• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERMODALAN USAHATANI TANAMAN PADI (Studi Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PERMODALAN USAHATANI TANAMAN PADI (Studi Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

RETNO ANJELINA NAINGGOLAN 160304112

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)

(Studi Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

RETNO ANJELINA NAINGGOLAN 160304112

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(3)
(4)
(5)

i

RETNO ANJELINA NAINGGOLAN (160304112/ AGRIBISNIS) dengan judul skripsi ANALISIS PERMODALAN USAHATANI TANAMAN PADI (Studi Kasus: Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai). Di bimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu Siti Khadijah Nasution, SP, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian bertujuan untuk menganalisis karakteristik sosial dan ekonomi petani padi, kebutuhan permodalan per hektar setiap petani padi, pengaruh faktor sosial ekonomi, cara dan sumber pengadaan modal usahatani padi, serta peranan pemerintah dalam pengadaan modal usahatani padi di daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, metode analisis pendapatan dan metode Analisis Regresi Linier Berganda. Karakteristik sosial dan ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan, tabungan, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan dan pengalaman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik sosial yaitu tingkat pendidikan dan pengalaman, sedangkan karakteristik ekonomi yaitu pendapatan, tabungan dan status kepemilikan lahan. Status kepemilikan lahan petani merupakan lahan sendiri. Total pendapatan petani padi sebesar Rp 83.404.704,29 per tahun.

Kemampuan petani dalam menabung dapat dikategorikan sedang dengan rata-rata jumlah tabungan Rp 19.941.581,72/tahun. Total Biaya yang dibutuhkan petani

dalam memenuhi kebutuhan modal usahatani tanaman padi yaitu sebesar Rp 27.350.191,89/ha per tahun, yang terdiri dari biaya variabel sebesar Rp 24.184.872,68/ha per tahun dan biaya tetap sebesar Rp 3.165.319/ha per tahun.

Tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan pendapatan, tabungan, status kepemilikan lahan dan pengalaman berpengaruh signifikan terhadap ketersediaan permodalan usahatani tanaman padi di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Sumber pengadaan modal oleh petani sampel yang berasal dari modal petani sendiri sebesar 36,84% , dari LKMA 23,16%, dari teman 14,74%, serta dari toke 25,26% dari total keseluruhan. Peran pemerintah dalam pengadaan modal usahatani padi di Desa Melati II ialah saluran irigasi gratis dan subsidi pupuk.

Kata Kunci : Usahatani Padi, Permodalan, Analisis Regresi Linier Berganda, Karakteristik Petani.

(6)

ii

RETNO ANJELINA NAINGGOLAN (160304112 / AGRIBISNIS) with a thesis title ANALYSIS OF RICE FARMING CAPITAL (Case Study : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai). Supervised by Bapak Ir.

Luhut Sihombing, MP as the head of the supervisory commission and Ibu Siti Khadijah Nasution, SP, M.Si as a member of the supervisory commission.

This study aims to analyze the social and economic characteristics of rice farmers, the capital requirements per hectare of each rice farmer, the influence of socio- economic factors, methods and sources of rice farming capital procurement, and the role of the government in providing rice farming capital in the study area. The methods used in this research are descriptive analysis methods, income analysis methods and multiple linear regression analysis methods. The social and economic characteristics used in this study are income, savings, education level, land ownership status and experience.

The results showed that the social characteristics were the level of education and experience, while the economic characteristics were income, savings and land ownership status. The land ownership status of farmers is their own land. The total income of rice farmers is Rp 83,404,704.29 of year. The ability of farmers to save in Desa Melati II can be categorized as medium with an average amount of savings of Rp 19,941,581.72 of year. The costs required by farmers to meet the capital needs for rice farming are Rp 27,350,191.89/ha of year, consisting of variable costs of Rp 24,184,872.68/ha of year and fixed costs of Rp 3,165,319/ha of year. The level of education has no significant effect on income, savings, land ownership status and experience has a significant effect on the availability of capital for rice farming in Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. The source of capital procurement by sample farmers came from their own capital amounting to 36.84%, from LKMA 23.16%, from friends 14.74%, and from toke 25.26% of the total. The government's role in providing capital for rice farming in Desa Melati II is free irrigation channels and fertilizer subsidies.

Keywords: Rice Farming, Capital, Multiple Linear Regression Analysis, Characteristics of Farmers.

(7)

iii

Retno Anjelina Nainggolan, lahir di Medan pada tanggal 3 Agustus 1998. Penulis merupakan anak ke 4 dari 6 bersaudara dari Bapak Jisman Nainggolan dan Ibu Tetti Katy Sitanggang. Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2004 masuk SD Swasta Cenderamata Medan dan lulus pada tahun 2010.

2. Tahun 2010 masuk SMP Negeri 18 Medan dan lulus pada tahun 2013.

3. Tahun 2013 masuk SMA Negeri 4 Medan dan lulus pada tahun 2016.

4. Tahun 2016 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SBMPTN.

Adapun kegiatan yang pernah diikuti penulis selama duduk di bangku kuliah adalah sebagai berikut :

1. Selama menjadi mahasiswa penulis terlibat dalam organisasi IMASEP (Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) dan aktif dalam semua kepanitiaan yang ada Program Studi Agribisnis dan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Bulan Juli sampai dengan Agustus 2019 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Ponco Warno, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat.

3. Melaksanakan penelitian skripsi di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

(8)

iv

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Permodalan Usahatani Tanaman Padi (Studi Kasus : Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini tentu tidak dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dan penghargaan kepada :

1. Kedua orangtua Ayahanda tercinta Jisman Nainggolan dan Ibunda Tetti Katy Sitanggang serta saudara tersayang Kak Charty, Kak Ezra, Bang Jevon, Adik Eva dan Adik Mona, yang selalu memberikan semangat, nasihat, doa yang tiada putus-putusnya serta dukungan baik secara materi maupun non materi yang tiada henti-hentinya, juga kasih sayang dan perhatiannya yang membawa penulis hingga sampai pada proses akhir pendidikan sarjana ini.

2. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Siti Khadijah Nasution, SP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memotivasi penulis tanpa mengenal lelah, serta mendukung dan membantu penulis sejak masa perkuliahan hingga dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih.

(9)

v

memberikan saran dan nasehat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec, selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang memberikan banyak kemudahan selama mengikuti masa perkuliahan.

5. Seluruh dosen Fakultas Pertanian USU khususnya Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Seluruh pegawai Fakultas Pertanian USU khususnya Program Studi Agribisnis yang telah membantu dalam menyelesaikan segala urusan administrasi penulis selama perkuliahan

7. Teman-teman terkhusus Faliha Awalina, Siti Muharrani, Almira Nabila, Khairunnisa Nurhidayah, Maula Tazkiyah, Anggi Nabila yang telah memberikan dukungan kepada penulis sejak awal masuk perkuliahan.

8. Teman-teman saya Blandina Hutapea, Nira Damanik, Agnes Siregar, Yolanda Simanjuntak, Roby Gunawan, Vani Nababan, Lia Saragih, Fita Siregar, Sarah Napitupulu, Sonya Purba, Rani Syahputri, Monita Sinurat, Kak Selly yang selalu mendukung dan membantu penulis selama perkuliahan.

