• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAPASITAS LAYANAN REHABILITASI SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS KAMPUNG PEDULI BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAPASITAS LAYANAN REHABILITASI SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS KAMPUNG PEDULI BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KAPASITAS LAYANAN REHABILITASI SOSIAL BERBASIS

KOMUNITAS KAMPUNG PEDULI

BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG

Oleh: Supriyono A. Pengukuran Kapasitas

Kapasitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di artikan sebagai keluaran maksimum; kemampuan berproduksi. Dalam bahasa Belanda“capaciteit”berarti: daya tampung, daya serap, ruang atau fasilitas yang tersedia atau kemampuan maksimal. Dalam berbagai literatur, sebagian orang menyatakan kapasitas menunjuk pada kemampuan (pengetahuan, keterampilan) dan sebagian lagi mengartikan kapasitas lebih luas termasuk di dalamnya sikap dan perilaku. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat, kapasitas secara sederhana dipahami sebagai kemampuan dalam melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Goodman (1998) menyatakan capacity is ablity to care out stated objectives (kapasitas adalah kemampuan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan).

Brown1

mengartikan pengembangan kapasitas sebagai suatu proses yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang, suatu organisasi atau suatu sistem untuk mencapai tujuan-tujuan yang dicita-citakan. Sementara Morison2

mendefinisikan pengembangan kapasitas sebagai suatu proses untuk melakukan sesuatu, atau serangkaian gerakan, perubahan multi level di dalam individu, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi dan sistem-sistem dalam rangka untuk memperkuat kemampuan penyesuaian individu dan organisasi sehingga dapat tanggap terhadap perubahan lingkungan yang ada. Pengertian yang hampir sama juga dinyatakan oleh UNDP 3

yang menyatakan bahwa pengembangan kapasitas adalah proses yang dialami oleh individu, kelompok dan organisasi untuk memperbaiki kemampuan mereka dalam melaksanakan fungsi mereka dan mencapai hasil yang diinginkan.

Merujuk pada ketiga pengertian pengembangan kapasitas sebagaimana dikemukakan dapat dinyatakan bahwa kapasitas merupakan kemampuan baik individual, organisasi maupun sistem untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan. Penekanan kapasitas pada dua hal penting, meliputi kemampuan internal dan orientasi pada hasil.

Mengacu pada pendapat Riyadi Soeprapto4

, kapasitas layanan Rehabilitasi Sosial Berbasis Komunitas Kampung Peduli, dapat dilihat dalam tiga tingkatan, yaitu:

1Soeprapto Riyadi, 2010, “The Capacity Building For Local Government Toward Good Governance”, Word Bank

2

ibid

3

United Nation Development Program. 2006. “Capacity Development. Capacity Development Practice Notice, UNDP

(2)

1. Tingkatan sistem, seperti kerangka kerja yang berhubungan dengan pengaturan dan kebijakan-kebijakan BBRSBG Kartini Temanggung serta kondisi dasar yang mendukung pencapaian tujuan.

2. Tingkatan institusional Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) meliputi struktur organisasi, proses pengambilan keputusan, prosedur dan mekanisme pekerjaan, pengaturan sarana dan prasarana, hubungan-hubungan dan jaringan-jaringan organisasi.

3. Tingkatan individual (pengurus/ pendamping), meliputi ketrampilan-ketrampilan individu dan persyaratan-persyaratan, pengetahuan, tingkah laku, kemampuan melakukan pekerjaan serta motivasi-motivasi dari orang-orang di dalam KSM. Sementara elemen-elemen utama untuk mengukur kapasitas dengan merujuk pada pendapat Garlick dalam McGinty 5

sebagai berikut:

1. Pengetahuan, meliputi keterampilan, penelitian dan pengembangan, dan bantuan belajar

2. Kepemimpinan

3. Jaringan, meliputi usaha untuk membentuk kerjasama dan aliansi 4. Partisipasi komunitas untuk bersama-sama mencapai tujuan

5. Dukungan informasi, meliputi kapasitas untuk mengumpulkan, mengakses dan mengelola informasi yang bermanfaat.

B. Kapasitas Layanan Kampung Peduli 1. Tingkatan Sistem

Secara legal formal, landasan kerja yang berhubungan dengan pengaturan dan kebijakan-kebijakan telah mendukung terselenggaranya Rehabilitasi Sosial Berbasis Komunitas Kampung Peduli. Peraturan perundang-undangan, kebijakan dan kerangka acuan kerja tersebut adalah:

a. Undang-Undang RI No. 11 Tahun 2009, tentang Kesejehteraan Sosial yang menegaskan hak-hak warga Negara termasuk penyandang disabilitas untuk memperoleh kesejahteraan sosial.

