• Tidak ada hasil yang ditemukan

e-issn Volume 02, Nomor 02, Juli 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "e-issn Volume 02, Nomor 02, Juli 2017"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

e-ISSN 2548-3986 Volume 02, Nomor 02, Juli 2017

35

Hubungan Kerusakan Bulu Sikat dengan Tingkat Kebersihan Gigi Kelas V SDN V Ciawi Kabupaten Tasikmalaya

Cahyo Nugroho1

1)

Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya

ABSTRAK

Sikat gigi akan kehilangan kemampuannya untuk membersihkan gigi dengan baik, akibat bulu sikat yang rusak. Salah satu manfaat mengganti sikat gigi yaitu untuk mencegah resiko infeksi yang disebabkan menempelnya bakteri pada bulu sikat. Kebersihan juga harus lebih diperhatikan untuk mencegah menempelnya bakteri. Kebersihan gigi dan mulut merupakan faktor yang penting terhadap daya tahan tubuh seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kerusakan bulu sikat dengan tingkat kebersihan gigi kelas V SDN V Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional. Responden penelitian berjumlah 30 murid kelas V dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kerusakan bulu sikat dan melakukan pemeriksaan kebersihan gigi responden kemudian ditulis pada lembar pemeriksaan.Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji kolerasi Spearman dengan pengujian hipotesis berdasarkan taraf signifikan α < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan kerusakan bulu sikat dengan tingkat kebersihan gigi, hal ini ditunjukkan dengan correlation value = -0,533, p = 0,002. Dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara kerusakan bulu sikat dengan tingkat kebersihna gigi pada murid kelas V SDN V Ciawi Kabupaten Tasikmalaya dapat diterima karena pada dasarnya kerusakan bulu sikat menjadikan sikat menjadi tidak fleksibel dan efektif dalam membersihkan lekukan dan daerah yang sulit dijangkau.

Kata Kunci: Kerusakan Bulu Sikat, Kebersihan Gigi. ABSTRACT

The toothbrush will lose its ability to clean the teeth properly, due to broken bristles. One of the benefits of replacing a toothbrush is to prevent the risk of infection caused by the attachment of bacteria to the bristles. Cleanliness should also be taken into account to prevent bacterial attachment. Oral and oral hygiene is an important factor in a person's immune system. This study aims to determine the relationship of bristle bristles damage with the level of dental hygiene grade V SDN V Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.

This type of research is an analytical survey with cross sectional design. Research respondents amounted to 30 students of class V with sampling technique that is purposive sampling. Data collection techniques conducted in this study is to use an observation sheet to determine the damage of bristles and performing dental hygiene examination of respondents then written on the examination sheet. Data analysis in this study used Spearman's correlation test with hypothesis testing based on significant level α <0,05 with 95% confidence level.

Based on the results of this study indicate there is correlation brush damage to the level of dental hygiene, this is indicated by correlation value = -0.533, p = 0.002. It can be concluded that the hypothesis that there is a relationship between bristle bristle damage to the level of teeth cleanliness in grade V students SDN V Ciawi Tasikmalaya District can be accepted because basically brush damage makes brushes become inflexible and effective in cleaning the curve and areas that are difficult to reach.

Keyword: Damage Bristle Brush, Dental Hygiene.

Korespondensi: Cahyo Nugroho, Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. : cahyo.nugroho@poltekkestasikmalaya.ac.id

(2)

e-ISSN 2548-3986 Volume 02, Nomor 02, Juli 2017

36

PENDAHULUAN

Mulut dan gigi adalah salah satu bagian tubuh manusia terpenting yang diberikan kepada manusia karena dengan gigi dan mulut manusia dapat berkomunikasi dan juga dapat mengkonsumsi makanan sebagai sumber energi.1 Hal ini didukung oleh pernyataan Sariningsih yang menyatakan bahwa gigi dan mulut merupakan pintu gerbang masuknya makanan yang diperlukan untuk kesehatan anak.2

Anak sejak usia dini mulai dididik disiplin oleh orang tuanya dalam segala hal, termasuk membersihkan gigi dan seluruh rongga mulutnya.2 Pernyataan tersebut didukung oleh Hongini dan Aditiawarman yang menyatakan bahwa tujuan dari kebersihan gigi adalah untuk meminimalkan penyakit di mulut. Perawatan kebersihan itu sendiri terdiri dari menyikat gigi dan flossing setiap hari. Tujuan utama dari menyikat gigi dan

flossing adalah untuk menghapus dan

mencegah pembentukan plak.3 Menurut Sariningsih, tempat pertumbuhan ideal bagi bakteri yang dapat memproduksi asam merupakan plak.2