9. Teman-teman IMAPO dan teman-teman seperjuangan Agribisnis stambuk 2016 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu

(10)

vi

10. Subjek Penelitian yang telah memberikan informasi dan meluangkan waktunya untuk memberikan data yang penulis perlukan.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, September 2020

Penulis

(11)

vii

ABSTRAK……….. i

RIWAYAT HIDUP………...……….……. iii

KATA PENGANTAR……… iv

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL………. ix

DAFTAR GAMBAR……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN……….. xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Identifikasi Masalah... 4

1.3.Tujuan Penelitian... 5

1.4.Kegunaan Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1. Tinjauan Pustaka... 7

2.1.1 Tanaman Padi... 7

2.1.2 Permodalan Usahatani... 9

2.1.3 Kebutuhan Permodalan Usahatani Padi... 14

2.2. Landasan Teori... 15

2.2.1 Usahatani... 15

2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permodalan Usahatani Padi... 18

2.3. Penenlitian Terdahulu... 22

2.4. Kerangka Pemikiran... 25

2.5. Hipotesis Penelitian... 28

BAB III METODE PENELITIAN... 29

3.1. Metode Penentuan Daerah Sampel... 29

3.2. Metode Penentuan dan Penarikan Sampel... 30

3.3. Metode Pengumpulan Data... 32

3.4. Metode Analisis Data... 34

3.4.1 Uji Asumsi Klasik... 35

(12)

viii

3.5.1 Definisi... 39

3.5.2 Batasan Operasional... 40

BAB IV DESKRIPSI DAERAH DAN KARAKTERISTIK SAMPEL... 41

4.1. Gambaran Umun Daerah Penelitian... 41

4.1.1 Geografi dan Topografi... 41

4.1.2 Tata Guna Lahan... 41

4.1.3 Demografi... 42

4.1.4 Sarana dan Prasarana... 45

4.2. Karakteristik Sampel... 46

4.2.1 Umur Petani Sampel... 47

4.2.2 Luas Lahan... 48

4.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani... 48

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 50

5.1. Karakteristik Sosial dan Ekonomi Petani... 50

5.1.1 Pendapatan... 50

5.1.2 Tabungan... 52

5.1.3 Tingkat Pendidikan... 53

5.1.4 Status Kepemilikan Lahan/Tenure... 54

5.1.5 Pengalaman... 55

5.2. Kebutuhan Permodalan Tiap Petani... 56

5.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permodalan Usahatani Padi.... 61

5.3.1 Hasil Uji Asumsi Klasik... 62

5.3.2 Uji Kesesuaian Model... 66

5.4. Cara dan Sumber Pengadaan Modal Usahatani... 71

5.5. Peran Pemerintah Dalam Pengadaan Modal Usahatani... 73

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 75

6.1. Kesimpulan... 75

6.2. Saran... 76 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

ix

No Judul Halaman

1.1. Luas Lahan, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi di

Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2014-2018. 3 3.1. Luas Lahan Sawah Padi (Ha) Menurut Desa Tahun 2018. 30 4.1. Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah Di Desa

Melati II (Ha) 2019. 42

4.2.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019.

43

4.3.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019.

44

4.4.

Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai 2019.

45

4.5. Sarana dan Prasarana di Desa Melati II, Kecamatan

Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019. 46 4.6. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelompok Umur. 47 4.7. Distribusi Petani Berdasarkan Luas Lahan. 48 4.8. Distribusi Petani Berdasarkan Jumlah Tanggungan

Keluarga Petani 49

5.1.

Distribusi Pendapatan Petani Sampel Per Tahun di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kbaupaten Serdang Bedagai.

51

5.2. Distribusi Tabungan Petani Padi di Desa Melati II,

Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. 52

5.3.

Distribusi Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

54

5.4. Distribusi Petani Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan 55

(14)

x

5.5. Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

56

5.6.

Kebutuhan Modal Petani Padi Per Hektar Per Tahun di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

59

5.7.

Distibusi Ketersediaan Modal Petani Padi Per Musim Tanam di Desa Melati II, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

60

5.8. Hasil uji Kolmogrov Smirnov. 62

5.9. Nilai Tolerance dan VIF Permodalan Usahatani Padi. 63 5.10. Hasil Regresi Permodalan Usahatani Padi. 65 5.11. Sumber Modal Petani Sampel di Desa Melati II,

Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. 71

(15)

xi

No Judul Halaman

2.1. Skema Kerangka Pemikiran. 27

5.1. Grafik Scatterplot Permodalan Usahatani Tanaman Padi. 64

(16)

xii

No Judul

1. Karakteristik Petani Sampel.

2. Distribusi Tenaga Kerja Per Kronologi Kerja.

3. Biaya Usahatani Padi Per Petani Per Tahun.

4. Biaya Usahatani Padi Per Hektar Per Tahun.

5. Total Pendapatan, Konsumsi dan Tabungan Petani Per Tahun.

6. Data Input SPSS.

7. Hasil Analisis SPSS.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia sebagian besar mata pencaharian masyarakat di pedesaan yaitu berasal dari pertanian dan hasilnya menjadi sumber utama dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya. Perkembangan kehidupan petani di pedesaan, kepemilikan lahan setiap keluarga tampaknya semakin terbatas, yang diakibatkan oleh masih kuatnya budaya warisan harta dari orang tua kepada anaknya yang berumah tangga.

Hal tersebut berakibat semakin menyempitnya kepemilikan lahan setiap keluarga petani yang berdampak pada tingkat pendapatan petani yang diusahakan rendah dan kurang mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, khususnya yang tergolong kedalam kelompok petani kecil.

Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Skala usaha juga ditentukan oleh luasnya tanah yang akan digarap. Proses produksi berjalan lancar dan menguntungkan dengan catatan faktor lain dapat ditanggulangi. Kecukupan modal mempengaruhi ketetapan dalm penggunaan masukan. Kekurangan modal menyebabkan rendahnya hasil yang diterima (Daniel, 2002).

Jumlah tanggungan keluarga petani juga dapat mempengaruhi pendapatan petani.

Pemerintah telah melakukan penerapan program KB (Keluarga Berencana) di beberapa desa. Adanya program KB, maka pemenuhan kebutuhan mampu diminimalisir sesuai dengan jumlah anak yang dicanangkan. Hal tersebut juga berpengaruh kepada modal usahatani petani, karena semakin banyak jumlah anak

1

(18)

petani maka semakin banyak juga pendapatan petani yang dialokasikan untuk biaya kebutuhan hidup keluarganya.

Hasil pertanian yang rendah berpengaruh terhadap pendapatan kepala kelaurga petani kecil, akan semakin berat ketika beban tanggungan kepala keluarga banyak, maka pendidikan dari anggota keluarga petani kecil akan rendah. Selain itu umur juga akan mempengaruhi kinerja petani kecil dalam mengolah lahan pertaniannya.

Semakin tua umur atau semakin matang maka akan matang pula hasil yang diperoleh dari kegiatan pertaniannya.

Secara umum tingkat pendidikan mempengaruhi pola pikir dan keterampilan petani dalam mengelola usaha pertanian yang selanjutnya mampu meningkatkan pendapatannya, namun dalam kenyataannya petani kecil di pedesaan lebih terfokus terhadap tenaga kerja dan kepemilikan lahan.

