• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURVEY BY DESIGN KETAHANAN PANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SURVEY BY DESIGN KETAHANAN PANGAN"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PEKERJAAN :

SURVEY BY DESIGN KETAHANAN PANGAN

TAHUN ANGGARAN 2015

PROGRAM PENINGKATAN

PENANGANAN DAERAH RAWAN PANGAN

KEGIATAN DUKUNGAN DEWAN KETAHANAN PANGAN

SPK :

NOMOR : 602/0672/I

TANGGAL : 04 MARET 2015

KERJASAMA :

(2)

PEN GAN TAR

Ber kat r ahm at Tuhan Yang Maha Esa, naskah ber w uj ud Lapor an Akhir

ini dapat diselesaikan. Naskah m er upakan bagian dar i per syar at an

yang har us dipenuhi guna penyelesaian peker j aan “ Su r v e y by D e sign

Ke t a h a n a n Pa n g a n ” Pr ogr am Peningkat an Penanganan Daer ah

Raw an Pangan Kegiat an Duk ungan Dew an Ket ahanan Pangan Tahun

2015 yang diselenggar akan Badan Ket ahanan Pangan dan Penyuluhan

( BKPP) Daer ah I st im ew a Yogyakar t a.

Mat er i y ang disaj ikan dalam naskah adalah hasil sem ent ar a yang

dapat dicapai. Oleh kar enanya m asukan guna penyem pur naan ny a

akan sangat m em bant u. Sem oga infor m asi yang dit uangkan dalam

naskah dapat ber m anfaat bagi par a pihak yang m enar uh per hat ian

pada per m asalahan ket ahanan pangan dan dapat pula m enj adi

inspir asi pengam bil kebij akan.

Yogyakar t a, Juni 2015

PT. Kepur un Paw ana I ndonesia

(3)

D AFTAR I SI

Hal

KATA PEN GAN TAR ... ... ... I D AFTAR I SI ... ... I I D AFTAR GAM BAR ... I I I D AFTAR TABEL ... ... .... I V

BAB 1 . PEN D AH ULUAN ... .... 1

1.1. Lat ar Belakang ... ... 1

1.2. Tuj uan dan Sasar an Kegiat an ... ... 3

1.3. Lingkup Kegiat an ... ... 3

1.4. Keluar an Kegiat an ... ... 3

BAB 2 . M ETOD OLOGI ... ... 5

2.1. Ker angka Pendekat an ... ... ... 5

2.2. Met ode Pelaksanaan Kaj ian ... ... 7

2.2.1. Analisis Dokum en ... ... 8

2.2.2. Analisis Dat a ... ... .. 9

2.3. Jadw al Pelaksanaan Kaj ian ... ... . 16

BAB 3 . H ASI L KAJI AN D AN PEM BAH ASAN ... 17

3.1. Macam pr ogr am / kegiat an ket ahanan pangan di Daer ah I st im ew a Yogy akar t a ... ... 18

3.2. Kiner j a Oper asional Pr ogr am / Kegiat an Ket ahanan Pangan di Daer ah I st im ew a Yogyakar t a ... 21

BAB 4 . KESI M PULAN ... 36

BAB 5 . REKOM EN D ASI ... 38

RUJUKAN ... ... 40

(4)

D AFTAR GAM BAR

Hal

Gam bar 2.1. Mat r ik s analisis st akeholder ... . 13

(5)

D AFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Per t im bangan pilihan penggunaan m et ode pengum pulan dat a ... ... 9

Tabel 2. Jadw al pelaksanaan kegiat an ... 16

Tabel 3.1. Macam pr ogr am / kegiat an ket ahanan pangan dan

I nst it usi pengam pu di Daer h I st im ew a Yogyakar t a ... 19

Tabel 3.2. Regulasi pendukung im plem ent asi pr ogr am / kegiat an

Ket ahanan pangan di Daer ah I st im ew a Yogyakar t a ... . 24

Tabel 3.3. I ndikat or ket er capaian t uj uan pr ogr am / kegiat an Ket ahanan pangan pada ber bagai inst it usi pengam pu

di Daer ah I st im ew a Yogyakar t a ... 25

Tabel 3.4. Kebij akan khusus dan kendala im plem ent asi pr ogr am

Ket ahanan pangan di Daer ah I st im ew a Yogyakar t a .... 28

Tabel 3.5. Mat r iks analisis st akeholder pem angku kepent ingan Pem banguanan ket ahanan pangan di Daer ah I st im ew a Yogyakar t a ... ... 33 Tabel 3.6. Mat r iks analisis st akeholder pem angku kepent ingan

Pem bangunan ket ahanan pangan di Daer ah I st im ew a

(6)

BAB

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan sebagai penunjang kehidupan yang layak dan bermartabat adalah hak dasar manusia yang paling azasi. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menjadi salah satu bukti konkrit upaya membangun ketahanan pangan untuk mengawal tercukupinya kebutuhan akan pangan bagi masyarakat Indonesia. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa bangunan sistem ketahanan pangan mencakup beberapa aspek penting, yakni : aspek ketersediaan, distribusi, cadangan pangan, konsumsi di tingkat rumah tangga. Realitasnya, berbagai program mewujudkan ketahanan pangan yang kuat seringkali terjebak pada logika kebijakan yang bersifat agregasi makro sehingga menjadi tidak efektif.

(7)

sumberdaya daerah guna mencukupi kebutuhan pangan nasional. Terkait dengan upaya penganekaragaman pangan, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Tidak dipungkiri bahwa selama ini telah banyak tenaga dikerahkan, dana dikucurkan, koordinasi dilaksanakan, namun di lapangan belum terlihat adanya pengurangan kemiskinan dan kerawanan pangan secara signifikan.

Guna memperoleh data yang lengkap dan akurat, sekaligus melihat peluang dan tantangan yang ada di lapangan untuk menyusun kebijakan dalam pembangunan ketahanan pangan menuju kemandirian dan kedaulatan pangan, maka pada tahun 2015 Dewan Ketahanan Pangan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan kegiatan Survey by Design Ketahanan Pangan .

