• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA INDUSTRI KAKAO DI INDONESIA TAHUN (ISIC 10731) Skripsi Oleh JERRY LORENZA EKONOMI PEMBANGUNAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KINERJA INDUSTRI KAKAO DI INDONESIA TAHUN (ISIC 10731) Skripsi Oleh JERRY LORENZA EKONOMI PEMBANGUNAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KINERJA INDUSTRI KAKAO DI INDONESIA TAHUN 2000-2014 (ISIC 10731) Skripsi Oleh JERRY LORENZA 01021181320002 EKONOMI PEMBANGUNAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS EKONOMI

(2)
(3)
(4)
(5)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat

menyelesaikan penelitian skripsi ini yang berjudul Analisis Kinerja Industri

Kakao di Indonesia Tahun 2000-2014 (ISIC 10731)

Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam meraih

derajat sarjana Ekonomi program Strata Satu (S-1) Fakultas Ekonomi Universitas

Sriwijaya.

Skripsi ini membahas mengenai kinerja industri kakao di Indonesia yang

dilihat dari efisiensi dan produktivitas tenaga kerja periode 2000-2014. Selama

penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai kendala.

Kendala tersebut dapat diatasi berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari

berbagai pihak. Penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Dosen pembimbing yang telah mengorbankan waktu, tenaga, pikiran untuk

membimbing serta memberikan saran dalam menyelesaikan skripsi ini

2. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

3. Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan

4. Para dosen penguji yang telah membantu memberikan kritik dan saran

5. Orang tua

Inderalaya, 1 Maret 2017

(6)
(7)

iii

(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama Mahasiswi : Jerry Lorenza Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Keluang, 17 November 1996

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat Rumah : JL. Laskar Kodir RT. 05 RW. 02 Kel. Keluang Kec. Keluang Kab. MUBA

Alamat Email :

jerrylorenza.jl@gmail.com

Pendidikan Formal :

Sekolah Dasar SD N 2 Keluang

SLTP SMP N 1 Banyuasin III

SLTA SMA Plus N 2 Banyuasin III

S-1 Universitas Sriwijaya

Pendidikan Non Formal

Virtual English Course di Matriks

Pengalaman Organisasi

Anggota Departemen Fundrising Komunitas Unsri Mengajar ( UM)

(9)

iv

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ... i ABSTRAK ... ii ABSTRACT ... iii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN ... 13

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Ekonomi Industri ... 13

2.1.2. Kinerja ... 16

2.1.2.1. Efisiensi ... 18

2.1.2.2. Nilai Tambah ... 21

2.1.2.3. Produktivitas Tenaga Kerja ... 22

2.2. Penelitian Terdahulu ... 25

2.3. Alur Pikir ... 29

2.4. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 31

(10)

v

3.3. Teknik Analisis ... 31

3.4. Batasan Variabel ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1. Hasil Penelitian ... 36

4.1.1. Sejarah Tanaman Kakao di Indonesia ... 36

4.1.2. Kondisi Industri Kakao di Indonesia ... 37

4.1.3. Varietas dan Kategori Kakao ... 38

4.1.4. Perkembangan Harga Kakao Dunia ... 39

4.1.5. Jumlah Perusahaan Kakao di Indonesia Menurut Status Penanaman Modal Periode 2000-2014 ... 41

4.1.6. Nilai Produksi Industri Kakao di Indonesia ... 44

4.1.7. Nilai Output Industri Kakao di Indonesia ... 45

4.1.8. Jumlah Tenaga Kerja Industri Kakao di Indonesia ... 47

4.1.9. Perkembangan Biaya Madya Industri Kakao di Indonesia ... 48

4.1.10. Perkembangan Nilai Tambah Industri Kakao di Indonesia ... 50

4.2. Pembahasan ... 52

4.2.1. Analisis Efisiensi Industri Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 52

4.2.2. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 58

4.2.3. Analisis Kinerja Industri Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

5.1. Kesimpulan ... 64

5.2. Saran ... 65

(11)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Periode 2010-2014 ... 2 Tabel 1.2 Kontibusi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan,

