1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan hal-hal yang menjadi kerangka acuan dilakukannya penelitian ini. Beberapa hal yang akan dibahas pada bab ini diantaranya adalah latar belakang, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan arahan pada RPJPN 2005-2025, terdapat sasaran pembangunan jangka menengah nasional 2020-2024 yaitu percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur yang didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. RPJMN 2020-2024 menyebutkan bahwa mengutamakan konsep Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). Dalam Agenda United
Nations 2030 for Sustainable Development telah menetapkan 17 tujuan pembangunan
berkelanjutan, di antaranya yang pertama adalah untuk mengakhiri kemiskinan dalam segala bentuknya. Kemiskinan dijadikan tujuan yang pertama bukan tanpa alasan, hal tersebut secara tidak langsung berarti kemiskinan merupakan hal penting yang harus diutamakan penanganannya. Cerminan keberhasilan pembangunan yang diharapkan oleh setiap Negara pada umumnya termasuk Indonesia ialah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan dapat diukur dengan penurunan tingkat kemiskinan dimana jika kesejahteraan suatu wilayah meningkat maka itu berarti terjadi penurunan tingkat kemiskinan.
Pada dasarnya kemiskinan hingga saat ini masih menjadi sebuah masalah hampir di seluruh negara, termasuk di Indonesia. Menurut Liu et al., (2017), kemiskinan merupakan tantangan yang dihadapi semua negara dan komunitas
internasional secara keseluruhan. Dalam konteks perencanaan pembangunan, kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang belum dapat diselesaikan dengan baik karena pada berbagai sektor yang belum dapat menampung dan memenuhi kebutuhan masyarakat (Solikatun et al., 2018). Mempromosikan pembangunan, mempersempit kesenjangan desa-kota, menghilangkan kemiskinan dan mencapai kemakmuran bersama adalah cita-cita yang terus-menerus dikejar oleh umat manusia.
Salah satu tujuan pembangunan nasional Negara Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu memajukan kesejahteraan umum. Kesejahteraan pada dasarnya berkaitan dengan kemiskinan, kemiskinan penduduk di Indonesia sendiri dapat menggambarkan kondisi kesejahteraan umum masyarakatnya. Akan tetapi kesejahteraan sulit didapatkan apabila masih terjadi ketidakmerataan pembangunan, seperti yang disebutkan oleh Partridge & Rickman (2006), dalam negara maju sekalipun kelompok kemiskinan tinggi dengan rendah sering ditemui berada dalam jarak yang relatif berdekatan, sehingga pola spasial tersebut menunjukan bahwa upaya penanggulangan kemiskinan perlu disesuaikan dengan orang dan tempat. Sejauh ini belum terdapat penelitian yang dimaksudkan memetakan pola dan tren kemiskinan wilayah di Indonesia, sehingga penting untuk dilakukan guna mengetahui wilayah mana yang perlu mendapatkan perhatian lebih dan menjadi prioritas pembangunan oleh pemerintah sehingga tepat dalam menerapkan kebijakan dan merencanakan tata ruang sesuai dengan yang diprioritaskan.
Tingkat kesejahteraan wilayah berkaitan dengan pengeluaran dan pendapatan daerah dan individu, secara umum pendapatan akan berpengaruh terhadap pengeluaran dan pendapatan individu hanya akan diperoleh dengan baik apabila memiliki pekerjaan atau penghasilan yang tetap. Berdasarkan hal tersebut dapat dianalogikan bahwa kemungkinan tingginya kemiskinan wilayah dipengaruhi oleh banyaknya individu yang tidak memiliki pekerjaan. Oleh karena itu pengentasan kemiskinan seharusnya dibarengi dengan penanggulangan pengangguran juga. Bermula dari kondisi dan data tersebut peneliti bertujuan melakukan penelitian
dengan objek wilayah Indonesia terhadap perubahan tingkat kemiskinan serta mengidentifikasi seberapa besar pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan pada suatu wilayah. Penelitian ini akan difokuskan untuk mengidentifikasi kondisi kemiskinan dan pengaruhnya pengangguran terhadap kemiskinan pada satu satuan wilayah Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Kemiskinan menjadi masalah di berbagai Negara, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia dimana kemiskinan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan beberapa Negara sekitarnya. Penanganan kemiskinan dalam kata lain ialah pengurangan kemiskinan, menurut Partridge & Rickman (2006) dapat memberikan manfaat yang substansial dalam berbagai hal, salah satunya ialah pendapatan jangka panjang yang lebih besar untuk individu yang terpengaruh secara positif. Kemiskinan bersifat tidak stagnan yang artinya dapat mengalami perubahan dengan upaya-upaya yang dilakukan dalam pengentasan kemiskinan.
