• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANCAMAN KEAMANAN PASCA PERANG DINGIN ISU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANCAMAN KEAMANAN PASCA PERANG DINGIN ISU"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ANCAMAN KEAMANAN PASCA PERANG DINGIN;

ISU TRADISIONAL DAN NON-TRADISIONAL

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok

Politik Internasional

oleh

Haerudin Fauzi (1112113000022)

Luthfi Anugrah (11121130000)

M. Chasif Ascha (1112113000058)

M. Darmawan Ardiansyah (1112113000008)

Redynal Umar (11121130000)

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

2014 M/ 1435 H

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Ancaman

Keamanan Pasca Perang Dingin; Isu Tradisional dan Non-Tradisional.”Terwujudnya

makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan

membimbing penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Andar Nubowo yang telah mengajarkan berbagai ilmu dan telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas sebagai mahasiswa.

2. Teman-teman kelas Politik Internasional yang telah membagi pengetahuannya dalam setiap sesi presentasi.

Semoga dengan segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat

imbalan di sisi Allah SWT. sebagai amal ibadah, amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Sistematika Penulisan ... 2

BAB II PEMBAHASAN A. Ancaman Tradisional ... 3

1. Nuklir... 3

2. Konflik AntarNegara ... 9

B. Ancaman Non-Tradisional ... 15

1. Human Security ... 15

2. Transnational Organized Crime ... 23

3. Terorisme ... 31

BAB III PENUTUP Kesimpulan ... 37

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Isu ancaman nontradisional terhadap keamanan nasional sejak sekitar satu dasawarsa yang lalu bukan lagi menjadi bahan diskusi kalangan sipil (akademisi, pemikir, pelaku bisnis, dsb.) tetapi juga kalangan militer. Lebih jauh, isu ini kini juga menjadi bagian penting dari kajian strategis. Hal ini disebabkan bukan hanya karena pada pembahasan spektrum ancaman, tetapi juga bagaimana mengatasi ancaman-ancaman tersebut, baik pada skala nasional, regional, maupun internasional. Berbagai pertemuan telah dilakukan, mulai dari pihak sivitas akademika, pejabat negara, serta komunitas internasional guna memahami lebih dalam dimensi ancaman nontradisional dan telah menghasilkan beberapa gagasan mengenai bagaimana menangani ancaman nontradisional secara lebih komprehensif.1

Sejalan dengan perkembangan globalisasi yang kian mengaburkan batas negara, tindak kejahatan atau potensi ancaman terhadap suatu negara menjadi hal yang wajar. Isu-isu nontradisional seperti lalu lintas obat-obatan, penyelundupan senjata ilegal, pencurian hak cipta, perdagangan manusia, pencucian uang, serta terorisme adalah beberapa contoh dampak dari kemajuan globalisasi khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi.

Meskipun dunia pasca Perang Dingin didominasi oleh problematika isu nontradisional namun isu tradisional kerap kali muncul di tengah masyarakat dunia. Mulai dari konflik antaragama, etnis, ideologi, teritorial, ekonomi yang menjadi pemicu kerenggangan hubungan antarnegara. Tidak luput pula diskursus nuklir yang walaupun telah diatur secara ketat oleh PBB dengan undang-undang proliferasi namun ancaman terhadap nuklir tidak hilang hingga saat ini. Justru nuklir dijadikan alat deterrance dan bargaining power negara kuat terhadap negara lemah.

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diambil beberapa aspek permasalahan yang dapat dijadikan sebagai rumusan masalah, diantaranya adalah:

1. Apa saja isu tradisional dan nontradisional pasca Perang Dingin?

2. Apakah masih relevan isu keamanan militer dalam dunia saat ini?

3. Seberapa besar ancaman nontradisional terhadap kelangsungan perdamaian dunia?

C. Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan dalam penelitian ini disesuaikan dengan ketentuan umum pembuatan suatu makalah sebagai berikut:

Pada Bab I, berisi Pendahuluan, terdiri dari Pernyataan Masalah, Rumusan Masalah, dan Sistematika Penulisan.

Bab II, adalah Analisa dan Pembahasan. Bab ini merupakan uraian hasil penelitian. Berisi Definisi, Sejarah, serta Macam-Macam Ancaman Tradisional dan Non-Tradisional.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ancaman Tradisional 1. Nuklir

Strategi Nuklir memiliki tempat tersendiri dalam pembuatan kebijakan dan menjadi faktor yang signifikan dalam membentuk kebijakan luar negeri bagi negara-negara yang memilikinya.

Pengembangan teknologi nuklir sendiri dimulai sejak abad ke-19 dengan ditemukannya senyawa radioaktif uranium oleh Marrie dan Pierre Curie yang sebelumnya telah ditemukan oleh Antonie Henri Becqurele pada tahun 1896.

Pada kenyataannya, pelaksanaan penggunaan nuklir hanya pernah terjadi satu kali yakni pada tahun 1945 ketika Amerika Serikat menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki. Dengan melihat kehancuran Hiroshima dan Nagasaki karena kejatuhan bom nuklir dapat dilihat sedemikian dahsyatnya efek kerusakan yang ditimbulkan oleh beberapa kilogram uranium yang direaksikan sebagai bom nuklir yang membuat kedua kawasan itu menjadi mati dan mengandung toksin yang berbahaya bagi kesehatan sehingga tidak dijadikan kawasan pemukiman yang baik bagi rakyat Jepang. Maka sejak dikembangannya nuklir dan dibuktikan kedahsyatannya dengan bom atas Hiroshima dan Nagasaki, maka nuklir adalah senjata tertinggi tanpa tanding hingga saat ini. Nuklir kemudian mengambil posisi sebagai senjata mematikan yang sulit ditandingi dan menjadi bagian terbesar dalam bargaining power sebuah negara.

(7)

bargaining power tinggi dan musuh akan berpikir berkali-kali untuk melakukan serangan terhadap negara tersebut.

Prestige merupakan salah satu motif yang digunakan oleh negara-negara yang berusaha memiliki senjata nuklir. Tidak hanya international prestige tetapi juga terkadang keadaan politik domestik juga turut mempengaruhi sehingga muncul faktor internal prestige. Dapat dikatakan dalam keadaan tersebut, negara-negara ingin mendapatkan suatu tempat di panggung internasional (a place at the table). Selain itu pertimbangan keamanan juga dapat menjadi motivasi untuk memiliki senjata nuklir. Kepemilikan senjata nuklir dipandang akan meningkatkan keamanan nasional (national security) sedangkan jika tidak memiliki senjata nuklir akan merusak atau bahkan menghancurkan kemanan nasional.

Pada dasarnya detterrence merupakan sebuah bentuk dari paksaan. Dimana sebuah negara melakukan deterrence kepada lawannya dari melakukan sesuatu seperti menyerang dengan sebuah keyakinan pengorbanan yang dilakukan lebih baik dari pada potensial serangan yang didapat. Detterrence juga dilakukan untuk menghindari konflik bersenjata secara langsung.2

Mengenai konsep deterrence, Herman Kahn membagi tiga kategori deterrence nuklir, di antaranya adalah:3

Tipe I : Deterrence atas serangan langsung terhadap negara.

Tipe II : Menggunakan ancaman strategis untuk mengancam musuh agar tidak melakukan aksi provokatif daripada serangan langsung. Pada tipe ini terlihat sebuah konsep pada perang dingin yang dikenal dengan “payung nuklir” (nuclear umbrella). Dalam

(8)

konsep ini, suatu negara dapat saja mendapatkan perlindungan nuklir tanpa harus memilikinya. Hal ini terlihat dari bagaimana Amerika Serikat melindungi sekutunya dengan kapabilitas nuklir yang dimiliki. Sekalipun tidak ada kewajiban secara eksplisit untuk menggunakan senjata nuklir dalam membela sekutu yang diserang, kemungkinan untuk melakukannya tetap ada sehingga konsep ini dianggap memiliki nilai deterrence terhadap lawan potensial.

Tipe III : Deterrence bertahap terhadap aksi yang kurang provokatif. Hal ini merujuk pada aksi yang diancam karena penyerang potensial khawatir bahwa pihak yang diserang atau pihak lain akan melakukan tindakan terbatas baik itu secara militer maupun bukan, yang dapat membuat serangan menjadi tidak menguntungkan.

