EDISI: 1/TAHUN I/2015, MARET 2015
Jl. Lembang No. 35, Menteng Jakarta Pusat – Indonesia 10310 Telepon: +6221-31935312 Email : seknas.akkopsi@gmail.com
@AKKOPPSINERGI
AKKOPPSINERGI
Belajar dari
Anggaran Jawa
Barat
Universal Access
Komitmen Indonesia
Untuk Menjadi
Negara Maju
Apa yang Beda
di CSS XIV
Bandung
3
100
100%
Inspirasi Kepemimpinan dan Keteladanan
AKK P
S
I
NERGI
TARGET
UNIVERSAL
ACCESS
100
MDGs
TARGET
GENDERANG
UNIVERSAL ACCESS
Ada yang berbeda dari penyelenggaraan
Kick Off Meeting kali ini, bertanda
dimulai-nya pelaksanaan kegiatan Percepatan
Pem-bangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2015.
19
DAFTAR
ISI
Salam Redaksi
AKKOPSINERGI
Inspirasi Kepemimpinan dan Keteladanan
Pertumbuhan keanggotaan Aliansi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI) yang begitu pesat, dimana saat ini dalam tempo yang relatif singkat sejak berdiri pada tahun 2009, lembaga yang lahir dari inisiatif dan kesukarelaan beberapa kepala daerah ini telah berjumlah 348 kabupaten/kota (memiliki nomor resmi keanggotaan). Jumlah ini akan terus bertambah. Dengan sebaran anggota yang sedemikian luas, ditambah kesibukan anggota yang tinggi, AKKOPSI memerlukan media komunikasi yang mampu menjembatani berbagai perkembangan organisasi dan perkembangan tiap anggotanya. Terbitnya AKKOPSINERGI juga sesuai dengan amanat Rakernas AKKOPSI di Bandung, 18 September 2014, agar sekretariat nasional AKKOPSI dapat turut mendorong peningkatan intensitas komunikasi, koordinasi, dan sinergi.
AKKOPSINERGI, sebagaimana semangat utama AKKOPSI, bertujuan untuk menggalang sinergi baik antar sesama kabupaten/kota anggota, maupun dengan pemerintah provinsi dan pusat, serta dengan organisasi/lembaga lain dalam rangka mendukung Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). AKKOPSINERGI dirancang untuk menjadi media bagi kepala daerah dan jajarannya untuk dapat saling memberikan “Inspirasi Kepemimpinan dan Keteladanan”, terutama dalam rangka menyukseskan tujuan pembangunan nasional, khususnya pembangunan sanitasi yang erat kaitannya dengan upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Pada edisi pertama ini mangetengahkan beberapa perkembangan pembangunan sanitasi terkini, di antaranya target Universall
Access Air Minum dan Sanitasi untuk Indonesia 2020. Kami laporkan acara Kick Off PPSP 2015 dalam rangka menyamakan langkah
pusat daerah mencapai target tersebut. Ulasan seputar payung hukum PPSP ke depan dangan lahirnya Perpres nomor 185 Tahun 2014 tentang Air Minum dan Sanitasi, sekaligus dilengkapi liputan perhelatan dan pertemuan puncak Bupati/Wali Kota anggota AKKOPSI dalam City Sanitation Summit (CSS) XIV di Bandung. Edisi perdana ini juga menyajikan ulasan ringkas untuk mememuhi kebutuhan kepala daerah dalam informasi terkini tentang upaya bersama pembangunan sanitasi ke depan.
Berbagai perbaikan dan dukungan dari berbagai pihak, merupakan kunci utama untuk keberhasilan AKKOPSINERGI dapat menjadi inspirasi bagi anggota. Semua ditujukan untuk terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik, demi Indonesia yang lebih baik. Salam AKKOPSINERGI, Redaksi
AKKOPS
I
NERGI
PENANGGUNG JAWAB HM. Rizal Effendi, SE Wali Kota BalikpapanDEWAN REDAKSI DAN PENGARAH
M. Ridwan Kamil, ST. MUD Wali Kota Bandung
H. Ahyar Abduh Wali Kota Mataram Ir. H. Adi Darma, M.Si
Wali Kota Bontang Ir. Indra Catri Bupati Agam Drs. H. Rendra Kresna
Bupati Malang Hj. Atty Suharti, SE
Wali Kota Cimahi Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal, SE
Wali Kota Banda Aceh Putu Agus Suradnyana, ST
Bupati Buleleng H. Syarif Fasha, ME
Wali Kota Jambi
PEMIMPIN REDAKSI
Capt. H. Josrizal Zain, SE, MM
KONSULTAN AHLI Syarif Puradimadja TIM REDAKSI/KONTRIBUTOR Liana Andriani Rozi Kurnia Khalid Arya H Irawan Sicillia Leiwakabessy AR Tuanku Sutan
DESAIN GRAFIS & CETAK
Magenta Jeeshace
KEUANGAN DAN SIRKULASI
Dian Mardiana Yuliana Halim
DITERBITKAN OLEH
Sekretariat Nasional Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI)
ALAMAT REDAKSI
Jl. Lembang No. 35, Menteng Jakarta Pusat – Indonesia 10310 Telepon: +6221-31935312 Email : seknas.akkopsi@gmail.com
SK Tim Khusus AKKKOPSINERGI NOMOR: 008/DIREK/AKKOPSI/2015 Redaksi menerima naskah atau tulisan yang relevan dengan misi Tabloid AKKOPSINERGI. Setiap naskah diketik rapi 1,5 spasi halaman kuarto, maksimal 1 halaman, Naskah yang dikirim ke alamat redaksi wajib menyertakan softcopy dan hardcopy. Naskah juga bisa dikirim
melalui email: seknas.akkopsi@gmail.com Redaksi berhak menyunting naskah tanpa
mengubah makna yang sebenarnya.
LAPORAN
UTAMA
GENDERANG
UNIVERSAL ACCESS
Ada yang berbeda dari penyelenggaraan Kick Off Meeting atau dimulainya pelaksa-naan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2015, Selasa
(10/3) kali ini.
DUKUNGAN
UNTUK PENINGKATAN
AKSES SANITASI
DI INDONESIA
32
3
PAYUNG
HUKUM
MENGAPA
PERLU PERPRES?
9
IMPLIKASI
PELAKSANAAN PERPRES
2/3 ANGGARAN
KESEHAT-AN UNTUK PREVENTIF
DAN PROMOTIF
11
13
CSS XIV
BANDUNG
CSS DARI MASA
KE MASSA
APA YANG BEDA
DI CSS XIV BANDUNG
15
16
20
‘SANIPURA’ BUKAN
SEKADAR AWARD
LADIES
PROGRAM
TAK HANYA
KULINER DAN
SHOPPING
Tim Edisi Khusus
119
AKSES SAN
DI INDONE
332
NG
P
TA
KU
KU
KU
KU
U
K
K
K
KU
K
K
K
K
K
KU
U
U
U
KU
KU
L
S
D
ibanding tahun-tahun sebelumnya acara ini seakan juga menjadi pencanangan perubahan target pencapaian akses air minum dan sanitasi yang semula berdasarkan MDGs yang berakhir pada tahun 2015, menjadi Universal Acces atau akses menyeluruh Air Minum dan Sanitasi 2020.Sejumlah perwakilan Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) atau Pokja Sanitasi provinsi yang hadir mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pembangunan air minum dan sanitasi untuk mencapai target yang diakui oleh beberapa pihak cukup ambisius. Namun dengan berbagai pencapaian dan modalitas yang telah dimiliki, optimisme keberhasilan pencapaian
target mewarnai jalannya acara.
Pada kesempatan itu Nugroho Tri Utomo, Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas, selaku ketua Pokja AMPL Nasional untuk kali pertama menampilkan hasil penghitungan pencapaian target di tiap provinsi yang merupakan turunan dari pencapaian target nasional 100 persen akses air minum dan sanitasi dengan 85% di antaranya memenuhi standar pelayanan minimum (SPM) dan 15% di antaranya memenuhi kebutuhan dasar.
Yudi Sumarsono selaku perwakilan pokja provinsi DKI Jakarta, yang merupakan satu-satunya provinsi
yang ditargetkan mampu mencapai 100 persen akses air minum dan sanitasi dengan memenuhi standar pelayanan minimum (SPM) mengaku pihaknya merasa perlu mendiskusikan lebih jauh dengan pokja provinsi. Lebih lanjut disebutkan untuk masalah fi skal, DKI Jakarta tidak ada masalah, yang perlu jadi perhatian pemerintah menurutnya adalah masalah lahan.
Pendapat lain disampaikan oleh perwakilan Sulawesi Utara yang mendapat target 95 persen akses air minum dan sanitasi yang memenuhi SPM “Selama ini kami telah mengadakan program monitoring ke Kabupaten/ Kota untuk mendorong agar program sanitasi yang telah direncanakan dapat diusulkan ke Musrenbang Kabupaten dan Provinsi”, ujar Jean Manengkey dari Biro Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara dengan nada optimis.
