• Tidak ada hasil yang ditemukan

d pk 0602456 chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "d pk 0602456 chapter5"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Bagian ini mengemukakan tiga pokok bahasan, yakni simpulan hasil penelitian dan pengembangan model pembelajaran, implikasi atas simpulan yang diajukan, dan rekomendasi yang diajukan sehubungan dengan simpulan dan implikasi yang ada.

A. Simpulan

Berdasarkan kajian terhadap hasil dan pembahasan penelitian mengenai model pembelajaran terpadu berbasis budaya untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Pertama, kondisi objektif pembelajaran IPS SD adalah sebagai berikut :

(2)

antara lain disebabkan ketidak-mengertian guru tentang cara tepat untuk mengintegrasikannya, sehingga khawatir tidak efisien. Oleh karena itu, guru kemudian mengakui bahwa apresiasi siswa terhadap budaya lokal rendah, di samping juga penguasaan siswa terhadap materi IPS belum optimal.

2. Pola pembelajaran IPS SD selama ini berlangsung tanpa mengacu pada perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran tidak disusun sendiri oleh guru, tapi mencontoh atau mem-fotocopy dari sekolah lain yang mereka dapatkan saat mengikuti pelatihan atau lokakarya di daerah lain atau di pusat (Jakarta). Perencanaan pembelajaran tersebut tidak dijadikan acuan dalam pelaksanaan pembelajaran, namun berfungsi untuk keperluan administratif. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran, pendekatan yang digunakan guru tidak berubah, yakni ekspositori dengan metode ceramah lebih dominan. Buku sumber pelajaran IPS yang diterbitkan penerbit swasta nasional, dengan uraian materi yang tidak mengakomodasi secara representatif muatan IPS setempat (khususnya budaya lokal), menjadi sumber utama pembelajaran. Sementara media pembelajaran yang tersedia seperti peralatan musik Dol, patung simbol tradisi Tabot, serta gambar-gambar yang relevan dengan budaya lokal belum dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung proses pembelajaran di kelas. Media tersebut lebih banyak dimanfaatkan untuk program ekstra kurikuler. Sedangkan proses penilaian pembelajaran, masih didominasi pendekatan hasil yang berorientasi pada pengukuran penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.

(3)

pertanyaan-pertanyaan serta mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, baik di kelas maupun di rumah. Pada umumnya siswa mengenal budaya lokal Tabot karena pernah menontonnya, bukan dari penjelasan guru. Siswa senang menonton Tabot karena ramai dan untuk hiburan, namun siswa sendiri mengaku tidak mengerti sejarah dan asul-usul, tujuan, rangkaian kegiatan serta makna tradisi Tabot tersebut.

4. Prasarana dan sarana yang dapat mendukung pembelajaran IPS tersedia cukup lengkap di sekolah. Kecuali media elektronik seperti LCD, hanya terdapat di sekolah dengan kategori baik. Namun prasarana dan sarana minimal yang diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran IPS yang baik di kelas cukup tersedia. Khususnya media pendukung pembelajaran terpadu berbasis budaya yang mengintegrasikan budaya lokal dengan konsep IPS. Media tersebut seperti peralatan musik Dol, patung simbol Tabot, maupun gambar-gambar budaya lokal yang relevan dengan materi IPS, baik yang berhubungan dengan sejarah, geografi, ekonomi maupun sosial setempat. Namun sebagian besar media tersebut hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan program ekstra kurikuler, belum dioptimalkan untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas.

(4)

berorientasi pada peningkatan kualitas pendidikan maupun pembelajaran terutama sebagai upaya meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal.

Kedua, Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya (MPTBB)

yang dikembangkan untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal, adalah sebagai berikut :

(5)

sumber, diskusi dan pendalaman konsep, serta pengembangan dan aplikasi kontekstual. Tahap penutup (konsolidasi) merupakan langkah pengkonsolidasian hasil belajar melalui kegiatan penyimpulan bersama hasil pembelajaran dan tindak lanjut. Kegiatan pembelajaran didukung dengan sumber, alat dan media berupa buku pelajaran IPS, buku sumber supplement MPTBB, peralatan musik Dol dan patung simbol Tabot, gambar budaya-sejarah-geografi-ekonomi dan sosial setempat yang relevan, serta LKS. Penilaian pembelajaran menekankan pada penilaian proses dan hasil.