Plak dapat hilang dengan menjaga kebersihan gigi dan mulut, salah satunya dengan cara menyikat gigi secara teratur menggunakan sikat gigi. Sikat gigi adalah alat yang berbentuk tangkai yang lurus dimana bagian ujungnya memiliki bulu sikat, gunanya untuk membersihkan gigi dan gingiva, terhadap sisa makanan dan plak yang melekat pada gigi.2 Sikat gigi dalam menjalankan fungsinya sebagai alat yang digunakan untuk alat membersihkan gigi, memiliki beberapa bagian yang saling mendukung satu dengan yang lainnya, namun bagian dari yang terpenting dari sikat gigi adalah bulu sikat, karena

bersangkutan langsung dengan permukaan gigi.4 Menurut Rahmadhan, bulu sikat yang dipilih sebaiknya, bulu sikat yang lembut (soft), karena semakin keras bulu sikat gigi, maka semakin besar pula kemungkinan sikat gigi tersebut merusak gingiva. Resesi gingiva juga disebabkan oleh bulu sikat yang keras.5

Bulu sikat gigi yang beredar dipasaran menurut penelitian Ahmed Khoct, terdiri dari berbagai variasi dalam hal bentuk, ukuran dan derajat kekakuan bulu sikat gigi yang pada umumnya terbagi dalam tiga jenis yaitu lembut (soft), sedang (medium) dan keras (hard), selain itu keefektivitasan dalam menghilangkan plak dari masing-masing derajat kekakuan bulu sikat juga berbeda.4 Menurut Rahmadhan, bulu sikat yang sudah mekar atau rusak yaitu sikat gigi yang sudah berusia 3 bulan. Sikat gigi tersebut akan kehilangan kemampuannya untuk membersihkan gigi dengan baik, akibat lainnya bulu sikat yang rusak sebelum tiga bulan itu disebabkan karena menyikat gigi yang terlalu keras. Salah satu manfaat mengganti sikat gigi sebelum 3 bulan yaitu untuk mencegah resiko infeksi yang disebabkan menempelnya bakteri pada bulu sikat.5

Bakteri dan virus bisa saja terdapat pada makanan dan minuman, selain itu bakteri dan virus juga dapat menempel pada mainan anak, lantai yang kotor atau tangan anak yang kurang bersih. Kebersihan tersebut harus lebih

diperhatikan untuk mencegah

menempelnya bakteri. Kebersihan gigi dan mulut merupakan faktor yang penting terhadap daya tahan tubuh seseorang.2 Kebersihan gigi juga dapat diukur dengan suatu indeks, dengan kriteria: kurang, sedang dan baik. Mengukur kebersihan gigi dan mulut dapat dilakukan dengan

(3)

e-ISSN 2548-3986 Volume 02, Nomor 02, Juli 2017

37

pengukuran OHI-S (Oral Hygiene Index

Simplified) menurut Green and Vermilion.6 Oral Hygiene Index Simplified

(OHI-S) merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut. Mengukur kebersihan gigi pada umumnya menggunakan suatu indeks. Indeks adalah suatu angka yang menunjukkan keadaan klinis yang didapat pada saat dilakukan pemeriksaan. Green and Vermilion memilih 6 permukaan gigi indeks tertentu yang cukup untuk mewakili segmen depan maupun belakang dari seluruh pemeriksaan gigi yang ada didalam rongga mulut. Kriteria dalam penilaian

OHI-S mengikuti ketentuan baik: jika

nilainya antara 0,0-1,2, sedang: jika nilainya 1,3-3,0, buruk: jika nilainya 3,1-6,0.6

