ANALISIS KINERJA INDUSTRI KAKAO DI INDONESIA TAHUN 2000-2014 (ISIC 10731) Skripsi Oleh JERRY LORENZA 01021181320002 EKONOMI PEMBANGUNAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS EKONOMI
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan penelitian skripsi ini yang berjudul Analisis Kinerja Industri
Kakao di Indonesia Tahun 2000-2014 (ISIC 10731)
Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih
derajat sarjana Ekonomi program Strata Satu (S-1) Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya.
Skripsi ini membahas mengenai kinerja industri kakao di Indonesia yang
dilihat dari efisiensi dan produktivitas tenaga kerja periode 2000-2014. Selama
penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai kendala.
Kendala tersebut dapat diatasi berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Dosen pembimbing yang telah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran untuk
membimbing serta memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi ini
2. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
3. Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan
4. Para dosen penguji yang telah membantu memberikan kritik dan saran
5. Orang tua
Inderalaya, 1 Maret 2017
iii
RIWAYAT HIDUP
Nama Mahasiswi : Jerry Lorenza Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Keluang, 17 November 1996
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat Rumah : JL. Laskar Kodir RT. 05 RW. 02 Kel. Keluang Kec. Keluang Kab. MUBA
Alamat Email :
jerrylorenza.jl@gmail.com
Pendidikan Formal :
Sekolah Dasar SD N 2 Keluang
SLTP SMP N 1 Banyuasin III
SLTA SMA Plus N 2 Banyuasin III
S-1 Universitas Sriwijaya
Pendidikan Non Formal
Virtual English Course di Matriks
Pengalaman Organisasi
Anggota Departemen Fundrising Komunitas Unsri Mengajar ( UM)
iv
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ... i ABSTRAK ... ii ABSTRACT ... iii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... viDAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 11
1.3. Tujuan Penelitian ... 11
1.4. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN ... 13
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Ekonomi Industri ... 13
2.1.2. Kinerja ... 16
2.1.2.1. Efisiensi ... 18
2.1.2.2. Nilai Tambah ... 21
2.1.2.3. Produktivitas Tenaga Kerja ... 22
2.2. Penelitian Terdahulu ... 25
2.3. Alur Pikir ... 29
2.4. Hipotesis ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 31
v
3.3. Teknik Analisis ... 31
3.4. Batasan Variabel ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36
4.1. Hasil Penelitian ... 36
4.1.1. Sejarah Tanaman Kakao di Indonesia ... 36
4.1.2. Kondisi Industri Kakao di Indonesia ... 37
4.1.3. Varietas dan Kategori Kakao ... 38
4.1.4. Perkembangan Harga Kakao Dunia ... 39
4.1.5. Jumlah Perusahaan Kakao di Indonesia Menurut Status Penanaman Modal Periode 2000-2014 ... 41
4.1.6. Nilai Produksi Industri Kakao di Indonesia ... 44
4.1.7. Nilai Output Industri Kakao di Indonesia ... 45
4.1.8. Jumlah Tenaga Kerja Industri Kakao di Indonesia ... 47
4.1.9. Perkembangan Biaya Madya Industri Kakao di Indonesia ... 48
4.1.10. Perkembangan Nilai Tambah Industri Kakao di Indonesia ... 50
4.2. Pembahasan ... 52
4.2.1. Analisis Efisiensi Industri Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 52
4.2.2. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 58
4.2.3. Analisis Kinerja Industri Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
5.1. Kesimpulan ... 64
5.2. Saran ... 65
vi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Periode 2010-2014 ... 2 Tabel 1.2 Kontibusi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan,
Tanaman Perkebunan, Peternakan dan Hasil-Hasilnya, Kehutanan dan Perikanan Terhadap Sektor Pertanian PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (Persen) Periode 2010-2014 ... 4 Tabel 1.3 Ekspor Biji Kakao dan Ekpor Olahan Kakao Dalam
Jumlah Berat Bersih Kg Periode 2010-2014 ... 7 Tabel 1.4 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri Kakao
Periode 2010-2013 ... 8 Tabel 4.1 Perkembangan Harga Kakao Dunia Periode Januari
2015-September 2016 ... 40 Tabel 4.2 Sepuluh Perusahaan kakao Terbesar di Indonesia ... 40 Tabel 4.3 Jumlah Perusahaan Menurut Status Penanaman Modal