Dalam rangka pengentasan kemiskinan, salah satu yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia ialah dengan mengurangi jumlah pengangguran. Seperti yang disebut oleh Partridge & Rickman (2006) bahwa kemiskinan berbanding lurus dengan pengangguran dimana penurunan penurunan pengangguran juga akan diikuti penurunan angka kemiskinan, hal tersebut dibuktikan bahwa terdapat tiga negara bagian dengan penurunan tingkat kemiskinan terbesar juga mengalami penurunan pengangguran yang tinggi. Oleh karena itu, pada penelitian ini selain ingin membuktikan bahwa di Indonesia memiliki kemiskinan beragam dan terjadi perubahan yang signifikan pada wilayah-wilayah tertentu, juga ingin mengidentifikasi seberapa besar pengaruh tingkat pengangguran terhadap kemiskinan di Negara berkembang yaitu Indonesia, sehingga memunculkan pertanyaan penelitian seperti apakah pola kemiskinan di Indonesia serta seberapa besar pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan?
1.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah Memetakan pola kemiskinan dan tingkat pengangguran pada dua titik waktu yaitu 2015 dan 2020 serta membuktikan pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan antar satuan wilayah di Indonesia sehingga dapat terlihat wilayah mana yang menjadi prioritas utama oleh Pemerintah dalam perspektif perencanaan wilayah dan kota. Untuk mencapai tujuan penelitian, terdapat beberapa sasaran penelitian yang diantaranya:
1. Memetakan pola dan perubahan kemiskinan secara spasial berdasarkan karakteristik wilayah di Indonesia pada tahun 2015 dan 2020
2. Memetakan pola dan perubahan tingkat pengangguran secara spasial berdasarkan karakteristik wilayah di Indonesia pada tahun 2015 dan 2020 3. Mengidentifikasi besarnya pengaruh tingkat pengangguran terhadap
kemiskinan di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Pada subbab ini dijelaskan bahwa penelitian ini akan menghasilkan informasi mengenai pola dan tren kemiskinan juga tingkat pengangguran serta korelasi keduanya pada berbagai karakteristik wilayah di Indonesia. Manfaat penelitian lebih spesifik dijelaskan sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memetakan bahwa pola kemiskinan dan pengangguran di Indonesia beragam yang terjadi karena adanya kesenjangan atau ketidakmerataan pembangunan serta ingin membuktikan bahwa pengangguran berpengaruh secara positif terhadap kemiskinan, sehingga diharapkan kedepannya para pengambil kebijakan dapat mempertimbangkan hal-hal apa saja yang perlu dipacu untuk mengatasi masalah kemiskinan yang ada serta memprioritaskan wilayah dalam pembangunan terutama penanggulangan kemiskinan.
2. Manfaat Praktis
Dalam penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui pola dan perubahan wilayah Indonesia pada dua titik waktu, dimana kemiskinan dapat dikatakan sebagai masalah multidimensi karena berkaitan dengan keterbatasan akan akses secara ekonomi, sosial budaya dan politik. Pada dasarnya adanya kemiskinan di beberapa wilayah di Indonesia salah satunya disebabkan adanya kesenjangan atau tidak meratanya pembangunan yang ada serta tingginya angka pengangguram. Dengan begitu adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan khususnya pengambil kebijakan dan mengetahui wilayah mana yang harus diprioritaskan penanganannya dan wilayah mana yang tingkat penganggurannya berpengaruh besar terhadap kemiskinan.
