Laporan Auditor Independen
Beserta
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN ; PER 31 DESEMBER 2012 DAN 31 DESEMBER 2011
Dengan Angka Perbandingan Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian ;
Per 1 Januari 2011 / 31 Desember 2010
Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal - Tanggal 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011
Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian
1 - 2
Laporan Laba-Rugi Komprehensif Konsolidasian
3
Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian
4
Laporan Arus Kas Konsolidasian
5
31 Desember 2010
ASET
Aset Lancar
Kas dan setara kas
3d,e; 4,31
2.416.699.338
1.845.520.010
917.504.791
Piutang usaha
3f; 5
13.642.539.806
12.986.350.098
9.274.543.963
Piutang lain-lain
6
1.216.337.216
387.553.988
407.129.696
Persediaan; setelah dikurangi bagian
3g; 7,29
85.689.184.242
81.199.723.252
68.329.494.054
aset tidak lancar
Uang muka dan Biaya dibayar dimuka
3i; 10
544.111.496
1.049.861.825
183.289.321
Pajak dibayar dimuka
3o; 18a
4.335.511.960
580.496.751
549.208.952
Jumlah - Aset lancar
107.844.384.056
98.049.505.924
79.661.170.777
Aset Tidak Lancar
Persediaan ; bagian aset tidak lancar
3g; 7,29
12.332.882.250
17.141.510.894
6.047.191.000
Tanah belum dikembangkan
3h; 8
162.426.559.110
105.950.532.500
89.962.451.500
Uang muka pembelian tanah
3g; 9
36.599.404.500
553.450.000
3.972.700.000
Aset tetap - bersih
3k,m;11,21
14.966.607.990
8.261.872.968
9.016.726.788
Hak penguasaan bangunan kantor - bersih
3w, 12
5.368.616.597
5.360.795.928
3.045.184.710
Aset tidak lancar lainnya
13
2.026.833.000
2.223.895.000
11.803.000
Jumlah Aset tidak lancar
233.720.903.447
139.492.057.290
112.056.056.998
JUMLAH ASET
341.565.287.503
237.541.563.214
191.717.227.775
laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan
(setelah dikurangi - akumulasi penyusutan per
31 Desember 2012, 31 Desember 2011 dan 1
Januari 2011 / 31 Desember 2010,
masing-masing
sebesar
Rp.6.627.495.811
dan
Rp.4.809.040.023, Rp.3.950.568.599)
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
(setelah dikurangi akumulasi amortisasi Per 30
Desember 2012 dan 31 Desember 2011
masing-masing sebesar Rp.472.476.918, dan
Rp.186.000.374)
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Utang bank
22, 31
12.976.828.134
12.971.094.690
12.996.727.606
Utang usaha
14
11.021.357.731
2.098.266.137
1.958.921.457
Utang lain-lain
15
3.646.193.101
1.432.017.176
396.370.587
Utang pihak berelasi
3q; 17,33
13.928.203.440
-
-Utang pajak
3o; 18b
4.595.254.391
642.423.903
511.027.447
Biaya masih harus dibayar
19,3
2.883.673.922
2.389.734.493
2.642.191.501
Uang muka penjualan
2n; 20,28
87.732.075.167
11.193.607.130
14.239.517.275
Utang jangka panjang; bagian jatuh tempo kurang satu tahun
Pendapatan diterima dimuka
17.500.000
-
42.291.664
Utang cicilan / pembelian aset tetap
3m;11,21,31
624.963.232
643.605.682
422.656.860
Utang bank
22, 31
4.159.034.456
5.898.531.793
881.620.615
Jumlah - Liabilitas jangka pendek
141.585.083.574
37.269.281.004
34.091.325.012
Liabilitas Jangka Panjang
Utang jangka panjang; setelah dikurangi bagian jatuh tempo satu tahun
Utang bank
22, 31
2.925.971.372
13.847.868.810
1.746.400.603
Utang cicilan pembelian aset tetap
3m;11,21,31
148.253.578
611.412.457
493.714.884
Liabilitas imbalan kerja
3p; 23,30
3.968.395.631
2.692.834.515
1.725.094.973
Uang jaminan
16
305.795.700
87.200.000
86.200.000
Jumlah - Liabilitas jangka panjang
7.348.416.281
17.239.315.782
4.051.410.460
Jumlah - Liabilitas
148.933.499.856
54.508.596.786
38.142.735.472
EKUITAS
Ekuitas Yang Dapat Diatribusikan Kepada Pemilik
Entitas Induk
24,25
142.991.502.500
142.893.500.000
120.106.400.000
Agio saham *)
26
4.840.101.517
4.830.301.267
2.551.591.267
Saldo laba
42.887.045.591
33.306.651.760
30.913.026.033
Jumlah Ekuitas Yang Dapat Diatribusikan kepada Pemilik Entitas Induk
190.718.649.608
181.030.453.027
153.571.017.300
Kepentingan non Pengendali
1c
1.913.138.039
2.002.513.400
3.475.003
192.631.787.647
183.032.966.427
153.574.492.303
341.565.287.503
237.541.563.214
191.717.227.775
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan
konsolidasian secara keseluruhan
Jumlah - Ekuitas
Modal dasar Perseroan sebanyak 2.800.000.000
saham biasa, nominal per saham Rp.100 (seratus
Rupiah), modal saham ditempatkan dan disetor penuh
pada 31 Desember 2012 sebanyak 1.429..915.025
lembar saham, dan 31 Desember 2011 sebanyak
1.428.935.000 lembar saham.
PENDAPATAN - BERSIH
3n; 28,20
104.857.964.996
55.368.904.547
BEBAN POKOK PENJUALAN
3n; 29, 7
62.572.629.026
29.954.655.038
LABA KOTOR
42.285.335.970
25.414.249.509
Pendapatan lain-lain
3n; 4,11,31
2.208.585.087
1.533.180.907
Beban Pemasaran
3n; 30
(3.326.963.008)
(1.757.501.968)
Beban Umum dan administrasi
3n; 30
(21.765.430.851)
(15.001.007.347)
Beban lain-lain
3n; 31
(306.251.307)
(894.883.332)
LABA SEBELUM PAJAK DAN BEBAN KEUANGAN
19.095.275.891
9.294.037.769
Beban bunga bank dan cicilan pembiayaan
21,22,31
(3.978.692.522)
(3.884.473.217)
LABA SEBELUM PAJAK
15.116.583.369
5.409.564.552
Manfaat (Beban) Pajak penghasilan
Pajak Penghasilan final atas Pengalihan hak atas tanah dan
3o; 18c,28
(5.221.544.099)
(2.768.445.227)
bangunan (PHATB)
Pajak penghasilan non final
3o; 18c,31
(404.020.800)
(253.455.200)
Jumlah - Beban pajak penghasilan
(5.625.564.899)
(3.021.900.427)
LABA PERIODE BERJALAN
9.491.018.470
2.387.664.125
PENDAPATAN (RUGI) KOMPREHENSIF LAIN :
-
-JUMLAH LABA KOMPREHENSIF PERIODE BERJALAN
9.491.018.470
2.387.664.125
LABA (RUGI) - YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA :
Pemilik entitas induk
9.580.393.831
2.393.625.727
Kepentingan non pengendali
(89.375.361)
(5.961.603)
LABA - BERSIH KOMPREHENSIF
9.491.018.470
2.387.664.125
LABA - BERSIH PER SAHAM
3r; 27
6,70
1,93
LABA - BERSIH PER SAHAM DILUSIAN
3r; 27
6,37
1,71
Lihat catatan ata laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan
penggunaannya
penggunaannya
pengendali
Saldo per 1 Januari 2011
120.106.400.000
2.551.591.267
20.000.000
30.893.026.033
3.475.003
153.574.492.303
Penambahan Saldo laba ditentukan penggunaanya
-
-
10.000.000
(10.000.000)
-
-Pelaksanaan waran (Catatan 25 )
22.787.100.000
-
-
-
-
22.787.100.000
Agio saham atas pelaksanan waran (Catatan 26)
-
2.278.710.000
-
-
-
2.278.710.000
Penambahan setoran modal non pengendali pada
-
-
-
-
2.005.000.000
2.005.000.000
entitas anak
Laba - bersih tahun 2011
-
-
-
2.393.625.727
-
2.393.625.727
Bagian Rugi - kepentingan non pengendali
-
-
-
-
(5.961.603)
(5.961.603)
Saldo per 31 Desember 2011
142.893.500.000
4.830.301.267
30.000.000
33.276.651.760
2.002.513.400
183.032.966.427
Penambahan Saldo laba ditentukan penggunaannya
-
-
10.000.000
(10.000.000)
-
-Pelaksanaan waran (Catatan 25 )
98.002.500
-
-
-
-
98.002.500
Agio saham atas pelaksanan waran (Catatan 26)
-
9.800.250
-
-
-
9.800.250
Laba - bersih tahun 2012
-
-
-
9.580.393.831
-
9.580.393.831
Bagian Rugi - kepentingan non pengendali
-
-
-
-
(89.375.361)
(89.375.361)
Saldo per 31 Desember 2012
142.991.502.500
4.840.101.517
40.000.000
42.847.045.591
1.913.138.039
192.631.787.647
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan.