1.2. Tujuan dan Sasaran Kegiatan

Tujuan yang ingin dicapai dari Survey by Design Ketahanan

Pangan adalah untuk memperoleh gambaran siapa pelaku

(8)

1.3. Lingkup Kegiatan

Sebagaimana diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja, ruang lingkup kegiatan dari pekerjaan ini meliputi :

1. Lingkup Kajian

Meliputi beberapa stakeholder pemangku kepentingan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Lingkup Pekerjaan

Analisis stakeholder pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut : (1) Tahap persiapan; (2) Survei dan pengumpulan data dan (3) Pengolahan dan analisis data, serta (4) Pelaporan.

1.4. Keluaran Kegiatan

Tolak ukur dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan Konsultan berdasarkan pendekatan, metodologi dan strategi pelaksanaan kerja adalah produk atau keluaran yang dihasilkan. Kualitas produk atau keluaran sangat tergantung terhadap pilihan pendekatan, metodologi dan strategi pelaksanaan yang digunakan Konsultan. Adapun keluaran yang diharapkan dari kegiatan Survey by Design Ketahanan Pangan adalah sebagai berikut :

 Laporan Akhir Hasil Survey

(9)

berfokus pada analisis stakeholder terkait dengan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta setelah secara periodik dipresentasikan (di-expose) di hadapan Tim Evaluasi disertai kompilasi data dan analisis data. Expose tersebut dilaksanakan 3 (tiga) kali, yakni expose pertama (expose pendahuluan), konsultan menyampaikan perencanaan kegiatan survey; expose ke dua, konsultan menyampaikan progress repport hasil survey dan expose ke tiga, konsultan menyampaikan hasil akhir survey.

(10)

BAB

2

METODOLOGI

2.1. Kerangka Pendekatan

Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan tuntutan Kerangka Acuan Kerja (KAK), serta lebih memudahkan dalam penyelesaian pekerjaan dengan pola pikir yang terstruktur, diperlukan metodologi penanganan yang tepat sehingga dapat menggambarkan tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan secara jelas dan sistematis. Metodologi menjelaskan tahapan pekerjaan yang diperlukan sesuai dengan batasan waktu yang telah ditentukan, sehingga hasil akhir yang diperoleh diharapkan dapat memenuhi maksud dan tujuan, serta produk/keluaran yang diharapkan di dalam KAK.

Sebagaimana diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), bahwa pekerjaan penelitian terfokus pada studi tentang Stakeholder pemangku kepentingan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

(11)

Istimewa Yogyakarta. Sementara Data primer yang dimaksud adalah data yang dikumpulkan konsultan langsung dari wawancara dengan parapihak (stakeholder) yang berperan dalam pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan terstruktur sesuai dengan variable penelitian yang dibutuhkan.

Secara garis besar, tahapan pelaksanaan pekerjaan yang akan dilakukan dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu :

1.Tahap Persiapan Pelaksanaan

2.Tahap Survei Lapangan dan Analisis 3.Tahap Penyusunan Konsep

4.Tahap Penyelesaian Akhir

Apabila dikaitkan dengan produk pelaporan yang harus dibuat, maka tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan Pelaksanaan

Disampaikan secara oral dalam Laporan Pendahuluan, yang secara garis besar berisi metodologi, manajemen pelaksanaan, organisasi tim pelaksana, serta rencana kerja.

2. Tahap Survei Lapangan dan Analisis

(12)

3. Tahap Penyusunan Konsep

Dituangkan dalam Draft Laporan Akhir, yang secara garis besar berisi hasil kajian dan analisis.

4. Tahap Penyelesaian Akhir

Dituangkan dalam Laporan Akhir, yang secara garis besar berisi hasil perbaikan dan penyempurnaan Draft Laporan Akhir.

2.2. Metode Pelaksanaan Kajian

Kegiatan Survei Lapangan dilaksanakan untuk mendapatkan data yang terkait dengan analisis stakeholder pemangku kepentingan pembangunan ketahanan pangan di daerah istimewa Yogyakarta sesuai dengan ketentuan dalam KAK. Secara keseluruhan, beberapa kegiatan yang dilakukan Konsultan, adalah sebagai berikut:

2.2.1. Analisis Dokumen

Untuk mendapatkan data lapangan, baik berupa data primer maupun data sekunder, dilakukan koordinasi dengan beberapa pihak terkait, yakni: Institusi dan parapihak di Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkait dengan pembangunan ketahanan pangan.

Tabel 1. Pertimbangan pilihan penggunaan metode pengumpulan data

(13)

Penggunaan

kuisioner, survei dan penggunaan

chek-list

Untuk pengambilan data secara cepat dalam jumlah banyak dengan mengandalkan asumsi "ketidak terancaman" sumber data jika mereka menyampaikan data

Wawancara Untuk mendalami data berdasarkan kesan, pengalaman responden dan mendalami jawaban responden terhadap kuisoner

Observasi Untuk mengetahui bagaimana sebenarnya program dijalankan, terutama menyangkut prosesnya

Studi

Dokumentasi

Untuk mengetahui kinerja stakeholder pemangku kepentingan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

(14)

Pertimbangan penggunaan metode pengumpulan data dan informasi terinci pada Tabel 1.

2.2.2. Analisis Data

Analisis kerangka logika dipersiapkan untuk menata keterkaitan dan konsistensi antara sasaran, tujuan, output yang diharapkan, kegiatan yang diperlukan untuk menghasilkan output, serta input yang disediakan untuk melaksanakan rindian kegiatan yang dimaksud. Disamping menata keterkaitan dan konsistensi penyelenggaraan kegiatan pembangunan ketahanan pangan, analisis ini menyediakan instrumen untuk pemantauan dan pengendalian kegiatan. Dalam hal ini, komponen indikator obyektif dari setiap komponen kegiatan, beserta dengan instrumen verifikasi indikator menjadi pegangan dalam menjaga keterlaksanaan dan kualitas hasil kegiatan. Beberapa asumsi ditampilkan untuk menjaga agar setiap kali dapat dilakukan penyesuaian ketika hal-hal yang terkandung di dalam asumsi tidak terjadi di lapangan. Dengan demikian, Logical Framework Analysis (LFA) atau dikenali sebagai Kerangka Kerja Logis (KKL) adalah sebuah alat untuk membantu memperkuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan, utamanya untuk membantu :

(1) Mengorganisir pemikiran;

(2) Menghubungkan/mengaitkan kegiatan dengan hasil yang diharapkan;

(15)

(5) Mengkomunikasikan informasi tentang program/kegiatan secara ringkas, padat dan jelas.

