• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum terhadap Keberadaan Rumah Banjar di Kota Banjarmasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perlindungan Hukum terhadap Keberadaan Rumah Banjar di Kota Banjarmasin"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

South Kalimantan, Indonesia. ISSN: xxxx-xxxx | e-ISSN: xxxx-xxxx. Open Access at: http://balrev.ulm.ac.id/index.php/balrev

BaLRev

Perlindungan Hukum terhadap Keberadaan Rumah Banjar di

Kota Banjarmasin

Lies Ariany

Faculty of Law, Lambung Mangkurat University Jalan Brigjen H.Hasan Basry, Banjarmasin 70123, Indonesia

+E-mail : liesa.pisces@gmail.com Telp/Fax: +62-4321658 Submitted : 29/08/2019 Reviewed 15/09/2019 Accepted:03/10/2019

Abstract: The management of banjar houses in Banjarmasin requires the role of the local government. Therefore the development of cities in Banjarmasin must be regulated in a way by taking into account the modern and traditional concepts of the city. For this reason, legal protection for the banjar houses in Banjarmasin cur-rently requires more serious management from the Regional Government. In order to see how the legal protection of banjar houses, two issues were addressed in this research. First, how is the traditional banjar houses in Banjarmasin amid the rise of modern buildings in the aspects of sustainable development. Second, how does the legal protection of the traditional banjar houses in the city of Banjarmasin. By using normative legal methods that focus on sociological legal research or better known as socio-legal research.

Keywords: Legal Protection; Banjar House; Local Culture.

Abstrak:Penanganan akan keberadaan rumah banjar di Kota Banjarmasin se-benarnya menuntut peran dari Pemerintah Daerah untuk turut campur. Sehingga pembangunan kota di Banjarmasin harus di atur sedemikian rupa dengan mem-perhatikan konsep modern dan tradisonal khas kota Banjarmasin, Untuk itulah perlindungan hukum akan keberadaan rumah banjar di Kota Banjarmasin saat ini membutuhkan penanganan yang lebih serius dari Pemerintah Daerah. Untuk meli-hat bagaimana perlindungan hokum terhadap rumah banjar maka melalui peneli-tian ini diangkat dua permasalahan. pertama, bagaimana Keberadaan rumah ban-jar di kota Banban-jarmasin ditengah maraknya bangunan modern di tinjau dari aspek pembangunan berkelanjutan. Kedua, Bagaimana Perlindungan Hukum terhadap keberadaan rumah banjar di Kota Banjarmasin. Dengan menggunakan metode penelitian penelitian hukum normatif yang menitikberatkan pada penelitian hukum sosiologis atau lebih dikenal dengan istilah socio legal research.

Kata Kunci: Perlindungan Hukum; Rumah Banjarl; Kearifan Lokal

(2)

PENDAHULUAN

Banjarmasin dengan suku yang dominan adalah suku banjar dikenal dengan berbagai keuni-kan yang terdiri dari keindahan alam, peninggalan-peninggalan, sejarah, adat istiadat, dan bu-dayanya. Menyoroti perkembangan Kota Banjarmasin yang semakin meningkat seiring dengan tersedianya berbagai macam fasilitas di bidang pendidikan, jasa dan perdagangan serta fasilitas pemerintahan, sehingga menjadikan kota Banjarmasin semakin berkembang dengan bangunan-bangunan atau gedung-gedung-gedung yang bertingkat dan modern yang semakin memberi warna diberbagai sudut kota Banjarmasin di tambah lagi dengan semakin maraknya keberadaan ruko yang hamper bias ditemui di berbagai sudut kota.

Berbagai keunikan khas masyarakat banjar telah mengakar dan mendarah daging pada ma-syarakatnya sehingga telah menjadi identitas yang kuat.1 Budaya tersebut sangat penting untuk dilestarikan dan dijaga baik oleh masyarakat banjar, pemerintah, maupun para pendatang agar kelak tetap menjadi identitas yang kuat bagi masyarakat kota Banjarmasin. Adapun salah satu keunikan yang dimiliki masyarakat banjar adalah berupa bangunan rumah banjar,

Rumah banjar merupakan salah satu keunikan Kota Banjarmasin yang merupakan pening-galan sejarah, adat istiadat dan budaya masyarakat setempat bahkan rumah banjar ini dijadikan sebagai lambang atau logo dari pemerintah Kota Banjarmasin. Namusn sayangnya keberadaan rumah banjar sekarang ini semakin tergerus oleh kemajuan zaman dan modernisasi yang ada, apalagi saat ini kota Banjramasin terus melakukan pembenahan dari tahun ke tahun sejalan den-gan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta modernisasi yang mempengaruhi kota ini. Memang harus diakui bahwa dengan semakin berkembangnya kota Banjarmasin diringi dengan banyaknya gedung-gedung bertingkat serta maraknya ruko membawa dampak positif bagi kemajuan Kota Banjarmasin ini apalagi kota Banjarmasin merupakan salah satu kota yang menjadi pusat perdagangan dan pendidikan sehingga menjadi daya Tarik sendiri. Namun di lain pihak dengan semakin banyaknya bangunan-bangunan yang bergaya modern tersebut turut pula menggeser keberadaan rumah banjar yang jumlahnya semakin berkurang dari waktu ke waktu, padahal rumah banjar merupakan rumah adat banjar yang merupakan warisan budaya yang ha-rus teha-rus di jaga dan di lindungi keberadaannya.

