• Tidak ada hasil yang ditemukan

100% MDGs GENDERANG TARGET UNIVERSAL ACCESS. Inspirasi Kepemimpinan dan Keteladanan TARGET HAL. Belajar dari Anggaran Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "100% MDGs GENDERANG TARGET UNIVERSAL ACCESS. Inspirasi Kepemimpinan dan Keteladanan TARGET HAL. Belajar dari Anggaran Jawa Barat"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

EDISI: 1/TAHUN I/2015, MARET 2015

Jl. Lembang No. 35, Menteng Jakarta Pusat – Indonesia 10310 Telepon: +6221-31935312 Email : seknas.akkopsi@gmail.com

@AKKOPPSINERGI

AKKOPPSINERGI

Belajar dari

Anggaran Jawa

Barat

Universal Access

Komitmen Indonesia

Untuk Menjadi

Negara Maju

Apa yang Beda

di CSS XIV

Bandung

3

100

100%

Inspirasi Kepemimpinan dan Keteladanan

AKK P

S

I

NERGI

TARGET

UNIVERSAL

ACCESS

100

MDGs

TARGET

GENDERANG

UNIVERSAL ACCESS

Ada yang berbeda dari penyelenggaraan

Kick Off Meeting kali ini, bertanda

dimulai-nya pelaksanaan kegiatan Percepatan

Pem-bangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2015.

(2)

19

DAFTAR

ISI

Salam Redaksi

AKKOPSINERGI

Inspirasi Kepemimpinan dan Keteladanan

Pertumbuhan keanggotaan Aliansi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI) yang begitu pesat, dimana saat ini dalam tempo yang relatif singkat sejak berdiri pada tahun 2009, lembaga yang lahir dari inisiatif dan kesukarelaan beberapa kepala daerah ini telah berjumlah 348 kabupaten/kota (memiliki nomor resmi keanggotaan). Jumlah ini akan terus bertambah. Dengan sebaran anggota yang sedemikian luas, ditambah kesibukan anggota yang tinggi, AKKOPSI memerlukan media komunikasi yang mampu menjembatani berbagai perkembangan organisasi dan perkembangan tiap anggotanya. Terbitnya AKKOPSINERGI juga sesuai dengan amanat Rakernas AKKOPSI di Bandung, 18 September 2014, agar sekretariat nasional AKKOPSI dapat turut mendorong peningkatan intensitas komunikasi, koordinasi, dan sinergi.

AKKOPSINERGI, sebagaimana semangat utama AKKOPSI, bertujuan untuk menggalang sinergi baik antar sesama kabupaten/kota anggota, maupun dengan pemerintah provinsi dan pusat, serta dengan organisasi/lembaga lain dalam rangka mendukung Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). AKKOPSINERGI dirancang untuk menjadi media bagi kepala daerah dan jajarannya untuk dapat saling memberikan “Inspirasi Kepemimpinan dan Keteladanan”, terutama dalam rangka menyukseskan tujuan pembangunan nasional, khususnya pembangunan sanitasi yang erat kaitannya dengan upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

Pada edisi pertama ini mangetengahkan beberapa perkembangan pembangunan sanitasi terkini, di antaranya target Universall

Access Air Minum dan Sanitasi untuk Indonesia 2020. Kami laporkan acara Kick Off PPSP 2015 dalam rangka menyamakan langkah

pusat daerah mencapai target tersebut. Ulasan seputar payung hukum PPSP ke depan dangan lahirnya Perpres nomor 185 Tahun 2014 tentang Air Minum dan Sanitasi, sekaligus dilengkapi liputan perhelatan dan pertemuan puncak Bupati/Wali Kota anggota AKKOPSI dalam City Sanitation Summit (CSS) XIV di Bandung. Edisi perdana ini juga menyajikan ulasan ringkas untuk mememuhi kebutuhan kepala daerah dalam informasi terkini tentang upaya bersama pembangunan sanitasi ke depan.

Berbagai perbaikan dan dukungan dari berbagai pihak, merupakan kunci utama untuk keberhasilan AKKOPSINERGI dapat menjadi inspirasi bagi anggota. Semua ditujukan untuk terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik, demi Indonesia yang lebih baik. Salam AKKOPSINERGI, Redaksi

AKKOPS

I

NERGI

PENANGGUNG JAWAB HM. Rizal Effendi, SE Wali Kota Balikpapan

DEWAN REDAKSI DAN PENGARAH

M. Ridwan Kamil, ST. MUD Wali Kota Bandung

H. Ahyar Abduh Wali Kota Mataram Ir. H. Adi Darma, M.Si

Wali Kota Bontang Ir. Indra Catri Bupati Agam Drs. H. Rendra Kresna

Bupati Malang Hj. Atty Suharti, SE

Wali Kota Cimahi Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal, SE

Wali Kota Banda Aceh Putu Agus Suradnyana, ST

Bupati Buleleng H. Syarif Fasha, ME

Wali Kota Jambi

PEMIMPIN REDAKSI

Capt. H. Josrizal Zain, SE, MM

KONSULTAN AHLI Syarif Puradimadja TIM REDAKSI/KONTRIBUTOR Liana Andriani Rozi Kurnia Khalid Arya H Irawan Sicillia Leiwakabessy AR Tuanku Sutan

DESAIN GRAFIS & CETAK

Magenta Jeeshace

KEUANGAN DAN SIRKULASI

Dian Mardiana Yuliana Halim

DITERBITKAN OLEH

Sekretariat Nasional Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI)

ALAMAT REDAKSI

Jl. Lembang No. 35, Menteng Jakarta Pusat – Indonesia 10310 Telepon: +6221-31935312 Email : seknas.akkopsi@gmail.com

SK Tim Khusus AKKKOPSINERGI NOMOR: 008/DIREK/AKKOPSI/2015 Redaksi menerima naskah atau tulisan yang relevan dengan misi Tabloid AKKOPSINERGI. Setiap naskah diketik rapi 1,5 spasi halaman kuarto, maksimal 1 halaman, Naskah yang dikirim ke alamat redaksi wajib menyertakan softcopy dan hardcopy. Naskah juga bisa dikirim

melalui email: seknas.akkopsi@gmail.com Redaksi berhak menyunting naskah tanpa

mengubah makna yang sebenarnya.

LAPORAN

UTAMA

GENDERANG

UNIVERSAL ACCESS

Ada yang berbeda dari penyelenggaraan Kick Off Meeting atau dimulainya pelaksa-naan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) 2015, Selasa

(10/3) kali ini.

DUKUNGAN

UNTUK PENINGKATAN

AKSES SANITASI

DI INDONESIA

32

3

PAYUNG

HUKUM

MENGAPA

PERLU PERPRES?

9

IMPLIKASI

PELAKSANAAN PERPRES

2/3 ANGGARAN

KESEHAT-AN UNTUK PREVENTIF

DAN PROMOTIF

11

13

CSS XIV

BANDUNG

CSS DARI MASA

KE MASSA

APA YANG BEDA

DI CSS XIV BANDUNG

15

16

20

‘SANIPURA’ BUKAN

SEKADAR AWARD

LADIES

PROGRAM

TAK HANYA

KULINER DAN

SHOPPING

Tim Edisi Khusus

119

AKSES SAN

DI INDONE

332

NG

P

TA

KU

KU

KU

KU

U

K

K

K

KU

K

K

K

K

K

KU

U

U

U

KU

KU

L

S

(3)

D

ibanding tahun-tahun sebelumnya acara ini seakan juga menjadi pencanangan perubahan target pencapaian akses air minum dan sanitasi yang semula berdasarkan MDGs yang berakhir pada tahun 2015, menjadi Universal Acces atau akses menyeluruh Air Minum dan Sanitasi 2020.

Sejumlah perwakilan Kelompok Kerja (Pokja) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) atau Pokja Sanitasi provinsi yang hadir mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pembangunan air minum dan sanitasi untuk mencapai target yang diakui oleh beberapa pihak cukup ambisius. Namun dengan berbagai pencapaian dan modalitas yang telah dimiliki, optimisme keberhasilan pencapaian

target mewarnai jalannya acara.

Pada kesempatan itu Nugroho Tri Utomo, Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas, selaku ketua Pokja AMPL Nasional untuk kali pertama menampilkan hasil penghitungan pencapaian target di tiap provinsi yang merupakan turunan dari pencapaian target nasional 100 persen akses air minum dan sanitasi dengan 85% di antaranya memenuhi standar pelayanan minimum (SPM) dan 15% di antaranya memenuhi kebutuhan dasar.

Yudi Sumarsono selaku perwakilan pokja provinsi DKI Jakarta, yang merupakan satu-satunya provinsi

yang ditargetkan mampu mencapai 100 persen akses air minum dan sanitasi dengan memenuhi standar pelayanan minimum (SPM) mengaku pihaknya merasa perlu mendiskusikan lebih jauh dengan pokja provinsi. Lebih lanjut disebutkan untuk masalah fi skal, DKI Jakarta tidak ada masalah, yang perlu jadi perhatian pemerintah menurutnya adalah masalah lahan.

Pendapat lain disampaikan oleh perwakilan Sulawesi Utara yang mendapat target 95 persen akses air minum dan sanitasi yang memenuhi SPM “Selama ini kami telah mengadakan program monitoring ke Kabupaten/ Kota untuk mendorong agar program sanitasi yang telah direncanakan dapat diusulkan ke Musrenbang Kabupaten dan Provinsi”, ujar Jean Manengkey dari Biro Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara dengan nada optimis.

