeda gaya hidup dan kepribadian saling berhubungan. Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh nilai inti (Core Values), sistem kepercayaan yang mendasari sikap dan perilaku. Nilai inti

lebih dalam dari pada perilaku atau sikap dan menentukan pilihan dan keinginan seseorang pada tingkat dasar dalam jangka panjang.

4. Faktor Psikologis

Faktor ini didasari oleh motivasi, persepsi, proses belajar serta kepercayaan dan sikap yang di dapatkan oleh konsumen.39 Motivasi menurut American Encyclopedia adalah kecendrungan dalam diri seseorang yang mengakibatkan topangan dan tindakan. Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat diduga dari pengamatan tingkah laku manusia. Motivasai konsumen adalah keadaan di dala pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu tujuan.

Menurut Setiadi persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli diseleksi, diorganisasikan, dan diinterprestasikan. Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh

39 Nugroho J. Setiadi, 2013, Perilaku Konsumen Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan, dan Keinginan Konsumen, (Jakarta: Kencana), hal. 10-14.

(39)

pikiran dan lingkungan sekitarnya. Dan menurut Setiadi pembelajaran dapat dipandang sebagai proses dimana pengalaman menyebabkan perubahan dalam pengetahuan,sikap atau perilaku.40

D. Keputusan Pembelian

1. Pengertian Keputusan Pembelian

Menurut Schiffman, Kanuk keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, harus tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah pada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan. Assauri menyatakan bahwa keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatan- kegiatan sebelumnya.

Sedangkan menurut Kotler menyatakan bahwa keputusan pembelian adalah suatu proses penyelesaian masalah yang terdiri dari menganalisa kebutuhan dan keinginan, pencarian informasi, penilaian sumber-sumber seleksi tehadap alternatif pembelian, dan perilaku setelah pembelian.41 2. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan

Kotler mengemukakan proses pembelian tersebut melalui lima tahapan. Tahapan pembelian konsumen tersebut antara lain adalah:

40 Didin Kartikasari, dkk, Pengaruh Perilaku Konsumen terhadap Keputusan Pembelian, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, 2013, hal. 5.

41 Muhammad Rhendria Dinawan, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. IX, No. 3, Desember 2010, hal. 232.

(40)

a. Pengenalan Masalah (Problem Recognition)

Proses pembelian diawali dengan adanya masalah atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan situasi saat ini guna membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan.

b. Pencarian Informasi (Information Search)

Setelah konsumen merasakan adanya kebutuhan suatu barang atau jasa, selanjutnya konsumen mencari informasi baik yang disimpan dalam ingatan maupun informasi yang didapat dari lingkungan.

c. Evaluasi Alternatif (Validation of Alternativ)

Setelah informasi di peroleh, konsumen mengevaluasi berbagai alternatif pilihan dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

d. Keputusan Pembelian (Purchase Decision)

Konsumen yang telah melakukan pilihan terhadap berbagai alternatif biasanya membeli produk yang paling disukai, yang membentuk suatu keputusan untuk membeli.

e. Perilaku Pasca Pembelian (Post Purchase Behavior)

Kepuasan atau ketidak puasan konsumen terhadap suatu produk akan berpengaruh terhadap perilaku pembelian selanjutnya. Jika konsumen puas kemungkinan besar akan melakukan pembelian ulang dan begitu juga sebaliknya.42

42 Muhammad Rhendria Dinawan, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. IX, No. 3, Desember 2010, hal. 232-233.

(41)

E. Makanan Tradisional

Makanan tradisional memiliki artian suatu makanan rakyat sehari-hari, baik berupa makanan pokok, selingan, atau sajian khusus yang sudah ada secara turun-temurun dari zaman nenek moyang. Makanan ini hanya dikonsumsi oleh golongan etnik dari daerah terentu, diolah dari sumber daya (bahan) setempat dengan resep yang di peroleh secara turun-temurun yang sesuai dengan selera masyarakat tersebut. Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata menjelaskan bahwa makanan tradisional bisa disebut sebagai makanan khas daerah atau makanan khusu suatu daerah, yang merupakan salah satu unsur kebudayaan.43

Menurut Sastroamidjojo menyatakan bahwa makanan tradisional adalah makanan yang biasa dimakan sejak beberapa generasi, terdiri dari hidangan yang cocok dengan selera, tidak bertentangan dengan agama, kepercayaan masyarakat setempat serta terbuat dari bahan makanan serta bumbu-bumbu yang tersedia setempat.

Menurut Prof. Murdijati Gardjito, Guru Besar Teknologi Pangan dari UGM, makanan tradisional adalah “makanan yang diolah dari bahan pangan hasil produksi setempat, dengan proses yang telah dikuasai masyarakat dan hasilnya adalah produk yang citarasa, bentuk dan cara makannya dikenal, digemari, dirindukan, bahkan menjadi penciri kelompok masyarakat tertentu.