Penerimaan dari pelanggan
Penerimaan dari pelanggan
28,20
182.747.247.170
49.859.202.152
Pendapatan pemeliharaan lingkungan
31
2.025.558.911
1.213.305.105
Pembayaran untuk :
Perolehan tanah, pemasok dan kontraktor
7,8,14,29
(145.852.350.888)
(66.318.690.450)
Beban gaji dan tunjangan karyawan
30
(10.142.971.993)
(8.497.254.390)
Beban usaha diluar beban gaji
30
(10.552.058.659)
(6.561.421.503)
18.225.424.540
(30.304.859.086)
Penerimaan dari (pembayaran untuk) :
Piutang lain-lain
6
(828.783.228)
19.575.708
Pendapatan bunga bank (jasa giro)
31
72.699.214
32.358.041
Pendapatan lain-lain
31
334.999.043
36.273.985
Beban bunga
21,22,31
(3.978.692.522)
(3.884.473.217)
Beban lain-lain
31
(306.251.307)
(689.811.615)
Beban pajak
18
(5.427.749.619)
(2.921.791.770)
Arus kas bersih diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas operasi
8.091.646.120
(37.712.727.954)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Perolehan / penambahan aset tetap
11
(8.328.278.810)
(3.377.587.944)
Penjualan aset tetap
11
-
749.433.664
Penambahan Hak penguasan bangunan kantor
12
(294.297.213)
-Penambahan aset tidak lancar lainnya
13
(15.030.000)
(2.212.092.000)
Arus kas bersih diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas investasi
(8.637.606.023)
(4.840.246.280)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Penambahan utang bank
22
-
17.974.367.084
Pembayaran utang / pinjaman bank
22
(12.655.661.331)
(881.620.615)
Penambahan / (pembayaran) utang cicilan
21
(481.801.329)
(679.093.605)
Penambahan / (pembayaran) uang jaminan
16
218.595.700
(3.473.411)
Penambahan / (pembayaran) utang pihak berelasi
17
13.928.203.440
-Penambahan setoran modal saham dan waran
24,25
98.002.500
22.787.100.000
Penambahan dana agio saham
26
9.800.250
2.278.710.000
Penambahan setoran modal entitas anak
-
2.005.000.000
-Arus kas diperoleh dari (digunakan untuk) aktivitas pendanaan
1.117.139.230
43.480.989.453
KENAIKAN / (PENURUNAN) KAS DAN BANK
571.179.328
928.015.219
Kas dan setara kas awal tahun - Perusahaan
1.351.123.310
896.031.136
Kas dan setara kas awal tahun - Entiras Anak
494.396.700
21.473.655
SALDO AKHIR KAS DAN SETARA KAS
2.416.699.338
1.845.520.010
PENGUNGKAPAN TAMBAHAN TRANSAKSI NON KAS ;
Penambahan Aset tetap
11
363.896.351
1.017.740.000
Aset tidak lancar lainnya
13
(202.092.000)
-Utang cicilan / pembiayaan
21
(161.804.351)
(1.017.740.000)
Lihat catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan
konsolidasian secara keseluruhan
a. Pendirian Perseroan
1.
2. Menyelenggarakan usaha kontraktor guna memborong segala macam pekerjaan bangunan dan pekerjaan umum, 3. Menyelenggarakan usaha perdagangan umum baik atas perhitungan sendiri maupun atas tanggungan pihak lain.
PT Bumi Citra Permai, Tbk. (“Perseroan”) adalah Perseroan terbatas yang telah secara sah didirikan dengan nama “PT. Bumi Citra Permai”, berkedudukan di Jakarta, berdasarkan Akta Perseroan Terbatas PT. Bumi Citra Permai No. 2 tanggal 3 Mei 2000 yang dibuat dihadapan Abdullah Ashal, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta (selanjutnya disebut dengan “Akta Pendirian”), dimana Akta Pendirian ini, telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Perundang-undangan Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusannya No. C-19932.HT.01.01-TH 2000, tanggal 7 September 2000, telah didaftarkan di Daftar Perusahaan sesuai UU No. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan dengan Nomor Tanda Daftar Perusahaan 090517039407 di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Pusat No. 2105/BH.09.05/X/2001, tanggal 25 Oktober 2001 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 10, tanggal 1 Februari 2002, Tambahan No. 1101.
Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan dan terakhir berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang sahamPT. Bumi Citra Permai, Tbk. No. 9 tanggal 6 Mei 2009, dibuat dihadapan Notaris Robert Purba, S.H., Notaris di Jakarta, tentang perubahan status dari Perseroan tertutup menjadi Perseroan Terbuka, pengeluaran sahamdalam simpanan Perseroan sebanyak-banyaknya 500.000.000 (lima ratus juta) lembar sahamdengan nominal sahamRp 100,- (Seratus Rupiah) melalui Penawaran Umum sahamPerdana kepada masyarakat (Penawaran Umum), penerbitan sahamwaran seri I sebanyak-banyaknya 245.000.000 (dua ratus empat puluh lima juta) lembar waran dengan nominal Rp 100,- (Seratus Rupiah) dengan harga penawaran setiap sahamRp 110 (Seratus Sepuluh Rupiah), yang telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia nomor: AHU.21310.AH.01.02. Tahun 2009, tanggal 18 Mei 2009, Penawaran Umum Perdana (IPO) sahamkepada masyarakat melalui penawaran dan pencatatan pada PT Bursa Efek Indonesia dengan Tanggal Efektif 30 November 2009.
Menyelenggarakan usaha real estat dengan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan usaha ini, termasuk pula pembebasan tanah (land clearing), developer, pematangan, pemetakan/pengkavlinga dan penjualan tanah, baik tanah untuk industri maupun perumahan,
Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang sahamLuar Biasa PT. Bumi Citra Permai No. 9, tanggal 6 Mei 2009, dibuat oleh Robert Purba, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta, (“Akta No. 9/2009”), yang antara lain memuat persetujuan Pemegang sahamtentang (i) perubahan status Perseroan dari sebelumnya Perseroan Tertutup menjadi Perseroan Terbuka, (ii) persetujuan pengeluaran sahamdalam simpanan Perseroan sebanyak-banyaknya 500.000.000 (lima ratus juta) sahamdengan nilai nominal sebesar Rp100,- (Seratus Rupiah) setiap sahammelalui penawaran umum sahamperdana kepada masyarakat disertai waran sebanyak-banyaknya 245.000.000 (dua ratus empat puluh lima juta) waran dengan nilai nominal sebesar Rp100,- (Seratus Rupiah) setiap waran. Akta No. 9/2009 tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusannya No. AHU.21310.AH.01.02.Tahun 2009, tanggal 18 Mei 2009.
