• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III. METODE PENELITIAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder tahun 2001 – 2009, yang terdiri dari:

1. PDRB kabupaten/kota atas dasar harga konstan 2000.

2. Pengeluaran rumah tangga yang diagregasi dari data KOR Susenas untuk wilayah kabupaten/kota dan telah dideflasi dengan menggunakan tahun dasar 2000, yang diperoleh dari deflator PDRB.

3. Investasi kabupaten/kota, yang merupakan penggabungan dua variabel: i. Investasi pemerintah berupa belanja barang modal pemerintah

kabupaten/kota

ii. Investasi perumahan yang dilakukan oleh rumah tangga, yang diperoleh dari data KOR Susenas untuk wilayah kabupaten/kota. 4. Jumlah tenaga kerja kabupaten/kota.

5. PDRB perkapita kabupaten/kota dan provinsi atas dasar harga konstan 2000, yang dihitung dengan membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk.

6. Pengeluaran rumah tangga perkapita kabupaten/kota dan provinsi, yang dihitung dengan cara membagi pengeluaran rumah tangga dengan jumlah penduduk.

7. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB total kabupaten/kota sebagai variabel instrumen untuk analisis konvergensi dan data kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB total pada level provinsi untuk analisis ketimpangan.

8. Kontribusi sektor manufaktur terhadap PDRB total kabupaten/kota sebagai variabel instrumen untuk analisis konvergensi dan data kontribusi sektor manufaktur terhadap PDRB total pada level provinsi untuk analisis ketimpangan.

9. Tingkat pendidikan tenaga kerja kabupaten/kota dan provinsi, yang diproksi dengan share tenaga kerja yang berpendidikan SMA ke atas terhadap jumlah tenaga kerja. Alasan penggunaan variabel ini

(2)

digunakan sebagai variabel instrumen untuk analisis konvergensi adalah adanya hubungan yang langsung antara kualitas tenaga kerja dengan produktivitas dalam kegiatan produksi. Sedangkan dalam analisis ketimpangan, share tenaga kerja yang berpendidikan SMA ke atas digunakan untuk menghilangkan bias yang disebabkan adanya lag variabel pendidikan dalam kegiatan ekonomi.

10. Pengeluaran rutin pemerintah kabupaten/kota yang digunakan sebagai variabel instrumen untuk analisis konvergensi dan data pada level provinsi untuk analisis ketimpangan. Variabel ini terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja perjalanan dinas, belanja pemeliharaan, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bantuan keuangan, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja tak terduga dan belanja lain-lain.

11. Pajak daerah kabupaten/kota, hanya digunakan sebagai variabel instrumen untuk analisis konvergensi.

12. Jumlah puskesmas pada level provinsi, sebagai proksi variabel infrastruktur kesehatan yang menjangkau seluruh masyarakat sampai ke level kecamatan.

13. Jumlah energi listrik yang terjual kepada konsumen pada level provinsi. Pemilihan variabel ini mengacu pada konsumsi konsumen, bukan pada jumlah energi listrik yang diproduksi.

14. Volume air bersih PDAM yang disalurkan kepada konsumen pada level provinsi. Pemilihan variabel ini juga mengacu pada konsumsi konsumen, bukan pada volume air bersih yang diproduksi.

15. Panjang jalan yang kondisinya baik dan sedang, baik jalan negara, jalan provinsi maupun jalan kabupaten/kota di masing-masing provinsi. Kondisi jalan yang baik dan sedang diharapkan lebih menentukan kelancaran kegiatan ekonomi dibandingkan jalan yang rusak, sehingga panjang jalan yang digunakan dalam penelitian ini tidak memasukkan jalan yang rusak.

(3)

Sumber data yang digunakan tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Keuangan, PLN, PDAM, Dinas Kesehatan, BKPM dan data-data pendukung lainnya.

3.2. Metode Analisis

3.2.1. Koefisien Variasi Williamson

Koefisien variasi Williamson digunakan untuk mengukur perbedaan nilai output rata-rata yang dihasilkan suatu wilayah. Ukuran ini biasanya menggunakan data PDRB perkapita untuk mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah, yang dinyatakan dengan rumus:

𝐶𝑉� =

���∑����(�����)�

�� , 0 < CVw < 1………...(3.1)

Dimana:

𝑦� : PDRB perkapita wilayah ke-i

𝑦� : PDRB perkapita seluruh wilayah 𝑓� : jumlah penduduk wilayah ke-i

𝑛 : jumlah penduduk seluruh wilayah

Penelitian ini juga menghitung koefisien variasi Williamson untuk mengukur perbedaan nilai pengeluaran rumah tangga rata-rata yang dihasilkan suatu wilayah secara agregat. Selanjutnya pengeluaran rumah tangga tersebut dibagi dengan jumlah penduduk untuk mendapatkan nilai pengeluaran rumah tangga perkapita dan digunakan sebagai variabel y.

