• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS HIJAUAN PAKAN PADA PETERNAKAN KAMBING RAKYAT DI DESA CIGOBANG, KECAMATAN PASALEMAN, KABUPATEN CIREBON, PROPINSI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JENIS HIJAUAN PAKAN PADA PETERNAKAN KAMBING RAKYAT DI DESA CIGOBANG, KECAMATAN PASALEMAN, KABUPATEN CIREBON, PROPINSI JAWA BARAT"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS HIJAUAN PAKAN PADA PETERNAKAN KAMBING

RAKYAT DI DESA CIGOBANG, KECAMATAN

PASALEMAN, KABUPATEN CIREBON,

PROPINSI JAWA BARAT

SKRIPSI

DEWI RATNA SUMINAR

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

Dewi Ratna Suminar. D24070068. 2011. Jenis Hijauan Pakan Pada Peternakan Kambing Rakyat Di Desa Cigobang, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. M. Agus Setiana, M.S. Pembimbing Anggota : Ir. Sudarsono Jayadi, MSc.Agr.

Cigobang merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Cirebon Timur. Desa ini merupakan wilayah yang sebagian besar penduduknya mempunyai usaha sampingan sebagai peternak kambing. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi jenis hijauan pakan kambing lokal dan prospek meningkatan pemanfaatannya.

Penelitian dilaksanakan di peternakan kambing rakyat Desa Cigobang. Ternak yang digunakan sebanyak 315 ekor. Untuk pemberian hijauan per hari digunakan sampel 47 ekor kambing dari 5 orang peternak. Metode yang digunakan adalah observasi langsung difokuskan pada pengamatan kandang kambing, memprediksi komposisi botani di kandang ternak, menimbang hijauan pakan yang diberikan pada ternak, menimbang ternak 148 ekor kambing dan wawancara dengan peternak, dan pemotretan untuk dokumentasi. Analisis deskriptif diperoleh dari hasil wawancara responden di lapangan dan data sekunder, analisis identifikasi hijauan pakan sesuai dengan literatur, analisis komposisi botani “Dry Weight Rank”, dan analisis daya tampung ternak dihitung dengan metode Nell dan Rollinson.

Terdapat tiga jenis kambing yang dipelihara yaitu kambing Peranakan Ettawah (PE), Jawa Randu, dan Benggala. Jenis hijauan yang diberikan pada kambing terbagi menjadi tiga yaitu rumput 1 spesies, legum 14 spesies, dan ramban 11 spesies. Spesies jenis rumput yaitu Imperata cylindrica Div., spesies jenis legum yaitu Albizzia falcata BACKER, Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp,

Pterocarpus indicus WILLD., Arachis hypogaea LINN., Cassia siamea LAMK., Leucaena leucocephala LAMK., Sesbania grandiflora L. PERS., Centrosema pubescens Benth., Calliandra calothyrsus Meissn., Trifolium repens LINN., Erythrina lithosperma MIQ., Shorea pinanga Scheff., Psophocarpus tetragonolobus

DC., Albizzia procera Benth., dan spesies jenis ramban yaitu Spondias lutea LINN.,

Moringa oleifera LAMK., Manihot utilissima POHL., Eugenia aquena BURM.f., Ceiba petandra GAERTN., Artocarpus heterophyllus LAMK., Mangifera indica L., Hibiscus rosa-sinensis LINN., Dendrophthoe pentandra (L.) Miq., Mutingia calabura L., dan Lannea grandis ENGL.

Hijauan pakan potensial yang belum dimanfaatkan oleh peternak kambing di Desa Cigobang terdapat 2 jenis yaitu rumput yang terdiri dari 14 spesies yaitu

Brachiaria subquadripara (Trin) A. Mitchc., Eleusine indica (L) Gaerta., Panicum maximum JACQ., Eragrostis amabilis (L) Wight R. Arnott ex Nees., Eragrostis brownii (kaath) Nees., Eulalia trispicata (schalt) Hanrard., Saccharum officinarum

LINN., Zea mays LINN., Fimbristylis miliacea (L.), Leptochloa chinensis (L.) Ness.,

Axonopus compressus (S.W.) Beauv., Brachiaria reptans (L.) Gardn & Hubb., Hymenachne acutigluma (Steud) Gilliland., Murdannia nudiflora (L.) Brenan., dan 8

(3)

Alstonia scholatis R. BR., Morinda citrifolia L., Cyperus compressus L., Cyperus rotundus LINN., Cyperus kyllingia Endl., serta Lantana camara LINN.

Hasil analisis komposisi botani menunjukkan bahwa peringkat pertama hijauan tertinggi yang diberikan pada kambing adalah legum dengan jumlah frekuensi pemberian sebesar 87,68 %, disusul oleh ramban dengan frekuensi sebesar 12,17 % dan rumput sebesar 0,17 %. Berdasarkan hasil perhitungan KPPTR efektif dapat diartikan bahwa kapasitas tampung ternak di Desa Cigobang masih dapat ditambah ternak sebanyak 217,98 ST.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis hijauan pakan pada peternakan kambing rakyat di Desa Cigobang secara garis besar terbagi menjadi tiga jenis yaitu legum, rumput, dan ramban. Prospek yang paling tinggi untuk ditingkatkan pemanfaatannya yaitu jenis legum.

(4)

ABSTRACT

Kind of Forages on Goats Breeding Farm In Cigobang Village, Pasaleman Subdistrict, Cirebon Regency, West Java

Suminar, D. R., M. Agus Setiana, dan S. Jayadi

Cigobang is one of the village in east Cirebon where found goats breeding farm. There are three kind of goats which are Peranakan Ettawah goat, Jawa Randu goat, and Benggala goat. These goats eat all sorts forages and it were found three kind forages which are legume, grass, and leaves for feed. The aim of this experiment were identifying kind of goats forages and the prospect to increase this advantages. This experiment used descriptive analysis, composition of botany analysis, and then Nell and Rollinson method. The results on composition of botany showed that the first, second, and third rank kind of forages were Leucaena

leucocephala LAMK., Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp, and Sesbania grandiflora L. PERS. respectively. The frequency of their were 21.98 %, 16.45 %,

and 9.82 % respectively. The result of Nell and Rollinson method was animal patch capacity in Cigobang village could still intercept animals as many 217.98 animal unit. The conclusion of this experiment were three kind of forages on Goats Breeding Farm in Cigobang. They were legume, grass, and leaves for feed, but the highly prospect to increase was legume.

(5)

JENIS HIJAUAN PAKAN PADA PETERNAKAN KAMBING

RAKYAT DI DESA CIGOBANG, KECAMATAN

PASALEMAN, KABUPATEN CIREBON,

PROPINSI JAWA BARAT

DEWI RATNA SUMINAR D24070068

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(6)

Judul : Jenis Hijauan Pakan Pada Peternakan Kambing Rakyat Di Desa Cigobang, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat

Nama : Dewi Ratna Suminar NIM : D24070068

Menyetujui, Pembimbing Utama,

( Ir. M. Agus Setiana, M.S. ) NIP: 19570824 198503 1 001

Pembimbing Anggota,

( Ir. Sudarsono Jayadi, MSc.Agr. ) NIP: 19660226 199003 1 001

Mengetahui: Ketua Departemen

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

( Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr. ) NIP: 19670506 199103 1 001

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon, tepatnya di Desa Karangsembung Rt.01/03 Kecamatan Karangsembung Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat pada tanggal 29 September 1989 dari pasangan Bapak Sartono, Amd. dan Ibu Tati Nurhayati, SPd. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara.

Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1994 di Sekolah Dasar Negeri 3 Karangsembung dan diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan menengah pertama dimulai pada tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2004 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Karangsembung. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Cirebon pada tahun 2004 dan diselesaikan pada tahun 2007.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2008. Penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi Ternak (HIMASITER) menjabat sebagai staf biro nutrisi dan industri tahun 2008-2009. Penulis pernah mengikuti kepanitiaan dalam acara IPB Goes to School menjabat sebagai panitia penilaian lomba essai pertanian di Cirebon tahun 2008. Penulis bersama teman satu tim pernah mendapatkan dana dari DIKTI untuk PKM Kewirausahaan yang berjudul “ Kue Putu Berprotein Hewani sebagai Investasi Kecerdasan Bangsa” pada tahun 2008. Penulis juga aktif dalam Organisasi Ikatan Kekeluargaan Cirebon (IKC) sebagai ketua divisi

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana peternakan.

Skripsi dengan judul “Jenis Hijauan Pakan Pada Peternakan Kambing Rakyat Di Desa Cigobang, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon, Propinsi Jawa Barat”. Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari sampai April 2011 di Desa Cigobang. Skripsi ini disusun atas dasar kondisi yang terjadi seperti yang digambarkan. Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui jenis hijauan pakan yang diberikan pada kambing di Desa Cigobang dan memberikan masukan mengenai perbaikan pakan pada peternak sehingga dapat memilih hijauan pakan yang sesuai untuk ternaknya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu sumbangan pemikiran terhadap penulisan skripsi ini diharapkan dapat menyempurnakannya. Semoga hasil yang tertuang dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk semua pihak yang membutuhkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah ikut berperan dalam penelitian sampai penyelesaian penulisan skripsi ini.

