• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah kurikulum, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah kurikulum, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penilaian merupakan salah satu hal yang tidak dapat terlepas dari sebuah kurikulum, baik Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maupun Kurikulum 2013. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberi nama Kurikulum 2013.1

Penyempurnaan dilakukan untuk memaksimalkan pencapaian tuntunan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional. Selain itu, penyempurnaan dilakukan untuk menghadapi berbagai masalah dan tantangan masa depan yang semakin lama semakin rumit dan kompleks. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.2

Perubahan yang terdapat pada kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ada empat komponen yaitu: a) Standar Kompetensi

1 Kunandar, Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013), (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), Ed, Revisi, h. 21

2 Ibid, Kunandar, h. 16

(2)

Lulusan, b) Standar Isi, c) Standar Proses, d) Standar Penilaian.3 Empat standar yang disempurnakan tersebut, standar penilaian mendapat perhatian khusus di kalangan para pendidik yakni penilaian autentik atau sering disebut otentik. Karena sejatinya penilaian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran dan pembelajaran merupakan inti dari implementasi kurikulum.4

Berdasarkan uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa penilaian merupakan salah satu komponen pembelajaran yang tidak bisa di lupakan dalam pendidikan. Sistem penilaian mengalami perubahan seiring dengan berubahnya kurikulum yang berlaku. Salah satu perubahanya yaitu terletak pada kurikulum 2013 yang menghendaki penilaian autentik. Penilaian yang belum sepenuhnya terlaksana pada kurikulum sebelumnya. Pada kurikulum 2013 penilaian autentik lebih ditekankan lagi pelaksanaanya.

Menurut Arifin dalam buku Kunandar penilaian merupakan suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Menurut Kunandar penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis, akurat dan berkesinambungan dengan menggunakan alat pengukuran tertentu.5

3Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis dan Praktis, (Bandung:

Interes Media, 2014), h. 41

4E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Remaja Rosdakarya: 2014), cet. Ke-5, h. 136.

5Kunandar, Op cit, h. 66

(3)

Penilaian merupakan suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa.6

Berdasarkan defenisi penilaian di atas dapat penulis simpulkan bahwa penilaian adalah suatu kegiatan atau proses yang sistematis dan berkesinambungan yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah mencapai tujuan dari pembelajaran.

Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Menurut Permendikbud Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah maka pada penilaian kurikulum 2013 menggunakan penilaian autentik yaitu bentuk penilaian yang menghendaki peserta didik menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya.7

Penilaian autentik (authentic assessment) sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap penilaian autentik, tetapi dalam implementasi di lapangan belum berjalan secara optimal. Melalui kurikulum 2013 ini penilaian autentik menjadi penekanan yang serius di mana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar memperhatikan penilaian autentik.8

6Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset 2011), h. 4

7 Sunarti dan Selly Rahmawati. Penilaian Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: CV Andi Offset 2014), h. 28

8 Kunandar, Op cit, h. 35

(4)

Kurikulum 2013 yang didalamnya terdapat penilaian autentik bahwa dengan penilaian autentik peserta didik akan memiliki bekal agama yang kuat yaitu ketaqwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berupa akal dan pikiran serta kecerdasan yang tinggi, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al- Baqarah ayat 197



















Artinya: Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal. ( Q.S. Al- Baqarah ayat 197).9

Berdasarkan ayat di atas bahwa perlu diadakan pengembangan dalam program atau materi pengajaran, terutama terkait masalah kefleksibilitas (keluwesan), kerelevansian (kesesuaian), keefektivitasan (pengaruh), keefesienan (bekas), dan kekontinuitasan (kesinambungan) dalam penyampaian materi pengajaran.10

Menurut Permendikbud RI No. 66 Tahun 2013 disebutkan bahwa penilian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran.11 Autentik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah dipercaya, Asli, Nyata, atau Reliabel.12

Autentik berarti keadaan yang sebenarnya, yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Misalnya, peserta didik diberi

9 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, ( Semarang: Toha Putra, 1992), h.48

10Ali Bowo Tjahjono, Hand Out Materi PAI, (Semarang: FAI UNISSULA, 2006), h. 4

11Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Implementasi Kurikulum 2013 Untuk SD/MI, (Jakarta: Prenadamedia Group 2015), h. 366

12Kementrian Agama RI 2013, Pedoman Penilaian Autentik PAI dan Budi Pekerti Sekolah Menengah Atas (SMA) Kurikulum 2013, (Jakarta: Depag), .h. 1

