• Tidak ada hasil yang ditemukan

JAYAPURA DEPAPRE AMBON FAK-FAK MERAUKE / BADE 23

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JAYAPURA DEPAPRE AMBON FAK-FAK MERAUKE / BADE 23"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SORONG MANOKWARI AMBON DEPAPRE JAYAPURA AMBON DEPAPRE FAK-FAK POMAKO POMAKO MERAUKE / BADE

(3)

Rekapitulasi Anggaran Tahun 2011

700,000,000 656,242,397 500,000,000 600,000,000 503,241,674 ah) 300,000,000 400,000,000 317,042,164 314,937,290 222,882,716 n ggaran  (ribu  rupi a 100,000,000 200,000,000 158,267,549 149,055,232 60,537,545 69,443,617 50,408,929 49,972,521 178,176,948 A n 0 Provinsi Ditjen Perhubungan Darat Ditjen Perhubungan Laut

Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat

Provinsi

(4)

Rekapitulasi Anggaran Tahun 2012

600,000,000 511 180 109 514 797 430 500,000,000 511,180,109 373,395,798 514,797,430 300,000,000 400,000,000 349,592,190 , , 238,260,066 an  (ribu  rupiah) 200,000,000 145,990,958 158,174,813 187,239,482 Anggar a 0 100,000,000 52,995,077 70,962,179 40,093,034 48,580,724 Ditjen Perhubungan Darat Provinsi Ditjen Perhubungan Laut Ditjen Perhubungan Udara

Maluku Maluku Utara Papua

25

(5)

Isu Strategis

Isu Strategis

No Substansi Permasalahan Usulan Keputusan

k di i f k d b b d b ik

1 Infrastruktur

Kurangnya ketersediaan infrastruktur dan konektivitas di Merauke

Keterbatasan kapasitas pelabuhan/ airstrip  untuk pengembangan industri di Wetar

Keterbatasan kapasitas jalan akses, 

Pembangunan baru dan perbaikan signifikan terhadap infrastruktur yang  telah ada.

Peningkatan kapasitas pelabuhan ferry  (Lerokis) dan airstrip di Wetar

1

wilayah

p j ,

pelabuhan dan bandara di Halmahera 

Keterbatasan energi yang dibutuhkan untuk industri di Halmahera Utara

Belum ada sumber energi listrik di Wetar

( ) p

Peningkatan kapasitas jalan, pelabuhan dan bandara di Halmahera

Pengembangan potensi geothermal di Halmahera Utara

Penyediaan energi listrik di Wetar

Penyediaan energi listrik di Wetar

RTRW Provinsi dan Kabupaten masih ada yang belum final

Tumpang tindih kawasan hutan dan wilayah

RTRW Provinsi dan kabupaten agar  segera difinalkan dan mempercepat proses legalisasi.

Perizinan satu atap yang terpadu

2 Regulasi

pertambang terkait dengan penerapan UU  Kehutanan dan Pertambangan

Koordinasi dan sinergi kebijakan dan

perizinan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan daerah serta antar instansi terkait

Perizinan satu atap yang terpadu

Pemberian kebijakan khusus dari

pemerintah terkait insentif bagi inventasi pusat dan daerah serta antar instansi terkait

Fasilitas perpajakan dan rasionalisasi pungutan pajak daerah

(6)

Isu Strategis

Isu Strategis

No Substansi Permasalahan Usulan Keputusan

didik k b k i k didik d

Kurangnya pendidikan perkebunan untuk masyarakat asli di Merauke

Kuantitas dan kualitas SDM untuk

penguasaan teknologi penirisan tembaga masih rendah

Peningkatan pendidikan dan

keterampilan masyarakat asli Merauke bidang perkebunan

Pelatihan dan pendidikan SDM lokal dan nasional bidang teknologi penirisan 3 SDM dan IptekKeterampilan tenaga kerja lokal untuk

produksi emas masih terbatas

Terbatasnya tenaga terampil dalam bidang industri nikel

g g p

tembaga

Pengembangan sarana pendidikan dan iptek produksi emas di Halmahera Utara

Peningkatan kualitas pendidikan SMA,  SMK dan universitas serta pembangunan SMK dan universitas serta pembangunan D3 Politeknik di Halmahera

(7)