Dalam tanggapannya Nugroho Tri Utomo menyampaikan bahwa ada provinsi yang ditargetkan melampaui target nasional berdasarkan perhitungan persentase penduduk perkotaan, kapasitas fi skal provinsi, kondisi dan kinerja Pokja Provinsi serta indeks ketersediaan air baku. Dan capaian targetnya nanti akan memberi kontribusi kepada capaian nasional, karena beberapa provinsi berdasarkan perhitungan, hanya dapat ditargetkan di bawah target nasional. Lebih lanjut Nugroho Tri Utomo menyampaikan bahwa “Komposisi di masing-masing provinsi ini dapat kita diskusikan lagi. Baik itu yang dirasa targetnya terlalu tinggi maupun terlalu rendah,” ujarnya. (HI)

GENDERANG

UNIVERSAL ACCESS

Ada yang berbeda dari penyelenggaraan Kick Off Meeting kali ini, bertanda

dimulainya pelaksanaan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi

Permu-kiman (PPSP) 2015.

iba ini pe air be tahun 2015, m menyeluruh Air Sejumlah pe Minum dan Pen Sanitasi provins tentang langka dan sanitasi u beberapa pi berbagai p dimiliki, target m Pada Direktu Bappen untuk penghitu yang meru nasional 100 dengan 85% di a minimum (SPM kebutuhan dasa Yudi Sumar DKI Jakarta, y

Ada yan

dimulainy

(4)

TARGET PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMUM (SPM) PER-PROVINSI

TARGET NASIONAL 85% AKSES AIR MINUM DAN SANITASI SESUAI SPM

100

DKI Jakarta

100%

75

GORONTALO

75%

95

95%

RIAU

83

83%

ACEH

95

95%

BALI

57

SUMBAR

57%

81

SUMSEL

81%

95

KALIMANTAN

87%

SELATAN

81

KEPULAUAN

81%

RIAU

93

KALIMANTAN

93%

TIMUR

81

81%

SUMUT

92

92%

DIY

64

64%

SULBAR

76

76%

KALBAR

90

90%

JAWA BARAT

55

55%

PAPUA BARAT

91

91%

JAWA TENGAH

43

43%

PAPUA

77

SULTENG

71%

91

91%

JAWA TIMUR

56

LAMPUNG

56%

91

MALUKU

91%

76

KALTENG

76%

40

40%

NTT

40

BENGKULU

39%

89

89%

BANTEN

75

75%

NTB

95

95%

BANGKA BELITUNG

84

84%

JAMBI SUMBER : BAPPENAS

UNTUK mencapai target nasional universal access 2020 dimana secara

nasional 85% sanitasi layak sesuai Standar Pelayanan Minimum (SPM) dan

15% memenuhi akses dasar, perhitungan Bappenas mengacu pada:

ACUAN PERHITUNGAN

UNTUK CAPAI TARGET

UNIVERSAL ACCESS 2020

PERHITUNGAN PERSENTASE

KAPASITAS FISKAL PROVINSI

PENDUDUK PERKOTAAN

KONDISI DAN KINERJA

POKJA PROVINSI

INDEKS KETERSEDIAAN

AIR BAKU

TARGET

PENCAPAIAN

SPM

95

95%

SULUT

91

86%

SULTRA

93

93%

SULSEL

(5)

SPM DAN KEBUTUHAN

DASAR AIR MINUM DAN

TARGET NASIONAL

SANITASI

AIR LIMBAH

PERSAMPAHAN

PERKOTAAN

SANITASI

MEMENUHI SPM

85 15

85%

85

85%

20

20%

80

80%

15

15%

15%

MEMENUHI KEBUTUHAN

DASAR

PERMEN PU NO.14/2010

PER-ORANG, PER-HARI

ON-SITE SYSTEM

FASILITAS REDUKSI SAMPAH

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN LAYANAN SANITASI DASAR

UNTUK KAWASAN DENGAN TINGKAT KERAWANAN SANITASI RENDAH DAN

KAWASAN BERKEPADATAN RENDAH

PENANGANAN SAMPAH

ON-SITE SYSTEM

PER-ORANG, PER-HARI

MEMENUHI SPM

MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR

MEMENUHI KEBUTUHAN DASAR

MEMENUHI SPM APABILA

AIR MINUM

AIR MINUM

60 LITER

15 LITER

(6)

UNTUK dapat mencapai

target universal access

air minum telah disusun

kebijakan dan strategi yang

meliputi

TIDAK hanya pembangunan infrastruktur,

pemerintah melalui kelompok kerja Air Minum

dan Penyehatan Lingkungan atau Pokja AMPL

Nasional, melaksanakan berbagai upaya

strategis dalam rangka meningkatkan kesadaran

masyarakat baik di perkotaan maupun di

pedesaan.

BERBAGAI upaya pemerintah Indonesia melalui

kerja sama lintas sektor di pusat dan daerah, serta

dukungan swasta, masyarakat dan lembaga donor,

Indonesia optimis mencapai Universal Access Air

Minum dan Sanitasi di tahun 2019 seperti yang

diamanatkan RPJMN 2015-2019.

Menerapkan

rencana

pengamanan

air minum

Menjamin

ketahanan

sumber daya

air

Menyediakan

infrastruktur

air minum dan

sanitasi yang

produktif

Menyelenggarakan

sinergi dan

penguatan

perencanaan

Meningkatkan

efektivitas dan

efi siensi pendanaan

UNIVERSAL Access adalah komitmen

pemerintah untuk dapat memenuhi

kebutuhan dasar air minum dan sanitasi

masyarakat Indonesia dan lebih dari itu,

sebagian besar di antaranya memenuhi

standar pelayanan minimum.

UNIVERSAL ACCESS

KOMITMEN INDONESIA

UNTUK MENJADI

NEGARA MAJU

(7)

Target Menantang

Bagi Kepala Daerah

P

embelajaran selama proses perencanaan hingga setelah pembangunan menjadi modal Indonesia untuk pemenuhan akses air minum dan sanitasi bagi seluruh rakyat Indonesia di tahun 2020. Namun semua itu bukan tanpa tantangan, mengingat berbagai permasalahan yang masih perlu dibenahi di antaranya adalah persoalan anggaran.

Berdasarkan hasil kalkulasi data berbasis internet Nawasis anggaran sanitasi masih perlu ditingkatkan, dari 71 kabupaten/kota peserta PPSP 2010-2013 yang telah mengunggah datanya, total investasi untuk sanitasi tercatat baru sebesar Rp. 1,55 Trilyun atau rata-rata Rp. 22 Miliar setiap kabupaten/kota selama kurun waktu tersebut atau sekitar Rp. 11 Trilyun. Padahal berdasarkan perhitungan Bappenas, kebutuhan lima tahun mendatang mencapai Rp. 273 Trilyun. Oleh sebab itu arah perencanaan dan penganggaran sanitasi ini diharapkan lebih agresif dengan lebih percaya diri dalam mengusulkan program-program besar di sektor sanitasi. Provinsi Jawa Barat telah mampu menunjukkan bahwa melalui advokasi dan pemasaran berbasis data

dokumen pemetaan dan perencanaan ternyata mampu meningkatkan anggaran pembangunan sanitasi hingga mencapai Rp. 611 Milyar pada tahun 2015 ini.

Selain itu untuk mencapai universall acces Air Minum, Bappenas memprediksikan perlu Rp. 275 Trilyun selama kurun waktu 2015 sampai 2019. Jumlah yang juga perlu di dorong melalui keterlibatan berbagai pihak.

Pencapaian Indonesia dalam pemenuhan akses air minum dan sanitasi

se-suai target MDGs 2015 merupakan tonggak penting bagi keberlanjutan bukan

hanya pembangunan air minum dan sanitasi, namun bagi seluruh tujuan

pembangun an nasional.

KOMPOSISI SUMBER INVESTASI HINGGA

TERPENUHI TARGET MDGS 2015 UNTUK

AKSES AIR MINUM DAN SANITASI

85

70%

20

20%

9

9,5%

1

0,5%

PEMERINTAH PUSAT

DAN DAERAH

MASYARAKAT

MITRA PEMBANGUNAN

SWASTA

(8)

MODAL MENCAPAI

UNIVERSAL ACCESS AIR

MINUM DAN SANITASI

2020

PERATURAN PRESIDEN NO185/2014

TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI

DASAR

PENGANGGARAN

SUSTAINABILITAS

POKJA DI KAB/KOTA

DIAKUINYA SSK, ROADMAP

NASIONAL/PROVINSI

PENINGKATAN DAN PEMANTAPAN

KUALITAS DOKUMEN PERENCANAAN

KONSOLIDASI PENDANAAN DAN

PENINGKATAN INVESTASI

KEBERLANNJUTAN DAN

PENGEM-BANGAN KELEMBAGAAN DAN

PER-ATURAN

DOKUMEN PERENCANAAN

SANITASI (444SSK;

346-MPS/RENCANA INVESTASI)

ALOKASI 1,2% APBD UNTUK

PEMBANGUNAN SANITASI

PENINGKATAN KOORDINASI

MELALUI POKJA KAB/KOTA,

PROVINSI

AKKOPSI - ADVOKASI

KEBJAKAN

SELAIN itu potensi lain sebagai modal advokasi kabupaten/

kota dan dan provinsi untuk meningkatkan anggaran air minum dan sanitasi, terkait aspek regulasi adalah dengan telah diterbitkannya UU No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti UU No. 32/2004. Dalam Undang-undang tersebut, sanitasi ditambahkan sebagai salah satu urusan wajib pemerintah daerah.

Potensi lain untuk meningkatkan anggaran dari sektor kesehatan telah termaktub dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan khususnya pada Pasal 171 menyebutkan bahwa :

Ayat 1 : Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5% dari APBN di luar gaji, kemudian pasal berikutnya menyebutkan

Ayat 2 : Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dialokasikan minimal 10% dari APBD di luar gaji. Dan yang perlu ditegaskan adalah pada

Ayat 3 : Besaran anggaran kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diprioritaskan untuk kepentingan pelayanan publik yang besarannya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari anggaran kesehatan dalam APBN dan APBD.

Setelah ditelusuri pada bagian penjelasan, yang dimaksud dengan “kepentingan pelayanan publik” adalah pelayanan kesehatan preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif yang dibutuhkan masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Biaya tersebut dilakukan secara efi sien dan efektif dengan mengutamakan pelayanan preventif dan promotif dan besarnya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari APBN dan APBD.

(9)

Mengembangkan kapasitas Unit Manajemen Program atau Pro-gram Management Unit (PMU) dan tiga Unit Pelaksana Program atau Program Implementation Unit (PIU) Teknik (kementerian PU), Kelem-bagaan dan keuangan (Kementeri-an Dalam Negeri) serta advokasi dan pemberdayaan (Kementerian Ke sehatan). Dengan demikian PMU dan PIU diharapkan dapat melaksa-nakan PPSP secara efektif, terpadu dan berkelanjutan.