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, maksud dan tujuan dari Perusahaan adalah mengadakan usaha dibidang real estat, pembangunan, perdagangan, pertambangan, jasa, pengangkutan, percetakan dan pertanian. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut diatas, Perusahaan dapat melaksanakan usaha sebagai berikut :
Sampai tanggal Laporan keuangan 31 Desember 2011 kegiatan usaha yang secara efektif telah dijalankan berupa menyelenggarakan usaha real estat dengan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan usaha ini, termasuk pula pembebasan tanah (land clearing) , developer, pematangan, pemetakan/pengkavlingan dan penjualan tanah, baik tanah untuk industri maupun perumahan.
a. Pendirian Perseroan (lanjutan)
b. Komisaris, Direksi dan Karyawan
Dewan Komisaris : Dewan Direksi :
Komisaris Utama : Tahir Ferdian Direktur Utama : Annie Halim
Komisaris : Kwek Kie Jen Direktur : Edward Halim
Komisaris Independen : Agoestiar Zoebier Direktur : Rudi Wijaya
Direktur : Budi Purwanto Direktur tidak terafiliasi: Charly Widjaja
Dewan Komite Audit
Ketua : Agoestiar Zoebier
Anggota : Suhendra
Anggota : Erwin Junesco Saragih
Sekretaris Perusahaan : Yusly
c. Entitas Anak
Berdasarkan Surat Penunjukan No. 007/HR-BCP/X/2008 tanggal 13 Oktober 2008, Perseroan telah menunjuk dan mengangkat : Jumlah karyawan tetap Perusahaan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011, masing-masing adalah 98 karyawan, dan 79 karyawan (tidak diaudit).
Jumlah gaji dan tunjangan untuk Direksi dan Komisaris, untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2012 sebesar Rp 1.983.360.000 dan Rp 600.000.000, dan tahun 2011 sebesar Rp 1.704.032.800 dan Rp 750.000.000.
Entitas anak adalah seluruh entitas dimana Perusahaan Induk memiliki kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional atasnya, biasanya melalui kepemilikan lebih dari setengah hak suara. Keberadaan dan dampak dari hak suara potensial yang saat ini dapat dilaksanakan atau dikonversi, dipertimbangkan ketika menilai apakah Perusahaan Induk mengendalikan entitas lain. Perusahaan juga menilai keberadaan pengendalian ketika tidak memiliki lebih dari 50% hak suara namun dapat mengatur kebijakan keuangan dan operasional secara de-facto. Pengendalian de-facto dapat timbul ketika jumlah hak suara yang dimiliki Perusahaan Induk, secara relatif terhadap jumlah dan penyebaran kepemilikan hak suara pemegang sahamlain memberikan Perusahaan Induk kemampuan untuk mengendalikan kebijakan keuangan dan operasi, serta kebijakan lainnya.
Perusahaan berkantor pusat di Jl. Kramat Raya No.32-34, Senen, Jakarta Pusat 10450 dan mempunyai lokasi Kawasan Industri di Tangerang dengan usaha Kawasan untuk industri dan pembangunan pergudangan industri, rumah kantor (ruko) dan perumahan (Three In One) di Desa Peusar dan Budimulya, Kecamatan Panongan, Tigaraksa - Cikupa, Kabupaten Tangerang, propinsi Banten. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 2003.
Berdasarkan Akta Berita Acara Rapat Umum Pemegang sahamLuar Biasa PT. Bumi Citra Permai Tbk., No. 10, tanggal 18 Oktober 2011 dibuat oleh Syarifah Chozie, Sarjana Hukum, Magister Hukum, Notaris di Jakarta, dan telah dicatat sebagaimana Surat Penerimaan Pemberitahuan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No. AHU-AH.01.10-34687, tanggal 27 Oktober 2011, memuat perubahan susunan Pengurus (Dewan Komisaris dan Direksi) pada 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 sebagai berikut :
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang sahamakta No.26 tanggal 24 Juni 2010, Syarifah Chozie, SH., MH., Notaris di Jakarta, Perusahaan membentuk Dewan komite Audit. Komite Audit ditetapkan dengan Surat Penunjukan No. 001/SP-Kom/VI/Th.2012 tanggal 25 Juni 2012. Susunan Dewan Komite Audit sebagai berikut :
c. Entitas Anak (lanjutan)
Berikut ini beberapa Entitas anak Perusahaan antara lain ; 1) PT MILLENIUM POWER
31 Desember 2012 31 Desember 2011
Jumlah Aset 248.950.852 292.590.088
Jumlah Ekuitas Kepentingan non pengendali 2.489.509 2.925.901
% Kepemilikan pengendali 99,00% 99,00%
2) PT. MILWATER PRATAMA MANDIRI
PT Millenium Power (Entitas Anak) telah memperoleh Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)-Menengah No. 4507/1.824.51 tanggal 21 Juni 2010, dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) No.09.05.1.51.65696 tanggal 1 Juli 2010 dari Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Perdagangan propinsi DKI Jakarta, dengan Kegiatan usaha pokok "aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan penyediaan tenaga listrik terutama bagi kepentingan di Kawasan Industri Millenium-Cikupa Tangerang". Berdasarkan Akta Pendirian Perseroan PT Millenium Power (Entitas anak) dengan Akta No. 1 tanggal 3 Mei 2010 dari Notaris Agung Aribowo, S.H., C.N., Notaris di Jakarta, Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-26060.AH.01.01.Tahun 2010 tertanggal 21 Mei 2010.
Dalam Anggaran Dasar Perseroan dalam pasal 4 modal dasar Perseroan sebesar Rp 1.000.000.000, terbagi atas 1.000 lembar sahamdengan nominal Rp 1.000.000 per saham, dari modal dasar tersebut telah ditempatkan dan disetor penuh 50% sebanyak 500 lembar saham, dan Perusahaan (PT Bumi Citra Permai, Tbk) menempatkan dan telah menyetor penuh sebesar Rp 495.000.000, dengan kepemilikan 99%.
Perusahaan berkantor di MNC Tower Lantai 20, Jl. Kebon Sirih no.17-19, Kelurahan Kebon Sirih, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, sesuai Surat Keterangan Domisili Perusahaan No. 262/-1.824/2010 tanggal 4 Mei 2010 dari Pemerintah propinsi DKI Jakarta. Sampai tanggal laporan posisi keuangan Entitas anak (PT MP) belum menjalankan operasional usaha secara komersial (Dalam tahap pengembangan).
Perusahaan berkantor di Kawasan Millenium Industrial estat, Jl. Millennium Raya Blok A.23, Desa Peusar, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang, sesuai Surat Keterangan Domisili No. 17/Pem/Ds-Ps/2011 tanggal 4 Juli 2011 dari Pemerintahan Kabupaten Tangerang. Sampai tanggal Laporan Entitas anak (PT MPM).
Dalam Anggaran Dasar Perseroan dalam pasal 4 Modal dasar Perseroan sebesar Rp 1.000.000.000, terbagi atas 200.000 lembar sahamdengan nominal Rp 100.000 per saham, dari modal dasar tersebut telah ditempatkan dan disetor penuh 25% sebanyak 50.000 lembar saham, dan sesuai dalam Anggaran Dasar Perseroan Pasal 20 Perusahaan (PT Bumi Citra Permai, Tbk) menempatkan dan telah menyetor penuh sebanyak 30.000 lembar sahamsebesar Rp 3.000.000.000, dengan kepemilikan 60%.
Entitas anak dikonsolidasikan secara penuh sejak tanggal di mana pengendalian dialihkan kepada Grup. Entitas anak tidak dikonsolidasikan sejak tanggal Grup kehilangan pengendalian.
Berdasarkan Akta Pendirian Perseroan PT Milwater Pratama Mandiri (Entitas Anak) dengan Akta No. 05 tanggal 13 Juni 2011 dari Notaris Meilina Sidarta, S.H., Notaris di Jakarta, Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-39447.AH.01.01Tahun 2011 tertanggal 5 Agustus 2011. Berikut ini Jumlah Aset dan Ekuitas kepentingan non pengendali pada Entitas Anak PT Millenium Power pada periode dan tahun dan periode yang berakhir 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 serta 31 Desember 2010 :
c. Entitas Anak (lanjutan)
3) PT CITRA PERMAI PESONA
2. PENERAPAN PERNYATAAN DAN INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK dan ISAK) a. Standar Akuntansi yang Berlaku Efektif pada 1 Januari 2012
• PSAK No. 10 (Revisi 2010) : Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing • PSAK No. 13 (Revisi 2011) : Properti Investasi
• PSAK No. 16 (Revisi 2011) : Aset Tetap
• PSAK No. 18 (Revisi 2010) : Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya • PSAK No. 24 (Revisi 2010) : Imbalan Kerja
• PSAK No. 26 (Revisi 2011) : Biaya Pinjaman
• PSAK No. 28 (Revisi 2010) : Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian • PSAK No. 30 (Revisi 2011) : Sewa
• PSAK No.33(Revisi 2010):Aktivitas Pengupasan Lapisan Tanah Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pertambangan Umum • PSAK No. 34 (Revisi 2010) : Kontrak Konstruksi
• PSAK No. 36 (Revisi 2010) : Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa
Jumlah Aset Entitas Anak PT MPM pada tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 masing-masing sebesar Rp 10.233.255.657 dan Rp 4.986.500.000, dengan kepemilikan Entitas pengendali sebesar 60%, dan Ekuitas kepemilikan non pengendali masing-masing sebesar Rp 4.093.302.263 dan Rp 1.994.600.000.