b. Resolusi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) No A/61/106 mengenai Convention on the Rights of Persons with Disabilities dan Undang-undang RI No. 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of Persons With Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak Penyandang Disabilitas) yang menempatkan penyandang disabilitas sebagai pemegang hak atas kesejahteraan sosial serta memberikan kewajiban dan tanggung jawab berbagai pihak untuk melindungi dan

5

(3)

memenuhi hak-hak penyandang disabilitas untuk mendapatkan penghormatan atas integritas mental dan fisiknya berdasarkan kesamaan dengan orang lain termasuk didalamnya hak untuk mendapatkan perlindungan dan pelayanan sosial dalam rangka kemandirian.

c. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016, tentang Penyandang Disabilitas yang menjamin upaya penghormatan, pemajuan, pelindungan, dan pemenuhan hak penyandang disabilitas; mewujudkan taraf kehidupan penyandang disabilitas yang lebih berkualitas, adil, sejahtera lahir dan batin, mandiri, serta bermartabat; melindungi dari penelantaran dan eksploitasi, pelecehan dan segala tindakan diskriminatif, serta pelanggaran hak asasi manusia, serta memberikan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk mengembangkan diri serta mendayagunakan seluruh kemampuan untuk menikmati, berperan serta berkontribusi secara optimal, aman, leluasa, dan bermartabat dalam segala aspek kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

d. Kebijakan Kementerian Sosial cq. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial yang merubah paradigma pelayanan dari model pelayanan berbasis institusi (institutional based) ke berbasis keluarga/komunitas (family/community based) serta RPJMN ke-3 tahun 2015-2019 yang memuat rehabilitasi sosial berbasis keluarga dan komunitas dalam arah kebijakan dan strategi pembangunan perlindungan sosial yang komprehensif yang memberikan keleluasaan untuk menjangkau penyandang disabilitas di masyarakat.

e. Renstra BBRSBG Kartini Temanggung tahun 2015-2019 yang memasukkan Program Rehabilitasi Sosial Berbasis Komunitas Kampung Peduli sebagai program utama BBRSBG Kartini Temanggung.

f. DIPA BBRSBG Kartini Temanggung tahun 2015-2016 yang menjamin teralokasinya anggaran bagi penyelengggaraan Rehabilitasi Sosial Berbasis Komunitas Kampung Peduli.

Disamping peraturan-peraturan dan kebijakan sebagai landasan legalitas pelaksanaan program, juga terdapat kebijakan yang bersifat teknis serta kondisi dasar yang mendukung terwujudnya pelaksanaan pelayanan secara sistemik yaitu:

a. Buku Penduan Rehabilitasi Sosial Berbasis Komunitas Kampung Peduli yang diterbitkan pada tahun 2015 yang menyediakan acuan dalam manajemen dan teknis pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Berbasis Komunitas melalui Kampung Peduli.

Secara operasional, buku panduan yang berisi program, kegiatan dan mekanisme kerja ini juga telah teruji dan dapat diimplementasikan. Melalui uji coba implementasi selama dua tahun (satu periode) layanan, buku panduan ini secara prinsip telah layak menjadi acuan pelaksanaan program layanan walaupun perbaikan dan penyempurnaan dalam beberapa aspek dalam rangka menyesuaikan dengan dinamika lapangan juga masih perlu dilakukan.

(4)

b. Rencana kerja dan alokasi dana BBRSBG Kartini Temanggung untuk pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Berbasis Komunitas melalui Kampung Peduli telah cukup mendukung pelaksanaan kegiatan/ layanan sesuai program yang ditetapkan.

c. Sumber Daya Manusia BBRSBG Kartini Temanggung yang multidispliner dalam aspek ilmu dan profesi yang memungkinkan proses pendampingan masyarakat dalam melaksanakan Rehabilitasi Sosial Berbasis Komunitas Kampung Peduli dapat terlaksana secara lebih optimal. Namun demikian, peningkatan pengetahuan dan keterampilan dari SDM BBRSBG Kartini Temanggung yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat khususnya pendampingan kelembagaan, penggalian dan pemanfaatan sistem sumber serta fasilitasi dalam penjalinan kerjasama serta pengembangan jejaring kerja masih perlu peningkatan lebih lanjut.

d. Komitmen kerjasama dan jejaring kerja dengan stakeholders di berbagai daerah. Beberapa stakeholders, seperti pemerintah desa, kecamatan dan dinas sosial/ institusi terkait telah berkomitmen mendukung penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial Berbasis Komunitas Kampung Peduli.