Tanaman Perkebunan, Peternakan dan Hasil-Hasilnya, Kehutanan dan Perikanan Terhadap Sektor Pertanian PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha (Persen) Periode 2010-2014 ... 4 Tabel 1.3 Ekspor Biji Kakao dan Ekpor Olahan Kakao Dalam

Jumlah Berat Bersih Kg Periode 2010-2014 ... 7 Tabel 1.4 Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri Kakao

Periode 2010-2013 ... 8 Tabel 4.1 Perkembangan Harga Kakao Dunia Periode Januari

2015-September 2016 ... 40 Tabel 4.2 Sepuluh Perusahaan kakao Terbesar di Indonesia ... 40 Tabel 4.3 Jumlah Perusahaan Menurut Status Penanaman Modal

Industri Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 42 Tabel 4.4 Nilai Produksi Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 44 Tabel 4.5 Nilai Output Industri Kakao di Indonesia

Periode 2000-2014 ... 46 Tabel 4.6 Jumlah Tenaga Kerja Industri Kakao di Indonesia

Periode 2000-2014 ... 48 Tabel 4.7 Perkembangan Biaya Madya Industri Kakao

di Indonesia Periode 2000-2014 ... 49 Tabel 4.8 Perkembangan Nilai Tambah Industri Kakao

di Indonesia Periode 2000-2014 ... 51 Tabel 4.9 Perkembangan Efisiensi Industri kakao di Indonesia

Periode 2000-2014 ... 53 Tabel 4.10 Perkembangan Produktivitas Tenaga Kerja Industri

(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Jumlah Perusahaan Menurut Status Penanaman Modal

Industri Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 43 Gambar 4.2 Tingkat Efisiensi Industri Kakao di Indonesia

Periode 2000-2014 ... 56 Gambar 4.3 Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kakao di Indonesia

Periode 2000-2014 ... 60 Gambar 4.4 Trend Pertumbuhan Produktivitas Tenaga Kerja Industri

Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 61 Gambar 4.5 Trend Pertumbuhan Efisiensi dan Produktivitas Tenaga

(13)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kontribusi Sektor Menurut Lapangan Usaha Terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga

Berlaku (Persen) Periode 2000-2014 ... 69 Lampiran 2 PDB Indonesia Sub Sektor Pertanian (Tanaman Bahan

Makanan, Tanaman Perkebunan, Peternakan dan Hasil-Hasilnya, Kehutanan dan Perikanan) Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Periode 2010-2014 ... 70 Lampiran 3 Perkembangan Nilai Tambah, Biaya Madya dan efisiensi

Industri Kakao di Indonesia Periode 2000-2014 ... 71 Lampiran 4 Perkembangan Nilai Output, Jumlah Tenaga Kerja dan

Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kakao di Indonesia

Periode 2000-2014 ... 72 Lampiran 5 Pertumbuhan Efisiensi dan Pertumbuhan Produktivitas

Tenaga Kerja Industri Kakao di Indonesia

Periode 2000-2014 ... 73

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumberdaya

alam, terutama dari hasil pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor penting

sebagai penyedia input bagi sektor lain, sehingga sektor pertanian dikatakan

berpengaruh dalam struktur perekonomian Indonesia. Seiring dengan

berkembangnya perekonomian bangsa, maka Indonesia mulai mencanangkan

masa depan menuju era industrialisasi, dengan pertimbangan sektor pertanian

akan semakin kuat.