B

icara tentang Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), tak dapat dilepaskan dari peran Urban Sanitasi Development

Program (USDP) yang mendukung

Pokja AMPL Nasional sebagai pelaksana PPSP. Meski tak banyak publikasi, USDP berperan dalam memfasilitasi dan memperkuat lembaga-lembaga pemerintah di tingkat nasional, provinsi dan secara tidak langsung, juga di tingkat kabupaten/kota yang terlibat dalam pelaksanaan program PPSP.

Dengan pendanaan dari Kedutaan Besar Kerajaan Belanda dan dikelola oleh PT Royal HaskoningDHV, USDP mendukung lebih dari 400 kabupaten/kota di seluruh Indonesia terkait dengan layanan teknis, kelembagaan, dan kesehatan serta dukungan non teknis lain termasuk pengembangan kajian-kajian untuk pemetaan kondisi sanitasi dan komunikasi.

A

Di City Sanitation Summit XIV

yang diselenggarakan di Bandung

(2014), AKKOPSI atau Aliansi

Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi

memberikan penghargaan khusus

kepada USDP sebagai ‘Best Partner’

untuk mendamping AKKOPSI

untuk meningkatkan keberhasilan

Program Percepatan Pembangunan

Sanitasi Pemukiman (PPSP ).

AKKOPSI diprakarsai oleh 12 Wali

Kota, tapi sekarang anggotanya

lebih dari 348 Bupati dan Wali Kota

di seluruh Indonesia. Pencapaian

ini tidak lepas dari dukungan para

ahli USDP “

Dukungan dari USDP sangat terasa

dalam beberapa kegiatan kepala

daerah yang berpartisipasi dalam

PPSP. Mereka juga mendapat banyak

bantuan, khususnya untuk memahami

isu-isu strategis dalam penyediaan

pelayanan dasar masyarakat. USDP

telah mampu membangun dan

memfasilitasi forum informal antara

kepala daerah dengan suasana

kekeluargaan tanpa mengurangi

kebijakan substansi kebijakan yang

diadvokasikan. “

Illiza Sa’aduddin Jamal, SE, Wali Kota Banda Aceh /AKKOPSI Direktur 2013-2017 - Kepala Advokasi

Josrizal Zain, Direktur Eksekutif AKKOPSI/Wali Kota Payakumbuh 2002 – 2012

Secara umum USDP bertujuan

un-tuk memfasilitasi dan mendukung

pelaksanaan PPSP. Dengan tujuan

khusus:

Mengkonsolidasikan pendekat-an Strategi Spendekat-anitasi Kota (SSK) untuk digunakan oleh fasilitator pemerintah dan kota-kota di seluruh Indonesia sambil me-mastikan bahwa SSK tersebut memenuhi kebutuhan warga miskin dan kurang terlayani.

Konsultan USDP memberikan bantuan teknis kepada PMU dan PIU untuk memperkuat kapasitas mereka dalam mendukung Provinsi dan kota-kota dengan peren-canaan dan pelaksanaan perbaikan sanitasi.

Dukungan

untuk Peningkatan Akses

Sanitasi di Indonesia

MEMBANGUN KAPASITAS KONSOLIDASI PERENCANAAN

DAN DUKUNGAN PELAKSANAAN BANTUAN TEKNIS

MENGAPA PERLU PERPRES?

DALAM hal pencapaian universal access sanitasi pada tahun 2020

diperkirakan penambahan akses tambahan untuk 120 juta jiwa di

selu-ruh Indonesia. Sesuai dengan karakteristik sanitasi, maka kebutuhan

penambahan akses sanitasi di atas memerlukan sinergitas dari seluruh

sektor terkait, baik di pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota. Secara

kuantitatif kebutuhan di atas untuk komponen air limbah saja

dibutuh-kan peningkatan lebih dari 4 kali lipat jika dibandingdibutuh-kan dengan tren

peningkatan di periode sebelumnya, sebagaimana ilustrasi berikut ini.

Secara pragmatis, kebutuhan di atas hanya dapat dipenuhi dengan mengoptimalkan seluruh modalitas pembangunan sanitasi mulai dari identifi kasi kebutuhan dan perencanaan sanitasi (SSK), penganggaran (MPS), implementasi hingga monitoring dan evaluasi. Seluruh modalitas tadi harus mampu diinternalisasikan ke dalam modalitas formal pembangunan seperti perencanaan dan

penganggaran pembangunan baik di kabupaten/kota, provinsi, dam pusat. Internalisasi di seluruh tingkatan pemerintahan diilustrasikan sebagaimana gambar berikut.

DALAM realitanya, proses di atas seringkali terkendala dengan mi-nimnya penganggaran dan imple-mentasi karena kurang penekanan regulasi yang mengaturnya. Perencanaan sanitasi yang ditolak penganggarannya menjadi hal yang biasa terjadi di kabupaten/ kota maupun provinsi karena dianggap tidak ada dasar hukum yang melandasinya. Kembali ke target universal access di atas, maka realita ini sudah pasti akan sangat menghambat. Menyadari akan hal ini, maka kementerian-kementerian terkait saling ber-sinergi untuk mengupayakan lahirnya regulasi sebagai payung hukum pembangunan sanitasi. Upaya ini diinisiasikan pada akhir tahun (Oktober) 2013 dan pada akhir Desember 2014 berhasil membuahkan Peraturan Presiden tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi sebagai payung hukum pemba ngunan sanitasi yang meneguhkan seluruh modalitas pembangunan sanitasi yang telah diterapkan sejak 5 (lima) tahun terakhir di hampir se-luruh kabupaten/kota di Indonesia.

Perencanaan dan penganggaran pembangunan (RKP & APBN) Koordinasi Kebutuhan Pemba-ngunan Sanitasi Pembangunan sabitasi melalui

APBN (anggaran Kementerian atau transfer ke APBD)

Pembangunan sanitasi dengan APBD Koordinasi MPS di-wilayah Provinsi K OORDINASI K OORDINASI INTERNALISASI INTERNALISASI INTERNALISASI

SSK

Perencanaan dan penganggaran pembangunan (RKPD & APBD

Pro-vinsi) Perencanaan dan

penganggaran pembangunan (RKPD & APBD Kab/

Kota)

KEMENTERIAN

PROVINSI

KAB/KOTA

PERPRES di harapkan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam pendanaan percepatan pembangunan sanitasi, penegasan penganggaran termasuk mekanisme pendanaan sanitasi oleh kabupaten/kota dan provinsi. Perpres juga diharapkan dapat menjadi salah satu

(10)

PROSES LAHIRNYA PEPRES

TENTANG PERCEPATAN

PENYEDIAAN

AIR MINUM

DAN SANITASI

PPSP mulai dijalankan pada tahun 2010 di lebih 50 kabupaten/kota,

dan semakin meningkat setiap tahunnya. Progres pembangunan sanitasi

yang dirancang dalam PPSP dimonitor oleh seluruh kementerian terkait di

tingkat pusat. Hingga tahun 2013, salah satu permasalahan yang

menon-jol dalam implementasi PPSP adalah masih minimnya alokasi pendanaan

sanitasi oleh kabupaten/kota dan provinsi. Alasan utama kabupaten/kota

dan provinsi dengan minimnya alokasi ini adalah ketiadaan payung hukum

untuk pembangunan sanitasi.

PERPRES diharapkan berperan untuk penegasan peran penting perencanaan percepatan pembangunan sanitasi (SSK), acuan bagi pendanaan

percepatan pembangunan sanitasi, penegasan sistem penganggaran formal yang dapat digunakan untuk pembangunan sanitasi, serta sebagai

salah satu modalitas menuju universal access sanitasi. dengan demikian, maka Perpres diharapkan dapat membantu pemerintah untuk lebih

meningkatkan pencapaian pemerintah dalam meningkatkan akses sanitasi untuk 5 tahun ke depan.

Pembahasan tentang substansi PERMEN Bersama

secara rutin dilaksanakan hingga bulan Aprl 2014.

Dalam pembahasan-pembahasan terungkap bahwa

kementerian yang terlibat semakin banyak sehingga

menteri yang akan menandatangani regulasi ini akan

semakin banyak pula. Hal ini mendorong inisiasi

pem-bentukan Peraturan Presiden karena dianggap lebih

efektif dan lebih memiliki strata pengaturan yang lebih

tinggi.

Untuk dapat meningkatkan upaya penetapan

Peratur-an Presiden (PERPRES) secara cepat, maka Menko

Kesra ketika itu dilibatkan. Menko Kesra mengawal

pembentukan PERPRES dengan berkoordinasi dengan

Sekretaris Kabinet guna mengefektifkan penyesuaian

substansi pengaturan maupun mekanisme

penetap-annya. Direncanakan kala itu PERPRES untuk dapat

diselesaikan dengan cepat. Tim Kecil yang terdiri dari

perwakilan kementerian dibentuk dan berkoordinasi

dengan intensif untuk menyesuaikan substansi

peng-aturan PERMEN Bersama untuk disesuaikan dengan

bentuk PERPRES. Konsekuensinya, substansi

peng-aturan dalam PERPRES dikembangkan lebih luas dari

aspek pendanaan hingga pengaturan dalam aspek

pembinaan, kelembagaan, perencanaan, implementasi,

monitoring dan evaluasi, hingga aspek operasional dan

pemeliharaan. Dalam pembahasannya disepakati

regu-lasi yang akan dikawal adalah Peraturan Presiden

ten-tang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi.

PPSP mulai dijalankan pada tahun 2010 di lebih 50 kabupaten/kota,

dan semakin meningkat setiap tahunnya. Progres pembangunan sanitasi

yang dirancang dalam PPSP dimonitor oleh seluruh kementerian terkait di

tingkat pusat. Hingga tahun 2013, salah satu permasalahan yang

menon-jol dalam implementasi PPSP adalah masih minimnya alokasi pendanaan

sanitasi oleh kabupaten/kota dan provinsi. Alasan utama kabupaten/kota

dan provinsi dengan minimnya alokasi ini adalah ketiadaan payung hukum

untuk pembangunan sanitasi.