(5)

tugas proyek untuk melihat kompetensi peserta didik dalam menerapkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik dalam kehidupan sehari-hari atau dunia nyata.13

Menurut Kunandar penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di standar kompetensi (SK), atau kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD).14

Berdasarkan pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara menyeluruh yaitu dalam ranah sikap, baik sikap spritual maupun sikap soaial, pengetahuan dan keterampilan, untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran

Menurut Masnur Muslich, penilaian autentik ditunjukkan dengan proses penilaian yang mencakup sejumlah bukti yang menunjukkan hasil pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian ini dilaksanakan terpadu dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian autentik dilakukan dengan berbagai cara seperti pengumpulan kerja peserta didik (portofolio), hasil karya (product), penugasan (project), kinerja (performance), dan tes tertulis. Guru menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian prestasi siswa. Oleh karena itu, dapat diidentifikasi bahwa indikator penilaian autentik yaitu:

1. Sasaran penilaianya mengarah kepada kompetensi yang ingin dicapai.

13 Kunandar, Op cit, h. 36

14Ibid, Kunandar, h. 35

(6)

2. Penilaian yang melibatkan siswa pada tugas-tugas atau kegiatan yang bermanfaat, penting, dan bermakna.

3. Penilaian yang mampu menantang siswa menerapkan informasi atau keterampilan akademik baru pada situasi nyata dan untuk maksud yang jelas.

4. Penialian yang mampu mengukur perbuatan atau penampilan yang sebenarnya atau kompetensi pada suatu mata pelajaran.

5. Penilaian yang mampu mengukur kemampuan siswa terhadap kompetensi mata pelajaran tertentu dengan cara yang akurat.

6. Penilain yang menguji atau memeriksa kemampuan kolektif siswa dalam rangka mengevaluasi secara tepat apa yang telah dipelajarinya.

7. Penilaian yang menguji atau memeriksa secara langsung perbuatan atau prestasi siswa berkaitan dengan tugas intelektual yang layak.

8. Penilaian yang melibatkan siswa untuk mendemonstrasikan apa yang mereka ketahui dalam suatu konteks kehidupan nyata.15

Sesuai dengan indikator tersebut, Menurut Kunandar subtansi penilaian autentik meliputi tiga hal utama, yaitu:16

1. Autentik dari istrumen yang digunakan. Artinya dalam melakukan penilaian autentik guru perlu menggunakan instrumen yang bervariasi (tidak hanya satu instrumen) yang disesuaikan dengan karaktristik atau tuntutan kompetensi yang ada di kurikulum.

2. Autentik dari aspek yang diukur. Artinya dalam melakukan penilain autentik guru perlu menilai aspek-aspek hasil belajar secara

15 Andi Prastowo, Op cit, h. 367

16 Ibid, Andi Prastowo, h. 367-368

(7)

komprehensif yang meliputi kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan.

3. Autentik dari aspek kondisi peserta didik. Artinya, dalam melakukan penilain autentik guru perlu menilai input (kondisi awal) peserta didik, proses (kinerja atau aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar), dan output (hasil pencapaian kompetensi, baik sikap, pengetahuan, maupun keterampilan yang dikuasai atau ditampilkan peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar).

Melakukan penilaian hasil belajar perlu merngacu kepada stándar yang telah ditetapkan, sehingga menghasilkan informasi yang akurat.

Adapun standar perencanaan dan pelaksanaan penilaian adalah sebagai berikut.17

Standar perencanaan penilaian hasil belajar adalah:

a. Guru harus membuat rencana penilaian secara terpadu dengan mengacu kepada silabus dan rencana pembelajaranya. Perencanaan penilaian setidak-tidaknya meliputi komponen yang akan dinilai, teknik yang akan digunakan serta kriteria pencapaian kompetensi.

b. Guru harus mengembangkan kriteria pencapaian Kompetensi Dasar (KD) sebagai dasar untuk penilaian.

c. Guru menentukan teknik dan instrumen penilaian sesuai pencapaian (KD).

d. Guru harus menginformasikan seawal mungkin kepada peserta didik tentang aspek-aspek yang dinilai dan kriteria pencapaianya.

e. Guru menuangkan seluruh komponen penilaian ke dalam kisi-kisi penilaian.

f. Guru membuat instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan dilengkapi dengan pedoman penskoran sesuai dengan teknik penilian yang digunakan.

g. Guru menganalisis kualitas instrumen penilaian dengan mengacu pada persyaratan instrumen serta menggunakan acuan kriteria.

h. Guru menetapkan bobot untuk tiap-tiap teknik/jenis penilaian baik untuk KI 1 dan 2 dan KI 3 dan 4 dan menetapkan rumus penentuan nilai akhir hasil belajar peserta didik.