3.2.2. Analisis Data Panel Statis

Data panel adalah data yang memiliki dimensi ruang (individu) dan waktu, yang merupakan gabungan antara data silang (cross section) dengan data runtut waktu (time series). Jika setiap unit cross section memiliki jumlah observasi time

series yang sama maka disebut sebagai balanced panel. Sebaliknya jika jumlah

observasi berbeda untuk setiap unit cross section maka disebut unbalanced panel. Keunggulan dari penggunaan data panel dalam analisis ekonometrik antara lain: (i) mampu mengontrol heterogenitas individu; (ii) memberikan informasi yang lebih banyak dan beragam, meminimalkan masalah kolinieritas

(4)

(collinearity), meningkatkan jumlah derajat bebas dan lebih efisien; (iii) data panel umumnya lebih baik bila digunakan dalam studi dynamics of adjustment; (iv) data panel lebih baik dalam mengukur dan mengidentifikasi serta mengukur efek yang tidak dapat dideteksi apabila menggunakan data cross section atau time

series murni; dan (v) data panel dapat digunakan untuk mengonstruksi dan

menguji model perilaku yang lebih kompleks dibandingkan data cross section atau time series murni.

Meskipun demikian, analisis data panel juga memiliki beberapa kelemahan dan keterbatasan dalam penggunaannya khususnya apabila data panel dikumpulkan atau diperoleh dengan metode survei. Permasalahan tersebut antara lain: (i) relatif besarnya data panel karena melibatkan komponen cross section dan

time series menimbulkan masalah disain survei panel, pengumpulan dan

manajemen data (masalah yang umumnya dihadapi di antaranya: coverage,

nonresponse, kemampuan daya ingat responden (recall), frekuensi, dan waktu

wawancara; (ii) distorsi kesalahan pengamatan (measurement error) yang umumnya terjadi karena kegagalan respon (contoh: pertanyaan yang tidak jelas, ketidaktepatan informasi, dan lain-lain); (iii) masalah selektivitas, yakni:

selfselectivity, nonresponse, attrition (jumlah responden yang terus berkurang

pada survey lanjutan); dan (iv) cross section dependence (contoh: apabila macro

panel data dengan unit analisis negara atau wilayah dengan deret waktu yang

panjang mengabaikan cross-country dependence maka dapat mengakibatkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak tepat (miss leading inference).

Data panel dapat didefinisikan sebagai observasi berulang pada setiap unit

cross section yang sama, yang memiliki karakteristik di mana N > 1 dan T > 1.

Misalkan yit merupakan nilai varabel dependen untuk unit cross section ke-i pada waktu ke-t dengan i = 1, 2,…, N dan t = 1, 2,…,T. Dan misalkan terdapat K variabel penjelas yang masing-masing diberi indeks j = 1, 2,…,K serta dinotasikan sebagai 𝑋��, yang menyatakan nilai variabel penjelas ke-j untuk unit ke-i pada waktu ke-t. Cara yang sering digunakan untuk mengorganisir data panel adalah dengan menuliskannya ke dalam bentuk matriks sebagai berikut:

(5)

𝑦� = � 𝑦�� 𝑦�� ⋮ 𝑦�� �; 𝑋� = ⎣ ⎢ ⎢ ⎡𝑋��� 𝑋��� ⋯ 𝑋��� 𝑋��� ⋮ 𝑋�� � ⋮ ⋱ 𝑋�� � ⋮ 𝑋��� 𝑋��� ⋯ 𝑋���⎦ ⎥ ⎥ ⎤ ; 𝜀 = � 𝜀�� 𝜀�� ⋮ 𝜀�� � ...(3.2) dengan 𝜀�� menyatakan gangguan acak untuk unit ke-i pada waktu ke-t. Selanjutnya data tersebut disederhanakan dalam bentuk stack sebagai berikut:

𝑦 = � 𝑦� 𝑦� ⋮ 𝑦� �; 𝑋 = � 𝑋� 𝑋� ⋮ 𝑋� �; 𝜀 = � 𝜀� 𝜀� ⋮ 𝜀� � ...(3.3) dengan y adalah matriks berukuran NTx1, X adalah matriks berukuran NTxK, dan

ε adalah matriks berukuran NTx1. Model standar data panel linier dapat

diekspresikan sebagai

y = X 'β + ε ...(3.4)

dengan β adalah matriks berukuran NT x 1 yang diekspresikan sebagai 𝛽 = � 𝛽� 𝛽� ⋮ 𝛽� � ...(3.5) Ada beberapa metode yang sering digunakan untuk mengestimasi parameter model data panel statis. Metode sederhana yang sering digunakan adalah pooled

estimator atau dikenal sebagai metode least square yang umumnya digunakan

pada model cross section dan time series murni. Sebagaimana dibahas sebelumnya bahwa data panel memiliki jumlah observasi lebih banyak dibandingkan data cross section dan time series murni. Akibatnya, ketika data digabungkan menjadi pool data, regresi yang dihasilkan cenderung lebih baik dibandingkan regresi yang menggunakan data cross section dan time series murni. Akan tetapi, dengan mengabungkan data, maka variasi atau perbedaan baik antara individu dan waktu tidak dapat terlihat. Hal ini tentunya kurang sesuai dengan tujuan dari digunakannya data panel. Lebih jauh lagi, dalam beberapa kasus, penduga yang dihasilkan melalui least square dapat menjadi bias akibat kesalahan spesifikasi data.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ada dua metode yang biasanya digunakan dalam pemodelan data panel, yakni metode efek tetap (fixed effects