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI

PERATURAN PRESIDEN

ILUSTRASI PROGRES MENUJU PERPRES

2013

2014

Oktober-November

November 2013-April 2014

Juli-Oktober 2014

22 DESEMBER 2014

MEI-JUNI 2014

NOVEMBER-DESEMBER 2014

BIlateral Meeting • Kementerian Keuangan • Kementerian Dalam Negeri • Kementerian Kesehatan • Kementerian PU • Layout Pendanaan • Bentuk regulasi: Permen bersama atau Perpres • Inisiasi ke-butuhan sinergitas pen-danaan • Kesepakatan Pembentukan Peraturan

• Penyusunan substansi pengukuran • Pembentukan kesepakatan antar

kemen-terian

• Kesepakatan pembentukan dan pengawal-an PERPRES

• Konsolidasi KemenkoKesra & Sekab • Inisiasi penyempurnaan substansi

peng-aturan PEPRES • ESELON 2 MEETING

• KESEMPATAN PEMBENTUKAN PERPRES

• Pendetailan dan penguatan substansi peng-aturan PERSPRES

• Kesepakatan mekanisme pengawalan pe-nandatanganan PERPRES

• Konsolidasi KemenkoKesra dan Sekab • Kesepakatan substansi pengaturan PERPRES • Pengawalan penandatangan PERPRES • Rapat Koordinasi Tingkat

Menteri

• Pengumuman tentang PER-PRES dalam City Summit • Konsinyasi Tim Kecil

PENANDATANGANAN PERPRESS

• ESELON 1 MEETING (14 Mei & 23 Juni) • Pembentukan Tim Kecil

• Rapat konsolidasi de-ngan Sekab • Pengawalan Sekab untuk penandatangan Presiden KICK-OFF

Oktober

(11)

SESUAI dengan koridor otonomi daerah, maka ujung tombak pelaksanaan pembangunan sanitasi adalah kabupaten/kota. Sesuai dengan arahan PERPRES, maka Kabupaten/ Kota secara terstruktur akan menjadi stakeholder pertama yang akan menjalankan pembangunan sanitasi. Dari kebutuhan pembangunan sanitasi yang ditetapkan dalam SSK,

maka APBD Kabupaten/Kota harus mendanai “bagiannya”, yaitu pembangunan sanitasi yang menjadi urusan kabupaten/kota selain urusan yang telah didanai oleh masyara-kat. Untuk itu internalisasi urusan ke dalam perencanaan dan penganggaran tahunan kabupaten/kota menjadi kata kuncinya. Selain itu CSR di tingkat kabupaten/kota akan menjadi potensi yang dapat digali oleh kabupaten/kota itu sendiri. Pemilahan kebutuhan yang akan diajukan kepada pihak swasta (CSR) harus dilakukan secara cermat untuk memastikan tidak terjadinya duplikasi urusan yang didanai, maupun untuk menghindari substitusi pendanaan urusan yang seharusnya didanai oleh kabupaten/kota kepada swasta. Selanjutnya “sisa” kebutuhan belum terdanai harus diidentifi kasikan dan ditunangkan ke dalam memorandum program sanitasi yang akan diajukan kepada provinsi

untuk penggalian potensi pendanaan lainnya. Secara gamblang ilustrasi di atas menjelaskan proses ini.

LAHIRNYA PERPRES semakin memperjelas pola pembangunan

sanitasi di seluruh tingkatan pemerintahan. Acuan universal access

yang dituju pada tahun 2019 menjadi benchmark yang kuat bagi

penetapan kebutuhan pembangunan sanitasi dalam perencanaan di

masing-masing kabupaten/kota, provinsi, dan pusat. Berangkat dari

penetapan kebutuhan ini akan berimplikasi dengan pendanaan

pem-bangunan sanitasi di provinsi dan pusat. Dengan demikian seluruh

upaya pembangunan sanitasi akan dikerucutkan guna mencapai

uni-versal access sanitasi yang dicita-citakan.

IMPLIKASI TINGKAT KABUPATEN/KOTA

IMPLIKASI PELAKSANAAN PERPRES

Kebutuhan pem-bangunan sanitasi jangka menengah di kab/kota Program/kegitan kebutuhan pem-bangunan sanitasi jangka menengah Apakah terdapat program/kegiatan sanitasi urusan kab/kota Apakah terdapat program/kegiatan sanitasi yang dida-nai masyarakat Apakah masyarakat mau menjalankan program/kegiatan yang dimaksud? Implementasi program kegiatan yang didanai

ma-syarakat Program/kegiatan

indikatif urusan provinsi dan pusat

Program/kegiatan indikatif urusan provinsi dan pusat

Program kegiatan indikatif yang akan didanai

me-lalui APBD kab/ kota Program kegiatan

indikatif urusan kab/kota yang tidak

didanai melalui APBD kab/kota

Program ke-giatan indikatif

yang akan di-danai melalui CSR Apakah ada CSR yang men-danai program/ kegiatan yang ditawarkan? Internalisasi pro-gram/kegiatan indikatif ke dalam perencanaan pembangunan kab/kota tahunan tahun berikutnya Internalisasi pro-gram/kegiatan indikatif ke dalam Penganggaran kab/kota tahun berikutnya Apakah bisa masuk dalam rencana pembanguan kab/kota tahunan? Implementasi program kegiat-an ykegiat-ang didkegiat-anai APBD kab/kota MoU dan

per-siapan pelaksa-naan kegiatan Implemen-tasi program/ kegiatan yang didanai CSR

Memasukan program/kegiatan urusan kab/kota yang tidak didanai APBD kab/kota dan masyarakat ke dalam MPS

Program/kegiatan indikatif urus-an provinsi yurus-ang didanai oleh

ma-syarakat

Advokasi dan so-sialisasi pelaksa-naan program/ke-giatan masyarakat

Provinsi

SSK

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak ya Tidak Dicatatkan ya ya ya ya ya

Memasukan program kegiatan ke dalam waiting list untuk tahun berikutnya

Apakah ada program/ kegitan yang akan ditawarkan untuk CSR tingkat kab/ kota ya Apakah ada indikasi didanai APBD kab/kota Apakah bisa masuk dalam rencana pembanguan kab/kota tahunan?

(12)

IMPLIKASI TINGKAT KABUPATEN/KOTA

IMPLIKASI TINGKAT PROVINSI

Pusat

MEMO-RANDUM PROGRAM SANITASI KAB/KOTA Konsolidasi dengan kab/kota Program kegiatan indikatif sanitasi urusan pusat Program/kegiatan indikatif yang akan didanai melalui

CSR

Program/kegiat-an indikatif yProgram/kegiat-ang akan didanai APBD

Provinsi

Program/kegiatan urusan provinsi yang belum terda-nai APBD Provinsi

Program/kegiatan urusan kab/kota yang belum terdanai APBD Prov&CSR Provinsi Program/kegiatan

yang tidak didanai APBD Provinsi

Program/kegitan sanitasi yang menjadi: • Urusan provinsi • Urusan kab/kota

yang belum terdanai Program/kegiatan sanitasi

urusan provinsi dan kab. kota yang belum terdanai

APBD Provinsi dan CSR skala provinsi MPS Konsolidasi provinsi Apakah terdapat program/ kegiatan sani-tasi yang menjadi

urusan provinsi dan kab/kota

Apakah ada pro-gram/kegiatan yang diindikasi-kan didanai APBD

Provinsi Apakah bisa ma-suk dalam rencana

provinsi tahunan? Apakah ada program/kegiat-an yprogram/kegiat-ang menjadi urusan kab/kota? Apakah bisa masuk dalam penganggaran provinsi tahunan Apakah ada program/ kegitan yang akan ditawarkan untuk CSR skala provinsi Apakah ada CSR yang mendanai pro-gram/kegiatan yang ditawarkan?

PENDANAAN sanitasi oleh provinsi masih belum menjadi hal yang biasa dilakukan di kebanyakan provinsi. Pendanaan sanitasi yang umumnya menjadi urusan kabupaten/kota sehingga APBD Provinsi tidak mengalokasikannya menjadi alasan umum. Sebenarnya dalam konteks pembinaan, pendanaan sanitasi melalui APBD Provinsi yang menjadi urusan kabupaten/kota adalah wajar, hanya saja mekanisme pendanaannya yang harus disesuaikan. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat PPSP mendorong terbentuknya pengelolaan urusan sanitasi ke dalam bentuk yang terstruk-tur dan ideal, dimana berbagai modalitas telah disiapkan dan telah pula direplikasi secara nasional dalam kurun 2010-2014. Ketika kabupaten/kota sudah mengalokasikan pendanaannya tetapi karena limitasi APBD-nya masih menyisakan kegiatan yang dibutuhkan, maka kabupaten menyusun permohonan pendanaan melalui memorandum program kepada provinsi.

MENYIKAPI memorandum program, pertama kali yang harus diacu oleh provinsi adalah roadmap provinsi yang menjabarkan kebijakan provinsi yang akan dikembangkan di wilayahnya. Berdasar-kan hal tersebut maka provinsi aBerdasar-kan “memilih” kegiatan yang aBerdasar-kan didanai APBD Provinsi maupun untuk ditawarBerdasar-kan kepada CSR tingkat provinsi. Kembali sebagaimana di kabupaten/kota, pro-vinsi harus cermat dalam memilih kegiatan yang didanai sehingga tidak ada overlapping atau malah substitusi pendanaan sanitasi oleh APBD dan CSR tingkat propro-vinsi.

JIKA mengacu pada koridor otonomi daerah, kegiatan yang memang menjadi urusan provinsi (skala) provinsi akan dapat disalurkan melalui anggaran SKPD terkait, sedangkan untuk urusan kabu-paten/kota yang belum terdanai dapat dilakukan melalui transfer ke kabupate/kota, baik melalui bantuan keuangan, hibah, ataupun pinjaman tergantung justifi kasi provinsi dalam mengalokasikan-nya. Melalui mekanisme transfer ini kinerja pendanaan provinsi akan dapat diukur melalui monitoring penggunaannya di kabupaten/kota, sedangkan kinerja implementasi transfer akan menjadi kinerja kabupaten/kota. Hal ini akan mendorong optimalisasi kinerja di provinsi maupun kabupaten/kota secara bersamaan. Terobosan pendanaan secara terstruktur dan masif telah diinisiasikan oleh Jawa Barat dan Jawa Timur dengan caranya masing-masing (lihat “Belajar dari Advokasi Anggaran Jawa Barat). Mekanisme transfer ini sebenarnya dapat menjadi pembelajaran, terutama un-tuk pengelolaan dan pendanaan urusan pemerintahan lainnya, sekaligus menjadi benchmark dalam menjalankan good governance dalam pelaksanaan pemerintahan. Harapan ke depan mekanis-me dapat direplikasikan ke seluruh Indonesia. “Sisa” kebutuhan yang tetap belum terdanai di tingkat provinsi selanjutnya dikonsolidasikan oleh provinsi untuk diajukan permohonan pendanaan-nya kepada pemerintah pusat.