Industri Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 42 Tabel 4.4 Nilai Produksi Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 44 Tabel 4.5 Nilai Output Industri Kakao di Indonesia
Periode 2000-2014 ... 46 Tabel 4.6 Jumlah Tenaga Kerja Industri Kakao di Indonesia
Periode 2000-2014 ... 48 Tabel 4.7 Perkembangan Biaya Madya Industri Kakao
di Indonesia Periode 2000-2014 ... 49 Tabel 4.8 Perkembangan Nilai Tambah Industri Kakao
di Indonesia Periode 2000-2014 ... 51 Tabel 4.9 Perkembangan Efisiensi Industri kakao di Indonesia
Periode 2000-2014 ... 53 Tabel 4.10 Perkembangan Produktivitas Tenaga Kerja Industri
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Jumlah Perusahaan Menurut Status Penanaman Modal
Industri Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 43 Gambar 4.2 Tingkat Efisiensi Industri Kakao di Indonesia
Periode 2000-2014 ... 56 Gambar 4.3 Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kakao di Indonesia
Periode 2000-2014 ... 60 Gambar 4.4 Trend Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja Industri
Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 61 Gambar 4.5 Trend Pertumbuhan Efisiensi dan Produktivitas Tenaga
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kontribusi Sektor Menurut Lapangan Usaha Terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga
Berlaku (Persen) Periode 2000-2014 ... 69 Lampiran 2 PDB Indonesia Sub Sektor Pertanian (Tanaman Bahan
Makanan, Tanaman Perkebunan, Peternakan dan Hasil-Hasilnya, Kehutanan dan Perikanan) Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Periode 2010-2014 ... 70 Lampiran 3 Perkembangan Nilai Tambah, Biaya Madya dan efisiensi
Industri Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 71 Lampiran 4 Perkembangan Nilai Output, Jumlah Tenaga Kerja dan
Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kakao di Indonesia
Periode 2000-2014 ... 72 Lampiran 5 Pertumbuhan Efisiensi dan Pertumbuhan Produktivitas
Tenaga Kerja Industri Kakao di Indonesia
Periode 2000-2014 ... 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumberdaya
alam, terutama dari hasil pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor penting
sebagai penyedia input bagi sektor lain, sehingga sektor pertanian dikatakan
berpengaruh dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan
berkembangnya perekonomian bangsa, maka Indonesia mulai mencanangkan
masa depan menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian
akan semakin kuat.
Berdasarkan Tabel 1.1 sektor industri pengolahan merupakan sektor yang
memiliki peranan penting terhadap perekonomian Indonesia sebagai penyumbang
terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha tahun 2010-2014. Pada tahun 2010 kontribusi sektor
industri olahan sebesar 24.80 persen, pada tahun 2011, 2012 dan 2013 kontribusi
sektor industri pengolahan mengalami penurunan disebabkan meningkatnya
kontribusi dari sektor-sektor lain, kontribusi sektor industri pengolahan pada
tahun 2011 sebesar 24.34 persen, pada tahun 2012 sebesar 23.96 persen,
sedangkan pada tahun 2013 kontribusi sektor industri pengolahan sebesar 23.69
persen, selanjutnya pada tahun 2014 kontribusi industri pengolahan sebesar 23.71
2
Tabel 1.1
Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Periode 2010-2014
Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013* 2014** 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan perikanan 985 470.5 1 091 447.1 1 193 452.9 1 310 427.3 1 446 722.3 2. Pertambangan Dan Penggalian 719 710.1 876 983.8 972 458.4 1 026 297.0 1 058 750.2 3. Industri Pengolahan 1 599 073.1 1 806 140.5 1 972 523.6 2 152 802.8 2 394 004.9
4. Listrik, Gas, Dan Air Bersih
49 119.0 55 882.3 62 271.6 70 339.6 81 131.0
5. Bangunan 660 890.5 753 554.6 844 090.9 907 267.0 1 014 540.8 6. Perdagangan, Hotel, Dan
Restoran
882 487.2 1 023 724.8 1 148 791.0 1 301 175.0 1 473 559.7
7. Pengangkutan Dan Komunikasi
423 172.2 491 287.0 549 105.4 635 302.9 745 648.2
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Persh. 466 563.8 535 152.9 598 433.3 682 973.2 771 961.5 9. Jasa-jasa 660 365.5 785 014.1 889 798.8 1 000 691.7 1 108 610.3 PRODUK DOMESTIK BRUTO 6 446 851.9 7 419 187.1 8 230 925.9 9 087 276.5 10 094 928.9 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