Kerangka logika memberikan gambaran menyeluruh mengenai pendekatan sistem kegiatan yang dilakukan, sekaligus dipergunakan sebagai perangkat pemantauan obyektif terhadap proses dan kemajuan kerja. Melalui pemantauan seperti itu, jaminan bahwa tujuan dan capaian target yang telah ditulis dapat disampaikan. Mengacu kepada pemahaman terhadap Kerangka Acuan Kerja beserta penjelasannya, pemahaman pekerjaan, kerangka pendekatan dan kerangka pikir kajian, disusun logicalframe work ( Kerangka Kerja ) yang ringkas dan terstruktur.

Validasi dan verifikasi tehadap data yang diperoleh perlu dilakukan guna memperoleh data terkini (up to date), dan tepat sesuai dengan keperluan untuk input analisis. Kemudian melalui kaidah-kaidah statistik dan assesment (penaksiran) dilakukan pengolahan dan kompilasi data menggunakan panduan kompilasi data yang akan disusun.

Tahap-tahap pengolahan dan kompilasi data ini adalah sebagai berikut:  Data yang diperoleh dilakukan validasi melalui klarifikasi keabsahan

(legalitas) dan kelogisan.

 Data yang telah divalidasi akan disortasi sesuai dengan kebutuhan kegiatan evaluasi.

 Klasifikasi data bertujuan untuk mengelompokkan data yang telah disortasi sesuai dengan kebutuhan informasi atau fofus kajian.

(16)

Selanjutnya untuk mengoptimalkan hasil pengolahan data dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan yang bersifat holistik (menyeluruh), mikro (lokal) dan komparatif (perbandingan).

Model analisis yang digunakan dalam analisis parapihak dalam kajian ini adalah analisis stakeholser yang berwujud analisis kekuatan parapihak (stakeholders power tools analysis). Analisis kekuatan parapihak ini ditujukan untuk memberikan deskripsi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam situasi dimana banyak pihak mempunyai kepentingan yang bervariasi terhadap suatu program yang memerlukan penyeimbangan kepentingan (balancing of interests).

Tahapan yang dilakukan dalam analisis ini mencakup: (1) Identifikasi parapihak; (2) Penggalian kepentingan, karakteristik dan kondisi parapihak; (3) Identifikasi pola dan konteks hubungan antar parapihak melalui analisis 4 R (Rights, Responsibilities, Revenues, and Relationships); dan (4) Penaksiran kekuatan dan potensi parapihak. Dari identifikasi stakeholder (parapihak) akan dapat dibuat pengelompokan parapihak. Secara hipotetik, parapihak akan dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

a. Primer langsung: adalah parapihak yang terlibat langsung atau memperoleh dampak langsung dari program/kegiatan ketahanan pangan.

(17)

c. Sekunder: adalah parapihak yang tidak terlibat secara langsung dalam program/kegiatan ketahanan pangan tetapi menerima manfaat atau dampak dari program meskipun secara tidak langsung.

Selanjutnya, proses analisis yang dilakukan adalah pengklasifikasian parapihak berdasar pada pengaruh (influence) dan tingkat kepentingan pelibatan (importance). Pengklasifikasian stakeholder berdasarkan pengaruhnya (influence) dan tingkat kepentingan keterlibatan dalam sebuah kegiatan merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi peluang partisipasi dan kemungkinan resiko yang dapat ditimbulkan oleh stakeholder tertentu. Tingkat pengaruh mengindikasikan kemampuan stakeholder untuk mempengaruhi keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu kegiatan. Sedangkan tingkat kepentingan keterlibatan berkaitan dengan dampak yang akan diterima oleh stakeholder. Semakin besar dampak yang akan diterima oleh stakeholder semakin tinggi tingkat kepentingan keterlibatannya.

Analisis ini akan dilanjutkan dengan analisis konteks hubungan, kekuatan dan potensi parapihak yang ditujukan untuk menghasilkan suatu rekomendasi peningkatan peran, pola pelibatan dan keseimbangan kepentingan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam supply dan demand benih dan bibit tanaman hutan. Proses dan hasil dalam analisis parapihak ini akan disajikan dalam bentuk matriks dan diagram analisis sebagai berikut :

(18)

Gambar 2.1. Matriks analisis stakeholders

Untuk mengetahui minat dan pengaruh/wewenang parapihak yang terlibat dalam program/kegiatan pembangunan ketahanan pangan dilakukan analisis stakeholders melalui penyusunan pada matriks dua kali dua, menurut (minat) terhadap suatu masalah dan kewenangan dalam mempengaruhi masalah tersebut (Bryson, 2003). SUBJECT (bayer) adalah pelaku utama (berpengaruh besar) dengan kewenangan kecil. PLAYERS adalah pemain utama berpengaruh besar dengan kewenangan besar (Instansi/ lembaga ini mempunyai wewenang besar untuk melakukan sesuatu atau membuat aturan pengelolaannya). CONTEST SETTER adalah Instansi/lembaga dengan minat kecil wewenang besar, bisa diartikan sebagai perencana makro dari pembangunan, oleh karena lingkup kerjanya yang teramat luas maka

Hight Low

Power (Kewenangan) Interest

Subject Player

(19)

dianggap minatnya kecil. CROWD adalah parapihak (Instansi/lembaga/ masyarakat) yang mempunyai minat kecil dan wewenang yang kecil.

Seluruh hasil Survei Lapangan, evaluasi serta analisis yang telah dikompilasi akan dituangkan di dalam Laporan Akhir, yang antara lain berisikan :

a. Analisis kualitatif dan kuantitatif. b. Analisis stakeholders

c. Rekomendasi yang berisikan tindak lanjut pemberdayaan stakeholder terkait dengan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Waktu yang dialokasikan untuk Tahap ini hingga menyelesaikan Laporan Akhir Hasil Survei adalah sampai akhir bulan ke - 2 (dua).

Secara diagramatis, Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan ini dapat dilihat pada Gambar 2.2. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan, yang ditampilkan berikut ini.

Gambar 2.2. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan

(20)

Su - Analisis Kualitatif &

(21)

Rincian pekerjaan Konsultasi Survey by Design Ketahanan Pangan Tahun 2015 sesuai arahan yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) dipaparkan dalam matrik pada Tabel 2 berikut :

(22)

BAB

3

HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN

Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan tuntutan Kerangka Acuan Kerja (KAK), serta untuk lebih memudahkan dalam penyelesaian pekerjaan dengan pola pikir yang terstruktur, diperlukan metodologi penanganan yang tepat sehingga dapat menggambarkan tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan secara jelas dan sistematis. Metodologi menjelaskan tahapan pekerjaan yang diperlukan sesuai dengan batasan waktu yang telah ditentukan, sehingga hasil akhir yang diperoleh diharapkan dapat memenuhi maksud dan tujuan, serta produk/keluaran yang diharapkan di dalam KAK.