MoU dan persiap-an pelakspersiap-anapersiap-an kegiatan internalisasi program/ kegiatan indikatif ke dalam perencanaan pembangunan provinsi tahunan tahun

berikut-nya

Internalisasi program/ kegiatan indikatif ke dalam pengang-garan provinsi tahun

berikutnya

Implementasi program/kegiatan yang didanai APBD

Provinsi Implementasi program/kegiatan yang didanai CSR Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Program/kegitan indikatif: 1. urusan kab/kota yang

belum terdanai 2. urusan kab/kota yang

terindikasi didanai APBD kota 3. Urusan provinsi 4. Urusan pusat ROAD MAP SANITASI PROVINSI

memasukan program/kegiatan urusan kab/kota yang didanai APBD Kab/Kota dan masyarakat kedalam waiting list MPS

Tidak

(13)

2/3 ANGGARAN

KESEHATAN UNTUK

PEMBIAYAAN KESEHATAN OLEH

PEMERINTAH PEMDA DAN KOTA

MINIMAL 5%

DARI APBN DI

LUAR GAJI

MINIMAL 10%

DARI APBD

PROVINSI

DI LUAR GAJI

MINIMAL 10%

DARI APBD

KAB/KOTA

DI LUAR GAJI

PREVENTIF

DAN PROMOTIF

UU 36/2009 secara tegas paradigma baru yang biasa dikenal dengan

paradigma sehat, yakni paradigma kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.

Para-digma baru dalam kesehatan ini menggantikan cara pandang bagaimana

cara mengobati bila terkena penyakit yang diusung dalam UU Kesehatan

sebelumnya (UU23/1992). Dengan pengutamaan upaya promotif dan

preventif maka pembangunan sanitasi sangat relevan menjadi bagian dari

upaya kesehatan di seluruh lapisan pemerintahan. Sebagaimana nature

sanitasi yang terkait dengan banyak sektor, maka kaitannya dengan sektor

kesehatan adalah dalam mendukung terwujudnya kesehatan lingkungan

guna menghindari penyakit akibat sanitasi lingkungan yang buruk.

Lebih jauh UU 36/2009 juga menjelaskan tentang alokasi pendanaan pemerintah dan pemerintah daerah untuk

sanitasi. Arahan dalam UU Kesehatan menyebutkan 5% APBN di luar gaji serta 10% APBD Provinsi dan APBD

Kabupaten/Kota di luar gaji seyogyanya dialokasikan untuk anggaran kesehatan, dimana 2/3 dari anggaran

kesehat-an tersebut dialokasikkesehat-an untuk upaya preventif dkesehat-an kuratif (lihat ilustrasi di bawah).

5

5%

10

10%

10

10%

Untuk menjaga

“ke-amanan” sekaligus

justifi kasi

pengaloka-sian anggaran

ke-sehatan di provinsi,

sebaiknya provinsi

menyusun juklak dan

juknis serta MoU

pe-nyalurannya.

Khusus untuk provinsi

ke-tersediaan anggaran

kese-hatan akan memudahkan

pengalokasiannya,

khusus-nya untuk upaya preventif

di kabupaten kota dengan

pendanaan transfer

ber-dasarkan memorandum

pro-gram sanitasi yang

dikon-solidasikan dengan roadmap

sanitasi provinsi.

Besarnya anggaran

kesehatan di provinsi

dan kabupetan/kota

dapat menjadi

po-tensi yang dapat

di-gali lebih jauh guna

mendanai kebutuhan

pembangunan

sani-tasi di daerah (lihat

Implikasi

Perlaksa-naan PERPRES).

(14)

Deklarasi Bandung

Menuju Pencapaian 100% Akses Sanitasi Layak

Layanan sanitasi dan air minum mengalami peningkatan signifi kan pada perioda RPJMN 2009-2014 sekaligus menunjukkan tren progresif. Dengan mempertahankan tren peningkatan tersebut, sasaran poin 7c dalam Millenium Development Goals (MDG), yakni “mengurangi hingga separuh proporsi penduduk yang tidak mempunyai akses berkelanjutan untuk memperolah air minum dan sanitasi dasar hingga akhir 2015” diyakini akan dapat terlampaui.

Seiring dengan pelaksanaan RPJMN 2015-2019 dan terpilihnya pemerintahan baru, maka target penca-paian layanan sanitasi dan air minum tidak lagi berhenti pada MDG. Sesuai dengan amanat UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, maka pada tahun 2019 nanti Pemer-intah wajib menyediakan layanan dasar untuk air minum dan sanitasi bagi seluruh warga negara (Universal

Access), dimana pemantapan dan penyempurnaannya akan dilakukan hingga akhir RPJPN 2025.

Menyambut target yang demikian tinggi, kami para kepala daerah tertantang namun juga optimis, bahwa dengan kerja sama sunguh-sungguh antara pemerintah daerah, provinsi, pemerintah pusat, dan masyarakat, maka target Universal Access dapat dicapai pada akhir 2019. Kami menyadari bahwa air mi-num dan sanitasi adalah layanan dasar yang pemenuhannya bukan sekadar akan meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup, tetapi pada akhirnya juga meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Oleh karena itu, kami para Bupati dan Wali Kota yang tergabung dalam Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI) berkomitmen untuk:

Pertama, meningkatkan kapasitas pemerintahan dan sumberdaya manusia di daerah dan para

pemangku kepentingan dalam pemenuhan target universal access;

Kedua, menguatkan kembali dan meningkatkan serta mengongkritkan Deklarasi Banda Aceh

tentang alokasi pendanaan sanitasi di APBD minimum rata-rata 2%, untuk menjawab kebutuhan pemenuhan Universal Access sesuai kemampuan dan kewajiban pemerintah daerah;

Ketiga, meningkatkan kualitas dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten/Kotadan Memorandum

Pro-gram sejalan dengan tahapan pencapaian target Universal Access;

Keempat, mempercepat pemenuhan kriteria kesiapan (readiness criteria) yang ditetapkan

Peme-rintah berkaitan dengan pembangunan sarana/prasarana yang berskala rumah tangga, kawasan, kota atau regional;

Kelima, mengajak agar seluruh Bupati/Wali Kota untuk bergabung di dalam AKKOPSI; Keenam, mendorong kerjasama antara lembaga donor,lembaga swadaya masyarakat, dan dunia

usaha dengan anggota AKKOPSI dalam upaya pencapaian target Universal Access.

Terkait dengan komitmen Daerah tersebut serta mengingat terbatasnya sumberdaya di Daerah, kami para kepala daerah anggota AKKOPSI memohon pada Pemerintah untuk membantu Daerah dalam mewu-judkan tercapainya Universal Access pada 2020, melalui

1. Pertama, menyiapkan payung hukum bagi efektifi tas pengelolaan pelaksanaan

pemba-ngunan sanitasi dan air minum di daerah, khususnya dalam rangka pemenuhan Universal Access 2019;

2. Kedua, secara progresif meningkatkan alokasi transfer dana pemerintah ke daerah serta

kemudahan mekanismenya dalam rangka memenuhi kebutuhan pendanaan, sekaligus dalam rangka meningkatkan keseimbangan alokasi pendanaan antara pemerintah dan daerah dalam pembangunan sanitasi dan air minum di daerah;

3. Ketiga, memberikan bimbingan teknis yang komprehensif bagi pemerintah daerah,

berkaitan dengan pembangunan sarana/prasarana sanitasi yang berskala rumah tangga, skala kawasan, skala kota, maupun skala regional.

Kami yakin bahwa dengan komitmen pemerintah daerah yang sungguh-sungguh yang disertai dengan dukungan pemerintah yang kuat, target Universal Access pada akhir 2019 akan dapat tercapai.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa, memberikan jalan terbaik bagi Bangsa Indonesia dalam upayanya memperbaiki kondisi sanitasi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Bandung, 18 September 2014

Ketua Umum AKKOPSI

(15)

CSS , Kota BanjarMasin, 14-15 Desember 2006 CSS , Kota Denpasar, November 2007 CSS , Kota Blitar, 27-29 Maret 2007 TEMA MENCARI PELUANG PEMBIAYAAN SANITASI SANITASI UNTUK SEMUA:

MANTAPKAN STRATEGI SKALA KOTA, KERJAKAN SESUAI RENCANA TEMA STRATEGI SANITASI SKALA KOTA

I

III

II

asi CSS , Kota BanjarMa 200 14-15 Desember 2 MA TEM NG MENCARI PELUAN AN PEMBIAYAA AS SANITA

D

alam ruang lingkup Percepatan Pembangu-nan Sanitasi Permukiman (PPSP), upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dilakukan dengan berbagai pen-dekatan dan kegiatan. Beberapa pelatihan, lokakarya, pendampingan, dan dukungan sistem serta petun-juk praktis telah dirancang bagi kelompok kerja (Pokja) di dae-rah. Pokja dari berbagai unsur lintas sektoral (SKPD) saling bersi-nergi dan duduk bersama untuk merumuskan berbagai langkah strategis dalam pembagian peran sektor masing-masing.

Pada konteks itulah AKKOPSI memandang penting agar para kepala daerah turut memiliki kesamaan pemahaman dan gerak langkah yang sesuai dengan prinsip dan misi PPSP. Untuk itulah dirancang suatu pertemuan puncak para kepala daerah yang peduli terhadap pelayanan dasar bagi masyarakatnya, khsusunya pembangunan sanitasi. Pertemuan puncak ter-sebut itulah lebih dikenal dengan nama City Sanitation

Summit (CSS).