5 941 951.9 6 795 885.6 7 589 809.0 8 419 133.9 9 391 537.3
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2016 Catatan: * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai kontribusi
penting terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga
berlaku menurut lapangan usaha periode 2010-2014, dimana sektor pertanian
merupakan sektor penyumbang terbesar kedua terhadap PDB Indonesia. Pada
tahun 2010 kontribusi sektor pertanian sebesar 15.29 persen, sedangkan pada
3
penurunan disebabkan meningkatnya kontribusi dari sektor lain. Pada tahun 2011
kontribusi sektor pertanian sebesar 14.71 persen, pada tahun 2012 sebesar 14.50
persen, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 14.42 persen, selanjutnya kontribusi
sektor pertanian terhadap PDB Indonesia atas dasar harga berlaku menurut
lapangan usaha pada tahun 2014 sebesar 14.33 persen.
Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran periode 2010-2014 relatif
mengalami peningkatan terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar
harga berlaku menurut lapangan usaha, dimana pada tahun 2010 kontribusi sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 13.69 persen dan mengalami peningkatan
pada tahun 2011 sebesar 13.80 persen, sedangkan pada tahun 2012 sebesar 13.96
persen, selanjutnya pada tahun 2013 dan 2014 kontribusi sektor perdagangan,
hotel dan restoran sebesar 14.32 persen dan 14.60 persen terhadap PDB Indonesia
atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha. Sektor perdagangan, hotel dan
restoran merupakan sektor penyumbang terbesar ketiga terhadap Produk
Domestik Bruto Indonesia pada periode 2010-2013, sedangkan pada tahun 2014
sektor perdagangan, hotel dan restoran meningkat menjadi penyumbang terbesar
kedua terhadap PDB Indonesia atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha.
Sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang paling rendah
kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia berdasarkan harga
berlaku menurut lapangan usaha periode 2010-2014, dimana kontribusi sektor
listrik, gas dan air bersih pada tahun 2010 sebesar 0.76 persen, sedangkan pada
tahun 2011 dan 2012 sebesar 0.75 persen dan 0.76 persen, selanjutnya pada tahun
4
0.80 persen terhadap PDB Indonesia atas dasar harga berlaku menurut lapangan
usaha.
Tabel 1.2
Kontribusi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan, Tanaman Perkebunan, Peternakan dan Hasil-Hasilnya, Kehutanan dan Perikanan Terhadap Sektor Pertanian PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha (Persen) Periode 2010-2014
Sub Sektor 2010 2011 2012 2013* 2014**
a. Tanaman Bahan Makanan 48.95 48.56 48.17 47.45 46.20
b. Tanaman Perkebunan 13.81 14.08 13.62 13.33 13.34
c. Peternakan dan Hasil-
hasilnya 12.11 11.85 12.21 12.60 12.74
d. Kehutanan 4.90 4.74 4.60 4.35 4.21
e. Perikanan 20.23 20.77 21.40 22.27 23.53
Pertanian 100 100 100 100 100
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2016 Catatan: * Angka Sementara
** Angka Sangat Sementara
Berdasarkan Tabel 1.2 sub sektor tanaman bahan makanan memiliki peranan
penting terhadap sektor pertanian PDB Indonesia atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha, sub sektor tanaman bahan makanan merupakan sub
sektor yang paling besar kontribusinya terhadap sektor pertanian periode
2010-2014. Pada tahun 2010 kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan
sebesar 48.95 persen, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 48.56 persen,
selanjutnya pada tahun 2012, 2013 dan 2014 kontribusi sub sektor tanaman bahan
makanan sebesar 48.17 persen, 47.45 persen dan 46.20 persen terhadap sektor
5
Penyumbang kontribusi terbesar kedua terhadap sektor pertanian PDB
Indonesia atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha periode 2010-2014
adalah sub sektor perikanan, kontribusi sub sektor perikanan setiap tahunnya
relatif mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2010 kontribusi sub sektor
perikanan sebesar 20.23 persen, meningkat pada tahun 2011 sebesar 20.77 persen,
sedangkan pada tahun 2012 meningkat sebesar 21.40 persen, selanjutnya pada
tahun 2013 dan 2014 meningkat sebesar 22.27 persen dan 23.53 persen terhadap
sektor pertanian PDB Indonesia atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha.