Adanya sisi positif dan sisi negatif dari kemajuan kota Banjarmasin menjadi suatu dilema bagi Pemerintah Daerah kota Banjarmasin. Memang keberadaan rumah banjar menjadi per-soalan yang dilematis. Di satu sisi pemerintah daerah kota Banjarmasin bertanggungjawab atas kemajuan pembangunan namun disisi lain, pemerintah daerah harus terus menjaga kota Banjar-masin agar tetap terpelihara budaya dan adat istiadatnya. Untuk itu BanjarBanjar-masin membutuhkan wajah kota yang indah, bersih, dan tertata sebagai tuntutan ruang kota yang sehat serta mesti memperhatikan keberadaan rumah banjar sebagai bagian dari kota ini.

Untuk itulah Penanganan akan keberadaan rumah banjar di Kota Banjarmasin sebenarnya menuntut peran dari Pemerintah Daerah untuk turut campur. Sehingga pembangunan kota di Banjarmasin harus di atur sedemikian rupa dengan memperhatikan konsep modern dan tradi-sonal khas kota Banjarmasin, Untuk itulah perlindungan hukum akan keberadaan rumah banjar

1 Regi Kusnadi dan Giosia Pele Widjaja. 2017.”The Perceptual Territory Model in The Water Houses On Stilts Found In The Heritage Area On The Kuin Riverbank In Banjarmasin”. Jurnal Risa (Riset Arsitektur), 1(3):2

(3)

di Kota Banjarmasin saat ini membutuhkan penanganan yang lebih serius dari Pemerintah Dae-rah. Dengan adanya aturan hukum yang jelas secara fungsional atas keberadaan rumah banjar sehingga terkesan harmonis dan estesis karena rumah banjar terintegrasi langsung dengan ke-hidupan masyarakat setempat.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana Keberadaan rumah banjar di kota Banjarmasin ditengah maraknya bangunan modern di tinjau dari aspek pembangunan berkelanjutan?

2. Bagaimana Perlindungan Hukum terhadap keberadaan rumah banjar di Kota Banjarmasin? METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang menitikberatkan pada penelitian hukum sosiologis atau lebih dikenal dengan istilah socio legal research. Pene-litian ini bertujuan untuk menggambarkan realita yang sesuai dengan fenomena secara rinci dan tuntas, serta pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci sebagai pengupas dari permasalahan yang akan diteliti.

Peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif sebagai proses penelitian yang meng-hasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Mengingat bahwa data deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa pendekatan kualitatif ini berusaha menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta dan data serta kejadian berusaha meng-hubungkan kejadian-kejadian atau objek penelitiandan menyajikannya secara deskriptif seka-ligus menganalisisnya berdasarkan konsep-konsep yang telah dikembangkan sebelumnya se-hingga memudahkan peneliti dalam memecahkan masalah.

Untuk mendapatkan data primer yang diperoleh langsung dari sumbernya melaui penelitian lapangan (field research) dalam hal ini dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi langsung. Yang didukung dengan wawancara (interview) langsung.

Selanjutnya Peneliti juga melakukan studi kepustakaan (library research) untuk mendapat-kan data. Penelitian kepustakaan ini juga menggunamendapat-kan data sekunder yang berasal dari 2 (dua) bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Data yang telah ter-kumpul baik dari hasil observasi maupun hasil dari studi dokumen dikelompokkan sesuai den-gan permasalahan yang akan dibahas. Data tersebut kemudian ditafsirkan dan dianalisis guna mendapatkan kejelasan (pemecahan dari masalah yang akan dibahas). Teknik analisis dilakukan secara interpretasi, yaitu data diinterpretasikan dan dijabarkan dengan mendasarkan pada suatu norma-norma dan teori-teori ilmu hukum yang berlaku, sehingga pengambilan keputusan yang menyimpang seminimal mungkin dapat dihindari.

(4)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Rumah Banjar di Kota Banjarmasin Di Tinjau Dari Aspek Pembangunan Berkelanjutan Kota Banjarmasin adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota dari Provinsi Kali-mantan Selatan sehingga menjadikan kota ini sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), sebagai kota Pusat Pemerintahan Provinsi serta sebagai pintu gerbang nasional dan kota-kota pusat ke-giatan ekonomi nasional sehingga kota Banjarmasin dikenal pula sebagai kota niaga karena di kota ini terdapat Pelabuhan Tri Sakti merupakan pelabuhan besar yang ada di Banjarmasin merupakan pelabuhan terpenting di kalimantan ini.

Sejalan dengan hal tersebut maka wajarlah jika Kota Banjarmasin terus berkembang dan terus berupaya untuk berbenah dalam menata kota ini. Jika kita menyoroti perkembangan Kota Banjarmasin yang semakin meningkat dengan diiringi perkembangan berbagai macam fasili-tas di bidang pendidikan, jasa dan perdagangan serta fasilifasili-tas pemerintahan, sehingga wajar-lah wajah kota Banjarmasin semakin berkembang dengan berbagai fasilitas yang ada disertai dengan pembangunan gedung-gedung bertingkat berkelas “modern” seperti Duta Mall sebagai pusat perbelanjaan terbesar di kota ini, kemudian hotel-hotel bertingkat yang terus bertambah, serta perkantoran-perkantoran yang bergaya modern serta ruko yang bertebaran disetiap sudut kota, bahkan saat ini rumah-rumah penduduk pun juga dibangun dengan gaya modern dengan berkiblat dengan rumah model eropa, tentu saja semua hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.