17 Ibid, Kunandar, h. 73-74

(8)

i. Guru menetapkan acuan kriteria yang akan digunakan berupa nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk dijadikan rujukan dalam pengambilan keputusan.

Standar pelaksanaan penilaian adalah:

a. Guru melakukan kegiatan penilaian menggunakan prosedur yang sesuai dengan rencana penilaian yang telah disusun pada awal kegiatan pembelajaran.

b. Guru menjamin pelaksanaan ulangan dan ujian yang bebas dari kemungkinan yang terjadi tindak kecurangan.

c. Guru memeriksa dan mengembalikan hasil pekerjaan peserta didik, dan selanjutnya mmemberikan umpan balik dan komentar yang bersifat mendidik.

d. Guru menindaklanjuti hasil pemeriksaan, jika ada peserta didik yang belum memenuhi KKM dan melaksanakan pembelajaran remedial atau pengayaan.

e. Guru melaksanakan ujian ulangan bagi peserta didik yang mengikuti pembelajaran remedial atau pengayaan untuk pengambilan kebijakan berbasis hasil peserta didik.

Seorang guru yang akan melakukan penilaian hasil belajar peserta didik harus memgacu kepada standar-standar dari penilaian tersebut dengan begitu akan mempermudah pelaksanaanya. Jika tidak ada standar perencanaan dan pelaksanaan tentu seorang guru akan mengalami kesulitan dalam merancang penilaian hasil beajar peserta didik.

Kurikulum 2013 di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang sudah diterapkan semenjak diberlakukanya kurikulum tersebut.

Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi, kurikulum 2013 yang sudah berjalan masih mengalami kendala dalam pelaksanaanya. Salah satu kendala yang dihadapi oleh guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan adalah

(9)

penilaian autentik. Adapun kendalanya seperti kesiapan sekolah, kelengkapan sarana prasarana yang menunjang proses belajar mengajar, buku penunjang kurikulum 2013, kesiapan guru sebelum mengajar, beban mengajar guru yang terlalu banyak, sampai dengan sistem penilaian yang begitu rumit.

Penilaian autentik pada bidang studi pendidikan agama Islam membutuhkan waktu yang banyak dari guru pendidikan agama Islam pada pengisian format instrumen baik pada aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan, dan ketika merekapitulasi nilai akhir siswa pada akhir pembelajaran. Untuk memudahkan penilaian guru juga harus menghapal semua peserta didik. Selain itu, keluhan lain berkaitan dengan sistem penyelenggaraan administrasi penilaian yang dinilai rumit, memakan waktu, dan memecah konsentrasi guru dalam mengajar.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang merupakan salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan. Kurikulum 2013 diterapkan dalam sistem pembelajaran di sekolah tersebut sejak tahun ajaran 2013/2014 dan berlanjut hingga sekarang. Sekolah ini menerapkan penilaian autentik terhadap semua bidang studi termasuk bidang studi Pendidikan Agama Islam. Melihat implementasi penilaian autentik penulis memilih Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan sebagai tempat penelitian dengan berbagai alasan antara lain: Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang ini merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) favorit di Kabupaten Pesisir Selatan. Selain itu Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang telah menerapkan

(10)

kurikulum 2013 sejak awal diberlakukanya kurikulum 2013. Pemberlakuan kurikulum 2013 secara otomatis ia menerapkan penilian autentik pada semua bidang studi termasuk bidang studi Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui implementasi penilaian autentik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik dan tertantang melakukan penelitian lebih dalam tentang “Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013 Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Kelas VII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Beranjak dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan, penulis merasa perlu merumuskan masalah pokok dalam skripsi ini yaitu: Bagaimana Implementasi Penilaian Autentik Kurikulum 2013 Pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Kelas VII di SMP Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan?