Sektor pertanian paling sedikit mendapatkan kontribusi dari sub sektor
kehutanan, dimana pada tahun 2010 kontribusi sub sektor kehutanan sebesar 4.90
persen, mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 4.74 persen, sedangkan
pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 4.60 persen, selanjutnya pada
tahun 2013 dan 2014 kontribusi sub sektor kehutanan mengalami penurunan
sebesar 4.35 persen dan 4.21 persen terhadap sektor pertanian PDB Indonesia
atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha.
Sub sektor tanaman perkebunan memiliki peranan cukup penting terhadap
sektor pertanian dimana sub sektor tanaman perkebunan merupakan sub sektor
penyumbang terbesar ketiga terhadap sektor pertanian, pada tahun 2010 kontribusi
sub sektor tanaman perkebunan sebesar 13.81 persen, sedangkan pada tahun 2011
sebesar 14.08 persen, selanjutnya pada tahun 2012, 2013 dan 2014 kontribusi sub
sektor tanaman perkebunan sebesar 13.62 persen, 13.33 persen dan 13.34 persen
terhadap sektor pertanian PDB Indonesia atas dasar harga berlaku menurut
6
Salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup
penting dalam perekonomian Indonesia yakni sebagai penghasil devisa negara,
penyedia lapangan kerja, mendorong pengembangan agribisnis dan agroindustri
adalah tanaman perkebunan kakao. Tanaman perkebunan kakao merupakan salah
satu komoditas unggulan subsektor perkebunan dari 15 komoditas unggulan
nasional yang dicanangkan untuk dikembangkan secara besar-besaran di
Indonesia karena ekspor kakao Indonesia mampu membantu untuk meningkatkan
devisa Indonesia, hal ini dibuktikan dengan mampunya kakao sebagai
penyumbang devisa Indonesia peringkat keempat setelah kelapa sawit, karet, dan
kelapa. Indonesia yang juga dikenal sebagai negara penghasil kakao terbesar
ketiga di dunia turut berperan aktif dalam ekspor komoditas kakao dunia karena
Indonesia menyumbang sebesar 15 persen kakao untuk dunia (Direktorat Jendral
Perkebunan, 2016).
Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana
bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan
kakao yang berasal dari Ghana. Kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu
tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan
keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor
maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan
industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi
pendapatan cukup terbuka.
Tabel 1.3 merupakan hasil ekspor biji kakao dan ekspor olahan kakao periode
7
dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2014 jumlah ekspor biji kakao sebesar
152,532,157 Kg dari 83,040,928 Kg pada tahun 2010. Sedangkan ekspor olahan
kakao mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dimana pada tahun 2014
jumlah ekspor olahan kakao sebesar 14,079,955 Kg dari 16,159,060 Kg pada
tahun 2010.