Berdasarkan Tabel 1.1 sektor industri pengolahan merupakan sektor yang

memiliki peranan penting terhadap perekonomian Indonesia sebagai penyumbang

terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga berlaku

menurut lapangan usaha tahun 2010-2014. Pada tahun 2010 kontribusi sektor

industri olahan sebesar 24.80 persen, pada tahun 2011, 2012 dan 2013 kontribusi

sektor industri pengolahan mengalami penurunan disebabkan meningkatnya

kontribusi dari sektor-sektor lain, kontribusi sektor industri pengolahan pada

tahun 2011 sebesar 24.34 persen, pada tahun 2012 sebesar 23.96 persen,

sedangkan pada tahun 2013 kontribusi sektor industri pengolahan sebesar 23.69

persen, selanjutnya pada tahun 2014 kontribusi industri pengolahan sebesar 23.71

(15)

2

Tabel 1.1

Produk Domestik Bruto Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Periode 2010-2014

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013* 2014** 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan perikanan 985 470.5 1 091 447.1 1 193 452.9 1 310 427.3 1 446 722.3 2. Pertambangan Dan Penggalian 719 710.1 876 983.8 972 458.4 1 026 297.0 1 058 750.2 3. Industri Pengolahan 1 599 073.1 1 806 140.5 1 972 523.6 2 152 802.8 2 394 004.9

4. Listrik, Gas, Dan Air Bersih

49 119.0 55 882.3 62 271.6 70 339.6 81 131.0

5. Bangunan 660 890.5 753 554.6 844 090.9 907 267.0 1 014 540.8 6. Perdagangan, Hotel, Dan

Restoran

882 487.2 1 023 724.8 1 148 791.0 1 301 175.0 1 473 559.7

7. Pengangkutan Dan Komunikasi

423 172.2 491 287.0 549 105.4 635 302.9 745 648.2

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Persh. 466 563.8 535 152.9 598 433.3 682 973.2 771 961.5 9. Jasa-jasa 660 365.5 785 014.1 889 798.8 1 000 691.7 1 108 610.3 PRODUK DOMESTIK BRUTO 6 446 851.9 7 419 187.1 8 230 925.9 9 087 276.5 10 094 928.9 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS

5 941 951.9 6 795 885.6 7 589 809.0 8 419 133.9 9 391 537.3

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2016 Catatan: * Angka Sementara

** Angka Sangat Sementara

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai kontribusi

penting terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga

berlaku menurut lapangan usaha periode 2010-2014, dimana sektor pertanian

merupakan sektor penyumbang terbesar kedua terhadap PDB Indonesia. Pada

tahun 2010 kontribusi sektor pertanian sebesar 15.29 persen, sedangkan pada

(16)

3

penurunan disebabkan meningkatnya kontribusi dari sektor lain. Pada tahun 2011

kontribusi sektor pertanian sebesar 14.71 persen, pada tahun 2012 sebesar 14.50

persen, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 14.42 persen, selanjutnya kontribusi

sektor pertanian terhadap PDB Indonesia atas dasar harga berlaku menurut

lapangan usaha pada tahun 2014 sebesar 14.33 persen.

Kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran periode 2010-2014 relatif

mengalami peningkatan terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar

harga berlaku menurut lapangan usaha, dimana pada tahun 2010 kontribusi sektor

perdagangan, hotel dan restoran sebesar 13.69 persen dan mengalami peningkatan

pada tahun 2011 sebesar 13.80 persen, sedangkan pada tahun 2012 sebesar 13.96

persen, selanjutnya pada tahun 2013 dan 2014 kontribusi sektor perdagangan,

hotel dan restoran sebesar 14.32 persen dan 14.60 persen terhadap PDB Indonesia

atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha. Sektor perdagangan, hotel dan

restoran merupakan sektor penyumbang terbesar ketiga terhadap Produk

Domestik Bruto Indonesia pada periode 2010-2013, sedangkan pada tahun 2014

sektor perdagangan, hotel dan restoran meningkat menjadi penyumbang terbesar

kedua terhadap PDB Indonesia atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha.

Sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang paling rendah

kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia berdasarkan harga

berlaku menurut lapangan usaha periode 2010-2014, dimana kontribusi sektor

listrik, gas dan air bersih pada tahun 2010 sebesar 0.76 persen, sedangkan pada

tahun 2011 dan 2012 sebesar 0.75 persen dan 0.76 persen, selanjutnya pada tahun

(17)

4

0.80 persen terhadap PDB Indonesia atas dasar harga berlaku menurut lapangan

usaha.