Dalam tanggapannya Nugroho Tri Utomo menyampaikan bahwa ada provinsi yang ditargetkan melampaui target nasional berdasarkan perhitungan persentase penduduk perkotaan, kapasitas fi skal provinsi, kondisi dan kinerja Pokja Provinsi serta indeks ketersediaan air baku. Dan capaian targetnya nanti akan memberi kontribusi kepada capaian nasional, karena beberapa provinsi berdasarkan perhitungan, hanya dapat ditargetkan di bawah target nasional. Lebih lanjut Nugroho Tri Utomo menyampaikan bahwa “Komposisi di masing-masing provinsi ini dapat kita diskusikan lagi. Baik itu yang dirasa targetnya terlalu tinggi maupun terlalu rendah,” ujarnya. (HI)
GENDERANG
UNIVERSAL ACCESS
Ada yang berbeda dari penyelenggaraan Kick Off Meeting kali ini, bertanda
dimulainya pelaksanaan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permu-kiman (PPSP) 2015.
iba ini pe air be tahun 2015, m menyeluruh Air Sejumlah pe Minum dan Pen Sanitasi provins tentang langka dan sanitasi u beberapa pi berbagai p dimiliki, target m Pada Direktu Bappen untuk penghitu yang meru nasional 100 dengan 85% di a minimum (SPM kebutuhan dasa Yudi Sumar DKI Jakarta, yAda yan
dimulainy
TARGET PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM (SPM) PER-PROVINSI
TARGET NASIONAL 85% AKSES AIR MINUM DAN SANITASI SESUAI SPM
100
DKI Jakarta100%
75
GORONTALO75%
95
95%
RIAU83
83%
ACEH95
95%
BALI57
SUMBAR57%
81
SUMSEL81%
95
KALIMANTAN87%
SELATAN81
KEPULAUAN81%
RIAU93
KALIMANTAN93%
TIMUR81
81%
SUMUT92
92%
DIY64
64%
SULBAR76
76%
KALBAR90
90%
JAWA BARAT55
55%
PAPUA BARAT91
91%
JAWA TENGAH43
43%
PAPUA77
SULTENG71%
91
91%
JAWA TIMUR56
LAMPUNG56%
91
MALUKU91%
76
KALTENG76%
40
40%
NTT40
BENGKULU39%
89
89%
BANTEN75
75%
NTB95
95%
BANGKA BELITUNG84
84%
JAMBI SUMBER : BAPPENASUNTUK mencapai target nasional universal access 2020 dimana secara
nasional 85% sanitasi layak sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan
15% memenuhi akses dasar, perhitungan Bappenas mengacu pada:
ACUAN PERHITUNGAN
UNTUK CAPAI TARGET
UNIVERSAL ACCESS 2020
PERHITUNGAN PERSENTASE
KAPASITAS FISKAL PROVINSI
PENDUDUK PERKOTAAN
KONDISI DAN KINERJA
POKJA PROVINSI
INDEKS KETERSEDIAAN
AIR BAKU
TARGET
PENCAPAIAN
SPM
95
95%
SULUT91
86%
SULTRA93
93%
SULSELSPM DAN KEBUTUHAN
DASAR AIR MINUM DAN
TARGET NASIONAL
SANITASI
AIR LIMBAH
PERSAMPAHAN
PERKOTAAN
SANITASI
MEMENUHI SPM
85 15
85%
85
85%
20
20%
80
80%
15
15%
15%
MEMENUHI KEBUTUHAN
DASAR
PERMEN PU NO.14/2010
PER-ORANG, PER-HARI
ON-SITE SYSTEM
FASILITAS REDUKSI SAMPAH
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN LAYANAN SANITASI DASAR
UNTUK KAWASAN DENGAN TINGKAT KERAWANAN SANITASI RENDAH DAN
KAWASAN BERKEPADATAN RENDAH
PENANGANAN SAMPAH
ON-SITE SYSTEM
PER-ORANG, PER-HARI
MEMENUHI SPM
MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR
MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR
MEMENUHI SPM APABILA
AIR MINUM
AIR MINUM
60 LITER
15 LITER
UNTUK dapat mencapai
target universal access
air minum telah disusun
kebijakan dan strategi yang
meliputi
TIDAK hanya pembangunan infrastruktur,
pemerintah melalui kelompok kerja Air Minum
dan Penyehatan Lingkungan atau Pokja AMPL
Nasional, melaksanakan berbagai upaya
strategis dalam rangka meningkatkan kesadaran
masyarakat baik di perkotaan maupun di
pedesaan.
BERBAGAI upaya pemerintah Indonesia melalui
kerja sama lintas sektor di pusat dan daerah, serta
dukungan swasta, masyarakat dan lembaga donor,
Indonesia optimis mencapai Universal Access Air
Minum dan Sanitasi di tahun 2019 seperti yang
diamanatkan RPJMN 2015-2019.
Menerapkan
rencana
pengamanan
air minum
Menjamin
ketahanan
sumber daya
air
Menyediakan
infrastruktur
air minum dan
sanitasi yang
produktif
Menyelenggarakan
sinergi dan
penguatan
perencanaan
Meningkatkan
efektivitas dan
efi siensi pendanaan
UNIVERSAL Access adalah komitmen
pemerintah untuk dapat memenuhi
kebutuhan dasar air minum dan sanitasi
masyarakat Indonesia dan lebih dari itu,
sebagian besar di antaranya memenuhi
standar pelayanan minimum.
UNIVERSAL ACCESS
KOMITMEN INDONESIA
UNTUK MENJADI
NEGARA MAJU
Target Menantang
Bagi Kepala Daerah
P
embelajaran selama proses perencanaan hingga setelah pembangunan menjadi modal Indonesia untuk pemenuhan akses air minum dan sanitasi bagi seluruh rakyat Indonesia di tahun 2020. Namun semua itu bukan tanpa tantangan, mengingat berbagai permasalahan yang masih perlu dibenahi di antaranya adalah persoalan anggaran.Berdasarkan hasil kalkulasi data berbasis internet Nawasis anggaran sanitasi masih perlu ditingkatkan, dari 71 kabupaten/kota peserta PPSP 2010-2013 yang telah mengunggah datanya, total investasi untuk sanitasi tercatat baru sebesar Rp. 1,55 Trilyun atau rata-rata Rp. 22 Miliar setiap kabupaten/kota selama kurun waktu tersebut atau sekitar Rp. 11 Trilyun. Padahal berdasarkan perhitungan Bappenas, kebutuhan lima tahun mendatang mencapai Rp. 273 Trilyun. Oleh sebab itu arah perencanaan dan penganggaran sanitasi ini diharapkan lebih agresif dengan lebih percaya diri dalam mengusulkan program-program besar di sektor sanitasi. Provinsi Jawa Barat telah mampu menunjukkan bahwa melalui advokasi dan pemasaran berbasis data
dokumen pemetaan dan perencanaan ternyata mampu meningkatkan anggaran pembangunan sanitasi hingga mencapai Rp. 611 Milyar pada tahun 2015 ini.
Selain itu untuk mencapai universall acces Air Minum, Bappenas memprediksikan perlu Rp. 275 Trilyun selama kurun waktu 2015 sampai 2019. Jumlah yang juga perlu di dorong melalui keterlibatan berbagai pihak.
Pencapaian Indonesia dalam pemenuhan akses air minum dan sanitasi
se-suai target MDGs 2015 merupakan tonggak penting bagi keberlanjutan bukan
hanya pembangunan air minum dan sanitasi, namun bagi seluruh tujuan
pembangun an nasional.
KOMPOSISI SUMBER INVESTASI HINGGA
TERPENUHI TARGET MDGS 2015 UNTUK
AKSES AIR MINUM DAN SANITASI
85
70%
20
20%
9
9,5%
1
0,5%
PEMERINTAH PUSAT
DAN DAERAH
MASYARAKAT
MITRA PEMBANGUNAN
SWASTA
MODAL MENCAPAI
UNIVERSAL ACCESS AIR
MINUM DAN SANITASI
2020
PERATURAN PRESIDEN NO185/2014
TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI
DASAR
PENGANGGARAN
SUSTAINABILITAS
POKJA DI KAB/KOTA
DIAKUINYA SSK, ROADMAP
NASIONAL/PROVINSI
PENINGKATAN DAN PEMANTAPAN
KUALITAS DOKUMEN PERENCANAAN
KONSOLIDASI PENDANAAN DAN
PENINGKATAN INVESTASI
KEBERLANNJUTAN DAN
PENGEM-BANGAN KELEMBAGAAN DAN
PER-ATURAN
DOKUMEN PERENCANAAN
SANITASI (444SSK;
346-MPS/RENCANA INVESTASI)
ALOKASI 1,2% APBD UNTUK
PEMBANGUNAN SANITASI
PENINGKATAN KOORDINASI
MELALUI POKJA KAB/KOTA,
PROVINSI
AKKOPSI - ADVOKASI
KEBJAKAN
SELAIN itu potensi lain sebagai modal advokasi kabupaten/
kota dan dan provinsi untuk meningkatkan anggaran air minum dan sanitasi, terkait aspek regulasi adalah dengan telah diterbitkannya UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti UU No. 32/2004. Dalam Undang-undang tersebut, sanitasi ditambahkan sebagai salah satu urusan wajib pemerintah daerah.
Potensi lain untuk meningkatkan anggaran dari sektor kesehatan telah termaktub dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan khususnya pada Pasal 171 menyebutkan bahwa :
Ayat 1 : Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% dari APBN di luar gaji, kemudian pasal berikutnya menyebutkan
Ayat 2 : Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% dari APBD di luar gaji. Dan yang perlu ditegaskan adalah pada
Ayat 3 : Besaran anggaran kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik yang besarannya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari anggaran kesehatan dalam APBN dan APBD.
Setelah ditelusuri pada bagian penjelasan, yang dimaksud dengan “kepentingan pelayanan publik” adalah pelayanan kesehatan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif yang dibutuhkan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Biaya tersebut dilakukan secara efi sien dan efektif dengan mengutamakan pelayanan preventif dan promotif dan besarnya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari APBN dan APBD.
Mengembangkan kapasitas Unit Manajemen Program atau Pro-gram Management Unit (PMU) dan tiga Unit Pelaksana Program atau Program Implementation Unit (PIU) Teknik (kementerian PU), Kelem-bagaan dan keuangan (Kementeri-an Dalam Negeri) serta advokasi dan pemberdayaan (Kementerian Ke sehatan). Dengan demikian PMU dan PIU diharapkan dapat melaksa-nakan PPSP secara efektif, terpadu dan berkelanjutan.