Bogor, Juli 2011

(9)

DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN………... i ABSTRACT……….... iii LEMBAR PERNYATAAN……… iv LEMBAR PENGESAHAN………..………..……. v RIWAYAT HIDUP………. vi

KATA PENGANTAR………. vii

DAFTAR ISI………... viii

DAFTAR TABEL………... x

DAFTAR GAMBAR………...…………... xi

DAFTAR LAMPIRAN………... xii

PENDAHULUAN……….….. 1

Latar Belakang………... 1

Tujuan……….. 2

TINJAUAN PUSTAKA……….. 3

Kambing………... 3

Kambing Peranakan Ettawa (PE)………. 3

Kambing Jawa Randu……….. 4

Kambing Benggala………... 5

Hijauan Tropis………. 6

Rumput………. 7

Legum……….. 7

Hijauan Pakan Alami………... 8

Rumput Lapang….………... 8

Gamal (Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp.)……… 8

Lamtoro (Leucaena leucocephala LAMK.)……… 8

Nangka (Artocarpus heterophyllus LAMK.)………... 9

Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn)………. 9

Hijauan Pakan Budidaya……….. 9

Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schum)………. 9

Rumput Jewawut Mutiara {Pennisetum typhoides (Burm. f.) Stapf dan C. E. Hubb. >< Pennisetum purpureum Schum}…. 10 Rumput Ruzi (Brachiaria ruziziensis R. Germ)……….. 10

Herbarium……… 11

Komposisi Botani Hijauan Pakan……… 11

Metode Nell dan Rollinson……….. 11

(10)

Materi………... 12 Peralatan………... 12 Ternak……….. 12 Bahan Herbarium…….……… 12 Metode………. 12 Pelaksanaan Penelitian………...………...…… 12

Jenis dan Sumber Data..………... 13

Pembuatan Herbarium…..………... 13

Penimbangan Hijauan dan Konsumsi………...………... 14

Identifikasi Hijauan…...………... 14

Analisis Data……… 14

Analisis Deskriptif………...……… 14

Analisis Komposisi Botani Hijauan Pakan……….. 14

Analisis Kapasitas Daya Tampung Nell dan Rollinson……... 15

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN………... 16

Letak Geografi Kabupaten Cirebon………. 16

Topografi Kabupaten Cirebon………. 16

Iklim Kabupaten Cirebon………. 16

Keadaan Umum Sektor Peternakan Kabupaten Cirebon……… 17

Letak Geografis dan Sosial Ekonomi……….. 17

HASIL DAN PEMBAHASAN………... 19

Kondisi Umum Peternakan di Desa Cigobang……… 19

Penggunaan Lahan di Desa Cigobang………. 20

Karakteristik Peternak………. 21

Pemeliharaan Kambing……… 23

Performa Kambing………... 24

Pola Penyediaan Hijauan Pakan………... 24

Kualitas dan Kuantitas Hijauan Pakan……… 24

Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan di Desa Cigobang…….. 25

Jenis Hijauan Pakan Potensial di Desa Cigobang……… 26

Konsumsi Hijauan Pakan………. 31

Kapasitas Daya Tampung Ternak Nell dan Rollinson……… 32

KESIMPULAN DAN SARAN………... 33

Kesimpulan……….. 33

Saran……… 33

UCAPAN TERIMA KASIH………... 34

DAFTAR PUSTAKA……….. 35

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Peranakan Ettawah..… 4

2. Rata-Rata Produksi dan Reproduksi Ternak Kambing Jawa Randu... 5

3. Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Benggala…………... 6

4. Populasi dan Produksi Ternak di Kabupaten Cirebon…... 17

5. Populasi Ternak di Desa Cigobang……….. 19

6. Populasi Kambing di Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon.. 20

7. Jenis Penggunaan Lahan di Desa Cigobang ……… 21

8. Peternak Berdasarkan Usia dan Tingkat Pendidikan……….... 21

9. Pekerjaan, Penghasilan, dan Jumlah Tanggungan Peternak……... 22

10. Rataan Bobot Badan Tiap Jenis Kambing………. 24

11. Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan di Desa Cigobang…… 25

12. Jenis Hijauan Pakan Potensial di Desa Cigobang………. 27

13. Rata-Rata Konsumsi Hijauan Segar Kambing di Desa Cigobang…. 31 14. Jumlah Rataan Konsumsi Jenis Hijauan……… 31

15. Konversi Lahan Garapan di Desa Cigobang terhadap Padang Rumput Permanen berdasarkan Metode Nell dan Rollinson………. 32

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Jenis Hijauan Pakan Legum di Desa Cigobang... 28 2. Jenis Hijauan Pakan Rumput di Desa Cigobang …...………….... 29 3. Jenis Hijauan Pakan Ramban di Desa Cigobang………....……….. 30

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Peta Wilayah Desa Cigobang, Kabupaten Cirebon……...………... 39 2. Kondisi Jumlah Ternak Tiap Peternak……….………… 39 3. Gambar Jenis Legum Hijauan Pakan di Desa Cigobang….………. 40 4. Gambar Jenis Rumput Hijauan Pakan di Desa Cigobang…..…... 41 5. Gambar Jenis Ramban Hijauan Pakan di Desa Cigobang..……….. 42 6. Gambar Jenis Kambing di Desa Cigobang………...……… 43 7. Kondisi Peternakan Rakyat di Desa Cigobang………. 43 8. Kapasitas Daya Tampung Ternak Metode Nell dan Rollinson...…. 43

(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sub sektor peternakan mempunyai peran besar dalam kegiatan perekonomian pedesaan, dengan demikian perencanaan pembangunan sistem agribisnis peternakan harus dimulai dari kejelasan indentitas dan potensi lokal yang akan dikembangkan. Pengembangan usaha ternak ruminansia perlu memperhatikan tiga komponen utama yang saling terkait, yaitu tersedianya lahan, ternak, dan pakan (Soedarjat, 2000). Ternak lokal atau asli Indonesia merupakan salah satu kekayaan nasional yang tidak kecil artinya, baik dilihat dari segi pendapatan, sumber protein hewani yang murah dan mudah untuk diperoleh, maupun sumber tenaga kerja bagi petani di Indonesia.

Kabupaten Cirebon adalah suatu wilayah yang terletak di Jawa Barat yaitu berada di sekitar pesisir Laut Jawa. Bagian utara merupakan dataran rendah dan bagian barat daya berupa pegunungan yaitu lereng Gunung Ciremai. Sebagai daerah pertemuan budaya Jawa dan Sunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Sunda dan Jawa. Wilayah ini beriklim tropis dengan cenderung tidak fluktuatif dan dipengaruhi oleh angin kumbang yang bertiup relatif kencang, terkadang berputar dan bersifat kering. Tipologi kehidupan masyarakat Cirebon dilihat dari sosial ekonominya yaitu bertani dan beternak. Kambing merupakan ternak ruminansia terbanyak kedua setelah domba di Kabupaten Cirebon. Populasi ternak kambing di Kabupaten Cirebon sebanyak 4.355 ekor (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Cirebon, 2009).

Dalam manajemen ternak, pakan merupakan kebutuhan yang paling tinggi yaitu 60-70 % dari seluruh biaya produksi. Mengingat tingginya biaya tersebut maka perlu adanya perhatian dalam penyediaan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tidak terkecuali bagi ternak ruminansia, dimana pakan yang diperlukan berupa hijauan makanan ternak. Kebutuhan pokok konsumsi hijauan makanan ternak setiap harinya kurang lebih 10 % dari bobot badan ternak.

Hijauan makanan ternak merupakan salah satu bahan makanan ternak yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak kambing. Oleh sebab itu, hijauan makanan ternak sebagai salah satu bahan makanan merupakan dasar utama untuk mendukung peternakan kambing di daerah Cirebon yang setiap harinya membutuhkan cukup banyak hijauan pakan ternak.

(15)

Kebutuhan akan hijauan pakan akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya jumlah populasi ternak kambing yang dimiliki.

Cigobang merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Cirebon Timur dengan luas wilayah 488,795 Ha dengan jumlah penduduk 4644 jiwa. Walaupun iklim di wilayah ini panas dan tanahnya kering, akan tetapi tidak mempengaruhi ketersediaan hijauan pakan ternak. Desa ini terletak di Kecamatan Pasaleman dan diantara Desa di Kecamatan Pasaleman, Cigobang merupakan desa yang paling banyak populasi ternak kambingnya.

Sebanyak 5% dari total kepala keluarga di Desa Cigobang mempunyai usaha sampingan sebagai peternak kambing. Seluruh peternak memberikan pakan pada ternaknya hanya hijauan pakan saja tanpa ada penambahan konsentrat sebagai pakan penguat. Jenis hijauan yang paling banyak dimakan berasal dari famili Leguminosa, Gramineae atau disebut rumputan, dan ramban atau hijauan dari pohon-pohonan. Hal tersebut yang mendorong penelitian ini sebagai suatu usaha penambahan ilmu pengetahuan dalam pengembangan peternakan yang berbasis pada sumberdaya hijauan pakan lokal.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis hijauan pakan kambing lokal dan prospek meningkatkan pemanfaatannya.

(16)

TINJAUAN PUSTAKA Kambing

Kambing merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang telah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Populasi ternak kambing terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari populasi kambing pada tahun 2005 sebesar 13.409.277 ekor menjadi 15.655.740 ekor pada tahun 2009 (Direktorat Jendral Peternakan, 2010).

Kambing yang ada di Indonesia antara lain kambing kacang (menyebar hampir diseluruh wilayah), kambing Peranakan Ettawah (banyak terdapat di pulau Jawa), kambing Ettawah, kambing Kosta (banyak terdapat di propinsi Banten), dan kambing Gembrong (terdapat di pulau Bali dengan populasi yang menurun) (Heriyadi, 2001).