Alasan Negara-Negara Mengembangkan Nuklir

Scott D. Sagan memaparkan ada 3 alasan atau pendekatan yang dapat dipakai untuk menjelaskan fenomena tersebut.4

Pertama,the security model yang berfokus pada upaya negara untuk meningkatan keamanan nasionalnya dari ancaman pihak asing terutama dari ancaman nuklir. Dasar dari pendekatan ini adalah pemikiran realis yang menyatakan bahwa setiap negara harus mampu menjaga kedaulatannya serta keamanan nasionalnya sendiri. Hal ini dikarenakan oleh ancaman terhadap daya rusak masiv yang dapat ditimbulkan oleh senjata nuklir mendorong setiap negara untuk meningkatkan kemampuannya untuk mengimbangi negara lain yang mengembangkan nuklir dengan menimbulkan deterrence. Pendekatan ini menghasilkan dua kebijakan yaitu, negara kuat dapat memaksakan kepentingannya untuk memperoleh kepentingan nasionalnya dengan mengembangkan dan menonjolkan kekuatan nuklirnya sehingga dapat memperbesar kemungkinan tercapainya kepentingan negara

(9)

(brinkmanship). Di sisi lain, negara-negara kecil menjadi pihak yang lemah karena pilihan mereka terbatas pada keikutsertaan dalam bentuk aliansi negara-negara yang memiliki nuklir. Bagi beberapa negara, bergabung dengan suatu aliansi akan menjaganya dari kehancuran (efek nuclear umbrella).

Kedua,the domestic politics model yang menekankan pada pemanfaatan nuklir sebagai alat politik serta tarik-menarik kepentingan antar elit politik di dalam negeri. Ketika suatu kelompok elit mampu mempengruhi arah kebijakan suatu Negara unutk menggunakan nuiklirnya demi kepentingan kelompok tersebut. Dalam hal ini setiap aktor selalu aktif dalam memaksakan kepentinganya sehingga seringkali terjadi benturan antar kepentingan.

Ketiga,the norms model berfokus pada penggunaan nuklir sebagai sebuah simbol modernitas serta identitas suatu bangsa di dunia internasional. Pengambilan keputusan mengenai penggunaan nuklir mencerminkan perilaku negara di dunia internasional karena melalui proses pengambilan keputusan ini membentuk identitas dan simbolisasi tertentu bagi negara tersebut. Dalam hal ini arah kebijakan suatu Negara tidak ditentukan oleh pemimpin bangsa atau elit politik tapi oleh norma yang berlaku.

Ketiga alasan tersebut mendorong suatu negara mempergunakan nuklir sebagai sebuah instrumen politik. Kemampuan negara dalam mengembangkan nuklir tidak bisa lepas pada adanya konflik kepentingan yang terjadi pada masyarakat domestiknya.

Nuklir Amerika Serikat

Amerika Serikat merupakan negara yang paling menonjolkan kepentingannya atas isu nuklir ini. Pada era 90-an, terdapat tiga pemikiran utama dalam penggunaan nuklir Amerika Serikat.5Pertama,

(10)

adanya kebutuhan untuk berjaga-jaga atas kemungkinan terjadinya pergeseran ideologi di Rusia maupun munculnya nasionalisme radikal Rusia yang berpotensi mengancam Amerika Serikat. Kedua, kebutuhan untuk menjaga superioritas atas Cina, menjaga kondisi deterrence dengan Cina dan mungkin mengalahkan Cina, sebagai contoh dalam kasus Taiwan. Ketiga, nuklir dianggap dapat membantu dalam menangani musuh Amerika Serikat, yang sering dianggap sebagai rogue states seperti Libya, Irak, Iran, Syria, dan Korea Utara yang dianggap memiliki ambisi memiliki nuklir.

Dan setidaknya ada enam kegunaan dari senjata nuklir yang dimiliki oleh Amerika Serikat, yaitu:6

a. Untuk mencegah, menghukum, dan jika diperlukan, untuk mengalahkan musuh regional yang mengancam atau menggunakan senjata pemusnah massal untuk menyerang Amerika Serikat.

b. memperbesar efek deterrence dan mungkin compellent bagi sekutu yang terancam dengan senjata pemusnah massal.

c. untuk mengimbangi kemungkinan gagalnya pasukan konvensional Amerika Serikat atau sekutunya.

d. mencegah munculnya pesaing dalam masa damai, krisis, maupun perang.

e. untuk melakukan misi peperangan yang tidak dapat dilakukan dengan senjata konvensional.

f. merupakan senjata yang mengukuhkan kedudukan Amerika Serikat sebagai superpower dan sebagai penjamin terciptanya general deterrence.

Studi Kasus: Nuklir Korea Utara

(11)

Korea Utara melakukan uji coba roket Tae-Po Dong beberapa waktu yang lalu, Pemerintah Korea Utara menyatakan roket tersebut digunakan untuk kepentingan peluncuran satelit. Namun tindakan tersebut dipandang oleh negara-negara di kawasan serta negara-negara barat khususnya Amerika Serikat sebagai sebuah tindakan ancaman, peluncuran roket tersebut diduga akan digunakan untuk senjata nuklir, daya jangkau dari roket tersebut yang menjadi salah satu kekhawatiran negara-negara kawasan dan Amerika Serikat.

Krisis nuklir tersebut muncul kembali setelah Korea Utara pada akhir tahun 2002 untuk kembali memulai program instalasi nuklir Yongbyon yang sebelumnya telah di non-aktifkan dibawah perjanjian antara Amerika Serikat dan Korea Utara pada tahun 1994. Korea Utara juga menarik diri dari Non Proliferation Nuclear Treaty (NPT) pada tahun 2004. Berikutnya serangkaian uji coba missile pada tahun 2006, sehingga menimbulakn masalah poltik luar negeri bagi tidak hanya negara-negara di kawasan tetapi juga hingga negara-negara barat.

Beberapa ahli mengeluarkan spekulasi pendapat mengenai pengembangan nuklir kembali oleh Korea Utara, salah satunya adalah alasan untuk menghentikan embargo ekonomi oleh negara-negara barat atau hanya untuk memutuskan ketergantungan dari Cina, Cina saat ini adalah penyedia bantuan luar negeri terbesar bagi Korea utara. David Shambaugh7 melukiskan hubungan antara Cina dan Korea Utara sebagai “Mulut dan Gigi” karena Cina memiliki hubungan yang paling baik dengan Korea Utara dibandingkan dengan negara lain di dunia ini.

2. Konflik AntarNegara

(12)

Konflik antarnegara merupakan persoalan klasik dalam hubungan antarnegara. Tidak dipungkiri, konflik ini akan selalu ada dalam kaitannya pada sistem internasional. konflik yang terjadi dikarenakan adanya persaingan antarnegara yang merupakan hal normal dalam hubungan antarnegara.

Terdapat beberapa bahan referensi yang memuat permasalahan konflik, dalam cakupannya sebagai konflik internasional. yaitu dalam bukunya Joseph Nye, K. Holsti, Evan Luard, dan dalam buku Goldstein.8 Namun dalam makalah ini lebih membahas konflik antarnegara, yang fokus pada tipe konfliknya. Untuk lebih memudahkan maka penulis mengambil Goldstein dalam referensinya.

Dalam konflik internasional terdapat pengklasifikasian konflik antarnegara dirunut dari aktor yang terlibat, yaitu negara. Tak semua konflik internasional melibatkan konflik antarnegara, namun dengan banyaknya kasus, konflik antarnegara mendominasi. Goldstein membedakan tipe konflik dilihat dari sumber konfliknya, tiga tipe pertama merupakan konflik ide, dan tiga berikutnya merupakan konlik kepentingan. Berikut pengklasifikasan tipe konflik internasional menurut Goldstein 9:

Konflik Etnis

Konflik etnis merupakan hal yang sangat memungkinkan menjadi sumber penting konflik dalam banyak peperangan sekarang di dunia ini.10 Konflik etnis, sebenarnya banyak terjadi di dalam negeri, tapi dalam hal tertentu, etnis yang lintas batas dapat menyebabkan konflik internasional.

8Lihat bacaan lebih lanjut tentang konflik internasional, Joseph Nye, Understandings International Conflicts Study Guide, Liberty University, 2009; K. Holsti, International Politics: A Framework for Analysis, New Jersey : Prentice Hall, 1994; dan Evan Luard, Conflict and Peace In The Modern International System, New York : State University of New York Press, 1988.

(13)

Dalam masalah antarnegara, konflik etnis merupakan konflik yang didasari adanya benturan antar etnis lintas batas. Seperti dalam permasalahan Serbia dan Bosnia, atau Serbia dan Kroasia. Contoh lain adalah permasalah baru-baru ini, antara Rusia dan Ukraina, setelah Ukraina menetapkan bahasa Ukraina merupakan satu-satunya bahasa resmi dalam negerinya, dengan meminggirkan etnis berbahasa Rusia, maka pecahlah konflik yang didasari pada konflik antarnegara.

Konflik Agama

Sebenarnya konflik agama juga lebih banyak dalam persoalan dalam negeri, namun terdapat pula konflik antarnegara yang perbedaan agama mempunyai pengaruh didalamnya. Konflik agama juga banyak kaitannya tumpang tindih dengan konflik etnis, namun agama adalah inti dari sistem nilai komunitas dalam banyak hal di dunia. Jika konflik etnis dan teritorial dibubuhi dengan agama, maka agama segera mengemuka menjadi sentral dan lebih kentara dalam memisahkan antarnegara.11

Seperti dalam kasus konflik antara Azerbaijan dan Armenia, Azerbaijan muslim dan Armenia Kristen. Masalah keduanya tumpang tindih dengan masalah teritorial, yaitu dalam masalah wilayah Nogorno-Karabakh. Atau dalam contoh klasik, masalah Israel dan Palestina. Israel dalam perundingannya pasti mendesak Palestina untuk mengakuinya sebagai negara yahudi. Juga dalam permasalahan Turki-Siprus tahun 1970an, sehingga menyebabkan adanya dua entitas dalam satu pulau itu.

Konflik Ideologi

(14)

sebenarnya di belakang topeng ideologi politik.12 Dalam cakupan yang luas, Ideologi seperti agama, lebih dapat melambangkan dan mengintensifkan konflik antarnegara dibandingkan apa yang menjadi penyebabnya. Seperti dalam permasalahan klasik antara Uni Soviet dan Amerika Serikat, yang mewakili ideologi masing-masing yaitu komunisme dan kapitalisme.13 Begitu pula dalam permasalahan Kuba dan Amerika Serikat.

Tak hanya itu juga, seperti konflik antara Arab Saudi dan Iran, pun lebih pada masalah ideologi mereka, antara Wahabisme dan Syiah. Meskipun tak dipungkiri bahwa sesama ideologi pun bisa terkena konflik, seperti dalam masalah China dan Uni Soviet lepas tahun 1960-an, ataupun dalam masalah Vietnam dan China mengenai teritorialnya.

Sengketa Teritorial

Sengketa teritorial merupakan masalah kedaulatan yang sangat penting bagi suatu negara, yang mana negara akan melakukan segala daya upayanya untuk merebutkan wilayah yang disengektakan. Karena hubungannya dengan integritas negara, wilayah menjadi jauh lebih berharga daripada nilai ekonomi atau strategi yang mereka ambil secara bersamaan. 14

Dalam bahasa hubungan internasional kita mengenal istilah frontier dalam perbedaannya dengan border. Adanya perbedaan batas yang dikehendaki masing-masing negara membuat konflik itu menjadi ada. Seperti baru-baru ini saja di Tanjung Datu, ujung Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Malaysia. Pembangunan mercusuar yang dilakukan oleh Malaysia di wilayah yang disengketakan

12Hans J. Morgenthau, Politik Antar Bangsa (terj.), Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2010, hal 110.

(15)

membuat Indonesia memberrikan teguran berupa pesan yang tegas dan keras.15

Dari permasalahn teritorial ini melahirkan cabang pembahasan, yaitu border dispute, seperti yang kita ketahui bahwasanya sengketa batas wilayah lebih pada perbedaan ketetapan mengenai garis perbatasan. Seperti dalam contoh diatas, antara Indonesia dan Malaysia lebih fokus pada border dispute. Sedangkan dalam contoh Kashmir dalam perebutan wilayah itu antara India dan Pakistan, merupakan persengketaan teritorial. Namun dalam referensi lain, seperti dalam buku Josep Nye, dibedakan antara permasalahan teritorial dan border dispute.16

Kontrol terhadap Pemerintahan

Dalam teori, negara tidak dapat mencampuri setiap pemerintahan negara lain, yang didasari pada asas kedaulatan. Tetapi dalam praktiknya, kenyataannya, beberapa negara mempunyai kepentingan kuat pada pemerintahan negara lain dan menggunakan pengaruhnya dan mengendalikan negara tersebut.17 hal itu menyebabkan konflik antar dua negara yang bersangkutan.

Contoh dalam hal ini adalah Pengaruh Rusia terhadap Ukraina dengan mendukung dalam pemilihan 2004 yang terindikasi kecurangan. Pihak oposisi pro barat segera melakukan demonstrasi besar-besaran yang mengakibatkan diadakan pemilihan ulang dan akhirnya pihak oposisi menang.18

Konflik Ekonomi

15Koran Republika, 25 Mei 2014, hal. 2

16Lihat Joseph Nye, Understandings International Conflicts Study Guide, Liberty University, 2009, hal. 15.

(16)

Kompetisi ekonomi lebih dapat menyebabkan konflik dalam hubungan internasional karena transaksi ekonomi yang banyak dilakukan antarnegara. Namun Jika dalam permasalahan teritorial dapat menebabkan kemungkinan penggunaan violenceantarnegara, maka konflik ekonomi kecil kemungkinannya dalam menghasilkan violence.19 Jarang yang dapat menyebabkan penggunaan kekuatan militer dan menyebabkan perang.

Seperti dalam kenaikan harga gas yang diberikan kepada Ukraina oleh Rusia, yang menyebabkan luka dalam konflik antara kedua negara sebelumnya lebih menganga. Ini merupakan persoalan yang sebenarnya disebabkan konflik dalam hal kontrol pemerintah Ukraina yang menumbangkan pemerintahan pro-Rusia. Atau jika dalam konflik ekonomi murni, seperti dalam kasus kenaikan ekspor harga kopi yang dilakukan oleh Puerto Rico kepada Kanada. Sedangkan Kanada meminta menurunkan harga kopi tersebut.

Aksi dalam Menanggapi Konflik

Sementara itu Holsti membeberkan aksi yang dilakukan negara ketika terjadi konflik antarnegara:20

Nota Protes, penolakan dan dakwaan, memanggil duta negara lain, memulangkan duta besar, ancaman dengan konsekuensi serius, ancaman boikot atau embargo, pengaduan dengan propaganda di dalam dan luar negeri, boikot atau embargo secara total atau terbatas, pemutusan secara formal pada hubungan diplomatik, mobilisasi aksi nonviolent militer, gangguan atau penutupan perjalanan dan komunikasi antara dua warga negara, blokade secara formal, tindakan pembalasan (reprisal), perang.

Studi Kasus: Kashmir

19Joshua S. Goldstein, International Relations, hal. 186.

(17)

Wilayah Kashmir terletak di sebelah utara India dan Pakistan. Secara geografis, wilayah ini berbatasan langsung dengan Afghanistan di sebelah utara dan RRC di Timur. Masalah Kashmir yang melibatkan India dan Pakistan sudah sejak awal kemerdekaan kedua negara tersebut. Kemerdekaan Pakistan merupakan hasil desakan Liga Muslim yang menginginkan wilayah Islam merdeka sendiri terpisah dari India.21

Wilayah Jammu-Kashmir memiliki penduduk mayoritas Islam yang pro kepada Pakistan, sedangkan penguasanya beragama Hindu.22 Pakistan merasa berhak memiliki Jammu-Kashmir karena masyoritas penduduknya Muslim. Namun India juga menginginkan wilayah tersebut sebagai simbol sekulerisme yang dianutnya.23

Untuk menyelesaikan masalah Kashmir India dan Pakistan dimulai dengan perang pada 1947, setelah itu mereka terlibat dalam jumlah dua perang (tahun 1965 dan 1971), satu perang terbatas (pada tahun 1999), dan beberapa situasi konflik seperti perang (di 1987,1989,2002 dan lainnya ).24 Setelah perang 1947, PBB, lewat resolusi nomor 47/April 1948 menyatakan gencatan senjata setelah Pandit Nehru meluncurkan pengaduan resmi terhadap Pakistan. 25

Sebagai hasil dari perang itu, sepertiga Kashmir dikelola oleh Pakistan, yang dikenal sebagai "Azad" Jammu dan Kashmir dan wilayah utara (sekarang Gilgit Baltistan-), sementara dua pertiga, yang dikenal sebagai negara bagian Jammu dan Kashmir dikelola oleh India (termasuk daerah Ladakh, Jammu dan lembah Kashmir). Garis

21Majalah Angkasa, edisi koleksi No. 86, 2013, hal. 25. 22Majalah Angkasa, hal. 26

23Amit Ranjan, India-Pakistan: Failed in the Field and Across the Table, Pakistaniaat: A Journal of Pakistan Studies Vol. 3, No. 3, 2011, hal. 3.

(18)

gencatan senjata menjadi perbatasan de facto dan berganti nama Garis Kontrol (LoC) pada tahun 1972.26

Setelah pecah perang pada 1965, PBB turun tangan lagi dengan mengeluarkan resolusi 211 tanggal 20 September 1965 untuk melakukan genjatan senjata. Dalam masa genjatan tersebut, menggelar perundingan damai di Tashkent, pada 10 Januari 1966. Kemudian dalam Juni 1997, dilakukan pertemuan antar menteri luar negeri untuk meningkatkan hubungan bilateral.27

Namun pada pertemuan lanjutan pada September 1997, India mulai berulah dengan menghindari pembahasan tentang dibentuknya kelompok kerja untuk menangani persengketaan Jammu-Kashmir. Ulah pihak India ini memunculkan ketegangan dengan Pakistan dan memuncak sewaktu India melakukan uji coba nuklir pada 11 Mei 1998 yang langsung dibalas aksi serupa oleh pakistan tiga minggu kemudian.28

Sampai saat ini aksi penembakan terhadap prajurit perbatasan kerap terjadi. Walaupun perundingan damai berulang kali dilakukan, sayangnya kedua negara masih merasa menjadi penguasa sah dari wilayah Jammu-Kashmir.

B. Ancaman Non-Tradisional 1. Human Security

Pergeseran dari munculnya paradigma yang berkembang sejak PD I dan II dan khususnya pasca Perang dingin kembali melahirkan sebuah diskursus baru dalam politik internasional. Dengan beralihnya isu keamanan global, dimensi keamanan menjadi kembali diangkat. “Ancaman” (threat) yang menjadi basis dari keamanan kini tidak lagi berkutat hanya pada persoalan keamanan persenjataan atau militer. “Ancaman” bisa berarti wabah penyakit, human trafficking, narkotika, 26Amit Ranjan, India-Pakistan: Failed in the Field and Across the Table, hal. 4.

(19)

perdagangan senjata, kemiskinan, buta huruf, virus menular, atau sejenisnya yang dirasakan oleh warga-negara, bukan negara itu sendiri.29

Dalam hal ini, persoalan mengenai isu-isu global kontemporer digolongkan ke dalam fenomena wilayah abu-abu(“Grey Area Phenomenome”). Penyebabnya adalah ketidakpastian dari sifat ancaman tsb terhadap struktur, kesatuan, serta stabilitas negara-negara yang berdaulat.30Pada dasarnya, isu global kontemporer memang bukan merupakan persoalan militer/tradisional/konvensional, melainkan lebih merupakan persoalan yang bersifat multidimensional dan lintas-batas (transnasional) dalam berbagai aspek kehidupan manusia, yaitu persoalan-persoalan di bidang ekonomi, lingkungan, sosial, human security, dsb.

Menurut UNDP, human security adalah “keamanan dari berbagai ancaman kronis seperti kelaparan, penyakit dan represi. Selain itu juga merupakan perlindungan dari gangguan atas pola kehidupan sehari-hari baik di rumah, tempat kerja atau komunitas. Jadi, secara umum, definisi human security menurut UNDP mencakup “freedom from fear and freedom from want”. Human security muncul sebagai kritik terhadap konsep keamanan tradisional yang mengabaikan jaminan terhadap keamanan individu. Dengan demikian human security memandang individu sebagai objek utama. UNDP mengklasifikasikan ancaman terhadap manusia ke dalam tujuh kategori,31 yaitu:

Economic Security

29Buzan, Barry, Ole Waever, and Jaap de Wilde,”Security: A New Framework for Analysis”, Lynne Rienner Publisher, Colorado: 1998, hal. 184.

30Peter Chalk,“Gray Area Phenomenome in Southeast Asia: Piracy, Drug Trafficking, and Political Terrorism”, Strategic and Defense Studies Centre Research School of Pacific and Asian Studies The Australian National University, Canberra: 1997, hal. 5.

31United Nations Development Program,“Human Development Report”, http://hdr.undp.org/reports/

(20)

Pasal 22 dan 23 yang ada dalam piagam HAM PBB merupakan sebuah pondasi dari konsep economic security agar setiap orang terjamin dalam kegiatan perekonomiannya.32 Kenapa ekonomi menjadi kajian utama dalam human security? Karena ekonomi merupakan fondasi utama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan manusia.

Apabila tidak ada jaminan perlindungan ekonomi bagi setiap individu, maka yang terjadi adalah berbagai masalah kompleks akan muncul seperti akses terhadap makanan, kesehatan dan berbagai penunjang kehidupan akan sulit terpenuhi. Sehingga menimbulkan krisis bukan hanya bagi seorang individu itu saja, akan tetapi dampaknya akan dirasakan oleh lingkungan disekitarnya.

Contohnya saja kasus yang ekonomi yang terjadi di Indonesia, yaitu hampir 40 % penduduk indonesia hidup dalam kondisi kemiskinan atau hampir miskin.33 Dapat kita simpulkan bahwa

Economic Security di Indonesia belum terjamin sepenuhnya. Padahal laju pertumbuhan tingkat perekonomian kita sangat pesat sekali. Akan tetapi, dampaknya hanya terasa bagi kalangan elit pengusaha dan elit politik saja.

Hal ini menimbulkan kesenjangan ekonomi yang sangat signifikan sekali antara kalangan atas dan kalangan bawah. Belum terjaminnya keamanan dalam sektor ekonomi di Indonesia akan menimbulkan masalah tersendiri bagi proses perkembangan negara kita yang sedang berkembang.

Food Security

32Adnan Buyung Nasution,”Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia”, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta: 2006, hal. 113-114.

33Sri Wiyanti,”Bank Dunia: 40% Populasi Indonesia hidup dalam kemiskinan”,

(21)

Keamanan dalam sektor pangan juga telah diatur dalam piagam HAM PBB yang tercantum dalam pasal 25, dimana dalam pasal tersebut salah satu kalimatnya menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas pangan.34 Adanya pasal ini akibat dari fenomena kelaparan yang banyak terjadi di negara – negara miskin. Tidak terpenuhinya pasokan makanan, jauhnya standar dan kualitas pangan menjadikan fenomena ini menjadi isu penting untuk dibahas, karena menyangkut kehidupan manusia.

Berdasarkan data Organisasi Pangan Sedunia (FAO) tahun 1996-2002 menyebutkan bahwa kelaparan telah menyebabkan 30 juta penduduk dunia meninggal setiap tahunnya, dan 800 juta lainnya menderita kekurangan nutrisi yang kronis.35 Apabila kita lihat dalam kacamata perspektif human security, maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa kelaparan mempunyai keterkaitan dengan faktor ekonomi. Apabila perekonomian seorang individu terancam maka dapat dipastikan akan menjalar pada sektor pangannya yang otomatis akan berkurang.

Maka dari itu, agar keamanan pangan setiap manusia dapat terjamin, dibutuhkan usaha ekstra setiap negara untuk memperbaiki sektor ekonominya. Apabila sektor perekonomian terjamin maka dapat dipastikan sektor – sektor yang lainnya akan terjamin pula. Persoalan ini tidak hanya merupakan masalah internal dalam sebuah negara. Dibutuhkan kerjasama internasional untuk menanggulangi masalah kelaparan.

Health Security

34Ibid, hal. 116.

(22)

Pasal 25 piagam HAM PBB juga menyebutkan bahwa setiap setiap orang berhak atas jaminan kesehatan.36 Kelahiran pasal ini juga tidak terlepas dari banyaknya penyakit – penyakit menular yang ada di negara – negara miskin dunia. Akibat kecanggihan transportasi penyakit menular ini yang semula terisolasi hanya di negara – negara tertentu menyebar dengan cepat melalui sarana transportasi.

Sehingga menyebabkan penyebaran penyakit menular yang tak terkendali. Akibat fenomena tersebut dibutuhkan upaya untuk penanggulannya. Salah satunya dengan dibuatnya pasal ini, sebagai fondasi utama dalam menanggulangi penyebaran penyakit yang umumnya mematikan ini, agar penyakit – penyakit ini dapat dikontrol penyebarannya serta pengobatan segera bagi pengidapnya, sehingga tidak menular pada individu yang lainnya. Dengan adanya mekanisme seperti itu mungkin dapat dipastikan bahwa penyebaran penyakit itu dapat diminimalisir bahkan dihilangkan.

Health Security tidak hanya mencakup persoalan tentang penanggulangan penyakit menular, akan tetapi semua hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan. Salah satu contoh kasusnya adalah tentang permasalahan kesehatan ibu dan anak yag kondisinya sangat memprihatinkan. Tercatat bahwa tingkat angka kematian ibu melahirkan di Indonesia sangat tinggi, yaitu 307 kematian dari 100.000 kelahiran. Bandingkan dengan negara Jepang yang sangat relatif rendah, yaitu 4 kematian dari 100.000 kelahiran.37 Hal ini tidak lain dipengaruhi juga oleh faktor tingkat perekonomian dalam sebuah negara. Jepang sebagai negara maju pasti secara ekonomi rata – rata penduduknya berpenghasilan di atas rata – rata. Hal ini berpengaruh dalam berbagai sektor, terutama kesehatan. Sehingga rata – rata

36Ibid, hal. 116.

37Yuli Tri Suwarni,”West Java facing shortage of nurses in remote areas”,

(23)

apabila kita melihat pada negara – negara maju, permasalahan human security menjadi fokus utama dari pemerintahan negara tersebut setelah national security.

Hal ini jauh berbeda dengan apa yang terjadi di negara – negara berkembang seperti Indonesia. Padahal anggaran yang dikeluarkan tidaklah sedikit untuk berbagai sektor, khususnya sektor kesehatan. Akan tetapi, anggaran yang diturunkan tidak semuanya digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Ada yang digunakan untuk kebutuhan pribadi, bahkan digunakan bersama – sama untuk kepentingan kelompok tertentu. Inilah salah satu problem yang menjadi kendala bagi terwujudnya keamanan kesehatan dalam negara – negara berkembang.

Environment Security

Lingkungan termasuk hal penting bagi kehidupan manusia karena interaksi manusia terjadi di dalamnya. Namun, dengan adanya degradasi lingkungan banyak hal yang mengancam alam dan manusia. Isu yang terkait salah satunya adalah isu maritim yang termasuk ke dalam keamanan lingkungan. Keamanan lingkungan bertujuan melindungi manusia dari dampak buruk kerusakkan dan atau bencana alam akibat ulah manusia maupun degradasi tersebut. Contoh ancaman lainnya adalah rendahnya akses air bersih, polusi udara, global warming dan sebagainya.

Institute for Environmental Security menyebutkan setidaknya ada empat cakupan kajian dasar yang disoroti ES, yakni sebagai berikut:38

Pertama, “The environment is the most transnational of transnational issues, and its security is an important dimension of

(24)

peace, national security, and human rights that is just now being understood”

Kedua, “Over the next 100 years, one third of current global land cover will be transformed, with the world facing increasingly hard choices among consumption, ecosystem services, restoration, and conservation and management”

Ketiga, “Environmental security is central to national security, comprising the dynamics and interconnections among the natural resource base, the social fabric of the state, and the economic engine for local and regional stability”

Keempat, “While the precise roles of the environment in peace, conflict, destabilization and human insecurity may differ from situation to situation and as such are still being debated in relation to other security and conflict variables, there are growing indications that it is increasingly an underlying cause of instability, conflict and unrest”.

Keempat poin di atas, menunjukkan sedemikian pentingnya keberadaan lingkungan dalam kehidupan manusia, isu-isu lingkungan terus berkembang menjadi kajian yang krusial bagi keberlangsungan masa depan peradaban di bumi. Oleh karenanya, menjaga aspek keamanan lingkungan, akan selalu terkorelasi dengan hak dasar manusia. Isu keamanan lingkungan menjadi sangat sensitif karena rentan terhadap konflik.

Personal Security

(25)

negara lain, sesama individu, hingga pelecehan domestik. Bagi banyak orang, sumber utama keresahan adalah kejahatan, terutama kejahatan yang disertai kekerasan.

Pada lingkup personal, keamanan tercapai ketika masyarakat terhindar dari kriminalitas dan kekerasan. Dua tindakan tersebut mayoritas menjadikan wanita dan anak-anak sebagai korban utama. Kriminalitas jelas mengancam kehidupan sosial masyarakat, menimbulkan dampak traumatis, atau bahkan menjadi penghambat kemajuan berpikir masyarakat karena kekhawatiran yang berlebihan.39

Community Security

Keamanan komunitas bertujuan melindungi orang dari lunturnya hubungan dan nilai tradisional, serta dari kekerasan sektarian, religi dan etnis. Komunitas tradisional, terutama kelompok etnis dan kepercayaan minoritas sering kali merasa terancam. Kekerasan pun dapat mengancam keamanan komunitas, dimana komunitas adalah tempat bagi mayoritas orang untuk mencari identitas dan nilai-nilai yang sesuai dengan diri mereka.

Biasanya kekerasan atau tindakan represif terjadi di kalangan komunitas etnis atau komunitas yang masih menerapkan praktik kehidupan tradisional. Mereka menjadikan tradisi sebagai pembenaran untuk aksi kekerasan, seperti perbudakan dan pelecehan seksual terhadap wanita. Rasa kecintaan terhadap etnis pun dapat memicu bentrok, biasanya hal ini terjadi dalam kasus diskriminasi ras.40

Political Security

39United Nations Deveploment Program.”Human Development Report”, hal. 233.hdr.undp.org/sites/default/files/.../hdr_1995_en_complete_nostats.pdf. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014 pukul 12:01.

(26)

Human security memastikan setiap individu hidup di dalam masyarakat yang mampu menghargai hak asasi manusia. Political Security mempunyai fokus pada perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia dan kebebasan dari tekanan politik. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa Political Security mempunyai peran dalam menyelesaikan segala masalah setiap individu yang mempunyai sangkut – paut dengan hal perpolitikan, seperti mempunyai hak dipilih dan memilih serta kebebasan dalam mengutarakan pendapat.

2. Transnational Organized Crime (TOC)

Secara konseptual, transnational crime atau kejahatan transnasional adalah tindak pidana atau kejahatan yang melintasi batas negara. Konsep ini diperkenalkan pertama kali secara internasional di tahun 1990-an dalam The Eigth United Nations Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders.41 Sebelumnya istilah yang telah lebih dulu berkembang adalah organized crime. PBB sendiri menyebut organized crime sebagai the large-scale and complex criminal activity carried on by groups of persons, however loosely or tightly organized, for the enrichment of those participating and at the expense of the community and its members.42Pada perkembangannya PBB menambahakan

bahwa istilah ini seringkali diartikan sebagai the large-scale and complex criminal activities carried out by tightly or loosely organized associations and aimed at the establishment, supply and exploitation of illegal markets at the expense of society.43

41John R. Wagley, Transnational Organized Crime:Principal Threats and U.S. Responses

42United Nations, Changes in Forms and Dimensions of Criminality - Transnational and National, Working paper

prepared by the Secretariat for the Fifth United Nations Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of

Offenders (Toronto, Canada, 1-12 September 1975).

43United Nations, Eigth United Nations Congress on the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders,

(27)

Menurut Mueller dalam Transnational Crime: Defnitions and Concepts, pada pertengahan tahun 1990-an, banyak peneliti mendefinisikan "kejahatan transnasional" untuk menyebut offences whose inception, prevention, and/or direct or indirect effects involve more than one country.44 Mueller sendiri menggunakan istilah kejahatan transnasional untuk mengidentifikasi certain criminal phenomena transcending international borders, trans-gressing the laws of several states or having an impact on another country.45

Menurut United Nations Convention on Transnational Organized Crime tahun 2000, kejahatan dapat dikatakan bersifat transnasional jika terdiri dari:46

a. Dilakukan di lebih dari satu negara,

b. Persiapan, perencanaan, pengarahan dan pengawasan dilakukan di negara lain,

c. Melibatkan organized criminal group dimana kejahatan dilakukan di lebih satu negara, dan

d. Berdampak serius pada negara lain.

Kejahatan transnasional merupakan fenomena sosial yang melibatkan orang, tempat dan kelompok, yang juga dipengaruhi oleh berbagai sosial, budaya, faktor ekonomi.47Akibatnya, berbagai negara cenderung memiliki definisi kejahatan transnasional yang

44Gerhard O. W. Mueller, Transnational Crime: Definitions and Concepts, Transnational Organized Crime 4, no.

1998 (n.d.). 45Ibid.

46Muladi, Demokratisasi, Hak Asasi Manusia, dan Reformasi Hukum di Indonesia, 1st ed. (Jakarta: The Habibie

Center, 2002).

47Mark Findlay, The globalization of Crime: Understanding Transnational Relationship in Context (Cambridge

(28)

sangat berbeda tergantung pada filosofi tertentu. Menurut Martin dan Romano, transnational crime may be defined as the behavior of ongoing organizations that involves two or more nations, with such behavior being defined as criminal by at least one of these nations.48

Pada tahun 1995, PBB telah mengidentifikasi 18 jenis kejahatan transnasional, yaitu pencucian uang, terorisme, pencurian benda seni dan budaya, pencurian kekayaan intelektual, perdagangan senjata gelap, pembajakan pesawat, pembajakan laut, penipuan asuransi, kejahatan komputer, kejahatan lingkungan, perdagangan orang, perdagangan bagian tubuh manusia, perdagangan narkoba, penipuan kepailitan, infiltrasi bisnis, korupsi, dan penyuapan pejabat publik atau pihak tertentu.49

PBB mengidentifikasi jenis-jenis kejahatan yang melintasi batas negara dan pelaku lebih dari satu memiliki efek terhadap aktor di negara lain melanggar hukum di lebih dari satu negara seperti, pencucian uang, terorisme, pencurian benda seni dan budaya, pencurian kekayaan intelektual, perdagangan senjata gelap, pembajakan pesawat, pembajakan tanah, serta pembajakan laut.50

Kejahatan transnasional sering dibedakan menjadi dua, yaitu jaringan kriminal konvensional dan jaringan kriminal yang lebih modern. Kelompok tradisional memiliki struktur hirarkis yang beroperasi terus menerus atau untuk jangka waktu yang panjang. Sementara jaringan kriminal modern justru sebaliknya, mereka memiliki struktur yang lebih terdesentralisasi. Beberapa ahli juga membedakan kelompok-kelompok ini berdasarkan hubungannya dengan negara. Banyak jaringan kriminal konvensional yang memiliki

48Martin, J. M. and Romano, A. T., Multinational Crime-Terrorism, Espionage, Drug & Arms Trafficking (SAGE

Publications, 1992

49Garda T. Paripurna, Sekilas Tentang Kejahatan Transnasional, Riset Hukum Kejahatan Transnasional, 2008

(29)

kepentingan yang sejalan dengan negara-negara karena mereka bergantung pada kebijakan negara.51 Mereka mungkin telah berulang kali “mencuci” aset-aset mereka sehingga menjadi bisnis yang sah. Jaringan kriminal modern, sebaliknya, dipandang kurang bisa mendapatkan keuntungan dari kebijakan-kebijakan negara. Mereka sering berkembang karena tidak adanya pemerintahan yang stabil. Kejahatan terorganisir biasanya melibatkan pejabat-pejabat tinggi negara. Sebagai contoh, Vladimiro Montesinos, kepala intelijen dan upaya anti-narkotika nasional Peru periode 1990-2000, kini dipenjara karena dituduh menjalankan perdaganagn narkoba internasional, senjata, dan pencucian uang.52

Kejahatan transnational ini menjadi fokus utama negara-negara karena berpotensi memunculkan dampak negatif. Kejahatan ini muncul karena beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal negara. James O. Finckenauer menyatakan bahwa setidaknya kejahatan transnasional dipengaruhi oleh tiga faktor, yang menurutnya bukanlah “penyebab” dari kejahatan transnasional, melainkan memfasilitasi atau dalam beberapa kasus menjadi suatu kesempatan kejahatan dengan sendirinya.53 Faktor-faktor tersebut adalah54: (1) Globalisasi Ekonomi; (2) Meningkatnya jumlah dan heterogenitas dari kaum imigran; dan (3) Berkembangnya teknologi komunikasi.

Jenis-Jenis TOC

a. Perdagangan Narkoba

Perdagangan narkoba merupakan bisnis yang paling menguntungkan bagi para kriminal dengan omzet tahunan

51Louise Shelley, “The Unholy Trinity: Transnational Crime, Corruption, and Terrorism,” Brown Journal of World Affairs, Winter/Spring 2005.

52Dow Jones Newswires, “Peru’s Ex-Spy Chief Convicted of Extortion,” March 2, 2005.

53James O. Finckenauer, “Meeting the Challenge of Transnational Crime”, National Institute of Justice Journal, July 2000, pp. 3

(30)

diperkirakan sebesar 320 miliar USD. Bahkan pada tahun 2009, UNODC memperkirakan omzet kokain dan opiat di pasar global sebesar 85 miliar USD dan 68 miliar USD.55

b. Perdagangan Manusia

Perdagangan manusia adalah salah satu kejahatan global di mana laki-laki, perempuan dan anak-anak digunakan sebagai produk eksploitasi seksual atau berbasis tenaga kerja. Menurut ILO, pada tahun 2005, jumlah korban trafficking mencapai 2,4 juta orang dengan keuntungan tahunan sekitar 32 miliar USD.56

c. Penyelundupan Migran

Penyelundupan migran adalah bisnis menyelundupkan orang ke seluruh dunia melalui jaringan kriminal. Dalam proses penyelundupan, hak-hak mereka sering diabaikan dan mereka rawan menjadi korban perampokan, pemerkosaan, pemukulan, atau bahkan dibiarkan mati dalam beberapa kasus, ketika risiko bagi agen penyelundup mereka terlalu tinggi. Banyak agen penyelundup tidak peduli jika migran tenggelam di laut, mati dehidrasi di gurun atau mati lemas dalam sebuah kontainer.

d. Perdagangan Senjata Ilegal

Perdagangan senjata ilegal menghasilkan keuntungan sekitar $ 170 juta hingga $ 320 juta per tahun.9 Konsumen utama pistol dan senjata laras panjang ini adalah teroris dan pemberontak. Negara-negara yang menjadi pasar bagi para penjual sejata illegal ini contohnya adalah Amerika Serikat, Brazil, Afrika Selatan, dll.

e. Perdagangan Ilegal Sumber Daya Alam

55Based on 2005 fgures (World Drug Report 2011 (United Nations publication, Sales No. E.11.XI.10)). Available from www.unodc.org/wdr

(31)

Perdagangan illegal sumber daya alam adalah penyelundupan bahan baku seperti berlian dan logam mulia. Perdagangan ilegal kayu di Asia Tenggara menghasilkan pendapatan tahunan sebesar $ 3,5 miliar.57 Abibat dari perdagangan ini adalah kerusakan hutan, perubahan iklim dan kemiskinan di pedesaan .

f. Perdagangan Ilegal Satwa Liar

Perdagangan ilegal satwa liar adalah salah satu bisnis yang menguntungkan bagi kelompok-kelompok kejahatan terorganisir. Para pemburu menargetkan kulit dan bagian tubuh untuk diekspor ke pasar innternasional. Perdagangan ilegal di gading gajah, cula badak dan bagian tubuh harimau dari Afrika dan Asia Tenggara ke Asia menghasilkan keuntungan $ 75 juta setiap tahun dan mengancam keberadaan beberapa species hewan.58

g. Perdagangan Obat Palsu

Perdagangan obat palsu adalah bisnis yang mengkhawatirkan, karena merupakan perdagangan berpotensi mematikan bagi konsumen. Selain metode trafficking tradisional, para kriminal tersebut terus membangun jaringan perdagangan online dan menargetkan negara-negara maju dan berkembang sebagai konsumen Utama.

h. Cybercrime

Cybercrime mencakup beberapa hal, tapi salah satu yang paling menguntungkan bagi hacker adalah pencurian identitas, yang menghasilkan keuntungan sekitar $ 1 miliar per tahun.59 Para hacker memanfaatkan internet untuk mencuri data pribadi, akun akses perbankan dan serta membobol kartu pembayaran.

57United Nations Offce on Drugs and Crime, 2011 Global Study on Homicide: Trends, Contexts, Data (2011).

58The Globalization of Crime: A Transnational Organized Crime Threat Assessment (United Nations publication, Sales No. E.10.IV.6.2010).

(32)

Dampak Langsung dan Tidak Langsung TOC

Menurut UNODC, kekerasan adalah salah satu dampak yang paling terlihat dari TOC dan dapat menarik perhatian media dan publik di tingkat domestik dan internasional. Dalam bentuk yang paling ekstrim, kekerasan dalam konteks TOC bahkan dapat mengakibatkan peperangan.8 The UNODC menunjukkan perbedaan antara efek langsung dan tidak langsung. Efek langsung pada dasarnya adalah alasan mengapa suatu kegiatan kriminal dilarang. (UNODC 2010, 35). Salah satu parameter yang paling menonjol dari dampak langsung adalah jumlah kecanduan narkoba.

Dampak tidak langsung, bagaimanapun, lebih kompleks dan biasanya dapat merusak negara dan tatanan masyarakat khususnya di Negara-negara berkembang. Melalui pembentukan struktur paralel kekuasaan dan kontrol, kegiatan organisasi kriminal sering membuat upaya pengembangan masyarakat tidak efektif, karena berbeda dengan pemerintah yang tidak memberikan insentif bagi kelompok-kelompok ini karena fokus memajukan masyarakat. Sebaliknya, tujuan dari kelompok kriminal secara eksklusif untuk memberikan keuntungan bagi anggota jaringan mereka.

Secara umum, sangat sulit untuk melihat dampak langsung dan tidak langsung dari TOC karena dua alasan utama. Pertama, karena data empiris seringkali tidak akurat, ukuran seberapa besar ancaman dan jumlah sebenarnya korban tetap sulit untuk menjelaskan yang sebenarnya. Kedua, sebagian besar implikasi dari TOC sebenarnya tidak terlalu terlihat atau tidak menentu.

(33)

mencoba menjelaskan bahwa terdapat sejumlah tantangan yang menurutnya unik dalam mencegah atau menanggulangi fenomena kejahatan transnasional, yaitu60:

a. Kondisi pengalaman sosial dan kultural, berikut dengan pengalaman-pengalaman yang menyertainya, berbeda antara satu negara dengan yang lain. Seperti peribahasa yang dikenal di Indonesia: “lain padang, lain ilalang”;

b. Terdapatnya kejahatan yang tidak terikat dalam batas suatu negara, seperti kejahatan yang dihasilkan melalui teknologi telekomunikasi, yaitu contohnya cybercrime;

c. Semakin mudahnya perjalanan dan berkomunikasi secara global, mempermudah keinginan-keinginan untuk menyembunyikan kejahatan dan menghindari penegakkan hukum;

d. Arahan atau orientasi dari hukum dan penegakkan hukum suatu negara, selain juga permasalahan hukum antarnegara seperti ekstradisi;

3. Terorisme

Terminologi Terorisme

Peristiwa 9 September 2001, atau 9/11 menjadi hari yang bersejarah bagi Amerika Serikat. Peristiwa tersebut membuat AS menyatakan “War on Terrorism”, dan secara drastis mengubah kebijakan dalam negeri, dan luar negeri mereka. Presiden saat itu, George W.Bush berkali-kali menyebutkan term “terror”,”terrorism”, dan “terrorist” tanpa mendefinisikan apa arti dari pernyataan yang telah ia sebutkan.

Semenjak peristiwa 9/11 , isu-isu terorisme banyak bermunculan, bisa dikatakan orang-orang sudah banyak menggunakan

(34)

term Terorisme. Namun, apakah mereka sudah memahami arti dari terorrisme itu sendiri? Lalu sebenarnya apa arti kata dar terorisme itu sendiri?.

Belum ada definisi baku mengenai arti dari Terorrisme itu sendiri, karena banyaknya perbedaan persepsi mengenai Terorrisme itu sendiri. Perbedaan definisi tersebut menimbulkan permasalahan bahwa pernyataan terorisme memiliki unsur politis.

Seperti kasus Israel dan Palestina, Israel dan AS menganggap Palestina adalah terorisme. Dan Palestina menganggap justru Israel dan AS lah yang terorisme, gerakan Palestina adalah gerakan yang menuntut hak untuk berdaulat, bukan aksi terorisme. Bahkan rezim yang berkuasa di suatu Negara, akan menganggap oposisi mereka sebagai ‘terrorist’ pula.61

Banyak yang mengkategorikan kekerasan “violence” termasuk dalam terorisme, padahal itu berbeda. Memang semua terorisme didalamnya pasti ada violence, namun violence tidak semuanya termasuk kategori sebagai terorisme. Seperti penggunaan kekerasan dalam perang, itu tidak termasuk dalam aksi terrorisme.

Lalu seperti apa definisi terorisme sebenarnya? Berikut macam-maca definisi mengenai terrorisme menurut instansi pemerintah ataupun para sarjana yang melakukan riset mengenai terrorisme:

DK PBB mendefinisikan:

“Terorisme adalah segala bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan bentuk teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat luas.”

(35)

Selain itu, Federal Bureau of Investigation (FBI) membagi terorisme menjadi dua, yaitu terorisme domestik, dan terorisme internasional. FBI mendefinisikan terorisme internasional sebagai berikut:

a. Melibatkan tindakan kekerasan atau tindakan berbahaya bagi kehidupan manusia yang melanggar hukum federal atau negara bagian.

b. Bertujuan untuk (i)mengintimidasi atau memaksa penduduk sipil; (ii) untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dengan intimidasi atau pemaksaan; atau (iii) untuk mempengaruhi perilaku pemerintah dengan penghancuran massal, pembunuhan, atau penculikan.

c. Melampaui batas-batas nasional.

Uni Eropa, selaku organisasi internasional yang berfokus di kawasan regional Eropa, mendefinisikan terorisme sebagai:

“Aksi tersebut memberikan dampak kerusakan yang besar terhadap suatu negara maupun organisasi internasional. Bertujuan untu mengintimidasi masyarakat, membuat suatu pemerintahan maupun organisasi internasional tidak dapat berbuat atau abstain menghadapi suatu masalah. Aksi tersebut merusak, dan membuat kacau sistem pemerintahan, kosntitusi, ekonomi, dan struktur sosial dari suatu Negara atau organisasi internasional”.

Dalam American Heritage Dictionary edisi ke-4:

(36)

Walter Laqueur, Chairman of International Reserch Council at Center fo Straetgic and International Studies (CSIS):

“Terrorisme melegalkan penggunaan kekerasan untuk mencapai tujuan politis kelompok tersebut, dengan menjadikan rakyat sipil sebagai target.”

Ayatulla Tashkiri, Iranian religious Scholar:

Terorrisme adalah suatu tindakan untuk mencapai tujuan kelompok tersebut. Menggunakan kekerasan yang mengancam segala aspek keamanan manusia (human security), serta aksi tersebut telah melanggar norma agama dan norma sosial.”

Dari berbagai definisi mengenai Terorisme, Alex J. Bellamymenjelaskan bahwa setidaknya suatu aksi dapat dikategorikan sebagai terorisme jika memiliki empat elemen yaitu: (i) bertujuan politis, dengan menggunakan kekerasan, (ii) dilakukan oleh non-state actor, (iii)target mereka adalah non-combatan, dan (iv)bertujuan untuk membuat rasa takut dalam masyarakat.

Definisi mengenai terorisme diatas meskipun secara umum memiliki kesamaan dalam arti. Namun dalam hal kepentingan di dalam pen-definisian tersebut jelaslah berbeda. Karena perbedaan definisi tersebut dikarenakan adanya kepentingan suatu pihak dalam mendefinisikan terorisme itu sendiri.

Secara teknis, aksi terorisme dapat berbentuk: Assasinations, penculikan, hijacking, bom bunuh diri atau bombings, cyber attack, dan penggunaan senjata kimia/biologis, nuklir, dan radiological weapons.

(37)

Terorisme menurut cakupan aksinya dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar, yakni domestic terrorism dan international terrorism.62

a. Domestic Terrorism adalah aksi terorisme yang dilakukan oleh seseorang atau sekolompok orang yang dilakukan dalam domain satu kawasan negara dengan tujuan tertentu terhadap pemerintahan yang berkuasa.

1) Right-wing terrorism

Terorisme Sayap-Kanan adalah terorisme yang dimotivasi oleh berbagai ideologi kanan, termasuk anti-komunisme, neo-fasisme, neo-Nazisme, rasisme, xenophobia, dan menentang imigrasi. Jenis terorisme ini telah menyebar, dengan sedikit atau bahkan tanpa adanya kerjasama internasional. Koordinasi aksi kelompok ini relatif buruk, dan beberapa organisasi diidentifikasi telah terlibat. Terorisme Sayap-Kanan Modern pertama kali muncul di Eropa Barat pada tahun 1980 dan di Eropa Timur setelah pembubaran Uni Soviet.

Teroris sayap-kanan bertujuan untuk menggulingkan pemerintah dan menggantinya dengan nasionalis atau pemerintahan facis-oriented. Inti dari gerakan ini termasuk skinhead neo-fasis, hooligan paling kanan, simpatisan pemuda dan panduan intelektual yang percaya bahwa negara harus membersihkan diri dari unsur asing untuk melindungi warga negaranya yang sah. Namun, mereka biasanya tidak memiliki ideologi yang baku dan mapan.

2) Left-wing terrorism

(38)

Terorisme Sayap-Kiri (kadang-kadang disebut terorisme Marxis-Leninis atau revolusioner) adalah tindakan terorisme yang dimaksudkan untuk menggulingkan sistem kapitalis dan menggantinya dengan masyarakat sosialis.

3) Special interest

Kelompok ekstrim yang berusaha menyelesaikan masalah-masalah tertentu, daripada mempengaruhi perubahan politik yang lebih luas. Mereka aktivis ekstrim hak-hak binatang, pro-kehidupan, gerakan politik dan sosial lingkungan, antinuclear dan lainnya.

4) Lone wolf

Individu yang memiliki motivasi dan agendanya sendiri. Ia tidak didukung oleh kegiatan kelompok, tetapi mungkin mengajak beberapa konspirator bersamanya.

b. International Terrorism adalah tindakan koersif yang dilakukan oleh sekelompok orang dari berbagai negara yang domain aksinya melewati batas negara, dilakukan di banyak tempat dengan tujuan politis atau ideologis.

1) Kelompok Al-Qaeda

(39)

BAB III PENUTUP Kesimpulan

Globalisasi bak pisau bermata dua, di satu sisi ia bisa digunakan untuk membantu aktivitas manusia namun di sisi lain juga dapat melukai seseorang. Tak dapat dipungkiri bahwa hal itu telah terjadi di masa sekarang ini, kemajuan yang pesat dalam teknologi informasi dan komunikasi membuat dunia semakin kompleks dan dinamis. Masalah yang muncul kian rumit, bukan hanya ancaman tradisional tetapi juga isu nontradisional turut pula menghiasi pola interaksi politik global, mulai dari resistensi konflik antarnegara, ancaman nuklir, terorisme, kejahatan lintas batas negara, hingga masalah kemanusiaan.

Maka dari uraian pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa isu-isu nontradisional lebih dominan dalam hubungan internasional pada era modernitas ini dengan beberapa karakteristik sebagai berikut:

1. Tidak terikat pada faktor geografi

2. Merongrong dan menentang konsep kedaulatan 3. Merusak kekuatan pasar

(40)

Daftar Pustaka

Agung Banyu Perwita, Anak, dkk. Pengantar Kajian Strategis. Graha Ilmu. Jakarta: 2013.

Baylis John, et.al. Strategy in the Contemporary World. An Introduction to Strategic Studies.

Brown Harold. New Nuclear Realities. The Washingtong Quarterly. Winter 2007-2008.

Buzan, Barry, Ole Waever, and Jaap de Wilde,”Security: A New Framework for Analysis”, Lynne Rienner Publisher, Colorado: 1998.

Chalk Peter,“Gray Area Phenomenome in Southeast Asia: Piracy, Drug Trafficking, and Political Terrorism”, Strategic and Defense Studies Centre Research School of Pacific and Asian Studies The Australian National University, Canberra: 1997.

Findlay Mark, The globalization of Crime: Understanding Transnational Relationship in Context (Cambridge University Press, 2003).

Gerhard O. W. Mueller, Transnational Crime: Definitions and Concepts, Transnational Organized Crime 4, no. 1998 (n.d.).

Goldstein Joshua S, International Relations, New Jersey : Pearson, 2010.

Holsti. K, International Politics: A Framework for Analysis, New Jersey : Prentice Hall, 1994.

Kahn dalam John Baylis, et.al. Strategy in the Contemporary World. An Introduction to Strategic Studies. New York: 2002.

Luard Evan, Conflict and Peace In The Modern International System, New York : State University of New York Press, 1988.

Morgenthau Hans. J, Politik Antar Bangsa (terj.), Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2010.

Muladi, Demokratisasi, Hak Asasi Manusia, dan Reformasi Hukum di Indonesia, 1st ed. (Jakarta: The Habibie Center, 2002).

(41)

Nye Joseph, Understandings International Conflicts Study Guide, Liberty University, 2009.

Ranjan Amit, India-Pakistan: Failed in the Field and Across the Table, Pakistaniaat: A Journal of Pakistan Studies Vol. 3, No. 3, 2011.

Romano, A. T. and Martin, J. M, Multinational Crime-Terrorism, Espionage, Drug & Arms Trafficking SAGE Publications, 1992.

Rozman Gilber. The North Korean Nuclear Crisis and U.S. Strategy in Northeast Asia. Asian Survey vol.47 issue 4.

Scott, D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb:Internasional Security, Vol. 21,No. 3. (Winter, 1996-1997). Snyder A Craig. (ed). Contemporary Security and Strategy. New York: 2008.

Internet:

Wiyanti Sri,”Bank Dunia: 40% Populasi Indonesia hidup dalam kemiskinan”,

http://www.merdeka.com/uang/bank-dunia-40-persen-populasi-indonesia-hidup-dalam-kemiskinan.html. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014 pukul 11:30.

Ahmady Irhash,”Policy Paper: Mendesakan Akses & Kontrol untuk Pangan,

Menilik Posisi Indonesia di G20”,

http://issuu.com/walhi/docs/policy_paper_pangan_di_g20-walhi. Diakses pada 25 Mei 2014 pada pukul 11:40.

Suwarni Tri Yuli,”West Java facing shortage of nurses in remote areas”,

http://www.thejakartapost.com/news/2006/11/14/west-java-facing-shortage-nurses-remote-areas.html. Diakses pada tanggal 25 Mei 2014 pukul 11:57. Myers Norman,”What is Environmental Security?”, www.envirosecurity.org.

Diakses pada tanggal 25 Mei 2014 pukul 11:47.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Selanjutnya berdasarkan analisis pergerakan dan waktu selama proses evakuasi KMP PM (gambar 3) titik kritis terjadi pada saat penumpang memasuki koridor 3 dengan

Laporan Tahunan Bank Kalbar disusun berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai penyajian keterbukaan informasi yang harus disampaikan dalam Laporan Tahunan yang

Pada kenyataannya dalam pelaksanaan pembangunan jika dilihat dari peranan-peranan Pancasila masih banyak yang harus dibenahi4. Beberapa masalahnya adalah korupsi,

Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari benturan (contrecoup) (japardi, 2004) Cedera sekunder

14 | Conference on Economic and Business Innovation Setelah dilakukan perhitungan dan analisis pada rasio solvabilitas, diperoleh hasil bahwa pada debt equity ratio dan debt ratio

The explanations of the result of data analysis of pre-test and post-test were described and proved as follows: First, to investigate whether or not the use of big book to

Sedangkan pola asuh itu sendiri seperti yang diungkapan oleh, Thoha menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah merupakan suatu cara terbaik yang ditempuh orang tua