B
icara tentang Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), tak dapat dilepaskan dari peran Urban Sanitasi DevelopmentProgram (USDP) yang mendukung
Pokja AMPL Nasional sebagai pelaksana PPSP. Meski tak banyak publikasi, USDP berperan dalam memfasilitasi dan memperkuat lembaga-lembaga pemerintah di tingkat nasional, provinsi dan secara tidak langsung, juga di tingkat kabupaten/kota yang terlibat dalam pelaksanaan program PPSP.
Dengan pendanaan dari Kedutaan Besar Kerajaan Belanda dan dikelola oleh PT Royal HaskoningDHV, USDP mendukung lebih dari 400 kabupaten/kota di seluruh Indonesia terkait dengan layanan teknis, kelembagaan, dan kesehatan serta dukungan non teknis lain termasuk pengembangan kajian-kajian untuk pemetaan kondisi sanitasi dan komunikasi.
A
Di City Sanitation Summit XIV
yang diselenggarakan di Bandung
(2014), AKKOPSI atau Aliansi
Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi
memberikan penghargaan khusus
kepada USDP sebagai ‘Best Partner’
untuk mendamping AKKOPSI
untuk meningkatkan keberhasilan
Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Pemukiman (PPSP ).
AKKOPSI diprakarsai oleh 12 Wali
Kota, tapi sekarang anggotanya
lebih dari 348 Bupati dan Wali Kota
di seluruh Indonesia. Pencapaian
ini tidak lepas dari dukungan para
ahli USDP “
Dukungan dari USDP sangat terasa
dalam beberapa kegiatan kepala
daerah yang berpartisipasi dalam
PPSP. Mereka juga mendapat banyak
bantuan, khususnya untuk memahami
isu-isu strategis dalam penyediaan
pelayanan dasar masyarakat. USDP
telah mampu membangun dan
memfasilitasi forum informal antara
kepala daerah dengan suasana
kekeluargaan tanpa mengurangi
kebijakan substansi kebijakan yang
diadvokasikan. “
Illiza Sa’aduddin Jamal, SE, Wali Kota Banda Aceh /AKKOPSI Direktur 2013-2017 - Kepala Advokasi
Josrizal Zain, Direktur Eksekutif AKKOPSI/Wali Kota Payakumbuh 2002 – 2012
Secara umum USDP bertujuan
un-tuk memfasilitasi dan mendukung
pelaksanaan PPSP. Dengan tujuan
khusus:
Mengkonsolidasikan pendekat-an Strategi Spendekat-anitasi Kota (SSK) untuk digunakan oleh fasilitator pemerintah dan kota-kota di seluruh Indonesia sambil me-mastikan bahwa SSK tersebut memenuhi kebutuhan warga miskin dan kurang terlayani.
Konsultan USDP memberikan bantuan teknis kepada PMU dan PIU untuk memperkuat kapasitas mereka dalam mendukung Provinsi dan kota-kota dengan peren-canaan dan pelaksanaan perbaikan sanitasi.
Dukungan
untuk Peningkatan Akses
Sanitasi di Indonesia
MEMBANGUN KAPASITAS KONSOLIDASI PERENCANAAN
DAN DUKUNGAN PELAKSANAAN BANTUAN TEKNIS
MENGAPA PERLU PERPRES?
DALAM hal pencapaian universal access sanitasi pada tahun 2020
diperkirakan penambahan akses tambahan untuk 120 juta jiwa di
selu-ruh Indonesia. Sesuai dengan karakteristik sanitasi, maka kebutuhan
penambahan akses sanitasi di atas memerlukan sinergitas dari seluruh
sektor terkait, baik di pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota. Secara
kuantitatif kebutuhan di atas untuk komponen air limbah saja
dibutuh-kan peningkatan lebih dari 4 kali lipat jika dibandingdibutuh-kan dengan tren
peningkatan di periode sebelumnya, sebagaimana ilustrasi berikut ini.
Secara pragmatis, kebutuhan di atas hanya dapat dipenuhi dengan mengoptimalkan seluruh modalitas pembangunan sanitasi mulai dari identifi kasi kebutuhan dan perencanaan sanitasi (SSK), penganggaran (MPS), implementasi hingga monitoring dan evaluasi. Seluruh modalitas tadi harus mampu diinternalisasikan ke dalam modalitas formal pembangunan seperti perencanaan dan
penganggaran pembangunan baik di kabupaten/kota, provinsi, dam pusat. Internalisasi di seluruh tingkatan pemerintahan diilustrasikan sebagaimana gambar berikut.
DALAM realitanya, proses di atas seringkali terkendala dengan mi-nimnya penganggaran dan imple-mentasi karena kurang penekanan regulasi yang mengaturnya. Perencanaan sanitasi yang ditolak penganggarannya menjadi hal yang biasa terjadi di kabupaten/ kota maupun provinsi karena dianggap tidak ada dasar hukum yang melandasinya. Kembali ke target universal access di atas, maka realita ini sudah pasti akan sangat menghambat. Menyadari akan hal ini, maka kementerian-kementerian terkait saling ber-sinergi untuk mengupayakan lahirnya regulasi sebagai payung hukum pembangunan sanitasi. Upaya ini diinisiasikan pada akhir tahun (Oktober) 2013 dan pada akhir Desember 2014 berhasil membuahkan Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi sebagai payung hukum pemba ngunan sanitasi yang meneguhkan seluruh modalitas pembangunan sanitasi yang telah diterapkan sejak 5 (lima) tahun terakhir di hampir se-luruh kabupaten/kota di Indonesia.
Perencanaan dan penganggaran pembangunan (RKP & APBN) Koordinasi Kebutuhan Pemba-ngunan Sanitasi Pembangunan sabitasi melalui
APBN (anggaran Kementerian atau transfer ke APBD)
Pembangunan sanitasi dengan APBD Koordinasi MPS di-wilayah Provinsi K OORDINASI K OORDINASI INTERNALISASI INTERNALISASI INTERNALISASI
SSK
Perencanaan dan penganggaran pembangunan (RKPD & APBDPro-vinsi) Perencanaan dan
penganggaran pembangunan (RKPD & APBD Kab/
Kota)
KEMENTERIAN
PROVINSI
KAB/KOTA
PERPRES di harapkan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam pendanaan percepatan pembangunan sanitasi, penegasan penganggaran termasuk mekanisme pendanaan sanitasi oleh kabupaten/kota dan provinsi. Perpres juga diharapkan dapat menjadi salah satu
PROSES LAHIRNYA PEPRES
TENTANG PERCEPATAN
PENYEDIAAN
AIR MINUM
DAN SANITASI
PPSP mulai dijalankan pada tahun 2010 di lebih 50 kabupaten/kota,
dan semakin meningkat setiap tahunnya. Progres pembangunan sanitasi
yang dirancang dalam PPSP dimonitor oleh seluruh kementerian terkait di
tingkat pusat. Hingga tahun 2013, salah satu permasalahan yang
menon-jol dalam implementasi PPSP adalah masih minimnya alokasi pendanaan
sanitasi oleh kabupaten/kota dan provinsi. Alasan utama kabupaten/kota
dan provinsi dengan minimnya alokasi ini adalah ketiadaan payung hukum
untuk pembangunan sanitasi.
PERPRES diharapkan berperan untuk penegasan peran penting perencanaan percepatan pembangunan sanitasi (SSK), acuan bagi pendanaan
percepatan pembangunan sanitasi, penegasan sistem penganggaran formal yang dapat digunakan untuk pembangunan sanitasi, serta sebagai
salah satu modalitas menuju universal access sanitasi. dengan demikian, maka Perpres diharapkan dapat membantu pemerintah untuk lebih
meningkatkan pencapaian pemerintah dalam meningkatkan akses sanitasi untuk 5 tahun ke depan.
Pembahasan tentang substansi PERMEN Bersama
secara rutin dilaksanakan hingga bulan Aprl 2014.
Dalam pembahasan-pembahasan terungkap bahwa
kementerian yang terlibat semakin banyak sehingga
menteri yang akan menandatangani regulasi ini akan
semakin banyak pula. Hal ini mendorong inisiasi
pem-bentukan Peraturan Presiden karena dianggap lebih
efektif dan lebih memiliki strata pengaturan yang lebih
tinggi.
Untuk dapat meningkatkan upaya penetapan
Peratur-an Presiden (PERPRES) secara cepat, maka Menko
Kesra ketika itu dilibatkan. Menko Kesra mengawal
pembentukan PERPRES dengan berkoordinasi dengan
Sekretaris Kabinet guna mengefektifkan penyesuaian
substansi pengaturan maupun mekanisme
penetap-annya. Direncanakan kala itu PERPRES untuk dapat
diselesaikan dengan cepat. Tim Kecil yang terdiri dari
perwakilan kementerian dibentuk dan berkoordinasi
dengan intensif untuk menyesuaikan substansi
peng-aturan PERMEN Bersama untuk disesuaikan dengan
bentuk PERPRES. Konsekuensinya, substansi
peng-aturan dalam PERPRES dikembangkan lebih luas dari
aspek pendanaan hingga pengaturan dalam aspek
pembinaan, kelembagaan, perencanaan, implementasi,
monitoring dan evaluasi, hingga aspek operasional dan
pemeliharaan. Dalam pembahasannya disepakati
regu-lasi yang akan dikawal adalah Peraturan Presiden
ten-tang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi.
PPSP mulai dijalankan pada tahun 2010 di lebih 50 kabupaten/kota,
dan semakin meningkat setiap tahunnya. Progres pembangunan sanitasi
yang dirancang dalam PPSP dimonitor oleh seluruh kementerian terkait di
tingkat pusat. Hingga tahun 2013, salah satu permasalahan yang
menon-jol dalam implementasi PPSP adalah masih minimnya alokasi pendanaan
sanitasi oleh kabupaten/kota dan provinsi. Alasan utama kabupaten/kota
dan provinsi dengan minimnya alokasi ini adalah ketiadaan payung hukum
untuk pembangunan sanitasi.