Namun sayangnya di balik kesan modern yang coba ditonjolkan kota ini ada hal yang ham-pir terlupakan yakni keberadaan rumah banjar sebagai salah satu warisan budaya dan tradisi yang dimiliki oleh suku banjar yang saat ini hampir tergerus oleh kemajuan zaman. Saat ini na-sib rumah adat Banjar di Kalimantan Selatan, tidak jauh berbeda dengan keberadaan rumah adat dari daerah-daerah lainnya yang ada di nusantara ini. Pertumbuhan hampir tidak ada, sedangkan di sisi lain mencermati pemeliharaan pada obyek yang tersisa terkesan seadanya bahkan jika di cermati dari rumah banjar yang masih ada tersebut merupakan bangunan lama yang sudah puluhan tahun yang dimiliki dan dihuni oleh kaum lanjut usia yang tidak mempunyai kemam-puan memelihara dan merawat secara maksimal, hal inilah yang menyebabkan menurunnya total populasi dari waktu kewaktu.

Keberadaan rumah banjar yang tinggal sedikit bertahan ditengah kehidupan yang sangat modern saat ini. Padahal keberadaan rumah banjar sebagai bagian dari kearifan lokal yang berupa rumah panggung sehingga sesuai dengan kondisi lingkungan dan tanah yang ada di Banjarmasin. Sesungguhnya rumah banjar yang berupa rumah panggung itu merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan daerah resapan air guna mengatasi permasalahan banjir apalagi Kalimantan ini termasuk wilayah dataran rendah. Rumah panggung merupakan rumah tradis-ional masyarakat Indonesia. Bentuk rumah ini merupakan hasil adaptasi masyarakat terhadap lingkungan alam yang ada di Kalimantan ini yang merupakan daerah pasang-surut air sehingga sekaligus dapat dijadikan untuk menghindari banjir, dan binatang buas. Namun sekarang ini rumah banjar mulai ditinggalkan oleh masyarakat dengan alasan modelnya sudah ketinggalan zaman. Semuanya itu ialah kekayaan yang bangsa ini punya dan harus tetap terjaga, tetapi tidak sedikit orang yang mengakui bangsa Indonesia mencintai budayanya tetapi tidak mau untuk

(5)

memelihara dan melestarikan budaya yang dimiliki. Oleh karena itu kita harus mempertahankan kebudayaan yang ada di negara kita dengan cara mengajarkan dan memberitahukan kepada gen-erasi yang akan datang tentang kebudayaan leluhur.

Sebagai salah satu warisan budaya dan kearifan lokal Indonesia, rumah banjar dengan ban-gunan yang berdiri di atas tiang penyangga setinggi 1-2 meter dari tanah untuk daerah daratan, dan berjarak hingga 4-10 meter dari permukaan air terendah saat surut untuk daerah rawa atau lahan basah ini, sebenarnya memiliki rancangan yang cukup sederhana. Rancangan rumah ban-jar terbagi atas tiga bagian yang terdiri dari:

1. Bagian bawah berupa pondasi serta kolom atau pilar yang tetap dapat menyerap atau dilalui air;

2. Bagian tengah berupa rumah induk yang terdiri dari ruang keluarga atau tamu dan kamar tidur; dan

3. Bagian atap yang berfungsi sebagai pelindung bangunan dari panas dan hujan.

Namun saat ini keberadaan rumah banjar kenyataannya kurangnya perhatian dan kesada-ran akan tradisi dan kebudayaan yang ditinggalkan. Kedepannya diharapkan keberadaan rumah banjar perlu kiranya terus dipelihara dan dikembangkan dengan suatu upaya memaknai kembali kearifan lokal yang ada di Banjarmasin. apalagi jika dicermati bahwa keberadaan rumah adat banjar yang berupa rumah panggung ini sangat selaras dengan kondisi kota Banjarmasin yang berupa rawa-rawa, sehingga bangu-nannya pun sesuai dengan kontur tanah lahan basah yang harus dilindungi sebagai daerah serapan air dengan menerapkan dan memadukannya pada kehidupan modern. Meskipun rumah adat banjar semakin diting-galkan masyarakatnya namun bangunan dengan tipe rumah panggung masih terus di pertahank-an. Dalam proses perancangan tidak harus mengambil tipologi bentukan lama (tradisional), tetapi mengambil esensi ruang atau detail tradisi yang lain.

Hal ini sebagai bentuk penyesuaian bangunan dengan kondisi tanah yang ada dan kema-juan zaman. Hal ini memang sejalan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan standar yang tidak hanya ditujukan bagi perlindungan lingkungan, melainkan juga bagi kebijaksanaan pembangunan, artinya: Dalam penyediaan, penggunaan, peningkatan kemampuan sumber daya alam dan peningkatan taraf ekonomi, perlu menyadari pentingnya pelestarian fungsi lingkungan hidup, pencegahan terhadap pembangunan yang desk-truktif (merusak) yang tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan, serta berkewajiban untuk turut serta dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan pada setiap lapisan masyarakat.

Salah satu kearifan lokal yang masih bisa ditemui hingga saat ini adalah rumah adat yang merupakan salah satu ciri dari budaya materi masyarakat tradisional. Rumah adat yang ada di Indonesia memiliki bentuk dan berbagai variasinya. Adapun bentuk arsitektur rumah tradisional dimaksud diantaranya adalah rumah dengan arsitektur panggung/berkolong. Keberadaan rumah panggung tersebut sangat jelas berkaitan dengan lingkungan alam Indonesia seperti misalnya rumah banjar yang erat kaitannya dengan keadaan alam Kalimantan Selatan yang banyak ter-dapat sungai serta merupakan wilayah berawa-rawa.