(6)

tema budaya yang dikaitkan dengan topik pelajaran IPS dan diakhiri dengan pemberian tugas bermakna untuk diskusi kelompok. Sebelum diskusi kelompok dimulai, siswa diberi kesempatan berinteraksi dengan sumber yang relevan, khususnya buku sumber integratif supplement MPTBB, agar lebih siap dalam mencari solusi tugas dalam diskusi kelompok. Guru memfasilitasi, membimbing dan memantau jalannya diskusi kelompok. Kemudian diikuti dengan langkah diskusi kelas hasil kerja kelompok, dan penjelasan konsep dalam bentuk umpan-balik guru terhadap hasil kerja siswa. Tahap ini diakhiri pemberian tugas individual yang bersifat pengembangan dan aplikasi kontekstual. Ketiga, tahap penutup (konsolidasi), yang berupa penyimpulan bersama hasil pembelajaran yang baru dilalui serta tindak lanjut bagi siswa untuk membaca sumber sebagai persiapan pembelajaran berikutnya.

3. Penilaian MPTBB meliputi penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses berupa observasi, baik observasi terhadap apresiasi siswa terhadap budaya lokal maupun observasi aktivitas siswa dalam diskusi. Penilaian hasil dilakukan melalui laporan LKS hasil diskusi kelompok, LKS hasil tugas pengembangan dan aplikasi kontekstual, maupun hasil tes penguasaan materi IPS.

Ketiga, keunggulan-keunggulan Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya

(MPTBB) adalah sebagai berikut :

(7)

dilaksanakan guru. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang berarti antara skor rata-rata apresiasi siswa terhadap budaya lokal sebelum maupun sesudah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan MPTBB maupun dengan model pembelajaran konvensional. MPTBB terbukti secara berarti lebih efektif dalam meningkatkan apresiasi siswa, baik untuk aspek pemahaman maupun penginterpretasian dan penilaian/penghargaan terhadap budaya lokal, bila dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini tentunya dapat dimengerti, mengingat MPTBB diorientasikan untuk menciptakan iklim kondusif guna mendorong siswa lebih memahami, menginterpretasi dan menilai/menghargai budaya lokal dengan mengintegrasikannya dalam pelajaran IPS yang relevan. Sementara model pembelajaran konvensional cenderung mendorong siswa untuk menghapal materi yang ada melalui buku sumber pelajaran IPS yang secara representatif kurang mengakomodir budaya setempat.

(8)

yang cenderung melakukan kegiatan dengan bermain, bergerak, berkolaborasi serta secara aktif berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Sementara model pembelajaran konvensional lebih mendorong siswa untuk menghapal.

3. Mendorong tercapainya penciptaan makna baru sebagai upaya memperoleh pemahaman terpadu antara konsep IPS dan budaya. MPTBB memanfaatkan konteks budaya yang telah ada pada siswa sebagai pengalaman awal dalam proses pembelajaran IPS. Pengalaman awal budaya siswa ini kemudian dikaitkan dengan konsep IPS relevan. Oleh karena itu, MPTBB menghasilkan pembelajaran IPS yang bermakna bagi siswa. Siswa memperoleh pemahaman terpadu tentang konsep IPS dan budaya. Hal ini terbukti secara positif dan signifikan, dimana MPTBB dapat meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal sekaligus penguasaannya terhadap materi pelajaran IPS.

Keempat, faktor pendukung bagi pengembangan MPTBB. Faktor faktor

(9)

media yang relevan dengan budaya lokal maupun pelajaran IPS, khususnya buku sumber supplement MPTBB; dan (7) antusiasme Pemerintah Daerah, baik Kota maupun Provinsi

Bengkulu, yang menganggap pengembangan MPTBB merupakan bagian dari upaya menjadikan Kota Bengkulu sebagai Kota Pelajar dan pengembangan wisata internasional yang berbasis sumber daya alam, budaya dan sejarah.

Kelima, faktor penghambat bagi pengembangan MPTBB. Ada beberapa faktor

yang kemungkinan akan mengurangi optimalisasi MPTBB. Faktor-faktor tersebut adalah : (1) guru membutuhkan waktu yang lebih untuk adaptasi sebelum mengimplementasikan MPTBB agar hasilnya optimal (diperlukan persiapan, pelatihan/pembekalan agar guru lebih memahami MPTBB sebelum mengimplementasikannya); (2) penegakan disiplin kelas siswa perlu lebih ketat agar tidak mengganggu proses pembelajaran; dan (3) keterbatasan waktu, dimana kekurang-ketatan guru dalam mengelola waktu yang tersedia dapat mengakibatkan hasil MPTBB kurang optimal.

B. Implikasi

Temuan penelitian menunjukkan bahwa Model Pembelajaran Terpadu Berbasis Budaya (MPTBB) mampu memfasilitasi siswa menguasai materi pelajaran IPS sebagai upaya meningkatkan apresiasinya terhadap budaya lokal. Hal ini memiliki sejumlah implikasi sebagai berikut.