SURAT KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI
PERATURAN PRESIDEN
ILUSTRASI PROGRES MENUJU PERPRES
2013
2014
Oktober-November
November 2013-April 2014
Juli-Oktober 2014
22 DESEMBER 2014
MEI-JUNI 2014
NOVEMBER-DESEMBER 2014
BIlateral Meeting • Kementerian Keuangan • Kementerian Dalam Negeri • Kementerian Kesehatan • Kementerian PU • Layout Pendanaan • Bentuk regulasi: Permen bersama atau Perpres • Inisiasi ke-butuhan sinergitas pen-danaan • Kesepakatan Pembentukan Peraturan• Penyusunan substansi pengukuran • Pembentukan kesepakatan antar
kemen-terian
• Kesepakatan pembentukan dan pengawal-an PERPRES
• Konsolidasi KemenkoKesra & Sekab • Inisiasi penyempurnaan substansi
peng-aturan PEPRES • ESELON 2 MEETING
• KESEMPATAN PEMBENTUKAN PERPRES
• Pendetailan dan penguatan substansi peng-aturan PERSPRES
• Kesepakatan mekanisme pengawalan pe-nandatanganan PERPRES
• Konsolidasi KemenkoKesra dan Sekab • Kesepakatan substansi pengaturan PERPRES • Pengawalan penandatangan PERPRES • Rapat Koordinasi Tingkat
Menteri
• Pengumuman tentang PER-PRES dalam City Summit • Konsinyasi Tim Kecil
PENANDATANGANAN PERPRESS
• ESELON 1 MEETING (14 Mei & 23 Juni) • Pembentukan Tim Kecil
• Rapat konsolidasi de-ngan Sekab • Pengawalan Sekab untuk penandatangan Presiden KICK-OFF
Oktober
SESUAI dengan koridor otonomi daerah, maka ujung tombak pelaksanaan pembangunan sanitasi adalah kabupaten/kota. Sesuai dengan arahan PERPRES, maka Kabupaten/ Kota secara terstruktur akan menjadi stakeholder pertama yang akan menjalankan pembangunan sanitasi. Dari kebutuhan pembangunan sanitasi yang ditetapkan dalam SSK,
maka APBD Kabupaten/Kota harus mendanai “bagiannya”, yaitu pembangunan sanitasi yang menjadi urusan kabupaten/kota selain urusan yang telah didanai oleh masyara-kat. Untuk itu internalisasi urusan ke dalam perencanaan dan penganggaran tahunan kabupaten/kota menjadi kata kuncinya. Selain itu CSR di tingkat kabupaten/kota akan menjadi potensi yang dapat digali oleh kabupaten/kota itu sendiri. Pemilahan kebutuhan yang akan diajukan kepada pihak swasta (CSR) harus dilakukan secara cermat untuk memastikan tidak terjadinya duplikasi urusan yang didanai, maupun untuk menghindari substitusi pendanaan urusan yang seharusnya didanai oleh kabupaten/kota kepada swasta. Selanjutnya “sisa” kebutuhan belum terdanai harus diidentifi kasikan dan ditunangkan ke dalam memorandum program sanitasi yang akan diajukan kepada provinsi
untuk penggalian potensi pendanaan lainnya. Secara gamblang ilustrasi di atas menjelaskan proses ini.
LAHIRNYA PERPRES semakin memperjelas pola pembangunan
sanitasi di seluruh tingkatan pemerintahan. Acuan universal access
yang dituju pada tahun 2019 menjadi benchmark yang kuat bagi
penetapan kebutuhan pembangunan sanitasi dalam perencanaan di
masing-masing kabupaten/kota, provinsi, dan pusat. Berangkat dari
penetapan kebutuhan ini akan berimplikasi dengan pendanaan
pem-bangunan sanitasi di provinsi dan pusat. Dengan demikian seluruh
upaya pembangunan sanitasi akan dikerucutkan guna mencapai
uni-versal access sanitasi yang dicita-citakan.
IMPLIKASI TINGKAT KABUPATEN/KOTA
IMPLIKASI PELAKSANAAN PERPRES
Kebutuhan pem-bangunan sanitasi jangka menengah di kab/kota Program/kegitan kebutuhan pem-bangunan sanitasi jangka menengah Apakah terdapat program/kegiatan sanitasi urusan kab/kota Apakah terdapat program/kegiatan sanitasi yang dida-nai masyarakat Apakah masyarakat mau menjalankan program/kegiatan yang dimaksud? Implementasi program kegiatan yang didanai
ma-syarakat Program/kegiatan
indikatif urusan provinsi dan pusat
Program/kegiatan indikatif urusan provinsi dan pusat
Program kegiatan indikatif yang akan didanai
me-lalui APBD kab/ kota Program kegiatan
indikatif urusan kab/kota yang tidak
didanai melalui APBD kab/kota
Program ke-giatan indikatif
yang akan di-danai melalui CSR Apakah ada CSR yang men-danai program/ kegiatan yang ditawarkan? Internalisasi pro-gram/kegiatan indikatif ke dalam perencanaan pembangunan kab/kota tahunan tahun berikutnya Internalisasi pro-gram/kegiatan indikatif ke dalam Penganggaran kab/kota tahun berikutnya Apakah bisa masuk dalam rencana pembanguan kab/kota tahunan? Implementasi program kegiat-an ykegiat-ang didkegiat-anai APBD kab/kota MoU dan
per-siapan pelaksa-naan kegiatan Implemen-tasi program/ kegiatan yang didanai CSR
Memasukan program/kegiatan urusan kab/kota yang tidak didanai APBD kab/kota dan masyarakat ke dalam MPS
Program/kegiatan indikatif urus-an provinsi yurus-ang didanai oleh
ma-syarakat
Advokasi dan so-sialisasi pelaksa-naan program/ke-giatan masyarakat
Provinsi
SSK
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak ya Tidak Dicatatkan ya ya ya ya yaMemasukan program kegiatan ke dalam waiting list untuk tahun berikutnya
Apakah ada program/ kegitan yang akan ditawarkan untuk CSR tingkat kab/ kota ya Apakah ada indikasi didanai APBD kab/kota Apakah bisa masuk dalam rencana pembanguan kab/kota tahunan?
IMPLIKASI TINGKAT KABUPATEN/KOTA
IMPLIKASI TINGKAT PROVINSI
Pusat
MEMO-RANDUM PROGRAM SANITASI KAB/KOTA Konsolidasi dengan kab/kota Program kegiatan indikatif sanitasi urusan pusat Program/kegiatan indikatif yang akan didanai melaluiCSR
Program/kegiat-an indikatif yProgram/kegiat-ang akan didanai APBD
Provinsi
Program/kegiatan urusan provinsi yang belum terda-nai APBD Provinsi
Program/kegiatan urusan kab/kota yang belum terdanai APBD Prov&CSR Provinsi Program/kegiatan
yang tidak didanai APBD Provinsi
Program/kegitan sanitasi yang menjadi: • Urusan provinsi • Urusan kab/kota
yang belum terdanai Program/kegiatan sanitasi
urusan provinsi dan kab. kota yang belum terdanai
APBD Provinsi dan CSR skala provinsi MPS Konsolidasi provinsi Apakah terdapat program/ kegiatan sani-tasi yang menjadi
urusan provinsi dan kab/kota
Apakah ada pro-gram/kegiatan yang diindikasi-kan didanai APBD
Provinsi Apakah bisa ma-suk dalam rencana
provinsi tahunan? Apakah ada program/kegiat-an yprogram/kegiat-ang menjadi urusan kab/kota? Apakah bisa masuk dalam penganggaran provinsi tahunan Apakah ada program/ kegitan yang akan ditawarkan untuk CSR skala provinsi Apakah ada CSR yang mendanai pro-gram/kegiatan yang ditawarkan?
PENDANAAN sanitasi oleh provinsi masih belum menjadi hal yang biasa dilakukan di kebanyakan provinsi. Pendanaan sanitasi yang umumnya menjadi urusan kabupaten/kota sehingga APBD Provinsi tidak mengalokasikannya menjadi alasan umum. Sebenarnya dalam konteks pembinaan, pendanaan sanitasi melalui APBD Provinsi yang menjadi urusan kabupaten/kota adalah wajar, hanya saja mekanisme pendanaannya yang harus disesuaikan. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat PPSP mendorong terbentuknya pengelolaan urusan sanitasi ke dalam bentuk yang terstruk-tur dan ideal, dimana berbagai modalitas telah disiapkan dan telah pula direplikasi secara nasional dalam kurun 2010-2014. Ketika kabupaten/kota sudah mengalokasikan pendanaannya tetapi karena limitasi APBD-nya masih menyisakan kegiatan yang dibutuhkan, maka kabupaten menyusun permohonan pendanaan melalui memorandum program kepada provinsi.
MENYIKAPI memorandum program, pertama kali yang harus diacu oleh provinsi adalah roadmap provinsi yang menjabarkan kebijakan provinsi yang akan dikembangkan di wilayahnya. Berdasar-kan hal tersebut maka provinsi aBerdasar-kan “memilih” kegiatan yang aBerdasar-kan didanai APBD Provinsi maupun untuk ditawarBerdasar-kan kepada CSR tingkat provinsi. Kembali sebagaimana di kabupaten/kota, pro-vinsi harus cermat dalam memilih kegiatan yang didanai sehingga tidak ada overlapping atau malah substitusi pendanaan sanitasi oleh APBD dan CSR tingkat propro-vinsi.
