• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya adalah hasil penelitian yang dilakukan sebagai berikut:

Penelitian Denziana dan Monica (2016), hasil penelitiaian ukuran perusahan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. tingkat penjualan dan total asset yang semakin besar, berdampak pada meningkatnya harga saham yang merupakan cerminan dari nilai perusahaan, yang dapat meningkatkan kemakmuran pemegang sahamnya. Tingkat penjualan dan total asset inilah yang dijadikan sinyal bagi perusahaan untuk menarik calon investor agar menanamkan dananya pada perusahaan tersebut. Hasil penelitian profitabiltas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari indikator ROE yang memberikan lebih kuat dibandingkan ROA, GPM, NPM terhadap nilai perusahaan. Semakin besar nilai dari rasio-rasio profitabilitas, maka kinerja perusahaan semakin baik. Para investor bertanggapan bahwa perusahaan yang mempunyai profit besar akan menghasilkan return yang besar pula.

Penelitian Dhani dan Utama (2017), pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, informasi mengenai pertumbuhan perusahaan tidak bisa digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan. Semakin tinggi pertumbuhan perusahaan tidak terlalu berpengaruh dalam peningkatan nilai

(2)

perusahaan. Struktur modal tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, struktur modal perussahaan tidak bisa digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan. Semakin tinggi struktur modal tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan bisa digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan. Semakin tinggi perusahaan maka semakin tinggi pula nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Haryadi (2016), ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, hal ini berarti besarnya total aktiva sebagai ukuran perusahaan belum memberikan keyakinan kepada investor tentang kemampuan perusahaan dalam mengelola asset yang ada sehingga ukuran perusahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Variabel keputusan pendanaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, tinggi rendahnya debt to equity ratio pada perusahaan tidak berpengaruh pada nilai perusahaan. Variabel profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan, jika keuntungan perusahan naik maka akan meningkatkan nilai suatu perusahaan, begitu sebaliknya apabila profitabilitas atau keuntungan perusahaan turun maka nilai perusahaan juga akan turun. Keputusan investasi yang menjadi salah satu mekanisme peningkatan nilai perusahaan berpengaruh terhadap nnilai perusahaan. berdasarkan uji regresi simultan (Uji F) variabel ukuran perusahaan, keputusan pendanaan, profitabilitas, dan keputusan investasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Jusriani dan Raharjo (2013), Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini menjelaskan bahwa semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan yang diidentifikasi dengan

(3)

nilai ROE semakin besar maka nilai perusahaan akan juga semakin besar. Kebijakan deviden bahwa DPR memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Kebijakan utang bahwa DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan, hal ini menjelaskan bahwa semakin besar DER yang dimiliki perusahaan yang diidentifikasi dengan nilai utang yang besar tidak berpengengaruh pada nilai perusahaan. Kepemilikan manajerial bahwa kepemilikan saham INSIDER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Lumoly et al., (2018), menyimpulkan likuiditas (CR) dan ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan dan profitabiltas (ROE) memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai prusahaan. Likuiditas (CR), ukuran perusahaan dan ROE secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Manoppo dan Arie (2016). Struktur modal berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sepanjang perusahaan mampu menyeimbangkan manfaat dan biaya yang ditimbulkan akibat hutang tidak menjadi masalah, dengan demikian DER yang tinggi tetapi diikuti dengan pengelolaan yang baik dapat meningkat profit. Ukuran perusahaan menunjukkan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan besarnya total asset umumnya sangat besar dibandingkan variabel keuangan lainnya, ukuran perusahaan merupakan pertimbangan bagi para investor dalam berinvestasi. Profitabilitas menggunakan pengukuran NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, jika perusahaan memperoleh keuntungan yang rendah dari penjualan, maka

(4)

menghambat investor menanamkan modalnya di perusahaan dan sebaliknya, pengukuran ROI berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan hal ini apabila kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham juga akan meningkat. Pengukuran ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan hal ini menunjukkan apabila profitabilitas meningkat maka nilai perusahaan akan meningkat. Struktur modal, ukuran perusahaan dan profitabilitas secara simultan atau bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

B. Teori dan Kajian Pustaka 1. Teori

a. Signaling Theory

Isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal informasi yang diperlukan investor dalam memutuskan akan berinvestasi pada perusahaan yang bersangkutan atau tidak. Teori signaling menerangkan asimetri informasi yang terjadai antara pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut dan pihak manajemen perusahaan. Informasi laporan keuangan dengan integritas yang mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif bagi investor dan pihak lain yang berkepentingan. Dalam teori signaling, pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (Wahyu dan Mahfud, 2018).