Pemenuhan kebutuhan hidup yang belum terpenuhi membuat petani di pedesaan mengupayakan semaksimal mungkin dalam mengelola lahan pertanian dan modalnya. Sehingga tidak jarang petani di pedesaan pernah mengalami naik turun produktivitas usahataninya. Sebagian petani masih kurang mampu untuk membagi hasil pendapatannya untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan modal usahatani berikutnya. Selain itu upaya petani pemenuhan kebutuhan hidup keluarganya juga dibantu oleh adanya pendapatan yang diperoleh dari usaha di luar bertani.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten yang menjadi penghasil padi terbanyak di Sumatera Utara. Hampir setiap kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai memiliki usahatani padi.

(19)

Sehingga Serdang Bedagai setiap tahunnya memiliki produksi padi yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.1. berikut:

Tabel 1.1. Luas Lahan, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Padi di Kabupaten Serdang Bedagai Menurut Tahun 2014-2018

Tahun Luas Lahan (Ha)

Produksi (Ton)

Rata – Rata Produksi (Ton/Ha)

2014 66.054 370.604 5,61

2015 75.427 408.381 5,61

2016 78.499 428.748 5,46

2017 84.034 485.840 5,78

2018 84.366 494.460 5,86

Sumber : Serdang Bedagai dalam Angka 2019

Kebutuhan pangan masyarakat di Indonesia sebesar 96,09% di dapat dari mengkonsumsi beras, dengan demikian aspek sistem usaha pertanian tanaman pangan terutama padi sangat diperlukan. Hal tersebut guna mendapatkan gambaran yang lebih detail terhadap usaha petani padi sawah sebagai produsen beras, yang sangat mempengaruhi ketersediaan pangan di Indonesia. Usahatani padi berkaitan dengan dua hal yaitu dari sisi penerimaan dan dari sisi pembiayaannya. Komponen biaya usahatani pada umumnya terdiri dari biaya sarana produksi, upah tenaga kerja dan biaya lainnya (Arsyad dan Rustiadi, 2008).

Pada umumnya masalah yang sebagian besar dihadapi petani adalah kurang mampu membiayai usahanya. Meskipun berbagai upaya-upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui Departemen Pertanian dengan Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun 2015–2019 dalam memberikan bantuan berupa akses modal seperti kebijakan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), pengembangan skema kredit dengan penjaminan atau Kredit Usaha Rakyat

(20)

(KUR), subsidi pupuk dan benih ke instansi resmi terkait. Namun hal ini tidak sepenuhnya dapat mengatasi kesulitan modal bagi petani (Mandry, 2012).

Permasalahan lainnya yaitu petani yang masih kurang mampu mengalokasikan biaya/modal pribadinya untuk melanjutkan usahataninya secara berkelanjutan.

Karena dalam hal tersebut petani juga harus mempertimbangkan biaya konsumsi rumah tangga petani tersebut. Sehingga petani lebih memilih untuk menghentikan usahatani tersebut. Akses petani untuk mendapatkan bantuan modal dari pemerintah masih terbatas menyebabkan petani lebih memilih mendapatkan modal dari lembaga-lembaga non-pemerintah. Lembaga non-pemerintah yang mungkin memiliki bunga yang lebih besar. Dengan demikian, hal tersebut menjadi penghambat bagi petani untuk melakukan usahataninya.

Melalui uraian permasalahan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis permodalan usahatani tanaman padi bertujuan untuk menganalisis permodalan usahatani padi dan sumber-sumber modal usahatani padi di daerah penelitian. Dengan harapan peneliti dapat memberikan gambaran permodalan usahtani tanaman padi agar dapat berkelanjutan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1) Bagaimana karakteristik sosial dan ekonomi petani padi di daerah penelitian?

2) Berapa kebutuhan permodalan per hektar setiap petani padi di daerah penelitian?

(21)

3) Bagaimana pengaruh faktor sosial ekonomi yaitu pendapatan usahatani, tabungan, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan dan pengalaman terhadap ketersediaan permodalan usahatani padi di daerah penelitian?

4) Bagaimana cara dan sumber pengadaan modal usahatani padi di daerah penelitian?

5) Bagaimana peran pemerintah dalam pengadaan modal usahatani padi di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Untuk menganalisis karakteristik sosial dan ekonomi petani padi di daerah penelitian.

2) Untuk menganalisis kebutuhan permodalan per hektar setiap petani padi di daerah penelitian.

3) Untuk menganalisis pengaruh faktor sosial ekonomi yaitu pendapatan usahatani, tabungan, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan dan pengalaman terhadap ketersediaan permodalan usahatani padi di daerah penelitian.

4) Untuk menganalisis cara dan sumber pengadaan modal usahatani padi di daerah penelitian.

5) Untuk menganalisis peranan pemerintah dalam pengadaan modal usahatani padi di daerah penelitian.

(22)

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi petani dan pihak-pihak yang terkait pada pemasalahan modal usahatani.

2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah terhadap pengadaan modal usahatani.

3) Sebagai informasi ilmiah yang dapat dijadikan bahan acuan dan sumbangan data bagi peneliti selanjutnya berhubungan dengan penelitian ini.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Padi

Menurut Mubaroq (2013) tanaman padi merupakan tanaman semusim. Termasuk golongan rumput-rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut:

- Kingdom : Plantae

- Divisi : Magnoliophyta - Ordo : Poales

- Familia : Gramineae (Poacceae) - Spesies : Oryza Sativa L.

- Genus : Oryza Lim

Batang padi berbuku dan berongga, dari buku batang akan tumbuh anakan atau daun. Bunga atau malai muncul dari buku terakhir pada tiap anakan. Akar padi adalah akar serabut yang sangat efektif dalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan. Akar padi terkonsentrasi pada kedalaman antara 10–20 cm.

Padi dapat beradaptasi pada lingkungan tergenang (anaerob) karena pada akarnya terdapat saluran aerenchyma yang berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi daerah perakaran. Biji padi mengandung butiran pati amilosa dan amilopektin dalam endosperm. Perbandingan kandungan amilosa dan antilopektin akan mempengaruhi mutu dan rasa nasi (pulen, pera, atau ketan).

Padi merupakan tanaman pangan yang awalnya berasal dari pertaian kuno dari benua Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah menunjukkan

7

(24)

bahwa pertanaman padi di Zhenjiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM dan ditemukannya fosil butiran padi dan gabah di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100–800 tahun SM (Purwono, dkk., 2009).

Padi adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab di dalam padi terkandung bahan yang mudah diubah menjadi energi. Nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa adalah 1.821 kalori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat makanan antara lain:

karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu, vitamin, dan unsur mineral antara lain: kalsium, magnesium, sodium, fosfor dan lain sebagainya (Amrullah, 2008).

Padi tumbuh baik di daerah tropis maupun sub tropis. Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting. Oleh karena air menggenang terus menerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi, seperti tanah lempung. Untuk kebutuhan air tersebut, diperlukan sumber mata air yang besar, kemudian ditampung dalam bentuk waduk (danau). Dari waduk inilah sewaktu–waktu air

yang dibutuhkan dapat dilarikan selama periode pertumbuhan padi sawah (Suparyono dan Setyono, 1993).

Umur padi mulai dari benih sampai panen mencapai empat bulan, petani harus menunggu sambil merawat tanmananya sedemikian rupa sesuai dengan anjuran teknologi yang direkomendasikan, atau sesuai dengan teknologi yang mampu diserap atau mampu diterapkan petani. Setiap tanam tergantung varietasnya mempunyai kemampuan genetik tanaman yang diusahakan dalam penerapan

(25)

teknologi yang mampu diterapkan mulai dari pengelolaan sampai panen.