Sebagai sebuah Kearifan lokal dalam arsitektur rumah banjar pun kiranya perlu terus dile-starikan agar nilai-nilai yang ada dalam bangunan rumah banjar tersebut tidak menghilang. Banyak cara ataupun metode yang dapat dilakukan dalam rangka pelestarian diantaranya

(6)

den-gan tetap mempertahankan bangunan-bangunan yang dianggap memiliki nilai-nilai kearifan, melakukan pengkajian dan membukukan nilai kearifan lokal tersebut,membangun kembali ses-uai tradisi dan juga dengan menciptakan nilai kearifan yang baru melalui metode tranformasi kearifan lokal dimasa lalu untuk diterapkan dimasa sekarang seperti misalnya bagaimana kantor Balaikota Banjarmasin di bangun dengan arsitektur rumah banjar namun tidak meninggalkan kesan tradisi rumah banjar, begitu pula dengan Mahligai Pancasila yang dimiliki oleh Pemerin-tah Provinsi Kalimantan Selatan yang berupaya memadukan kesan tradisional dan kesan mod-ern.

Untuk itulah dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan ini tetap harus memperha-tikan kearifan lokal dan budaya banjar seperti halnya dengan rumah banjar ini, sehingga per-encanaan kota Banjarmasin yang merupakan respon historis terhadap pengelolaan berbagai kepentingan dan kebutuhan masyarakat yang saat ini terus meningkat. Untuk itu perencanaan kota Banjarmasin mempunyai kedudukan sentral dalam menentukan kebijaksanaan kota dan hal ini diperlukan pula untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kota yang diharapkan dapat berkesinambungan yang selaras dengan pembangunan berkelanjutan dengan mempertim-bangkan kehidupan sosial dan budaya setempat.

Sehingga dengan memadukan unsur budaya melalui rumah banjar dan pembangunan yang dilaksanakan, maka hal ini merupakan cita- cita dan agenda utama dari pembangunan berkelan-jutan tidak lain dalam upaya untuk mensinkronkan, mengintegrasikan dan memberi bobot yang sama bagi tiga aspek utama pembangunan, yaitu aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan aspek lingkungan. Gagasan dibalik itu adalah bahwa pembangunan ekonomi, sosial-budaya dan ling-kungan harus dipandang sebagai keterkaitan yang erat satu sama lainnya, dan karena itu unsur-unsur dari satu kesatuan yang saling terkait ini tidak boleh dipisahkan atau dipertentangkan satu dengan lainnya. Pada dasarnya yang mau dicapai dengan pembangunan berkelanjutan adalah menggeser titik berat pembangunan dari hanya pembangunan ekonomi, juga mencakup pem-bangunan sosial-budaya dan lingkungan.2

Langkah yang menggembirakan telah diambil oleh Pemerintah Kota Banjarmasin dengan membeli sebuah Rumah Banjar atau rumah bahari yang berada di Jalan Teluk Kelayan, tepatnya di RT 08, Banjarmasin Selatan akan dijadikan Cagar Budaya oleh Dinas Pariwisata Kota Ban-jarmasin. Rumah ini akan dijadikan cagar budaya oleh Pemko, yang diurus Dinas Pariwisata dan diganti rugi sekitar Rp 800 juta.3 Rumah banjar tersebut merupakan rumah adat banjar jenis palembangan. Apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Banjarmasin patut kiranya diapresiasi sebagai langkah positif untuk melindungi keberadaan rumah banjar yang terus tergerus oleh kemajuan zaman. Selain itu pula bangunan rumah banjar dan makam Surgi Mufti yang berada di wilayah sungai Jingah juga telah dijadikan sebagai salah satu benda cagar budaya yang dil-indungi keberadaannya.

Selanjutnya pula di tahun 2015 pada saat ulang tahun ke- 70 tahun Brimobda Kalimantan

2 A. Sonny Keraf. 2005. Pembangunan Berkelanjutan Atau Berkelanjutan Ekologi dalam Hukum dan Lingkungan

Hidup Di Indonesia. Jakarta: UI Press, hlm.3.

3

(7)

Selatan turut memberikan kepedulian dengan melakukan renovasi terhadap salah satu bangunan rumah banjar di Sungai Jingah yang sudah berumur ratusan tahun dalam rangka mendukung pelestarian benda cagar budaya.

Bicara tentang bagaimana nilai-nilai budaya lokal pada masa sekarang ini, maka sudah mulai menunjukkan keadaan yang memprihatinkan karena mulai terabaikan dalam kehidupan dewasa ini yang sarat dengan modernisasi. seperti juga halnya dengan keberadaan rumah banjar sebagai warisan budaya masyarakat banjar yang dari tahun ke tahun jumlahnya semakin berkurang. Ses-ungguhnya ini merupakan isu penting yang menjadi perhatian bersama dalam rangka menjaga keutuhan serta kebhinekaan bangsa Indonesia.. Hal ini merupakan usaha mencari solusi alterna-tif guna menyikapi dampak globalisasi yang makin mengkhawatirkan. Menghadapi globalisasi dengan segala dampaknya diperlukan berbagai pendekatan dengan mengerahkan semua potensi yang dimiliki sebuah bangsa, termasuk kearifan lokal suatu masyarakat adat.

Sistem budaya lokal merupakan modal sosial (social capital) yang besar, telah tumbuh dan berkembang secara turun-temurun yang hingga kini kuat berurat-berakar di masyarakat.4 Oleh karena itu, penting untuk melembagakan kembali (reinstitusionalisasi) kearifan local berupa rumah banjar ini, mengingat peranannya dalam membantu penyelamatan lingkungan.5 Lingkun-gan hidup memang sedang mengalami degradasi sebagai dampak negatif dari lompatan petum-buhan jumlah penduduk yang tidak terkendali serta globalisasi Untuk itu tugas bersama untuk terus melestarikan budaya bangsa Indonesia karena ini merupakan suatu kearifan lokal yang menjadi jati diri bangsa Indonesia.

Kearifan lokal itu sendiri adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam men-jawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Secara etimologi, kearifan lokal (local wisdom) terdiri dari dua kata, yakni kearifan (wisdom) dan lokal (local). Sebutan lain un-tuk kearifan lokal diantaranya adalah kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) dan kecerdasan setempat (local genious).6

Kearifan lokal merupakan identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang menye-babkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/ bangsa lai menjadi watak dan kemampuan sendiri. Identitas dan Kepribadian tersebut tentunya menyesuaikan dengan pandangan hidup masyarakat sekitar agar tidak terjadi pergesaran nilai-nilai. Kearifan lokal adalah salah satu sarana dalam mengolah kebudayaan dan mempertah-ankan diri dari kebudayaan asing yang tidak baik.7

Berdasarkan Pasal 1 angka 30 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.

4 Harry Hikmat. 2010. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press, hlm. 169 5 Rachmad K Dwi Susilo. 2009. Sosiologi Lingkungan. Jakarta: Rajawali Press, hlm. 161.

6 Muchlisin Riadi. Pengertian, Fungsi dan Dimensi Kearifan Lokal, https://www.kajianpustaka.com/2017/09/

pengertian-fungsi-dimensi-kearifanlokal.html, diakses, 11 Nopember 2018.

(8)

Kearifan lokal dipandang sangat bernilai dan mempunyai manfaat tersendiri dalam kehidu-pan masyarakat. Sistem tersebut dikembangkan karena adanya kebutuhan untuk menghayati, mempertahankan, dan melangsungkan hidup sesuai dengan situasi, kondisi, kemampuan, dan tata nilai yang dihayati di dalam masyarakat yang bersangkutan. Dengan kata lain, kearifan lokal tersebut kemudian menjadi bagian dari cara hidup mereka yang arif untuk memecahkan segala permasalahan hidup yang mereka hadapi. Berkat kearifan lokal mereka dapat melang-sungkan kehidupannya, bahkan dapat berkembang secara berkelanjutan.

Adapun fungsi kearifan lokal terhadap masuknya budaya luar adalah sebagai berikut,:8 1. Sebagai filter dan pengendali terhadap budaya luar.

2. Mengakomodasi unsur-unsur budaya luar.

3. Mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli. 4. Memberi arah pada perkembangan budaya.

Perlindungan Hukum terhadap keberadaan rumah banjar di Kota Banjarmasin

Pemerintahan dapat berjalan efektif jika cocok dengan keadaan nyata dalam negara serta bagian-bagian dari negara, antara lain faktor geografi dan demografi serta adat istiadat, kebu-dayaan, tingkat kecerdasan warga masyarakat, perkembangan ekonomi dan lain-lain. Sistem desentralisasi juga dapat mencegah penumpukan kekuasaan pada satu lapisan atau pihak pusat saja. Sistem ini juga mengandung makna adanya pengakuan penentu kebijaksanaan pemerinta-han negara terhadap potensi dan kemampuan daerah dengan melibatkan wakil-wakil rakyat di daerah-daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dengan mengguna-kan hak yang seimbang dengan kewajiban masyarakat yang demokratis.9

Sebagai bangsa yang kaya akan warisan budaya, maka salah satu kewajiban yang di emban negara adalah memajukan kebudayaan nasional. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam ketentu-an Pasal 32 ayat (1) Undketentu-ang-Undketentu-ang Dasar 1945, yketentu-ang mengamketentu-anatkketentu-an bahwa “Negara mema-jukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”

Betapa pentingnya , kebudayaan Indonesia perlu dihayati, dihargai dan juga dilindungi oleh seluruh warga negara. Karenanya, kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa, harus dilestarikan guna memperkukuh jati diri bangsa, mempertinggi harkat dan martabat bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan dan persatuan bagi terwujudnya cita-cita bangsa pada masa depan. Untuk itulah dengan bersandarkan pada amanat Undang-Undang Dasar 1945 itu, Pemerintah dan Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban melaksanakan kebi-jakan untuk memajukan kebudayaan secara utuh untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sehubungan dengan itu, seluruh hasil karya bangsa Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa lalu, Cagar Budaya menjadi penting perannya untuk dipertahankan ke-beradaannya.

Setiap membicarakan kebudayaan termasuk benda cagar budaya sesungguhnya dihadapkan

8 Muchlisin Riadi, loc.cit.

9 Ateng Syafrudin. 1992. Masalah Hukum Dalam Pemerintahan Daerah. Makalah untuk pendidikan non gelar untuk anggota DPRD Tingkat II se Jawa Barat di FISIP Unpad, hlm.1.