Daftar Investasi Infrastruktur yang Teridentifikasi

di Koridor Papua-Maluku

PEMERINTAH

No. Proyek MP3EI Nilai Investasi(IDR Miliar) PeriodeMulai PeriodeSelesai Lokasi TRANSPORTASI LAUT

1 Pembangunan Dermaga Terminal Penumpang dan Peti 200 2011 2014 Papua

1 Kemas Pelabuhan Depapreg g g 200 2011 2014 Papua

2 Pelabuhan Serui 567 2011 2014 Papua

3 Adpel Ambon 363 2011 2014 Maluku

4 Adpel Jayapura 328 2011 2014 Papua

Satker Sementara Pembangunan Faspel Laut Raja Ampat

5 Satker Sementara Pembangunan Faspel Laut Raja Ampat dan Arar - Sorong 318 2011 2014 Papua Barat

6 Pelabuhan Waren 306 2011 2014 Papua

7 Lanjutan pembangunan Pelabuhan Samudera Perikanan Merauke 300 2011 2014 Papua

8 Pelabuhan Teminabuan 261 2011 2014 Papua

9 Pelabuhan Bade 237 2011 2014 Papua

10 Pelabuhan Buli 226 2011 2014 Maluku Utara

11 Pelabuhan Jailolo 210 2011 2014 Maluku Utara

12 Adpel Merauke 210 2011 2014 Papua

13 Pelabuhan Tobelo 201 2011 2014 Maluku Utara

14 Satker Sementara Pembangunan Faspel Laut Falabisahaya - Malut 201 2011 2014 Maluku Utara

15 Pelabuhan Kaimana 188 2011 2014 Papua Barat

16 P l b h L b h /B b 180 2011 2014 M l k U

(8)

LANJUTAN

l d d

No. Proyek MP3EI Nilai Investasi(IDR Miliar) PeriodeMulai PeriodeSelesai Lokasi

17 Pelabuhan Sarmi 169 2011 2014 Papua

18 Adpel Biak 168 2011 2014 Papua

19 Pelabuhan Nabire 160 2011 2014 Papua

20 Pelabuhan Agats 159 2011 2014 Papua

21 Pelabuhan Saunek 153 2011 2014 Papua Barat

22 Adpel Ternate 150 2011 2014 Maluku Utara

23 Pelabuhan Kokas 145 2011 2014 Papua Barat

24 Unit Penyelenggara Pelabuhan Amamapare 135 2011 2014 Papua

25 Pelabuhan Gebe 134 2011 2014 Maluku Utara

26 Pengembangan pelabuhan di Sorong 129 2011 2014 Papua Barat

27 Pembangunan Dermaga General Cargo 100 meter- 100 2011 2014 M l k Ut

27 Pelabuhan Sofifig g g 100 2011 2014 Maluku Utara

28 Pembangunan Dermaga General Cargo 100 meter-Pelabuhan Merauke 100 2011 2014 Papua

(9)

CAMPURAN

l d d

No. Proyek MP3EI Nilai Investasi(IDR Miliar) PeriodeMulai PeriodeSelesai Lokasi TRANSPORTASI LAUT

1 Jayapura Port 43.000 2011 2015 Papua

2 P l b h M k 9 000 2012 2015 P

2 Pelabuhan Merauke 9.000 2012 2015 Papua

3 Peningkatan kapasitas kargo Pelabuhan Laut Timika 500 2011 2015 Papua

TRANSPORTASI UDARA

1 Rehabilitasi Bandara termasuk Perpanjangan Runway 150 2011 2014 Maluku Utara

(10)

KORIDOR CLUSTER NAMA PELABUHAN FASILITAS HIERARKHI DALAM TKN PAPUA - MALUKU CORRIDOR

Manokwari ƒ Pelabuhan Manokwari Dermaga Beton 2116 m², Lapangan

Penumpukan 5.500 m², terminal 100 ²

Pelabuhan Pengumpul penumpang 100 m²

Jayapura ƒ Pelabuhan Jayapura

→ Pelabuhan Depapre

Dermaga Beton 700 m², Lapangan Penumpukan 11.350 m², terminal penumpang 1.200 m²

Pelabuhan Utama

Merauke ƒ Pelabuhan Merauke Dermaga Beton 150 m², Lapangan

Penumpukan 14.200 m², terminal penumpang 240 m²

Pelabuhan Pengumpul

ƒ Pelabuhan Bade Dermaga Beton 50 m², Lapangan -g , p g

Penumpukan 400 m²

Sorong ƒ Pelabuhan Sorong→

Pelabuhan Arar

Dermaga Beton 1.970 m², Lapangan Penumpukan 1.350 m², terminal penumpang 2.000 m²