1.5 Ruang Lingkup
Dalam mencapai tujuan dan sasaran penelitian, diperlukan suatu batasan terhadap ruang lingkup penelitian yang terdiri dari ruang ligkup spasial, ruang lingkup substansi dan ruang lingkup temporal.
1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beberapa wilayah seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Wilayah Indonesia terbagi dalam beberapa tingkat mulai dari pulau, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan kelurahan/desa.
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di dunia dengan luas wilayah mencapai 1,905 juta km2. Indonesia terdiri dari beberapa kepulauan yang menurut Badan Pusat Statistik terbagi menjadi 514 Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia yang terdiri dari 416 Kabupaten dan 98 Kota yang tersebar di 34 Provinsi. Pada pulau Sumatera terdiri
dari 10 provinsi dengan 120 kabupaten dan 34 kota, Pulau Jawa terdiri dari 6 provinsi dengan 85 kabupaten dan 34 kota, Kepulauan Nusa Tenggara terdiri dari 3 provinsi dengan 37 kabupaten dan 4 kota, Pulau Kalimantan terdiri dari 5 provinsi dengan 47 kabupaten dan 9 kota, Pulau Sulawesi terdiri dari 6 provinsi dengan 70 kabupaten dan 11 kota, Kepulauan Maluku Terdiri dari 2 provinsi dengan 17 kabupaten dan 4 kota, dan yang terakhir Pulau Papua terdiri dari 2 provinsi dengan 40 kabupaten dan 2 kota.
Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2021
GAMBAR 1. 1
RUANG LINGKUP PENELITIAN
Dalam penelitian ini ditujuka untuk mengidentifikasi lingkup wilayah dari yang terbesar yaitu pulau supaya mengetahui gambaran secara luas lalu ke yang lebih rinci yaitu kabupate/kota. Selain itu dalam penelitian ini menjelaskan juga terkait pola kemiskinan dalam lingkup wilayah metropolitan, wilayah tertinggal dan wilayah
terluar di Indonesia. Berikut lebih jelasnya terkait pembagian satuan pulau dan provinsi di Indonesia.
TABEL I. 1
DAFTAR PULAU DAN PROVINSI DI INDONESIA
No Pulau Sumatera No Pulau Jawa No Pulau Bali-Nusa Tenggara
1 Aceh 1 Dki Jakarta 1 Bali
2 Sumatera Utara 2 Jawa Barat 2 Nusa Tenggara Barat 3 Sumatera Barat 3 Jawa Tengah 3 Nusa Tenggara Timur
4 Riau 4 Di Yogyakarta
5 Jambi 5 Jawa Timur
6 Sumatera Selatan 6 Banten
7 Bengkulu
8 Lampung
9 Kep. Bangka Belitung
10 Kep. Riau
No Pulau Kalimantan No Pulau Sulawesi No Pulau Maluku-Papua 1 Kalimantan Barat 1 Sulawesi Utara 1 Maluku 2 Kalimantan Tengah 2 Sulawesi Tengah 2 Maluku Utara 3 Kalimantan Selatan 3 Sulawesi Selatan 3 Papua Barat 4 Kalimantan Timur 4 Sulawesi Tenggara 4 Papua 5 Kalimantan Utara 5 Gorontalo
6 Sulawesi Barat
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021
Wilayah metropolitan terdiri dari beberapa wilayah administratif yang dicirikan oleh tingginya konsentrasi penduduk (lebih dari 1.250.000 jiwa) dengan berbagai kegiatan industri, perdagangan dan kegiatan lainnya. Berikut pembagian kawasan metropolitan menurut Kementrian PPN/Bappenas.