Pada tahap awal, CSS hanya sebagai forum koordinasi dan saling berbagai para walikota sesama yang peduli atas pengarusutamaan pembangunan sektor sanitasi. Beberapa walikota yang memiliki kepedulian tinggi terhadap pembangunan layanan dasar masyara-kat, khususnya sektor sanitasi (yang di kemudi-an hari menjadi pelopor lahirnya AKKOPSI), berkumpul untuk dalam CSS pertama di Banjarmasin (14-15 Desember 2006). Pertemuan tersebut dihadiri oleh 6 walikota. Koordinasi terus berlanjut, bahkan di t a h u n

2007 diselenggarakan dua kali CSS di kota Blitar (Maret) dan Denpasar (November).

Setahun kemudian, pada tanggal 5 hingga 7 November 2008, CSS difokuskan pada pentingnya penyelesaian doku-men perencanaan pembangunan sanitasi daerah berskala kota yang terintegrasi. Seperti halnya di Kota Blitar, CSS di Payakumbuh juga melahirkan suatu komitmen yang lebih kuat, yang dituangkan dalam “Deklarasi Payakumbuh” untuk meneguhkan komitmen kepala daerah untuk merampungkan Strategi Sanitasi Kota mereka. Pada saat itu, kepala daerah yang hadir bertambah menjadi 12 walikota pelopor.

Pada 28 hingga 30 April 2009, tepatnya di CSS pertama, lahirlah inisiatif 12 walikota tersebut untuk membentuk suatu aliansi kepala daerah. Pada CSS kelima di Surakarta ini pula, bapak Joko Widodo (yang lebih dikenal Jokowi) yang kini me-rupakan Presiden RI ketujuh, menjadi tuan rumah dan turut serta dalam pembahasan lahirnya aliansi kepala daerah ter-sebut. (baca juga: profi l AKKOPSI).

Perjalan CSS VI di kota Jambi pada 21-23 Oktober 2009, hingga CSS XIV pada 17-19 September 20014 yang lalu merupakan konsolidasi kepala daerah yang peduli sanitasi dalam suatu wadah resmi bernama AKKOPSI. Dalam kurun waktu tersebut, bebera-pa kota mengajukan diri dan menyatakan ke-sediaan menjadi tuan rumah untuk setiap penyelenggaraan CSS tahun berikutnya. Pada tahun 2010 dan 2011, bahkan CSS pernah dilaksanakan dua hingga tiga kali dalam se-tahun.

CSS dari Masa

CSS dari Masa

ke Massa

ke Massa

CSS , Kota Surakarta, 28-30 April 2009 PENDANAAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI SSK ANTARA HAMBAT-AN, HARAPAN DAN PELUANG

V

CSS , Kota Bukitinggi, 20-22 Mei 2010

BERTEKAD MEWUJUDKAN PENCAPAIAN PROGRAM NA-SIONAL PERCEPATAN PEMBA-NGUNAN SANITASI

VII

CSS , Kota Kediri, 8-10 Desember 2010

BERTEKAD MEWUJUDKAN PENCAPAIAN PROGRAM NASIONAL PERCEPATAN PEM-BANGUNAN SANITASI

IX

CSS , Kota Probolinggo, 16-18 Oktober 2011

BERTEGAD MEWUJUDKAN PENCAPAIAN PROGRAM NASIONAL PERCEPTAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

XI

CSS , Kota Mataram, 17-19 September 2013

TUNTASKAN KOMITMEN PENCAPAIAN TARGET PPSP Penguatan Desentralisasi Pembangunan Sanitasi di daerah

XIII

CSS , Kota Banda aceh, 29-31 Mei 2011

BERTEKAD MEWUJUDKAN PENCAPAIAN PROGRAM NA-SIONAL PERCEPATAN PEMBA-NGUNAN SANITASI PERMU-KIMAN

X

CSS , balikpapan, 4-6 Jule 2012 REALISASI KOMITMEN PROGRAM PEMBANGUNAN SANITASI PEMUKIMAN

XII

Kota Tegal, 20-23 Juli 2010

BERTEKAD MEWUJUDKAN PENCAPAIAN PROGRAM NA-SIONAL PERCEPATAN PEMBA-NGUNAN SANITASI

VIII

CSS , Kota Payakumbuh 05-07 November 2008 BERSAMA MASYARAKAT KITA IMPLEMETASIKAN STRATEGI SANITASI KOTA YANG TER-INTEGRASI DALAM RPJMD

IV

CSS , Kota Jambi, 21-23 Oktober 2009

PEMBENTUKAN ALIANSI KOTA PEDULI SANITASI UNTUK MENDUKUNG PER-LUASAN KOMITMEN PEMBANGUN-AN SPEMBANGUN-ANITASI PERKOTAPEMBANGUN-AN SECARA HO RIZONTAL DAN BERKELANJUTAN

(16)

APA YANG BEDA

DI CSS XIV

BANDUNG?

Menjadi orang dengan disabilitas tidak mengurangi semangat Nanden untuk peduli

terhadap sanitasi. Pada malam penyambutan peserta City Sanitation Summit XIV dan

Rakernas VI AKKOPSI yang berlangsung di Balai Kota Bandung (17/9), Nanden

mem-bawakan lagu tentang sanitasi yang secara khusus ia ciptakan untuk dimem-bawakan di

hadapan para Wali Kota dan Bupati yang hadir.

Saya memang tidak bisa melihat, tetapi saya juga ingin kota yang bersih dari polusi dan dari sampah. Di jalan kadang ada banyak sampah, kami tidak melihatnya, tapi kadang kami menginjak benda-benda yang dibuang begitu saja tanpa sengaja”, tutur Nanden. Dalam lagunya, Nanden mengingatkan bahwa sesungguhnya kota

yang bersih itu kota juara.

Semua yang hadir menyambut lagu yang dibawakan Nanden dengan senang, bahkan mereka ingin agar lagu itu juga bisa dibawa ke daerah masing-masing. Animo ini langsung ditangkap oleh Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, dengan melelang hak cipta lagu Nanden dan meminta Nanden membuat

rekaman lagu tersebut untuk semua kabupaten kota anggota AKKOPSI. Dengan semangat untuk saling mendukung dan kompak mendorong percepatan pembangunan sanitasi, sudah selayaknya kota-kota ini disebut sebagai kota juara.

Pesona dari penampilan Nanden membuat para Bupati dan Wali Kota anggota AKKOPSI serta seluruh hadirin terkesima. Suasana keakraban dan penuh kekeluargaan pada malam gala dinner CSS XIV dan Rakernas AKKOPSI tersebut juga dilengkapi dengan penampilan apik dari artis Nicky Astria dan Hedi Yunus. Keduanya bukan hanya piawai menghidupkan suasana menjadi lebih berkesan untuk peserta, tapi juga mempromosikan kota Bandung serta isu-isu penting sanitasi pada peserta yang hadir di malam yang penuh keceriaan tersebut.

(17)
(18)

M

elalui Surat Keputusan Direktur Eksekutif Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI) Nomor 007/Dir-Eks/AKKOPSI/2014 Tanggal 5 Juni 2014, Wali Kota Jambi selaku Ketua Bidang Monitoring dan Evaluasi AKKOPSI telah mendapat tugas dan tanggung jawab dalam Pelaksanaan Pemeringkatan Pembangunan Sanitasi Kabupaten Kota (NSCR) Tahun 2014. Dukungan penuh pengurus AKKOPSI lainnya, Wali Kota dan Pokja Sanitasi Kota Pekalongan, Kota Tegal, Kota Cimahi, Kota Palembang,

dan Kota Mataram turut menjadi Tim Pelaksana. Pemeringkatan ini bukan hanya sebagai apresiasi bagi anggota AKKOPSI yang menunjukkan komitmen dalam melaksanakan tahapan PPSP, tapi juga komitmen para kepala daerah terhadap kesuksesan kegiatan AKKOPSI. Pemberian penghargaan ‘Sanipura’ diharapkan dapat memperlancar mekanisme pemantuan dan evaluasi internal AKKOPSI, sekaligus ajang kompetisi sesama anggota. Lebih dari itu, Sanipura Award juga merupakan bentuk penghargaan bagi berbagai pihak yang turut berkontribusi kepada AKKOPSI.

Seluruh proses pemeringkatan ini dapat dipertanggungjawabkan, karena telah melalui proses tahapan, pendokumentasian serta indikator yang sangat jelas. Setiap keputusan ditetapkan dalam rapat pleno resmi yang dipimpin oleh Ketua Bidang Monev AKKOPSI (bapak H. Syarif Fahsa SE, Wali Kota Jambi), Direktur Eksektif AKKOPSI, beserta Wali Kota, Bupati dan Kepala Bappeda ataupun Tim Pelaksana lainnya sesuai SK Ketua Umum AKKOPSI.

Tim Kerja NSCR 2014 telah berbagi tugas untuk mengkoordinir dan mengawal 224 kabupaten kota

anggota yang telah memiliki nomor keanggotaan resmi AKKOPSI hingga tahun 2013.

TIM BEKERJA DALAM 4 TAHAP

PENETAPAN indikator dan kategori serta persiapan pola kerja Tim Pelaksana NSCR.

PENILAIAN awal yang didasarkan sebagai indikator utama sesuai input data di Nawasis

(National Water and Sanitation System)

yang dikembangkan oleh Program Management Unit / PMU – PPSP.

PENILAIAN tahap lebih lanjut berupa verifi kasi data dan pencapaian, baik verifi kasi data lebih lanjut, maupun observasi dan kunjungan langsung ke lapangan (sesuai proses yang telah masuk tahap selanjutnya: daftar kandidat pemenang).

KLARIFIKASI data dan hasil kunjungan lapangan, berupa pernyataan resmi tertulis Bupati dan Wali Kota yang menegaskan validitas data dan temuan yang dihasilkan oleh Tim Pelaksana NSCR.

1

2

3

4

Di antara paparan sambutan kunci

Menko Kesra dan sesi pleno talk

show menteri terkait PPSP di CSS XIV,

diserahkan ‘Sanipura Award’ bagi 18

kabupaten/kota anggota AKKOPSI

serta berbagai pihak yang

diang-gap memiliki kontriusi bagi target

PPSP maupun pencapaian AKKOPSI

selama ini. 11 piala di antaranya

diterima oleh kabupaten dan kota

yang ditetapkan oleh Tim Pelaksana

National Sanitation City Rating atau

disingkat NSCR.