Tabel 1.2

Kontribusi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan, Tanaman Perkebunan, Peternakan dan Hasil-Hasilnya, Kehutanan dan Perikanan Terhadap Sektor Pertanian PDB Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut

Lapangan Usaha (Persen) Periode 2010-2014

Sub Sektor 2010 2011 2012 2013* 2014**

a. Tanaman Bahan Makanan 48.95 48.56 48.17 47.45 46.20

b. Tanaman Perkebunan 13.81 14.08 13.62 13.33 13.34

c. Peternakan dan Hasil-

hasilnya 12.11 11.85 12.21 12.60 12.74

d. Kehutanan 4.90 4.74 4.60 4.35 4.21

e. Perikanan 20.23 20.77 21.40 22.27 23.53

Pertanian 100 100 100 100 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2016 Catatan: * Angka Sementara

** Angka Sangat Sementara

Berdasarkan Tabel 1.2 sub sektor tanaman bahan makanan memiliki peranan

penting terhadap sektor pertanian PDB Indonesia atas dasar harga berlaku

menurut lapangan usaha, sub sektor tanaman bahan makanan merupakan sub

sektor yang paling besar kontribusinya terhadap sektor pertanian periode

2010-2014. Pada tahun 2010 kontribusi sub sektor tanaman bahan makanan

sebesar 48.95 persen, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 48.56 persen,

selanjutnya pada tahun 2012, 2013 dan 2014 kontribusi sub sektor tanaman bahan

makanan sebesar 48.17 persen, 47.45 persen dan 46.20 persen terhadap sektor

(18)

5

Penyumbang kontribusi terbesar kedua terhadap sektor pertanian PDB

Indonesia atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha periode 2010-2014

adalah sub sektor perikanan, kontribusi sub sektor perikanan setiap tahunnya

relatif mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2010 kontribusi sub sektor

perikanan sebesar 20.23 persen, meningkat pada tahun 2011 sebesar 20.77 persen,

sedangkan pada tahun 2012 meningkat sebesar 21.40 persen, selanjutnya pada

tahun 2013 dan 2014 meningkat sebesar 22.27 persen dan 23.53 persen terhadap

sektor pertanian PDB Indonesia atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha.

Sektor pertanian paling sedikit mendapatkan kontribusi dari sub sektor

kehutanan, dimana pada tahun 2010 kontribusi sub sektor kehutanan sebesar 4.90

persen, mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 4.74 persen, sedangkan

pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 4.60 persen, selanjutnya pada

tahun 2013 dan 2014 kontribusi sub sektor kehutanan mengalami penurunan

sebesar 4.35 persen dan 4.21 persen terhadap sektor pertanian PDB Indonesia

atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha.

Sub sektor tanaman perkebunan memiliki peranan cukup penting terhadap

sektor pertanian dimana sub sektor tanaman perkebunan merupakan sub sektor

penyumbang terbesar ketiga terhadap sektor pertanian, pada tahun 2010 kontribusi

sub sektor tanaman perkebunan sebesar 13.81 persen, sedangkan pada tahun 2011

sebesar 14.08 persen, selanjutnya pada tahun 2012, 2013 dan 2014 kontribusi sub

sektor tanaman perkebunan sebesar 13.62 persen, 13.33 persen dan 13.34 persen

terhadap sektor pertanian PDB Indonesia atas dasar harga berlaku menurut

(19)