(6)

𝑦�� = 𝑋�� 𝛽 + 𝜀�� ...(3.6)

dengan gangguan acak diasumsikan mengikuti one-way error component model sebagai berikut:

𝜀�� = 𝛼�+ 𝑢�� ...(3.7)

dan diasumsikan bahwa uit merupakan gangguan acak yang tidak berkorelasi dengan Xit . Sedangkan αi disebut sebagai efek individual (time invariantperson

specific effect). Beberapa aplikasi empiris data panel umumnya melibatkansatu di

antara asumsi mengenai efek individual.

Pertama, bila αi diperlakukan sebagai parameter tetap, namun bervariasi

antar i = 1,2,…, N , maka model ini disebut sebagai fixed effects model (FEM). Model efek tetap umumnya digunakan ketika terdapat korelasi antara intersep individual dan variabel independen r. Secara umum model ini dapat diekspresikan sebagai

𝑦�� = 𝛼�+ 𝑋�� 𝛽 + 𝑢�� ...(3.8)

dengan asumsi bahwa uit ~ iid (0,𝜎��). Penduga dari model ini mampu menjelaskan perbedaan atau variasi antar individu (differences within individual), karena model ini memungkinkan adanya perbedaan intersep α pada setiap i. Penduga dari model ini ditentukan sebagaimana penduga least square dalam regresi namun dalam bentuk deviasi rata-rata individual. Menurut Verbeek (2000), dugaan untuk paremeter β dengan menggunakan FEM dapat diformulasikan sebagai

𝛽��� = (∑����∑ (𝑋���� ��− 𝑋��)′ )�� (∑����∑ (𝑋���� ��− 𝑋��)(𝑦�� − 𝑦��) ...(3.9)

Sedangkan estimasi untuk intersep α dituliskan sebagai

𝛼��= 𝑦��− 𝑋�� 𝛽��� ; 𝑖 = 1, . . , 𝑁 ...(3.10)

Matriks kovarian untuk fixed effect estimator 𝛽���, dengan uit ~ iid (0,𝜎��) diberikan oleh:

𝑉 [𝛽���] = 𝜎��(∑���� ∑ (𝑋���� �� − 𝑋��)(𝑋��− 𝑋��)′ )�� ...(3.11)

dengan

𝜎�� = �(���)� ∑����∑ (𝑦���� �� − 𝑦��− (𝑋��− 𝑋��)𝛽���)� ……….…...…(3.12)

Pada dasarnya, FEM lebih menekankan pada perbedaan di antara individu, yakni menjelaskan bagaimana 𝑦�� berbeda dari 𝑦�, dan tidak menjelaskan kenapa

(7)

bahwa perubahan yang terjadi dalam X memiliki pengaruh yang sama, apakah perubahan dari satu periode ke periode lainnya atau perubahan dari satu individu ke individu lainnya.

Kedua, bila 𝛼 diperlakukan sebagai parameter random, maka model disebut

sebagai random effects model (REM). Dalam REM, perbedaan karakeristik individu diakomodasi oleh error dalam model. Secara umum model ini dapat diekspresikan sebagai:

𝑦�� = 𝛼 + 𝑋�� 𝛽 + 𝑢��+ 𝜏� ...(3.13)

dengan 𝛼 = 𝛼 + 𝜏 dan memiliki rata-rata nol. Di sini, 𝜏 merepresentasikan

gangguan individu (individual disturbance) yang tetap sepanjang waktu. Beberapa asumsi yang melekat dalam REM antara lain:

𝐸 (𝑢��|𝜏�) = 0 ...(3.14) 𝐸 (𝑢����𝜏�) = 𝜎�� ...(3.15) 𝐸 (𝜏�|𝑥��) = 0; ∀ 𝑖, 𝑡 ...(3.16) 𝐸 (𝜏���𝑥 ��) = 𝜎�� ...(3.17) 𝐸 �𝑢�� 𝜏�� = 0; ∀ 𝑖, 𝑡, 𝑗 ...(3.18) 𝐸 �𝑢�� 𝑢��� = 0; 𝑖 ≠ 𝑗 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡 ≠ 𝑠 ... (3.19) 𝐸 �𝑢�� 𝜏�� = 0; ∀ 𝑖, 𝑡, 𝑗 ...(3.20)

Untuk menduga REM umumnya digunakan metode generalized least square (GLS). Misalkan kombinasi error pada persamaan (3.13) dituliskan menjadi 𝑤�� = 𝑢��+ 𝜏�, dengan

𝐸 (𝑤��) = 0 ...(3.21)

𝐸 (𝑤���) = 𝜎��+ 𝜎��; ∀ 𝑖, 𝑡 ...(3.22)