(10)

memfasilitasi siswa menguasai materi pelajaran sebagai upaya meningkatkan apresiasinya terhadap budaya lokal.

b. Guru membutuhkan pembekalan awal. Pembelajaran terpadu berbasis budaya sebagai model pembelajaran hasil pengembangan merupakan inovasi baru bagi guru. Oleh karena itu dibutuhkan intervensi sebagai bentuk pembekalan bagi guru untuk mengembangkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran terpadu berbasis budaya.

c. Pemanfaatan secara optimal alat, media dan sumber yang tersedia di sekolah. Keberhasilan pembelajaran terpadu berbasis budaya antara lain ditentukan oleh pemanfaatan secara optimal alat, media dan sumber belajar oleh guru dalam proses pembelajaran. Alat, media dan sumber tersebut antara lain terdiri atas Lembar Kerja Siswa, media (gambar, foto, lukisan dan media lain yang relevan-kontekstual dengan budaya dan konsep pelajaran IPS), perangkat budaya dan peralatan musik tradisional, serta buku sumber IPS dan supplement MPTBB. Konsekuensinya adalah alat, media dan sumber belajar tersebut harus mudah diakses guru pada saat dibutuhkan.

d. Administrator dan komite sekolah membutuhkan orientasi agar memahami dan selalu aktif menyediakan sumber dan dukungan secara kontinu terhadap proses pembelajaran terpadu berbasis budaya yang dilakukan guru.

(11)

C. Dalil-dalil Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian yang telah dipaparkan di atas, berikut dikemukakan dalil-dalil sebagai berikut :

a. Apresiasi siswa terhadap budaya lokal meningkat jika pembelajaran fokus pada tema yang dikembangkan berdasarkan pengalaman awal budaya siswa.

Pembelajaran terpadu berbasis budaya untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal mengutamakan pendekatan holistik-konstruktivistik. Pembelajaran berangkat dari tema budaya lokal yang dikembangkan berdasarkan pengalaman awal siswa sebagai anggota suatu komunitas budaya, diikuti dengan strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran. Hal ini mendorong siswa mampu menguasai pelajaran lebih efektif dan meningkatkan apresiasinya terhadap budaya lokal.

(12)

D. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan yang diajukan pada penelitian dan pengembangan MPTBB ini, maka berikut akan dikemukakan rekomendasi. Rekomendasi ditujukan kepada guru, sekolah, Dinas Pendidikan Nasional, serta pihak peneliti yang berminat mengadakan penelitian dan pengembangan model pembelajaran terpadu berbasis budaya selanjutnya.

1. Pihak Guru

KTSP yang diberlakukan secara bertahap mulai tahun ajaran 2006, memberikan keleluasaan kepada guru dan sekolah (lembaga tingkat satuan pendidikan) untuk mengembangkannya. Guru dan sekolah dapat mengembangkan kurikulum operasional dengan berpatokan pada standar isi, satndar kompetensi lulusan, dan panduan penyusunan kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Prinsip utama yang perlu diperhatikan dalam pengembangan KTSP antara lain adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan lingkungannya, serta beragam dan terpadu.

(13)

konteks budaya komunitas setempat. Akibat nyatanya adalah kurang optimalnya proses maupun hasil pembelajaran.

Sehubungan dengan permasalahan di atas, guru dapat menggunakan MPTBB sebagai salah satu alternatif pembelajaran IPS di Seklolah Dasar. Beberapa pertimbangan yang diajukan untuk mendukung rekomendasi pada pihak guru ini adalah :

a. MPTBB dapat diterapkan atau diadopsi guru, karena prosedur implementasi MPTBB dikembangkan berdasarkan apa yang selama ini telah dikenal, dipahami dan bahkan telah diimplementasikan guru dalam proses pembelajaran IPS. Namun, langkah-langkah tersebut selama ini diimplementasikan guru secara sepotong-sepotong (terpisah) dan tidak dalam satu sistem yang terintegrasi satu sama lain. Hal ini terjadi karena selama ini guru tidak mengetahui secara tepat bagaimana strategi yang efektif mengintegrasikan budaya lokal dalam pembelajaran IPS.

(14)

c. MPTBB terbukti mampu meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal sebagai upaya meningkatkan penguasaan materi IPS.

Implementasi MPTBB akan berhasil apabila diikuti dengan kesungguhan guru sejak tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Hal ini penting, mengingat tanpa kesungguhan guru, maka implementasi MPTBB tidak akan mencapai hasil optimal. Guru, tanpa kesungguhan, akan mudah tergoda untuk kembali ke-pola pembelajaran konvensional yang selama ini dilaksanakannya. Di samping kesungguhan, konsistensi guru untuk mengimplementasikan MPTBB sesuai dengan perencanaan yang telah disusun, juga menjadi faktor penting keberhasilan MPTBB.