‘SANIPURA’

BUKANLAH

SEKADAR

AWARD

Pekalong dan Ko P ap m L be turu Selu dipertan

(19)

LADIES PROGRAM

TAK HANYA KULINER DAN SHOPPING

B

eberapa kunjungan dan forum saling berbagi potensi daerah dan kekuatan perempuan yang ditampilkan panitia (dikomandoi oleh istri walikota) yang menjadi tuan rumah CSS tersebut berlangsung.

Suatu yang agak berbeda pada kali ini, karena pada malam penutupan CSS XIV dan Rakernas AKKOPSI lalu, Atalia Praratya Kamil, istri dari Wali Kota Bandung, bersama istri dari para Bupati dan Wali Kota anggota Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI) lainnya mendeklarasikan dukungan mereka untuk pembangunan sanitasi. Deklarasi Istri Anggota AKKOPSI Menuju 100% Sanitasi Layak untuk Indonesia 2019 itu disampaikan jelang penutupan acara City Sanitation Summit XIV (CSS XIV) dan Rakernas AKKOPSI pada Kamis, 18 September 2014 yang lalu di Sasana Budaya Ganesha Bandung.

Dukungan ini disampaikan karena dalam berbagai pembahasan baik dalam CSS XIV maupun di beberapa forum selanjutnya, diyakini bahwa kaum perempuan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya percepatan sanitasi. Sebagai kaum perempuan yang menjadi istri dari para anggota AKKOPSI, tentu hal tersebut menjadi lebih strategis lagi, terlebih mereka juga Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) tingkat kabupaten/kota mereka

masing-masing.

Bahkan dalam presentasi yang disampaikan oleh Direktur Perumahan dan Permukiman Bappenas, Tri Nugroho Utomo, pada rangkaian acara CSS XIV dikatakan, “sanitation is the

winning strategy”. Sebagai strategi unggulan, modal terbesar

percepatan pembangunan sanitasi ada di masyarakat dan di sanalah Atalia Praratya Kamil, dan istri para Bupati/Wali

Kota anggota AKKOPSI mengambil peran penting. Deklarasi ini merupakan deklarasi pertama yang dilakukan oleh kaum perempuan, khususnya istri para kepala daerah untuk menyatakan dukungan pada

percepatan pembangunan sanitasi.

SALAH satu keunikan dari setiap CSS sebagai

pertemuan puncak para kepala daerah

ada-lah undangan khusus bagi para istri anggota

AKKOPSI tersebut. Dalam kegiatan ‘Ladies

Program’ CSS seluruh istri dari para anggota

AKKOPSI yang hadir, turut merasakan suasana

kekeluargaan dan informal.

si n di a u, ri a n a u V 4 ai m n ai I, a n g-r o, e r n li g a a

Deklarasi Istri Anggota AKKOPSI

Menuju Pencapaian 100%

Akses Sanitasi Layak untuk Indonesia

2020

Kami istri Bupati dan Wali Kota yang

tergabung dalam Aliansi Kabupaten

Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI), yang

juga merupakan Ketua Tim Penggerak

Pemberdayaan

dan

Kesejahteraan

Keluarga atau disingkat TP-PKK di

kabupaten/kota, berkomitmen untuk:

Pertama, meningkatkan kapasitas

berbagai simpul gerakan perempuan

di daerah untuk mendorong program

Percepatan Pembangunan Sanitasi di

daerah kami masing-masing;

Kedua, menjadi salah satu pilar untuk

kesuksesan pencapaian 100% Akses

Sanitasi yang layak bagi Indonesia

2020, sesuai kemampuan dan potensi

yang kami miliki.

Ketiga, mendorong peran aktif Tim

Penggerak PKK, Dharma Wanita

serta berbagai simpul masyarakat,

khususnya kelompok perempuan

lainnya.

Mari kita wujudkan sanitasi yang lebih

baik, untuk Indonesia yang lebih baik

Bandung, 18 September 2014

(20)

ADVOKASI YANG TAK

PERNAH PADAM

D

alam sambutannya, selain menyambut baik dan mengapresiasi inisiatif para Bupati dan Wali Kota dari berbagai penjuru Indonesia untuk mengupayakan sanitasi permukiman yang lebih baik, Agung Laksono mengapresiasi AKKOPSI dalam mendorong terbitnya payung hukum pagi kelancaran PPSP di masa yang akan datang.

Agung Laksono juga menjawab pertanyaan penting pada yang sebelumnya disampaikan dalam sambutan oleh Ketua AKKOPSI sekaligus Wali Kota Balikpapan, H. M. Rizal Eff endi, S.E., kepada Pemerintah Pusat yaitu harapan akan terbitnya Peraturan Presiden Air Minum dan Sanitasi sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap masalah sanitasi. Menurutnya, Perpres yang diharapkan oleh para kepala daerah ini sudah ada dalam Program 100 Hari Terakhir Kabinet SBY. Artinya, sebelum 20 Oktober 2014, apa yang diharapkan ini pasti terwujud. Bahkan

Agung Laksono bersedia mengantarkan sendiri Perpres dimaksud saat diterbitkan kepada AKKOPSI.

Tentang target pencapaian 100% akses sanitasi pada 2019, Agung Laksono menyadari bahwa hal tersebut merupakan sebuah tantangan yang berat. Political will dari semua pihak dibutuhkan, termasuk yang sudah ditunjukkan oleh para kepala daerah anggota AKKOPSI yang mengganggarkan minimal 2% anggarannya untuk sanitasi.

“Saya berharap pertemuan puncak sanitasi yang dilanjutkan dengan Rakornas dapat memberikan penguatan terhadap komitmen yang sudah ada bagi terwujudnya akses sanitasi layak 100% di tahun 2019”, ucap Agung Laksono. “Saya juga mengapresiasi para Kepala Daerah yang selama lima tahun terakhir ini mengupayakan sanitasi yang lebih baik di daerahnya”, lanjutnya.

Selain pembicara kunci Agung Laksono, pada sesi pleno CSS, kembali ditekankan pentingnya payung hukum PPSP ke depan.

Sesi talk show yang dipandu Tina Talisa (anchor news salah satu TV swasta nasional), menghadir narasumber utama: Prof. Dr. Ali Ghufrom Mukti, M.Sc., Ph.D. (Wamen Kesehatan), Dr. Ir. Achmad Hermanto Dardak, M.Sc. (Wamen PU). Senada dengan para narasumber lainnya, H. Ahmad Heryawan, Lc. (Gubernur Jawa Barat), Mochammad Ridwan Kamil, S. T., MUD. (Wali Kota Bandung), H. M. Rizal Eff endi, S.E. (Ketum AKKOPSI), serta para Wali Kota dan Bupati juga menekankan pentingnya payung hukum PPSP tersebut.

Walaupun Perpres ataupun payung hukum yang lebih kuat tersebut tidak berhasil direalisasikan dalam program 100 hari di penghujung pemerintahan P r e s i d e n S u s i l o Bambang

Yudhoyono, Presiden Joko Widodo, yang juga pernah menjadi Bendahara Umum AKKOPSI saat beliau menjadi Wali Kota Surakarta, akhirnya menandatanganinya Perpres tersebut sebagai Perpres nomor 185/2014. Namun semua itu tidak menjadikan advokasi kebijakan dengan mengupayakan payung hukum lebih kuat bagi program PPSP sudah selesai. Tonggak perjuangan baru dengan terobosan baru justru baru dimulai; demi sanitasi yang lebih baik, untuk Indonesia yang lebih baik.

Ada yang menarik dari pernyataan Dr. H. R. Agung Laksono

yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator

Kesejahteraan Rakyat, di dalam sambutan kunci beliau pada

Sanitation Summit XIV (CSS XIV) dan Rakernas AKKOPSI di

Sasana Budaya Ganesha Bandung, 18 September 2014 yang

lalu.

(21)

S

ebuah angka yang terbilang besar dibandingkan dengan pengalokasian anggaran sanitasi provinsi-provinsi lain bahkan dari alokasi anggaran Jawa Barat sebelumnya.

Untuk tahun 2015 Jawa Barat mengalokasikan 10,02% APBD-nya untuk anggaran fungsi kesehatan yang mencapai Rp. 2,4 Trilyun. Dari jumlah tersebut Rp. 611,7 Miliyar di antaranya dialokasikan untuk pembangunan sanitasi komunal di 1.120 titik di 560 Desa. Besarnya komitmen pemerintah provinsi Jawa Barat terhadap pembangunan sanitasi serta ditunjang dengan upaya advokasi yang mengedapankan berbagai dokumen perencanaan berbasis data menjadikan pemerintah Jawa Barat dapat meyakinkan segenap pihak.

BANDUNG-Gubernur Jawa Barat Ahmad

Heryawan mendeklarasikan Program Kampanye “Sanitasi Total Berbasis Masyarakat atau STBM”. Acara yang dikemas dengan pendekatan budaya bertajuk Pagelaran Seni Angklung “Karatagan Sanitasi, Rempug Gawe Pikeun Jawa Barat” itu digelar di Saung Angklung Ujo, Padasuka, Kota Bandung, Kamis (5/9/2013), dengan dihadiri sejumlah kepala daerah se-Jawa Barat atau yang mewakili.

BELAJAR

DARI ADVOKASI

ANGGARAN JAWA

BARAT

Di tengah kebutuhan pendanaan sanitasi yang kian

membengkak untuk mencapai seratus persen

layan-an slayan-anitasi masyarakat Indonesia di tahun 2020, Jawa

Barat menyedot perhatian banyak pihak dengan

meng-alokasikan anggaran sanitasi sebesar Rp. 611 Miliyar

lebih pada tahun 2015 ini.