Pelabuhan Utama

Ambon ƒ Pelabuhan Ambon Dermaga: 2000 m’; Lap. Penump.:

13.000 m2; Term.Penumpang: 100 m2

Pelabuhan Utama

Ternate ƒ Pelabuhan A Yani Dermaga I: 400 m’ Dermaga II: 50 m’ Pelabuhan Utama

Ternate Pelabuhan A. Yani

ƒ Pelabuhan Sofifi

Dermaga I: 400 m , Dermaga II: 50 m , Gudang: 2.280 m2; Lapangan

Penumpukan: 1.000 m2; Terminal Penumpang: 650 m2

(11)

KORIDOR CLUSTER NAMA

PELABUHAN KEGIATAN TA. 2011 POSISI SAAT INI

PAPUA - MALUKU Jayapura ƒ Pelabuhan Pembangunan Faspel Depapre Pembangunan Faspel Depapre capaian fisik

PAPUA - MALUKU CORRIDOR Jayapura ƒ Pelabuhan Jayapura → Pelabuhan Depapre

Pembangunan Faspel Depapre, Pagu 20 M

Pembangunan Faspel Depapre capaian fisik sebesar 90%

Merauke ƒ Pelabuhan Pelaksanaan Studi Kelayakan (FS) Sedang dilakukan pembahasan Laporan

Merauke ƒ Pelabuhan

Merauke

Pelaksanaan Studi Kelayakan (FS) Pengembangan Pelabuhan Merauke

Sedang dilakukan pembahasan Laporan Interm Report hasil dari peninjauan alternatife lokasi pembangunan Pelabuhan Merauke

ƒ Pelabuhan Bade Pembangunan Faspel

Bade, Pagu 10 M

Pembangunan Faspel Bade capaian fisik sebesar 57%

, g

Sorong ƒ Pelabuhan

Sorong→ Pelabuhan Arar

Pembangunan Faspel Sorong, Pagu 15 M

Pembangunan Faspel Arar, Pagu 30 M

Pembangunan Faspel Sorong/Arar capaian fisik sebesar 84%

Ambon ƒ Pelabuhan Pembangunan Faspel Pembangunan Faspel Ambon capaian fisik

Ambon ƒ Pelabuhan

Ambon

Pembangunan Faspel Ambon, Pagu 12 M

Pembangunan Faspel Ambon capaian fisik sebesar 46,20%

Ternate ƒ Pelabuhan Sofifi Pembangunan Faspel,

Pagu 10 M

• Pembangunan Faspel A. Yani capain fisik

sebesar 40 % Pagu 10 M

Pengerukan Alur Pelayaran, Pagu 16 M

sebesar 40 %

• Pembangunan Faspel Sofifi capaian fisik

(12)

No Kegiatan Infrastruktur Lokasi Nilai Investasi (Rp.Milyar) Penanggung Jawab Target

Keterangan Kondisi Alokasi Anggaran DJU Mulai selesai

1. Rehabilitasi Bandara termasuk Perpanjangan Runway Bandar  Udara Morotai

Maluku Utara 95 Kementerian

Perhubungan

2011 2014 kondisi eksisting Bandara Morotai merupakan peninggalan Perang Dunia (PD) II yang memiliki 7  (tujuh) jalur runway, dengan 5  (lima) runway yang masing‐masing memiliki panjang 3000 m dan 2 

(d ) l i l bih d k

Pendanaan APBN 

(Termasuk kedalam rencana alokasi Anggaran Ditjen Perhubungan Udara TA.2012, pengadaan dan pemasangan alat bantu 

d t i l / Ai fi ld (dua) runway lainnya lebih pendek pendaratan visual / Airfield 