Dalam Anggaran Dasar PT Citra Permai Pesona Pasal 4 menyatakan bahwa Modal dasar Perseroan sebesar Rp1.000.000.000, yang terbagi 1.000 lebar sahamdengan nominal sahamRp1.000.000, dan modal sahamyang telah ditempatkan dan disetor penuh 50% sebanyak 500 lembar sahamsebesar Rp 500.000.000 dengan kepemilikan Modal sahamPerusahaan (PT BCP, Tbk) menempatkan sahamsebanyak 495 lembar sahamsebesar Rp 495.000.000 atau kepemilikan 99% dan pemegang sahamlainnya Nyonya Annie Halim sebesar Rp5.000.000 atau 1%.
Perusahaan berdomisili atau beralamat di Jl. Kramat Raya No.32-34, Kelurahan Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, sesuai dalam Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha ; di Bidang Pembangunanan, Perdagangan, Industri, Transportasi, dan Pertanian, serta menyelenggarakan bidang usaha "Real estat" termasuk pembangunan Kawasan Industri maupun pembangunan Pergudangan dan perumahan (Perusahaan dalam tahap pendirian dan pengembangan).
Jumlah Aset Entitas Anak PT CPP pada periode dan tahun yang berakhir 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011, masing-masing sebesar Rp 18.835.622.000 dan Rp500.000.000, dengan kepemilikan Entitas pengendali sebesar 99%, dan Ekuitas kepemilikan non pengendali masing-masing sebesar Rp 188.356.222 dan Rp 5.000.000 atau 1%.
Berdasarkan Akta Pendirian Perseroan PT Citra Permai Pesona No. 21 tanggal 11 Oktober 2011 dibuat oleh Notaris R. Johanes Sarwono, S.H., Notaris di Jakarta, Akta pendirian tersebut telah mendapat persetujuan dan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-54193.AH.01.01.Tahun 2011 tanggal 7 November 2011.
Perusahaan telah menerapkan PSAK dan ISAK baru dan revisi yang berlaku efektif mulai 1 Januari 2012. Perubahan kebijakan akuntansi telah dibuat seperti yang disyaratkan, sesuai dengan ketentuan transisi dalam masing-masing standar dan interpretasi. Berikut adalah standar baru, perubahan standar dan interpretasi standar yang wajib diterapkan untuk pertama kalinya untuk tahun buku yang dimulai 1 Januari 2012 dan relevan terhadap Perusahaan:
a. Standar Akuntansi yang Berlaku Efektif pada 1 Januari 2012 (lanjutan) • PSAK No. 45 (Revisi 2010) : Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba • PSAK No. 46 (Revisi 2010) : Pajak Penghasilan
• PSAK No. 50 (Revisi 2010) : Instrumen Keuangan: Penyajian • PSAK No. 53 (Revisi 2010) : Pembayaran Berbasis saham
• PSAK No. 55 (Revisi 2011) : Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran • PSAK No. 56 (Revisi 2010) : Laba per saham
• PSAK No. 60 : Instrumen Keuangan: Pengungkapan
• PSAK No. 61 : Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah • PSAK No. 62 : Kontrak Asuransi
• PSAK No. 63 : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi
• PSAK No. 64 : Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan Sumber Daya Mineral • ISAK No. 13 : Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri
• ISAK No. 15 : PSAK No. 24 – Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya • ISAK No. 16 : Perjanjian Konsesi Jasa
• ISAK No. 18 : Bantuan Pemerintah – Tidak Berelasi Spesifik dengan Aktivitas Operasi
• ISAK No.19: Penerapan Pendekatan Penyajian Kembali dalam PSAK No.63:Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi • ISAK No. 20 : Pajak Penghasilan – Perubahan Status Pajak Entitas atau Pemegang sahamEntitas
• ISAK No. 22 : Perjanjian Konsesi Jasa: Pengungkapan • ISAK No. 23 : Sewa Operasi – Insentif
• ISAK No. 24 : Evaluasi Substansi Beberapa Transaksi yang Melibatkan Suatu Bentuk Legal Sewa • ISAK No. 25 : Hak atas Tanah
• ISAK No. 26 : Penilaian Ulang Derivatif Melekat
• PPSAK No. 7 : Pencabutan PSAK No. 44: Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat Paragraf 47- 48 dan 56 – 61. • PPSAK No. 8 : Pencabutan PSAK No. 27: Akuntansi Perkoperasian
•
• PPSAK No. 11 : Pencabutan PSAK No. 39 Akuntansi Kerja Sama Operasi
Berikut adalah standar akuntansi keuangan di atas yang berdampak material terhadap laporan keuangan konsolidasian ini, yaitu:
b. Standar Akuntansi Keuangan Berlaku Efektif untuk Laporan Keuangan yang dimulai pada atau Setelah 1 Januari 2013 ; • PSAK No. 38 (Revisi 2011) : Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali,
• ISAK No. 21 *) : Perjanjian Konstruksi Real Estat,
• PPSAK No. 7 *) : Pencabutan PSAK No. 44: Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat paragraf 1 - 46, 49 - 55 dan 62 - 64, • PPSAK No. 10 : Pencabutan PSAK No. 51: Akuntansi Kuasi Reorganisasi
*)
PPSAK No. 9 : Pencabutan ISAK No. 5: Interpretasi atas Paragraf 14 PSAK No. 50 (1998) tentang Pelaporan Perubahan Nilai Wajar Investasi Efek dalam Kelompok Tersedia Untuk Dijual
Manajemen tidak melakukan penerapan dini PSAK, ISAK dan PPSAK tersebut dan belum menentukan dampaknya terhadap laporan keuangan konsolidasian.
Ditunda sampai dengan waktu yang tidak ditentukan, sesuai dengan surat pengumuman DSAK-IAI No.0643/DSAK/IAI/IX/2012 tanggal 21 September 2012.
PPSAK No. 7, “ Pencabutan PSAK No. 44: Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat Paragraf 47 – 48 dan 56 – 61” Pencabutan standar ini mengubah penyajian Laporan Posisi Keuangan Perusahaan dengan mengelompokkan aset menjadi aset lancar dan aset tidak lancar, serta liabilitas menjadi liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang sesuai dengan PSAK No. 1 (Revisi 2009) mengenai Penyajian Laporan Keuangan.
a. Pernyataan Kepatuhan
b. Dasar Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasian
Mata uang fungsional dan penyajian yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian ini adalah Rupiah (Rp). c Prinsip-Prinsip Konsolidasian
i). Kekuasaan yang lebih dari 50% berdasarkan suatu perjanjian dengan investor lainnya; ii).
iii). Kekuasaan untuk menunjuk atau memberhentikan mayoritas pengurus Perusahaan; iv). Kekuasaan untuk menguasai suara mayoritas dalam rapat pengurus.
Dasar pengukuran dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian ini adalah konsep biaya perolehan (historical cost ), kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut. Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan metode akrual kecuali laporan arus kas.
Pengendalian dianggap ada apabila Entitas Induk memiliki baik secara langsung atau tidak langsung (melalui Entitas Anak), lebih dari 50% hak suara pada suatu Perusahaan. Walaupun suatu Perusahaan memiliki hak suara 50% atau kurang, pengendalian tetap dianggap ada apabila dapat dibuktikan adanya salah satu kondisi berikut :
Laporan keuangan konsolidasian ini disajikan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (“PSAK”) di Indonesia yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan sesuai dengan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)-Lembaga Keuangan No. VIII.G.7 lampiran Surat Keputusan No. KEP-347/BL/2012 tanggal 25 Juni 2012 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik.