TABEL I. 2
DAFTAR RINCIAN WILAYAH METROPOLITAN DI INDONESIA
No Metropolitan Nama Rincian Wilayah
No Metropolitan Nama Rincian Wilayah Kota Binjai
Kab. Deli Serdag Kab Karo
2 WM Padang Palapa
Kota Padang Kota Paraman Kab Padang Pariaman
3 WM Palembang Patungraya Agung
Kota Palembang Kab Banyuasin Kab Ogan Ilir
Kab Ogan Komering Ilir
4 WM Jakarta Jabodetabekpunjur
Kota Jakarta Selatan Kota Jakarta Timur Kota Jakarta Pusat Kota Jakarta Barat Kota Jakarta Utara Kab Kepualauan Seribu Kab Bogor
Kota Depok Kab Tangerang Kota Tangerang Kota Tangerang Selatan Kab Bekasi
Kota Bekasi Kab Cianjur
5 WM Bandung Bandung Raya
Kota Bandung Kab Bandung Kab Bandung Barat Kota Cimahi 6 WM Semarang Kedungsepur Kota Semarang Kab Kendal Kota Salatiga Kab Semarang Kab Demak Kab Grobogan 7 WM Surabaya Gerbangkertosusilo Kota Surabaya Kab Sidoarjo Kab Gresik Kab Mojokerto Lamongan
No Metropolitan Nama Rincian Wilayah Bangkalan Kota Mojokerto 8 WM Denpasar Sarbagita Kota Denpasar Badung Gianyar Tabanan
9 WM Mataram Mataram Raya
Kota Mataram Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Lombok Utara
10 WM Banjarmasin Banjar Bakula
Kota Banjarmasin Kota Banjarbaru Banjar Barito Kuala Tanah Laut 11 WM Makassar Mamminasata Kota Makassar Maros Gowa Takalar 12 WM Manado Bamindo Kota Manado Kota Bitung Minahasa Utara Sumber: Badan Pusat Statistik, 2021
Penetapan daerah tertinggal sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2020-204 yang juga menjelaskan bahwa daerah tertinggal merupakan daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lainnya dalam skala nasional yang ditetaapkan setiap lima tahun sekali secara nasional berdasarkan kriteria, indikator, dan sub indikator ketertinggaln. Berikut ini daftar wilayah tertinggal sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2020.
TABEL I. 3
DAFTAR WILAYAH TERTINGGAL DAN TERLUAR INDONESIA
No Provinsi Wilayah Tertinggal No Provinsi Wilayah Terluar 1
Sumatera Utara
Nias 1
Aceh Aceh Besar
2 Nias Selatan 2 Kota Sabang
3 Nias Utara 3
Riau
Rokan Hilir
4 Nias Barat 4 Kota Dumai
5 Sumatera Barat Kepulauan Mentawai 5 Bengkalis
6 Sumatera Selatan Musi Rawas Utara 6 Kepulauan Meranti
7 Lampung Pesisir Barat 7 Palalawan
8 Nusa Tenggara Barat Lombok Barat 8 Indragiri Hilir 9 Nusa Tenggara Timur Sumba Barat 9 Kepulauan Riau Karimun
10 Sumba Timur 10 Kota Batam
11 Kupang 11 Bintan
12 Timor Tengah Selatan 12 Kepulauan Anambas
13 Belu 13 Natuna
14 Alor 14 Sumatera Utara Serdang Bedagai
15 Lembata 15
Nusa Tenggara Timur
Kota Kupang
16 Rote Ndao 16 Timor Tengah Utara
17 Sumba Tengah 17 Belu
18 Sumba Barat Daya 18 Alor
19 Manggarai Timur 19 Rote Ndao
20 Sabu Raijua 20 Sabu Raijua
21 Malaka 21 Malaka 22 Sulawesi Tengah Donggala 22 Kalimantan Barat Sambas
23 Tojo Una-Una 23 Bengkayang
24 Sigi 24 Sintang
25
Maluku
Maluku Tenggara
Barat 25 Kapuas Hulu