(5)

Menurut Indasari dan Yadnyana (2018), teori sinyal menjelaskan bagaimana perusahaan mengeluarkan sinyal berupa informasi yang dapat menjelaskan keadaan perusahaan tersebut lebih baik dibanding dengan perusahaan lainnya. Sinyal yang dikeluarkan perusahaan membantu investor dalam menilai suatu perusahaan. Salah satu yang informasi yang dikeluarkan perusahaan berupa informasi keuangan yang menjelaskan kinerja keuangan perusahaan tersebut yang diiukur dengan menghitung berbagai rasio keuangan.

2. Landasan Teori a. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham dianggap cerminan dari nilai asset perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Adanya peluang investasi dapat memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan (Denziana dan Monica, 2016).

Menurut Manoppo dan Arie (2016), nilai perusahaan atau juga disebut dengan nilai pasar perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau buku perusahaan dari ekuitasnya. Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi dipasar bursa dan ditentukan oleh pelaku pasar pada saat tertentu. Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya bahkan setiap detik harga

(6)

saham dapat berubah. Oleh karena itu, pelaku pasar harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Adapun beberapa metode untuk mengukur nilai perusahaan diantaranya:

1) Price to Book Value (PBV)

Menurut Purnama (2016), nilai perusahaan diukur dengan Price to Book Value (PBV) karena berkaitan dengan pertumbuham modal sendiri yang membandingkan nilai pasar dengan nilai bukunya. PBV adalah suatu rasio yang sering digunakan untuk menentukan nilai perusahaan dan mengambil keputusan investasi dengan cara membandingkan harga pasar saham akhir tahun dengan nilai buku per lembar saham.

Menurut Jogiyanto (2000), nilai buku (book value) per lembar saham menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham dengan memilki satu lembar saham. Karena aktiva bersih adalah sama dengan total ekuitas pemegang saham, maka nilai buku per lembar saham adalah total ekuitas dibagi dengan jumlah saham yang beredar. PBV diproyeksikan sebagai berikut:

PBV = Harga Pasar Saham

Nilai Buku Per Saham× 100% 2) Price Earning Ratio (PER)

Price Earning Ratio merupakan rasio mengukur harga pasar per lembar saham dibanding dengan earning per share atau laba per lembar saham. Rasio ini digunakan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh laba per lembar saham pemegang saham.

PER =𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑃𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑎𝑟𝑒

(7)

3) Tobin’s Q

Nilai perusahaan dapat dihitung dengan anallisis Tobin’s Q. Rasio ini merupakan konsep menunjukkan estimasi pasar keuangan dengan membandingkan nilai pasar ekuitas suatu perusahaan dengan nilai buku dari total asset, dirumuskan dengan:

Q =(EMV + D)

(EBV + D)× 100% Keterangan:

Q = Nilai Perusahaan EMV = Nilai Pasar Ekuitas

EBV = Nilai Buku dari Total Asset D = Nilai Buku dari Total Hutang

Dalam penelitian ini mengukur nilai perusahaan berfokus pada salah satu indikator nilai perusahaan yaitu menggunakan rumus Price to Book Value (PBV).

b. Ukuran Perusahaan

Menurut Haryadi (2016), Size perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai perusahaan. Dalam hal ini skala perusahaan dilihat dari total asset yang dimiliki perusahaan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan, jika perusahaan memiliki total asset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan asset yang ada di perusahaan tersebut.