Laporan arus kas konsolidasian disajikan dengan metode langsung (direct method) dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas menjadi kegiatan operasi, investasi dan pendanaan.
Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perseroan dan entitas anak menerapkan secara retrospektif PSAK No. 4 (Revisi 2009), Laporan keuangan konsolidasi mencakup akun-akun Entitas Induk dan Entitas Anak. Akun "Kepentingan Non-Pengendali pada Entitas Anak" merupakan hak pemegang sahamnon-pengendali pada Entitas Anak tersebut. Semua transaksi intern antara Perusahaan dengan Entitas Anak telah dieliminasi dalam laporan keuangan konsolidasian
Kekuasaan untuk mengatur dan menentukan kebijakan finansial dan operasional Perusahaan berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian;
Laporan keuangan konsolidasi harus disusun dengan basis yang sama yaitu; kebijakan akuntansi yang sama untuk transaksi, peristiwa dan keadaan yang sama. Kebijakan tersebut telah diterapkan secara konsisten oleh Entitas Anak, kecuali dinyatakan secara khusus.
Dalam menyusun laporan konsolidasi, laporan keuangan Entitas Induk dan Entitas Anak digabungkan secara baris per baris yakni dengan menjumlahkan satu persatu unsur-unsur sejenis dari aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban. Seluruh saldo akun dan transaksi yang material antara Perusahaan dengan Entitas Anak telah dieliminasi.
Kepentingan non-pengendali dalam suatu Entitas Anak dengan defisit ekuitas tidak akan diakui, kecuali pemegang saham minoritas tersebut memiliki utang kontraktual untuk ikut membiayai defisit tersebut.
Transaksi dengan kepentingan non-pengendali dihitung menggunakan metode entitas ekonomi,dimana kelebihan atas akuisisi kepentingan nonpengendali yang melebihi bagian dari nilai bersih aset yang diperoleh dicatat di ekuitas.
d. Kas dan Setara Kas
e. Transaksi Dalam Mata Uang Asing
f. Piutang Usaha
g. Persediaan dan Tanah Untuk Dikembangkan
Biaya pengembangan proyek real estat :
1). Biaya pra-perolehan tanah :
Efektif tanggal 1 Januari 2012 PPSAK No. 7, “ Pencabutan PSAK No. 44; Persediaan tanah dalam pengembangan dan bangunan dalam pengembangan/unit real estat disajikan di laporoan posisi keuangan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of cost or net realizable value ).
Mencakup biaya sebelum perolehan tanah atau sampai Perusahaan memperoleh izin perolehan tanah dari Pemerintah. Biaya pra-perolehan tanah meliputi biaya pengurusan izin, konsultasi hukum, studi kelayakan, gaji karyawan, analisis dampak lingkungan dan imbalan untuk ahli pertanahan.
Pembukuan Perusahaan dan Entitas anak diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan ke mata uang Rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku pada tanggal transaksi. Pada tanggal laporan posisi keuangan; aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam mata uang Rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan dan kerugian dari selisih kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dan penjabaran aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing ke mata uang Rupiah, dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasian tahun berjalan.
Kas dan setara kas konsolidasi mencakup Kas, Bank serta Deposito yang jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak tanggal penempatannya dan tidak di jaminkan serta tidak dibatasi penggunaannya. Bank dan Deposito yang dibatasi penggunaanya dan di jaminkan akan diklasifikasi sebagai aset tidak lancar lainnya.
Sebelum adopsi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ("PSAK") No. 50 (Revisi 2006) dan PSAK No. 55 (Revisi 2006) di tahun 2010, piutang usaha diakui pada nilai perolehan dan disajikan pada nilai estimasi kolektibilitas saldo piutang berdasarkan telaah manajemen terhadap status masing-masing saldo piutang pada akhir periode.
Efektif tanggal 1 Januari 2012, Perusahaan dan Entitas anak menerapkan PSAK No. 10 (Revisi 2010),”Pengaruh perubahan kurs valuta asing”.Penerapan PSAK No. 10 (Revisi 2010) ini tidak memberikan pengaruh pada yang signifikan pelaporan keuangan.
Harga perolehan unit I meliputi seluruh biaya yang berhubungan langsung dengan aktivitas pengembangan real estat dan biaya proyek tidak langsung yang dialokasikan dan dikapitalisasi ke proyek pengembangan real estat. Biaya pengembangan real estat yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan unit real estat sebagai berikut :
Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011, Kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku adalah AS$ 1,00 = Rp 9.670 dan AS$ 1,00 = Rp9.068.
Efektif 1 Januari 2010, piutang usaha pada awalnya diakui pada nilai wajar dan kemudian diukur dengan menggunakan biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga efektif, dikurangi dengan penyisihan penurunan nilai. Penyisihan penurunan nilai piutang usaha dibentuk apabila ada bukti nyata bahwa Perusahaan tidak mampu menagih jumlah piutang sesuai dengan jangka waktu asal. Nilai tercatat dikurangi dengan satu akun penyisihan, berdasarkan telaah dari manajemen terhadap status masing-masing saldo piutang pada akhir periode keuangan. Apabila suatu piutang usaha tidak dapat ditagih, piutang tersebut dihapusbukukan terhadap akun penyisihan tersebut. Pemulihan kemudian dari jumlah yang dihapusbukukan sebelumnya dikreditkan terhadap laporan laba rugi.
g. Persediaan dan Tanah Untuk Dikembangkan (lanjutan) 2). Biaya perolehan tanah :
3)..Biaya yang secara langsung berhubungan dengan proyek :
4). Biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas pengembangan real estat :
5). Biaya pinjaman
h. Tanah yang Belum Dikembangkan
i. Biaya Dibayar Dimuka
j. Investasi
Penyertaan pada Perusahaan asosiasi
Biaya yang telah dikapitalisasi keproyek pengembangan real estat dialokasikan ke setiap unit real estat berdasarkan luas areal atau metode lain yang sesuai dengan kondisi proyek pengembangan real estat. Alokasi biaya yang telah dilakukan atas unit real estat harus dikaji kembali pada setiap akhir periode pelaporan sampai proyek selesai secara substansial. Alokasi harga perolehan tanah yang akan dikapitalisasi ke proyek pengembangan berdasarkan metode rata-rata.
Meliputi biaya-biaya sebagai berikut, gaji pekerja lapangan, bahan bangunan, penyusutan sarana dan peralatan proyek, penyewaan sarana dan peralatan proyek, perancangan dan bantuan teknis, jasa profesional, pengikatan jual beli dan pengurusan perjanjian jual beli.
Tanah yang belum dikembangkan dinyatakan sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih
(the lower of cost or net realizable value) .
Biaya perolehan tanah mencakup biaya pembelian area tanah, termasuk semua biaya yang secara langsung mengakibatkan tanah tersebut siap digunakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Biaya perolehan tanah meliputi biaya perolehan, biaya gambar topografi, master plan, pengurusan dokumen, bea balik nama, komisi perantara, imbalan jasa profesional dan pematangan tanah.
Akumulasi biaya ke proyek pengembangan tidak dihentikan walaupun realisasi pendapatan pada masa mendatang lebih rendah dari nilai tercatat proyek. Namun, dilakukan penyisihan secara periodik atas perbedaan tersebut. Jumlah penyisihan tersebut akan mengurangi nilai tercatat proyek dan dibebankan ke laba rugi tahun berjalan.
Estimasi dan alokasi biaya harus dikaji kembali pada setiap akhir periode pelaporan sampai proyek selesai secara substansial. Apabila telah terjadi perubahan mendasar pada estimasi kini, biaya direvisi, dan direalokasi.
Biaya Dibayar Dimuka adalah biaya yang telah dibayar namun pembebanannya baru akan dilakukan pada periode yang akan datang pada saat manfaat diterima.