Disamping itu, diperhatikan dan diperhitungkan akibat yang ditimbulkan oleh cuaca, ketersediaan air dan lainnya. Faktor tersebut berdampak pada teknologi yang diterapkan dan sudah pasti berpengaruh terhadap hasil yang akan diterima (Daniel, 2002).

Upaya peningkatan produksi padi sawah telah menjadi perhatian dan keinginan mendalam petani sangat ditentukan oleh penggunaan bibit yang baik. Semua kegagalan yang dialami, buruknya benih yang selalu dijadikan lebih utama. Bagi petani umumnya telah menjadi kesadaran kalau benihnya sudah bagus, keberhasilan produksi sudah pasti ada di tangan. Dengan produksi benih yang berlimpah maka benih petani dapat diganti dalam jumlah yang teru menerus mencukupi dan produksi lebih teratur. Kondisi ini tidak mungkin dipenuhi kalau pengadaan benih diserahkan kepada petani untuk memproduksi secara mandiri (Sadjad, 2001).

Padi tumbuh diberbagai lingkungan produksi, diantaranya sawah irigasi, lahan kering tadah hujan, pasng surut dan lebak atau rawa. Dari berbagai tipologi ini, lahan sawah irigasi (teknis, setengah teknis, sederhana, desa) mendominasi area produksi padi di Indonesia (Novizar, 2000).

2.1.2 Permodalan Usahatani a. Pengertian Modal

Menurut pendapat Agustin (2006: 2) modal sebagai kekuasaan untuk menggunakan barang–barang modal. Dengan demikian modal terdapat di dalam neraca sebelah kredit. Adapun barang-barang modal ialah barang-barang yang ada

(26)

dalam perusahaan yang belum digunakan yang terdapat dalam neraca sebelah debet.

Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Listyawan Ardi Nugraha (2011: 9) adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya; harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan. Modal dalam pengertian ini dapat diinterpretasikan sebagai sejumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan–kegiatan bisnis.

Banyak kalangan yang memandang bahwa modal uang bukanlah segala-segalanya dalam sebuah bisnis. Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah usaha sangat diperlukan. Yang menjadi persoalan disini bukanlah penting tidaknya modal, karena keberadaaanya memang sangat diperlukan, akan tetapi bagaimana mengelola modal secara optimal sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan lancar (Amirullah 2005: 7).

Modal pertanian dalam arti luas adalah faktor produksi modal yang disalurkan, dikelola dan dikontrol di dalam kegiatan ekonomi di sektor pertanian dan merupakan salah satu sektor ekonomi nasional. Modal pertanian dapat berbentuk uang tunai atau dalam bentuk barang yang dipakai dalam kegiatan produksi di bidang pertanian, seperti benih dan alat mesin pertanian. Modal usahatani memiliki makna faktor produksi modal yang disediakan, diolah dan dikontrol di dalam suatu usahatani dengan skala yang besar maupun usahatani dalam skala kecil atau masih sederhana (Kadarsan, 1992).

(27)

b. Pembagian Modal

Menurut Soekartawi (1989) sumberdaya modal dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Menurut Sifatnya

1) Modal lancar, yaitu modal yang hanya dapat digunakan satu kali dalam proses produksi seperti bahan baku dan bahan mentah.

2) Modal tetap, yaitu modal yang dapat digunakan lebih dari satu kali dalam proses produksi, seperti mesin–mesin atau peralatan.

b) Menurut Fungsinya

1) Modal individu, yaitu modal yang digunakan oleh individu sebagai sumber pendapatan sekalipun pemiliknya tidak ikut dalam proses produksi, seperti pemilik taksi.

2) Modal masyarakat, yaitu modal yang digunakan oleh masyarakat dalam menghasilkan barang dan jasa, seperti kendaraan umum.

c) Menurut Bentuknya

1) Uang, artinya modal berupa dana.

2) Barang, artinya modal berupa alat yang digunakan dalam proses produksi.

Misalnya: mesin, gedung, dan kendaraan.

d) Menurut Sumbernya

1) Modal sendiri, artinya modal yang berasal dari pemilik perusahaan.

Misalnya, saham dan tabungan.

2) Modal pinjaman, artinya modal pinjaman dari pihak selain pemilik perusahaan. Misalnya: perbankan dan rentenir.

(28)

Lebih lanjut Suratiyah (2006) menjelaskan bahwa modal yang dikatakan sebagai land saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan lahan tetapi produksi dapat dilipatgandakan tanpa harus memperluas areal. Contoh pemakaiannya pupuk, bibit unggul, pestisida dan intensifikasi. Sedangkan modal yang dikatakan sebagai labour saving capital jika dengan modal tersebut dapat menghemat penggunaan tenaga kerja. Contohnya pemakaian traktor untuk membajak, mesin penggiling padi/Rice Milling Unit (RMU) untuk memproses padi menjadi beras dan sebagainya.

c. Sumber Modal

Menurut Rahim dan Hastuti (2007) sumber modal dalam usahatani berasal dari petani itu sendiri atau dari pinjaman. Besar kecilnya modal yang dipakai ditentukan oleh besar kecilnya skala usahatani. Makin besar skala usahatani makin besar pula modal yang dipakai, begitu pula sebaliknya.

Modal sendiri adalah modal yang dikeluarkan petani itu sendiri yang berasal dari tabungan atau sisa dari hasil usahatani sebelumnya. Modal pinjaman adalah modal yang didapat petani dari luar pendapatan usahatani. Pinjaman usahatani berupa kredit formal dan kredit non formal dan kemitrausahaan (Manurung, 1998).

Kredit dapat dibedakan menjadi kredit formal dan kredit informal (kredit komersial). Kredit formal umumnya bersifat sektoral untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Contoh kelembagaan kredit formal adalah bank, koperasi, dan pegadaian. Kelembagaan kredit informal pada umumnya tidak memerlukan persyaratan yang rumit seperti agunan dan persyaratan lainnya. Hubungan antara peminjam dengan pihak yang meminjamkan hanya didasarkan sikap yang saling

(29)

mempercayai satu sama lain. Contoh sumber kredit non formal, seseorang mempunyai kenalan pedagang, pelepas uang, dan lain–lain. Di dalam pasar kredit pedesaan terjadi segmentasi pasar, karena kedua kredit menjadi sumber modal masyarakat pedesaan tersebut masing–masing mempunyai karakteristik yang khas (Manurung, 1998).

Pemenuhan kebutuhan dana dapat beraasal dari sumber intern maupun ekstern perusahaan. Sumber dana intern berasal dari keuntungan yang tidak dibagi atau keuntungan yang ditahan dalam perusahaan (retained earnig). Sedangkan sumber dana ekstern yaitu sumber dana yang berasal dari tambahan penyertaan modal dari pemilik atau emisi saham baru, penjualan obligasi dan kredit dari bank, dikenal juga dengan sebutan pembelanjaan ekstern atau pendanaan ekstern (external dinancing) (Riyanto, 1995).

d. Peran Modal

Menurut Gilarso (1993), modal merupakan sarana atau bekal untuk melaksanakan usaha. Faktor modal memegang peranan penting yang di pertimbangkan petani sebelum melakukan usahatani. Modal diperlukan terutama untuk pengadaan sarana produksi (benih, pupuk dan pestisida), yang dirasakan petani semakin tinggi harganya.