𝐸 �𝑤�� 𝑤��� = 𝜎��; ∀ 𝑡 ≠ 𝑠 ...(3.23)

𝐸 �𝑤�� 𝑤��� = 0; 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑖 ≠ 𝑗 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡 ≠ 𝑠 ...(3.24)

Apabila gangguan sejumlah T untuk individu i dikumpulkan dalam bentuk vektor 𝑤� = (𝑤��, 𝑤��, … , 𝑤��)’ maka dapat dituliskan bahwa

𝐸 �𝑤�𝑤�� = Ω ...(3.25)

(8)

Ω = ⎝ ⎜ ⎜ ⎛ 𝜎��+ 𝜎�� 𝜎�� 𝜎�� ⋯ 𝜎�� 𝜎�� 𝜎�� ⋮ 𝜎�� 𝜎��+ 𝜎�� 𝜎�� ⋮ 𝜎�� 𝜎�� 𝜎�� + 𝜎�� ⋮ 𝜎�� ⋯ ⋯ ⋱ ⋯ 𝜎�� 𝜎�� ⋮ 𝜎��+ 𝜎��⎠ ⎟ ⎟ ⎞ ...(3.26)

Untuk keseluruhan observasi panel, matriks kovarian error 𝑤 = (𝑤, 𝑤, … , 𝑤)′ dapat diturunkan sebagai

𝑉 𝑁𝑇𝑥𝑁𝑇 = ⎝ ⎜ ⎛Ω 0 0 ⋯ 00 0 ⋮ 0 Ω 0 ⋮ 0 0 Ω ⋮ 0 ⋯ ⋯ ⋱ ⋯ 0 0 ⋮ Ω⎠ ⎟ ⎞ = 𝐼�⊗ Ω ...(3.27)

dengan 𝐼 menyatakan matriks identitas berdimensi N dan ⊗ merepresentasikan Kronecker product. Misalkan Y pada persamaan (3.14) direpresentasikan sebagai

vektor stack dari 𝑦�� yang dibentuk dengan pola yang sama dengan w (dengan

struktur yang sama untuk X). Selanjutnya keseluruhan sistem yang dituliskan sebagai

Y = Xβ + w ...(3.28)

dapat diestimasi dengan menggunaan metode GLS. Secara umum pendugaan GLS untuk persamaan regresi (3.28) memerlukan transformasi untuk menghilangkan struktur yang tidak baku dari matriks kovarian 𝐸(𝑤𝑤) = 𝑉. Kemudian dengan mendefinisikan matriks penimbang 𝑃 = 𝑉��/� dan mengalikannya ke kedua ruas pada persamaan (3.38) diperoleh hasil transformasi sebagai berikut:

𝑃𝑌 = 𝑃𝑋𝛽 + 𝑃𝑤 ...(3.29) atau 𝑌∗ = 𝑋𝛽 + 𝑤 ...(3.30) sekarang 𝐸(𝑤∗𝑤∗�) = 𝐸(𝑃𝑤𝑤𝑃) = PE (ww’)P = PVP = 𝐼��

Sehingga, penduga GLS pada persamaan regresi (3.38) dapat dituliskan sebagai 𝛽���� = (𝑋′𝑉��𝑋)��𝑋′𝑉��𝑌 ...…...(3.31)

(9)

3.2.3. Data Panel Dinamis

Relasi di antara variabel-variabel ekonomi pada kenyataannya banyak yang bersifat dinamis. Analisis data panel dapat digunakan pada model yang bersifat dinamis dalam kaitannya dengan analisis penyesuaian dinamis (dynamic of

adjustment). Hubungan dinamis ini dicirikan oleh keberadaan lag variabel

dependen di antara variabel-variabel regresor. Sebagai ilustrasi, model data panel dinamis adalah sebagai berikut:

𝑦�� = 𝛿𝑦�,���+ 𝑥�� 𝛽 + 𝑢��; 𝑖 = 1, … , 𝑁; 𝑡 = 1, . . , 𝑇 ...(3.32)

dengan 𝛿 menyatakan suatu skalar, 𝑥�� menyatakan matriks berukuran 1xK dan 𝛽

matriks berukuran Kx1. Dalam hal ini, 𝑢�� diasumsikan mengikuti model oneway error component sebagai berikut:

𝑢�� = 𝜇�+ 𝑣�� ...(3.33)

dengan 𝜇~ 𝑖𝑖𝑑 (0, 𝜎) menyatakan pengaruh individu dan 𝑣��~ 𝑖𝑖𝑑 (0, 𝜎) menyatakan gangguan yang saling bebas satu sama lain atau dalam beberapa literatur disebut sebagai transient error.

Dalam model data panel statis, dapat ditunjukkan adanya konsistensi dan efisiensi baik pada FEM maupun REM terkait perlakuan terhadap 𝜇. Dalam model dinamis, situasi ini secara substansi sangat berbeda, karena 𝑦�� merupakan

fungsi dari 𝜇 maka 𝑦�,��� juga merupakan fungsi dari 𝜇. Karena 𝜇 adalah fungsi

dari 𝑢�� maka akan terjadi korelasi antara variabel regresor 𝑦�,��� dengan 𝑢��. Hal ini akan menyebabkan penduga least square (sebagaimana digunakan pada model data panel statis) menjadi bias dan inkonsisten, bahkan bila 𝑣�� tidak berkorelasi

serial sekalipun.