Lighting (AFL))  ‐ kondisi eksisting Bandara Morotai 

yaitu (2.400 m x 30 m), dengan  peralatan Navigasi berupa NDB,  dan memiliki fasilitas lainnya dan memiliki fasilitas lainnya  ‐ belum terdaftar sebagai bandara

yang ditetapkan dalam KM 6/  2008 dan KM No. 7 / 2008 dan KM.11 / 2010, namun bandara

i i l h l i b

inin telah melayani penerbangan umum yakni penerbangan sipil

‐ Berdasarkan surat usulan dari Gubernur Maluku Utara Tanggal 3  Mei 2011, Dibutuhkan alokasi dana 95 Mlyar untuk

(13)

Hasil Penetapan Prioritisasi Sentra Produksi

Koridor Ekonomi Papua Dan Kep. Maluku

No

Kegiatan Ekonomi

Utama

Sentra Produksi

Prioritisasi Sentra 

Produksi

Keterangan

Koridor Ekonomi Papua Dan Kep. Maluku

Tabel Rekapitulasi

Utama

Produksi

Jumlah  Proyek Nilai Proyek (Milyar IDR) Jumlah  Proyek Nilai Proyek (Milyar IDR)

1

Pertanian Pangan

12

68 327

/

/

Data yang diperoleh masih b d i i

1

e ta a

a ga

(MIFEE)

12

68.327

n/a

n/a

terbatas pada investasi yang relatif tidak signifikan

2

Tembaga

4

197.196

1

1.573

3

Nikel

3

83 000

2

63 000

3

Nikel

3

83.000

2

63.000

4

Migas

1

50.000

1

n/a

Masih dalam tahap awal dan proses persetujuan dengan BP Migas. GB tahun 2014.

5

Perikanan

14

30.537

n/a

n/a

Belum mendapatkan jawabandari sumber data

6

Lain‐lain (emas dan

peternakan)

10

19.219

1

16.200

peternakan)

(14)

Daftar Proyek Sentra Produksi Yang Telah

y

g

Groundbreaking

g

No

Proyek Sentra Produksi

Waktu Groundbreaking

Nilai Investasi

(Milyar IDR)

1

Klaster Sentra Produksi Pangan I (PT. 

Papua Daya Bio Energi dan PT. Tebuapua aya o e g da . ebu

2011

0.2

Wahana Kreasi

2011

0.2

2

Pembangunan Pabrik Fero Nikel

Halmahera (termasuk power plant 260  MW)

2011

9.000

3 Perluasan produksi emas Halmahera

2011

n/a

4 Peningkatan produksi tambang emas

2011

n/a

Total

Total

(15)

INISIATIF STRATEGIS KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEP. MALUKU

(KLASTER PRIORITAS & INDUSTRI PRIORITAS)

No (Klaster Prioritas)Inisiatif Strategis (Industri Prioritas)Daftar Kegiatan Nilai Investasi PelaksanaanTahun yang TerserapTenaga Kerja

Proyek Penirisan

T b g W t Penelitian, pengembangan dan

Pilot Project

US$ 74,43 j 2007 - 2010 221

1 Tembaga Wetar (kerjasama

PT.

BATUTUA TEMBAGA

RAYA dan PT.

BATUTUA KHARISMA

Penelitian, pengembangan dan

Pilot Project

juta 2007 2010 221

Extended Demo Plant

(Pabrik tahap I) US$ 41,35

juta 2012 350

PERMAI )

Main Plant

(Pabrik Tahap II) US$ 108,26

juta 2013 400

PERMASALAHAN

REGULASI

Tumpang tindih kawasan hutan dan wilayah pertambangan (kerancuan rencana tataruang kabupaten) terkait dgn penerapan undang-undang kehutanan dan pertambangan.

Koordinasi dan sinergi kebijakan dan perijinan antara pusat dan daerah serta antar instansi terkait.

Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan belum diperolehj p

KONEKTIVITAS Peningkatan kapasitas pelabuhan ferry (Lerokis) dan airstrip

Belum ada sumber energi listrik, perusahaan masih menggunakan sumber energi sendiri berbahan minyak

SDM DAN IPTEK

Teknonologi

heap leaching

(penirisan) tembaga sulfida pertama di dunia

dan penggunaan metode solvent extraction – electrowinning pertama di Indonesia sehingga membutuhkan pelatihan SDM lokal dan nasional untuk menguasai teknologi.