26 Kepulauan Aru 26 Sanggau
27 Seram Bagian Barat 27
Kalimantan Utara Nunukan
28 Seram Bagian Timur 28 Malinau
29 Maluku Barat Daya 29
Kalimantan Timur Mahakam Hulu
30 Buru Selatan 30 Berau
31
Maluku Utara
Kepulauan Sula 31
Sulawesi Utara
Kepulauan Sangihe
32 Pulau Taliabu 32 Kepulauan Talaud
33
Papua Barat Teluk Wondama 33 Maluku
Maluku Tenggara Barat
No Provinsi Wilayah Tertinggal No Provinsi Wilayah Terluar
35 Sorong Selatan 35 Maluku Barat Daya
36 Sorong 36 Maluku Utara Pulau Morotai
37 Tambrauw 37
Papua
Keerom
38 Maybrat 38 Pegunungan Bintang
39 Manokwari Selatan 39 Supiori
40 Pegunungan Arfak 40 Kota Jayapura
41
Papua
Jayapura 41 Merauke
42 Nabire 42 Boven Digoel
43 Paniai 43 Papua Barat Raja Ampat
44 Puncak Jaya 45 Boven Digoel 46 Mappi 47 Asmat 48 Yahukimo 49 Pegunungan Bintang 50 Tolikara 51 Keerom 52 Waropen 53 Supiori 54 Mamberamo Raya 55 Nduga 56 Lanny Jaya 57 Mamberamo Tengah 58 Yalimo 59 Puncak 60 Dogiyai 61 Intan Jaya 62 Deiyai
Sumber: Perpres Nomor 63 Tahun 2020
1.5.2 Ruang Lingkup Waktu dan Substansi
Berdasarkan ketersediaan data, penelitian ini difokuskan pada data yang tersedia pada Badan Pusat Statistik tahun 2015 dan 2020. Penelitian ini dimaksudkan guna melihat pola dan tren kemiskinan dan pengangguran berdasarkan satuan wilayah
di Indonesia serta mengidentifikasi besarnya pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan.
Sumber: Olah Data Pustaka, 2021
GAMBAR 1. 2 CAKUPAN KEMISKINAN
Secara umum bahwa kemiskinan mencakup kemiskinan absolut dan relatif (Liu et al., 2018). Menurut UNDP (2000), kemiskinan jika dilihat dari sisi pendapatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar disebut dengan kemiskinan absolut, sedangkan jika secara umum dilihat dari kualitas manusia seperti kekurangan pendapatan dalam pemenuhan kebutuhan non-pangan seperti pakaian, energi dan tempat tinggal dapat disebut sebagai kemiskinan relatif. Dalam penelitian ini berfokus pada kemiskinan absolut dimana dalam (Liu et al., 2018) menyebutkan sumber pendapatan yang tidak stabil, tingkat pendidikan yang rendah, tingkat pengangguran yang tinggi, kurangnya akses ke kegiatan ekonomi, kurangnya kemampuan untuk bekerja, alokasi sumber daya yang tidak merata dipandang sebagai faktor penting yang memengaruhi kemiskinan absolut.
Penelitian ini selain membahas terkait kemiksinan di Indonesia juga berbicara terkait salah satu penyebab kemiskinan yaitu pengangguran, seperti yang disebutkan dalam Partridge & Rickman (2006) terbukti bahwa di negara maju yaitu Amerika, pengangguran berpengaruh terhadap kemiskinan, penurunan angka pengangguran diikuti dengan penurunaa angka kemiskinan, oleh karena itu dalam selain ingin mengidentifikasi pola kemiskinan, peneliti juga ingin mengidentifikasi seberapa besar pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan di Indonesia.