Kajian yang berfokus pada stakeholder pemangku kepentingan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang sementara ini dicapai didukung dengan data (fakta) yang relevan dan dibutuhkan terkait baik data pada tingkat Daerah Tingkat I maupun tataran Kabupaten. Adapun data-data yang dimaksud meliputi : (1) Data

(23)

data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan parapihak yang berperan di ketahanan pangan (i.e.: pengampu kegiatan; aparat pendamping/pembina) dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan terstruktur sesuai dengan variabel penelitian yang dibutuhkan.

Aktualisasi kegiatan survey dikuatkan dengan berbagai kegiatan yakni : perekaman terhadap implementasi program/ kegiatan ketahanan pangan di wilayah sasaran kajian; perekaman terhadap pemangku penetapan program/kegiatan ketahanan pangan di wilayah sasaran kajian dan perekaman kemanfaatan kegiatan bagi masyarakat.

Berikut disajikan beberapa fakta hasil analisis yang sementara ini dicapai oleh Tim Konsultan :

3.1. Macam program/kegiatan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Realitasnya, di Daerah Istimewa Yogyakarta dijumpai sejumlah >30 program/kegiatan terkait dengan pembangunan ketahanan pangan yang diampu oleh >20 SKPD. Sebagian besar awalan pelaksanaan program/kegiatan dimulai tahun 2009/2010. Sebagian terekam ada yang sudah melaksanakan jauh sebelumnya; namun ada yang baru dimulai di tahun 2015. Tabel 3.1. berikut tersaji program/kegiatan yang dilaksanakan beberapa istitusi di Daerah Istimewa Yogyakarta.

(24)

Institusi Pengampu Program/Kegiatan BKPP Daerah Istimewa

Yogyakarta  Peningkatan penanganan daerah rawanpangan

 Peningkatan ketersediaan dan cadangan pangan

 Penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan

 Peningkatan distribusi dan akses pangan Dinas Kesehatan Daerah

Istimewa Yogyakarta  Program perbaikan gizi Dinas Pertanian,

Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sleman

 Peningkatan ketahanan pangan (pertanian/ perkebunan)

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul

 Gemarikan

 Pelatihan pengolahan hasil perikanan

 Promosi hasil produksi perikanan

 PUMP P2HP Disperindagkop & UKM

Daerah Istimewa Yogyakarta

 Pengembangan Produksi IKM Pangan  Pengembangan Kualitas Produksi Dinas Perindagkoptan

Kota Yogyakarta  Pengembangan ketahanan pangan perkotaan Dinas Sosial Daerah

Istimewa Yogyakarta  Rincian program/kegiatan tidak tercatat Dinas Perhubungan &

Kominfo DIY  Pemantauan distribusi bahan pangan Tabel 3.1. Macam program/kegiatan ketahanan pangan dan institusi

pengampu di Daerah Istimewa Yogyakarta (Lanjutan)

Institusi Pengampu Program/Kegiatan

(25)

(pertanian/perkebunan) Dinas Pertanian &

Kehutanan Kab. Bantul  Gerakan Penerapan Pengelolaan PertanianTerpadu (GP-PTT) BP2KP Kabupaten

Gunungkidul  Program peningkatan ketahanan pangan

Dinas Pertanian Daerah

Istimewa Yogyakarta  Peningkatan Produksi Tanaman PanganUpaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai

BKKBN Daerah Istimewa

Yogyakarta  Pembinaan Kelompok Bina Keluarga BalitaPembinaan UPPKS, BKL, BKR dan PIKR KP4k Kabupaten Kulon

Progo  KRPLDEMAPAN

 LAPM

 KDPM Dinas Tanaman Pangan &

Hortikutura Kabupaten Gunungkidul

 Program Peningkatan Produksi

 Produktivitas dan Mutu Produk Pertanian (Tanaman Bangan)

BPPTK LIPI  Pengembangan Pangan Fungsional Berbasis Bahan Pangan Lokal

 Pengembangan Makanan Tradisional BBPOM Daerah Istimewa

Yogyakarta  Bimtek Ketahanan Pangan terhadap 8 desarawan pangan lokal

 Monev terhadap perkembangan 8 desa rawan pangan lokal

Perwakilan BULOG DIY  Pengadaan gabah dan beras BPPM Daerah Istimewa

Yogyakarta  Lumbung Desa/ Lumbung Pangan

3.2. Kinerja Operasionalisasi Program/Kegiatan Ketahanan

Pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta

(26)

Istimewa Yogyakarta adalah sebesar 50 juta rupiah sampai dengan 300 milyar rupiah. Sementara sumber dana tersebut di atas terinci sebagi berikut : APBD; APBN; APBN UPSUS dan dana luar negeri (AG Fund; World Bank_LOAN WISMP II) serta Kredit Bank.

(27)

Pelibatan Masyarakat Sasaran dalam Perencanaan Program. Terekam bahwa semua institusi melibatkan masyarakat sasaran dalam perencanaan program/kegiatan. Adapun wujud kegiatan yang dimaksud dapat berupa: Musrenbang, Rakor/Pertemuan rutin dengan kelompok afinitas, Penjaringan melalui usulan (proposal); Tindak lanjut hak representasi DPR; Forum penyuluh petani, dll. Pelibatan masyarakat sasaran menjadi salah satu penentu keberhasilan program/kegiatan ketahanan pangan. Pelibatan masyarakat dalam perencanaan merupakan aktualisasi pemenuhan syarat keberhasilan pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana diketahui bahwa pemberdayaan masyarakat akan berhasil baik jika memenuhi kaidah-kaidah sebagai berikut : (1) Pemberdayaan masyarakat harus mengedepankan partisipasi dan demokrasi; (2) Pemberdayaan masyarakat harus bersifat terbuka baik terhadap kerjasama maupun inovasi teknologi dan (3) Pemberdayaan masyarakat harus mampu memberikan pengharapan hidup yang jelas bagi pelaksananya.