Hasil survei Riset Kesehatan Dasar menunjukkan bahwa penduduk Indonesia yang bermasalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir di Indonesia sebesar 25,9 %. Persentase penduduk Indonesia yang tidak menggosok gigi sekitar 6,2 % sedangkan dari 93,8 % penduduk Indonesia yang menyikat gigi, hanya 2,3 % yang menyikat gigi dengan benar, jadi penduduk Indonesia yang menyikat giginya dengan benar hanya 2,3 % sedangkan yang 93,8 % sudah menyikat gigi tetapi kurang tepat dalam menyikat giginya.7 Menurut penelitian Budha, proses terjadinya penyakit gigi dan mulut khususnya karies adalah plak, karena bakteri yang terdapat dalam plak tersebut akan melakukan metabolisme terhadap sisa-sisa makanan yang bersifat kariogenik terutama yang berasal dari jenis karbohidrat sehingga dapat diferrmentasi (sukrosa, glukosa, fruktosa dan maltose) menghasilkan asam penyebab karies gigi.4

Hasil survei awal yang dilakukan terhadap 20 orang anak SDN V Ciawi menunjukkan bahwa mayoritas anak menggunakan sikat gigi yang sudah tidak layak pakai pada permukaan bulu sikatnya dan setelah diperiksa ternyata OHI-S 20 anak tersebut memiliki indeks kebersihan gigi dengan kriteria buruk sebesar 80%.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti tertarik mengkaji hubungan kerusakan bulu sikat dengan tingkat kebersihan gigi kelas V SDN V Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kerusakan bulu sikat dengan tingkat kebersihan gigi kelas V SDN V Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangan cross sectional. Responden penelitian berjumlah 30 murid kelas V dengan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling.

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu diagnostik set, alat sterilisasi, lembar pemeriksaan, alat tulis, masker, handscone dan kamera sedangkan bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu alkohol 70%, kapas, tisue dan cotton

pellet. Teknik pengumpulan data yang

dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kerusakan bulu sikat dan melakukan pemeriksaan kebersihan gigi responden kemudian ditulis pada lembar pemeriksaan.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji kolerasi Spearman

dengan pengujian hipotesis berdasarkan taraf signifikan α < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.

(4)

e-ISSN 2548-3986 Volume 02, Nomor 02, Juli 2017

38

HASIL

Penelitian ini melibatkan murid kelas V SDN V Ciawi Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 30 murid. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin f %

1 Laki-Laki 16 53,3%

2 Perempuan 14 46,7%

Σ 30 100%

Tabel 1 diatas menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin yang berjumlah 30 dengan laki-laki berjumlah 16 responden (53,3%) sedangkan perempuan berjumlah 14 responden (46,7%). Selanjutnya distribusi frekuensi responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden

Berdasarkan Usia

No Usia f %

1 10 tahun 20 66,7%

2 11 tahun 10 33,3%

Σ 30 100%

Tabel 2 diatas menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan usia yaitu dengan usia 10 tahun berjumlah 20 responden (66,7%) dan dengan usia 11 tahun berjumlah 10 responden (33,3%). Selanjutnya distribusi frekuensi antara kerusakan bulu sikat dengan tingkat kebersihan gigi kelas V SDN V Ciawi Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi Frekuensi antara

Kerusakan Bulu Sikat dengan

Tingkat Kebersihan Gigi Kelas V

SDN V Ciawi Kabupaten Tasikmalaya No Kriteria Oral Hygiene Bulu Sikat Σ Rusak Tidak Rusak 1 Baik 1 4 5 2 Sedang 3 5 8 3 Buruk 14 3 17 Σ 18 12 30

Tabel 3 diatas menunjukkan distribusi frekuensi antara kerusakan bulu sikat dengan tingkat kebersihan gigi kelas V SDN V Ciawi Kabupaten Tasikmalaya yaitu murid kelas V dengan kriteria oral

hygiene buruk dan bulu sikat rusak

berjumlah 14, murid kelas V dengan kriteria oral hygiene buruk dan bulu sikat tidak rusak berjumlah 3, murid kelas V dengan kriteria oral hygiene sedang dan bulu sikat rusak berjumlah 3, murid kelas V dengan kriteria oral hygiene sedang dan bulu sikat tidak rusak berjumlah 5, murid kelas V dengan kriteria oral hygiene baik dan bulu sikat rusak berjumlah 1, murid kelas V dengan kriteria oral hygiene baik dan bulu sikat tidak rusak berjumlah 4.

Selanjutnya hasil uji kolerasi

Spearman untuk mengetahui hubungan

kerusakan bulu sikat dengan tingkat kebersihan gigi kelas V SDN V Ciawi Kabupaten Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Korelasi Spearman

Variabel Spearmen correlation value p Hubungan Kerusakan Bulu Sikat dengan Tingkat Kebersihan Gigi Kelas V -0,533 0,002

(5)

e-ISSN 2548-3986 Volume 02, Nomor 02, Juli 2017

39

Berdasarkan tabel 4 hasil uji korelasi Spearman diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan kerusakan bulu sikat dengan tingkat kebersihan gigi kelas V. Hal ini ditunjukkan dengan correlation

value = -0,533, p = 0,002 yang berarti Ho

ditolak dan Ha diterima.

PEMBAHASAN

Penelitian ini melibatkan murid kelas V SDN V Ciawi Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 30 murid. Tabel 1 pada penelitian ini menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin yang berjumlah 30 dengan laki-laki berjumlah 16 responden (53,3%) sedangkan perempuan berjumlah 14 responden (46,7%). Hal ini dikarenakan jumlah murid kelas V SDN V Ciawi Kabupaten Tasikmalaya yang terdaftar, aktif dan kooperatif menjadi responden berjumlah 30 murid serta peneliti ingin mengetahui persentase jumlah murid kelas V berdasarkan laki-laki dan perempuan.

Tabel 2 pada penelitian ini menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan usia yaitu dengan usia 10 tahun berjumlah 20 responden (66,7%) dan dengan usia 11 tahun berjumlah 10 responden (33,3%). Hal ini dikarenakan usia sekolah dasar merupakan tahapan penting bagi perkembangan seorang peserta didik, bahkan menjadi suatu hal yang fundamental bagi perkembangan pendidikan selanjutnya. Sejalan dengan Sariningsih yang menyatakan bahwa pendidik diharapkan mampu memahami karakteristik peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan optimal.2

Tabel 3 pada penelitian ini menunjukkan distribusi frekuensi antara

kerusakan bulu sikat dengan tingkat kebersihan gigi kelas V SDN V Ciawi Kabupaten Tasikmalaya yaitu murid kelas V dengan kriteria oral hygiene buruk dan bulu sikat rusak berjumlah 14, murid kelas V dengan kriteria oral hygiene buruk dan bulu sikat tidak rusak berjumlah 3, murid kelas V dengan kriteria oral hygiene sedang dan bulu sikat rusak berjumlah 3, murid kelas V dengan kriteria oral hygiene sedang dan bulu sikat tidak rusak berjumlah 5, murid kelas V dengan kriteria

oral hygiene baik dan bulu sikat rusak

berjumlah 1, murid kelas V dengan kriteria

oral hygiene baik dan bulu sikat tidak

rusak berjumlah 4. Hal ini dikarenakan bulu sikat yang rusak dapat mengakibatkan

oral hygiene seseorang menjadi buruk.

Sejalan dengan Dian yang menyatakan bahwa sikat gigi yang bulu sikatnya sudah mekar atau rusak, tidak dapat membersihkan gigi secara optimal.8

Berdasarkan tabel 4 hasil uji korelasi Spearman pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara hubungankerusakan bulu sikat dengan tingkat kebersihan gigi kelas V. Hal ini ditunjukkan dengan

correlation value = -0,533, p = 0,002 yang

berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini

dikarenakan kerusakan bulu sikat akan menjadikan seseorang memiliki oral hygiene yang buruk. Bulu sikat yang sudah

rusak akan merusak jaringan dan tidak optimal dalam membersihkan gigi. Sejalan dengan Sariningsih yang menyatakan bahwa kerusakan bulu sikat menjadikan sikat menjadi tidak fleksibel dan efektif dalam membersihkan lekukan dan daerah yang sulit dijangkau. Pemakaian sikat dengan bulu yang sudah rusak atau keras dapat menyebabkan gingiva terluka sehingga menyebabkan rasa sakit dan

(6)

e-ISSN 2548-3986 Volume 02, Nomor 02, Juli 2017

40

terkikisnya lapisan email terutama pada margin gingiva.2

Kerusakan bulu sikat juga dapat dikarenakan gigi yang berjejal atau karena terlalu sering di jepit dengan antar gigi. Selain itu juga kebiasaan menyikat gigi yang salah juga dapat mempengaruhi kerusakan bulu sikat.2

Pada anak usia sekolah dasar dianjurkan untuk dapat menggunakan sikat gigi yang bentuknya kecil dengan tangkai sikat yang mudah dipegang oleh anak. Bulu sikat yang lembut cukup efektif untuk membersihkan sisa makanan yang menempel pada permukaan gigi. Bulu sikat yang keras dapat mengakibatkan gingiva mengalami abrasi, akibatnya jaringan gingiva menjadi rusak sehingga akar gigi akan terbuka. Sikat gigi yang bulu sikatnya sudah mekar atau rusak, tidak bisa membersihkan gigi secara optimal.8

Pemilihan bulu sikat sebaiknya memilih bulu sikat yang soft, karena semakin keras bulu sikat gigi, maka semakin besar kemungkinan bulu sikat tersebut akan merusak gingiva. Bulu sikat yang keras juga dapat menyebabkan resesi gingiva.5 Selain itu penggunaan sikat gigi sebaiknya diganti saat kondisi bulu sikat mulai mekar atau rusak. Kondisi bulu sikat yang sudah rusak tidak dapat menyikat gigi dengan efektif, sebaiknya sikat gigi diganti setelah 3 bulan pemakaian.2

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara kerusakan bulu sikat dengan tingkat kebersihna gigi pada murid kelas V SDN V Ciawi Kabupaten Tasikmalaya dapat diterima karena pada dasarnya kerusakan bulu sikat menjadikan sikat menjadi tidak fleksibel dan efektif dalam membersihkan

lekukan dan daerah yang sulit dijangkau. Bulu sikat yang rusak dapat mengakibatkan oral hygiene seseorang menjadi buruk. Selain itu sikat gigi yang bulu sikatnya sudah mekar atau rusak, tidak dapat membersihkan gigi secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ghofur, A. Buku Pintar Kesehatan Gigi

dan Mulut. Mitra Buku: Yogyakarta.

2012.

2. Sariningsih, E. Merawat Gigi Anak

Sejak Usia Dini. PT Elex Media

Komputindo Jakarta. 2012.

3. Hongini, S. Y. dan Aditiawarman, M.

Kesehatan Gigi dan Mulut. Pustaka

Reka Cipta: Bandung. 2012.

4. Budha, M. A. D. S. Pengaruh Kekakuan Bulu Sikat Gigi terhadap Penurunan Jumlah Plak pada Anak. Denpasar.

Skripsi. 2014. diakses melalui

http://unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/06/SKRIPSI6.pdf pada tanggal 20 januari 2015.

5. Rahmadhan, A. G. Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Bukune

Jakarta. 2010.

6. Putri, M. H., Herijulianti, E dan Nurjannah, N. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. EGC. Jakarta. 2011.

7. Kemenkes. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan. Jakarta. 2013. Diakses melalui http://www.litbang. Depkes.go.id.//sites/download/rkd2013/ Laporan_Riskesdas2013.

8. Tim Dian Rakyat. 100 Pertanyaan

Penting Perawatan Gigi Anak: Dian

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 6 diatas merupakan grafik persentase reduksi perpindahan sistem utama dengan CPVA. Simulasi dilakukan dengan variasi frekuensi yang berada di daerah frekuensi

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin penulis..

Setelah ayat yang lalu menyebut binatang-binatang yang paling banyak dimiliki manusia sekaligus paling banyak mamfaatnya, kini disebut lagi beberapa binatang lain

Conclusively, the setting, characters, and theme of Tender is the Night are analyzed as the elements of the novel that reflect Fitzgerald’s life.. The setting of the novel is

heritabilitas arti luas untuk semua karakter toleransi Al yang berhubungan dengan pertumbuhan akar maupun karakter agronomi cekaman Al tergolong sedang hingga tinggi

Prinsip-Prinsip Manajemen Bisnis Keluarga (Family Business) Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan, VOL.1 2, NO.. Dinamika Bisnis Perempuan Pengusaha Batik

Diagram pencar hubungan jangka panjang IHK kota Sorong dan Jayapura (kiri : model 5, kanan :.. model 6) Perbandingan hubungan jangka panjang yang diperoleh dari model koreksi

Fokus penelitian adalah perhitungan terhadap harga pokok penjualan produk dengan metode perusahaan dan metode activity based costing, analisis perbedaan hasil yang didapatkan, dan