6

Salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup

penting dalam perekonomian Indonesia yakni sebagai penghasil devisa negara,

penyedia lapangan kerja, mendorong pengembangan agribisnis dan agroindustri

adalah tanaman perkebunan kakao. Tanaman perkebunan kakao merupakan salah

satu komoditas unggulan subsektor perkebunan dari 15 komoditas unggulan

nasional yang dicanangkan untuk dikembangkan secara besar-besaran di

Indonesia karena ekspor kakao Indonesia mampu membantu untuk meningkatkan

devisa Indonesia, hal ini dibuktikan dengan mampunya kakao sebagai

penyumbang devisa Indonesia peringkat keempat setelah kelapa sawit, karet, dan

kelapa. Indonesia yang juga dikenal sebagai negara penghasil kakao terbesar

ketiga di dunia turut berperan aktif dalam ekspor komoditas kakao dunia karena

Indonesia menyumbang sebesar 15 persen kakao untuk dunia (Direktorat Jendral

Perkebunan, 2016).

Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana

bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan

kakao yang berasal dari Ghana. Kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu

tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan

keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor

maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan

industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi

pendapatan cukup terbuka.

Tabel 1.3 merupakan hasil ekspor biji kakao dan ekspor olahan kakao periode

(20)

7

dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2014 jumlah ekspor biji kakao sebesar

152,532,157 Kg dari 83,040,928 Kg pada tahun 2010. Sedangkan ekspor olahan

kakao mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dimana pada tahun 2014

jumlah ekspor olahan kakao sebesar 14,079,955 Kg dari 16,159,060 Kg pada

tahun 2010.

Tabel 1.3

Ekspor Biji Kakao dan Ekspor Olahan Kakao Dalam Jumlah Berat Bersih Kg

Periode 2010-2014

Tahun Biji Kakao Pertumbuhan (%) Olahan Kakao Pertumbuhan (%)

2010 83,040,928 - 16,159,060 -

2011 124,028,998 49.56 16,073,910 -0.53

2012 138,094,207 11.34 19,310,987 20.14

2013 128,616,098 -6.86 15,593,192 -19.25

2014 152,532,157 18.59 14,079,955 -9.70

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2016

Pertumbuhan ekspor biji kakao tahun 2011 sebesar 49.56 persen, sedangkan

pada tahun 2012 dan 2013 pertumbuhan ekspor biji kakao mengalami penurunan

sebesar 11.34 persen dan -6.86 persen, selanjutnya pada tahun 2014 ekspor biji

kakao mengalami peningkatan sebesar 18.59 persen. Peningkatan ekspor biji

kakao tidak diiringin dengan pertumbuhan pada ekspor olahan kakao, dimana

pertumbuhan ekspor olahan kakao pada tahun 2011 sebesar -0.53 persen, pada

tahun 2012 pertumbuhan ekspor olahan kakao meningkat sebesar 20.14 persen,

sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 pertumbuhan ekspor olahan kakao

mengalami penurunan sebesar -19.25 persen dan -9.70 persen.

Hasil ekspor olahan kakao periode 2010-2014 relatif mengalami penurunan,

(21)

8

Indonesia periode 2010-2014, dimana jumlah perusahaan dan tenaga kerja industri

kakao relatif mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Tabel 1.4

Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Industri Kakao Periode 2010–2013

Tahun Jumlah Perusahaan (Unit) Pertumbuhan (%) Tenaga Kerja (Orang) Pertumbuhan (%) 2010 7 - 1,693 - 2011 8 14.29 1,335 -21.15 2012 12 50 3,475 160.30 2013 13 8.33 6,424 84.86 2014 16 23.08 7,540 17.37

Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2016

Tabel 1.4 menunjukkan bahwa jumlah perusahaan industri kakao periode

2010-2013 mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 jumlah perusahaan kakao

sebanyak 7 unit, meningkat menjadi 8 unit pada tahun 2011 atau memiliki

pertumbuhan sebesar 14.29 persen, pertumbuhan jumlah perusahaan pada tahun

2012 sebesar 50 persen, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 8.33 persen dan

meningkat menjadi 23.08 persen pada tahun 2014.

Peningkatan jumlah perusahaan industri kakao ini menunjukkan bahwa para

produsen tertarik untuk mendirikan perusahaan industri kakao, dengan

pertimbangan bahwa industri ini akan memberikan keuntungan bagi para

produsen. Peningkatan jumlah perusahaan industri kakao juga diikuti dengan

meningkatnya jumlah tenaga kerja industri kakao, penyerapan tenaga kerja

(22)

9

dengan pertumbuhan sebesar 17.37 persen, sedangkan pada tahun 2010 jumlah

tenaga kerja industri kakao sebanyak 1,693 orang, mengalami pertumbuhan yang

negatif pada tahun 2011 sebesar -21.15 persen dan jumlah tenaga kerja industri

kakao meningkat pada tahun 2012-2013 sebanyak 3,475 orang dan 6,424 orang

atau dengan pertumbuhan sebesar 160.30 persen dan 84.86 persen.

Bertambahnya jumlah perusahaan kakao pada tahun 2014 akan memunculkan

bertambahnya persaingan di dalam pasar antar perusahaan. Hal ini mengharuskan

setiap perusahaan untuk selalu melakukan pembenahan dalam proses bisnisnya.

Salah satu yang menjadi kata kunci dari semua ini adalah efisiensi. Pengukuran

efisiensi penting dilakukan untuk mengetahui pada tingkat mana efisiensi dari

proses bisnis yang telah dijalankan oleh perusahaan, apakah terjadi peningkatan

ataukah penurunan.

Tenaga kerja mengkombinasikan faktor-faktor produksi lain dalam

menghasilkan sejumlah output. Untuk melihat kemajuan kualitas tenaga kerja

dapat dilihat dari besar kecilnya nilai produktivitas tenaga kerja. Penggunaan

produktivitas tenaga kerja diperlukan untuk melihat sejauh mana kondisi tenaga

kerja dalam melakukan proses produksi dan efisiensi penggunaan tenaga kerja

dalam proses produksi.

Efisiensi merupakan rasio output dan input, atau perbandingan antara

masukan dan keluaran. Dengan kata lain, efisiensi adalah perbandingan nilai

tambah yang dihasilkan suatu industri dengan biaya madya.

Kinerja industri merupakan hasil tujuan yang dicapai oleh semua perusahaan

(23)

10

industri adalah nilai tambah dan efisiensi industri. Nilai tambah adalah perbedaan

nilai output suatu industri, yaitu total pendapatan yang diterima dari penjualan

output tersebut dan biaya masukan dari bahan-bahan mentah.

Komponen-komponen atau jasa-jasa yang dibeli untuk memproduksi output tersebut. Nilai

tambah industri kakao dapat menentukan baik-buruknya kinerja industri kakao

dalam memproduksi. Kenaikan nilai tambah industri kakao mengidentifikasikan

kinerja industri kakao tersebut kearah yang lebih baik.

Apabila nilai efisiensi > 1 dan produktivitas tenaga kerja industri kakao

mengalami peningkatan setiap tahunnya atau tingkat produktivitas tenaga kerja

industri kakao dilihat secara relatif selama tahun pengamatan mengalami

peningkatan, hal ini mengindikasikan kinerja industri kakao adalah baik. Begitu

juga sebaliknya jika nilai efisiensi < 1 dan produktivitas tenaga kerja industri

kakao mengalami penurunan setiap tahunnya atau tingkat produktivitas tenaga

kerja industri kakao dilihat secara relatif selama tahun pengamatan mengalami

penurunan maka kinerja industri kakao adalah tidak baik.

Kinerja industri kakao dikatakan cukup baik apabila nilai efisiensi > 1

sedangkan produktivitas tenaga kerja industri kakao mengalami penurunan setiap

tahunnya atau tingkat produktivitas tenaga kerja industri kakao dilihat secara

relatif selama tahun pengamatan mengalami penurunan dan apabila nilai efisiensi

< 1 sedangkan produktivitas tenaga kerja industri kakao mengalami peningkatan

setiap tahunnya atau tingkat produktivitas tenaga kerja industri kakao dilihat

(24)

11

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Analisis Kinerja Industri Kakao Di Indonesia Tahun 2000-2014 (ISIC 10731)”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan, yaitu

bagaimana kinerja industri kakao di Indonesia yang dilihat dari efisiensi dan

produktivitas tenaga kerja?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kinerja industri kakao di Indonesia yang dilihat dari efisiensi dan

produktivitas tenaga kerja.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan

mengenai kinerja industri kakao di Indonesia yang dilihat dari efisiensi

dan produktivitas tenaga kerja.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi

peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan analisis kinerja industri kakao

(25)

12

1.4.2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

pemerintah dan swasta untuk mengambil kebijakan terutama mengenai industri

(26)

66

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin dan Kusuma, Stephanus. E. 2014. Ekonomika Industri Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja: Cetakan Pertama. UUP STIM YKPN: Yogyakarta.

ASKINDO (Asosiasi Kakao Indonesia)http//www.askindo-kakao.org.

Asngari, Imam. 2005. Pembagian Nilai Tambah Petani Plasma Pir-Sus Kelapa Sawit. Vol. 3 No. 2 Hal. 77-90.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Kinerja Industri Besar dan Sedang di Indonesia Periode 2000-2014. Badan Pusat Statistik: Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Statistik Ekspor Biji Kakao 2010-2014. Badan Pusat Statistik: Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Statistik Ekspor Olahan Kakao 2010-2014. Badan Pusat Statistik: Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2016. Statistik Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Tahun 2010-2014. Badan Pusat Statistik: Indonesia.

Departemen Perindustrian. 2016. Gambaran Sekilas Industri Kakao. http//www.deperin.go.id.

Direktorat Jendral Perkebunan. 2016. Statistik Ekspor Kakao 2010-2014. Direktorat Jendral Perkebunan: Indonesia.

Hasibuan, Nurimansyah. 1993. Ekonomi Industri, Persaingan Monopoli, Regulasi: Cetakan Pertama. Penerbit PT. Pustaka LP3ES: Jakarta.

ICCO (Internasional Cocoa Organization). http//www.icco.org.

Idris, Syaefi. 2016. Analisis Konsentrasi Dan Kinerja Industri Teh Di Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Sriwijaya. Tidak dipublikasikan.

Indra. 2011. Penentuan Skala Dan Analisis Efisiensi Ekonomi Usaha Tani Kopi Rakyat Di Kabupaten Aceh Tengah. Vol. 12 No. 1.

KADIN (Kamar Dagang dan Industri). http//www.kadin-indonesia.org.id.

Kementrian Perindustrian. 2016. Kinerja Industri menurut kode industri Tahun 2010-2013. Kementrian Perindustrian: Indonesia.

(27)

67

Kiranta, Febri dan Meydianawathi, Luh G. 2014. Analisis Tingkat Daya Saing Ekspor Biji Kakao Indonesia Tahun 2007-2012. Vol. 3 No. 11 Hal. 502-512.

Lipsey, Richard.G. et al. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi Jilid 1: Cetakan Pertama. Binarupa Aksara: Jakarta.

Murdani, Helbi. 2011. Analisis Kinerja Industri Alat Komunikasi Di Indonesia (ISIC 32200). Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universita Sriwijaya. Tidak dipublikasikan.

Nugroho, Budi A. 2015. Analisis Fungsi Produksi Dan Efisiensi Jagung Di Kecamatan Patean Kabupaten Kendal. Vol. 8 No. 2 Hal. 163-177.

Panjaitan, Friska. E. D,. Lubis, Satira. N. dan Hashim, Hasman. 2010. Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usaha Tani Jagung Analisis Data Envelopment Analysis (DEA).

Pass, Christopher dan Lowes, Bryan. 1994. Kamus Lengkap ekonomi: Edisi kedua. Penerbit Erlangga: Jakarta.

Pindyck, Robert S. dan Rubinfeld, Daniel L. 2009. Mikroekonomi: Edisi Keenam. PT. Indeks: Jakarta.