(9)

pada tiga dimensi waktu, yaitu waktu kemarin, kini dan esok. Budaya “kemarin”, atau masa lalu berarti budaya yang dihasilkan sejak manusia (pertama) melakukan aktivitas budayanya. Bu-daya “kini” yakni buBu-daya yang kini sedang berproses. BuBu-daya “esok” ialah buBu-daya yang masih dalam rancangan yang sedang kita sonsong wujudnya.10

Ketiga dimensi waktu tersebut saling kait mengait, kebudayaan waktu kini pada hakikatnya adalah bagian dari kebudayaan waktu kemarin. Kemarin dan kini, diharapkan menjadi bagian dari kebudayaan waktu esok. Apabila sekarang berbicara tentang pelestarian aset budaya kema-rin, sesungguhnya berbicara juga tentang masa depan budaya kemarin itu sendiri (a future of the

past).11

Banjarmasin sebagai salah satu Kota penting yang sangat berpengaruh di Provinsi Kaliman-tan SelaKaliman-tan dari aspek ekonomi, social, budaya dan lingkungan sehingga saat ini Pemerintah Kota Banjarmasin dihadapkan pada persoalan penataan dan keterpaduan dalam pembangunan dengan mengedapankan budaya setempat. Hal ini wajar karena sebagai pusat wilayah yang ber-pengaruh maka perlu perhatian ekstra terhadap Persoalan infrastruktur pendukung dalam rangka memenuhi kebutuhan kota yang terus meningkat setiap waktu.

Oleh karena itu Keberadaan warisan budaya dalam bentuk rumah banjar yang berada di Kota Banjarmasin merupakan kekayaan budaya yang mengandung nilai-nilai kearifan budaya lokal sebagai dasar pembangunan kepribadian, pembentukan jati diri, serta benteng ketahanan sosial budaya masyarakat setempat, yang perlu dikembangkan dan dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya Nasional.

Rumah sebagai tempat tinggal bukan saja melindungi manusia dari panas maupun hujan namun juga sebagai sebagai cerminan social masyarakat setempat. Untuk itulah Manusia me-merlukan lingkungan sosial yang serasi demi kelangsungan hidupnya. Lingkungan sosial yang serasi itu bukan hanya dibutuhkan oleh orang seorang, melainkan juga oleh seluruh orang dalam kelompoknya. Untuk mewujudkan lingkungan sosial yang serasi itu di perlukan lagi kerja sama kolektif di antara sesama anggota. Kerja sama itu di maksudnya untuk membuat dan melak-sanakan aturan- aturan yang di sepakati bersama oleh warga sebagai mekanisme pengendalian perilaku sosial. Aturan- aturan itu, sering kali terwujud dalam bentuk pranata atau norma- norma sosial yang harus di patuhi oleh setiap anggota kelompok ( norma hukum).12

Untuk itu secara hokum perlindungan terhadap rumah banjar sangat diperlukan, terutama rumah banjar yang sudah berumur ratusan tahun, jika ditelaah sesungguh banyak sekali per-aturan perundang-undangan yang mencoba melindungi benda cagar budaya selain dalam Pasal 32 UUD 1945.

Berikut ini beberapa ketentuan yang berkenaan dengan kebudayaan Seperti Undang-Un-dang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya sebagai pengganti UnUndang-Un-dang-UnUndang-Un-dang Nomor

10 Ikhwaluddin Simatupang. 2001. Perlindungan Benda Cagar Budaya di Kota Medan. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan: Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, hlm. 11.

11 Ibid.

12 Jonny Purba. 2005. pengelolaan lingkungan sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan kantor Menteri Lingkungan Hidup, hlm 1.

(10)

5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya. Undang-Undang ini lahir karena menyadari bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dile-starikan dan dikelola secara tepat melalui upaya pelindungan,pengembangan,dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Kemudian lebih lanjut di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar

Bu-daya di Museum. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 087/P/1993

ten-tang Pendaftaran Benda Cagar Budaya, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No-mor 062/U/1995 tentang Pemilikan, Penguasaan, Pengalihan, dan Penghapusan Benda Cagar Budaya dan/atau Situs. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 063/U/1995 tentang Perlindungan dan Pemeliharaan Benda Cagar Budaya. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 064/U/1995 tentang Penelitian dan Penetapan Benda Cagar Budaya dan/atau Situs. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 42 Tahun 2009 dan Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pedo-man Pelestarian Kebudayaan. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.48/ UM.001/MKP/2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan Peninggalan Bawah Air; dan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.49/UM.001/MKP/2009 tentang Pe-doman Pelestarian Benda Cagar Budaya dan Situs merupakan jiwa dari seluruh ketentuan yang mengatur tentang cagar budaya.

Selain itu pula dalam rangka perlindungan benda cagar budaya di wilayah Kota Banjarma-sin Pemerintah Daerah telah mengeluarkan Perda No. 21 Tahun 2009 tentang Benda Cagar Bu-daya. Adanya Peraturan Daerah ini penting dalam rangka perlindungan dan pemeliharaan benda cagar budaya termasuk di dalamnya adalah rumah banjar yang merupakan salah satu upaya bagi pelestarian budaya yang ada diwilayah kota Banjarmasin.

Berdasarkan Pasal 8 Perda No. 21 Tahun 2009 tentang Benda Cagar Budaya juga mewa-jibkan kepada mereka yang memiliki benda cagar budaya untuk turut memelihara sebagaimana berbunyi:

(1) Setiap orang yang memiliki atau menguasai benda cagar budaya wajib memelihara keles-tariannya.

(2) Terhadap benda cagar budaya yang tidak dikuasai oleh orang perorang menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota Banjarmasin dalam pemeliharaan dan pelestariannya.