Tabel 1.3
Ekspor Biji Kakao dan Ekspor Olahan Kakao Dalam Jumlah Berat Bersih Kg
Periode 2010-2014
Tahun Biji Kakao Pertumbuhan (%) Olahan Kakao Pertumbuhan (%)
2010 83,040,928 - 16,159,060 -
2011 124,028,998 49.56 16,073,910 -0.53
2012 138,094,207 11.34 19,310,987 20.14
2013 128,616,098 -6.86 15,593,192 -19.25
2014 152,532,157 18.59 14,079,955 -9.70
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2016
Pertumbuhan ekspor biji kakao tahun 2011 sebesar 49.56 persen, sedangkan
pada tahun 2012 dan 2013 pertumbuhan ekspor biji kakao mengalami penurunan
sebesar 11.34 persen dan -6.86 persen, selanjutnya pada tahun 2014 ekspor biji
kakao mengalami peningkatan sebesar 18.59 persen. Peningkatan ekspor biji
kakao tidak diiringin dengan pertumbuhan pada ekspor olahan kakao, dimana
pertumbuhan ekspor olahan kakao pada tahun 2011 sebesar -0.53 persen, pada
tahun 2012 pertumbuhan ekspor olahan kakao meningkat sebesar 20.14 persen,
sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 pertumbuhan ekspor olahan kakao
mengalami penurunan sebesar -19.25 persen dan -9.70 persen.
Hasil ekspor olahan kakao periode 2010-2014 relatif mengalami penurunan,
8
Indonesia periode 2010-2014, dimana jumlah perusahaan dan tenaga kerja industri
kakao relatif mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Tabel 1.4
Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri Kakao Periode 2010–2013
Tahun Jumlah Perusahaan (Unit) Pertumbuhan (%) Tenaga Kerja (Orang) Pertumbuhan (%) 2010 7 - 1,693 - 2011 8 14.29 1,335 -21.15 2012 12 50 3,475 160.30 2013 13 8.33 6,424 84.86 2014 16 23.08 7,540 17.37
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2016
Tabel 1.4 menunjukkan bahwa jumlah perusahaan industri kakao periode
2010-2013 mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 jumlah perusahaan kakao
sebanyak 7 unit, meningkat menjadi 8 unit pada tahun 2011 atau memiliki
pertumbuhan sebesar 14.29 persen, pertumbuhan jumlah perusahaan pada tahun
2012 sebesar 50 persen, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 8.33 persen dan
meningkat menjadi 23.08 persen pada tahun 2014.
Peningkatan jumlah perusahaan industri kakao ini menunjukkan bahwa para
produsen tertarik untuk mendirikan perusahaan industri kakao, dengan
pertimbangan bahwa industri ini akan memberikan keuntungan bagi para
produsen. Peningkatan jumlah perusahaan industri kakao juga diikuti dengan
meningkatnya jumlah tenaga kerja industri kakao, penyerapan tenaga kerja
9
dengan pertumbuhan sebesar 17.37 persen, sedangkan pada tahun 2010 jumlah
tenaga kerja industri kakao sebanyak 1,693 orang, mengalami pertumbuhan yang
negatif pada tahun 2011 sebesar -21.15 persen dan jumlah tenaga kerja industri
kakao meningkat pada tahun 2012-2013 sebanyak 3,475 orang dan 6,424 orang
atau dengan pertumbuhan sebesar 160.30 persen dan 84.86 persen.
Bertambahnya jumlah perusahaan kakao pada tahun 2014 akan memunculkan
bertambahnya persaingan di dalam pasar antar perusahaan. Hal ini mengharuskan
setiap perusahaan untuk selalu melakukan pembenahan dalam proses bisnisnya.
Salah satu yang menjadi kata kunci dari semua ini adalah efisiensi. Pengukuran
efisiensi penting dilakukan untuk mengetahui pada tingkat mana efisiensi dari
proses bisnis yang telah dijalankan oleh perusahaan, apakah terjadi peningkatan
ataukah penurunan.
Tenaga kerja mengkombinasikan faktor-faktor produksi lain dalam
menghasilkan sejumlah output. Untuk melihat kemajuan kualitas tenaga kerja
dapat dilihat dari besar kecilnya nilai produktivitas tenaga kerja. Penggunaan
produktivitas tenaga kerja diperlukan untuk melihat sejauh mana kondisi tenaga
kerja dalam melakukan proses produksi dan efisiensi penggunaan tenaga kerja
dalam proses produksi.
Efisiensi merupakan rasio output dan input, atau perbandingan antara
masukan dan keluaran. Dengan kata lain, efisiensi adalah perbandingan nilai
tambah yang dihasilkan suatu industri dengan biaya madya.