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan dimana perusahaan yang besar akan lebih muda mendapatkan pinjaman dari luar baik dalam bentuk utang maupun modal saham karena biasanya perusahaan besar disertai

(8)

dengan reputasi yang cukup baik dimata masyarakat. Ukuran perusahaan di rumuskan:

𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝐿𝑛 (𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 ) c. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan aktiva maupun modal sendiri (Vaeza dan Hapsari, 2015). Semakin memiliki tingkat pendapatan laba yang tinggi maka menunjukkan perkembangan yang baik bagi perusahaan. Menurut Dhani dan Utama (2017), profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas juga merupakan suatu indikator kinerja seorang manajemen dalam megelola kekayaan suatu indikator kinerja seorang manajemen dalam mengelola kekayaan suatu perusahaan berupa laba yang dihasilkan.

Menurut Sudana (2011), Profitabilitas ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan. Terdapat beberapa cara untuk mengukur besar kecilnya profitabilitas, yaitu:

1) Return On Asset (ROA)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola aktiva perusahaan. Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar, dan sebaliknya.

(9)

𝑅𝑂𝐴 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠

Tottal Asset × 100% 2) Return On Equity (ROE)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pihak pemegang saham untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisiensi penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen.

𝑅𝑂𝐸 =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠

Tottal Equitty × 100% 3) Profit Margin Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan yang dicapai perusahaan. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam menjalankan operasinya. Profit margin dibedakan menjadi:

a. Net Profit Margin (NPM)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan. Rasio ini mencerminkan efisiensi seluruh bagian, yaitu produksi, personalia, pemasaran dan keuangan yang ada dalam perusahaan.

NPM = 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠

(10)

b. Operating Profit Margin (OPM)

Rasio ini mengukur kemampuan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan penjualan yang dicapai perusahaan. Rasio ini menunjukkan efisiensi bagian produksi, personalia, serta pemasaran dalam menghasilkan laba.

OPM =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑇𝑎𝑥𝑒𝑠

𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 × 100%

c. Gross Profit Margin (GPM)

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba kotor dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Rasio ini menggambarkan efisiensi yang dicapai oleh bagian produksi.

GPM =𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡

𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 × 100%

4) Basic Earning Power

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Dengan kata lain rasio ini mencerminkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan seluruh investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan, semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif dan efisien pengelolaan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak.

BEP =𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑎𝑛𝑑 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 × 100%

Dalam penelitian ini mengukur prfitabilitas berfokus pada salah satu indikator profitabilitas yaitu menggunakan rumus Return On Asset (ROA).

(11)

d. Earing Per Share (EPS)

Menurut Mindra dan Erawati (2014), earning per share atau laba persaham adalah keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih perusahaan pada saat menjalankan operasinya, earning per share adalah rasio yang menunjukkan pendapatan yang diperoleh setiap lembar saham.

Alat ukur yang paling sering digunakan dalam melihat seberapa bonafit suatu perusahaan adalah Earning Per Share (EPS). Angka yang ditunjukan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya deviden per saham dan tingkat harga saham dikemudian hari, serta EPS juga relevan untuk menilai efektivitas manajemen dan kebijakan pembayaran dividen (Pioh et al., 2018).

Earning per share atau laba perlembar saham adalah keuntungan setiap perlembar saham. Earning per share tinggi maka harga saham perusahaan akan tinggi sehingga nilai perusahaan memiliki nilai yang tinggi EPS merupakan komponen utama dalam analisis fundamental yang dilakukan investor dalam menganalisis sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham. Adapun alasan yang mendasari penggunaan komponen tersebut yaitu pertama karena EPS dapat digunakan untuk mengantisipasi nilai intrinsic suatu saham. Kedua deviden yang dibayarkan perusahaan pada dasarnya berasal dari laba perusahaan. Ketiga ada hubungan perubahan earning dengan perubahan return saham (Pioh et al., 2018).

(12)

EPS = Laba setelah pajak

Jumlah Saham Beredar× 100%

e. Struktur Modal

Menurut Dhani dan Utama (2017), struktur modal adalah proporsi pendanaan dengan hutang perusahaan. Perusahaan dengan tingkat pengembangan usaha yang besar akan membutuhkan sumber dana yang besar, sehingga dibutuhkan tambahan dana dari pihak eksternal sebagai upaya untuk menambah kebutuhan dana dalam proses pengembangan usaha tersebut. Perusahaan dalam tingkat pengembangan usaha yang baik dalam jangka panjang akan memberikan yang besar kepada investor. Hal ini berdampak terhadap peningkatan nilai perusahaan.