2. Pihak Sekolah

(15)

3. Pihak Dinas Pendidikan Nasional

MPTBB merupakan suatu model pembelajaran yang diorientasikan

untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal sebagai upaya meingkatkan penguasaan materi pelajaran IPS. Keberhasilan pengembangan dan implementyasinya oleh guru dipengaruhi juga oleh dukungan kebijakan pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Pendidikan Nasional, baik di tingkat kota/kabupaten maupun tingkat provinsi.

MPTBB merupakan suatu bentuk keterlibatan secara dini dan melembaga institusi pendidikan dalam melestarikan budaya daerah sekaligus menunjang program pembangunan daerah, khususnya parawisata budaya dan sejarah. Oleh karena itu, dukungan dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang memungkinkan terciptanya suasana kondusif bagi guru dalam mengembangkan dan mengimplementasikan MPTBB sangat diperlukan. Dukungan kebijakan tersebut antara lain adalah (1) sosialisasi dan diseminasi MPTBB bagi guru-guru IPS SD dalam bentuk penataran/pelatihan agar guru mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan awal yang cukup untuk mengimplementasikan MPTBB; dan (2) bersama-sama Kepala Sekolah memfasilitasi upaya guru dalam mengembangkan dan mengimplementasikan MPTBB dengan menyediakan dan memperkaya sumber, alat dan media yang dibutuhkan, seperti buku sumber supplement MPTBB bagi siswa.

4. Pihak LPTK

(16)

membekali mahasiswa dengan model-model pembelajaran alternatif yang mampu mendekatkan siswa di sekolah dengan lingkungannya agar pembelajaran menjadi bermakna. Hal ini terjadi karena banyak hasil kajian mengenai model-model pembelajaran alternatif ini tidak implementatif serta belum menjawab permasalahan sesungguhnya yang terjadi di sekolah.

MPTBB yang dihasilkan dari proses penelitian dan pengembangan terbukti implementatif dan mampu meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal sebagai upaya meningkatkan penguasaan materi pelajaran IPS di SD. Oleh karena itu, MPTBB dapat dipertimbangkan oleh LPTK sebagai bahan kajian mendalam untuk kepentingan pembelajaran maupun pengembangamn ilmu pengetahuan.

5. Pihak Peneliti Selanjutnya

MPTBB merupakan hasil dari penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan seoptimal mungkin dengan mengikuti prosedur ilmiah, namun model pembelajaran ini belumlah sempurna. Hal ini antara lain disebabkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan yang antara lain adalah :

(17)

dan pengembangan MPTBB pada kelas, mata pelajaran, serta satuan pendidikan lainnya.

b. Penelitian dan pengembangan yang menghasilkan MPTBB ini dilakukan di Kota Bengkulu dengan melibatkan sebagian kecil sekolah, baik pada saat pra-survei, uji-coba terbatas, uji-uji-coba luas maupun uji validasi. Sehubungan dengan itu, walaupun MPTBB terbukti efektif untuk meningkatkan apresiasi siswa terhadap budaya lokal serta juga dapat meningkatkan penguasaan materi pelajaran IPS, namun tidak berarti MPTBB secara langsung dapat digeneralisasikan ke tempat atau daerah lain. Oleh karenanya, kepada peneliti yang berminat mengkaji secara lebih mendalam MPTBB ini, direkomendasikan untuk melakukan penelitian dan pengembangan ulang dengan ruang lingkup lebih luas, baik secara wilayah maupun jumlah sekolah guna menyempurnakan hasil penelitian dan pengembangan ini.

(18)

d. Penemuan MPTBB dapat dikatakan sebagai wacana menarik untuk terus didiskusikan ditengah kekhawatiran banyak pihak tentang isu pendidikan yang terpisah dari budaya. Hal ini penting mengingat ”...untuk mewujudkan bangsa yang cerdas dan maju kebudayaan nasionalnya, sekolah sebagai perwujudan sistem pendidikan nasional harus berperan sebagai pusat pembudayaan” (Soedijarto, 2009 : 12). Oleh

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketimpangan dan kekuatan interaksi spasial yang terjadi di Kabupaten Lembata secara intra-regional menggunakan model

[r]

pedagang kaki lima menjadi penting agar dapat memberikan rangsangan bagi faktor pendukung dan mengurangi faktor-faktor penghambat bagi keberhasilan usaha pedagang kaki

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada pratindakan, siklus I dan siklus II, dapat disimpulkan bahwa penerapan model

Hasil uji organoleptik es krim jagung manis menunjukkan bahwa konsentrasi non dairy cream dan jenis zat penstabil yang digunakan tidak berpengaruh pada rasa dan aroma tetapi

a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan

Diagram use case bisnis berfungsi untuk mendokumentasikan informasi proses bisnis dan aktor pada organisasi yang terlibat dengan sekitar sistem yang akan dibangun.. Berikut