Keberadaan petugas khusus pengawal implementasi program/kegiatan. Terekam bahwa tidak semua institusi menyiapkan petugas khusus. Realitas di lapangan petugas yang ditunjuk mengawal implementasi program/kegiatan di antaranya : PMHP (Petugas Mutu Hasil Pertanian); Petugas gizi di Puskesmas; Seksi Bina Usaha Bidang Bina Usaha & Wasdal; Mantri Tani, PPL dan THL.

(28)

berikut: Monitoring & evaluasi langsung ke kelompok (kunjungan lapangan) berkoordinasi dengan petugas pendamping secara rutin; monev dilakukan secara berjenjang dengan jejaring masyarakat; monev dilaksanakan dengan perlombaan-perlombaan. Evaluasi tersebut sudah selayaknya mengandung makna mengubah suatu kondisi saat ini menjadi lebih baik yang akan datang (transformational system) dan tentu dengan memperhatikan kebijakan dan paradigma yang ada, serta realitas lingkungan. Evaluasi hendaknya dilakukan terhadap komponen program baik dari input (grant dan pengembangan kelembagaan), proses pengelolaan program baik dari segi manajemen maupun keuangan, serta hasil pencapaian (outputs) dan dampak (outcomes) program.

Regulasi pendukung implementasi program/kegiatan.

Regulasi pendukung implementasi program/kegiatan ketahanan pangan di Daerah Istimewa terekam berupa : Perda DIY, Peraturan Gubernur, SK Gubernur, Perda Kabupaten/Kota, Peraturan Walikota, Peraturan Bupati, SK Bupati. Regulasi yang dimaksud selengkapnya terinci pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Regulasi pendukung implementasi program/kegiatan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta

(29)

01 Perda DIY No. 11/2011 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

02 Peraturan Gubernur DIY No. 56/2011 tentang RAD Percepatan Pencapaian Target MDSG

03 Perda DIY No. 2/2014 tentang Penjaminan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil Tambahan

04 Peraturan Gubernur DIY No. 26/2013 tentang Cadangan Pangan Daerah

05 Peraturan Gubernur DIY No. 32/2010 tentang Dewan Ketahanan Pangan Daerah

06 Peraturan Gubernur DIY No. 88/2012 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragam Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal 07 SK Gubernur DIY No. 196/KEP/2014 tentang Pembentukan

Kelompok Kerja Kegiatan Penguatan Ketahanan Pangan dalam Kawasan Hutan

08 SK Gubernur DIY No. 434/KEP/2014 tentang Penetapan 8 Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kawasan Pangan

09 Peraturan Gubernur DIY No. 57 /2011 tentang Rencana Daerah Pangan dan Gizi tahun 2011-2015

10 Perda DIY No 10 Th 2011 tentang PLP2B

11 SK Walikota No. 358/2009 tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Kota Yogyakarta periode 2009 2014 (Kodya Yogyakarta)

12 Perda Kabupaten Bantul No. 14/2009 tentang BKP3 Kabupaten Bantul

13 SK Bupati Bantul No. 155 Th 2010 tentang Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Bantul

14 Peraturan Bupati bantul No. 09 Th. 2014 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal

15 Peraturan Bupati Bantul No. 21 Th 2014 tentang Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul

Tabel 3.2. Regulasi pendukung implementasi program/kegiatan

(30)

No. Macam Produk Perundangan

16 Peraturan Bupati Gunungkidul No. 06/2008 tentang Kebijakan dan Langkah Operasional Ketahanan Pangan Kabupaten Gunungkidul 17 SK Bupati Gunungkidul No. 84/KPTS/2009 tentang Pembentukan

Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Gunungkidul

18 SK Bupati Kulonprogo No. 1 Th 2009 ttg Pemanfaatan Pangan Lokal (Kabupaten Kulonprogo)

Ketercapaian tujuan program/kegiatan. Realitas di lapangan terekam bahwa ketercapaian tujuan program/kegiatan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta digambarkan dengan indikator yang jelas dan bervariasi pada masing-masing institusi pengampu. Tabel 3.3. berikut menampilkan indikator ketercapian tersebut.

Tabel 3.3. Indikator ketercapaian tujuan program/kegiatan ketahanan pangan pada berbagai institusi pengampu di daerah Istimewa Yogyakarta

Institusi Pengampu Indikator Ketercapian

Program/Kegiatan BKPP Daerah Istimewa

Yogyakarta  Masyarakat mendapatkan manfaat sesuaitujuan kegiatan Dinas Kesehatan Daerah

Istimewa Yogyakarta  Penurunan prevalensi kurang energi,protein pada balita Dinas Pertanian, Perikanan

dan Kehutanan Kabupaten Sleman

 Bahan dipakai sesuai peruntukannya

 Meningkatkan pendapatan petani

 Meningkatkan omset

Dinas Kelautan dan

(31)

Institusi Pengampu Indikator Ketercapian Program/Kegiatan Disperindagkop & UKM

Daerah Istimewa Yogya-karta

 Sebagian tercapai tetapi ada juga yang belum tercapai karena ada SDM yang ada tidak seperti yang diharapkan atau kurangnya kepedulian terhadap bantuan pemerintah

Dinas Perindagkoptan Kota

Yogyakarta  SPM dan IKM

Dinas Sosial DIY  Tidak tercatat Dinas Perhubungan &

Kominfo Daerah Istimewa Yogyakarta

 Tidak tercatat

BKP3 Kabupaten Bantul  Meningkatnya ketersedian energi danprotein

 Meningkatnya cadangan pangan masya-rakat

 Meningkatnya jumlah usaha kelompok Dinas Pertanian &

Kehutanan Kabupaten

Bantul

 Telah dilaksanakannya tanam dengan tek-nologi pengelolaan tanaman terpadu dan kenaikan produktivitas

BP2KP Kabupaten

Gunung-kidul  Pemberdayaan masyarakatAda perkembangan secara materiil & kegiatan berjalan terus menerus

Dinas Pertanian Daerah

Istimewa Yogyakarta  Peningkatan produksi/produktivitas tanam-an pangan

 Surplus ketersediaan bahan pangan terhadap konsumsi per kapita di DIY

BKKBN Daerah Istimewa

Yogyakarta  Laporan tiap bulan (data statistik rutin)

(32)