Mudiak (1988) mengemukakan bahwa perkembangan sektor pertanian tidak mungkin terjadi tanpa akumulasi modal perubahan teknologi pertanian sebagai pemacu pertumbuhan sektor pertanian dalam arti luas akan diikuti oleh perkembangan kebutuhan modal. Modal adalah salah satu faktor penting untuk meningkatkan produktifitas usaha. Bahkan pemerataan pada akses modal (kredit)

(30)

bagi semua golongan masyarakat diyakini sebagai salah satu alternatif untuk pemerawatan pendapatan (Yunus, 1981).

2.1.3 Kebutuhan Permodalan Usahatani Tanaman Padi

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (BPS Sumut) tahun 2015, total biaya per musim tanam untuk satu hektar luas panen padi sawah per musim tanam sebesar Rp 12,7 juta. Komponen biaya produksi terbesar adalah pengeluaran untuk upah pekerja, yakni mencapai 35,90% dari total biaya atau sebesar Rp 4,5 juta. Selain itu biaya terbesar terdapat juga pada biaya sewa yakni mencapai 32,50% atau sebesar Rp 4,1 juta. Selain itu sisanya yakni biaya bibit/benih 3,20% atau sebesar Rp 0,4 juta, biaya pupuk yakni 10,40% atau sebsesar Rp 1,3 juta, biaya pestisida yakni 1,90% atau Rp 0,2 juta, biaya bahan bakar yakni 0,70% atau sebesar Rp 0,1 juta dan biaya lainnya yakni 3,20% atau sebesar Rp 0,4 juta. Nilai produksi per hektar per musim tanam sebesar Rp 17,2 juta.

Total biaya per musim tanam untuk satu hektar luas panen padi ladang per musim tanam sebesar Rp 10,3 juta. Komponen biaya produksi terbesar adalah pengeluaran untuk upah pekerja, yakni mencapai 58,80% dari total biaya atau sebesar Rp 4,6 juta. Selain itu biaya terbesar terdapat juga pada biaya sewa yakni mencapai 19,90% atau sebesar Rp 2,6 juta. Selain itu sisanya yakni biaya bibit/benih 3,60% atau sebesar Rp 0,3 juta, biaya pupuk yakni 7,80% atau sebsesar Rp 0,6juta, biaya pestisida yakni 1,70% atau Rp 0,1 juta, biaya bahan bakar yakni 0,90% atau sebesar Rp 0,1 juta dan biaya lainnya yakni 3,70% atau sebesar Rp 0,3 juta. Nilai produksi per hektar per musim tanam sebesar Rp 10,3 juta.

(31)

2.2. Landasan Teori 2.2.1 Usahatani

Menurut Soekartawi (1995) menyatakan bahwa, ilmu usaha tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu dan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik-baiknya.

Dalam usahatani, seseorang akan mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Yang dimaksud dengan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki sebaik – baik, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (sarana) (Soekartawi, 1995).

Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal pula dengan istilah sarana produksi, input, production factor dan korbanan produksi. Faktor produksi menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh.

Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, benih, pupuk, obat – obatan, tenaga kerja, dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang penting (Soekartawi, 1995).

Lahan adalah salah satu faktor produksi yang mempunyai peranan penting dalam pertanian. Lahan merupakan tempat penghasil produk pertaian. Dimana menurut Moehar (2001 : 66) bahwa “Lahan adalah tanah yang digunakan untuk usaha

(32)

pertanian.” Tidak semua tanah merupakan lahan pertanian akan tetapi sebaliknya semua lahan pertanian merupakan tanah, lahan merupakan bagian dari tanah, hal ini karena tidak semua tanah dapat digunakan sebagai lahan dalam usaha pertanian.

Benih padi adalah gabah ayang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disesuaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Aak, 2006).

Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik (Susetya, 2009).

Salah satu faktor produksi yang diperlukan adalah faktor modal. Tanpa modal sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Kekurangan modal menyebabkan kurang masukan yang diberikan sehingga menimbulkan resiko kegagalan atau rendahnya hasil pendapatan yang akan diterima (Daniel, 2002).

Rahim dan Hastuti (2007) menyatakan bahwa modal usahatani merupakan salah satu pengorbana yang dilakukan oleh produsen untuk memperoleh faktor – faktor produksi yang akan digunakan dalam mengelolah usahanya dalam mendapatkan hasil maksimal.

(33)

Pendapatan merupakan suatua hal yang sangat penting dalam menentukan laba atau rugi suatu usaha. Laba atu rugi diperoleh dengan melakukan perbandingan antara pendapatan dengan beban atau biaya yang dikeluarkan atas pendapatan tersebut. Pendapatan dapat digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan suatau usaha dan juga faktor yang menentukan keberlanngsungan suatu usaha.

Jhingan (2003) menyatakan bahwa pendapatan adalah penghasilan berupa uang selama periode tertentu. Pendapatan dapat diartikan sebagai semua penghasilan yang menyebabkan bertambahnya kemampuan, baik yang digunakan untuk konsumsi maupun untuk tabungan, pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi keperluan hidup dan untuk mencapai kepuasan.

Menurut Soekartawi (2002), penerimaan adalah hasil kali antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Mubyarto (1995), menyatakan bahwa pendapatan petani merupakan penerimaan yang dikurangi dengan biaya – biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan pemasaran hasil pertanian.

Kebutuhan keluarga sehari – hari merupakan bagian dari konsumsi. Konsumsi dapat berupa kosumsi pangan, non pangan dan juga konsumsi untuk usahatani selanjutnya yag dapat disebut modal. Dimana menurut Sudarsono (1991), pengeluaran konsumsi sangat bergantung pada pendapatan yang diterima, begitu juga sebaliknya bahwa pendapatan tergantung pengeluaran.

Dalam Mandry (2016), Apabila seorang petani hanya memperoleh pendapatan melalui usahataninya saja sedangkan konsumsi akan kebutuhan sehari – hari seperti pangan dan non pangan harus terpenuhi, maka dapat disimpulkan

(34)

pengeluaran untuk konsumsi usahatani selanjutnya atau modal usahatani lebih rendah dibandingkan untuk konsumsi kebutuhan sehari – hari.

2.2.2 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Permodalan Usahatani

Kegiatan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah faktor sosial ekonomi petani meliputi pendapatan usahatani, tabungan, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan, tingkat kosmopolitan dan pengalaman (Tambunan, 2003).

Faktor–faktor yang harus dipertimbangkan dalam ketersediaan permodalan usahatani, antara lain:

1. Pendapatan

Suratiyah (2006) menyatakan pendapatan usahatani merupakan gambaran keberhasilan petani dalam mengusahakan sumberdaya yang ada. Usahatani yang telah dilakukan akan memperhitungkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh tersebut merupakan pendapatan dari suatu usahatani yang dijalankan. Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran dalam suatu proses produksi.

Menurut Soemarsono (2003), pendapatan dalam perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai pendapatan operasi dan non operasi. Pendapatan operasi adalah pendapatan yang diperoleh dari aktivitas utama perusahaan. Sedangkan pendapatan non operasi adalah pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan

(35)

utama perusahaan. Dengan kata lain, pendapatan yang diterima petani dapat bersumber dari sektor pertanian dan juga sektor non pertanian.

Pendapatan adalah sama dengan pengeluaran. Pendapatan yang dicapai oleh jangka waktu tertentu senantiasa sama dengan pengeluaran jangka waktu tersebut.