Untuk mengilustrasikan kasus tersebut, berikut diberikan model data panel autoregresif (AR(1)) tanpa menyertakan variabel eksogen:

𝑦�� = 𝛿𝑦�,���+ 𝑢��; |𝛿| < 1; 𝑡 = 1, . . , 𝑇 ...(3.34)

dengan 𝑢�� = 𝜇+ 𝑣�� di mana 𝜇~ 𝑖𝑖𝑑 (0, 𝜎) dan 𝑣��~ 𝑖𝑖𝑑 (0, 𝜎�) saling bebas

satu sama lain. Penduga fixed effect bagi 𝛿 diberikan oleh 𝛿��� =∑ ∑ (�������)(��,�������,��) � ��� � ��� ∑����∑����(��,�������,��)� ...(3.35)

(10)

dengan 𝑦� = 1/𝑇 ∑����𝑦�� dan 𝑦��,�� = 1/𝑇 ∑����𝑦�,���. Untuk menganalis sifat dari 𝛿���, dapat disubstitusi persamaan (3.44) ke (3.45) untuk memperoleh:

𝛿��� = 𝛿 +(

��) ∑����∑����(�������)(��,�������,��)

(���) ∑����∑����(��,�������,��)

� ...(3.36) Penduga ini bersifat bias dan inkonsisten untuk 𝑁 → ∞ dan T tetap, bentuk pembagian pada persamaan (3.46) tidak memiliki nilai harapan nol dan tidak konvergen menuju nol bila 𝑁 → ∞. Secara khusus, hal ini dapat ditunjukkan bahwa: 𝑝𝑙𝑖𝑚 𝑁 → ∞ � � ��� ∑����∑ (𝑣���� ��− 𝑣̅�)�𝑦�,���− 𝑦��,���= − ��� ��(���)����� � (���)� ≠ 0 ....(3.37) sehingga, untuk T tetap, akan dihasilkan penduga yang inkonsisten.

Untuk mengatasi masalah ini, pendekatan method of moments dapat digunakan. Arrelano dan Bond menyarankan suatu pendekatan generalized

method of moments (GMM). Pendekatan GMM merupakan salah satu yang

populer. Setidaknya ada dua alasan yang mendasari, pertama, GMM merupakan

common estimator dan memberikan kerangka yang lebih bermanfaat untuk

perbandingan dan penilaian. Kedua, GMM memberikan alternatif yang sederhana terhadap estimator lainnya, terutama terhadap maximum likelihood..

Namun demikian, penduga GMM juga tidak terlepas dari kelemahan. Adapun beberapa kelemahan metode ini, yaitu: (i) GMM estimator adalah

asymptotically efficient dalam ukuran contoh besar tetapi kurang efisien dalam

ukuran contoh yang terbatas (finite); dan (ii) estimator ini terkadang memerlukan sejumlah implementasi pemrograman sehingga dibutuhkan suatu perangkat lunak (software) yang mendukung aplikasi pendekatan GMM.

Ada dua jenis prosedur estimasi GMM yang umumnya digunakan untuk mengestimasi model linear autoregresif, yakni:

(i) First-difference GMM (FD-GMM atau AB-GMM); dan (ii) System GMM (SYS-GMM).

Penelitian ini hanya menggunakan pendekatan First-difference GMM (FD-GMM atau AB-(FD-GMM) yaitu menggunakan transformasi first difference untuk pendekatan variabel instrumen untuk mendapatkan estimasi 𝛿 yang konsisten di mana 𝑁 → ∞ dengan T tertentu dengan mengeliminasi pengaruh individual (𝜇) sebagai berikut:

(11)

𝑦��− 𝑦�,��� = 𝛿�𝑦�,���− 𝑦�,���� + �𝑣��− 𝑣�,����; 𝑡 = 2, . . , 𝑇...(3.38)

namun, pendugaan dengan least square akan menghasilkan penduga 𝛿 yang inkonsisten karena 𝑦�,��� dan 𝑣�,��� berdasarkan definisi berkorelasi, bahkan bila 𝑇 → ∞. Untuk itu, transformasi dengan menggunakan first difference ini dapat menggunakan suatu pendekatan variabel instrumen (Baum, et al., 2003). Sebagai contoh, 𝑦�,��� akan digunakan sebagai instrumen. Di sini, 𝑦�,��� berkorelasi dengan �𝑦�,���− 𝑦�,���� tetapi tidak berkorelasi dengan 𝑣�,���, dan 𝑣�� tidak

berkorelasi serial. Di sini, penduga variabel instrumen bagi 𝛿 disajikan sebagai 𝛿��� = ∑ ∑ ��,���(������,���) � ��� � ��� ∑����∑������,���(��,������,���) ...(3.39) syarat perlu agar penduga ini konsisten adalah