Institusi Pengampu Indikator Ketercapian Program/Kegiatan

KP4K Kabupaten Kulon

Progo

 Mampu memenuhi pangan melalui KRPL

 Adanya tabungan kelompok Dinas Tanaman Pangan &

Hortikutura Kabupaten Gu-nungkidul

 Peningkatan produksi/produktivitas

BPPTK LIPI  Perbaikan proses produksi terkait dengan peningkatan kualitas produk meningkat

 Peningkatan kapasitas produksi

 Produk memiliki ijin edar & telah dianalisis kandungan gizinya

BBPOM Daerah Istimewa Yogyakarta

 Pemahaman masyarakat terhadap bahan-bahan berbahaya

Perwakilan BULOG Daerah Istimewa Yogyakarta

 Realisasi pengadaan mencapai target

Kebijakan khusus terkait dengan ketahanan pangan. Tere-kam bahwa dijumpai kebijakan khusus terkait dengan pelaksanaan program/kegiatan ketahanan pangan di berbagai institusi pengampu. Tabel 3.4. berikut memaparkan kebijakan khusus tersebut disertai infor-masi kendala yang dihadapi dalam implementasinya.

(33)

Kebijakan Khusus

Program/Kegiatan Ketahanan

Pangan Kendala

BKPP DIY

 Pemantapan ketersediaan pangan, kewaspadaan pangan & cadangan pangan

 Penurunan Desa Rawan Pangan

 Peningkatan diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, pena-nganan keamanan pangan beredar

 Pengembangan distribusi pangan yang merata & terjangkau pencapaian stabilitas harga pangan strategis, peningkatan aksebilitas pangan, pemantauan distribusi, harga dan akses pangan

 Ketergantungan pada beras & teri-gu sebagai sumber KH masih tinggi

 Ancaman kerawanan pangan (transien & kronis) dan kasus gizi buruk.

 Sinergi lintas sektor untuk pemba-ngunan ketahanan pangan belum optimal

Dinas Kesehatan DIY

 Memperbaiki status kesehatan/gizi baik perorangan maupun masya-rakat

 Kegiatan penanggulangan masalah gizi belum sepenuhnya terintergra-si dengan berbagai program

Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kab. Sleman

 Pemanfaatan pangan lokal pada

jamuan rapat  Tidak tersedianya pangan lokalolahan yang siap saat ada rapat

Disperindagkop & UKM DIY

 Belum ada kebijakan khusus  Koordinasi antar instansi terkait masih belum inten/maksimal

Tabel 3.4. Kebijakan khusus dan kendala implementasi program

(34)

Kebijakan Khusus

Program/Kegiatan Ketahanan

Pangan Kendala

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul

 Gemarikan ditujukan pada anak-anak PAUD/TK untuk meningkat-kan gemar imeningkat-kan sejak dini

 Tidak tercatat adanya kendala

BKP3 Kabupaten Bantul

 Instruksi Bupati No 3 & 4 th 2012 ttg Pangan Lokal, Pemanfaatan Pekarangan

 Masih adanya anggapan kalau pangan lokal kurang gizi

 Anak-anak belum tertarik makan makanan lokal

Dinas Pertanian & Kehutanan Kabupaten Bantul

 Upaya khusus (UPSUS) untuk

me-wujudkan ketahanan pangan  Benih tidak tersedia terutamauntuk komoditas kedelai (kuantitas & kualitas tidak memenuhi)

BP2KP Kabupaten Gunungkidul

 Pengembangan pangan lokal mela-lui surat edaran Bupati agar semua warga mengkonsumsi pangan lokal

 Budaya masyarakat

 Perkembangan/perubahan pola hidup/makan yang lebih menyukai makanan siap saji

KP4K Kabupaten Kulon Progo

 Pemanfaatan Pangan Lokal untuk Rapat dan Jamuan (Madep Mantep Mangan Pangane Dewe, Madep Mantep Ngombe Banyune Dewe)

 RAKSIN --> RASDA

 Tidak tercatat adanya kendala

Tabel 3.4. Kebijakan khusus dan kendala implementasi program

(35)

Kebijakan Khusus

Program/Kegiatan Ketahanan

Pangan Kendala

Dinas Pertanian DIY

 Program Peningkatan Produksi

Tanaman Pangan  Alih fungsi lahanSDM petani terbatas & menua

 Sumberdaya air, kualitas & kuantitas menurun

 Degradasi lahan

 Anomali iklim

 OPT

 Harga tidak menguntungkan petani

 Tenaga kerja mahal

 Fragmentasi lahan

 Lahan sempit dan mekanisasi terhambat

Dinas Tanaman Pangan & Hortikutura Kabupaten Gunungkidul

 Pengembangan pangan lokal mela-lui surat edaran Bupati agar semua warga mengkonsumsi pangan lokal

 Hama & penyakit untuk talas

 Hama & penyakit padi

BPPTK LIPI

 Roadmap kegiatan olahan pangan

 Program kelompok penelitian "Teknologi Proses Pangan Lokal"

 Program ketahanan pangan selalu berubah (faktor eksternal)

 Program/kelti hanya diisi oleh SDM dengan bidang kepakaran sejenis/ kurang heterogen (faktor internal)

BBPOM DIY

 Program penanganan 8 desa rawan

pangan 2013-2017  Belum lancarnya sinergi denganSKPD instansi lain

Perwakilan BULOG DIY

 Pengadaan mencapai target yang

ditentukan  Hasil panen tidak maksimal

Pandangan umum beberapa institusi terkait ketahanan

(36)

pelaksana pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, terinci sebagi berikut :

 Ketahanan pangan di DIY merupakan program yang terus dilaksanakan mengingat bahwa kebutuhan pangan semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk. Ketahanan pangan perlu diwujudkan menjadi kedaulatan pangan.

 Ketersediaan pangan di DIY sudah menyentuh segala aspek, walaupun masih perlu peningkatan pada spesifik kegiatannya. Peran distribusi memegang arti penting dalam menjaga ketersediaan pangan di DIY.

 Perlindungan lahan pertanian terhadap alih fungsi harus segera diwujudkan oleh semua pihak.

 Pembangunan ketahanan pangan difokuskan pada peningkatan ketersediaan pangan serta percepatan penganekaragaman konsumsi pangan sesuai potensi dan karakteristik daerah yang dilaksanakan melalui berbagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kerawanan pangan.

 Secara umum kegiatan/ program yang mendukung Ketahanan Pangan sudah memadai, hanya saja perlu dikembalikan kepada tugas dan fungsi SKPD terkait agar kegiatan dan kinerja SKPD tercapai.