Pendapatan senantiasa harus sama dengan pengeluaran karena kedua istilah ini menunjukkan hal yang sama (Winardi, 1975). Hal ini sesuai dalam ilmu ekonomi makro bahwa pendapatan sama dengan konsumsi dan tabungan.

Usahatani dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan pendapatannya sebagai modal usahataninya sebaik-baiknya. Dikatakan efisien bila pemanfaatan pendapatan dapat digunakan untuk pemenuhan konsumsi sehari-hari dan dapat digunakan sebagai sumber modal usahatani yang akan dilakukan berikutnya (Soekartawi, 2001).

Apabila seorang petani hanya memperoleh pendapatan melalui pendapatan usahataninya saja (Y=Y1) sedangkan konsumsi akan kebutuhan sehari–hari seperti pangan dan non pangan harus terpenuhi (C = C1 + C2 + C3 .... Ci), maka dapat disimpulkan pengeluaran untuk konsumsi usahatani selanjutnya atau modal usahatani lebih rendah dibandingkan untuk konsumsi kebutuhan sehari-hari.

2. Tabungan

Tabungan keluarga petani pada umumnya berupa barang berharga. Tabungan ini sewaktu-waktu dapat diuangkan untuk berbagai kebutuhan, termasuk diinvestasikan ke berbagai usaha. Ada yang menginvestasikan ke dalam usahatani dan ada pula yang digunakan untuk usaha di luar sektor pertanian, termasuk untuk membiayai sekolah anak-anaknya (Djiwandi, 2002).

(36)

Tabungan keluarga petani sangat mempengaruhi kemampuan usahatani petani dan biaya investasi pertanian petani secara mandiri. Tabungan dapat meningkat dengan adanya kegiatan usahatani yang optimum, sehingga pendapatan usahatani dapat meningkat dan tabungan rumah tangga petani juga dapat meningkat.

Dengan adanya peningkatan tabungan rumah tangga petani, maka pemenuhan kebutuhan modal dapat dibantu dari tabungan rumah tangga petani itu sendiri (Kore, 2017).

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani akan berpengaruh pada penerapan inovasi baru, sikap mental dan perilaku tenaga kerja dalam usahatani. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah dalam menerapkan inovasi. Pendidikan petani tidak hanya berorientasi terhadap peningkatan produksi tetapi mengenai kehidupan sosial masyarakat tani (Soeharjo dan Patong, 1999).

Petani yang memiliki tingkat pendidikan tinggi maka akan relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi teknologi dan inovasi. Petani yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah biasanya sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat.

Tingkat pendidikan yang dimiliki petani menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan petani dalam menerapkan teknologi maupun inovasi untuk peningkatan kegiatan usahatani (Lubis, 2000).

Pendidikan merupakan hal yang berkaitan dengan kemampuan petani dalam adopsi teknologi baru dan juga wawasan petani mengenai akses modal yang ada.

Sehingga dengan pendidikan yang memadai diharapkan dapat menunjang usahatani petani.

(37)

4. Status Kepemilikan Lahan

Menurut Wiradi (1984), kepemilikan lahan berpengaruh terhadap reforma agraria.

Reforma agraria adalah modifikasi berbagai persyaratan yang dapat mempengaruhi sektor pertanian mislanya berupa kredit, kebijakan harga, penelitian dan penyuluhan, pengadaan input, koperasi dan lain-lain. Seluruh komponen tersebut sudah menjadi perhatian kebijakan pemerintah selama ini, namun karena tidak didahului dengan land reform atau land tenure system, maka selain hasil yang dicapai tidak optimal juga dibarengi oleh ketimpangan penguasaan yang berimplikasi kepada ketimpangan penguasaan yang berimplikasi pada ketimpangan kesejahteraan dan marjinalisasi petani kecil.

Menurut Soekartawi (1993), luas lahan akan mempengaruhi skala usaha.Semakin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertanian, maka lahan semakin tidak efisien. Hal ini disebabkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien akan berkurang.

Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan modal semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efisien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula.

5. Pengalaman

Pengalaman usahatani sangat mempengaruhi petani dalam menjalankan kegiatan usahatani yang dapat dilihat dari hasil produksi. Petani yang sudah lama berusahatani memiliki tingkat pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang tinggi dalam menjalankan usahatani. Pengalaman usahatani dibagi menjadi tiga kategori yaitu kurang berpengalaman (< 5 tahun), cukup berpengalaman

(38)

(5-10 tahun) dan berpengalaman (> 10 tahun). Petani memiliki pengalaman usahatani atau lama usahatani yang berbeda-beda (Soeharjo dan Patong, 1999).

Lama berusahatani merupakan salah satu faktor yang menentukan pengalaman petani akan usahataninya. Pengalaman tersebut menentukan sikap petani dalam menentukan komoditi yang tepat untuk diusahakan serta memprediksi jumlah modal yang dibutuhkan untuk usahataninya (Mandry, 2016).

Jika petani mempunyai pengalaman yang relatif berhasil dalam mengusahakan usahataninya, biasanya mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan petani yang kurang berpengalaman. Namun jika petani selalu mengalami kegagalan dalam mengusahakan usahatani tertentu, maka dapat menimbulkan rasa enggan untuk mengusahakan usahatani tersebut (Lubis, 2000).

2.3.Penelitian Terdahulu

Silvira (2008) dengan penelitian yang berjudul ”Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Medang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara)”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi produksi dan berapa besar pendapatan usahatani padi sawah di daerah penelitian, serta menganalisis hubungan karakteristik petani dengan jumlah produksi padi sawah di daerah penelitian. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode Regresi Linier Berganda, metode Pendekatan Nominal, dan metode Korelasi Rank Spearman (rs).

Hasil penelitian menyimpulkan produksi rata–rata usahatani padi sawah di daerah penelitian sebesar 8.535 Kg/Ha. Nilai Koefisien Determinasi adalah sebesar 75,1%

(39)

yang berarti variabel Y (produksi) mampu dijelaskan oleh variabel X (bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja). Faktor–faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah adalah bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Pendapatan per petani setiap musim tanam sebesar Rp 17.254.440,58/Ha. Karakteristik sosial ekonomi yang memiliki hubungan dengan produksi padi sawah adalah luas lahan.

Ade Fitri Yasha (2018) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Kebutuhan Modal Kerja Petani Padi Sawah (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kebutuhan modal kerja petani padi sawah, menganalisis sumber permodalan petani padi sawah, menganalisis kemampuan petani dalam mengembalikan pinjaman modal di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai. Metode analisis yang digunakan adalah metode Analisis Deskriptif dan ROI (Return on Investment). Hasil penelitian menyimpulkan kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan untuk usahatani padi sawah yaitu sebesar Rp 3.342.681 per satu musim tanam, sumber permodalan yang dibutuhkan untuk usahatani padi sawah berasal dari modal sendiri sebesar 37,07% yang didapat dari tabungan petani dan modal pinjaman sebesar 62,93%.

Return on Investment didapat sebesar 2,78.