𝑝𝑙𝑖𝑚 𝑁 → ∞

𝑇 → ∞

�(���)� ∑����∑ �𝑣���� ��− 𝑣�,����𝑦�,��� = 0 ...(3.40)

Penduga (3.39) merupakan penduga alternatif dimana 𝑦�,���− 𝑦�,��� digunakan sebagai instrumen. Penduga variabel instrumen bagi 𝛿 disajikan sebagai

𝛿���(�)= ∑ ∑ (��,������,���)(������,���) � ��� � ��� ∑����∑����(��,������,���)(��,������,���) ...(3.41) syarat perlu agar penduga ini konsisten adalah

𝑝𝑙𝑖𝑚 𝑁 → ∞

𝑇 → ∞

�(���)� ∑����∑ �𝑣���� ��− 𝑣�,����(𝑦�,���− 𝑦�,���) = 0 ...(3.42)

Penduga variabel instrumen yang kedua memerlukan tambahan lag variabel untuk membentuk instrumen, sehingga jumlah amatan efektif yang digunakan untuk melakukan pendugaan menjadi berkurang (satu periode sampel “hilang”). Dalam hal ini pendekatan metode momen dapat menyatukan penduga dan mengeliminasi kerugian dari pengurangan ukuran sampel. Langkah pertama dari pendekatan metode ini adalah mencatat bahwa

𝑝𝑙𝑖𝑚 𝑁 → ∞ 𝑇 → ∞� 1 𝑁(𝑇 − 1)� � ��𝑣�� − 𝑣�,����𝑦�,��� = 𝐸��𝑣��− 𝑣�,����𝑦�,���� = 0 � ��� � ��� ...(3.43) yang merupakan kondisi momen (moment condition). Dengan cara yang sama dapat diperoleh

(12)

𝑝𝑙𝑖𝑚 𝑁 → ∞ 𝑇 → ∞� � �(���)� ∑����∑ (𝑣���� ��− 𝑣�,���)(𝑦�,���− 𝑦�,���) = 𝐸[(𝑣��− 𝑣�,���)(𝑦�,���− 𝑦�,���)] = 0 ...……….…….(3.44)

yang juga merupakan kondisi momen. Kedua estimator (IV dan IV(2)) selanjutnya dikenakan kondisi momen dalam pendugaan. Sebagaimana diketahui penggunaan lebih banyak kondisi momen meningkatkan efisiensi dari penduga. Arellano dan Bond (1991) dalam Verbeek (2000) menyatakan bahwa daftar instrumen dapat dikembangkan dengan cara menambah kondisi momen dan membiarkan jumlahnya bervariasi berdasarkan t. Untuk itu, mereka mempertahankan T tetap. Sebagai contoh, ketika T = 4 diperoleh

𝐸[(𝑣��− 𝑣��)𝑦��] = 0, untuk t = 2

𝐸[(𝑣��− 𝑣��)𝑦��] = 0 𝑑𝑎𝑛 𝐸[(𝑣��− 𝑣��)𝑦��] = 0, untuk t = 3

𝐸[(𝑣��− 𝑣��)𝑦��] = 0, 𝐸[(𝑣��− 𝑣��)𝑦��] = 0 𝑑𝑎𝑛 𝐸[(𝑣��− 𝑣��)𝑦��],

untuk t = 4

Semua kondisi momen dapat diperluas ke dalam GMM. Selanjutnya, untuk memperkenalkan penduga GMM, misalkan didefinisikan ukuran sampel yang lebih umum sebanyak T, sehingga dapat dituliskan

∆𝑣� = �

𝑣��− 𝑣��

⋮ 𝑣�,� − 𝑣�,���

� ...(3.45) sebagai vektor tranformasi error, dan

𝑍�= ⎣ ⎢ ⎢ ⎡[𝑦0��] [𝑦 0 ⋯ 0 ��, 𝑦��] ⋯ 0 ⋮ 0 0⋮ ⋯⋱ �𝑦��, … , 𝑦⋮ �,����⎦ ⎥ ⎥ ⎤ ...(3.46)

sebagai matriks instrumen. Setiap baris pada matriks 𝑍 berisi instrumen yang

valid untuk setiap periode yang diberikan. Konsekuensinya, himpunan seluruh kondisi momen dapat dituliskan secara ringkas sebagai

𝐸�𝑍�∆𝑣�� = 0 ...(3.47)

yang merupakan kondisi bagi 1+2+…+T-1. Untuk menurunkan penduga GMM, persamaan (3.47) dituliskan sebagai

(13)

Karena jumlah kondisi momen umumnya akan melebihi jumlah koefisien yang belum diketahui, 𝛿 akan diduga dengan meminimumkan kuadrat momen sampel yang bersesuaian, yakni

min [1/𝑁 ∑����𝑍�(∆𝑦�− ∆𝑦�,��)]′𝑊�[1/𝑁 ∑����𝑍�(∆𝑦�− ∆𝑦�,��)] ....(3.49)

dengan 𝑊 adalah adalah matriks penimbang definit positif yang simetris.