1.6 Keaslian Penelitian
Penelitian ini dilakukan guna melihat perubahan kemiskinan dan tingkat pengangguran di Indonesia serta korelasi keduanya. Sebelum dilakukan penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang berkaitan kemiskinan dan pengangguran yang menjadi dasar pemikiran dalam melakukan penelitian mengenai perbandingan tingkat kemiskinan pulau, provinsi, kabupaten/kota, wilayah metropolitan, wilayah tertinggal dan wilayah terluar di Indonesia antara tahun 2015 dan 2020.
TABEL I. 4
KEASLIAN PENELITIAN
No Peneliti Judul Penelitian Metodologi Fokus Lokasi
1 Partridge Mark D., Rickman Dan S. (2006) The Geography of American Poverty Statistik Deskripsi Sederhana
Pola dan tren
kemikinan Amerika
2 Musa Al Jundi (2014)
Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Provinsi-Provinsi Di Indonesia Kuantitatif (analisispanel, uji f, uji t) Faktor-faktor pengaruh kemiskinan Indonesia 3 Martiyan Ramdani (2015) Determinan Kemiskinan Di Indonesia Tahun 1982-2012 Kuantitatif (time series) Determinan kemiskinan Indonesia 4 Henida Widyatama (2017) Clustering Wilayah Lampung Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Analisis Cluster Pengelompokan wilayah Provinsi Lampung 5 Debrina Vita (2018) Analisis Tingkat Kemiskinan di Indonesia Metode hirarkhi dan non hirarkhi dan analisis cluster Pengelompokan wilayah/provinsi Indonesia 6 Ahmad Soleh Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan Di Indonesia Deskripftif (pengumpulan data sekunder) Pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan Indonesia
No Peneliti Judul Penelitian Metodologi Fokus Lokasi 7 Yoghi Citra (2014) Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan Di Indonesia Deskriptif-korelasional (kausal) Faktor-faktor mempengaruhi kemiskinan Indonesia 8 Khoirunurrof ik, Dipta Fitriatinnisa (2021) Financial Inclusion, Poverty, Inequality: Empiricial Evidence from Provincial in Indonesia indikator parsial dari dimensi akses dan penggunaan indikator multi dimensi. keterkaitan antara inklusi keuangan, kemiskinan, dan ketimpangan dengan melihat bukti empiris dari 33 provinsi di Indonesia selama 2009 - 2019 Indonesia
Sumber: Olah Data Pustaka, 2021
Terdapat perbedaan terkait penelitian pola dan tren kemiskinan di Indonesia dengan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya adalah fokus dan lokus penelitian yang dilakukan satu satuan wilayah Indonesia dengan jarak 5 tahun yaitu pada tahun 2015 dan 2020.
1.7 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian serta tujuan dan sasaran, secara garis besar kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini.
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2020
GAMBAR 1. 3
KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN
1.8 Metodologi
Pada sub bab metodologi penelitian akan dijelaskan terkait metode yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam penelitian ini. Metodologi penelitian mencakup pendekatan penelitian, metode koleksi data dan metode analisis data.
1.8.1 Metode Koleksi Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berasal dari dokumen, jurnal serta laporan resmi yang berasal dari instansi terkait. Dalam penelitian ini metode koleksi data ialah melakukan kajian dokumen statistik yang tersedia. Pengumpulan data dari penelitian ini melalui studi literatur guna mengetahui indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kemiskinan di Indonesia dan mengetahui kondisi eksisting kemiskinan di Indonesia. Dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dilakukan koleksi data yang berupa dokumen-dokumen resmi yang umumnya dipublikasikan secara luas. Instansi terkait yang menjadi sumber data sekunder ini ialah Badan Pusat Statistik Nasional. Kebutuhan data yang diperlukan dalam penelitian ini diantaranya persentase penduduk miskin dan tingkat pengangguran terbuka pada dua titik tahun yaitu 2015 dan 2020.