Investasi sahamdi mana Perusahaan dan/atau Entitas Anak mempunyai kepemilikan sahamsebesar 20% sampai dengan 50% dicatat berdasarkan metode ekuitas. Dengan metode ini, investasi dicatat pada biaya perolehan, disesuaikan dengan bagian Perusahaan atau Entitas Anak atas laba atau rugi bersih dari Perusahaan penerima investasi sejak tanggal perolehan, dikurangi dividen yang diterima.
Biaya perolehan tanah yang belum dikembangkan, yang terdiri dari biaya pra-perolehan dan perolehan tanah. Harga perolehan tanah yang belum dikembangkan akan dipindahkan ke tanah dalam pengembangan pada saat pengembangan tanah akan dimulai.
Meliputi biaya-biaya sebagai berikut, asuransi, perancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan proyek, overhead konstruksi, pembangunan infrastruktur umum, jasa profesional dan biaya pinjaman.
k. Aset Tetap
Jenis Aset Tetap Estimasi Masa Manfaat
Bangunan 20 dan 10 tahun
Bangunan dan sarana Water Treatment Plan (WTP) 20 tahun
Instalasi Pipa air WTP 10 tahun
Perabot dan peralatan Kantor 2 - 4 tahun
Kendaraan 4 - 8 tahun
Alat-alat berat 4 - 8 tahun
Semua aset tetap konsolidasi kecuali tanah, disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) , berdasarkan taksiran masa manfaat sebagai berikut :
Jumlah tercatat aset tetap konsolidasi dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada manfaat ekonomis di masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya. Laba rugi konsolidasi yang timbul dari penghentian aset (dihitung sebagai perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari aset) dimasukkan dalam laporan laba rugi konsolidasi pada tahun aset tersebut dihentikan pengakuannya.
Bila nilai tercatat suatu aset melebihi taksiran jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount) , maka nilai tercatat tersebut akan diturunkan ke jumlah yang dapat diperoleh kembali, yang ditentukan sebagai nilai tertinggi antara nilai jual neto dan nilai pakai.
Aset tetap yang tidak digunakan dalam operasi Perusahaan karena berbagai sebab, nilai tercatatnya (carrying amount) dikurangkan sebesar 20% per tahun dan dibebankan dalam perhitungan laba-rugi. Pembebanan tidak dilakukan sekaligus pada tahun yang bersangkutan mengingat materialitas dan tidak dimungkinkan lagi adanya penerimaan kembali arus kas (recoverable amount) dari aset tersebut.
Aset tetap dalam penyelesaian disajikan sebagai bagian dalam aset tetap dan dinyatakan sebesar biaya perolehan. Semua biaya, termasuk biaya pinjaman, yang terjadi sehubungan dengan pembangunan aset tersebut dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan aset tetap dalam penyelesaian. Akumulasi biaya perolehan yang akan dipindahkan ke masing-masing aset tetap yang bersangkutan pada saat aset tersebut selesai dikerjakan atau siap digunakan dan disusutkan sejak beroperasi.
Biaya pemeliharaan dan perbaikan dibebankan ke dalam Iaporan laba rugi pada saat terjadinya, sedangkan pemugaran dan penambahan daIam jumlah material dikapitalisasi. Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dilepas, biaya perolehan serta akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari aset tetap yang bersangkutan dan keuntungan atau kerugian yang timbul dilaporkan di dalam laporan Iaba rugi tahun yang bersangkutan.
Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi penurunan nilai. Biaya perolehan termasuk biaya penggantian bagian aset tetap saat biaya tersebut terjadi, jika memenuhi kriteria pengakuan. Selanjutnya, pada saat inspeksi yang signifikan dilakukan, biaya inspeksi tersebut diakui ke dalam jumlah tercatat (”carrying amount ”) aset tetap sebagai suatu penggantian jika memenuhi kriteria pengakuan. Semua biaya pemeliharaan dan perbaikan yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui dalam laporan laba rugi konsolidasi pada saat terjadinya.
Sebelum tanggal 1 Januari 2008, Aset tetap Perusahaan dan Entitas anak dinyatakan sebesar harga perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Efektif tanggal 1 Januari 2008, Perusahaan menerapkan PSAK No.16 (revisi 2007), ”Aset Tetap”, yang menggantikan PSAK No. 16 (1994), ”Aset Tetap dan Aset Lain-Lain” dan PSAK No. 17 (1994), ”Akuntansi Penyusutan” dimana Perusahaan telah memilih model biaya. Penerapan PSAK revisi ini tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap laporan keuangan konsolidasian.
k. Aset Tetap (lanjutan)
l. Penurunan Nilai Aset Non-Keuangan
Penerapan PSAK No. 48 (Revisi 2009) tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada pelaporan keuangan. m. Sewa
1).
2).
Bangunan BOT (pola bangun kelola serah - Build Operate and Transfer) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membangun diatas tanah milik pihak ketiga dan Perusahaan memperoleh hak pengelolaan (konsesi) atas aset tersebut untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun. Aset tersebut disusutkan secara sistematis sepanjang masa hak pengelolaan (konsesi).
Manajemen berkeyakinan tidak terdapat indikasi suatu aset, mengalami penurunan nilai, sehingga Perusahaan tidak membuat estimasi formal jumlah terpulihkan dari aset.
Dalam sewa operasi, Perseroan dan entitas anak mengakui pembayaran sewa sebagai beban dengan dasar garis lurus (straight-line basis ) selama masa sewa.
Pada setiap akhir periode pelaporan, Perusahaan menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat pengujian penurunan nilai aset diperlukan, maka Perusahaan membuat estimasi formal jumlah terpulihkan aset tersebut.
Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan menerapkan secara prospektif PSAK No. 48 (Revisi 2009), “Penurunan Nilai Aset”. PSAK No. 48 (Revisi 2009) menetapkan prosedur-prosedur yang diterapkan entitas agar aset dicatat tidak melebihi jumlah terpulihkannya. Suatu aset dicatat melebihi jumlah terpulihkannya jika jumlah tersebut melebihi jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Pada kasus demikian, aset mengalami penurunan nilai dan pernyataan ini mensyaratkan entitas mengakui rugi penurunan nilai. PSAK yang direvisi ini juga menentukan kapan entitas membalik suatu rugi penurunan nilai dan pengungkapan yang diperlukan.
Jika, dan hanya jika, jumlah terpulihkan aset lebih kecil dari jumlah tercatatnya, maka jumlah tercatat aset diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan, Penurunan tersebut merupakan rugi penurunan yang diakui sebagai beban dalam laporan laba rugi komprehensif konsolidasian.
Dalam sewa pembiayaan, Perseroan dan entitas anak mengakui aset dan liabilitas dalam laporan posisi keuangan pada awal masa sewa, sebesar nilai wajar aset sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai wajar. Pembayaran sewa dipisahkan antara bagian yang merupakan beban keuangan dan bagian yang merupakan pelunasan liabilitas sewa. Beban keuangan dialokasikan pada setiap periode selama masa sewa, sehingga menghasilkan tingkat suku bunga periodik yang konstan atas saldo liabilitas. Rental kontinjen dibebankan pada periode terjadinya. Beban keuangan dicatat dalam laporan laba rugi. Aset sewaan (disajikan sebagai bagian aset tetap) disusutkan selama jangka waktu yang lebih pendek antara umur manfaat aset sewaan dan periode masa sewa, jika tidak ada kepastian yang memadai bahwa Perseroan atau entitas anak akan mendapatkan hak kepemilikan aset pada akhir masa sewa.
Selanjutnya, suatu sewa diklasifikasikan sebagai sewa operasi, jika sewa tidak mengalihkan secara substantial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset.