 Implementasi program Ketahanan pangan perlu dukungan keterpaduan antar instansi/lembaga.

(37)

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa analisis parapihak (stakeholders) dilakukan untuk mengetahui parapihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan kegiatan. Mitchell, Agle dan Wood (1997), mengungkapkan bahwa derajad kesahihan pemangku kepentingan (stakeholder) ditentukan oleh aspek kekuatan, legitimasi dan urgensi.

(38)

Tabel 3.5. Matriks analisis stakeholders pemangku kepentingan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Realitas.

Keterangan :

SUBJECT (BAYER) adalah pelaku utama yang berpengaruh besar dengan kewenangan kecil

PLAYERS adalah pemain utama berpengaruh besar dengan kewenangan besar

(Instansi/lembaga ini mempunyai wewenang besar untuk melakukan sesuatu atau membuat aturan pengeloaannya.

CONTEST SETTER adalah parapihak (Instansi/lembaga) dengan minat kecil

tetapi mempunyai wewenang besar, lebih jauh dapat diartikan sebagai perencana makro dari pembangunan, karena lingkup kerjanya yang teramat luas maka dianggap minatnya kecil.

CROWD adalah parapihak (Instansi/lembaga/masyarakat) yang mempu-nyai

minat kecil dan wewenang yang kecil.

Hight

SKPD DIY (i.e.: Diperta, Dislautkan, Dinkes, dll); Perwakilan Bulog DIY;

(39)

Tabel 3.6. Matriks analisis stakeholders pemangku kepentingan pembangunan ketahanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Prespektif.

Keterangan :

SUBJECT (BAYER) adalah pelaku utama yang berpengaruh besar dengan kewenangan kecil

PLAYERS adalah pemain utama berpengaruh besar dengan kewenangan besar

(Instansi/lembaga ini mempunyai wewenang besar untuk melakukan sesuatu atau membuat aturan pengeloaannya.

CONTEST SETTER adalah parapihak (Instansi/lembaga) dengan minat kecil

tetapi mempunyai wewenang besar, lebih jauh dapat diartikan sebagai perencana makro dari pembangunan, karena lingkup kerjanya yang teramat luas maka dianggap minatnya kecil.

CROWD adalah parapihak (Instansi/lembaga/masyarakat) yang mempu-nyai

minat kecil dan wewenang yang kecil.

Hight

SEKDA DIY (Ass. Pem-bangunan), BAPPEDA DIY & BKPP DIY serta SEKDA; BAPPEDA &

SKPD DIY (i.e.: Diperta, Dislautkan, Dinkes, dll); Perwakilan Bulog DIY; SKPD Kab./Kota serta

(40)
(41)

BAB

4

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil Survey by Design Ketahanan Pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Implementasi program Ketahanan Pangan DIY melibatkan sejumlah stakeholders di antaranya SKPD Daerah Istimewa Yogyakarta dan SKPD Kabupaten/ Kota dikuatkan dengan kejelasan regulasi berupa Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur, SK Gubernur, Peraturan Bupati/Walikota dan SK Bupati.

2. Koordinasi stakeholders baik vertikal maupun horisontal telah dilaksanakan dan realitasnya bervariasi antar Kabupaten/Kota, namun demikian kesemuanya belum tampak adanya koordinasi dengan TKPKD.

(42)
(43)

BAB

5

REKOMENDASI

Berdasarkan hasil Survey by Design Ketahanan Pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, Tim Konsultan mencoba memberikan beberapa masukan, di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Koordinasi perencanaan dan implementasi program/ kegiatan ketahanan pangan di DIY realitasnya sudah diupayakan, namun demikian masih diperlukan kejelasan linked koordinasi antar stakeholders baik di tataran daerah DIY maupun Kabupaten/Kota.

2. Sinkronisasi program/kegiatan ketahanan pangan yang pada umumnya bersifat holistik dan multi sektor perlu dioptimalkan dengan memberdayakan BAPPEDA, di bawah arahan/kendali SEKDA melalui Asisten Pembangunan di dalam kerangka Dewan Ketahanan Pangan dan berkoordinasi TKPKD

(44)
(45)

RUJUKAN

Anonim. 2014. `KAK Kegiatan Survey by Design Ketahanan Pangan. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan. DI Yogyakarta.

Bryson, JM. 2003. What to Do When Stakeholders Matter: A Guide to Stakeholder Identification and Analysis Techniques. A paper presented at the London School of Economics and Political Science. London.

Mitchell, Agle dan Wood (1997). Toward a Theory of Stakeholder Identification and Salience: Defining the Principle of Who and What Really Counts. The Academy of Management Review, Vol. 22, No. 4 (Oct., 1997), pp. 853-886

Iqbal, M. 2007. Analisis Peran Pemangku Kepentingan dan Implementa-sinya dalam Pembangunan Pertanian. Jurnal Litbang Pertanian, 26(3): 89-99

Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal. Peraturan Gubernur DIY No. 26/2013 tentang Cadangan Pangan Daerah Peraturan Gubernur DIY No. 56/2011 tentang RAD Percepatan

Pencapaian Target MDSG

Peraturan Gubernur DIY Nomor 88 Tahun 2012 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

Peraturan Gubernur DIY No. 32/2010 tentang Dewan Ketahanan Pangan Daerah

Peraturan Gubernur DIY No. 57 /2011 tentang Rencana Daerah Pangan dan Gizi tahun 2011-2015

(46)

Peraturan Bupati Bantul No. 21 Th 2014 tentang Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul

Peraturan Bupati Gunungkidul No. 06/2008 tentang Kebijakan dan Langkah Operasional Ketahanan Pangan Kabupaten Gunungkidul Perda DIY No. 11/2011 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan

Perda DIY No 10 Th 2011 tentang PLP2B

Perda DIY No. 2/2014 tentang Penjaminan Mutu dan Keamanan Pangan Hasil Tambahan

Perda Kabupaten Bantul No. 14/2009 tentang BKP3 Kabupaten Bantul Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1987. Metode Penelitian Survai. LP3ES.

Jakarta.