JIKA mengacu pada koridor otonomi daerah, kegiatan yang memang menjadi urusan provinsi (skala) provinsi akan dapat disalurkan melalui anggaran SKPD terkait, sedangkan untuk urusan kabu-paten/kota yang belum terdanai dapat dilakukan melalui transfer ke kabupate/kota, baik melalui bantuan keuangan, hibah, ataupun pinjaman tergantung justifi kasi provinsi dalam mengalokasikan-nya. Melalui mekanisme transfer ini kinerja pendanaan provinsi akan dapat diukur melalui monitoring penggunaannya di kabupaten/kota, sedangkan kinerja implementasi transfer akan menjadi kinerja kabupaten/kota. Hal ini akan mendorong optimalisasi kinerja di provinsi maupun kabupaten/kota secara bersamaan. Terobosan pendanaan secara terstruktur dan masif telah diinisiasikan oleh Jawa Barat dan Jawa Timur dengan caranya masing-masing (lihat “Belajar dari Advokasi Anggaran Jawa Barat). Mekanisme transfer ini sebenarnya dapat menjadi pembelajaran, terutama un-tuk pengelolaan dan pendanaan urusan pemerintahan lainnya, sekaligus menjadi benchmark dalam menjalankan good governance dalam pelaksanaan pemerintahan. Harapan ke depan mekanis-me dapat direplikasikan ke seluruh Indonesia. “Sisa” kebutuhan yang tetap belum terdanai di tingkat provinsi selanjutnya dikonsolidasikan oleh provinsi untuk diajukan permohonan pendanaan-nya kepada pemerintah pusat.
MoU dan persiap-an pelakspersiap-anapersiap-an kegiatan internalisasi program/ kegiatan indikatif ke dalam perencanaan pembangunan provinsi tahunan tahun
berikut-nya
Internalisasi program/ kegiatan indikatif ke dalam pengang-garan provinsi tahun
berikutnya
Implementasi program/kegiatan yang didanai APBD
Provinsi Implementasi program/kegiatan yang didanai CSR Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Program/kegitan indikatif: 1. urusan kab/kota yang
belum terdanai 2. urusan kab/kota yang
terindikasi didanai APBD kota 3. Urusan provinsi 4. Urusan pusat ROAD MAP SANITASI PROVINSI
memasukan program/kegiatan urusan kab/kota yang didanai APBD Kab/Kota dan masyarakat kedalam waiting list MPS
Tidak
2/3 ANGGARAN
KESEHATAN UNTUK
PEMBIAYAAN KESEHATAN OLEH
PEMERINTAH PEMDA DAN KOTA
MINIMAL 5%
DARI APBN DI
LUAR GAJI
MINIMAL 10%
DARI APBD
PROVINSI
DI LUAR GAJI
MINIMAL 10%
DARI APBD
KAB/KOTA
DI LUAR GAJI
PREVENTIF
DAN PROMOTIF
UU 36/2009 secara tegas paradigma baru yang biasa dikenal dengan
paradigma sehat, yakni paradigma kesehatan yang mengutamakan upaya
promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
Para-digma baru dalam kesehatan ini menggantikan cara pandang bagaimana
cara mengobati bila terkena penyakit yang diusung dalam UU Kesehatan
sebelumnya (UU23/1992). Dengan pengutamaan upaya promotif dan
preventif maka pembangunan sanitasi sangat relevan menjadi bagian dari
upaya kesehatan di seluruh lapisan pemerintahan. Sebagaimana nature
sanitasi yang terkait dengan banyak sektor, maka kaitannya dengan sektor
kesehatan adalah dalam mendukung terwujudnya kesehatan lingkungan
guna menghindari penyakit akibat sanitasi lingkungan yang buruk.
Lebih jauh UU 36/2009 juga menjelaskan tentang alokasi pendanaan pemerintah dan pemerintah daerah untuk
sanitasi. Arahan dalam UU Kesehatan menyebutkan 5% APBN di luar gaji serta 10% APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten/Kota di luar gaji seyogyanya dialokasikan untuk anggaran kesehatan, dimana 2/3 dari anggaran
kesehat-an tersebut dialokasikkesehat-an untuk upaya preventif dkesehat-an kuratif (lihat ilustrasi di bawah).
5
5%
10
10%
10
10%
Untuk menjaga
“ke-amanan” sekaligus
justifi kasi
pengaloka-sian anggaran
ke-sehatan di provinsi,
sebaiknya provinsi
menyusun juklak dan
juknis serta MoU
pe-nyalurannya.
Khusus untuk provinsi
ke-tersediaan anggaran
kese-hatan akan memudahkan
pengalokasiannya,
khusus-nya untuk upaya preventif
di kabupaten kota dengan
pendanaan transfer
ber-dasarkan memorandum
pro-gram sanitasi yang
dikon-solidasikan dengan roadmap
sanitasi provinsi.
Besarnya anggaran
kesehatan di provinsi
dan kabupetan/kota
dapat menjadi
po-tensi yang dapat
di-gali lebih jauh guna
mendanai kebutuhan
pembangunan
sani-tasi di daerah (lihat
Implikasi
Perlaksa-naan PERPRES).
Deklarasi Bandung
Menuju Pencapaian 100% Akses Sanitasi Layak
Layanan sanitasi dan air minum mengalami peningkatan signifi kan pada perioda RPJMN 2009-2014 sekaligus menunjukkan tren progresif. Dengan mempertahankan tren peningkatan tersebut, sasaran poin 7c dalam Millenium Development Goals (MDG), yakni “mengurangi hingga separuh proporsi penduduk yang tidak mempunyai akses berkelanjutan untuk memperolah air minum dan sanitasi dasar hingga akhir 2015” diyakini akan dapat terlampaui.
Seiring dengan pelaksanaan RPJMN 2015-2019 dan terpilihnya pemerintahan baru, maka target penca-paian layanan sanitasi dan air minum tidak lagi berhenti pada MDG. Sesuai dengan amanat UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, maka pada tahun 2019 nanti Pemer-intah wajib menyediakan layanan dasar untuk air minum dan sanitasi bagi seluruh warga negara (Universal
Access), dimana pemantapan dan penyempurnaannya akan dilakukan hingga akhir RPJPN 2025.
Menyambut target yang demikian tinggi, kami para kepala daerah tertantang namun juga optimis, bahwa dengan kerja sama sunguh-sungguh antara pemerintah daerah, provinsi, pemerintah pusat, dan masyarakat, maka target Universal Access dapat dicapai pada akhir 2019. Kami menyadari bahwa air mi-num dan sanitasi adalah layanan dasar yang pemenuhannya bukan sekadar akan meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup, tetapi pada akhirnya juga meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Oleh karena itu, kami para Bupati dan Wali Kota yang tergabung dalam Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI) berkomitmen untuk:
Pertama, meningkatkan kapasitas pemerintahan dan sumberdaya manusia di daerah dan para
pemangku kepentingan dalam pemenuhan target universal access;
Kedua, menguatkan kembali dan meningkatkan serta mengongkritkan Deklarasi Banda Aceh
tentang alokasi pendanaan sanitasi di APBD minimum rata-rata 2%, untuk menjawab kebutuhan pemenuhan Universal Access sesuai kemampuan dan kewajiban pemerintah daerah;
Ketiga, meningkatkan kualitas dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten/Kotadan Memorandum
Pro-gram sejalan dengan tahapan pencapaian target Universal Access;
Keempat, mempercepat pemenuhan kriteria kesiapan (readiness criteria) yang ditetapkan
Peme-rintah berkaitan dengan pembangunan sarana/prasarana yang berskala rumah tangga, kawasan, kota atau regional;
Kelima, mengajak agar seluruh Bupati/Wali Kota untuk bergabung di dalam AKKOPSI; Keenam, mendorong kerjasama antara lembaga donor,lembaga swadaya masyarakat, dan dunia
usaha dengan anggota AKKOPSI dalam upaya pencapaian target Universal Access.
Terkait dengan komitmen Daerah tersebut serta mengingat terbatasnya sumberdaya di Daerah, kami para kepala daerah anggota AKKOPSI memohon pada Pemerintah untuk membantu Daerah dalam mewu-judkan tercapainya Universal Access pada 2020, melalui
1. Pertama, menyiapkan payung hukum bagi efektifi tas pengelolaan pelaksanaan
pemba-ngunan sanitasi dan air minum di daerah, khususnya dalam rangka pemenuhan Universal Access 2019;
2. Kedua, secara progresif meningkatkan alokasi transfer dana pemerintah ke daerah serta
kemudahan mekanismenya dalam rangka memenuhi kebutuhan pendanaan, sekaligus dalam rangka meningkatkan keseimbangan alokasi pendanaan antara pemerintah dan daerah dalam pembangunan sanitasi dan air minum di daerah;
3. Ketiga, memberikan bimbingan teknis yang komprehensif bagi pemerintah daerah,
berkaitan dengan pembangunan sarana/prasarana sanitasi yang berskala rumah tangga, skala kawasan, skala kota, maupun skala regional.
Kami yakin bahwa dengan komitmen pemerintah daerah yang sungguh-sungguh yang disertai dengan dukungan pemerintah yang kuat, target Universal Access pada akhir 2019 akan dapat tercapai.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa, memberikan jalan terbaik bagi Bangsa Indonesia dalam upayanya memperbaiki kondisi sanitasi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Bandung, 18 September 2014
Ketua Umum AKKOPSI
CSS , Kota BanjarMasin, 14-15 Desember 2006 CSS , Kota Denpasar, November 2007 CSS , Kota Blitar, 27-29 Maret 2007 TEMA MENCARI PELUANG PEMBIAYAAN SANITASI SANITASI UNTUK SEMUA:
MANTAPKAN STRATEGI SKALA KOTA, KERJAKAN SESUAI RENCANA TEMA STRATEGI SANITASI SKALA KOTA
I
III
II
asi CSS , Kota BanjarMa 200 14-15 Desember 2 MA TEM NG MENCARI PELUAN AN PEMBIAYAA AS SANITAD
alam ruang lingkup Percepatan Pembangu-nan Sanitasi Permukiman (PPSP), upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dilakukan dengan berbagai pen-dekatan dan kegiatan. Beberapa pelatihan, lokakarya, pendampingan, dan dukungan sistem serta petun-juk praktis telah dirancang bagi kelompok kerja (Pokja) di dae-rah. Pokja dari berbagai unsur lintas sektoral (SKPD) saling bersi-nergi dan duduk bersama untuk merumuskan berbagai langkah strategis dalam pembagian peran sektor masing-masing.Pada konteks itulah AKKOPSI memandang penting agar para kepala daerah turut memiliki kesamaan pemahaman dan gerak langkah yang sesuai dengan prinsip dan misi PPSP. Untuk itulah dirancang suatu pertemuan puncak para kepala daerah yang peduli terhadap pelayanan dasar bagi masyarakatnya, khsusunya pembangunan sanitasi. Pertemuan puncak ter-sebut itulah lebih dikenal dengan nama City Sanitation
Summit (CSS).