2. Tingkatan Institusional KSM

Pada semua lokasi program Rehabilitasi Sosial Berbasis Komunitas Kampung Peduli telah terbentuk kelembagaan sebagai wadah partisipasi masyarakat dan media untuk mengorganisasikan kegiatan pelayanan. Kelembagaan yang terbentuk berupa Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang di bentuk oleh, dari dan untuk masyarakat.

Pada tahun 2016 Rehabilitasi Sosial Berbasis Komunitas Kampung Peduli dilaksanakan di enam desa dalam lima kabupaten. Berikut ini adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang terbentuk untuk melaksanakan pelayanan Kampung Peduli:

a. KSM Reksa Darma Bakti, Desa Reksasari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

b. KSM Sinar Kasih, Desa Rembes, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

c. KSM Harapan Sejahtera, Desa Gowong, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah

d. KSM Peduli Kasih, Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

e. KSM Sambung Roso, Desa Simbatan, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, Jawa Timur

(5)

f. KSM Rumah Harapan Karangpatihan Bangkit, Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Secara kelembagaan, seluruh KSM yang terbentuk telah memenuhi kapasitas sebagai penyelenggara dan pelaksana pelayanan di masyarakat. Dari aspek keorganisasian, seluruh KSM telah memiki perangkat administrasi seperti Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), struktur organisasi, tata kerja, kepengurusan, program kerja, dan kelengkapan administratif lainnya. Berikut adalah gambaran kapasitas kelembagaan di semua KSM:

a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Semua KSM yang terbentuk telah memiliki AD/ART yang menjelaskan kedudukan, tugas dan fungsi serta pengaturan prosedur operasional dan pengambilan keputusan dalam organisasi.

b. Struktur Organisasi dan Kepengurusan

Semua KSM yang terbentuk telah memiliki struktur organisasi dan kepengurusan yang menjelaskan tentang pembagian tugas dan wewenang serta pihak yang bertanggung jawab pada bidang pekerjaan yang di tetapkan atau dengan kata lain ada kejelasan siapa mengerjakan apa, sehingga sacara teknis, akan menjamin terlaksanakanya pelayanan secara lebih optimal.

c. Badan Hukum

Dalam rangka memperkuat eksistensi KSM sebagai sebuah lembaga pelayanan serta memperluas kesempatan untuk mengakses berbagai sumberdaya, KSM telah menempuh jalan untuk berbadan hukum dan hanya KSM Rumah Harapan Karangpatihan Bangkit, Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo yang belum menampakkan aktivitas untuk mengurus badan hukum. Berikut adalah proses yang sudah/sedang dilaksanakan dalam rangka memperoleh badan hukum:

Tabel 1

Proses Pengurusan Berbadan Hukum

No Nama KSM

Sudah/sedang Proses Badan

Hukum

Keterangan

1 KSM Reksa Darma Bakti, Desa Reksasari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Ya Dalam proses

pengurusan di Notaris

2 KSM Sinar Kasih, Desa Rembes,

Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

Ya Dalam proses

(6)

3 KSM Harapan Sejahtera, Desa Gowong, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah

Ya

Telah selesai proses dan resmi berbadan hukum

4 KSM Peduli Kasih, Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Ya Masih dalam tahap

konsultasi di notaris 5 KSM Sambung Roso, Desa Simbatan,

Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, Jawa Timur

Ya

Telah selesai proses dan resmi berbadan hukum.

6 KSM Rumah Harapan Karangpatihan Bangkit, Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur

Tidak

Belum/ tidak memulai proses pengurusan untuk berbadan hukum

d. Program Kerja

Semua KSM yang terbentuk dan melaksanakan pelayanan terhadap penyandang disabilitas intelektual telah memiliki program kerja, kegiatan serta penjadwalan pelaksanaan pelayanan.

Berikut adalah program kerja seluruh KSM 1) Tujuan KSM

a) Memberdayakan penyandang disabilitas dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya agar mencapai kemandirian sesuai potensi yang dimiliki.

b) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perlindungan dan pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas.

c) Mewujudkan lingkungan masyarakat yang ramah terhadap penyandang disabilitas.

d) Meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lain agar produktif dan dapat berperan dalam kehidupan masyarakat.

2) Tugas

a) Memberdayakan penyandang disabilitas melalui rehabilitasi sosial berbasis komunitas.

b) Mendorong dan memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam upaya pemenuhan hak dan perlindungan terhadap penyandang disabilitas

c) Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia pengurus organisasi d) Memberikan pelatihan, pendampingan dan fasilitasi terhadap penyandang

disabilitas agar produktif dan dapat berperan dalam kehidupan masyarakat. 3) Fungsi

(7)

konsultasi serta kerjasama antar elemen masyarakat dalam menangani masalah sosial khususnya masalah penyandang disabilitas.

b) Sebagai sarana pemberdayaaan masyarakat.

c) Sebagai sarana menjalin kemitraan dan penggalangan potensi masyarakat untuk meningkatkan keberdayaan penyandang disabilitas dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya.