1.8.2 Metode Analisis Data
Metode analisis data akan menjelaskan metode pengolahan data yang digunakan untuk memperoleh informasi. Metode yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
1.8.3.1 Kerangka Metode
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2021
GAMBAR 1. 4
KERANGKA METODE PENELITIAN
1.8.3.2 Analisis Spasial
Dalam memetakan pola dan tren kemiskinan dan pengangguran digunakan analisis spasial sebagai alat untuk menggambarkan tingkatan pola kemiskinan yang terjadi pada satuan wilayah tertentu sehingga menghasilkan informasi yang lebih bermakna dan dapat menentukan wilayah yang seharusnya diprioritaskan. Data statistik yang digunakan berupa data persentase penduduk miskin dan tingkat pengangguran terbuka dengan lingkup makro ke mikro untuk mengetahui gambaran dalam unit yang luas dan setelah itu ke unit yag lebih rincinya, yaitu dari pulau, provinsi, kabupaten/kota, wilayah metropolitan, wilayah tertinggal dan wilayah
terluar di Indonesia dengan membandingkan dua titik waktu yaitu pada tahun 2015 dan 2020. Kemudian proses penginputan ke dalam Sistem Informasi Geografis dengan menggunakan aplikasi ArcGis, yang kemudian dapat menampilkan lokasi-lokasi dengan perbedaan gradasi warna dan rentang nilai sesuai dengan data. Keluaran dari analisis ini yaitu dua enam peta pada tahun 2015, enam peta tahun 2020 dan enam peta perubahan data tahun 2015 ke 2020. Kemudian hal tersebut dapat menjadi informasi yang akan dianalisis lebih lanjut pada penelitian ini.
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2021
GAMBAR 1. 5 BAGAN ANALISIS SPASIAL
1. Klasifikasi perubahan kinerja penanggulangan kemiskinan
Perubahan kinerja penanggulangan kemiskinan dapat dirumuskan sebagai berikut.
Perubahan = IndikatorX t1 – IndikatorX t2 Dengan:
t1: 2015 t2: 2020
Untuk membuat klasifikasi perubahan kinerja penanggulangan kemiskinan berdasarkan angka kemiskinan, maka perlu dikategorikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Kelompok tinggi, nilai rata-rata perubahan plus 1 (+1) standar deviasi (X ≥ Mi + 1 SDi)
b. Kelompok sedang, yang mempunyai nilai antara skor rata-rata perubahan minus 1 standar deviasi dan skor rata-rata perubahan plus 1 standar deviasi (antara (Mi – 1SDi ) ≤ X < (Mi + SDi)
c. Kelompok rendah, mempunyai skor lebih rendah dari skor rata-rata perubahan minus 1 standar deviasi (X < Mi- 1 SDi)
2. Kriteria Wilayah yang Menjadi Target Prioritas dalam Pembangunan Dalam penelitian ini, selain untuk melihat pola dan tren kemiskinan, juga ingin merumuskan wilayah yang menjadi target prioritas dalam pembangunan di Indonesia. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a. Kriteria 1: Tingkat Kemiskinan pada tahun 2015 dan 2020 tergolong menengah ke tinggi.
b. Kriteria 2: Perubahan Kinerja penanggulangan kemiskinan tahun 2015-2020 tergolong menengah ke tinggi (mengalami penurunan yang rendah bahkan mengalami peningkatan kemiskinan).
Wilayah yang memenuhi dua kriteria tersebut dapat dijadikan wilayah dengan target prioritas penanggulangan kemiskinan oleh pemerintah Indonesia.
1.8.3.3 Analisis Regresi Sederhana
Pada Penelitian ini menggunakan analisis regresi untuk mengetahui besarnya pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan dengan menguji suatu hubungan antar variabel pengangguran sebagai variabel bebas (independen) dan variabel kemiskinan sebagai variabel terikat (dependen). Analisis regresi dapat membantu dalam pembuatan keputusan apakah naik turunnya kemiskinan dapat dilakukan dengan peningkatan atau penurunan pengangguran. Model regresi dengan satu variabel bebas dapat ditulis dalam bentuk sebegai berikut (Ary, 2014).