Efektif tanggal 1 Januari 2008, PSAK No. 30 (Revisi 2007), “Sewa” menggantikan PSAK No. 30 (1990), “Akuntansi Sewa Guna Usaha”. Berdasarkan PSAK No. 30 (Revisi 2007), penentuan apakah suatu perjanjian merupakan perjanjian sewa atau perjanjian yang mengandung sewa didasarkan atas substansi perjanjian pada tanggal awal sewa dan apakah pemenuhan perjanjian tergantung pada penggunaan suatu aset dan perjanjian tersebut memberikan suatu hak untuk menggunakan aset tersebut. Menurut PSAK No. 30 (Revisi 2007) ini, sewa yang mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan aset, diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan.
n. Pengakuan Pendapatan dan Beban
1) Pendapatan dari penjualan kavling tanah tanpa bangunan, syarat-syarat yang harus dipenuhi terdiri dari: •
• Harga jual akan tertagih;
• Tagihan penjual tidak bersifat subordinasi terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli di masa yang akan datang; •
• 2)
• Proses penjualan telah selesai; • Harga jual akan tertagih; •
• •
1)
2) Piutang dari penjualan transaksi unit real estat tidak diakui 3)
Pendapatan dari penjualan bangunan rumah hunian, rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan) dan bangunan sejenis lainnya beserta kavling tanahnya. Syarat-syarat yang harus dipenuhi terdiri dari:
Unit real estat tersebut tetap dicatat sebagai aset penjual, demikian juga dengan liabilitas yang terkait dengan unit real estat tersebut, walau liabilitas tersebut telah dialihkan kepada pelanggan.
Apabila suatu transaksi real estat tidak memenuhi seluruh kriteria pengakuan pendapatan dengan metode akrual penuh, pengakuan penjualan ditangguhkan dan transaksi tersebut diakui dengan metode uang muka sampai seluruh kriteria penggunaan metode akrual penuh terpenuhi.
Metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian aktivitas pengembangan adalah berdasarkan persentase aktivitas yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan jumlah aktivitas yang harus dilaksanakan.
Jumlah pembayaran oleh pembeli telah mencapai 20% dari harga jual yang disepakati dan jumlah tersebut tidak dapat diminta kembali oleh pembeli;
Proses pengembangan tanah telah selesai sehingga penjual tidak berliabilitas lagi untuk membangun kavling tanah yang dijual seperti liabilitas untuk mematangkan kavling tanah atau liabilitas untuk membangun fasilitas-fasilitas pokok yang dijanjikan oleh atau yang menjadi liabilitas penjual, sesuai dengan pengikatan jual beli atau ketentuan perundang-undangan; dan
Hanya kavling tanah saja yang dijual, tanpa diwajibkan keterlibatan penjual dalam pendirian bangunan di atas kavling tanah tersebut.
Penjual telah mengalihkan risiko dan manfaat kepemilikan unit bangunan kepada pembeli melalui suatu transaksi yang secara substansi adalah penjualan dan penjual tidak Iagi berliabilitas secara signifikan dengan unit bangunan tersebut.
Apabila suatu transaksi real estat tidak memenuhi kriteria pengakuan dengan metode akrual penuh, pengakuan penjualan ditangguhkan dan transaksi tersebut diakui dengan metode deposit, dengan prosedur pengakuan sebagai berikut :
Penjual tidak mengakui pendapatan atas transaksi penjualan unit real estat, penerimaan pembayaran dari pelanggan dibukukan sebagai uang muka.
Efektif tanggal 1 Januari 2012, PPSAK No. 7, “ Pencabutan PSAK No. 44; Perusahaan dan entitas anak mengakui pendapatan dari penjualan real estat dengan menggunakan metode akrual penuh. Pendapatan dari penjualan real estat diakui secara penuh bila seluruh syarat berikut telah terpenuhi:
Tagihan penjual tidak akan bersifat subordinasi di masa yang akan datang terhadap pinjaman lain yang akan diperoleh pembeli; dan
n. Pengakuan Pendapatan dan Beban (lanjutan)
Beban diakui pada saat terjadinya pengakuan tansaksi penjualan. Pendapatan Jasa pemeliharaan lingkungan kawasan
Pendapatan Sewa
o. Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Final :
Pajak Penghasilan Non-Final
Pendapatan atas jasa dan pemeliharaan diakui pada saat jasa diberikan. Semua beban diakui pada saat terjadinya dan sesuai dengan masa manfaatnya.
Beban pajak penghasilan final diakui secara proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui selama periode berjalan. Selisih antara jumlah pajak penghasilan final yang dibayar dengan jumlah yang dibebankan pada penghitungan laba atau rugi tahun berjalan, diakui sebagai pajak dibayar di muka atau utang pajak. Jika penghasilan telah dikenakan pajak penghasilan final, perbedaan antara nilai tercatat aset dan liabilitas dengan dasar pengenaan pajaknya tidak diakui sebagai aset atau liabilitas pajak tangguhan.
Pada tahun 2009, Perusahaan telah menghitung pajak penghasilan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 243/PMK.03/2008 tanggal 31 Desember 2008 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan. Berdasarkan peraturan ini, penghasilan atas transaksi penjualan atau pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang diterima atau diperoleh wajib pajak mulai tanggal 1 Januari 2009 akan dikenakan pajak final berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan yang berlaku.
Pendapatan sewa dari sewa operasi diakui sebagai pendapatan dengan dasar garis lurus selama masa sewa. Biaya langsung awal yang terjadi dalam proses negosiasi dan pengaturan sewa ditambahkan ke jumlah tercatat dari aset sewaan dan diakui dengan dasar garis lurus selama masa sewa. Uang muka sewa yang diterima dari penyewa dicatat ke dalam akun pendapatan diterima dimuka dan akan diakui sebagai pendapatan secara berkala sesuai dengan kontrak sewa yang berlaku.
Beban pokok penjualan lahan siap bangun ditentukan berdasarkan taksiran biaya perolehan tanah ditambah taksiran beban lain untuk pengembangan dan pembangunan prasarana penunjang. Beban pokok penjualan rumah hunian dan rumah gerai ditentukan berdasarkan seluruh biaya aktual pengerjaan yang terjadi dan taksiran biaya untuk menyelesaikan pengerjaan. Taksiran biaya untuk menyelesaikan pengerjaan disajikan dalam “Beban yang Masih Harus Dibayar” yang disajikan pada laporan posisi keuangan konsolidasian. Perbedaan antara jumlah taksiran biaya dengan biaya aktual pengerjaan atau pengembangan dibebankan pada “Beban Pokok Penjualan” periode berjalan.
Efektif tanggal 1 Januari 2012, Perusahaan menerapkan PSAK No.46 (Revisi 2010), “Pajak Penghasilan”, yang mengharuskan Perusahaan untuk memperhitungkan konsekuensi pajak kini dan pajak masa depan atas pemulihan di masa depan (penyelesaian) dari jumlah tercatat aset (liabilitas) yang diakui dalam laporan posisi keuangan, dan transaksi-transaksi serta peristiwa lain yang terjadi dalam tahun berjalan yang diakui dalam laporan keuangan.
Penerapan PSAK No.46 (Revisi 2010) tidak menimbulkan perubahan yang besar terhadap pelaporan keuangan dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
o. Pajak Penghasilan (lanjutan)
p. Liabilitas Imbalan Kerja
Program Pensiun
Perusahaan menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti untuk semua karyawan tetap.
Metode penilaian aktuaria yang digunakan oleh aktuaris adalah Projected Unit Credit (PUC) Method. Program Imbalan Kerja
Beban pajak penghasilan kini dihitung berdasarkan taksiran laba kena pajak periode berjalan. Aset dan liabilitas pajak tangguhan diakui untuk perbedaan temporer antara jumlah tercatat aset dan liabilitas dengan dasar pengenaan pajaknya pada setiap periode pelaporan dengan menggunakan metode liabilitas. Manfaat pajak masa datang, seperti saldo rugi fiskal yang belum digunakan, juga diakui selama besar kemungkinan manfaat pajak tersebut dapat direalisasikan. Efek pajak untuk periode berjalan dialokasikan pada operasional, kecuali untuk efek pajak dari transaksi yang langsung dibebankan atau dikreditkan pada ekuitas.
Koreksi terhadap liabilitas perpajakan dicatat pada saat surat ketetapan pajak diterima atau jika Perseroan dan entitas anak mengajukan banding, apabila: (1) pada saat hasil dari banding tersebut ditetapkan, kecuali bila terdapat ketidak pastian yang signifikan atas hasil banding tersebut, maka koreksi berdasarkan surat ketetapan pajak terhadap liabilitas perpajakan tersebut dicatat pada saat pengajuan banding dibuat, atau (2) pada saat dimana berdasarkan pengetahuan dari perkembangan atas kasus lain yang serupa dengan kasus Perseroan dan entitas anak yang sedang dalam proses banding, berdasarkan ketentuan dari Pengadilan Pajak atau Mahkamah Agung, dimana hasil yang diharapkan dari proses banding Perseroan secara signifikan tidak pasti, maka pada saat tersebut perubahan liabilitas perpajakan berdasarkan ketetapan pajak diakui.