4) Kegiatan

a) Menyelenggarakan bimbingan mental, sosial dan keterampilan di sentra kegiatan KSM maupun di lingkungan keluarga untuk membantu penyandang disabilitas intelektual dalam mencapai kemandirian, dengan kegiatannya:

(1) Memberikan bimbingan mental dan sosial di sentra kegiatan KSM maupun di lingkungan keluarga

(2) Memberikan bimbingan keterampilan produksi barang di sentra kegiatan KSM.

b) Mengembangkan sentra kegiatan ekonomi produktif untuk fasilitasi penyandang disabilitas dalam mengembangkan kemampuan usaha/kerja, dengan kegiatannya:

(1) Melatih dan mendampingi penyandang disabilitas untuk melakukan produksi barang

(2) Membantu memasarkan hasil produksi

c) Memberikan pendampingan dan layanan konsultasi terhadap keluarga untuk mewujudkan lingkungan yang promotif bagi perkembangan kemampuan penyandang disabilitas dengan kegiatannya:

(1) Memberikan bimbingan dan mendampingi keluarga dalam membimbing penyandang disabilitas di lingkungan keluarga

(2) Menyelenggarakan konsultasi terhadap keluarga berkaitan dengan permasalahan penyandang disabilitas.

(3) Mengawasi dan memonitoring keluarga dalam membimbing penyandang disabilitas dan pemanfaatan bantuan ekonomi produktif di lingkungan keluarga

d) Menggali dan memanfaatkan potensi lokal dalam upaya mendukung pengembangan kegiatan ekonomi produktif.

e) Mengembangkan kapasitas sumber daya manusia pengurus KSM dan pendamping serta mengembangkan organisasi agar mandiri, dengan kegiatannya:

(8)

(2) Mengembangkan kemampuan dan kreatifitas

f) Menggugah kepedulian dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pemenuhan dan perlindungan terhadap hak-hak penyandang disabilitas, dengan kegiatannya:

(1) Memberikan informasi yang positif kepada masyarakat

(2) Menerima konsultasi masalah-masalah penyandang disabilitas yang

dihadapi masyarakat.

(3) Mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi

g) Mengembangkan dan memperluas jaringan informasi, komunikasi dan kerjasama dengan berbagai pihak dengan kegiatannya:

(1) Menyelenggarakan pertemuan rutin antar pengurus dan pendamping (2) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak

(3) Mencari informasi yang berguna untuk pengembangan dan inovasi baru

h) Menyelenggarakan berbagai aktivitas di bidang sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

e. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan komponen penting dalam penyelenggaraan rehabilitasi sosial. Sarana tersebut antara lain berupa gedung/bangunan untuk sentra kegiatan, peralatan/perlengkapan bimbingan dan produksi, sarana usaha ekonomi produktif.

Sarana dan prasarana yang tersedia/ terpenuhi berbeda-beda antar KSM. Namun demikian secara umum seluruh KSM telah memiliki sarana dan prasarana pokok serta rencana pengembangannya. Berikut adalah gambaran sarana dan prasarana yang tersedia pada semua KSM

Tabel 2

Sarana dan Prasarana Gedung/ Bangunan

untuk Penyelenggaraan Rehabilitasi Sosial Berbasis Komunitas Kampung Peduli No Nama KSM Gedung/ Bangunan Keterangan Ada/ Tidak Status Asal Perolehan Rencana Jangka Menengah 1 KSM Reksa Darma Bakti Semarang Ada Pinjam pakai Gedung Kegiatan Masyarakat Pinjaman dari pemerintah desa - - 2 KSM Sinar Kasih Semarang Ada Menumpang sementara di rumah pengurus Pinjaman dari Pengurus KSM Membangun Rumah Sinar Kasih dengan swadaya masyarakat

Telah memperoleh bantuan tanah dari CSR PT Getas

3 KSM Harapan

Sejahtera Purworejo

Ada Pinjam pakai

Pinjaman dari Kepala Desa Gowong

(9)

No Nama KSM Gedung/ Bangunan Keterangan Ada/ Tidak Status Asal Perolehan Rencana Jangka Menengah 4 KSM Peduli Kasih Gunung Kidul

Ada Pinjam pakai Pinjaman dari

masyarakat - -

5 KSM Sambung

Roso Magetan Ada Pinjam pakai

Pinjaman dari pemerintah desa - - 6 KSM Rumah Harapan Karangpatihan Bangkit Ponorogo

Ada Milik KSM dan

orsos Hibah dari warga masyarakat Menyempurna kan dan memperluas bangunan Telah terbangun gedung kegiatan KSM secara swadaya masyarakat Tabel 3