Pada tahap awal, CSS hanya sebagai forum koordinasi dan saling berbagai para walikota sesama yang peduli atas pengarusutamaan pembangunan sektor sanitasi. Beberapa walikota yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pembangunan layanan dasar masyara-kat, khususnya sektor sanitasi (yang di kemudi-an hari menjadi pelopor lahirnya AKKOPSI), berkumpul untuk dalam CSS pertama di Banjarmasin (14-15 Desember 2006). Pertemuan tersebut dihadiri oleh 6 walikota. Koordinasi terus berlanjut, bahkan di t a h u n
2007 diselenggarakan dua kali CSS di kota Blitar (Maret) dan Denpasar (November).
Setahun kemudian, pada tanggal 5 hingga 7 November 2008, CSS difokuskan pada pentingnya penyelesaian doku-men perencanaan pembangunan sanitasi daerah berskala kota yang terintegrasi. Seperti halnya di Kota Blitar, CSS di Payakumbuh juga melahirkan suatu komitmen yang lebih kuat, yang dituangkan dalam “Deklarasi Payakumbuh” untuk meneguhkan komitmen kepala daerah untuk merampungkan Strategi Sanitasi Kota mereka. Pada saat itu, kepala daerah yang hadir bertambah menjadi 12 walikota pelopor.
Pada 28 hingga 30 April 2009, tepatnya di CSS pertama, lahirlah inisiatif 12 walikota tersebut untuk membentuk suatu aliansi kepala daerah. Pada CSS kelima di Surakarta ini pula, bapak Joko Widodo (yang lebih dikenal Jokowi) yang kini me-rupakan Presiden RI ketujuh, menjadi tuan rumah dan turut serta dalam pembahasan lahirnya aliansi kepala daerah ter-sebut. (baca juga: profi l AKKOPSI).
Perjalan CSS VI di kota Jambi pada 21-23 Oktober 2009, hingga CSS XIV pada 17-19 September 20014 yang lalu merupakan konsolidasi kepala daerah yang peduli sanitasi dalam suatu wadah resmi bernama AKKOPSI. Dalam kurun waktu tersebut, bebera-pa kota mengajukan diri dan menyatakan ke-sediaan menjadi tuan rumah untuk setiap penyelenggaraan CSS tahun berikutnya. Pada tahun 2010 dan 2011, bahkan CSS pernah dilaksanakan dua hingga tiga kali dalam se-tahun.
CSS dari Masa
CSS dari Masa
ke Massa
ke Massa
CSS , Kota Surakarta, 28-30 April 2009 PENDANAAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI SSK ANTARA HAMBAT-AN, HARAPAN DAN PELUANGV
CSS , Kota Bukitinggi, 20-22 Mei 2010
BERTEKAD MEWUJUDKAN PENCAPAIAN PROGRAM NA-SIONAL PERCEPATAN PEMBA-NGUNAN SANITASI
VII
CSS , Kota Kediri, 8-10 Desember 2010
BERTEKAD MEWUJUDKAN PENCAPAIAN PROGRAM NASIONAL PERCEPATAN PEM-BANGUNAN SANITASI
IX
CSS , Kota Probolinggo, 16-18 Oktober 2011
BERTEGAD MEWUJUDKAN PENCAPAIAN PROGRAM NASIONAL PERCEPTAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN
XI
CSS , Kota Mataram, 17-19 September 2013
TUNTASKAN KOMITMEN PENCAPAIAN TARGET PPSP Penguatan Desentralisasi Pembangunan Sanitasi di daerah
XIII
CSS , Kota Banda aceh, 29-31 Mei 2011
BERTEKAD MEWUJUDKAN PENCAPAIAN PROGRAM NA-SIONAL PERCEPATAN PEMBA-NGUNAN SANITASI PERMU-KIMAN
X
CSS , balikpapan, 4-6 Jule 2012 REALISASI KOMITMEN PROGRAM PEMBANGUNAN SANITASI PEMUKIMANXII
Kota Tegal, 20-23 Juli 2010
BERTEKAD MEWUJUDKAN PENCAPAIAN PROGRAM NA-SIONAL PERCEPATAN PEMBA-NGUNAN SANITASI
VIII
CSS , Kota Payakumbuh 05-07 November 2008 BERSAMA MASYARAKAT KITA IMPLEMETASIKAN STRATEGI SANITASI KOTA YANG TER-INTEGRASI DALAM RPJMDIV
CSS , Kota Jambi, 21-23 Oktober 2009
PEMBENTUKAN ALIANSI KOTA PEDULI SANITASI UNTUK MENDUKUNG PER-LUASAN KOMITMEN PEMBANGUN-AN SPEMBANGUN-ANITASI PERKOTAPEMBANGUN-AN SECARA HO RIZONTAL DAN BERKELANJUTAN
APA YANG BEDA
DI CSS XIV
BANDUNG?
Menjadi orang dengan disabilitas tidak mengurangi semangat Nanden untuk peduli
terhadap sanitasi. Pada malam penyambutan peserta City Sanitation Summit XIV dan
Rakernas VI AKKOPSI yang berlangsung di Balai Kota Bandung (17/9), Nanden
mem-bawakan lagu tentang sanitasi yang secara khusus ia ciptakan untuk dimem-bawakan di
hadapan para Wali Kota dan Bupati yang hadir.
“
Saya memang tidak bisa melihat, tetapi saya juga ingin kota yang bersih dari polusi dan dari sampah. Di jalan kadang ada banyak sampah, kami tidak melihatnya, tapi kadang kami menginjak benda-benda yang dibuang begitu saja tanpa sengaja”, tutur Nanden. Dalam lagunya, Nanden mengingatkan bahwa sesungguhnya kotayang bersih itu kota juara.
Semua yang hadir menyambut lagu yang dibawakan Nanden dengan senang, bahkan mereka ingin agar lagu itu juga bisa dibawa ke daerah masing-masing. Animo ini langsung ditangkap oleh Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, dengan melelang hak cipta lagu Nanden dan meminta Nanden membuat
rekaman lagu tersebut untuk semua kabupaten kota anggota AKKOPSI. Dengan semangat untuk saling mendukung dan kompak mendorong percepatan pembangunan sanitasi, sudah selayaknya kota-kota ini disebut sebagai kota juara.
Pesona dari penampilan Nanden membuat para Bupati dan Wali Kota anggota AKKOPSI serta seluruh hadirin terkesima. Suasana keakraban dan penuh kekeluargaan pada malam gala dinner CSS XIV dan Rakernas AKKOPSI tersebut juga dilengkapi dengan penampilan apik dari artis Nicky Astria dan Hedi Yunus. Keduanya bukan hanya piawai menghidupkan suasana menjadi lebih berkesan untuk peserta, tapi juga mempromosikan kota Bandung serta isu-isu penting sanitasi pada peserta yang hadir di malam yang penuh keceriaan tersebut.
M
elalui Surat Keputusan Direktur Eksekutif Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI) Nomor 007/Dir-Eks/AKKOPSI/2014 Tanggal 5 Juni 2014, Wali Kota Jambi selaku Ketua Bidang Monitoring dan Evaluasi AKKOPSI telah mendapat tugas dan tanggung jawab dalam Pelaksanaan Pemeringkatan Pembangunan Sanitasi Kabupaten Kota (NSCR) Tahun 2014. Dukungan penuh pengurus AKKOPSI lainnya, Wali Kota dan Pokja Sanitasi Kota Pekalongan, Kota Tegal, Kota Cimahi, Kota Palembang,dan Kota Mataram turut menjadi Tim Pelaksana. Pemeringkatan ini bukan hanya sebagai apresiasi bagi anggota AKKOPSI yang menunjukkan komitmen dalam melaksanakan tahapan PPSP, tapi juga komitmen para kepala daerah terhadap kesuksesan kegiatan AKKOPSI. Pemberian penghargaan ‘Sanipura’ diharapkan dapat memperlancar mekanisme pemantuan dan evaluasi internal AKKOPSI, sekaligus ajang kompetisi sesama anggota. Lebih dari itu, Sanipura Award juga merupakan bentuk penghargaan bagi berbagai pihak yang turut berkontribusi kepada AKKOPSI.
Seluruh proses pemeringkatan ini dapat dipertanggungjawabkan, karena telah melalui proses tahapan, pendokumentasian serta indikator yang sangat jelas. Setiap keputusan ditetapkan dalam rapat pleno resmi yang dipimpin oleh Ketua Bidang Monev AKKOPSI (bapak H. Syarif Fahsa SE, Wali Kota Jambi), Direktur Eksektif AKKOPSI, beserta Wali Kota, Bupati dan Kepala Bappeda ataupun Tim Pelaksana lainnya sesuai SK Ketua Umum AKKOPSI.
Tim Kerja NSCR 2014 telah berbagi tugas untuk mengkoordinir dan mengawal 224 kabupaten kota
anggota yang telah memiliki nomor keanggotaan resmi AKKOPSI hingga tahun 2013.
TIM BEKERJA DALAM 4 TAHAP
PENETAPAN indikator dan kategori serta persiapan pola kerja Tim Pelaksana NSCR.