Lahirnya Perda No. 21 Tahun 2009 tentang Benda Cagar Budaya sesuai dengan amanat UUD 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemer-intahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada dae-rah diadae-rahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Di samping itu melalui otonomi luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi,

(11)

pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Negara Kesatuan Republik Indonesia diselenggarakan dengan jaminan otonomi seluas-lu-asnya kepada daerah untuk berkembang sesuai potensi dan kekayaan yang dimilikinya masing-masing, tentunya dengan dorongan, dukungan, dan bantuan yang diberikan oleh pemerintah pusat.13

Dalam negara modern, lebih-lebih apabila dikaitkan dengan paham negara kesejahteraan, urusan pemerintahan tidak dapat dikenali jumlahnya. Segala aspek kehidupan bermasyarakat, terutama yang berkaitan dengan pelayanan urusan dan kepentingan umum, baik di bidang poli-tik, ekonomi, sosial, maupun budaya mungkin dan dapat menjadi urusan pemerintahan.14 Salah satunya yang menjadi urusan pemerintah daerah adalah dalam bidang kebudayaan.

Untuk itulah keberadaan rumah banjar sebagai salah satu cagar budaya harus terus mendapat perhatian dan juga perlindungan sehingga kiranya sederet peraturan tersebut diatas merupakan landasan hukum yang kuat bagi perlindungan rumah banjar yang jumlahnya terus menurun seiring waktu dan bahkan dari rumah banjar yang sudah ada kondisinya sebagian besar tidak terawat lagi.

Secara yuridis memang terdapat kriterium tertentu yang dijadikan tolok ukur untuk menen-tukan suatu karya arsitektur dapat dikategorikan sebagai benda cagar budaya, sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan sebagai warisan budaya nasional, bahkan warisan budaya interna-sional. Bangunan-bangunan tertentu dan tua yang mempunyai gaya arsitektur tertentu sesuai dengan zamannya sudah sewajarnya harus dilindungi dan dilestarikan sebagai kekayaan budaya bangsa yang penting nilainya dan kiranya rumah banjar sebagai warisan budaya masyarakat banjar harus terus dilindungi keberadaannya.

Meskipun keberadaan rumah banjar di Kota Banjarmasin terus berkurang seiring perkem-bangan zaman, namun kiranya ada hal yang tetap dipertahankan hingga saat ini yakni bentuk rumah banjar sebagai rumah panggung, karena bangunan dengan jenis rumah panggung ini sangat sesuai dengan kondisi tanah di Kota Banjarmasin yang berupa daerah rawa. Inilah salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat banjar dalam menjaga lingkungan hidup.

Pemerintah daerah mengharapkan meskipun masyarakat kota Banjarmasin tidak menja-dikan atau membangun rumah banjar sebagai tempat kediaman. pembangunan rumah banjar menunjukkan hubungan kerekatan tradisi, bukan sekedar tempet berlindung dari panas, dingin, dan gangguan lainnya. Rumah banjar menyimpan makna dalam lingkup yang nyaris tidak ter-batas. namun melihat pada sisi pentingnya rumah sebagai kebutuhan dasar bagi setiap orang, fungsi utamanya sebagai tempat berlindung. Serta disisi lain pentingnya perlindungan akan lingkungan hidup, maka Pemerintah daerah mencoba mengambil nilai penting dari rumah ban-jar yakni rumah panggungnya itu dalam membangun perumahan dan permukiman yang sesuai dengan kota Banjarmasin.

13 Jimly Asshiddiqie.2004. Konstitusi dan konstitusionalisme Indonesia, Kerjasama Mahkamah Konstitusi dengan Pusat Studi Hukum Tata Negara Jakarta: FH-UI, hlm 63

14 Bagir Manan. 2005. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum.Yogyakarta: UII, hlm.38.

(12)

Prinsip keseimbangan dan keberlanjutan dalam mengolah alam merupakan nilai penting yang harus diwariskan kepada masyarakat. Untuk itu meskipun secara keseluruhan tidak Pemer-intah kota Banjarmasin pun mencoba melindungi kearifan lokal berupa rumah panggung ini melalui Peraturan Daerah No. 14 Tahun 2009 tentang Rumah Panggung. Lahirnya perda ini dalam rangka mengendalikan pembangunan agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banjarmasin sehingga di rasa perlu dilakukan pengendalian pemanfaatan ruang. sehingga bangunan gedung dan rumah dapat menjamin keselamatan dan kenyamanan penghuni harus diselenggarakan secara tertib, diwujudkan sesuai dengan kondisi lingkungan Banjarmasi yang berawa pasang surut, maka pembangunan dilaksanakan dengan kostruksi bangunan panggung.

Untuk itulah diharapkan kepatuhan dari masyarakat sendiri terhadap perda rumah panggung ini, Karena tanpa kepatuhan dari semua pihak terhadap Perda rumah panggung tersebut, dikha-watirkan luapan air hujan tidak akan terkendali dan pada gilirannya merendam kawasan per-mukiman penduduk. Tentunya yang akan merasakan dampak negarifnya masyarakat itu sendiri apalagi Kota Banjarmasin ini berada di dataran rendah yang sangat rawan akan datangnya banjir. PENUTUP

Kesimpulan

1. Keberadaan rumah banjar yang tinggal sedikit bertahan ditengah kehidupan yang sangat modern saat ini. Namun sekarang ini rumah banjar mulai ditinggalkan oleh masyarakat den-gan alasan modelnya sudah ketinggalan zaman. Sesungguhnya rumah banjar yang berupa rumah panggung itu merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan daerah resapan air guna mengatasi permasalahan banjir apalagi Kalimantan ini termasuk wilayah dataran ren-dah. Rumah panggung merupakan rumah tradisional masyarakat Indonesia. Bentuk rumah ini merupakan hasil adaptasi masyarakat terhadap lingkungan alam yang ada di Kalimantan ini yang merupakan daerah pasang-surut air sehingga sekaligus dapat dijadikan untuk meng-hindari banjir, dan binatang buas.