Bangsa kambing dapat dikelompokkan berdasarkan kegunaannya, yaitu kambing penghasil daging, susu, dan bulu (mohair). Ada pula beberapa bangsa kambing yang tergolong tipe dwiguna (dual purpose), seperti bangsa kambing Peranakan Ettawah yang tergolong tipe daging dan susu (Heriyadi, 2004).

Kambing mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap iklim tropik yang ekstrim, fertilitas tinggi, interval generasi yang pendek, serta kemampuan memanfaatkan berbagai macam hijauan dengan efisiensi biologis yang lebih tinggi dibandingkan sapi. Kambing juga mempunyai adaptasi tinggi, khususnya dari sisi toleransinya terhadap berbagai jenis hijauan, mulai dari rumput-rumputan, legum, rambanan, daun-daunan, sampai dengan semak belukar yang biasanya tidak disukai oleh jenis ruminansia lain, seperti sapi perah, sapi potong, kerbau, dan domba (Heriyadi, 2004).

Kambing Peranakan Ettawah (PE)

Kambing Peranakan Ettawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawah (asal India) dengan kambing Kacang. Kambing PE tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu. Ciri khas kambing PE antara lain bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher, telinga panjang, lembek menggantung, ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, pipih, dan bulu paha panjang serta tebal. Warna bulu ada yang tunggal, putih, hitam dan coklat. Kebanyakan terdiri dari dua atau tiga pola warna,

(17)

yaitu belang hitam, belang coklat, dan putih bertotol hitam (Pamungkas et al., 2009). Karakteristik morfologik tubuh kambing Peranakan Ettawah disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Peranakan Ettawah

No Uraian Kambing Peranakan Ettawah

Betina Jantan 1 Bobot/kg 40,2 60 2 Panjang badan/cm 81 81 3 Tinggi pundak/cm 76 84 4 Tinggi pinggul/cm 80,1 96,8 5 Lingkar dada/cm 80,1 99,5 6 Lebar dada/cm 12,4 15,7 8 Panjang telinga/cm 12 15

9 Tipe telinga Jatuh Jatuh

10 Panjang ekor/cm 19 25

Sumber: Pamungkas et al. (2009)

Kambing PE sangat menjanjikan untuk dikembangkan karena selain produksi susunya tinggi, 990 g/hari dengan panjang masa laktasi 170 hari (Atabany dan Ruhimat, 2004) juga mempunyai kemampuan untuk produksi daging. Kandungan lemak susu sangat tinggi, dapat mencapai 4,15 % dan terdiri dari trigliserida, phospolipid, dan kolesterol. Lemak susu yang tersusun oleh sekitar 60 asam lemak jenuh maupun tak jenuh merupakan komponen penting dalam kualitas nutrisi susu kambing perah karena beberapa asam lemak tersebut memberikan pengaruh yang positif pada kesehatan manusia seperti asam oleat dan linoleat yang dapat memberikan efek cardioprotective pada kerja vascular antiartherogenic (Bernard et al., 2005).

Kambing Jawa Randu

Kambing Jawa Randu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Ettawah dan kambing Kacang, sifat fisik kacang lebih dominan. Baik jantan maupun betina merupakan tipe pedaging. Ciri-ciri fisik kambing Jawa Randu adalah bertanduk, telinga lebar dan terurai, bentuk tubuh lebih kecil dari kambing

(18)

Ettawah (Erlangga, 2009). Rata-Rata produksi dan reproduksi ternak kambing Jawa Randu disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-Rata Produksi dan Reproduksi Ternak Kambing Jawa Randu

No. Uraian Rata-Rata Hasil

1 Bobot badan awal induk/bobot kawin (kg/ekor) 24,82 2 Konsumsi pakan induk kambing (kg/ekor/hari)

a. Hijauan

b. Pakan tambahan

4,61 0,59 3 Pertambahan bobot badan induk (g/ekor/hari) 81,80

4 Tingkat kebuntingan (%) 98,75

5 Bobot lahir (kg/ekor)

a. Tipe kelahiran tunggal jantan b. Tipe kelahiran tunggal betina c. Tipe kelahiran kembar dua jantan d. Tipe kelahiran kembar dua betina

2,60 2,50 2,33 2,02 6 Pertambahan bobot badan anak (g/ekor/hari)

a. Tipe kelahiran tunggal jantan b. Tipe kelahiran tunggal betina c. Tipe kelahiran kembar dua jantan d. Tipe kelahiran tunggal betina

90,21 73,21 60,29 51,39

7 Mortalitas anak pra sapih (%) 4,86

Sumber: Pasambe et al. (2003)

Kambing Benggala

Kambing Benggala diduga merupakan hasil persilangan kambing Black Benggal dengan kambing Kacang. Kambing Benggala secara umum lebih besar dari kambing Kacang, umumnya didominasi warna hitam dan sedikit berwarna kecoklatan. Ciri khas dari kambing ini antara lain: bentuk telinga sedang, lurus ke samping dan kira-kira sepertiga bagian ujung telinga jatuh seperti patah di ujung, garis muka lurus tidak cembung seperti Peranakan Ettawah (PE), garis punggung lurus, bulu rambut sedang menutup semua permukaan kulit tetapi tidak panjang atau tebal dan tanduk tegal ke belakang (Pamungkas et al., 2009).

(19)

Kambing ini termasuk tipe pedaging (kambing potong) dan biasanya cukup prolifik (jumlah anak sekelahiran lebih dari satu atau kembar). Kambing Benggala mempunyai bentuk ambing yang cukup baik sehingga produksi susu relatif cukup untuk kebutuhan anak walaupun kembar dua atau tiga pada saat pra sapih (Pamungkas et al., 2009). Karakteristik morfologik kambing Benggala disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Benggala

Uraian Umur

±6 Bulan ±9 Bulan Induk Jantan

Bobot (kg) 13,8 18,9 37,9 40 Panjang badan (cm) 50 57,2 72,8 77,3 Tinggi pundak 46,9 46,3 59 69,7 Tinggi pinggul 42,4 49,8 62,7 74 Lingkar dada 56,6 63,5 78,3 85,7 Lebar dada 42,6 52,4 62 66,6 Diameter dada 21 26,2 31 33,5 Panjang tanduk 1,8 6,4 15,2 14,3 Panjang telinga 14 13,5 18 27 Lebar telinga 4,8 5,9 6,3 6,8 Panjang ekor 16 9,7 13,2 15,5 Lebar ekor 5 5,6 4,8 6

Sumber: Batubara et al. (2007)

Hijauan Tropis

Hijauan tropis merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis seperti di Indonesia. Hijauan tropis ini dapat berupa rumput, legum, dan hijauan pohon (Wilkins, 2000). Hijauan ini menyebar merata di berbagai wilayah di Indonesia dan memiliki karakteristik yang khas antara lain protein kasar tinggi, serat kasar yang tinggi, kecernaan yang lebih tinggi, kandungan mineral dan vitamin yang tinggi pula. Dengan karakteristik yang khas tersebut, hijauan ini dapat dijadikan sebagai hijauan makanan ternak. Selain itu, hijauan ini juga mengandung zat antinutrisi yang beragam seperti tanin, saponin, dan mimosin. Umumnya zat

(20)

menyatakan bahwa legum pohon juga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pakan ruminansia pada daerah tropis karena mengandung karbohidrat yang mudah tercerna, terutama pada musim kemarau.

Rumput

Rumput terutama sesuai sebagai tanaman makanan ternak untuk penggembalaan maupun digunakan sebagai hijauan potongan karena beberapa sebab, yaitu: (1) tumbuhnya batang-batang baru dengan jalan membentuk tunas-tunas (tillering) merupakan cara penyembuhan terhadap akibat-akibat yang ditimbulkan oleh pemotongan atau penggembalaan. (2) jaringan-jaringan baru yang dibentuk selama pertumbuhan terutama tumbuh pada pangkal daun sehingga kecil kemungkinan menjadi rusak karena pemotongan atau penggembalaan. (3) banyak rumput yang mampu mempertahankan pertumbuhan vegetatif terus-menerus dan hanya terhenti pada musim kering atau musim dingin. (4) banyak rumput berkembangbiak dengan rhizoma atau stolon yang dengan mudah membentuk akar-akar tambahan sehingga permukaan tanah dapat cepat tertutup. (5) sistem perakarannya mengikat partikel-partikel tanah dan membentuk jalinan (sod) serta mangangkut zat-zat hara ke lapisan permukaan yang telah tercuci oleh hujan lebat kedalam tanah (McIlroy, 1976).

Legum

Legum adalah salah satu hijauan pakan ternak yang mengandung protein lebih tinggi daripada rumput, tanaman ini umumnya responsif terhadap pemupukan fosfat karena dibutuhkan untuk pertumbuhan perakaran dan aktivitas fiksasi nitrogen (Sumarsono, 2002). Legum selain digunakan sebagai pakan ternak, juga berfungsi sebagai tanaman penutup tanah (cover crop) dan pendukung kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen (N2). Fungsi legum dibagi menjadi 3 macam yaitu: (1) sebagai bahan

pangan dan hijauan pakan ternak (Papilionaceae): kacang tanah (Arachis hipogeae), kacang kedelai (Glycine soya), kacang panjang (Vigna sinensis); (2) sebagai hijauan pakan ternak (Mimosaceae): kacang gude (Cayanus cayan), kalopo (Calopogonium

muconoides), sentro (Centrosoma pubescens) dan (3) multi fungsi (pakan, pagar,

pelindung, penahan erosi): Gliricidia maculata, Albizzia falcata. Kandungan nilai protein dari tanaman leguminosa sangat tinggi dibandingkan dengan tanaman

(21)

rumput-rumputan. Selain itu, leguminosa juga mempunyai kandungan serat kasar yang lebih rendah dibanding rumput sehingga kecernaannya akan lebih tinggi.