Pradnyani, Cok I. A. S. dan Indrajaya, I. G. B. 2014. Analisis Skala Ekonomi Dan Efisiensi Pada Usaha Perkebunan Kakao Di Kecamatan Abiansemal Kabupaten Bandung. Vol. 3 No. 9 Hal. 403-412.

Pratiwi, Ayu M,. I K G Bendesa,. dan N. Yuliarmi. 2014. Analisis Efisiensi Dan Produktivitas Industri Besar Dan Sedang Di Wilayah Provinsi Bali (Pendekatan Stochastic Frontier Analysis) Vol. 7 No. 1.

Putra, R. Nugraha. 2012. Analisis Kinerja Pada Industri Mie Basah Di Kota Palembang. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Sriwijaya. Tidak dipublikasikan.

Risandewi, Tri. 2013. Analisis Efisiensi Produksi Kopi Robusta Di Kabupaten Temanggung (Studi Kasus Di Kecamatan Candiroto). Vol. 11 No. 1.

Rizieq, Rahmatullah. 2008. Analisis Efisiensi Produksi Jagung Dikawasan Usaha Agribisnis Terpadu (Kuat) Rasau Jaya Kompleks. Jurnal Agrosains. Vol. 5 No. 2.

Sembiring, Friskaulin. 2012. Analisis Nilai Tambah, Efisiensi Dan Produktivitas Tenaga Kerja Industri Kecap Di Indonesia Tahun 1998-2008. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Sriwijaya. Tidak dipublikasikan.

(28)

68

Setiawan, Avi B. dan Pranjanti, Sucihatiningsih D. W. 2011. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Usaha Tani Jagung Di Kabupaten Grobogan Tahun 2008. Vol. 4 No. 1.

Sukirno, Sadono. 2013. Teori Pengantar Mikro Ekonomi: Edisi Ketiga. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Teguh, Muhammad. 2013. Ekonomi Industri: Edisi Pertama. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Tresliyana, Anggita,. Fariyanti, Anna dan Rifin, Amzul. 2015. Daya Saing Kakao Indonesia Di Pasar Internasional. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. Vol. 12 No. 2.

Witular, Tito. 2014. Analisis Kinerja Industri Pemotongan Hewan di Indonesia (ISIC 15111). Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Sriwijaya. Tidak dipublikasikan

Yulida, Roza dan Kusumawaty, Yeni. 2011. Analisis Efisiensi Agroindustri Kacang Kedelai Di Desa Dayun Kecamatan Dayun Kabupaten Siak. Vol. 3 No. 1 Hal. 438-446.

Referensi

Dokumen terkait

Dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank dapat berupa giro, tabungan dan deposito (Sulistya &amp; Wirakusuma, 2015, hal. 667) menyatakan bahwa setiap

Dalam kaitannya dengan Pendidikan karakter bangsa, pembelajaran karakter ini dapat dilakukan dengan pembiasaan nilai moral luhur kepada murid dan

Pendekatan yang lebih membantu adalah dengan mengasumsikan bahwa user akan membutuhkan bantuan pada suatu waktu dan merancang bantuan (help) ini ke dalam system. • Ada empat

Menyediakan informasi bagi masyarakat mengenai obyek pariwisata aplikasi sistem informasi geografis pariwisata berbasis Android untuk mengetahui obyek wisata,

Bagaimana hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah saat ini terkait dengan aliran data pertanian?. Bagaimana hubungan antara pemerintah

Negara Filipina atau Republik Filipina (Republika ng Pilipinas) adalah sebuah negara republik yang berada di belahan benua Asia Tenggara, berbatasan sebelah utara

menggunakan high technology maupun yang low technology menunjukkan hasil bahwa modal intelektual berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan (p=0,000) dan

Namun standar tersebut belum bisa dipenuhi oleh sekolah hal ini terlihat dari komitmen untuk menjalankan manajemen mutu sekolah dari setiap warga sekolah untuk dapat mencapai mutu