2. Bersandarkan pada amanat Pasal 32 Undang-Undang Dasar 1945 itu, Pemerintah dan Pemer-intah Daerah mempunyai kewajiban melaksanakan kebijakan untuk memajukan kebuday-aan secara utuh untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sehubungan dengan itu, selu-ruh hasil karya bangsa Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan budaya masa lalu, Cagar Budaya menjadi penting perannya untuk dipertahankan keberadaannya. Untuk itu Pemerintah daerah Kota Banjarmasin mencoba memberi perlindungan terhadap benda cagar budaya dengan mengeluarkan Perda No. 21 Tahun 2009. Selanjutnya Pemerintah Daerah juga berupaya mengambil nilai penting dari rumah banjar yakni rumah panggungnya itu dalam membangun perumahan dan permukiman yang sesuai dengan kota Banjarmasin dan ini diatur dalam Perda No. 14 Tahun 2009 tentang Rumah Panggung.

Saran

1. Perlu usaha bersama untuk terus memelihara dan merawat rumah banjar sebagai wari-san budaya di tengah arus globalisasi dan kemajuan zaman melalui konsep pembangunan berkelanjutan dengan memadukan konsep budaya daerah dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi demi generasi sekarang dan akan dating.

(13)

2. Pemerintah Kota Banjarmasin harus mampu membuat kebijakan yang mengendalikan pem-bangunan agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banjarmasin sehingga di rasa perlu dilakukan pengendalian pemanfaatan ruang yang merusak lingkungan sehingga nilai kearifan local dari rumah banjar yakni berupa rumah panggung harus terus dipertah-ankan.

BIBLIOGRAFI

Asshiddiqie, Jimly. 2004. Konstitusi dan konstitusionalisme Indonesia. Kerjasama Mahkamah Konstitusi dengan Pusat Studi Hukum Tata Negara. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Hikmat, Harry. 2010. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press.

http://banjarmasin.tribunnews.com/2017/01/11/dibeli-rp-800-juta-rumah-banjar-di-kelayan-jadi-cagar-budaya

http://eprints.umm.ac.id/35955/3/jiptummpp-gdl-irawansatr-48429-3-babiip-f.pdf,

Keraf, A.Sonny. 2005. Pembangunan Berkelanjutan Atau Berkelanjutan Ekologi dalam Hu-kum dan Lingkungan Hidup Di Indonesia. Jakarta: UI Press

Kusnadi, Regi dan Giosia Pele Widjaja. 2017. “The Perceptual Territory Model in The Water Houses On Stilts Found In The Heritage Area On The Kuin Riverbank In Banjarmasin”. Jurnal Risa (Riset Arsitektur), 1(3):2

Manan, Bagir. 2005. Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum UII

Muchlisin Riadi, Pengertian, Fungsi dan Dimensi Kearifan Lokal, https://www.kajianpustaka. com/2017/09/pengertian-fungsi-dimensi-kearifanlokal.html.

Purba, Jonny. 2005. pengelolaan lingkungan sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan kan-tor Menteri Lingkungan Hidup.

Susilo, D. Rahmat K. 2009. Sosiologi Lingkungan. Jakarta: Rajawali Press.

Syafrudin, Ateng.1992 Masalah Hukum Dalam Pemerintahan Daerah. Makalah untuk pendi-dikan non gelar untuk anggota DPRD Tingkat II se Jawa Barat di FISIP Bandung: Univer-sitas Padjajaran

Simatupang, Ikhwaluddin. 2001. Perlindungan Benda Cagar Budaya di Kota Medan. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan: Program Pascasarjana Universitas Su-matera Utara,

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman flora terutama jenis pohon ulin ( E. zwageri ), mengetahui potensi pohon ulin di plot penelitian dan

Rencana untuk pemulihan dari kerusakan, baik yang disebabkan oleh alam maupun manusia, tidak hanya berdampak pada kemampuan proses komputer suatu perusahaan, tetapi juga akan

Dalam sebuah buku pop-up Mesatua Bali selain menampilkan visual gambar yang mampu memikat anak-anak harus mampu juga menyajikan alur dari sebuah cerita yang menarik

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengadakan penelitian tentang uji efek penurunan kadar glukosa darah oleh ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa

Pasal 1 ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 tahun 2009 tentang pedoman penetapan izin gangguan (selanjutnya disebut Permendagri Nomor 27 tahun 2009)

Dari hasil kuisioner yang telah dilakukan terhadap 32 responden, total hasil rata-rata dari semua aspek yaitu, 58,24% setuju, 20% sangat setuju, 19,96% cukup setuju, 1,8%

Juga saya berterima kasih kepada keluarga saya Ayah, Ibu, dan Adik saya yang mendukung baik moral maupun spiritual selama proses pembuatan skripsi ini, tidak lupa juga kepada

Ketika ia diam dan keadaan sunyi, aku pun berkata kepadanya, “Aku memohon kepadamu dengan sunguh-sungguh agar Anda berkenan memberitahukan sebuah hadits (khusus) yang