Hijauan Pakan Alami Rumput Lapang

Rumput lapang adalah pakan yang sudah umum digunakan oleh peternak sebagai pakan utama ternak ruminansia. Rumput banyak disekitar sawah atau ladang, pegunungan, tepi jalan, dan semak-semak. Rumput ini tumbuh liar sehingga memiliki mutu yang kurang baik untuk pakan ternak (Aboenawan, 1991). Rumput lapang adalah campuran dari beberapa jenis rumput lokal yang umumnya tumbuh secara alami dengan daya produksi dan kualitas nutrisi yang rendah, namun rumput lapang merupakan hijauan yang mudah didapat, murah, dan pengelolaannya mudah. Rumput mengandung zat-zat makanan yang bermanfaat bagi ternak seperti lemak, bahan ekstrak tanpa-N, serat kasar, mineral (terutama phosphor dan garam dapur), dan vitamin (Wiradarya, 1989).

Gamal (Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp)

Tanaman yang berasal dari Amerika Tengah ini, di Indonesia lebih dikenal dengan nama gamal. Daun gamal dapat digunakan sebagai hijauan makanan ternak yang memiliki kandungan nutrien yaitu protein kasar (PK) 24,7 %, neutral

detergent fibre (NDF) 31, 8%, dan acid detergent fibre (ADF) 20,4%. Daun gamal

memiliki zat antinutrisi berupa saponin, tanin, kumarin, dan asam fenolat (Wood et

al., 1998). Pemanfaatan daun gamal sebagai sumber pakan ruminansia sangat

memungkinkan dan beralasan, mengingat tanaman gamal dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang kurang subur, tahan terhadap kekeringan dan produksi hijauan tinggi. Daun gamal dapat dimanfaatkan sebagai pakan basal ternak kambing (FAO, 2004).

Lamtoro (Leucaena leucocephala LAMK.)

Lamtoro dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Lamtoro memiliki zat antinutrisi berupa mimosin. Apabila mimosin diberikan pada ruminansia dalam kadar yang tinggi dapat menjadi racun bagi mikroba rumen sehingga dapat pula menurunkan produksi asam amino (McDonald et al., 2002). Lamtoro yang banyak

(22)

perennial mempunyai karangan bunga berbentuk bola (subfamilia Mimosaideae) dengan banyak bunga berwarna putih yang akan menghasilkan polongan biji yang panjangnya 11-17 cm berbentuk pipih dan berwarna coklat mengandung 12-25 biji berwarna coklat mengkilat dan tiap kilogram berat biji mengandung 21.000-28.000 butir biji. Tanaman ini menyerbuk sendiri. Lamtoro mengandung PK 24, 3%; ADF 21,5%; NDF 31,8%; dan tanin 14,8 mg/g BK (Baba et al., 2002).

Nangka (Artocarpus heterophyllus LAMK.)

Nangka merupakan tanaman buah berupa pohon dan penyebarannya di daerah tropis sudah menyeluruh seperti di Indonesia. Daun nangka dapat digunakan sebagai hijauan makanan ternak. Daun ini memiliki PK 15,9%; ADF 38,4%; NDF 49,6%; dan tanin 6,1 mg/g BK (Baba et al., 2002).

Kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn)

Palmer et al. (1995) menunjukan bahwa daun Calliandra calothyrsus Meissn memiliki nilai pakan yang tinggi untuk ternak, khususnya sebagai sumber protein. Kaliandra memenuhi kurang lebih 30% kebutuhan kambing, biri-biri, dan ternak lainnya. Ternak akan tumbuh lebih baik bila disuplementasi dengan kaliandra dibandingkan hanya diberi rumput. Tingkat suplementasi yang baik adalah 30% dari total ransum karena pemberian yang lebih tinggi akan merugikan.

Kambing dilaporkan mempunyai kemampuan mencerna tanin karena memiliki enzim tannase pada mukosa ruminal. Pencampuran kaliandra dengan daun yang tidak memiliki tannin seperti Sesbania glandiflora juga dilaporkan berguna untuk mengurangi tannin pada kaliandra (Lowry, 1990).

Hijauan Pakan Budidaya Rumput Gajah (Pennisetum purpureum Schum)

Nilai gizi rumput gajah sebagai hijauan makanan ternak ditentukan oleh zat-zat makanan yang terdapat di dalamnya dan kecernaannya. Nilai gizi rumput gajah dipengaruhi oleh fase pertumbuhan pada saat pemotongan atau penggembalaan. Rumput gajah sebaiknya dipotong pada fase vegetatif, untuk menjamin pertumbuhan kembali (regrowth) yang sehat dan kandungan zat-zat gizi yang optimal. Produksi rumput gajah yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk mengantisipasi kesenjangan produksi hijauan pakan pada musim hujan dan musim kemarau. Untuk

(23)

memanfaatkan kelebihan produksi tersebut pada fase pertumbuhan yang terbaik, maka dapat diawetkan dalam bentuk silase, karena rumput gajah merupakan bahan pakan hijauan yang baik untuk dibuat silase. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan dengan sistem perakaran yang kuat, tumbuh tegak membentuk rumpun dengan rhizome yang pendek. Umumnya batang tumbuh tegak mencapai tinggi 200-600 cm, jumlah buku dapat mencapai 20 buku, diameter batang bagian bawah dapat mencapai 3 cm. Panjang daun kira-kira 30-120 cm, dan lebar helai daun 10-50 mm. Warna bunga kehijauan, kekuningan, kecoklatan, atau keunguan (Reksohadiprojo, 2000).

Rumput Jewawut Mutiara {Pennisetum typhoides (Burm. f.) Stapf dan C. E. Hubb. >< Pennisetum purpureum Schum}

Rumput raja (Pennisetum purputhypoides Burm.) disebut juga “King Grass” merupakan hasil persilangan antara rumput gajah (Pennisetum purpureum Schum) dan jewawut mutiara {Pennisetum typhoides (Burm. f.) Stapf dan C. E. Hubb}. Selanjutnya dinyatakan bahwa rumput raja mempunyai toleransi yang cukup tinggi terhadap tempat tumbuhnya, tetapi tidak tahan terhadap naungan dan genangan air. Rumput raja merupakan tanaman tahunan, tumbuh tegak membentuk rumpun. Perakaran cukup dalam dan tingginya dapat mencapai 4 meter. Berbatang tebal, daun lebar, dan panjang dibandingkan dengan rumput gajah. Pada daun banyak terdapat bulu kasar dibandingkan dengan rumput gajah (Reksohadiprojo, 2000).

Rumput Ruzi (Brachiaria ruziziensis R. Germ dan C. M. Evrard)

Brachiaria ruziziensis R. Germ dan C. M. Evrard merupakan salah satu jenis

rumput yang memiliki fungsi ganda yang dapat dipakai oleh ternak (palatabilitas tinggi) serta pertumbuhannya cepat, sehingga mampu bersaing dengan tanaman lain seperti gulma/ tanaman liar di sekelilingnya. Disamping itu, tanaman ini tahan terhadap kemarau sedang, sehingga menjadi salah satu pilihan potensial untuk mendukung produksi kambing. Brachiaria ruziziensis R. Germ dan C. M. Evrard sangat cocok untuk pakan kambing baik dalam pemeliharaan tradisional maupun untuk usaha produksi secara komersial. Berdasarkan asumsi tingkat kebutuhan pakan, maka daya tahan tampung lahan yang ditanami rumput ruzi terhadap kambing dengan bobot tubuh rata-rata 25 kg sebesar 330/(15/ 100x 25)= 88 ekor kambing

(24)

Herbarium

Herbarium dapat diartikan sebagai koleksi kering spesimen tumbuhan yang digunakan dalam penelitian maupun sebagai museum tumbuhan. Spesimen tumbuhan yang telah dikeringkan ini menjadi sarana yang sangat penting untuk studi tumbuhan dimasa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang. Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen tumbuhan yang diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani tertentu, sebagai sumber informasi dasar untuk para ahli taksonomi sekaligus berperan sebagai pusat penelitian dan pengajaran, juga pusat informasi bagi masyarakat umum (Balai Taman Nasional Baluran, 2004).

Komposisi Botani Hijauan Pakan

Analisis komposisi botani untuk menentukan persentase vegetasi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak. Analisis ini menggunakan metode Dry Weight Rank yaitu dengan menaksir komposisi botani bahan kering tanpa melakukan pemotongan dan pemisahan spesies hijauan (Mannetje dan Haydock, 1963).

Metode Nell dan Rollinson

Analisis kesesuaian lokasi dilakukan dengan melihat potensi hijauan dan kapasitas tampung wilayah pengembangan ternak kambing di Desa Cigobang, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon. Untuk itu digunakan formula perhitungan Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) merujuk pada metode Nell dan Rollinson (1974) yang merupakan metode komparatif yang membatasi diri hanya pada sumber-sumber hijauan pakan yang tercatat luas atau ukurannya dalam laporan statistik.

(25)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di daerah peternakan kambing rakyat di Desa Cigobang, Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon pada bulan Februari sampai dengan April tahun 2011. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan daerah peternak kambing rakyat dalam skala kecil yang dikelola langsung oleh masyarakat sebagai usaha sampingan dan memiliki potensi besar untuk penyediaan hijauan makanan ternak.

Materi Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan gantung, karung, kertas koran, dan kamera. Peternak sebagai responden serta kuisioner yang digunakan untuk mengetahui keterampilan peternak dan lingkungan pemeliharaan kambing.

Ternak

Ternak yang digunakan adalah kambing yang terdiri atas kambing anak, muda, induk, dan pejantan sebanyak 315 ekor. Untuk penimbangan ternak digunakan sampel ternak sebanyak 148 ekor dan untuk mengetahui pemberian hijauan per hari digunakan sampel sebanyak 47 ekor kambing dari 5 orang peternak.

Bahan Herbarium

Bahan untuk membuat herbarium adalah sampel hijauan pakan yang terdapat di kandang yang masih segar dan rumput di daerah sekitar, serta alkohol 70%.

Metode Pelaksanaan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung difokuskan pada pengamatan kandang kambing, memprediksi komposisi botani di kandang ternak, menimbang hijauan pakan yang diberikan pada ternak, menimbang ternak dengan sampel setiap kandang. Wawancara dengan setiap peternak terkait kondisi ternak, pakan, lingkungan, serta permasalahannya. Pemotretan untuk

(26)

dokumentasi situasi lapang dan sebagai pembanding dalam identifikasi hijauan pakan.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari semua responden melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner atau daftar pertanyaan yang disusun berdasarkan kriteria faktor penentu kambing. Teknik observasi yaitu pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui fenomena atau gejala yang ada pada objek-objek penelitian dan pengukuran langsung di lapangan (penimbangan bobot badan, mengamati hijauan pakan yang diberikan dan memotret hijauan tersebut, serta melakukan penimbangan hijauan yang diberikan peternak).

Data sekunder diperoleh dari bahan tertulis atau pustaka yang dapat dipercaya dan berhubungan dengan penelitian berupa hasil penelitian dan data-data pendukung lainnya yang diperoleh dari instansi yang terkait seperti kantor Desa Cigobang, kantor Kecamatan Pasaleman, dan Dinas Peternakan Kabupaten Cirebon.

Data yang dikumpulkan meliputi keadaan umum Desa Cigobang, karakteristik peternak responden, hijauan pakan yang digunakan, bobot badan ternak, dan pemberian hijauan pakan per hari. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental, karena dalam penelitian ini tidak memberi perlakukan (kontrol) terhadap subjek penelitian.

Pembuatan Herbarium

Metode yang digunakan dalam membuat herbarium hijauan pakan yaitu dengan mengikuti metode Stone (1983) yaitu eksplorasi koleksi tumbuhan dengan bunga dan buah (fertil) diproses untuk spesimen herbarium. Setiap hijauan yang diberikan peternak pada kambing dibuat koleksi (herbarium) kering. Pembuatan herbarium kering yaitu dengan cara mengambil satu helai tiap jenis hijauan lalu semprotkan alkohol 70 % pada seluruh bagian tanaman, kemudian ditempatkan pada kertas koran yang ditutup secara rapat dan dipadatkan dengan menggunakan kardus, lalu diikat dengan tali.

(27)

Penimbangan Hijauan dan Konsumsi

Hijauan segar yang diberikan pada ternak dipisahkan tiap jenisnya, kemudian ditimbang satu per satu untuk mengetahui berapa proporsi tiap jenis hijauan yang diberikan agar didapatkan hijauan apa saja yang dominan dikonsumsi oleh ternak. Keesokan harinya menimbang sisa seluruh jenis hijauan yang diberikan dihari sebelumnya agar dapat mengestimasi berapa banyak hijauan tersebut dimakan oleh ternak. Penimbangan hijauan ini dilakukan selama lima hari pada lima orang peternak.

Identifikasi Hijauan

Identifikasi dilakukan dengan mengamati tiap jenis hijauan yang telah dibuat herbarium dan mencari nama latinnya dengan cara membandingkan ciri-ciri fisiknya dengan text book terkait. Kemudian mencatat nama lokal dan nama latin serta memisahkan antara jenis rumput, legum, dan ramban. Rumput merupakan hijauan pakan dari familia gramineae, legum merupakan hijauan pakan dari familia

leguminoceae, sedangkan ramban merupakan hijauan pakan yang bukan berasal dari

familia gramineae dan leguminoceae.

Analisis Data

Data primer dan sekunder yang diperoleh kemudian diolah dengan rapi serta dianalisis secara deskriptif, analisis identifikasi hijauan pakan, analisis komposisi botani, dan analisis kapasitas tampung Nell dan Rollinson.

Analisis Deskriptif

Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden di lapangan diolah secara deskriptif meliputi gambarkan keadaan umum di lokasi penelitian, karakteristik peternak yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pengalaman beternak, dan tanggungan keluarga, karakteristik tata usaha peternakan, gambaran kondisi dan keragaman hijauan pakan yang diberikan pada ternak, konsumsi hijauan, meninjau pengaruh pemberian beragam hijauan pakan terhadap ternak pada peternakan kambing rakyat di Desa Cigobang.

Analisis Komposisi Botani Hijauan Pakan

(28)

antara spesies yang menempati tempat pertama, kedua dan ketiga. Kemudian angka dikalikan dengan koefisien sebagai berikut: tempat pertama dikalikan 8;04; tempat kedua dikalikan 2,41; dan tempat ketiga dikalikan 1. Metode ini dilakukan dengan modifikasi pelemparan lingkaran di padang pastura diganti dengan kandang.

Analisis Kapasitas Daya Tampung Nell dan Rollinson

Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) merujuk pada metode Nell dan Rollinson (1974) yang merupakan metoda komparatif yang membatasi diri hanya pada sumber-sumber hijauan pakan yang tercatat luas atau ukurannya dalam laporan statistik. Potensi penyediaan hijauan dari sumber-sumber tersebut dikonversikan terhadap potensi padang rumput permanen setelah mengalami serangkaian penelitian empirik dengan perhitungan sebagai berikut:

1. Daya Dukung Lahan (ST)

Rumus : Potensi HMT (BK) kg BK/Th Konsumsi ternak/hari x 365 (Th) Keterangan :

1. Potensi hijauan pakan dalam bentuk BK dengan satuan kg/tahun 2. Konsumsi atau kebutuhan ternak dengan satuan kg BK/ ST/hari 3. 365 hari=1 tahun

2. Analisis KPPTR Efektif (ST) = Daya Dukung Lahan – Popriil

Keterangan: Popriil adalah populasi riil ternak ruminansia (ST) pada tahun tertentu.

(29)

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografi Kabupaten Cirebon

Letak geografis Kabupaten Cirebon berada pada lokasi antara 108º40’-108º48’ Bujur Timur dan 6º30’-7º00’ Lintang Selatan. Luas daerah administrasi mencapai 990,36 km2. Adapun jarak terjauh dari Barat ke Timur mencapai 54 km dan dari Utara ke Selatan sepanjang 39 km. Ketinggian dari permukaan laut antara 0-130 m dpl, sehingga kondisi masyarakat dan ragam kependidikan akan memberikan keragaman citra dan budaya. Kabupaten Cirebon secara administratif memiliki 40 kecamatan yang terbagi atas 424 desa serta kelurahan. Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur serta merupakan batas sekaligus pintu gerbang dari Propinsi Jawa Tengah (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, 2009).

Topografi Kabupaten Cirebon

Letak daratan memanjang dari Barat Laut ke Tenggara. Dilihat dari permukaan tanah atau daratannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, pertama daerah dataran rendah umumnya terletak di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa, sedangkan sebagian lagi termasuk pada daerah dataran sedang. Kawasan yang merupakan pedataran dan merupakan lahan subur dengan ketinggian 10 meter dpl hingga 200 meter dpl terletak di bagian tengah membentang dari Timur ke Barat Kabupaten Cirebon. Kawasan pesisir dan pantai yang membentang dari Timur ke Barat sepanjang 54 km. Wilayah yang berbatasan dengan pantai memiliki ketinggian 0 hingga 10 meter dpl. Kawasan yang tingginya melebihi 200 meter dpl terletak di bagian selatan dan wilayah yang memiliki ketinggian ≥ 300 meter dpl topografinya bergelombang (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, 2009).

Iklim Kabupaten Cirebon

Berdasarkan analisis curah hujan sepuluh tahunan, diketahui musim kemarau di Kabupaten Cirebon terjadi pada bulan April sampai September dan musim hujan terjadi pada bulan Oktober sampai Maret. Curah hujan rata-rata sebesar 316 mm per bulan, curah hujan tertinggi dan terendah masing-masing

(30)

adalah 809 mm dan 52 mm (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, 2009).