Struktur modal menurut Manoppo dan Arie (2016) adalah pertimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Hutang jangka panjang merupakan salah satu dari bentuk pembiayaan jangka panjang yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur (debt ratio) dilakukan dengan cara membagi total hutang jangka panjang dengan total asset. Semakin tinggi debt ratio dilakukan dengan cara membagi total hutang jangka panjang dengan total asset. Semakin tinggi debt ratio, semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Modal sendiri adalah dana jangka panjang perusahaan yang disediakan oleh pemilik perusahaan (pemegang saham), yang terdiri dari berbagai jenis saham (saham preferen dan saham biasa).

Menurut Sudana (2011), struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan utang jangka

(13)

panjang dengan modal sendiri. Teori struktur modal menjelaskan apakah kebijakan pembelanjaan jangka panjang dapat memengaruhi nilai perusahaan, biaya modal perusahaan, dan harga pasar saham perusahaan. Jika kebijakan pembelanjaan perusahaan dapat memengaruhi ketiga faktor tersebut, bagaimana kombinasi utang jangka panjang dan modal sendiri yang dapat memaksimalkan nilai perusahaan atau meminimalkan biaya modal perusahaan atau memaksimalkan harga pasar saham perusahaan meningkat, harga pasar saham perusahaan tersebut juga akan naik. Terdapat beberapa cara untuk mengukur struktur modal, seberapa besar utang dalam pembelanjaan perusahaan, yaitu:

1) Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini mengukur besar kecilnya perbandingan antara jumlah hutang terhadap ekuitas. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar hutang perusahaan dibanding ekuitas dimiliki perusahaan atau pemegang saham. Semakin tinggi rasio perusahaan akan memiliki hutang yang besar maka kurang baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.

DER =Tottal Hutang

Total Ekuitas × 100%

2) Debt to Asset Ratio (DAR)

Rasio ini mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai aktiva perusahaan. Semakin besar rasio menunjukkan semakin besar porsi penggunaan utang dalam membiayai investasi pada aktiva, yang berarti pula risiko keuangan perusahaan meningkat dan sebaliknya.

(14)

DAR =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 × 100%

3) Long Term Liabilities to Equity Ratio (LDER)

Rasio ini mengukur besar kecilnya penggunaan utang jangka panjang dibandingkan dengan modal sendiri perusahaan. Semakin besar rasio mencerminkan resiko keuangan yang semakin tinggi, dan sebaliknya dalam menutupi hutang jangka panjang.

𝐿𝐷𝐸𝑅 =Total Utang Jangka Panjang

Total Ekuitas × 100%

4) Long Term Liabilities to Asset Ratio (LDAR)

Rasio ini mengukur besar kecilnya penggunaan utang jangka panjang dibandingkan terhadap asset perusahaan.

𝐿𝐷𝐴𝑅 =Total Utang Jangka Panjang

Total Asset × 100%

Dalam penelitian ini mengukur struktur modal berfokus pada salah satu indikator struktur modal yaitu menggunakan rumus Debt to Equity Ratio (DER).

C. Perumusan Hipotesis

a. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan

Hasil penelitian yang dilakukan Denziana dan Monica (2016) dan Vaeza dan Hapsari (2015), menyimpulkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari indikator total asset yang memberikan pengaruh lebih kuat dibanding penjualan terhadap nilai perusahaan. Ukuran perusahaan semakin besar maka semakin meningkat pula nilai perusahaan.

(15)

Menurut Vaeza dan Hapsari (2015), ukuran perusahan perusahaan dapat dilihat dari total asset yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan dijadikan patokan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja baik, sehingga nilai perusahaan tersebut dimata investor juga semakin baik.