Dengan mendifrensiasikan persamaan (3.59) terhadap 𝛿 akan diperoleh penduga GMM sebagai

𝛿����((∑����∆𝑦�,�� 𝑍�)𝑊�(∑����𝑍�∆𝑦�,��))��𝑥 ((∑����∆𝑦�,�� 𝑍�)𝑊�(∑����𝑍�∆𝑦�))

...(3.50) Sifat dari penduga GMM (3.50) bergantung pada pemilihan 𝑊 yang konsisten

selama 𝑊 definit positif, sebagai contoh 𝑊 = 𝐼 yang merupakan matriks

identitas.

Matriks penimbang optimal (optimal weighting matrix) akan memberikan penduga yang paling efisien karena menghasilkan matriks kovarian asimtotik terkecil bagi 𝛿����. Sebagaimana diketahui dalam teori umum GMM (Verbeek, 2000), diketahui bahwa matriks penimbang optimal proposional terhadap matriks kovarian invers dari momen sampel. Dalam hal ini, matriks penimbang optimal seharusnya memenuhi

𝑝𝑙𝑖𝑚

𝑁 → ∞𝑊� = 𝑉[𝑍�∆𝑣�]�� = 𝐸[𝑍�∆𝑣�𝑣�𝑍�]�� ...(3.51) Dalam kasus biasa, dimana tidak ada restriksi yang dikenakan terhadap matriks kovarian 𝑣, matriks penimbang optimal dapat diestimasi menggunakan first-step

consistent estimator bagi 𝛿 dan mengganti operator ekspektasi dengan rata-rata

sampel yakni two step estimator

𝑊���� = [1/𝑁 ∑����𝑍�∆𝑣��∆𝑣��𝑍�]�� ...(3.52)

Dengan ∆𝑣� menyatakan vektor residual yang diperoleh dari first-step consistent estimator.

Pendekatan GMM secara umum tidak menekankan bahwa 𝑣��~ 𝑖𝑖𝑑 pada seluruh individu dan waktu, dan matriks penimbang optimal kemudian diestimasi tanpa mengenakan restriksi. Sebagai catatan bahwa, ketidakberadaan autokorelasi dibutuhkan untuk menjamin validitas kondisi momen. Oleh karena pendugaan matriks penimbang optimal tidak terestriksi, maka dimungkinkan (dan sangat

(14)

dianjurkan bagi sampel berukuran kecil) menekankan ketidakberadaan autokorelasi pada 𝑣�� dan juga dikombinasikan dengan asumsi homoskedastis.

Dengan catatan di bawah restriksi

𝐸�∆𝑣�𝑣�� = 𝜎��𝐺 = 𝜎��� 2 −1 0 … −1 2 ⋱ 0 0 ⋮ ⋱0 −1⋱ −12 � ...(3.53) matriks penimbang optimal dapat ditentukan sebagai (one step estimator)

𝑊���� = [1/𝑁 ∑����𝑍�𝐺𝑍�]�� ...(3.54)

Sebagai catatan bahwa (3.54) tidak mengandung parameter yang tidak diketahui, sehingga penduga GMM yang optimal dapat dihitung dalam satu langkah bila

error 𝑣�� diasumsikan homoskedastis dan tidak mengandung autokorelasi.

Jika model data panel dinamis mengandung variabel eksogenus, maka persamaan (3.34) dapat dituliskan kembali menjadi

𝑦�� = 𝑥�� 𝛽 + 𝛿𝑦�,���+ 𝜇�+ 𝑣�� ...(3.55)

Parameter persamaan (3.55) juga dapat diestimasi menggunakan generalisasi variabel instrumen atau pendekatan GMM. Bergantung pada asumsi yang dibuat terhadap 𝑥��, sekumpulan instrumen tambahan yang berbeda dapat dibangun. Bila

𝑥�� strictly exogenous dalam arti 𝑥�� tidak berkorelasi dengan sembarang error 𝑣��,

akan diperoleh

𝐸[𝑥��, ∆𝑣��] = 0; untuk setiap s dan t ...(3.56)

sehingga 𝑥, … , 𝑥�� dapat ditambah ke dalam daftar instrumen untuk persamaan

first difference setiap periode. Hal ini akan membuat jumlah baris pada 𝑍 menjadi

besar. Selanjutnya, dengan mengenakan kondisi momen

𝐸[∆𝑥��, ∆𝑣��] = 0; untuk setiap t ...(3.57)

Matriks instrumen dapat dituliskan sebagai

𝑍�= ⎣ ⎢ ⎢ ⎢ ⎡�𝑦��, ∆𝑥�� � 0 ⋯ 0 0 �𝑦��, 𝑦��, ∆𝑥�� � ⋯ 0 ⋮ 0 0⋮ ⋯⋱ �𝑦��, … , 𝑦 ⋮�,���, ∆𝑥���⎦⎥ ⎥ ⎥ ⎤ ...(3.58)

Bila variabel 𝑥�� tidak strictly exogenous melainkan predetermined, dalam kasus

di mana 𝑥�� dan lag 𝑥�� tidak berkorelasi dengan bentuk error saat ini, akan

(15)

instrumen yang valid bagi persamaan first difference pada periode t, kondisi momen dapat dikenakan sebagai

𝐸�𝑥�,���∆𝑣��� = 0; 𝑗 = 1, … , 𝑡 − 1, ∀𝑡 ...(3.59)

Dalam prakteknya, kombinasi variabel x yang strictly exogenous dan

predetermined dapat terjadi lebih dari sekali. Matriks 𝑍 kemudian dapat

disesuaikan.