Keadaan Umum Sektor Peternakan Kabupaten Cirebon

Dilihat dari struktur perekonomian, sebagian besar penduduk Kabupaten Cirebon bermata pencaharian di sektor pertanian secara luas, sedangkan sisanya merupakan pedagang, buruh, pegawai negeri, dan pegawai swasta serta jenis pencaharian lainnya. Jenis peternakan yang banyak diusahakan masyarakat baik ruminansia maupun unggas yakni kambing, domba, sapi, kerbau, ayam, itik, dan bebek (Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, 2009). Gambaran populasi dan produksi hewan ternak di Kabupaten Cirebon secara rinci disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Populasi dan Produksi Ternak di Kabupaten Cirebon

No Jenis Hewan Ternak Populasi (ekor) Produksi (kg)

1 Sapi potong 1.863 3.042,76 2 Kerbau 4.247 211,62 3 Kambing 4.355 10,64 4 Domba 154.551 3.834,96 5 Itik 288.582 2.056,40 6 Ayam potong 316.762 1.626,74 7 Ayam kampong 1.543.476 1.420,45 8 Ayam petelur 20.615 178,33 9 Itik petelur 288.582 2.167,55

Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon (2009)

Letak Geografis dan Sosial Ekonomi

Desa Cigobang terletak di Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon. Desa Cigobang berbatasan dengan Desa Waled (utara), Kabupaten Kuningan (selatan), Desa Waled Kota (barat), dan Desa Cigobangwangi (timur). Desa Cigobang merupakan daerah aliran Sungai Cisanggarung sehingga potensial bagi pengembangan ternak ruminansia khususnya ternak kambing yang tahan terhadap kondisi tanah yang kering.

(31)

Desa Cigobang merupakan wilayah dengan topografi datar dengan ketinggian 20 m dpl. Curah hujan rata-rata di desa ini adalah 316 mm/bulan dengan jumlah bulan hujan 6 bulan dari bulan Oktober-Maret. Suhu rata-rata Desa Cigobang adalah 28-30ºC. Luas wilayah Cigobang yaitu 488,795 Ha dengan jumlah penduduk 4644 jiwa (Kantor Desa Cigobang, 2010).

Ditinjau dari status kesejahteraan, masyarakat Desa Cigobang masih banyak yang belum sejahtera yaitu sebanyak 537 jiwa. Hal ini disebabkan beberapa faktor salah satunya adalah keterbatasan dalam segi ekonomi karena mata pencaharian masyarakat Desa Cigobang rata-rata adalah petani kecil yang mengolah ladang milik orang lain sehingga mendapat keuntungan kecil.

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Peternakan di Desa Cigobang

Ternak kambing adalah ternak ruminansia yang mendomiasi atau paling banyak dipelihara di Desa Cigobang karena disamping peternakan yang turun-temurun juga ternak kambing mampu beradaptasi dengan kondisi panas dan kering seperti yang dijelaskan oleh Sutama (1994), potensi ternak kambing untuk dikembangkan di lahan marginal sangat memungkinkan, hal ini disebabkan aktivitas produksi ternak kambing di Indonesia dapat terjadi sepanjang tahun dan memiliki karakter prolifikasi (beranak lebih dari satu), sehingga sangat membantu dalam program peningkatan populasi kambing. Ternak kambing mampu beradaptasi pada kondisi daerah yang memiliki sumber pakan hijauan yang kurang baik, serta ternak kambing merupakan komponen peternakan rakyat yang cukup potensial sebagai penyedia daging.

Ternak kambing di Desa Cigobang sebenarnya sangat berpotensi untuk dikembangkan, akan tetapi faktor keterbatasan ilmu pengetahuan, tidak ada kelompok peternak yang menaungi segala permasalahan, ketidakmampuan aksesibilitas terhadap peternakan ruminansia besar seperti industri pembibitan dan pengolahan, sulitnya mencari modal untuk pengembangan ternak kambing di Desa Cigobang, kegiatan beternak hanya pekerjaan sampingan dan untuk tabungan saja sehingga peternakan ini tidak berkembang dengan baik. Populasi ternak di Desa Cigobang disajikan pada Tabel 5, sedangkan kondisi populasi kambing di Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon disajikan pada Tabel 6.

Tabel 5. Populasi Ternak di Desa Cigobang

No Ternak Populasi (ekor)

1 Sapi 80 2 Kambing 315 3 Domba 20 4 Kuda 3 5 Itik 55 6 Ayam Kampung 75

(33)

Tabel 6. Populasi Kambing di Kecamatan Pasaleman, Kabupaten Cirebon

Desa Populasi (ekor)

Cigobang 315 Cigobangwangi 50 Cilengkrang 48 Cilengkrang Girang 75 Pasaleman 90 Tanjung Anom 55 Tonjong 10

Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Cirebon (2010)

Berdasarkan Tabel 6 populasi kambing yang paling banyak di wilayah desa yang termasuk Kecamatan Pasaleman adalah ternak kambing dengan jumlah 315 ekor dan populasi kambing terendah yaitu di Desa Tonjong. Jika pemerintah ikut membantu dalam penambahan ternak ruminansia, maka jumlah ternak di Desa Cigobang akan lebih tinggi. Tabungan peternak kurang mampu untuk menambah ternaknya sehingga mereka hanya mempertahankan ternak yang sudah mereka miliki baik membeli diawal usaha maupun warisan turun-temurun.

Penggunaan Lahan di Desa Cigobang

Penggunaan lahan meliputi pemukiman, sawah, tegalan, perkebunan, hutan, rawa, dan pemakaman umum. Lahan kosong yang tersedia digunakan untuk usaha pertanian. Luas sawah adalah 149,922 hektar lebih luas dari pemukiman rakyat. Hijauan pakan terdapat pada pinggiran lahan setiap jenis lahan yaitu di sawah tadah hujan, tegalan, perkebunan rakyat, perkebunan swasta, perkebunan perorangan, hutan rakyat, pemukiman, dan pemakaman umum, selain itu peternak menanam hijauan pakan seperti lamtoro (Leucaena leucocephala LAMK.), gamal (Gliricidia

sepium Jacq. Kunth ex Walp), dadap (Erythrina lithosperma MIQ.), daun nangka

(Artocarpus heterophyllus LAMK), dan sebagainya di pekarangan rumah mereka. Jenis penggunaan lahan di Desa Cigobang disajikan pada Tabel 7. Peternakan rakyat di Desa Cigobang tersebar merata atau hampir seluruh dusun terdapat peternak kambing. Hal ini disebabkan lahan sekitar rumah digunakan pemiliknya untuk memelihara ternak kambing secara intensif.

(34)

Tabel 7. Jenis Penggunaan Lahan di Desa Cigobang

No Jenis Penggunaan Luas (Ha)

1 Sawah Tadah Hujan 149,922

2 Tegalan 87,177 3 Perkebunan Rakyat 10,354 4 Perkebunan Swasta 26,250 5 Perkebunan Perorangan 20,158 6 Hutan Rakyat 180,654 7 Pemukiman 32,276 8 Kuburan 4,250

Sumber: Data Profil Desa Cigobang (2010)

Karakteristik Peternak

Sebagian besar peternak di Desa Cigobang berumur antara 43-58 tahun dan jumlah peternak kambing di Desa Cigobang sebanyak 56 Kepala Keluarga (KK) dengan rata-rata kerja setiap KK dua orang merupakan tenaga kerja keluarga. Peternak usia masih produktif (43-55 tahun) dan non produktif (55-58 tahun) tersebut memilih beternak sebagai usaha sampingan untuk tabungan keluarga dan meneruskan usaha ternak orang tua mereka, seperti yang disajikan pada Tabel 8. Tentang kondisi peternak berdasarkan usia dan tingkat pendidikan.

Tabel 8. Peternak Berdasarkan Usia dan Tingkat Pendidikan

Uraian Responden (%)

Usia Peternak (Tahun) a. 43-45 b. 46-50 c. 51-55 d. 56-58 7,14 50 33,93 7,14 Pendidikan a. Tidak Sekolah b. SD c. SMP d. SMA 14,28 55,36 28,57 1,78

(35)

Dilihat dari segi pendidikan yang tertera pada Tabel 8. peternak yang paling banyak yaitu lulusan SD dengan persentase sebesar 55,36 %, sedangkan pendidikan paling tinggi yaitu lulusan SMA akan tetapi persentasenya paling rendah yaitu sebesar 1,78 %. Kurangnya kesadaran peternak untuk melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi disebabkan anggapan orangtua yang menyatakan bahwa anak yang sudah bisa membaca dan menulis harus siap bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan peternak di Desa Cigobang masih tergolong rendah seperti yang terlihat pada Tabel 9. sehingga tingkat keterampilan dan pengetahuan peternak dalam hal memanfaatkan teknologi peternakan khususnya teknologi pakan masih sangat rendah serta tidak adanya penyuluh peternakan yang memberi pengarahan cara beternak yang baik kepada peternak setempat. Akan tetapi ada salah satu peternak yang menjadi best mark yaitu Pak Sara. Pak Sara adalah satu-satunya peternak yang melanjutkan sekolah sampai SMA dan menejemen pemeliharaan ternaknya cukup baik. Pak Sara memberikan hijauan sebesar 95 % untuk ternaknya setiap hari adalah lamtoro (Leucaena leucocephala LAMK.). Beliau mendapatkan hijauan di pinggiran jalan, pinggir hutan, dan di wilayah sekitar.

Tabel 9. Pekerjaan, Penghasilan, dan Jumlah Tanggungan Peternak

Uraian Responden (%) Pekerjaan a. Petani b. Ojek c. Serabutan/Kuli d. Pedagang e. Tukang batu f. Tukang kayu g. Tukang jahit 33,93 16,07 14,29 8,93 7,14 7,14 1,78 Penghasilan a. Rp 500.000,00-Rp 900.000,00 b. Rp 1.000.000,00-Rp 1.300.000,00 62,5 37,5 Jumlah Tanggungan a. 1-4 orang b. 5-7 orang 69,64 30,36

(36)

Pekerjaan utama peternak di Desa Cigobang yang paling tinggi persentasenya adalah petani sebesar 33,93 % dan pekerjaan lain yang tidak terikat kerja dengan perusahaan atau pemerintahan sehingga para peternak dapat memanfaatkan waktu senggangnya untuk beternak dalam arti setelah mereka pulang dari kerja, mereka langsung mengurus ternaknya. Pendapatan rata-rata dari pekerjaan utama peternak di Desa Cigobang sebesar Rp 861.600,00/bulan dengan jumlah tanggungan rata-rata empat orang sehingga untuk menambah pendapatan keluarga mereka menjalankan usaha peternakan. Rata-rata peternak di Desa Cigobang memiliki 5 ekor kambing dengan kepemilikan berjumlah 2-17 ekor. Sumber kepemilikan ternak kambing tersebut berasal dari warisan dan membeli sendiri. Dilihat dari kepemilikan tersebut dapat dikatakan bahwa peternakan rakyat tiap peternak merupakan peternakan skala kecil, sedang, dan besar seperti yang di jelaskan oleh Devendra (2001), membagi skala kepemilikan kambing sebanyak 1-5 ekor termasuk skala kecil, 6-10 ekor termasuk skala sedang, dan lebih dari 10 ekor termasuk dalam skala besar.

Pemeliharaan Kambing

Jenis kambing yang dipelihara pada peternakan rakyat di Desa Cigobang adalah kambing Peranakan Etawa (PE), Jawa Randu, dan Benggala. Sistem pemeliharaan kambing di Desa Cigobang adalah pemeliharaan intensif. Pemeliharaan intensif merupakan pemeliharaan dimana ternak dikandangkan sepanjang hari (Herwono, 2006). Ternak dipelihara dalam satu kandang dan dicampurkan. Bentuk kandang seluruhnya adalah kandang panggung persegi panjang yang terbuat dari kayu, bambu, dan beton yang berkolong dengan jarak 1-1,5 meter agar memudahkan dalam pengumpulan kotoran dan pembersihan kandang. Atap terbuat dari genteng dan lantai kandang dibuat dari bilah-bilah bambu. Lokasi kandang terletak di belakang atau samping rumah peternak. Pemberian pakan oleh peternak dua sampai tiga kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore hari. Setiap seminggu sekali biasanya peternak membersihkan kotoran di kolong kandang dan dipindahkan ke luar kandang, ditumpuk dan dimasukkan ke karung untuk dijual. Hijauan yang berupa ranting dan batang yang tidak dimakan ternak dikumpulkan dekat kandang dan dibakar.

(37)

Performa Kambing

Kambing yang terdapat di peternakan rakyat Desa Cigobang ada tiga jenis yaitu kambing Peranakan Etawa (PE), Jawa Randu, dan Benggala. Rataan bobot badan tiap jenis kambing di Desa Cigobang disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Bobot Badan Tiap Jenis Kambing

Jenis Kambing

Dewasa (ekor) Muda (ekor) Anak (ekor) Jantan (kg) Betina (kg) Jantan (kg) Betina (kg) Jantan (kg) Betina (kg) Peranakan Ettawah 56,7 44,8 31,6 28,7 9,1 8,5 Jawa Randu 43,3 38,8 27,1 23,0 8,6 7,8 Benggala 49,4 39,6 27,8 23,3 9,1 8,7

Berdasarkan Tabel 10. dapat dilihat bahwa tampilan kambing PE relatif baik dengan bobot badan rata-rata kambing betina dewasa yaitu 44,8 kg. Rata-rata bobot badan kambing Jawa Randu betina dewasa adalah 38,8 kg, sedangkan untuk kambing Benggala adalah 39,6 kg.

Pola Penyediaan Hijauan Pakan

Sebagian besar peternak di Desa Cigobang beternak secara intensif dan menyediakan pakan hijauan dengan cara cut & carry (peternak mencari hijauan dan mengambilnya sendiri, kemudian diberikan pada ternak yang berada di kandang). Pakan yang diberikan hanya sebatas hijauan saja tanpa penambahan konsentrat dan suplemen.

Kualitas dan Kuantitas Hijauan Pakan

Jenis hijauan yang diberikan pada ternak didominasi oleh legum dan ramban (daun-daunan selain leguminosa), sedangkan jenis rumput sedikit diberikan sebab ternak lebih menyukai legum dan ramban. Ternak tidak akan kekurangan protein karena sifat utama legum adalah dapat memperoleh sebagian besar kebutuhan Nitrogen (N) dari gas N2 yang sebagian besar terdapat di udara melalui simbiosis

(38)

Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan di Desa Cigobang

Jenis dan komposisi botani hijauan pakan dengan metode “Dry Weight Rank” menurut Mannetje dan Haydock (1963) di Desa Cigobang disajikan pada Tabel 11. Jenis hijauan yang diberikan terbagi menjadi tiga yaitu rumput satu spesies, legum 14 spesies, dan ramban 11 spesies.

Tabel 11. Jenis dan Komposisi Botani Hijauan Pakan di Desa Cigobang

No Nama Lokal Nama Latin* Jenis Hijauan

Komposisi Botani (%) 1 Alang-alang Imperata cylindrica Div. Rumput 0,16 2 Albasia Albizzia falcata BACKER. Legum 3,91 3 Gamal Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp. Legum 16,45 4 Angsana Pterocarpus indicus WILLD. Legum 8,92 5 Kacang tanah Arachis hypogaea LINN. Legum 0,39 6 Johar Cassia siamea LAMK. Legum 4,62 7 Lamtoro Leucaena leucocephala LAMK. Legum 21,98 8 Turi Sesbania grandiflora L. PERS. Legum 9,82 9 Sentro Centrosema pubescens Benth. Legum 1,55 10 Kaliandra Calliandra calothyrsus Meissn. Legum 3,94 11 Semanggi landa Trifolium repens LINN. Legum 0,55 12 Dadap Erythrina lithosperma MIQ. Legum 6,20 13 Daun orok orok jantan Shorea pinanga Scheff. Legum 6,98 14 Daun kecipir Psophocarpus tetragonolobus DC. Legum 0,80 15 Kihiang Albizzia procera Benth. Legum 1,90 16 Daun kedondong kecil Spondias lutea LINN. Ramban 0,94 17 Daun kelor Moringa oleifera LAMK. Ramban 1,10 18 Daun singkong Manihot utilissima POHL. Ramban 0,87 19 Daun jambu air Eugenia aquena BURM.f. Ramban 0,55 20 Daun Randu Ceiba petandra GAERTN. Ramban 0,96 21 Daun nangka Artocarpus heterophyllus LAMK. Ramban 3,49 22 Daun mangga Mangifera indica L. Ramban 0,55 23 Daun kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis LINN. Ramban 0,87 24 Daun kersem Mutingia calabura L. Ramban 0,16 25 Daun kawijaran Lannea grandis ENGL. Ramban 1,58 26 Daun benalu mangga Dendrophthoe pentandra (L.) Miq. Ramban 0,78 Sumber: * Soerjani et al. (1987), Heyne (1987), Quattrocchi (2006)

Tabel 11 menunjukkan bahwa peringkat pertama hijauan yang diberikan pada kambing di Desa Cigobang adalah legum dengan jumlah frekuensi pemberian

(39)

sebesar 88,01 %, disusul oleh ramban dengan frekuensi sebesar 11,85 % dan rumput sebesar 0,16 %, sedangkan jika dilihat dari spesies dengan jumlah frekuensi pemberian hijauan tertinggi yang diberikan pada kambing adalah lamtoro (Leucaena

leucocephala LAMK) sebesar 21,98 %, gamal (Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex

Walp) 16,45 %, dan peringkat ketiga adalah turi (Sesbania grandiflora. PERS.) 9,82 %. Hal ini dapat dikatakan bahwa kambing di Desa Cigobang lebih menyukai jenis hijauan leguminosa.

Berdasarkan wawancara dengan peternak, beberapa jenis hijauan yang disukai ternak adalah sebagai berikut: lamtoro (Leucaena leucocephala LAMK.), gamal (Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp), turi (Sesbania grandiflora L. PERS.), angsana (Pierocarpus indicus WILLD.), dadap (Erythrina lithosperma MIQ.), daun kedondong kecil (Spondias lutea LINN.), daun nangka (Artocarpus

heterophyllus LAMK) yaitu sebagian besar merupakan jenis legum dan ramban. Hal

ini dapat dikatakan bahwa kambing di desa Cigobang lebih menyukai jenis hijauan leguminosa yang mengandung protein cukup tinggi. Legum adalah salah satu hijauan pakan ternak yang mengandung protein lebih tinggi, tanaman ini umumnya responsif terhadap pemupukan fosfat karena dibutuhkan untuk pertumbuhan perakaran dan aktivitas fiksasi nitrogen (Sumarsono, 2002).

Jenis Hijauan Pakan Potensial di Desa Cigobang

Hijauan pakan yang potensial dan belum diberikan pada peternakan kambing di Desa Cigobang disajikan pada Tabel 12. yang terdiri dari dua jenis yaitu rumput dan ramban dengan jumlah rumput sebanyak 14 spesies dan ramban sebanyak 8 spesies.

(40)

Tabel 12. Jenis Hijauan Pakan Potensial di Desa Cigobang

No. Nama Lokal Nama Latin * Jenis Hijauan

1 Rumput cori

Brachiaria subquadripara (Trin) A.