Peralatan/ Perlengkapan/ Sarana Bimbingan dan Kegiatan Ekonomi Produktif Kampung Peduli

No Nama KSM Peralatan/ Perlengkapan/ Sarana

Jenis/ Bentuk Barang Jumlah Asal Perolehan

1 KSM Reksa Darma Bakti,

Desa Reksasari, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. - Peralatan batik - Almari kaca/etalase - Peralatan keset - Almari - Peralatan budidaya cacing - 5 unit - 1 unit - 3 unit - 1 unit - 3 unit - Bantuan (2) swadaya (3) - Swadaya - Bantuan BBRSBG - Pinjaman - Hibah dr UD Wirodjoyo

2 KSM Sinar Kasih, Desa

Rembes, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah

- Peralatan batik

- Peralatan raut bambu

- 2 unit

- 2 unit

- Bantuan BBRSBG

- Bantuan BBRSBG

3 KSM Harapan Sejahtera, Desa Gowong, Kecamatan Bruno, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah

- Peralatan batik - Peralatan keset - Peralatan pembuatan batu splite - 4 unit - 4 unit - 8 unit - Bantuan (2) swadaya (2) - Bantuan BBRSBG - Bantuan BBRSBG

4 KSM Peduli Kasih, Desa Ponjong, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

- Peralatan batik

- Peralatan keset

- Kolam budidaya lele

- 4 unit - 4 unit - 1 BH - Bantuan (2) swadaya (2) - Bantuan BBRSBG - Bantuan Desa

5 KSM Sambung Roso, Desa Simbatan, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Magetan, Jawa Timur

- Peralatan batik - Almari kaca/etalase - Peralatan keset - Almari - Mesin jahit - 8 unit - 1 unit - 4 unit - 1 unit - 1 unit - Bantuan (2) swadaya (6) - Swadaya - Bantuan BBRSBG

- Pinjaman dari Pemdes

- Bantuan BBRSBG

6 KSM Rumah Harapan Karangpatihan Bangkit, Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur

- Peralatan batik

- Almari kaca/etalase

- Peralatan keset

- Kolam budidaya lele

- Mesin jahit

- Peralatan raut bambu

- 2 unit - 2 unit - 6 unit - 2 unit - 2 unit - 2 unit - Bantuan BBRSBG - Swadaya masyarakat - Swadaya masyarakat - Swadaya masyarakat - Swadaya masyarakat - Bantuan BBRSBG

(10)

f. Jejaring kerja

Semua KSM telah meristis penjalinan kerjasama dan kemitraan dengan institusi lain dalam rangka mengembangkan pelayanan kepada penyandang disabilitas dan pengembangan kelembagaan KSM. Berikut adalah institusi yang berhasil menjadi mitra (jejaring) kerja KSM:

Tabel 4

Jaringan Kemitraan KSM Kampung Peduli sd Bulan Juni 2016

No Nama KSM Nama Institusi

Mitra

Bidang

Kerjasama Bentuk Kontribusi Keterangan

1 KSM Reksa Darma Bakti, Desa Reksasari - Pemerintah Desa - Pelayanan PMKS

- Alokasi dana desa

- Fasilitasi gedung sentra kegiatan - Fasilitasi perlengkapan pelayanan - Alokasi dana desa Rp. 7.000.000 / Th - BRI Cab. Salatiga - Penyediaan modal usaha - Bantuan Modal - Rp. 10.000.000 - UD Wirodjoyo - Budidaya Cacing dan Jamur - Pemberian bantuan modal usaha budidaya Jamur

- Bimbingan teknik dan pendampingan budidaya cacing - Rp. 5.000.000 - Pondok Pesantren Reksosari

- Pelayanan - Kerjasama dalam berbagai kegiatan bimbingan - Pelibatan PM dlm keg pondok dan lainnya. 2 KSM Sinar Kasih, Desa Rembes - Pemerintah Desa - Pelayanan PMKS

- Alokasi dana desa - Rp. 6.000.000 mulai tahun 2017 - PT Getas - Penyediaan Sapras - Bantuan Tanah 5m x 6 m (30 m2) utk Rumah Sinar Kasih - 3 KSM Harapan Sejahtera, Desa Gowong - Pemerintah Desa - Pelayanan PMKS

- Alokasi dana desa

- Fasilitasi gedung sentra kegiatan - Rp. 8.000.000 mulai tahun 2016 - Kantor Kecamatan Bruno - Publikasi produk - Fasilitasi publikasi produk KSM 4 KSM Peduli Kasih, Desa Ponjong - Pemerintah Desa - Pelayanan PMKS

- Alokasi dana desa

- Fasilitasi gedung sentra kegiatan

- Penyediaan kolam utk budidaya lele - Alokasi dana desa Rp. 10.000.000/ th mulai tahun 2016 - Kolam desa di serahkan KSM - Dinas Kelautan dan Perikanan - Budidaya Ikan Lele

- Bimtek dan bantuan permodalan

- Rencana alokasi dana Rp. 45.000.000

(11)

No Nama KSM Nama Institusi

Mitra

Bidang

Kerjasama Bentuk Kontribusi Keterangan

5 KSM Sambung Roso, Desa Simbatan - Pemerintah Desa - Pelayanan PMKS

- Alokasi dana desa

- Fasilitasi gedung sentra kegiatan - Alokasi dana desa Rp. 6.000.000/ th mulai tahun 2016 - Dinsos Nekertran Magetan - Pelayanan PMKS - Publikasi - Bansos - Bimbingan sosial untuk ortu - Fasilitasi pameran - Bantuan sosial PD - Bantuan sosial PD Rp. 82.000.000 untuk kegiatan ekonomi produktif - Kantor Kecamatan Nguntoronadi - Publikasi produk - Fasilitasi publikasi produk KSM utk Pemasaran produk 6 KSM Rumah Harapan Karangpatihan Bangkit, Desa Karangpatihan - Pemerintah Desa - Pelayanan PMKS

- Alokasi dana desa

- Fasilitasi gedung sentra kegiatan

- Fasilitasi kolam lele

- Fasilitasi peralatan

- Alokasi dana desa Rp. 6.000.000 mulai tahun 2017

Di samping jalinan kerjasama/ kemitraan dengan institusi, secara informal atau melalui berbagai media, para pendamping juga menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dan masyarakat dalam rangka pemasaran hasil produksi.

3. Tingkatan Individu

Kapasitas pada tingkatan individu menunjuk pada ketrampilan-ketrampilan individu, pengetahuan, tingkah laku, kemampuan melakukan pekerjaan serta motivasi-motivasi dari para pendamping KSM dalam menyelenggarakan rehabiltasi sosial berbasis komunitas.

Berikut adalah gambaran kapasitas pendamping Kampung Peduli pada tingkatan individual:

1. Komposisi pendamping

a. Komposisi pendamping berdasarkan gender Tabel 5

Komposisi Pendamping Kampung Peduli Berdasarkan Gender Tahun 2016

No Nama KSM Gender Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 KSM Reksa Darma Bakti 4 3 7

2 KSM Sinar Kasih - 6 6 3 KSM Harapan Sejahtera 4 3 7 4 KSM Peduli Kasih 6 - 6 5 KSM Sambung Roso 1 6 7 6 KSM Rumah Harapan Karangpatihan Bangkit 5 1 6

(12)

b. Komposisi berdasarkan pendidikan Tabel 6

Komposisi Pendamping Kampung Peduli Berdasarkan Pendidikan Tahun 2016

No Nama KSM Pendidikan Jumlah

SD SLTP SLTA Dipl S1

1 KSM Reksa Darma Bakti 4 3 7

2 KSM Sinar Kasih 1 5 6 3 KSM Harapan Sejahtera 4 3 7 4 KSM Peduli Kasih 6 6 5 KSM Sambung Roso 4 1 2 7 6 KSM Rumah Harapan Karangpatihan Bangkit 1 4 1 6

c. Komposisi berdasarkan usia

Tabel 7

Komposisi Pendamping Kampung Peduli Berdasarkan Pendidikan Tahun 2016

No Nama KSM Usia (Tahun) Jumlah

20-30 30-40 40-50 50>

1 KSM Reksa Darma Bakti 1 2 2 2 7

2 KSM Sinar Kasih - 2 3 1 6 3 KSM Harapan Sejahtera 2 2 3 - 7 4 KSM Peduli Kasih - - 3 3 6 5 KSM Sambung Roso - 1 5 1 7 6 KSM Rumah Harapan Karangpatihan Bangkit 1 2 2 1 6

2. Pengetahuan dan Keterampilan

Sebagian besar pengurus/ pendamping Program Kampung Peduli telah mengikuti bimbingan teknik rehabilitasi sosial berbasis komunitas dengan tujuan membangun kapasitas pengurus, anggota KSM dan tenaga pendamping melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan administrasi dan manajemen KSM serta pengetahuan dan keterampilan teknis rehabilitasi sosial penyandang disabilitas intelektual.

Pelatihan yang telah dilaksanakan untuk semua pendamping KSM sebagai berikut: a) Bimbingan teknik pengelolaan administrasi dan manajemen KSM,

pendampingan bagi penyandang disabilitas intelektual, pelatihan asesmen dan penyusunan program di BBRSBG Kartini Temanggung dengan jumlah peserta enam orang pendamping/pengurus KSM.

(13)

b) Bimbingan teknik instruktur produksi barang bagi pengembangan kegiatan ekonomi produktif bagi penyandang disabilitas, meliputi pelatihan produksi batik cipratan dan kerajinan gerabah di BBRSBG Kartini Temanggung masing-masing jenis keterampilan diikuti dua orang pendamping/ pengurus KSM. c) Pelatihan pembuatan produksi batik cipratan di sentra KSM yang diikuti

pendamping, penyandang disabilitas dan keluarga/orang tua.

d) Pelatihan pembuatan produksi keset kain perca di sentra KSM yang diikuti pendamping, penyandang disabilitas dan keluarga/orang tua.

Disamping pelatihan sebagaimana dilakukan, ada juga pelatihan yang diinisiasi oleh KSM dalam rangka pengembangan, yaitu:

a) Pelatihan budidaya cacing di KSM Reksa Darma Bakti, Desa Reksosari, Suruh, Semarang. Pelatihan ini di fasilitasi oleh UD Wirodjoyo.

b) Pelatihan membuat kue-kue di KSM Reksa Darma Bakti, Desa Reksosari, Suruh, Semarang untuk pengembangan kegiatan ekonomi produktif.

c) Bimbingan social untuk orang tua penyandang disabilitas intelektual di KSM Reksa Sambung Roso, Desa Simbatan, Magetan yang di fasilitasi oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi .

d) Pelatihan budidaya ikan lele di KSM Peduli Kasih, Desa Ponjong, Gunung Kidul yang di fasilitasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi pendamping tidak hanya terbatas pada bimbingan teknik atau pelatihan, tetapi juga melalui pendampingan dan supervisi oleh petugas BBRSBG Kartini Temanggung setiap bulan. Pendampingan dan supervisi ini memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan sharing informasi terkait penyelenggaraan rehabilitasi sosial berbasis komunitas.

Bimbingan teknik, pelatihan, pendampingan serta berbagai pengembangan kemampuan SDM yang dilakukan telah menampakkan dampak positif dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan para pendamping dalam menyelenggarakan rehabilitasi sosial berbasis komunitas yang terlihat dari:

a) Beberapa pendamping seperti di KSM Reksa Darma Bakti dan KSM Sambung Roso telah mampu menyelenggarakan layanan konsultasi bagi keluarga. b) Hampir semua pendamping KSM mampu memberikan bimbingan keterampilan

produktif bagi penyandang disabilitas intelektual.

c) Pendamping dapat mengakses sumberdaya melalui kerjasama dengan berbagai pihak.

3. Kemampuan melaksanakan pekerjaan

Secara umum, pengurus/pendamping KSM telah memiliki kemampuan melaksanakan pekerjaan. Hal ini terlihat dari kegiatan pelayanan dapat berjalan dan penerima manfaat mampu melakukan aktivitas produktif di sentra kegiatan

(14)

KSM dan di lingkungan keluarga. Kemampuan penyandang disabilitas intelektual untuk melakukan kegiatan produktif membuktikan bahwa para pendamping dapat melakukan tugas pokok membimbing dan membiasakan mereka. Namun demikian, kemampuan pendamping masih membutuhkan peningkatan lebih lanjut agar efektif dalam memberdayakan penyandang disabilitas intelektual.

4. Keaktifan pendamping

Keaktifan pengurus/ pendamping KSM dalam melaksanakan bimbingan dan mengembangkan KSM sebagai sentra kegiatan pelayanan diukur dari ketaatan mereka melaksanakan jadwal kegiatan yang telah disusun.

Sesuai jadwal yang ada, semua KSM minimal satu kali dalam satu minggu melaksanakan bimbingan dan kegiatan ekonomi produktif. Berdasarkan ukuran ini dapat dinyatakan bahwa semua pendamping KSM telah memiliki kapasitas untuk melaksanakan kegiatan pelayanan. Namun demikian, secara perorangan belum seluruh pendamping mampu melaksanakan tugas pelayanan secara optimal. Berikut adalah gambaran keaktifan pendamping di masing-masing KSM yang di ukur dari: a) Daftar kehadiran dalam setiap kegiatan

b) Keaktifan melakukan bimbingan/ pelayanan Tabel 8

Keaktifan Pendamping dalam Melaksanakan Pelayanan Kampung Peduli Tahun 2016

No Nama KSM Jumlah

Pendamping

Jml Yg Aktif %

1 KSM Reksa Darma Bakti 7 6 85,71

2 KSM Sinar Kasih 6 6 100

3 KSM Harapan Sejahtera 7 6 85,71

4 KSM Peduli Kasih 6 5 83,33

5 KSM Sambung Roso 7 6 85,71

6 KSM Rumah Harapan Karangpatihan Bangkit 6 5 83,33

5. Kohesifitas

Kohesi kelompok merupakan kekuatan yang memelihara dan menjaga anggota dalam kelompok. Kohesivitas merupakan pemersatu anggota agar dapat terbentuk sebuah kelompok yang efektif.