FOTO : DOK. PROVINSI JAWA BARAT HTTP://WWW.JABARPROV.GO.ID/INDEX.PHP/NEWS/7155/GUBERNUR_DEKLARASIKAN_KAMPANYE_STMBM

ADVOKASI BERBASIS DATA

KEGIATAN ADVOKASI BERBASIS BUDAYA

Menurut Data EHRA, di Provinsi Jawa Barat sebanyak 2.498 Desa/Kel. Memiliki

RiSIKO TINGGI dan SANGAT TINGGI dimana :

1.927

1.603

Desa

Desa

Desa

Kelurahan

Kelurahan

Kelurahan

109

karena Pengelolaan Sampah Domestik BURUK Karena Pengelolaan Limbah Domestik BURUK

Karena Pengelolaan Drainase Permukiman BURUK

(22)

KABUPATEN-KOTA PEDULI

ALIANSI

SANITASI

HINGGA 2014: 348 KABUPATEN/KOTA

BUPATI/WALI KOTA ANGGOTA RESMI

ACEH 5 Kota-17Kab

RIAU

1 Kota-2 Kab GORONTOLO1 Kota-3 Kab 3 Kota-8 KabSULUT SUMATERA UTARA 5 Kota-4 Kab BANGKA BELITUNG 1 Kota-5 Kab PAPUA 1 Kota-4 Kab MALUKU UTARA 5 Kab KALTENG

4 Kab 1 Kota-2 KabMALUKU KALBAR 2 Kota-12 Kab KALTIM 4 Kota-9 Kab KEP.RIAU 2 Kab JAMBI 2 Kota-8 Kab LAMPUNG 1 Kota-17 Kab SULSEL 2 Kota-15 Kab NTB 1 Kota-9 Kab JATENG 6 Kota-29 Kab NTT 12 Kab DIY 1 Kota-4 Kab JABAR 9 Kota-17 Kab BENGKULU 1 Kota-7 Kab SUMBAR 7 Kota-11 Kab BANTEN 2 Kota-4 Kab JATIM 8 Kota-28 Kab SULBAR 5 Kab SULAWESI TENGGARA 2 Kota-4 Kab SUMSEL

3 Kota-11 Kab DKI JAKARTA 1 Kota

BALI 1 Kota-7 Kab

KEUNIKAN

PENGURUS AKKOPSI PERIODE 2013–2017

SULAWESI TENGAH 1 Kota KALSEL 2 Kota-11 Kab

10 Desember 2009 Wakil Presiden RI meresmikan Program

PPSP (Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman)

da-lam KSN (Konferensi Sanitasi Nasional) II di Jakarta yang

di selenggarakan oleh Bappenas bersama 7 Kementerian

lainnya yang tergabung dalam Pokja AMPL (Air Minum &

Penyehatan Lingkungan) Nasional. AKKOPSI LAHIR UNTUK

MENDUKUNG PPSP

LAHIR SECARA SUKARELA, KESADARAN BEBERAPA WALI KOTA (BUKAN TOP-DOWN)

PENDEKATAN ADVOKASI TERPADU DAN INTENSIF: FORMAL/INFORMAL-PERSONAL.

MITRA PEMERINTAH PUSAT (BAPPENAS & 7 KE-MENTERIAN); POKJA AMPL NASIONAL JARINGAN KEANGGOTAAAN (BUPATI & WALI KOTA) DENGAN KESAMAAN ASPIRASI MEMILIKI PROGRAM/EVENTS SECARA BERKALA SESUAI KEBUTUHAN ANGGOTA.

MEMILIKI LEGALITAS FORMAL LEMBAGA YANG SAH (TELAH DIAPRESIASI & DIAKUI MENDAGRI).

HASIL MUSYAWARAH NASIONAL II, MATARAM 2013 Ketua Umum : Walikota Balikpapan

HM. Rizal Effendi, SE

Ketua I: Walikota Palembang

Harnojoyo (*Plt.)

Ketua II: Walikota Bandung

Mochammad Ridwan Kamil, ST, MUD

Sekretariat Nasional: Direktur Eksekutif

Capt. H. Josrizal Zain SE,MM

Sekretaris Umum: Walikota Mataram

H. Ahyar Abduh

Bendahara Umum: Walikota Bontang

Ir. H Adi Darma, MSi

Ketua Bidang Organisasi/Kerjasama: Bupati Agam

Ir. Indra Catri

Ketua Bidang Pemberdayaan dan Peningkatan Kapasitas: Bupati Malang

Drs. H Rendra Kresna

Ketua Bidang Peningkatan Mobilitas Pendanaan: Walikota Cimahi

Hj. Atty Suharti, SE

Ketua Bidang Advokasi dan Komunikasi: Walikota Banda Aceh

Hj. Illiza Sa’aduddin Djamal, SE

Ketua Bidang Pembelajaran dan Pengembangan Pengetahuan: Bupati Buleleng

Putu Agus Suradnyana, ST

Ketua Bidang Monitoring dan Evaluasi Pengembangan Sanitasi: Walikota Jambi

H. Syarif Fasha, ME

Sekretaris I : Kapala Bappeda Balikpapan

Drs. H.Suryanto, MM

Bendahara I : Kepala Dinas Tata Kota dan Permukiman Balikpapan

Ir. Muhaimin

Bendahara II: Bendahara Sekretariat Nasional

(23)

Mengembangkan kapasitas Unit Manajemen Program atau Pro-gram Management Unit (PMU) dan tiga Unit Pelaksana Program atau Program Implementation Unit (PIU) Teknik (kementerian PU), Kelem-bagaan dan keuangan (Kementeri-an Dalam Negeri) serta advokasi dan pemberdayaan (Kementerian Ke sehatan). Dengan demikian PMU dan PIU diharapkan dapat melaksa-nakan PPSP secara efektif, terpadu dan berkelanjutan.

B

icara tentang Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), tak dapat dilepaskan dari peran Urban Sanitasi Development

Program (USDP) yang mendukung

Pokja AMPL Nasional sebagai pelaksana PPSP. Meski tak banyak publikasi, USDP berperan dalam memfasilitasi dan memperkuat lembaga-lembaga pemerintah di tingkat nasional, provinsi dan secara tidak langsung, juga di tingkat kabupaten/kota yang terlibat dalam pelaksanaan program PPSP.

Dengan pendanaan dari Kedutaan Besar Kerajaan Belanda dan dikelola oleh PT Royal HaskoningDHV, USDP mendukung lebih dari 400 kabupaten/kota di seluruh Indonesia terkait dengan layanan teknis, kelembagaan, dan kesehatan serta dukungan non teknis lain termasuk pengembangan kajian-kajian untuk pemetaan kondisi sanitasi dan komunikasi.

Apa Kata Mereka

Tentang USDP

Di City Sanitation Summit XIV

yang diselenggarakan di Bandung

(2014), AKKOPSI atau Aliansi

Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi

memberikan penghargaan khusus

kepada USDP sebagai ‘Best Partner’

untuk mendamping AKKOPSI

untuk meningkatkan keberhasilan

Program Percepatan Pembangunan

Sanitasi Pemukiman (PPSP ).

AKKOPSI diprakarsai oleh 12 Wali

Kota, tapi sekarang anggotanya

lebih dari 348 Bupati dan Wali Kota

di seluruh Indonesia. Pencapaian

ini tidak lepas dari dukungan para

konsultan ahli USDP “

Dukungan dari USDP sangat terasa

dalam beberapa kegiatan kepala

daerah yang berpartisipasi dalam

PPSP. Mereka juga mendapat banyak

bantuan, khususnya untuk memahami

isu-isu strategis dalam penyediaan

pelayanan dasar masyarakat. USDP

telah mampu membangun dan

memfasilitasi forum informal antara

kepala daerah dengan suasana

kekeluargaan tanpa mengurangi

kebijakan substansi kebijakan yang

diadvokasikan. “

Illiza Sa’aduddin Jamal SE,

Walikota Banda Aceh / Ketua Bidang Advokasi dan Komunikasi AKKOPSI

Josrizal Zain, Direktur Eksekutif AKKOPSI/Wali Kota Payakumbuh 2002 – 2012

Secara umum USDP bertujuan

untuk memfasilitasi dan

mendukung pelaksanaan PPSP.

Adapun tujuan khususnya adalah:

Mengkonsolidasikan pendekat-an Strategi Spendekat-anitasi Kota (SSK) untuk digunakan oleh fasilitator pemerintah dan kota-kota di seluruh Indonesia sambil me-mastikan bahwa SSK tersebut memenuhi kebutuhan warga miskin dan kurang terlayani.

Konsultan USDP memberikan bantuan teknis kepada PMU dan PIU untuk memperkuat kapasitas mereka dalam mendukung Provinsi dan kota-kota dengan peren-canaan dan pelaksanaan perbaikan sanitasi.

Dukungan

untuk Peningkatan Akses

Sanitasi di Indonesia

MEMBANGUN KAPASITAS KONSOLIDASI PERENCANAAN

Gambar

ILUSTRASI PROGRES MENUJU PERPRES
FOTO : DOK. PROVINSI JAWA BARAT HTTP://WWW.JABARPROV.GO.ID/INDEX.PHP/NEWS/7155/GUBERNUR_DEKLARASIKAN_KAMPANYE_STMBM

Referensi

Dokumen terkait

Semoga Proposal Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama keluarga besar Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Universitas Bina Darma,

Gambar 9 menunjukkan bahwa semakin besar nilai neff maka terjadi pergeseran pada posisi dan puncak spektrum menuju panjang gelombang yang lebih besar namun lebar

Setiap Mahasiswa/I Wajib menggunakan atau membawa Masker yang sudah ditetapkan oleh manajemen Elizabeth International lengkap dengan peralatan lainnya (Tisu Basah/Kering,

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :..

Langkah awal analisis data yaitu membuat kuesioner yang akan diproses dengan analisa regresi untuk mengetahui faktor bauran pemasaran mana yang paling berpengaruh dan

Pada proses ini bahan keramik dihaluskan hingga membentuk bubuk, lalu dicampur dengan pengikat (binder) organic kemudian dimasukkan ke dalam cetakan dan ditekan hingga mencapai

Induksi tiroglobulin kambing atau Capra hircus thyroglobulin (cTg) dapat meningkatkan kadar MDA pada pankreas tikus ( Rattus norvegicus ) sebesar 63% pada dosis 200

Gas content dihitung berdasarkan data yang diambil dari analisis proksimat pengambilan sampel pada tiga conto batubara yang mewakili lapisan batubara bagian bawah,tengah,