Menurut Sosrodiningrat ciri-ciri dari makanan tradisional ini bisa dijabarkan sebagai berikut:

43 Arief Setiabudi, 2016, Jurnal. Pengembangan Ensiklopedi Makanan Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta, Hal. 12.

(42)

a. Resep makanan diperoleh secara turun-temurun dari generasi pendagulunya.

b. Pengolahan makanan menggunakan alat tradisional tertentu.

c. Teknik pengolahan makanan merupakan teknik yang harus dilakukan, untuk mendapatkan rasa maupun rupa yang khas dari makanan.44

Dimensi lain yang membatasi kriteria makanan tradisional adalah dimensi waktu. Yang dimaksudkan disini yaitu bahwa makanan tersebut telah mengakar di tengah-tengah masyarakat dan dikenal luas, baik itu cita rasa maupun bentuknya. Bisa jadi sebuah makanan itu telah berusia tua, diturunkan dari generasi ke generasi, tetapi hanya dikenal ekslusif dari sebuah keluarga misalnya, maka hal ini tidak termasuk memenuhi syarat sebagai makanan tradisional. Atau bisa jadi sebuah makanan tersebut sangat populer di kalangan masyarakat, semua orang bisa membuatnya dan menikmatinya, tapi tidak dikenal oleh generasi-generasi sebelumnya, maka hal ini juga tidak termasuk kepada makanan tradisional. Maka makanan tradisional yang memenuhi syarat itu mestilah dikenal secara luas dan diturunkan dari generasi ke generasi sebelumnya dan diwariskan kembali kepada generasi selanjutnya.

Dari pengertian tersebut maka makanan tradisional adalah makanan yang biasa dimakan sejak beberapa generasi yang terdiri dari hidangan yang cocok dengan selera, tidak bertentangan dengan agama, kepercayaan masyarakat, serta terbuat dari bahan makanan dan bumbu-bumbu yang tersedia yang mencakup makanan pokok, lauk, termasuk sayuran yang selalu

44 Arief Setiabudi, 2016, Jurnal. Pengembangan Ensiklopedi Makanan Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta, hal. 13.

(43)

dimakan mendampingi makanan pokok, dan makanan selingan, disamping buah-buahan dan makanan tradisional merupakan implikasi sebuah proses sosial kebudayaan.45

F. Kajian Terdahulu

Sebelum melakukan penelitian ini, maka terlebih dahulu penulis mengamati dan mencermati hasil penelitian terdahulu yang relevan. Pertama yaitu, penelitian yang dilakukan oleh Eka Sri Mawanti (Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Alauddin Makassar, 2018), tentang “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen Muslim terhadap Pembelian Produk Makanan (Studi Restauran Pizza Hut Makassar)”, hasil penelitian ini yaitu variabel kebudayaan dan variabel sosial tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian produk makanan di Pizza Hut Makassar. Sedangkan variabel pribadi dan psikologis berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian produk makanan di Pizza Hut Makassar. Dan secara keseluruhan dari variabel secara simultas berpengaruh sigfikan terhadap keputusan pembelian produk makanan di Pizza Hut Makassar.46

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Adnan (Fakultas Ekonomi dan

Bisnis, Universitas Malikussaleh, 2018), tentang “Pengaruh Perilaku Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Susu Morinaga di Kota Lhokseumawe”, hasil penelitian ini menunjukan bahwa variable faktor

45 Galuh Putri Hardikna S, 2017, Jurnal. Persepsi dan Perilaku Remaja terhadap Makanan Tradisional dan Makanan Modern, Hal. 37.

46 Eka Sri Mawanti, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumen Muslim terhadap Pembelian Produk Makanan, 2018, hal. 74.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan masalah pokok yang diteliti, yaitu bagaimana strategi media gathering BEI dalam membangun citra perusahaan, maka tipe penelitian yang akan digunakan

Antonius David, Produser, yang lebih memahami proses produksi dari awal pra produksi hingga paska produksi karena tugas seorang produser adalah orang yang bertanggung jawab

Variabel bebas yaitu variabel kapasitas sumber daya manusia, pemanfaatan teknologi informasi, dan pengendalian intern secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

R ² sama dengan 0, maka tidak ada sedikit pun prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen independen yang digunakan

H 0 : variabel independent (inisiator, motivator, edukator, komunikator dan fasilitator) secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

Teknik tersebut digunakan untuk menguji hubungan antara kedua variabel yaitu variabel X kegiatan bermain peran makro dengan variabel Y Keterampilan Berbicara, dengan rumus

tidak mengalami masalah harganya Rp. 3) Kurangnya Feedback dari konsumen terhadap promosi yang sudah dilakukan perusahaan. Setelah promosi yang dilakukan oleh pihak dari pelaku

tes-retes, sedangkan untuk perhitungan analisis statistik dengan menggunakan korelasi Product Moment (program SPSS). Adapun data yang dikorelasikan untuk