Kinerja industri merupakan hasil tujuan yang dicapai oleh semua perusahaan
10
industri adalah nilai tambah dan efisiensi industri. Nilai tambah adalah perbedaan
nilai output suatu industri, yaitu total pendapatan yang diterima dari penjualan
output tersebut dan biaya masukan dari bahan-bahan mentah.
Komponen-komponen atau jasa-jasa yang dibeli untuk memproduksi output tersebut. Nilai
tambah industri kakao dapat menentukan baik-buruknya kinerja industri kakao
dalam memproduksi. Kenaikan nilai tambah industri kakao mengidentifikasikan
kinerja industri kakao tersebut kearah yang lebih baik.
Apabila nilai efisiensi > 1 dan produktivitas tenaga kerja industri kakao
mengalami peningkatan setiap tahunnya atau tingkat produktivitas tenaga kerja
industri kakao dilihat secara relatif selama tahun pengamatan mengalami
peningkatan, hal ini mengindikasikan kinerja industri kakao adalah baik. Begitu
juga sebaliknya jika nilai efisiensi < 1 dan produktivitas tenaga kerja industri
kakao mengalami penurunan setiap tahunnya atau tingkat produktivitas tenaga
kerja industri kakao dilihat secara relatif selama tahun pengamatan mengalami
penurunan maka kinerja industri kakao adalah tidak baik.
Kinerja industri kakao dikatakan cukup baik apabila nilai efisiensi > 1
sedangkan produktivitas tenaga kerja industri kakao mengalami penurunan setiap
tahunnya atau tingkat produktivitas tenaga kerja industri kakao dilihat secara
relatif selama tahun pengamatan mengalami penurunan dan apabila nilai efisiensi
< 1 sedangkan produktivitas tenaga kerja industri kakao mengalami peningkatan
setiap tahunnya atau tingkat produktivitas tenaga kerja industri kakao dilihat
11
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Analisis Kinerja Industri Kakao Di Indonesia Tahun 2000-2014 (ISIC 10731)”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan, yaitu
bagaimana kinerja industri kakao di Indonesia yang dilihat dari efisiensi dan
produktivitas tenaga kerja?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kinerja industri kakao di Indonesia yang dilihat dari efisiensi dan
produktivitas tenaga kerja.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan
mengenai kinerja industri kakao di Indonesia yang dilihat dari efisiensi
dan produktivitas tenaga kerja.
2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi
peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan analisis kinerja industri kakao
12
1.4.2. Manfaat Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
pemerintah dan swasta untuk mengambil kebijakan terutama mengenai industri
66
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin dan Kusuma, Stephanus. E. 2014. Ekonomika Industri Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja: Cetakan Pertama. UUP STIM YKPN: Yogyakarta.
ASKINDO (Asosiasi Kakao Indonesia)http//www.askindo-kakao.org.
Asngari, Imam. 2005. Pembagian Nilai Tambah Petani Plasma Pir-Sus Kelapa Sawit. Vol. 3 No. 2 Hal. 77-90.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Kinerja Industri Besar dan Sedang di Indonesia Periode 2000-2014. Badan Pusat Statistik: Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Statistik Ekspor Biji Kakao 2010-2014. Badan Pusat Statistik: Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Statistik Ekspor Olahan Kakao 2010-2014. Badan Pusat Statistik: Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Statistik Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2010-2014. Badan Pusat Statistik: Indonesia.
Departemen Perindustrian. 2016. Gambaran Sekilas Industri Kakao. http//www.deperin.go.id.
Direktorat Jendral Perkebunan. 2016. Statistik Ekspor Kakao 2010-2014. Direktorat Jendral Perkebunan: Indonesia.
Hasibuan, Nurimansyah. 1993. Ekonomi Industri, Persaingan Monopoli, Regulasi: Cetakan Pertama. Penerbit PT. Pustaka LP3ES: Jakarta.
ICCO (Internasional Cocoa Organization). http//www.icco.org.
Idris, Syaefi. 2016. Analisis Konsentrasi Dan Kinerja Industri Teh Di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Sriwijaya. Tidak dipublikasikan.