Efektif 1 Januari 2012, Perusahaan menerapkan PSAK 24 (Revisi 2010), “Imbalan Kerja”, Revisi SAK ini antara lain memberbolehkan entitas untuk menerapkan metode sistematis atas pengakuan yang lebih cepat dari keuntungan/kerugian aktuarial yang timbul dari imbalan pasti, antara lain pengakuan langsung keuntunga/kerugian yang terjadi pada periode berjalan ke dalam pendapatan komprehensif lain. Karena Perusahaan tidak memilih metode ini dan tetap menggunakan metode pengakuan keuntungan/kerugian dengan menggunakan metode koridor seperti diuraikan di bawah ini, maka penerapan awal PSAK No. 24 (Revisi 2010) ini tidak berdampak signifikan terhadap laporan keuangan Perusahaan selain tambahan pengungkapan.
Sesuai dengan kesepakatan kerja bersama, Perusahaan juga akan membayar uang pesangon, penghargaan masa kerja dan ganti kerugian sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13/2003 sejak tahun 2003, sehingga Perusahaan dan Entitas Anak membukukan liabilitas atas program imbalan pasca kerja.
Sesuai dengan PSAK No.24 (Revisi 2010) mengenai Imbalan Kerja, liabilitas atas masa kerja lalu diestimasi dengan menggunakan metode PUC. Penerapan pernyataan tersebut telah menyebabkan perubahan dalam kebijakan akuntansi Perusahaan dan Entitas Anak. Tidak terdapat pendanaan yang disisihkan oleh Perusahaan dan Entitas Anak sehubungan dengan estimasi liabilitas tersebut.
Berdasarkan PSAK No.24 (Revisi 2010), beban manfaat kesejahteraan karyawan diakui langsung, kecuali keuntungan (kerugian) aktuaria dan biaya jasa lalu (non-vested ).
Biaya jasa kini diakui sebagai beban pada periode berjalan. Biaya jasa lalu, koreksi aktuaria dan dampak perubahan asumsi bagi peserta pensiun yang masih aktif diamortisasi secara sistematis dengan menggunakan metode anuitas pasti selama estimasi sisa masa kerja rata-rata karyawan sebagaimana ditentukan oleh aktuaris.
p. Liabilitas Imbalan Kerja (lanjutan)
q. Transaksi Dengan Pihak-Pihak Berelasi
1) Orang atau anggota keluarga terdekat mempunyai relasi dengan entitas pelapor jika orang tersebut: ; i. Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas pelapor ;
ii. Memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor ;
iii. atau personal manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk entitas pelapor. 2) Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi salah satu hal sebagai berikut :
i. Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama ; ii.
iii. Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama ;
iv. Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga ; v.
vi. Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam butir (a) vii
.
PSAK revisi ini mensyaratkan pengungkapan hubungan, transaksi dan saldo pihak-pihak berelasi, termasuk komitmen, dalam laporan keuangan konsolidasian dan laporan keuangan tersendiri entitas induk, dan juga diterapkan terhadap laporan keuangan secara individual. Penerapan PSAK yang direvisi tersebut memberikan pengaruh terhadap pengungkapan terkait dalam laporan keuangan interim konsolidasian.
Transaksi ini dilakukan berdasarkan persyaratan yang disetujui oleh kedua belah pihak, dimana persyaratan tersebut mungkin tidak sama dengan transaksi lain yang dilakukan dengan pihak-pihak tidak berelasi. Seluruh transaksi dan saldo yang material dengan pihak-pihak berelasi telah diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan konsolidasian Perseroan.
Satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama bagi entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, dimana entitas lain tersebut adalah anggotanya) ;
Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait dengan entitas pelapor. Jika entitas pelapor adalah entitas yang menyelenggarakan program tersebut, entitas sponsor juga terkait dengan entitas pelapor.
Efektif tanggal 1 Januari 2011, Perusahaan menerapkan PSAK No. 7 (Revisi 2010), “Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi”. PSAK revisi ini mensyaratkan pengungkapan hubungan, transaksi dan saldo pihak-pihak berelasi, termasuk komitmen, dalam laporan keuangan dan juga diterapkan terhadap laporan keuangan secara individual.
Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan Perusahaan dalam menyiapkan laporan keuangannya, yang terdiri dari :
Orang yang diidentifikasi dalam butir (a), (i) memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas atau anggota manajemen kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).
Akumulasi keuntungan (kerugian) aktuaria lebih dari 10% dari nilai sekarang liabilitas manfaat pasti diamortisasi selama sisa masa kerja, namun keuntungan (kerugian) aktuaria dari liabilitas pegawai yang masih aktif bekerja setelah usia pensiun akan diakui langsung karena liabilitas sudah terjadi.
r. Laba Bersih per Saham
s. Aset, Liabilitas Keuangan dan Instrumen Ekuitas
Aset Keuangan
1) Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
Aset keuangan dalam ruang lingkup PSAK No. 55 (Revisi 2006) diklasifikasikan sebagai salah satu dari aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo, aset keuangan tersedia untuk dijual. Grup menetapkan klasifikasi aset keuangan setelah pengakuan awal dan, jika diperbolehkan dan sesuai, akan melakukan evaluasi pada setiap akhir tahun keuangan.
Laba bersih per saham(LPS) dilusian dihitung dengan membagi total laba komprehensif diatribusikan kepada pemilik entitas induk dengan rata-rata tertimbang jumlah sahambiasa yang beredar pada periode pelaporan, yang disesuaikan untuk mengasumsikan konversi efek berpotensi sahambiasa yang sifatnya dilutif.
Laba bersih per saham(LPS) dasar dihitung dengan membagi total laba komprehensif diatribusikan kepada pemilik entitas induk dengan jumlah rata-rata tertimbang sahambiasa yang beredar sepanjang periode pelaporan.
Pada saat pengakuan awal, aset keuangan diukur pada nilai wajar. Dalam hal investasi tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. Pengukuran aset keuangan setelah pengakuan awal tergantung pada klasifikasi.
Aset keuangan dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu (i) aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, (ii) pinjaman yang diberikan dan piutang, (iii) aset keuangan yang dimiliki hingga jatuh tempo serta (iv) aset keuangan yang tersedia untuk dijual. Klasifikasi ini tergantung dari tujuan perolehan aset keuangan tersebut. Manajemen menentukan klasifikasi aset keuangan tersebut pada saat awal pengakuannya. Berdasarkan klasifikasi tersebut pengukuran setelah pengukuran awal sebagai berikut :
Efektif 1 Januari 2010, Perusahaan menerapkan PSAK No.50 (Revisi 2006) " Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan" dan PSAK No.55 (Revisi 2006) "Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran" Penerapan PSAK revisi ini dilakukan secara prospektif. Efek kumulatif dari penerapan secara prospektif PSAK No. 55 (Revisi 2006) tersebut tidak signifikan bagi Perusahaan.
Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi adalah aset keuangan yang ditujukan untuk diperdagangkan. Aset keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan jika diperoleh terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali dalam waktu dekat dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek yang terkini. Derivatif diklasifikasikan sebagai aset diperdagangkan kecuali telah ditetapkan dan efektif sebagai instrumen lindung nilai. Aset keuangan untuk kelompok ini dinilai dalam laporan posisi keuangan interim konsolidasian pada nilai wajar dengan laba atau rugi diakui dalam laporan laba rugi komprehensif interim konsolidasian. Perusahaan tidak memiliki aset keuangan dalam kelompok ini.
Jumlah rata-rata tertimbang sahamyang diperhitungkan untuk menghitung laba per sahamdasar untuk periode / tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal 31 Desember 2012 dan 31 Desember 2011 adalah masing-masing sebanyak 1.429.046.297 saham, 1.242.792.570 saham. Rata-rata sahamdilusian untuk periode yang sama masing-masing sebanyak 1.503.527.846 sahamdan 1.403.707.328 saham.