Siti Vanny Mandry (2016) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Kemampuan Permodalan Usahatani Palwija (Ubi Jalar, Kentang) dan Hortikultura (Kubis, Cabai, Jeruk) di Pedesaan (Studi Kasus: Desa Parbuluan III, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi)”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis karakteristik sosial dan ekonomi petani palawija dan hortikultura di daerah penelitian, untuk menganalisis kebutuhan permodalan tiap petani palawija

(40)

dan hortikultura di daerah penelitian, untuk menganalisis besarnya pengalokasian pendapatan yang dterima petani palawija dan hortikultura untuk permodalan di daerah penelitian, untuk menganalisis cara dan sumber pengadaan modal usahatani palawija dan hortikultura di daerah penelitian, serta menganalisis peran pemerintah dalam penguatan modal usahatani palawija dan hortikultura di daerah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Analisis Deskriptif, metode Analisis Pendapatan. Hasil penelitian menyimpulkan Tenure/

status kepemilikan lahan petani merupakan lahan milik sendiri. Keterbukaan petani terhadap akses modal yang ada dikategorikan cukup baik dan dikategorikan rendah dengan akses modal yang disediakan pemerintah. Total pendapatan petani berasal dari sektor pertanian dan sektor non pertanian dimana kontribusi sektor pertanian lebih besar dibandingkan non pertanian dengan jumlah pendapatan total sebesar Rp 13.729.200 per tahun atau setara dengan 90,7% dari total pendapatannya. Kebutuhan modal terbesar dibutuhkan untuk usahatani hortikultura yaitu sebesar Rp 21.769.100 per tahun atau Rp 1.814.000 per bulan.

Sedangkan kebutuhan permodalan usahatani palawija sebesar Rp 15.445.400 per tahun atau Rp 1.287.000 per bulan. Pengalokasian pendapatan untuk modal usahatani selanjutnya beragam. Sumber pengadaan modal oleh petani sampel yang berasal dari CU sebesar 28,3% dari total keseluruhan, dari toke 25%, koperasi 21,7%, dari teman 15%, Bank 8,3%, serta berasal dari modal sendiri sebesar 1,7%. Peran pemerintah dalam penguatan modal usahatani di Desa Parbuluan III hanya berupa subsidi pupuk yang disalurkan ke kios pupuk resmi milik pemerintah dengan harga jual dibawah setengah harga normal.

(41)

Lyana Hapni (2010) dengan penelitian yang berjudul “Analisis Usahatani Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) di Kabupaten Deli Serdang”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung seberapa besar biaya produksi dan pendapatan bersih usahatani bungan rosella di daerah penelitian, untuk menganalisis pengaruh antara luas lahan, jumlah tenaga kerja, dan harga pupuk terhadap pendapatan usahatani bunga rosella di daerah penelitian, untuk menganalisis kelayakan usahatani bunga rosella di daerah penelitian. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani serta Metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil penelitian menyimpulkan total biaya rata-rata yang dikeluarkan petani sebesar Rp 1.062.371,88 per petani dan Rp 7.834.318,60 per hektarnya. Pendapatan bersih rata-rata usahatani bunga rosella per petani lebih tinggi dari Upah Minimum Provinsi (UPM). Luas lahan, tenaga kerja, dan harga pupuk secara serempak berpengaruh nyata. Secara parsial luas lahan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan bersih usahatani, sedangkan harga pupuk dan tenaga kerja memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan bersih usahatani rosella di daerah penelitian. Usahatani bunga rosella merupakan usahatani yang layak dikembangkan di daerah penelitian karena nilai rata-rata R/C ratio lebih besar dari kriteria investasi yaitu sebesar 6,29.

2.4. Kerangka Pemikiran

Modal adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki petani, disebut dengan kekayaan petani. Sebagian kekayaan itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk memproduksi barang- barang baru dan inilah yang disebut modal masyarakat atau modal sosial. Jadi,

(42)

modal adalah hasil atau produk atau kekayaan yang digunakan untuk memperoleh hasil selanjutnya.

Setiap petani memiliki karakteristik yang berbeda dalam kemapuan permodalan usahataninya. Karakter–karakter tersebut dapat membedakan tipe perilaku petani pada situasi tertentu. Adapun karakteristik yang berhubungan dengan kemampuan permodalan petani untuk usahataninya yaitu luas lahan, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, kepemilikan lahan/tenure dan pengalaman petani.

Berdasarkan sumbernya, modal dalam usahatani dapat dibedakan menjadi dua yaitu modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri ialah modal yang dikeluarkan petani itu sendiri yang berasal dari tabungan atau sisa dari hasil usahatani sebelumnya. Sedangkan modal pinjaman ialah modal yang dikeluarkan oleh petani yang bukan berasal dari tabungan atau hasil usahataninya. Modal pinjaman yang dapat diperoleh petani berasal dari dua sumber yaitu kredit formal dan kredit non formal.

Dalam usahatani bertujuan untuk meningkatkan keuntungan dengan menciptakan produk pertanian yang berkualitas. Produk pertanian yang telah memiliki kualitas yang baik selanjutnya akan dijual. Penjualan tersebut akan memberikan manfaat berupa pendapatan untuk petani. Pendapatan yang diterima petani dapat dialokasikan untuk konsumsi. Konsumsi adalah kegiatan membeli barang atau jasa untuk memuaskan keinginan. Konsumsi dapat berupa konsumsi rumah tangga dan modal usahatani selanjutnya bahkan tabungan apabila mencukupi. Tabungan adalah sisa dari hasil pendapatan yang telah dikeluarkan untuk konsumsi atau bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi.

(43)

Secara skematis kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1: Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

= Hubungan Karakteristik Sosial dan

Ekonomi 1. Pendapatan 2. Tabungan

3. Tingkat Pendidikan 4. Status Kepemilikan

Lahan 5. Pengalaman

Petani Usahatani Tanaman

Padi

Produk

Modal

Pendapatan

Sumber Modal

Modal Sendiri Modal Pinjaman

Kredit Formal Kredit Non Formal Konsumsi

 Pangan

 Non Pangan

Hutang Tabungan

Pemerintah

(44)

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah dibangun maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

1) Diduga pendapatan usahatani, tabungan, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan dan pengalaman mempengaruhi ketersediaan permodalan usahatani tanaman padi di daerah penelitian.

2) Diduga kurang dari 50% petani padi mampu memenuhi kebutuhan usahataninya dengan modal sendiri.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Sampel

Daerah penelitian ini ditetapkan di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Daerah penelitian ini ditentukan secara purposif, yang artinya daerah penelitian ditentukan secara sengaja berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu seperti sifat–sifat populasi ataupun ciri–ciri yang sudah diketahui sebelumnya.