Indra. 2011. Penentuan Skala Dan Analisis Efisiensi Ekonomi Usaha Tani Kopi Rakyat Di Kabupaten Aceh Tengah. Vol. 12 No. 1.
KADIN (Kamar Dagang dan Industri). http//www.kadin-indonesia.org.id.
Kementrian Perindustrian. 2016. Kinerja Industri menurut kode industri Tahun 2010-2013. Kementrian Perindustrian: Indonesia.
67
Kiranta, Febri dan Meydianawathi, Luh G. 2014. Analisis Tingkat Daya Saing Ekspor Biji Kakao Indonesia Tahun 2007-2012. Vol. 3 No. 11 Hal. 502-512.
Lipsey, Richard.G. et al. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi Jilid 1: Cetakan Pertama. Binarupa Aksara: Jakarta.
Murdani, Helbi. 2011. Analisis Kinerja Industri Alat Komunikasi Di Indonesia (ISIC 32200). Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universita Sriwijaya. Tidak dipublikasikan.
Nugroho, Budi A. 2015. Analisis Fungsi Produksi Dan Efisiensi Jagung Di Kecamatan Patean Kabupaten Kendal. Vol. 8 No. 2 Hal. 163-177.
Panjaitan, Friska. E. D,. Lubis, Satira. N. dan Hashim, Hasman. 2010. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usaha Tani Jagung Analisis Data Envelopment Analysis (DEA).
Pass, Christopher dan Lowes, Bryan. 1994. Kamus Lengkap ekonomi: Edisi kedua. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Pindyck, Robert S. dan Rubinfeld, Daniel L. 2009. Mikroekonomi: Edisi Keenam. PT. Indeks: Jakarta.
Pradnyani, Cok I. A. S. dan Indrajaya, I. G. B. 2014. Analisis Skala Ekonomi Dan Efisiensi Pada Usaha Perkebunan Kakao Di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Bandung. Vol. 3 No. 9 Hal. 403-412.
Pratiwi, Ayu M,. I K G Bendesa,. dan N. Yuliarmi. 2014. Analisis Efisiensi Dan Produktivitas Industri Besar Dan Sedang Di Wilayah Provinsi Bali (Pendekatan Stochastic Frontier Analysis) Vol. 7 No. 1.
Putra, R. Nugraha. 2012. Analisis Kinerja Pada Industri Mie Basah Di Kota Palembang. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Sriwijaya. Tidak dipublikasikan.
Risandewi, Tri. 2013. Analisis Efisiensi Produksi Kopi Robusta Di Kabupaten Temanggung (Studi Kasus Di Kecamatan Candiroto). Vol. 11 No. 1.
Rizieq, Rahmatullah. 2008. Analisis Efisiensi Produksi Jagung Dikawasan Usaha Agribisnis Terpadu (Kuat) Rasau Jaya Kompleks. Jurnal Agrosains. Vol. 5 No. 2.
Sembiring, Friskaulin. 2012. Analisis Nilai Tambah, Efisiensi Dan Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecap Di Indonesia Tahun 1998-2008. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Sriwijaya. Tidak dipublikasikan.
68
Setiawan, Avi B. dan Pranjanti, Sucihatiningsih D. W. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tani Jagung Di Kabupaten Grobogan Tahun 2008. Vol. 4 No. 1.
Sukirno, Sadono. 2013. Teori Pengantar Mikro Ekonomi: Edisi Ketiga. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Teguh, Muhammad. 2013. Ekonomi Industri: Edisi Pertama. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Tresliyana, Anggita,. Fariyanti, Anna dan Rifin, Amzul. 2015. Daya Saing Kakao Indonesia Di Pasar Internasional. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. Vol. 12 No. 2.
Witular, Tito. 2014. Analisis Kinerja Industri Pemotongan Hewan di Indonesia (ISIC 15111). Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Sriwijaya. Tidak dipublikasikan
Yulida, Roza dan Kusumawaty, Yeni. 2011. Analisis Efisiensi Agroindustri Kacang Kedelai Di Desa Dayun Kecamatan Dayun Kabupaten Siak. Vol. 3 No. 1 Hal. 438-446.