Mitchc. Rumput

2 Rumput belulang Eleusine indica (L) Gaerta. Rumput

3 Rumput benggala Panicum maximum JACQ. Rumput

4 Jukut karukun Eragrostis amabilis (L) Wight R. Arnott

ex Nees. Rumput

5 Rumput emprit Eragrostis brownii (kaath) Nees. Rumput 6 Rumput eksotik Eulalia trispicata (schalt) Hanrard. Rumput

7 Tebu Saccharum officinarum LINN. Rumput

8 Jagung Zea mays LINN. Rumput

9 Panon munding Fimbristylis miliacea (L.) Rumput 10 Bobontengan Leptochloa chinensis (L.) Ness. Rumput 11 Rumput pahit Axonopus compressus (S.W.) Beauv. Rumput 12 Bayapan Brachiaria reptans (L.) Gardn & Hubb. Rumput

13 Rumput kumpai Hymenachne acutigluma (Steud)

Gilliland. Rumput

14 Embun tengahari Murdannia nudiflora (L.) Brenan. Rumput

15 Rumput kokosan Sida rhombiflora PERS. Ramban

16 Daun kidayang Eupatorium odoratum L. Ramban

17 Daun kayu gabus Alstonia scholatis R. BR. Ramban

18 Daun mengkudu Morinda citrifolia L. Ramban

19 Rumput papaitan Cyperus compressus L. Ramban

20 Rumput teki Cyperus rotundus LINN. Ramban

21 Darengdeng Cyperus kyllingia Endl. Ramban

22 Daun tembelekan Lantana camara LINN. Ramban

Sumber: * Soerjani et al. (1987), Heyne (1987), Quattrocchi (2006)

Spesies jenis hijauan pakan legum, rumput, dan ramban yang digunakan ternak kambing maupun yang potensial secara berturut-turut disajikan pada Gambar 1, 2, dan 3.

(41)

Leucaena leucocephala LAMK. Gliricidia sepium Jacq. Kunth ex Walp

Albizzia falcata BACKER Pterocarpus indicus WILLD.

Sesbania grandiflora L. PERS. Cassia siamea LAMK.

Calliandra calothyrsus Meissn Trifolium repens LINN.

Arachis hypogaea LINN. Erythrina lithosperma MIQ.

(42)

Axonopus compressus (S.W.) Beauv Brachiaria reptans (L.) Gardn & Hubb

Brachiaria subquadripara (Trin) A. Mitchc. Eleusine indica (L) Gaerta.

Eragrostis amabilis (L) Wight R. Arnott ex Nees. Eragrostis brownii (Kaath) Nees.

Eulalia trispicata (Schalt) Hanrard. Fimbristylis miliacea (L.)

Hymenachne acutigluma (Steud) Gilliland. Murdannia nudiflora (L.) Brenan.

Panicum maximum JACQ. Saccharum officinarum LINN.

Zea may LINN. Leptochloa chinensis (L.) Nees.

(43)

Cyperus compressus L. Cyperus rotundus L.

Alstonia scholatis R. BR. Artocarpus heterophyllus LAMK.

Lantana camara L. Hibiscus rosa-sinensis LINN.

Shorea pinanga Scheff. Manihot utilissima POHL.

Morinda citrifolia L. Mutinga calabura L.

Eupatorium odoratum L. Eugenia aquena BURM.f.

Lannea grandis ENGL Spondias lutea LINN.

Sida rhombiflora PERS. Ceiba petandra GAERTN.

Moringa oleifera LAMK. Albizzia procera BENTH.

(44)

Konsumsi Hijauan Pakan

Data penelitian konsumsi hijauan pakan kambing menggunakan 47 ekor kambing di 5 orang peternak yang dilakukan selama 5 hari. Rata-rata konsumsi segar per ekor per hari disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Rata-Rata Konsumsi Hijauan Segar Kambing di Desa Cigobang

Peternak Jenis Kambing Rata-Rata Bobot Badan (kg) Rata-Rata Konsumsi (kg/ekor/hari) % Konsumsi/Bobot Badan 1 PE 28,61 2,90 ± 0,29 10,13 2 Jawa Randu 29,88 2,69 ± 0,28 9,00 3 PE 29,31 2,76 ± 0,34 9,41 4 Benggala 29,95 3,00 ± 0,09 10,01 5 Jawa Randu 28,54 2,88 ± 0,39 10,09

Hasil perhitungan persentase konsumsi terhadap bobot badan dengan total rata-rata sebesar 9,76 % termasuk ideal sebab menurut Soedarjat (2000) pemberian pakan hijauan untuk kambing sekitar 10 % dari bobot badan. Jumlah konsumsi jenis hijauan per hari per ekor disajikan pada Tabel 14. Jumlah konsumsi hijauan paling banyak yaitu hijauan jenis legum.

Tabel 14. Jumlah Rataan Konsumsi Jenis Hijauan Jenis Hijauan Rata-Rata Konsumsi

(kg/ekor/hari) % Rata-Rata Konsumsi Hijauan Rumput 0,24 ± 0,04 7,12 Legum 2,68 ± 0,28 79,53 Ramban 0,45 ± 0,14 13,35

Hasil perhitungan persentase rata-rata konsumsi hijauan kambing di Desa Cigobang menunjukkan bahwa persentase tertinggi dari pakan yang dikonsumsi adalah jenis legum dengan jumlah 79,53 %, kemudian disusul oleh ramban sebesar 13,35 %, dan yang terakhir rumput sebesar 7,12 %. Data tersebut membuktikan bahwa pemberian hijauan pakan paling tinggi adalah jenis leguminosa.

(45)

Kapasitas Daya Tampung Ternak Nell dan Rollinson

Kapasitas daya tampung ternak di desa Cigobang dihitung berdasarkan metode Nell dan Rollinson (1974) dengan pendekatan potensi lahan untuk hijauan pakan di Desa Cigobang disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Konversi Lahan Garapan di Desa Cigobang terhadap Padang Rumput Permanen berdasarkan Metode Nell dan Rollinson

Lahan Luas Lahan* Kesetaraan (Ha) Keterangan

Padang rumput permanen 15 ton

BK/Ha/thn

Total luas sawah 149,922 Ha 2,998

Galengan sawah 4,498 Ha 4,498 Tegalan 87,177 Ha 8,717 Perkebunan 10,354 Ha 5,177 Pinggir jalan 3,500 km 1,75 Pemakaman desa 4,250 Ha 0,425 Hutan rakyat 204,070 Ha 15,30 Total 463,771 38,865

Sumber: *Data Profil Desa Cigobang (2010)

Hasil perhitungan daya tampung ternak dengan metode Nell dan Rollinson disajikan pada Tabel 16. Data tersebut diperoleh dengan asumsi bahwa hijauan yang didapatkan berasal dari hutan rakyat, sawah, tegalan, perkebunan, pinggir jalan, dan pemakaman desa.

Tabel 16. Hasil Perhitungan Nell dan Rollinson di Desa Cigobang

No Uraian Hasil Perhitungan

1 Konversi HMT 582,98 ton BK/Ha/tahun

2 Daya dukung HMT 253,93 ST

3 KPPTR efektif 217,98 ST

Hasil perhitungan KPPTR efektif berdasarkan daya dukung potensi lahan, dapat diartikan bahwa kapasitas tampung ternak di Desa Cigobang masih dapat ditambah ternak sebanyak 217,98 ST. Kondisi ini didukung dengan luasnya lahan yang tersedia yang dapat digunakan sebagai lahan tanam hijauan makanan ternak.

(46)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Jenis hijauan pakan pada peternakan kambing rakyat di Desa Cigobang secara garis besar terbagi menjadi tiga jenis yaitu legum, rumput, dan ramban. Prospek yang paling tinggi untuk ditingkatkan pemanfaatannya yaitu jenis legum.

Saran

Perlu optimalisasi pemanfaatan jenis hijauan pakan potensial untuk ruminansia di Desa Cigobang dan membangun kelompok peternak dengan menumbuhkan kecintaan terhadap ternak yang akan meningkatkan pengembangan peternakan di Desa Cigobang Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Peranakan Ettawah
Tabel 2. Rata-Rata Produksi dan Reproduksi Ternak Kambing Jawa Randu
Tabel 3. Karakteristik Morfologik Tubuh Kambing Benggala
Tabel 4. Populasi dan Produksi Ternak di Kabupaten Cirebon
+7

Referensi

Dokumen terkait

digunakan untuk menyebut suatu nilai hasil dari penghitungan variable. 5) Konsep merupakan rancangan, ide, atau pengertian tentang sesuatu. 6) Definisi merupakan rumusan

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang

Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi masyarakat Desa Jaddih bermigrasi ke Papua adalah jumlah keluarga, status kepemilkan rumah, status pekerjaan dan

2.1.12 Dalam hal Penyedia Barang/Jasa yang sudah ditunjuk menjadi pemenang dalam Pelelangan Umum ini dan tidak bersedia menandatangani Surat Perjanjian atau menolak penunjukan PT

Para ulama fiqh berbeza pandangan tentang maksud meminum arak. Menurut jumhur, istilah „minum‟ merangkumi perbuatan meminum apa sahaja bahan yang memabukkan sama ada bahan

Dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh selebriti endorser (X 1 ) dan desain produk ( X 2 ) berpengaruh secara simultan dan secar parsial

Pencacahan di lapangan harus menggunakan daftar HKD-2.1, setelah dikoreksi barulah perdesaan dan juga untuk penyusunan Indeks Harga Yang Dibayar Petani Kelompok N

Dengan menggunakan monitoring berbasis notifikasi E-mail administrator tidak perlu selalu mengecek secara berkala untuk mengetahui terjadi perubahan aktifitas