(16)

I i i tif St t i D ft K i t T h T K j

INISIATIF STRATEGIS KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEP. MALUKU

(KLASTER PRIORITAS & INDUSTRI PRIORITAS)

No Inisiatif Strategis

(Klaster Prioritas)

Daftar Kegiatan

(Industri Prioritas) Nilai Investasi

Tahun Pelaksanaan

Tenaga Kerja yang Terserap Pembangunan pabrik pengolahan dan kompleks industri

nikel US$ 5 Milyar 2012 – 2017 7.000

Pembangunan pelabuhan laut, bandar udara dan jalan antar

2

Pengolahan dan Penambangan Nikel dan Cobalt di Weda Kab.Halmahera

T h d Ti

Pembangunan pelabuhan laut, bandar udara dan jalan antar

kota US$ 400 juta 2012 – 2017

Pembangkit listrik dan pabrik asam sulfat (Co generation) 2014 – 2017

Tengah dan Timur, Maluku Utara

PT. WEDA BAY NICKEL

PERMASALAHAN

REGULASI UU No. 4 tahun 2009, Renegosiasi kontrak karya, PP turunannya, fasilitas perpajakan dan rasionalisasi

REGULASI pungutan/pajak daerah, g y , y , p p j

KONEKTIVITAS Jalan antar propinsi tidak memadai, bandar udara dan pelabuhan laut yang dapat di pihak ke – 3 kan, telekomunikasi (voice dan data)

SDM DAN IPTEK Pendidikan SMA, SMK perlu ditingkatkan kualitasnya, D3Politeknik belum ada, Universitas masih rendah

(17)

INISIATIF STRATEGIS KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEP. MALUKU

(KLASTER PRIORITAS & INDUSTRI PRIORITAS)

No Inisiatif Strategis

(Klaster Prioritas)

Daftar Kegiatan

(Industri Prioritas) Nilai Investasi

Tahun Pelaksanaan

Tenaga Kerja yang Terserap

Pembangunan pabrik pengolahan bijih nikel menjadi US$ 1.000

2011 2014 950

3

Pembangunan Pabrik Ferro Nikel Halmahera

(termasuk

power plant

260 MW)

PT ANTAM (P

)

feronikel juta 2011 - 2014 950

Pembangunan

power plant

US$ 600 juta 2011-2014

PT. ANTAM (Persero)

PERMASALAHAN PERMASALAHAN REGULASI

KONEKTIVITAS Sumber energi listrik masih kurang

(18)

INISIATIF STRATEGIS KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEP. MALUKU

(KLASTER PRIORITAS & INDUSTRI PRIORITAS)

No (Klaster Prioritas)Inisiatif Strategis (Industri Prioritas)Daftar Kegiatan Nilai Investasi(Rp. Milyar) PelaksanaanTahun yang TerserapTenaga Kerja

Rencana Induk 2012 FS 2012 4 Pembangunan Proyek Gas Tangguh

BP BERAU LTD

2012 PQ 2012 Tender 2012 FEED 2013

BP BERAU LTD

Konstruksi 2014- 2015

Ground Breaking

2014 Operasional PERMASALAHAN

REGULASI Proses persetujuan dari berbagai instansi pemerintah, persetujuan mengenai organisasi dan staff,

manajemen resiko sosial dan lingkungan hidup di Teluk Bintuni KONEKTIVITAS

KONEKTIVITAS SDM DAN IPTEK

(19)

INISIATIF STRATEGIS KORIDOR EKONOMI PAPUA-KEP. MALUKU

(KLASTER PRIORITAS & INDUSTRI PRIORITAS)

No Inisiatif Strategis

(Klaster Prioritas)

Daftar Kegiatan

(Industri Prioritas) Nilai Investasi

Tahun Pelaksanaan

Tenaga Kerja yang Terserap

Pertambangan umum – Bahan Galian Emas DMP US$ 1,8 1999 – 2010

1 400 5

Emas di Kep. Maluku: Perluasan Produksi Emas Halmahera Kab. Halmahera Utara, Maluku Utara , Milyar 2011 - 2015 1.400 TBA 2016 - 2029 TBA Maluku Utara

PT. NUSA HALMAHERA

PERMASALAHAN REGULASI

• Peraturan perundangan yang tidak harmonis satu dengan lainnya, berubah-ubah dari waktu ke waktu dan

bertentangan dengan peraturan pusat

• Ketidaktepatan waktu, sesuai tahapan penambangan; eksplorasi, FS/Amdal, konstruksi dan produksi