Dengan:
Yi : nilai variabel tak bebas dalam trial ke-i,
a : Konstanta yang tidak diketahui nilainya b1 : Koefisien regresi
Xi : Konstanta yang diketahuinilainya, yaitu nilai variabel bebas dalam trial ke-I,
Dalam analisis regresi penelitian ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan kemiskinan. Nilai koefisien determinasi berada di rentang nol sampai satu. Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan pengangguran dalam menjelaskan kemiskinan sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu artinya menunjukan besarnya tingkat keberhasilan pengangguran dalam menjelaskan kemiskinan.
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui dan menguji apakah pengangguran secara bersama-sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap kemiskinan. Apabila nilai F hitung > F tabel berarti pengangguran berpengaruh terhadap kemiskinan dan dapat digunakan dalam memprediksi.
c. Uji t
Sama halnya dengan uji F, uji t dilakukan untuk menguji apakah pengangguran berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap kemiskinan. Kriteria yang digunakan adalah jika nilai t hitung > t tabel maka pengangguran berpengaruh terhadap kemiskinan dan dapat digunakan dalam memprediksi.
d. Koefisien (b)
Koefisien (b) menggambarkan besarnya kontribusi perubahan nilai pengangguran terhadap kemiskinan, semakin besar nilai koefisien maka kontribusi perubahan semakin besar, demikian pula sebaliknya akan semakin
kecil Kontribusi perubahan pengangguran juga ditentukan oleh koefisien regresi positif atau negatif.
Setelah sudah sesuai, dalam penelitian ini dilakukan pembuktian dengan menggunakan model regresi yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu Yi a+b1X1.
Pembuktian yang dilakukan ialah dengan membandingkan model nasional dan model pulau atau model pulau dan model provinsi dengan subtitusi x adalah jumlah pengangguran terbuka tahun 2020 sehingga akan menghasilkan jumlah penduduk miskinnya.
Kemudian dilakukan pengurangan jumlah pengangguran terbuka dengan besaran yang sama yaitu 10000 jiwa sehingga akan menghasilkan perbandingan jumlah penduduk miskin setelah dikurangi jumlah pengangguran terbuka antar model nasional dan pulau atau model pulau dan model provinsi. Berdasarkan perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa apakah pengurangan jumlah penduduk miskin di pulau akan lebih besar atau lebih kecil jika dibandingkan pengurangan jumlah penduduk miskin secara nasional.
1.9 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini terbagi menjadi beberapa bab yang diantaranya adalah sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai hal-hal yang mendasari penelitian dilakukan yang diantaranya meliputi latar belakang dalam pengambilan topik penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pada bab ini juga disertakan kerangka pemikiran penelitian, metodologi yang digunakan dalam penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian. Dalam tijauan pustaka meliputi beberapa teori-teori mengenai pengertian kemiskinan dan penduduk miskin, tingkat pengangguran terbuka, kemiskinan
nasional dan pertumbuhan ekonomi, kebijakan berbasis orang vs kebijakan berbasis tempat terkait kemiskinan, pola spasial dan tren kemiskinan, kebijakan penanggulangan kemiskinan serta pada bab ini dijelaskan contoh penelitian terkait tren dan pola kemiskinan.
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini menjelaskan situasi kemiskinan di Indonesia sebagai ruang lingkup studi. Gambaran umum kemiskinan dan pengangguran di Indonesia meliputi, kondisi kemiskinan dan pengangguran di Indonesia serta kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini memaparkan analisis data yang telah dikumpulkan. Analisis data akan berisikan pembahasan tentang pola dan tren kemiskinan di Indonesia antar pulau, provinsi, kabupaten/kota, wilayah metropolitan, wilayah tertinggal dan wilayah terluar, serta pembahasan terkait pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap kemiskinan.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini dijelaskan kesimpulan dan rekomendasi terhadap penelitian yang telah dilakukan. Sertta bagian ni juga akan dijelaskan terkait temuan studi dan kelemahan studi dalam penelitian ini