SK Gubernur DIY No. 196/KEP/2014 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Kegiatan Penguatan Ketahanan Pangan dalam Kawasan Hutan

SK Gubernur DIY No. 434/KEP/2014 tentang Penetapan 8 Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kawasan Pangan

SK Walikota No. 358/2009 tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Kota Yogyakarta periode 2009 2014 (Kodya Yogyakarta) SK Bupati Gunungkidul No. 84/KPTS/2009 tentang Pembentukan Dewan

Ketahanan Pangan Kabupaten Gunungkidul

SK Bupati Bantul No. 155 Th 2010 tentang Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Bantul

SK Bupati Kulonprogo No. 1 Th 2009 ttg Pemanfaatan Pangan Lokal (Kabupaten Kulonprogo)

Steel, G.D.R. and J.H. Torrie. 1980. `Principles and Procedures of Statistics`. McGraw-Hill Kogakusha Ltd.

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

(47)
(48)

K

1. Apakah instansi Bapak/Ibu/Sdr. mempunyai kebijakan yang terkait dengan program/ kegiatan ketahanan pangan?

Ya/Tidak

Kalau ya, apa nama program/kegiatan tersebut?

2. Sudah berapa lama? (sebutkan tahun

dimulainya kegiatan) Tahun:

3. Berapa besarnya anggaran yang tersedia untuk implementasinya? (besaran nominal Rp)

Tahun sedang berjalan: Rp.

Selama kegiatan berjalan (dari tahun ke tahun): Rp.

4. Dari mana asal anggaran/dana tsb. dan

sebutkan berapa Rp. jumlahnya? (APBD /APBN/Hibah/Loan)Rp.

(49)

Badan swasta Negara mana?)

6. Apakah dalam merencanakan kegiatan, instansi Bapak/Ibu/Saudara melakukan koordinasi dengan instansi Pemerintah Provinsi/Pusat ?

Ya/Tidak.

Kalau ya, Nama instansinya:

7. Apakah dalam merencanakan kegiatan di lokasi kegiatan, instansi Bapak/Ibu/Sdr. juga melakukan koordinasi dengan SKPD/Dinas yang lain?

Ya/Tidak

Kalau ya, instansi mana saja?

Bentuk Kegiatannya?

(Pertemuan rutin melalui jejaring kerja/dinas di daerah)

8. Dalam merencanakan kegiatan/program apakah aspirasi kelompok masyarakat penerima manfaat juga didengarkan?

Ya/Tidak.

Kalau ya, bagaimana caranya? (melalui Ketua/ Pengurus Kelompok, atau langsung mengadakan pertemuan dengan anggota kelompok masyarakat penerima manfaat)

Bentuk kegiatannya?

(50)

9. Ada berapa kelompok masyarakat yang dibina?

Lokasi kegiatan (Kecamatan, Desa)? Berapa jumlah anggota masing-masing kelompok? *)

*) Daftar informasi kelompok, lokasi & jumlah anggota dapat berupa lampiran

10. Dalam bentuk apa bimbingan diberikan kepada kelompok? (teknis, manajemen, kegiatan sosial)

11. Apakah ada petugas (pegawai) khusus dengan tupoksi (tugas pokok fungsi) mengawal implementasi

program/kegiatanan ketahanan pangan?

Ya/Tidak

Kalau ya, apakah ada persyaratan khusus bagi petugas yang ditunjuk? Apa persyaratan tersebut?

12. Apakah instansi Bapak/Ibu/Sdr. juga memberikan bantuan peralatan teknis kepada kelompok masyarakat?

Ya/Tidak

Kalau ya, peralatan apa saja? Berapa nilai Rp-nya?

13. Apakah instansi Bapak/Ibu/Sdr. melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan kelompok di lokasi?

Ya/Tidak

(51)

14. Apakah di wilayah kerja Bapak/Ibu/Sdr. ada Perda (Peraturan Daerah)/Pergub (Peraturan Gubernur)/Perbup (Peraturan Bupati/Walikota) atau SK (Gubernur/Bupati/ Walikota) yang berkaitan dengan ketahanan pangan?

Ya/Tidak

Kalau ya, peraturan yang mana saja?

(NOTA :Termasuk dalam katagori ini adalah SK Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Daerah,dll. dan mohon dapat difoto copy-kan peraturan tsb.)

15. Menurut pendapat Bapak/Ibu/Sdr. apakah kelompok masyarakat yang dibina

mencapai tujuan/ sasaran?

Tercapai/Tidak tercapai

Apa indikator ketercapaiannya?

16. Apakah instansi Bapak/Ibu/Sdr. mempunyai kebijakan program/kegiatan khusus

menyangkut masalah ketahanan pangan?

Kalau ya, apa kebijakan yang dimaksud?

Apa kendala yang dihadapi?

17. Uraikan pandangan umum dan harapan Bapak/Ibu/Sdr. terkait dengan implementasi program/kegiatan ketahanan pangan di DIY

Pandangan umum :

(52)
(53)
(54)

Gambar

Gambar 2.1. Matriks analisis stakeholders
Gambar 2.2. Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kajian
Tabel 3.1. Macam program/kegiatan ketahanan pangan dan institusipengampu di Daerah Istimewa Yogyakarta (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan emisi gas rumah kaca pada Terminal Mangkang dilakukan dengan melakukan perhitungan berdasarkan data Dishub dan data perhitungan langsung. Melalui rumus

Agar tidak terjadi kerancuan dalam pembahasan sehingga memungkinkan penyimpangan dari judul, maka peneliti membatasi ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada

Berdasarkan Tabel 4 hasil perhitungan manual dan pada analisis cluster hirarki dengan metode Single Linkage memiliki nilai pseudo f-statistics yang terbesar

• Makromolekul sistem biologis yg bekerja sbg komponen reseptor mempunyai gugus protein atau asam amino yg dapat membentuk komplek melalui transfer muatan, yaitu : • a. sebagai

The alpha toxin, (phospholipase C) is believed to be a key to the occurrence of Clostridial necrotic enteritis (CNE). The best known predisposing factor is mucosal damage, caused

dokumen informasi publik yang wajib diumumkan secara berkala dan serta merta (jika ada) kepada pengelola situs resmi Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah untuk

Sedangkan hubungannya dengan Pasal 37 A khususnya ayat (3), bahwa sistem pembalikan beban pembuktian menurut Pasal 37 berlaku dalam hal pembuktian tentang sumber (asal)

غقيٚط ڄيبرت غثحابلا ىرعتس يىبقلا ٙابتخاا غثحابلا ىرعت ڗأ ٖعب ڣ بيٚجتلا لصفلا ګف عٚهاظما ػادٚفملل ٘يماتلا