Pemilihan metode purposif dilakukan dengan pertimbangan, pertama berdasarkan pra survey daerah ini mendapatkan julukan desa wisata padi Serdang Bedagai karena di Desa Melati II ini terdapat banyak lahan padi. Bahkan hampir seluruh masyarakat di Desa ini memiliki mata pencaharian sebagai petani padi. Desa ini merupakan desa yang memiliki lahan sawah padi terluas dari 28 Desa yang ada di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai seperti yang terdapat pada Tabel 3.1 berikut:

29

(46)

Tabel 3.1. Luas Lahan Sawah Padi (Ha) Menurut Desa Tahun 2018

No. Desa/Kelurahan Irigasi Non Irigasi Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

1) Adolina - - -

2) Melati II 934 - 934

3) Tanjung Buluh - - -

4) Sei Buluh 15 - 15

5) Sei Sijenggi 107 - 107

6) Deli Muda Hulu - - -

7) Melati I - - -

8) Citaman Jernih 13 - 13

9) Batang Terap - - -

10) Simpang Tiga Pekan - - -

11) Kota Galuh 192 - 192

12) Tualang 417 - 417

13) Bengkel 98 - 98

14) Deli Muda Hilir - - -

15) Tanah Merah 257 - 257

16) Lubuk Bayas 418 - 418

17) Sei Naga Lawan 600 - 600

18) Lubuk Rotan 292 - 292

19) Kesatuan 217 - 217

20) Udah Tanah 420 - 420

21) Pematang Tatal 172 - 172

22) Lubuk Dendang 144 - 144

23) Suka Beras 275 - 275

24) Cinta Air 313 - 313

25) Pematang Sijonam 438 - 438

26) Lubuk Cemara 181 - 181

27) Jambur Pulau 194 - 194

28) Suka Jadi 146 - 146

TOTAL 5.843 - 5.843

Sumber : Badan Pusat Statistik 2019

3.2.Metode Penentuan dan Penarikan Sampel

Menurut Sugiyono (2001) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang membudidayakan padi yang terdapat di Desa Melati II. Jumlah populasi petani

(47)

dalam penelitian ini adalah 1.742 petani dengan jumlah kelompok tani 16 kelompok.

Menurut Sugiyono (2001), menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar–benar. Penentuan sampel ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin dalam Mandry (2016) berikut ini:

Dimana:

n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi

e = error tolerance atau persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan (10%)

Hasil perhitungan:

n =

1.742

1+1.742 (10%)2

n = 94,57 = 95

n = 𝑵

𝟏+𝐍𝒆𝟐

(48)

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh nilai sampel sebesar 95 petani padi sebagai responden yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu 1.742 petani.

Metode yang digunakan dalam penarikan sampel ialah metode Simple Random Sampling. Metode Snowball Sampling adalah suatu metode untuk mengambil sampel dengan teknik acak sederhana. Simple Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari lapangan, baik dengan wawancara, pengamatan langsung di lapangan maupun pengisian kuesioner oleh responden. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber–sumber lain yang relevan seperti Kantor Desa Melati II, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Serdang Bedagai, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Kantor Badan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai dan dinas terkait lainnya yang dapat mendukung kelengkapan data dalam penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Secara umum alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

Analisis deskriptif dilakukan dengan tujuan masing-masing.

Untuk tujuan penelitian 1, 4 dan 5 yaitu untuk menganalisis karakteristik sosial dan ekonomi petani padi, cara dan sumber pengadaan modal usahatani padi serta

(49)

peranan pemerintah dalam pengadaan modal usahatani padi di daerah penelitian digunakan dengan metode analisis deskriptif.

Menurut Nazir (1988) Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta–fakta, sifat–sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Sedangkan untuk mengetahui tujuan 2 yaitu menganalisis kebutuhan permodalan tiap petani padi dan pengalokasian pendapatan yang diterima petani padi digunakan analisis pendapatan. Menurut Soekartawi (2002) untuk menghitung biaya, penerimaan usahatani dan pendapatan petani dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

TC = Total Biaya / Total Cost (Rp)

TFC = Total Biaya Tetap / Total Fixed Cost (Rp) TVC = Total Biaya Variabel / Total Variable Cost (Rp)

Selanjutnya untuk menghitung besarnya penerimaan usahatani padi dihitung dengan rumus:

TC = TFC + TVC

TR = Y. Py

(50)

Keterangan:

TR = Total Penerimaan (Rp) Y = Produksi Usahatani (kg) Py = Harga Jual Produk (Rp)

Terakhir untuk menghitung besarnya pendapatan yang diterima petani akan dihitung menggunakan rumus:

Keterangan:

𝜋 = Pendapatan Bersih (Rp)

TR = Total Penerimaan / Total Revenue (Rp) TC = Total Biaya / Total Cost (Rp)

Apabila TR > TC maka petani padi memperoleh keuntungan dari usahatani yang dilakukan, apabila TR = TC maka petani padi tidak memperoleh keuntungan maupun tidak mengalami kerugian dengan kata lain usahatani yang dilakukan oleh petani memperoleh hasil yang impas atas penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, sedangkan apabila TR < TC maka petani padi mengalami kerugian dari usahatani yang dilakukan.

Dengan demikian diharapkan petani dapat memperoleh keuntungan. Hal ini dikarenakan dengan adanya keuntungan maka petani dapat melanjutkan usahataninya kembali dan memperkecil petani dalam melakukan pinjaman untuk modal usahataninya.

𝝅 = TR - TC

(51)

Untuk identifikasi masalah 3 dianalisis dengan metode analisis Regresi Linier Berganda untuk menganalisis bagaimana pengaruh pendapatan usahatani, tabungan, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan, tingkat kosmopolitan dan pengalaman terhadap ketersediaan permodalan usahatani tanaman padi. Namun sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik, yakni untuk mengetahui sejauh mana model estimasi ketersediaan permodalan usahatani mempunyai sifat-sifat yang tidak biasa, efisien dan konsisten hingga diperoleh model regresi terbaik.

3.4.1 Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui, bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2006). Normalitas diuji menggunakan statistik Kolmogorov Smirnov.

Signifikansi ≥ α (0,1), Data Berdistribusi normal.

Signifikansi ≤ α (0,1), Data Tidak Berdistribusi normal.

Uji normalitas data dalam penelitian dengan cara memperhatikan penyebaran data (titik-titik) pada Normal P-Plot of Regression Standardized Residual dan dengan melihat Grafik Histogram dari residualnya.

Persyaratan dari uji normalitas data (Wijaya, 2011) adalah:

(52)

a) Jika output Grafik Histogram menunjukkan pola distribusi normal, maka mengindikasikan model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika Normal P-Plot menunjukkan penyebaran data (titik-titik) di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal maka mengindikasikan model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance> 0,10 maka tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95% sehingga model tersebut bebas dari multikolinieritas (Wijaya, 2011).

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain.

Menurut Wijaya (2011), untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, dapat diketahui dengan melihat penyebaran data pada grafik scatterplot yaitu:

1) Dengan melihat apakah penyebaran data (titik-titik) pada scatterplot membentuk pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika penyebaran data pada scatterplot tidak terdapat pola yang jelas, serta titiktitik menyebar di atas dn di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Berikut persamaan untuk pengujian masalah:

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dari eksperimen sederhana pada tes penentuan posisi pada titik kontrol N0005 dan pengukuran detil planimetrik didapat dua hasil yang agak berbeda dimana pada tes

Alasan di buatkan perancangan sistem penjuaan secara online ini adalah untuk mempermudah untuk memasarkan produk, untuk mempermudah dalam melakukan transaksi

Hasil menunjukan bahwa perlakuan media berpengaruh nyata terhadap diameter koloni dan kecepatan pertumbuhan miselium jamur merang (Volvariella volvaceae), dan media alternatif

Bukti bahwa Allah sayang kepada manusia diantaranya adalah Allah.. Menciptakan udara

Kebijakan yang digunakan pada program disesuaikan dengan kebutuhan, dan ini merupakan sebuah contoh sederhana terhadap implementasi keamanan yang dibutuhkan pada suatu jaringan

Kesimpulan : Di Indonesia ketersediaan ruangan pelayanan Puskesmas mayoritas adalah ruangan untuk upaya kesehatan perorangan, sedangkan ruangan pelayanan yang layak lebih banyak

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini