• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Modal Sosial terhadap Keberlangsungan Usaha Pedagang Burjo di Salatiga T1 352009006 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Modal Sosial terhadap Keberlangsungan Usaha Pedagang Burjo di Salatiga T1 352009006 BAB II"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam kaitanya dengan keberlangsungan usaha pedagang Burjo tentu sangat di pengaruhi dengan tata nilai yang di bangun melalui kepercayaan dalam menjalankan usahanya. Bekal kepercayaan dan juga sistem nilai yang di bangun maka tidak heran keberadaan Burjo di Salatiga sangat berkembang pesat dari tahun ke tahun. Karena mereka memahami betul bahwa modal tidak hanya berwujud alat-alat produksi, seperti tanah, usaha yang besar, alat-alat canggih, akan tetapi juga berupa human capital, hal ini jugalah yang akan di jumpai di dalam modal social yang di dalamnya mengandalkan kepercayaan, dari kepercayaan yang akan menciptakan jejaring, dan untuk menata jejaring tersebut maka di butuhkan apa yang di sebut sebagai norma. Konsep yang mengarah kepada modal social terhadap keberlangsungan usaha para pedagang Burjo, maka penulis menggunakan beberapa konsep di antaranya;

2.1 Modal Sosial

Pengertian modal sosial pertama kali dikemukakan oleh Lyda Judson Hanifan pada tahun 1916 dalam meng- gambarkan pusat-pusat komunitas sekolah di pedalaman (Fukuyama, 2000). Selanjutnya Hanifan menjelaskan bahwa modal sosial meliputi: rasa bersahabat, kemauan baik, saling simpati, serta hubungan sosial dan kerjasama yang erat antara individu dan keluarga yang membentuk suatu kelompok sosial.

(2)

bahwa lulusan perguruan tinggi bagi individu akan berdampak dalam kesejahteraan bila dibandingkan dengan lulusan sekolah dasar.

Definisi modal sosial diberikan oleh Coleman (1988: 16): “o ial apital is defi ed y its function. It is not a single entity but a variety of different entities with two elements in common; they all consist of some aspect of sosial structures, and they facilitate certain actions of actors – whether persons or corporate actors – withi the stru ture . Modal sosial didefinisikan oleh fungsi-nya bukan

sebagai wujud yang tunggal etapi berbagai macam wujud yang ber-beda dengan dua elemen umum; (1) me-reka terdiri dari beberapa aspek struktur sosial dan (2) mereka memfasilitasi tindakan-tindakan tertentu baik per-orangan ataupun aktor korporasi di da-lam struktur tersebut. Aspek struktur sosial yang menjadi konsep modal sosial adalah unsur-unsur: kewajiban (obligation), harapan (expectation), kepercaya-an (trustworthiness), saluran informasi (information channel), norma-norma dan sanksi-sanksi.

Fukuyama (2000) memberikan definisi modal sosial: so ial apital a e defi ed si ply as a instantiated set of informal values or norms shared among members of a group that permits them to orporate with o e a other . Modal sosial secara sederhana didefinisikan sebagai kumpulan nilai-nilai atau norma-norma informal secara spontan yang terbagi di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara mereka. Fukuyama mengemukakan bahwa mereka harus mengarah kepada kerjasama dalam kelompok dan berkaitan dengan kebajikan-kebajikan tradisional seperti: kejujuran; memegang komitmen; ber-tanggung jawab terhadap pekerjaan dan norma saling timbal balik. Selanjutnya dijelaskan oleh Fukuyama bahwa dalam kondisi tertentu modal sosial dapat mem-fasilitasi tinggnya derajat inovasi masyarakat dan daya adaptasi masyarakat.

(3)

memfasilitasi saling memanfaatkan dalam tindakan kolektif. Baik dari segi kognitif maupun struktural modal sosial secara positif berhubungan dengan aktifitas dan lingkungan masyarakat (Jones, 2010).

Penelitian Pretty dan Smith (2003) menunjukan bahwa hubungan antara kepercayaan, timbal balik dan pertukaran, peraturan biasa, norma dan sanksi dan keterkaitan tindakan individual agar secara positif menghasilkan outcome yang baik. Tridico (2013) menyatakan bahwa modal sosial dibagi menjadi beberapa nilai yaitu kepercayaan, kerjasama, masyarakat sipil yang melibatkan diri dalam urusan publik, kesadaran dalam peraturan, jaringan sosial, reputasi, dan norma sosial anti korupsi. Putnam (dalam Tridico, 2013) menyatakan bahwa modal sosial meruapakan fitur organisasi sosial seperti jaringan, norma, dan kepercayaan sosial yang dapat memfasilitasi koordinasi dan kerja sama untuk manfaat bersama. Dengan demikian atribut pokok modal sosial terdiri dari norma (norm), kepercayaan (trust), jaringan (networking). Menurut Frick et.al (2012) modal sosial dilihat dengan masyarakat semuanya merupakan hal penting untuk mencegah adanya sebagai penghubung dalam menciptakan norma dan kepercayaan dalam struktur jaringan.

Konsep modal sosial menurut peneliti lebih relevan dipakai karena unsur-unsur yang dijelaskan dalam definisi konsep modal sosial ini lebih sesuai dengan latar belakang sosial dan keberanekaragaman kehidupan sosial dari pedagang Burjo yang ada di Salatiga, bisa dijelaskan serta dilihat secara lebih terfokus, daripada konsep-konsep dan unsur-unsur modal sosial yang lain yang telah dikemukakan. Adapun unsur-unsur pokok modal sosial yang dipakai dalam penelitian ini secara lebih jelasnya adalah sebagai berikut:

2.1.1. Norma

(4)

modal sosial secara spontan dalam kerangka menentukan tata aturan yang dapat mengatur kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok. Menurut Liu et. al (2014) tingkah laku modal sosial penduduk secara langsung digambarkan melalui norma, nilai dan aturan yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

2.1.2. Kepercayaan

Kepercayaan(trust) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Putnam, 1995). Menurut Fukuyama (2001), trust merupakan sikap saling mempercayai di masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial. Francois (2003) memandang trust sebagai komponen ekonomi yang relevan melekat pada kultur yang ada pada masyarakat yang akan membentuk kekayaan modal sosial. Menurut Setiawati dan Alam (2010) kepercayaan mampu memfasilitasi masyarakat untuk saling bekerjasama dan tolong-menolong.Menurut Pretty dan Ward (2000), Terdapat dua macam kepercayaan: kepercayaan terhadap individu yang kita mengenalnya, dan kepercayaan terhadap orang yang kita tidak tahu, namun akan meningkat karena kenyamanan kita dalam pengetahuan struktur sosial. Saling percaya terhadap yang lain dalam sebuah komunitas memiliki harapan yang lebih untuk dapat berpartisipasi dalam memecahkan permasalahan lingkungan (Liu et. Al (2014); Krisnhna dan Uphoff, (1999); Jones (2005, 2010); Pretty dan Ward (2001).

2.1.3. Jaringan

(5)

(religious beliefs) cenderung memiliki kohesif tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang terbangun sangat sempit. Sebaliknya pada kelompok yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan serta dengan ciri pengelolaan organisasi yang lebih modern, akan memiliki tingkat partisipasi anggota yang lebih baik dan memiliki rentang jaringan yang lebih luas. Pada tipologi kelompok yang disebut terakhir akan lebih banyak menghadirkan dampak positif bagi kelompok maupun kontribusinya pada pembangunan masyarakat secara luas (Hasbullah, 2006).

Tinsley dan Lynch (2001) menyatakan bahwa kekuatan jaringan tergantung dari sudut apa jaringan tersebut, yaitu pertimbangan asal dan berada pada tingkat mana jaringan tersebut. Jaringan masyarakat paling kuat dan paling tebal pada tingkat tujuan dan berlanjut menjadi lemah ketika melihat pada tingkatan daerah, nasional dan internasional. Menurut Tridico (2013) jaringan dan koneksi baik dibangun pada grup kecil dan suku dominan di Rusia.

2.1.4. Francis Fukuyama

(6)

2.1.5. Robert D. Putnam

Robert Putnam seorang ahli Ilmu Politik asal Amerika mendefinisikan modal sosial sebagai: Sesuatu karakteristik yang ada di dalam organisasi sosial, semisal kepercayaan, norma, dan jejaring yang bisa memperbaiki efisiensi masyarakat melalui memfasilitasi aksi-aksi yang terkoordinasikan (Putnam 2008, hal. 42).

Organisasi besar kuat dan terus berjaya, apabila bisa membangun tiga hal, yaitu kepercayaan, norma, dan jejaring yang kuat ketiganya harus berlaku dan ditaati bersama. Ide utama dari teori modal sosial adalah sangat sederhana: tentang jejaring sosial. Jejaring memiliki nilai. Putnam menjelaskan bahwa jejaring sosial dan norma-norma yang terkait, saling merespon sebagai modal sosial, karena seperti modal fisik dan modal manusia (peralatan dan trainning, jejaring sosial menciptakan nilai bagi dua pihak, individu dan kelompok, dan karena kita bisa melakukan investasi dalam jejaring. Jejaring social adalah tidak hanya investasi barang semata, bagi mereka seringkali memberikan nilai konsumsi langsung).

2.2 Keberlangsungan Usaha

Keberlangsungan (Sustainability) diartikan sebagai suatu bentuk kata kerja yang menerangkan suatu keadaan atau kondisi yang sedang berlangsung terusmenerus danberlanjut, merupakan suatu proses yang terjadi dan nantinya bermuara pada suatu eksistensi atau ketahanan suatu keadaan (disarikan dari Kamus Lengkap Bahasa Indonesia). Berdasar definisi ini keberlangsungan usaha (Business Sustainibility) merupakan suatu bentuk konsistensi dari kondisi suatu usaha, dimana keberlangsungan ini merupakan suatu proses berlangsungnya usaha baik mencakup pertumbuhan, perkembangan, strategi untuk menjaga kelangsungan usaha dan pengembangan usaha dimana semua ini bermuara pada keberlangsungan dan eksistensi (ketahanan) usaha.

Dalam sumber lain keberlangsungan diartikan sebagai : Sustainability is using, developing and protecting resources in a manner that enables people to meet current needs and provides that future generationscan also meet future needs, from the joint perspective of environmental, economic and community objectives.1

(7)

Ini diartikan bahwa keberlangsungan adalah sesuatu yang dipergunakan untuk mengembangkan dan melindungi sumber daya yang berada didalamnya, dimana memungkinkan orang-orang untuk mendapatkan suatu cara untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan akan datang, dari pandangan gabungan lingkungan, ekonomi dan pandangan masyarakat. Pernyataan-pernyataan ini dapat dianolagkan dan dipakai sebagai definisi konsep dalam penelitian ini, bahwa keberlangsungan usaha merupakan suatu keadaan atau kondisi usaha, dimana didalamnya terdapat cara-cara untuk mempertahankan, mengembangkan dan melindungi sumber daya serta memenuhi kebutuhan yang ada didalam suatu usaha (industri). Cara-cara yang dipergunakan ini bersumber dari pengalaman sendiri, orang lain, serta berlandaskan pada kondisi atau keadaan ekonomi yang sedang terjadi di dalam dunia usaha orang lain, serta berlandaskan pada kondisi atau keadaan ekonomi yang sedang terjadi di dalam dunia usaha (Business).

2.3. Penelitian Sebelumnya

Guna mengetahui keaslian akan penelitian ini, maka perlu disajikan hasil kajian atau penelitian terdahulu yang terkait dengan focus penelitian ini. Beberapa penelitian itu adalah sebagai berikut:

Pertama, Studi Modal Sosial Pedagang Kaki Lima Untuk Mempertahankan Usaha, (Japrizal, 2009), kajian tentang sector informal pedagang kaki lima, ini mengambil setting modal social di kota baru berkembang yaitu kota Ranai, Kabupaten Natuna. Unit analis dari kajian ini adalah individu pedagang kaki lima yang mewakili jenis usaha. Dalam penelitian ini diperoleh gambaran tentang modal so ial ya g erke a g dikala ga PKL di kota Ra ai ya g e iliki odel kerja kola orasi a tar

sesama PKL, komunitas PKL di kota Ranai memilik jaringan (networking) bersifat internal dan eksternal, aspek modal social lain yang juga terjadi dalam hubungan sesama PKL yang terjadi di kota Ranai adalah adanya kelembagaan, dan hubungan kekerabatan berupa pinjan meminjam dan arisan. Factor penyebab eksisnya PKL dalam menghadapi krisis disebabkan PKL umumnya memiliki tenaga kerja lokal dan padat karya dengan pola manejemen keluarga.

(8)

penyelesaian permasalahan bersama dan meraih kepentingan bersama para pedagang tradisional. Dalam peneltian tersebut juga menunjukan inovasi kegiatan yang dilakukan oleh FSP3Y mampu memperbaiki eksistensi kerberadaan pedagang tradisional.

Ketiga, studi Modal Sosial Dalam peningkatan Ekonomi Lokal Masyarakat (Listiyananingrum, 2012). Kajian tentang peningkatan ekonomi lokal di Dusun Karangasem, unit analisisnya adalah pengrajin wayang kulit. Dalam penelitian tersebut, peningkatan ekonomi lokal terjadi karena adanya peran modal social yaitu peran modal social jaringan social yang mana dapat menarik relas-relasi untuk bekerja sama dengan para pengrajin wayang kulit. Dalam penelitian tersebut juga disebutkan bahwa tampa kepercayaan, kerjasama tidak akan berjalan dengan baik sehingga keduanya sangat melengkapi supaya tidak terjadi gesekan-gesekan sesama pengrajin wayang kulit, maka terdapat satu norma yaitu norma tidak tertulis dengan cara memperkuat rasa kekeluargaan di antara mereka (pengrajin wayang kulit).

(9)

2.4 Kerangka Pikir

[image:9.612.76.558.86.616.2]

`

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

Pedagang

Burjo

Pembeli Transaksi

Keberlangsungan Usaha Modal Sosial

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pemikiran  Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Panjang rantai Carbon asam lemak berpengaruh pada yield glukosa mono. ester

[r]

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan perbankan antara sebelum dan sesudah merger pada enam rasio

Dapat kan akses unt uk mendapat kan lat ihan dan prediksi soal dalam bent uk ebook (pdf) yang bisa didow nload di member area apabila akun Anda sudah kami akt ifkan.. Choose t

mentalitas karyawan atau pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya, yaitu memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan aturan yang seharusnya dilakukan dan

Hasil dari penelitian tindakan kelas dengan menggunakan media suku kata hendaknya disosialisasikan kepada guru sekolah dasar agar menjadi acuan atau pedoman untuk

Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh etika kerja Islam (X1), tingkat religiusitas (X2), terhadap kinerja karyawan (Y) dengan pendidikan

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif di dalam penyusunannya menggunakan metode kajian pustaka dan field research (penelitian lapangan). Berdasarkan dari