• Tidak ada koordinasi antara ESDM dengan instansi lainnya

• Periode perijinan (infill drilling dan rekom Gub/Bup) yang terlalu singkate o e pe j a ( g a e o Gub/ up) ya g te a u s g at

KONEKTIVITAS

•Keterbatasan kapasitas pelabuhan

•Penggunaan dan kondisi jalan akses

•Potensi geothermal yang belum tergarap

SDM DAN IPTEK

Jumlah tenaga kerja lokal (Maluku Utara) diserap lebih banyak dari pada jumlah tenaga kerja di luar Maluku, namun ketrampilannya masih perlu untuk dikembangkan berhubungan sarana pendidikan dan pengetahuan Iptek di Halmahera Utara masih perlu pembinaan dan pengembangan lebih lanjut oleh Pemda setempat.

(20)
(21)

REKAPITULASI ANGGARAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

A.

PROVINSI PAPUA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

TAHUN 2010 S/D TAHUN 2012

Rp. 000

NO. SUB SEKTOR/ BADAN 2010 2011 2012

1. PERHUBUNGAN DARAT 47.983.677 50.408.929 40.093.034 2. PERHUBUNGAN LAUT 161.082.673 314.937.290 373.395.798 3 PERHUBUNGAN UDARA 425 661 721 656 242 397 514 797 430 3. PERHUBUNGAN UDARA 425.661.721 656.242.397 514.797.430

B.

PROVINSI PAPUA BARAT

NO. SUB SEKTOR/ BADAN 2010 2011 2012

1. PERHUBUNGAN DARAT 35.267.300 49.972.521 48.580.724 Rp. 000

2. PERHUBUNGAN LAUT 190.635.681 222.882.716 238.260.066 3. PERHUBUNGAN UDARA 158.189.758 178.176.948 187.239.482

(22)

REKAPITULASI ANGGARAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

C.

PROVINSI MALUKU

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

TAHUN 2010 S/D TAHUN 2012

Rp. 000

NO. SUB SEKTOR/ BADAN 2010 2011 2012

1. PERHUBUNGAN DARAT 95.168.759 158.267.549 145.990.958 2. PERHUBUNGAN LAUT 310.354.887 503.241.674 511.180.109 3 PERHUBUNGAN UDARA 149 915 530 149 055 232 158 174 813 3. PERHUBUNGAN UDARA 149.915.530 149.055.232 158.174.813

D.

PROVINSI MALUKU UTARA

NO. SUB SEKTOR/ BADAN 2010 2011 2012

1. PERHUBUNGAN DARAT 44.537.093 60.537.545 52.995.077 Rp. 000

2. PERHUBUNGAN LAUT 134.802.065 317.042.164 349.592.190 3. PERHUBUNGAN UDARA 84.399.294 69.443.617 70.962.179

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, hendaknya pada kegiatan mengoleksi dan menjual sepatu yang dilakukan pengguna ini dibutuhkan sarana bantu yang dapat meringankan kerja pengguna

•• PROCEDURAL FAIRNESS yaitu sampai seberapa PROCEDURAL FAIRNESS yaitu sampai seberapa jauh orang yang terkena dampak kebijakan publik jauh orang yang terkena dampak kebijakan

Setelah melakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa peranan arisan “Ibu Siti Rahmawati” dalam pemberdayaan keluarga di Desa Tlogorejo Kecamatan Tegowanu Kabupaten

Anggaran yuran keseluruhan program akademik KUIS dan juga anggaran jumlah pinjaman PTPTN (untuk Warganegara Malaysia sahaja) atau Tabung Tajaan Khas KUIS (TKK) dalam dokumen

Core flow ini menyebabkan produk dengan ukuran partikel lebih kecil (termasuk vitamin C) berada di bagian tengah hopper dan akan turun lebih dahulu sehingga kemasan produk pada

Variabel brand image terbukti mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap purchase intention, namun berdasarkan nilai rata-rata setiap indikator variabel dengan nilai

sedikit tempat layanan kesehatan yang menyediakan pemeriksaan ini. Namun sekarang jumlah pasangan yang melakukan pemeriksaan ini semakin meningkat. Pemeriksaan ini sangat

dengan menggunakan metode difusi agar diperoleh hasil yang menunjukkan adanya aktivitas antibakteri 4 , sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas