• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERBATAS. 8. Kemampuan Tempur TNI AU pada dasarnya sangat bergantung pada Kesiapan Tempur yang terdiri dari elemen-elemen :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TERBATAS. 8. Kemampuan Tempur TNI AU pada dasarnya sangat bergantung pada Kesiapan Tempur yang terdiri dari elemen-elemen :"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Kondisi Kemampuan Tempur TNI AU Saat Ini

8. Kemampuan Tempur TNI AU pada dasarnya sangat bergantung pada Kesiapan Tempur yang terdiri dari elemen-elemen :

a. Personil (Man). Para personil TNI AU yang dalam konteks naskah ini adalah para penerbang tempur.

b. Alutsista Udara (Equipment). Pesawat-pesawat tempur TNI AU yang terdiri dari F-16 Fighting Falcon, F-5E Tiger II, Hawk Mk-100/200, Hawk Mk-53, A-4E Skyhawk dan OV-10 Bronco.

c. Pemeliharaan (Maintenance). Kemampuan pemeliharaan alutsista udara yang dilaksanakan di skadron-skadron udara, skadron-skadron teknik dan depo-depo pemeliharaan pesawat dan perlengkapannya.

d. Pelatihan (Training). Siklus teratur dan berkala yang dijadwalkan untuk mempertahankan dan meningkatkan profisiensi dan taktik pertempuran di udara serta fasilitas pelatihan diantaranya adalah flight simulator.

e. Keselamatan (Safety). Tujuan yang harus dicapai dalam setiap kegiatan operasi dan pemeliharaan alutsista udara yakni zero accident.

(2)

9. Untuk dapat memberikan gambaran jelas tentang kondisi Kemampuan Tempur TNI AU saat ini, ada dua fokus aspek Kesiapan Tempur yang akan ditinjau dengan mengambil contoh kecil dari Lanud Iswahjudi yaitu :

a. Aspek Personel yakni penerbang tempur TNI AU, dalam hal ini adalah para penerbang F-16 Skadron Udara 3 Wing – 3 Lanud Iswahjudi.

b. Aspek Pelatihan yakni fasilitas latihan terbang Flight Simulator TNI AU, dalam hal ini adalah Full Mission Simulator (FMS) F-16A, Fasilitas Latihan (Faslat), Wing – 3 Lanud Iswahjudi.

10. Aspek Personel. Inti dari aspek Personel ini adalah peningkatan profisiensi penerbang tempur F-16 baik dari segi aircraft handling maupun dari segi air combat

tactic melalui siklus pembinaan kemampuan yang teratur.

a. Pembinaan Kemampuan. Dalam pembinaan kemampuan para penerbang F-16 Skadron Udara 3 Wing – 3 Lanud Iswahjudi1 dilaksanakan siklus latihan yang diatur dalam masa satu tahun anggaran dan disesuaikan dengan alokasi jam terbang yang diberikan oleh Mabes TNI AU. Siklus latihan yang harus

/ dilaksanakan …..

1

Wawancara dengan Kapten Pnb Ali Sudibyo, Penerbang F-16 Skadron Udara 3 Wing – 3 Lanud Iswahjudi.

(3)

dilaksanakan oleh para penerbang F-16 dalam satu tahun anggaran adalah sebagai berikut :

1) General Flight (GF). Tahapan untuk familiarisasi karakteristik dan limitasi kemampuan pesawat F-16 dalam melakukan manuver di udara.

2) Instrument Flight (IF). Tahapan untuk melatih kemampuan terbang dengan mengandalkan peralatan instrumen pesawat F-16.

3) Basic Flight Maneuver (BFM). Tahap latihan untuk mengaplikasikan kemampuan dalam GF dengan skenario satu pesawat lawan satu pesawat (1 V 1).

4) Air Combat Maneuver (ACM). Tahap latihan tingkat lanjut GF dengan skenario dua pesawat lawan satu pesawat (2 V 1).

5) Air Combat Tactical (ACT). Tahap latihan tingkat lanjut GF dengan skenario 2 V 2 atau 2 V 2 + 1.

6) Air-to-Ground (ATG). Tahapan untuk melatih kemampuan penembakan sasaran di darat.

(4)

7) Surface Attack (SA). Tahapan untuk melatih teknik serangan udara ke darat.

8) Surface Attack Tactical (SAT). Tahapan pengembangan dari SA dengan penerbangan low level altitude.

9) Versi SAT lainnya adalah latihan operasi udara yang melibatkan unsur

sweeper, bomber/striker dan escort dan melibatkan berbagai jenis pesawat

terbang. Dalam versi latihan combined aircraft ini diperlukan aircraft

handling skill yang handal dan taktik pertempuran udara yang mumpuni

karena pergerakan di udara dihitung dalam detik.

b. Kendala Pembinaan Kemampuan. Kendala utama dalam pelaksanaan pembinaan kemampuan penerbang F-16 Skadron Udara 3 adalah kesiapan pesawat tempur untuk latihan dan pengetatan jam terbang. Sebagai contoh : pada Triwulan I TA 2003 ini kesiapan pesawat F-16 adalah 3 pesawat dari 10 pesawat yang tidak sebanding dengan jumlah penerbangnya. Alokasi jam terbang untuk TA 2002 adalah sekitar 1.080 jam. Dengan jumlah kurang lebih 15 penerbang F-16 di Skadron Udara 3 yang ada saat ini, setiap penerbang rata-rata mendapat alokasi 5 jam terbang per bulan atau jauh dari batas minimal safe flying2.

/ 11. Aspek …..

2

Untuk standar penerbang tempur, 10 jam per bulan adalah kategori safe flying, 12 jam per bulan adalah kategori maintain skill dan dan di atas 15 jam per bulan adalah kategori peningkatan kemampuan.

(5)

11. Aspek Pelatihan. Inti dari aspek Pelatihan adalah fasilitas latihan berupa Full Mission Simulator F-16A yang mampu mendukung siklus pembinaan kemampuan penerbang F-16 Skadron Udara 3 dari tingkat pemula (novice) hingga tingkat lanjut (advanced).

a. Kemampuan Full Mission Simulator F-16A. Cukup banyak feature menguntungkan yang ditampilkan oleh FMS F-16A yaitu :

1) Jam Latihan Tak Terbatas. Pada kondisi pengetatan jam terbang dan keterbatasan pesawat tempur yang siap operasi, FMS F-16A mampu mengatasi kekurangan jam latihan terbang penerbang F-16 Skadron Udara 3. Alokasi jam terbang yang disediakan oleh Faslat Wing – 3 Lanud Iswahjudi pada setiap tahun anggaran adalah 7 jam sehari atau 35 jam per bulan atau berkisar antara 1.680 – 1.740 jam per tahun3. Dengan 15 penerbang F-16 aktif di Skadron Udara 3 maka tiap penerbang akan mengantongi minimal 10 jam terbang di flight simulator per bulan. Bila diakumulasi dengan jam terbang di pesawat F-16 maka tiap penerbang minimal dapat membukukan 15 jam terbang per bulan dengan asumsi mereka mendapat alokasi 5 jam terbang per bulan. Bila memang sangat diperlukan FMS F-16A dapat digunakan 24 jam penuh.

/ 2) Quick …..

3

(6)

2) Quick Environment Changing. FMS F-16A dapat diprogram sedemikian rupa mengikuti skenario yang diinginkan seperti latihan terbang malam, perubahan kecepatan dan arah angin, perubahan cuaca dan lain sebagainya. Dengan semakin banyaknya variabel environment ini akan dapat meningkatkan skill penerbang dalam menghadapi segala macam situasi yang mungkin terjadi saat melaksanakan operasi udara. Di samping itu, penerbang dapat di-set up untuk melaksanakan latihan operasi dari pangkalan udara yang diinginkan yang ada dalam database flying area.

3) Variasi Persenjataan dan Target. Hal ini dapat dikaitkan dengan Perencanaan Penggunaan Sistem Senjata (rengunsista). Dengan sejak awal mengetahui jenis sasaran atau target yang akan dihancurkan, penerbang dapat merencanakan jenis senjata yang harus digunakan untuk menghancurkan sasaran dan persentase kehancurannya. Perhitungan di atas kertas tidak selalu tepat sama dengan hasil di lapangan sehingga dengan mensimulasikan situasi ini dapat memberikan gambaran mendekati kenyataan hasil yang akan diperoleh sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

(7)

b. Keterbatasan Full Mission Simulator F-16A. Dibalik keuntungan dan kelebihan yang ada, masih terdapat kendala untuk latihan-latihan (exercise) tertentu khususnya yang memerlukan training area yang luas dan yang melibatkan lebih dari satu jenis pesawat seperti dalam suatu operasi udara. Keterbatasan-keterbatasan tersebut adalah :

1) Database Flying Area. Lingkup database flying area FMS F-16A dibatasi hanya hanya mencakup semua pangkalan udara di P. Jawa (gambar 1) dan hanya Lanud Iswahjudi yang dibuat sangat detil tampilan visualnya. Pangkalan udara lainnya seperti Lanud Halim Perdanakusuma, Husein Sastranegara, Adisutjipto, Adisumarmo, Abdulrahman Saleh dan Surabaya adalah database generic atau standar suatu pangkalan udara yang dilengkapi landasan (runway), fasilitas penerbangan seperti tower dan runway light. Dengan kondisi seperti ini FMS F-16A tidak dapat digunakan untuk mensimulasikan latihan di Air Combat Maneuvering Range (ACMR) Pekanbaru atau Air-to-Ground (ATG) di Tanjung Pandan. Selain itu dengan cakupan flying area yang terbatas, penerbang tidak dapat mempelajari flying

area lainnya, padahal hal ini akan sangat membantu saat melaksanakan

operasi udara lintas daerah atau bahkan lintas negara.

(8)

Gambar 1. Cakupan database flying area FMS F-16A4.

2) Stand Alone. Dalam suatu latihan Dissimilar Air Combat Training (DACT) dengan skenario 1 V 1 atau 1 V 2 dan SAT combined aircraft integrasi antara dua atau lebih flight simulator akan sangat membantu penerbang dalam menemukan taktik yang tepat untuk bertempur di udara. FMS F-16A diinstalasi stand alone (berdiri sendiri) dan tidak diintegrasikan dengan flight simulator lain sehingga misi DACT tidak dapat dilakukan

/ dengan …..

4

(9)

dengan sempurna meskipun sudah disediakan fasilitas untuk memprogram dan memunculkan serta mengendalikan opponent aircraft. Kesalahan mempersepsikan kemampuan pesawat lawan dapat berakibat fatal pada saat melaksanakan pertempuran udara yang sesungguhnya.

Gambar

Gambar 1.   Cakupan database flying area FMS F-16A 4 .

Referensi

Dokumen terkait

884 Sjari Fatul Aini, S.Pd.I MAS Yasipa Sekolah Menengah Atas Ujungberung 885 Yufi Dewi Marwati, S.Pd.I MAS Yasipa Sekolah Menengah Atas Ujungberung 886 ABDUL MUIZ HAIDAR MTSS

Mampu menetapk Mampu menetapkan an Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan tentang gangguan tentang gangguan Sistem Sistem Integumen Furunkel di Rumah Sakit Umum Daerah

Pemberian tampon ( packing ) uterovagina dengan kassa gulung dapat merugikan karena memerlukan waktu untuk pemasangannya, dapat menyebabkan perdarahan yang tersembunyi atau bila

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode ABC. Dalam metode ABC Suatu sistem yang tujuannya bukan untuk mengalokasikan biaya yang biasa ke

Penurunan persentase pekerja informal tertinggi terjadi di komponen pekerja bebas di sektor pertanian sebesar 27,90 persen atau berkurang 10,4 ribu orang diikuti

Jumlah anak balita yang memperoleh pelayanan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu --- x 100% jumlah seluruh anak balita di suatu wilayah kerja

Ketentuan di atas menandakan berlakunya asas hukum lex specialis derogat legi generalis, karena ketentuan yang tidak ditentukan lain dalam undang-undang yang bersifat khusus

Prinsip yang dilakukan dalam kegiatan pembebasan pohon binaan yaitu : Meningkatkan riap pohon binaan, Pohon binaan bisa berasal dari permudaan alam dan tanaman