PENILAIAN awal yang didasarkan sebagai indikator utama sesuai input data di Nawasis
(National Water and Sanitation System)
yang dikembangkan oleh Program Management Unit / PMU – PPSP.
PENILAIAN tahap lebih lanjut berupa verifi kasi data dan pencapaian, baik verifi kasi data lebih lanjut, maupun observasi dan kunjungan langsung ke lapangan (sesuai proses yang telah masuk tahap selanjutnya: daftar kandidat pemenang).
KLARIFIKASI data dan hasil kunjungan lapangan, berupa pernyataan resmi tertulis Bupati dan Wali Kota yang menegaskan validitas data dan temuan yang dihasilkan oleh Tim Pelaksana NSCR.
1
2
3
4
Di antara paparan sambutan kunci
Menko Kesra dan sesi pleno talk
show menteri terkait PPSP di CSS XIV,
diserahkan ‘Sanipura Award’ bagi 18
kabupaten/kota anggota AKKOPSI
serta berbagai pihak yang
diang-gap memiliki kontriusi bagi target
PPSP maupun pencapaian AKKOPSI
selama ini. 11 piala di antaranya
diterima oleh kabupaten dan kota
yang ditetapkan oleh Tim Pelaksana
National Sanitation City Rating atau
disingkat NSCR.
‘SANIPURA’
BUKANLAH
SEKADAR
AWARD
Pekalong dan Ko P ap m L be turu Selu dipertanLADIES PROGRAM
TAK HANYA KULINER DAN SHOPPING
B
eberapa kunjungan dan forum saling berbagi potensi daerah dan kekuatan perempuan yang ditampilkan panitia (dikomandoi oleh istri walikota) yang menjadi tuan rumah CSS tersebut berlangsung.Suatu yang agak berbeda pada kali ini, karena pada malam penutupan CSS XIV dan Rakernas AKKOPSI lalu, Atalia Praratya Kamil, istri dari Wali Kota Bandung, bersama istri dari para Bupati dan Wali Kota anggota Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI) lainnya mendeklarasikan dukungan mereka untuk pembangunan sanitasi. Deklarasi Istri Anggota AKKOPSI Menuju 100% Sanitasi Layak untuk Indonesia 2019 itu disampaikan jelang penutupan acara City Sanitation Summit XIV (CSS XIV) dan Rakernas AKKOPSI pada Kamis, 18 September 2014 yang lalu di Sasana Budaya Ganesha Bandung.
Dukungan ini disampaikan karena dalam berbagai pembahasan baik dalam CSS XIV maupun di beberapa forum selanjutnya, diyakini bahwa kaum perempuan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya percepatan sanitasi. Sebagai kaum perempuan yang menjadi istri dari para anggota AKKOPSI, tentu hal tersebut menjadi lebih strategis lagi, terlebih mereka juga Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) tingkat kabupaten/kota mereka
masing-masing.
Bahkan dalam presentasi yang disampaikan oleh Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas, Tri Nugroho Utomo, pada rangkaian acara CSS XIV dikatakan, “sanitation is the
winning strategy”. Sebagai strategi unggulan, modal terbesar
percepatan pembangunan sanitasi ada di masyarakat dan di sanalah Atalia Praratya Kamil, dan istri para Bupati/Wali
Kota anggota AKKOPSI mengambil peran penting. Deklarasi ini merupakan deklarasi pertama yang dilakukan oleh kaum perempuan, khususnya istri para kepala daerah untuk menyatakan dukungan pada
percepatan pembangunan sanitasi.
SALAH satu keunikan dari setiap CSS sebagai
pertemuan puncak para kepala daerah
ada-lah undangan khusus bagi para istri anggota
AKKOPSI tersebut. Dalam kegiatan ‘Ladies
Program’ CSS seluruh istri dari para anggota
AKKOPSI yang hadir, turut merasakan suasana
kekeluargaan dan informal.
si n di a u, ri a n a u V 4 ai m n ai I, a n g-r o, e r n li g a aDeklarasi Istri Anggota AKKOPSI
Menuju Pencapaian 100%
Akses Sanitasi Layak untuk Indonesia
2020
Kami istri Bupati dan Wali Kota yang
tergabung dalam Aliansi Kabupaten
Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI), yang
juga merupakan Ketua Tim Penggerak
Pemberdayaan
dan
Kesejahteraan
Keluarga atau disingkat TP-PKK di
kabupaten/kota, berkomitmen untuk:
Pertama, meningkatkan kapasitas
berbagai simpul gerakan perempuan
di daerah untuk mendorong program
Percepatan Pembangunan Sanitasi di
daerah kami masing-masing;
Kedua, menjadi salah satu pilar untuk
kesuksesan pencapaian 100% Akses
Sanitasi yang layak bagi Indonesia
2020, sesuai kemampuan dan potensi
yang kami miliki.
Ketiga, mendorong peran aktif Tim
Penggerak PKK, Dharma Wanita
serta berbagai simpul masyarakat,
khususnya kelompok perempuan
lainnya.
Mari kita wujudkan sanitasi yang lebih
baik, untuk Indonesia yang lebih baik
Bandung, 18 September 2014
ADVOKASI YANG TAK
PERNAH PADAM
D
alam sambutannya, selain menyambut baik dan mengapresiasi inisiatif para Bupati dan Wali Kota dari berbagai penjuru Indonesia untuk mengupayakan sanitasi permukiman yang lebih baik, Agung Laksono mengapresiasi AKKOPSI dalam mendorong terbitnya payung hukum pagi kelancaran PPSP di masa yang akan datang.Agung Laksono juga menjawab pertanyaan penting pada yang sebelumnya disampaikan dalam sambutan oleh Ketua AKKOPSI sekaligus Wali Kota Balikpapan, H. M. Rizal Eff endi, S.E., kepada Pemerintah Pusat yaitu harapan akan terbitnya Peraturan Presiden Air Minum dan Sanitasi sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap masalah sanitasi. Menurutnya, Perpres yang diharapkan oleh para kepala daerah ini sudah ada dalam Program 100 Hari Terakhir Kabinet SBY. Artinya, sebelum 20 Oktober 2014, apa yang diharapkan ini pasti terwujud. Bahkan
Agung Laksono bersedia mengantarkan sendiri Perpres dimaksud saat diterbitkan kepada AKKOPSI.
Tentang target pencapaian 100% akses sanitasi pada 2019, Agung Laksono menyadari bahwa hal tersebut merupakan sebuah tantangan yang berat. Political will dari semua pihak dibutuhkan, termasuk yang sudah ditunjukkan oleh para kepala daerah anggota AKKOPSI yang mengganggarkan minimal 2% anggarannya untuk sanitasi.
“Saya berharap pertemuan puncak sanitasi yang dilanjutkan dengan Rakornas dapat memberikan penguatan terhadap komitmen yang sudah ada bagi terwujudnya akses sanitasi layak 100% di tahun 2019”, ucap Agung Laksono. “Saya juga mengapresiasi para Kepala Daerah yang selama lima tahun terakhir ini mengupayakan sanitasi yang lebih baik di daerahnya”, lanjutnya.
Selain pembicara kunci Agung Laksono, pada sesi pleno CSS, kembali ditekankan pentingnya payung hukum PPSP ke depan.
Sesi talk show yang dipandu Tina Talisa (anchor news salah satu TV swasta nasional), menghadir narasumber utama: Prof. Dr. Ali Ghufrom Mukti, M.Sc., Ph.D. (Wamen Kesehatan), Dr. Ir. Achmad Hermanto Dardak, M.Sc. (Wamen PU). Senada dengan para narasumber lainnya, H. Ahmad Heryawan, Lc. (Gubernur Jawa Barat), Mochammad Ridwan Kamil, S. T., MUD. (Wali Kota Bandung), H. M. Rizal Eff endi, S.E. (Ketum AKKOPSI), serta para Wali Kota dan Bupati juga menekankan pentingnya payung hukum PPSP tersebut.
Walaupun Perpres ataupun payung hukum yang lebih kuat tersebut tidak berhasil direalisasikan dalam program 100 hari di penghujung pemerintahan P r e s i d e n S u s i l o Bambang
Yudhoyono, Presiden Joko Widodo, yang juga pernah menjadi Bendahara Umum AKKOPSI saat beliau menjadi Wali Kota Surakarta, akhirnya menandatanganinya Perpres tersebut sebagai Perpres nomor 185/2014. Namun semua itu tidak menjadikan advokasi kebijakan dengan mengupayakan payung hukum lebih kuat bagi program PPSP sudah selesai. Tonggak perjuangan baru dengan terobosan baru justru baru dimulai; demi sanitasi yang lebih baik, untuk Indonesia yang lebih baik.
Ada yang menarik dari pernyataan Dr. H. R. Agung Laksono
yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator
Kesejahteraan Rakyat, di dalam sambutan kunci beliau pada
Sanitation Summit XIV (CSS XIV) dan Rakernas AKKOPSI di
Sasana Budaya Ganesha Bandung, 18 September 2014 yang
lalu.
S
ebuah angka yang terbilang besar dibandingkan dengan pengalokasian anggaran sanitasi provinsi-provinsi lain bahkan dari alokasi anggaran Jawa Barat sebelumnya.Untuk tahun 2015 Jawa Barat mengalokasikan 10,02% APBD-nya untuk anggaran fungsi kesehatan yang mencapai Rp. 2,4 Trilyun. Dari jumlah tersebut Rp. 611,7 Miliyar di antaranya dialokasikan untuk pembangunan sanitasi komunal di 1.120 titik di 560 Desa. Besarnya komitmen pemerintah provinsi Jawa Barat terhadap pembangunan sanitasi serta ditunjang dengan upaya advokasi yang mengedapankan berbagai dokumen perencanaan berbasis data menjadikan pemerintah Jawa Barat dapat meyakinkan segenap pihak.
BANDUNG-Gubernur Jawa Barat Ahmad
Heryawan mendeklarasikan Program Kampanye “Sanitasi Total Berbasis Masyarakat atau STBM”. Acara yang dikemas dengan pendekatan budaya bertajuk Pagelaran Seni Angklung “Karatagan Sanitasi, Rempug Gawe Pikeun Jawa Barat” itu digelar di Saung Angklung Ujo, Padasuka, Kota Bandung, Kamis (5/9/2013), dengan dihadiri sejumlah kepala daerah se-Jawa Barat atau yang mewakili.
BELAJAR
DARI ADVOKASI
ANGGARAN JAWA
BARAT
Di tengah kebutuhan pendanaan sanitasi yang kian
membengkak untuk mencapai seratus persen
layan-an slayan-anitasi masyarakat Indonesia di tahun 2020, Jawa
Barat menyedot perhatian banyak pihak dengan
meng-alokasikan anggaran sanitasi sebesar Rp. 611 Miliyar
lebih pada tahun 2015 ini.
FOTO : DOK. PROVINSI JAWA BARAT HTTP://WWW.JABARPROV.GO.ID/INDEX.PHP/NEWS/7155/GUBERNUR_DEKLARASIKAN_KAMPANYE_STMBM
ADVOKASI BERBASIS DATA
KEGIATAN ADVOKASI BERBASIS BUDAYA
Menurut Data EHRA, di Provinsi Jawa Barat sebanyak 2.498 Desa/Kel. Memiliki
RiSIKO TINGGI dan SANGAT TINGGI dimana :
1.927
1.603
Desa
Desa
Desa
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
109
karena Pengelolaan Sampah Domestik BURUK Karena Pengelolaan Limbah Domestik BURUK
Karena Pengelolaan Drainase Permukiman BURUK
KABUPATEN-KOTA PEDULI
ALIANSI
SANITASI
HINGGA 2014: 348 KABUPATEN/KOTA
BUPATI/WALI KOTA ANGGOTA RESMI
ACEH 5 Kota-17Kab
RIAU
1 Kota-2 Kab GORONTOLO1 Kota-3 Kab 3 Kota-8 KabSULUT SUMATERA UTARA 5 Kota-4 Kab BANGKA BELITUNG 1 Kota-5 Kab PAPUA 1 Kota-4 Kab MALUKU UTARA 5 Kab KALTENG
4 Kab 1 Kota-2 KabMALUKU KALBAR 2 Kota-12 Kab KALTIM 4 Kota-9 Kab KEP.RIAU 2 Kab JAMBI 2 Kota-8 Kab LAMPUNG 1 Kota-17 Kab SULSEL 2 Kota-15 Kab NTB 1 Kota-9 Kab JATENG 6 Kota-29 Kab NTT 12 Kab DIY 1 Kota-4 Kab JABAR 9 Kota-17 Kab BENGKULU 1 Kota-7 Kab SUMBAR 7 Kota-11 Kab BANTEN 2 Kota-4 Kab JATIM 8 Kota-28 Kab SULBAR 5 Kab SULAWESI TENGGARA 2 Kota-4 Kab SUMSEL
3 Kota-11 Kab DKI JAKARTA 1 Kota
BALI 1 Kota-7 Kab
KEUNIKAN
PENGURUS AKKOPSI PERIODE 2013–2017
SULAWESI TENGAH 1 Kota KALSEL 2 Kota-11 Kab
10 Desember 2009 Wakil Presiden RI meresmikan Program
PPSP (Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman)
da-lam KSN (Konferensi Sanitasi Nasional) II di Jakarta yang
di selenggarakan oleh Bappenas bersama 7 Kementerian
lainnya yang tergabung dalam Pokja AMPL (Air Minum &
Penyehatan Lingkungan) Nasional. AKKOPSI LAHIR UNTUK
MENDUKUNG PPSP
LAHIR SECARA SUKARELA, KESADARAN BEBERAPA WALI KOTA (BUKAN TOP-DOWN)
PENDEKATAN ADVOKASI TERPADU DAN INTENSIF: FORMAL/INFORMAL-PERSONAL.
MITRA PEMERINTAH PUSAT (BAPPENAS & 7 KE-MENTERIAN); POKJA AMPL NASIONAL JARINGAN KEANGGOTAAAN (BUPATI & WALI KOTA) DENGAN KESAMAAN ASPIRASI MEMILIKI PROGRAM/EVENTS SECARA BERKALA SESUAI KEBUTUHAN ANGGOTA.
MEMILIKI LEGALITAS FORMAL LEMBAGA YANG SAH (TELAH DIAPRESIASI & DIAKUI MENDAGRI).
HASIL MUSYAWARAH NASIONAL II, MATARAM 2013 Ketua Umum : Walikota Balikpapan
HM. Rizal Effendi, SE
Ketua I: Walikota Palembang
Harnojoyo (*Plt.)
Ketua II: Walikota Bandung
Mochammad Ridwan Kamil, ST, MUD
Sekretariat Nasional: Direktur Eksekutif
Capt. H. Josrizal Zain SE,MM
Sekretaris Umum: Walikota Mataram
H. Ahyar Abduh
Bendahara Umum: Walikota Bontang
Ir. H Adi Darma, MSi
Ketua Bidang Organisasi/Kerjasama: Bupati Agam
Ir. Indra Catri
Ketua Bidang Pemberdayaan dan Peningkatan Kapasitas: Bupati Malang
Drs. H Rendra Kresna
Ketua Bidang Peningkatan Mobilitas Pendanaan: Walikota Cimahi
Hj. Atty Suharti, SE
Ketua Bidang Advokasi dan Komunikasi: Walikota Banda Aceh
Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal, SE
Ketua Bidang Pembelajaran dan Pengembangan Pengetahuan: Bupati Buleleng
Putu Agus Suradnyana, ST
Ketua Bidang Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Sanitasi: Walikota Jambi
H. Syarif Fasha, ME
Sekretaris I : Kapala Bappeda Balikpapan
Drs. H.Suryanto, MM
Bendahara I : Kepala Dinas Tata Kota dan Permukiman Balikpapan
Ir. Muhaimin
Bendahara II: Bendahara Sekretariat Nasional
Mengembangkan kapasitas Unit Manajemen Program atau Pro-gram Management Unit (PMU) dan tiga Unit Pelaksana Program atau Program Implementation Unit (PIU) Teknik (kementerian PU), Kelem-bagaan dan keuangan (Kementeri-an Dalam Negeri) serta advokasi dan pemberdayaan (Kementerian Ke sehatan). Dengan demikian PMU dan PIU diharapkan dapat melaksa-nakan PPSP secara efektif, terpadu dan berkelanjutan.
B
icara tentang Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), tak dapat dilepaskan dari peran Urban Sanitasi DevelopmentProgram (USDP) yang mendukung
Pokja AMPL Nasional sebagai pelaksana PPSP. Meski tak banyak publikasi, USDP berperan dalam memfasilitasi dan memperkuat lembaga-lembaga pemerintah di tingkat nasional, provinsi dan secara tidak langsung, juga di tingkat kabupaten/kota yang terlibat dalam pelaksanaan program PPSP.
Dengan pendanaan dari Kedutaan Besar Kerajaan Belanda dan dikelola oleh PT Royal HaskoningDHV, USDP mendukung lebih dari 400 kabupaten/kota di seluruh Indonesia terkait dengan layanan teknis, kelembagaan, dan kesehatan serta dukungan non teknis lain termasuk pengembangan kajian-kajian untuk pemetaan kondisi sanitasi dan komunikasi.
Apa Kata Mereka
Tentang USDP
Di City Sanitation Summit XIV
yang diselenggarakan di Bandung
(2014), AKKOPSI atau Aliansi
Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi
memberikan penghargaan khusus
kepada USDP sebagai ‘Best Partner’
untuk mendamping AKKOPSI
untuk meningkatkan keberhasilan
Program Percepatan Pembangunan
Sanitasi Pemukiman (PPSP ).
AKKOPSI diprakarsai oleh 12 Wali
Kota, tapi sekarang anggotanya
lebih dari 348 Bupati dan Wali Kota
di seluruh Indonesia. Pencapaian
ini tidak lepas dari dukungan para
konsultan ahli USDP “
“
Dukungan dari USDP sangat terasa
dalam beberapa kegiatan kepala
daerah yang berpartisipasi dalam
PPSP. Mereka juga mendapat banyak
bantuan, khususnya untuk memahami
isu-isu strategis dalam penyediaan
pelayanan dasar masyarakat. USDP
telah mampu membangun dan
memfasilitasi forum informal antara
kepala daerah dengan suasana
kekeluargaan tanpa mengurangi
kebijakan substansi kebijakan yang
diadvokasikan. “
“
Illiza Sa’aduddin Jamal SE,Walikota Banda Aceh / Ketua Bidang Advokasi dan Komunikasi AKKOPSI
Josrizal Zain, Direktur Eksekutif AKKOPSI/Wali Kota Payakumbuh 2002 – 2012
Secara umum USDP bertujuan
untuk memfasilitasi dan
mendukung pelaksanaan PPSP.
Adapun tujuan khususnya adalah:
Mengkonsolidasikan pendekat-an Strategi Spendekat-anitasi Kota (SSK) untuk digunakan oleh fasilitator pemerintah dan kota-kota di seluruh Indonesia sambil me-mastikan bahwa SSK tersebut memenuhi kebutuhan warga miskin dan kurang terlayani.
Konsultan USDP memberikan bantuan teknis kepada PMU dan PIU untuk memperkuat kapasitas mereka dalam mendukung Provinsi dan kota-kota dengan peren-canaan dan pelaksanaan perbaikan sanitasi.
Dukungan
untuk Peningkatan Akses
Sanitasi di Indonesia
MEMBANGUN KAPASITAS KONSOLIDASI PERENCANAAN