Agar penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan maka penulis merasa perlu membatasinya sebagai berikut :

1. Perencanaan penilaian autentik kurikulum 2013 pada bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas VII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

(11)

2. Pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013 pada bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas VII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

3. Hasil belajar peserta didik dengan menggunakan penilaian autentik kurikulum 2013 pada bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas VII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 bidang studi Pendidikan Agama Islam Kelas VII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

Secara khusus tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :

a) Untuk mengetahui perencanaan penilaian autentik kurikulum 2013 pada bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas VII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan

b) Untuk mengetahui pelaksanaan penilaian autentik kurikulum 2013 pada bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas VII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

(12)

c) Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dengan menggunakan penilaian autentik kurikulum 2013 pada bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas VII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

2. Kegunaan Penelitian

a) Untuk memenuhi syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang.

b) Untuk menambah wawasan dan literatur penulis dalam bidang pendidikan terutama tentang pelaksanaan penilaian autentik yang berdasarkan kurikulum 2013.

c) Sebagai sumbangan pemikiran penulis terhadap almamater dan pihak yang terkait dengan pendidikan.

D. Penjelasan Judul

Untuk menghindari kesalahan maka penulis akan mengemukakan beberapa pengertian dari judul skripsi ini, antara lain:

1. Implementasi

Implementasi berarti pelaksanaan, penerapan.18 Dalam hal ini yang penulis maksud adalah pelaksanaan Penilaian autentik kurikulum 2013 pada bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas VII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan

18 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1989), h.488

(13)

2. Penilaian Autentik Kurikulum 2013

Penilaian autentik adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti- bukti autentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.19 Penilaian autentik kurikulum 2013 merupakan pelengkap dari penilaian tradisional yang menekankan pada penilaian proses belajar dan hasil belajar.

Jadi, yang dimaksud penulis penilaian autentik kurikulum 2013 adalah penilaian yang menekankan pada proses dan hasil belajar yang menggambarkan sikap, pengetahuan dan keterampilan peserta didik selama maupun setelah proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.

3. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.20

Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dimaksud oleh penulis adalah mata pelajaran yang mencakup berbagai sub tema untuk

19 Abdul Majid, Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 56

20 Muhaimin, (Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengaktifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah), (Bandung: Rosdakarya, 2002), h. 50

(14)

menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama islam dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan defenisi di atas, maka yang dimaksud dengan judul penelitian tentang implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 pada bidang studi Pendidikan Agama Islam kelas VII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman dan pembahasan penelitian ini, maka dibuat sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I adalah pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, defenisi operasional dan sistematika penulisan.

BAB II penilaian autentik kurikulum 2013: Pengertian penilaian autentik, penilaian autentik dalam kurikulum 2013, fungsi dan tujuan penilaian autentik, ruang lingkup dan teknik penilaian autentik, karaktristik penilaian autentik, prinsip dan pendekatan penilaian autentik, dan langkah- langkah penilaian autentik. pendidikan agama Islam: pengertian pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam, dasar pendidikan agama Islam, dan fungsi pendidikan agama Islam, implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 pada bidang studi pendidikan agama Islam berupa perencanaan, pelaksanaan, hasil belajar peserta didik dengan menggunakan penilaian autentik kurikulum 2013.

(15)

BAB III adalah jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, sumber data penelitian, dan teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan uji keabsahan data.

BAB IV adalah hasil penelitian yang mengemukakan tentang implementasi penilaian autentik kurikulum 2013 pada mata pelajaran pendidikan agama Islam kelas VII di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan.

BAB V adalah penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa memahami perkuliahan tentang Aplikasi Teknologi secara teoritik.

Latihan leg press secara signifikan memberikan pengaruh yang lebih besar daripada latihan sitting calf terhadap peningkatan strength dan power otot tungkai (dengan selisih

Custom Queuing (CQ) Traffic Destined for Interface Q Length Deferred by Queue Limit. Up to 16 3/10 1/10 Weighted Round Robin Scheduling (byte count) Classify Interface Hardware

Azizah, Skripsi “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition) Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Implementasi penggunaan e-learning pada saaat ini sangat bervariasi. Hal tersebut didasarkan pada prinsip atau konsep bahwa e- learning sebagai upaya

(b) Berdasarkan segmentasi psikografi : Donat kentang dapat dinikmati oleh semua kalangan, konsumen lebih menyukai rasa coklat, dan variasi rasa donat kentang menentukan pilihan

(c) Berdasarkan segmentasi perilaku : konsumen membeli donat kentang 1-2 kali/bulan, pengeluaran untuk membeli donat kentang Rp 25.000/bulan, harga donat kentang yang

Aplikasi yang ada saat ini kebanyakan merupakan aplikasi yang hanya dapat membuka satu jenis format file saja, penulis mencoba membuat aplikasi yang dapat membuka lebih dari satu