Kohesifitas dalam KSM diukur dari kekompakan, kebersamaan dan keharmonisan dalam interaksi diantara anggota/ pengurus KSM dalam melaksanakan pelayanan dan mengembangkan organisasi. Berdasarkan hal ini, kohesifitas kelompok di demua KSM sampai dengan Bulan Juni 2016 masih terjaga dengan baik.

6. Kemampuan mengakses dan mengelola informasi yang bermanfaat.

Salah satu faktor pendukung dalam pengembangan KSM adalah kemampuan pendamping dalam mengakses dan mengelola berbagai informasi. Kemampuan ini

(15)

di ukur dari kemampuan memanfaatkan IT dan media komunikasi serta kemampuan mengunakan informasi untuk berbagai tujuan. Berikut adalah gambaran kemampuan individu pendamping untuk mengakses dan mengelola informasi

Tabel 9

Kapasitas Pendamping dalam Mengakses dan Mengelola Informasi Tahun 2016 No Nama KSM Jumlah Pendamping Jml Yg Aktif mengakses dan mengelola informasi %

1 KSM Reksa Darma Bakti 7 4 57,14

2 KSM Sinar Kasih 6 3 50,00

3 KSM Harapan Sejahtera 7 4 57,14

4 KSM Peduli Kasih 6 3 50,00

5 KSM Sambung Roso 7 4 57,14

6 KSM Rumah Harapan Karangpatihan

Bangkit 6 3 50,00

7. Kreatifitas dan inovasi

Dalam pelayanan Kampung Peduli, kratifitas dan inovasi dari pendamping merupakan kunci berkembangnya pelayanan. Kreatifitas dan inovasi ini dapat berwujud model/teknik pelayanan maupun dalam mengembangkan berbagai produk untuk kegiatan ekonomi prdoduktif. Berikut gambaran kreatifitas dan inovasi dari semua KSM.

Tabel 10

Kratifitas dan Inovasi dari Pendamping dalam Pengembangan KSM Tahun 2016

No Nama KSM Bentuk Kreatifitas/ Inovasi

1 KSM Reksa Darma Bakti

- Layanan konsultasi orang tua

- Terapi untuk anak autism

- Variasi produk ekonomi produktif

- Metode pemasaran produk

- Penjalinan kerjasama dengan unit usaha 2 KSM Sinar Kasih - Produk besek

3 KSM Harapan

Sejahtera - Produk baru batu split

4 KSM Peduli Kasih - Metode pemasaran produk

- Pelibatan panitia di tk desa dalam pengadaan SUEP 5 KSM Sambung Roso - Layanan konsultasi orang tua

(16)

No Nama KSM Bentuk Kreatifitas/ Inovasi

- Metode pemasaran produk

- Penjalinan kerjasama dengan berbagai pihak

6 KSM Rumah Harapan

Karangpatihan Bangkit

- Variasi produk keset

Referensi

Dokumen terkait

• Dalam hubungannya dengan manusia lain, perlu adanya aturan sopan santun atau tata cara dalam pergaulan yang disebut

Memusatkan semua soup kitchen di dalam satu tempat merupakan langkah yang tidak bijak kerana institusi sebesar itu sewajarnya memberikan perhatian kepada penyediaan kebajikan

Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengkaji penerapan pendekatan islam dalam konseling keluarga untuk mengatasi masalah psikososial akibat kemiskinan. Hal ini

Guru sepatutnya perlu mengetahui bagaimana berkomunikasi dengan kanak-kanak dan seterusnya bagaimana menggunakan bahan-bahan yang ada dipersekitaran mereka untuk memudahkan

Proses pengindeksan yang dilakukan dalam pengujian sistem memakan waktu yang relatif lama yaitu 135 menit 32 detik untuk jumlah dokumen sebanyak 40 dengan rata- rata jumlah

Metode Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) Metode pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistic yang bertujuan memotivasi

että hyödynnetään taulukkokirjan monipuolisia kaavoja arkielämän kokemuksiin. Uuden opetussuunnitelman mukaan tutkimistehtävät edistävät oppimaan oppimisen taitoja

Dikatkan bentuk rekursif: Tujuan dibuat rekursif: Syarat bentuk rekursif: 4 Relasi Rekurens Faktorial. Relasi Rekurens Faktorial 5 Relasi Rekurens