H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan

b. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

Profitabilitas yang di proyeksikan dengan return on asset (ROA) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap total asset yang dimiliki perusahaan. Menurut Purnama (2016), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Profitabilitas merupakan gambaran kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Semakin tinggi laba perusahaan maka tinggi return yang diperoleh oleh para pemegang saham. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pioh et al. (2018), hasil penelitian profitabilitas (ROA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, dengan kata lain ROA merupakan rasio yang mengukur seberapa efisien sebuah perusahaan didalam mengelola assetnya untuk meghasilkan laba selama satu periode.

Dalam penelitian Jusriani dan Rahardjo (2013), profitabilitas memiliki pengaruh dengan arah positif, semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan diidentifikasikan dengan nilai ROA yang besar yang semakin besar maka nilai perusahaan juga semakin besar.

(16)

c. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Nilai Perusahaan.

Earning per share (EPS) merupakan hasil laba bersih setelah pajak dibagi jumlah saham yang beredar. Dalam penelitian Pioh et al. (2018), earning per share memiliki pengaruh yang positif terhadap nilai perusahaan dengan kata lain, semakin besar nilai dari EPS maka kesejahteraan para pemegang saham akan semakin baik. Begitu pula dengan para calon pembeli saham yang semakin tertarik dengan melihat nilai EPS yang baik pula.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Marlina, 2013), earning per share berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan earning per share yang meningkat mencerminkan hasil investasi per lembar saham meningkat, sehingga kepercayaan investor meningkat dan harga saham juga meningkat sehingga nilai perusahaan juga meningkat, kondisi ini akan berakibat harga saham turun. Turunnya harga saham akan berakibat turunnya price to book value (PBV).

H3: Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan

d. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilaii Perusahaan

Struktur modal di ukur dengan debt to equity ratio (DER) merupakan total hutang perusahaan dibagi dengan total ekuitas perusahaan. Indasari dan Yadyana (2018), Pio et al. (2018) dan Manoppo dan Arie (2016), struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Menurut pioh et al. (2018) jika rasionya meningkat, ini artinya perusahaan dibiayai oleh kreditor (pemberi hutang) dan bukan dari sumber keuangannya sendiri yang mungkin merupakan trend yang cukup berbahaya. Pemberi pinjaman dan investor biasanya memilih DER yang

(17)

H1

H2

H3

H4

rendah karena kepentingan mereka lebih terlindungi jika terjadi penurunan bisnis pada perusahaan yang bersangkutan.

H4: Struktur Modal berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan

D. Kerangka Pemikiran Ukuran Perusahaan (X1) Struktur Modal (X4) Profitabilitas (X2)

Earning Per Share (EPS) (X3)

Nilai Perusahaan (Y)

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang bergerak di sektor manufaktur dengan sampel sebanyak 97 perusahaan yang memiliki laporan keuangan secara lengkap selama periode

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa sistem pengendalian temperatur menggunakan logika fuzzy mendapatkan data yang linier antara data Setting Point dan data

Menentukan kestabilan solusi persamaan beda linier orde lebih dari satu dapat dilakukan tanpa mencari solusinya terlebih dahulu, yaitu dengan mengubah persamaan

2.3.7 Hubungan Size Dengan Nilai Perusahaan Melalui Struktur Modal Perusahaan kecil akan cenderung memiliki biaya modal sendiri dan menggunakan hutang jangka pendek yang lebih

Ha : Struktur Modal berpengaruh signifikan terhadap current ratio Ho : Struktur Modal tidak berpengaruh signifikan terhadap current ratio

Konsep hulul, nur Muhammad dan wihdatul adyan adalah merupakan konsep-konsep falsafi al-Hallaj yang merupakan hasil dari kontemplasinya tentang keilmuan dan keadaan

1) Manajemen Sumber Daya Manusia. 2) Manajemen Sumber Daya Keuangan. 3) Manajemen Sarana dan Prasarana. 4) Manajemen Teknologi dan Informasi (IT). Maksud dan tujuan. Laporan ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedalaman gerusan dan pola gerusan yang terjadi di sekitar abutmen pada kondisi aliran jernih (clear-water scour) untuk saluran