3.3. Spesifikasi Model 3.3.1. Konvergensi Wilayah

Kajian ini dilakukan dengan mengasumsikan fungsi Cobb-Douglas constant

return to scale dengan output (Y) dan tiga input, yaitu kapital (K), tenaga kerja (L)

dan Labor augmenting technological progress (A):

𝑌(𝑡) = 𝐾(𝑡)�(𝐴(𝑡)𝐿(𝑡))���, 0 < α < 1 ...(3.60)

Angkatan kerja dan pertumbuhan teknologi pada tingkat konstan dan eksogen: 𝐿(𝑡) = 𝐿(0)𝑒�� ...(3.61)

𝐴(𝑡) = 𝐴(0)𝑒�� ...(3.62)

Dimana n adalah tingkat pertumbuhan tenaga kerja dan g adalah tingkat pertumbuhan kemajuan teknologi. L(0) adalah kondisi semula dari tenaga kerja dan A(0) adalah kondisi semula dari teknologi. Jika:

𝑦� =� �(�)�(�)�(�) adalah output per efektif dari unit tenaga kerja

𝐾� =� �(�)�(�)�(�) adalah kapital per efektif dari unit tenaga kerja

Maka: 𝑦�(𝑡) = 𝑓 �𝑘�(𝑡)� = 𝑘�(𝑡)� ...(3.63) Sehingga evolusi dari kapital dinotasikan dengan:

𝑘�(𝑡)𝑠𝑘��(𝑡) − 𝑘�(𝑡)(𝑛 + 𝑔 + 𝛿) ...(3.64)

Dimana s adalah saving rate dan δ adalah tingkat depresiasi kapital.

The steady state capital stock (𝐾�∗) dapat ditentukan dengan membuat

persamaan (3.64) sama dengan nol, sehingga: 𝐾�∗(𝑡) = (

�����)

(16)

Dengan mensubstitusikan persamaan (3.65) ke dalam fungsi produksi, maka the

steady state output per effective unit tenaga kerja dapat diturunkan. Dalam bentuk

logaritma natural dapat dituliskan sebagai berikut: ln 𝑦�∗ = �

���� [ln 𝑠 − ln (𝑛 + 𝑔 + 𝛿)] ...(3.66)

Tingkat konvergensi (λ) adalah tingkat dimana output per efektif unit tenaga kerja mendekati nilai steady state-nya, dan dinyatakan dengan:

� �� ��(�)

�� = 𝜆[ln( 𝑦�∗) − ln 𝑦�(𝑡)] ...(3.67)

ln 𝑦�(𝑡�) = (1 − 𝜍) ln 𝑦�∗− (1 − 𝜍)𝑙𝑛 𝑦�(𝑡�)] ...(3.68)

Dimana λ = (1 − α)(n + t + δ), 𝜍 = 𝑒��𝑑𝑎𝑛 𝜏 = (𝑡− 𝑡).

Persamaan (3.46) mewakili proses partial adjustment dimana nilai target optimal variabel dependen ditentukan oleh variabel independen periode saat ini. Jika output dihitung dalam per efektif unit, persamaan tersebut dapat ditulis:

ln 𝑦�(𝑡) = ln(�(�)�(�)�(�) ) = ln(�(�)��(�)���(�)) atau

ln y(t) = ln[�(�)�(�)] − 𝑙𝑛𝐴(0) − 𝑔𝑡 ...(3.69) Jika ln y(t) disubstitusikan ke dalam persamaan (3.68) dan kedua ruas dikurangkan dengan 𝑙𝑛𝑦�(𝑡) maka diperoleh:

ln y(t�) − ln y(t�) = −(1 − 𝜍) ln 𝑦(𝑡�) + (1 − 𝜍) ln 𝐴(0) + 𝑔(𝑡�− 𝜍𝑡�) +

(1 − 𝜍)1 − 𝛼 ln(𝑠) −𝛼 (1 − 𝜍) ln1 − 𝛼 (𝑛 + 𝑔 + 𝛿)𝛼 ...(3.70) Dimana 𝑦(𝑡) =�(�)

�(�) sama dengan output perkapita dan z sebagai log output

perkapita pada steady state.

Misalkan β = – (1 – ς) sebagai parameter pendapatan pada t1, maka

kecepatan konvergensi dapat ditulis: 𝜆 =�� (���)

� ...(3.71)

Persamaan (3.70) dapat ditulis sebagai model autoregressive dari model pertumbuhan menjadi:

ln y(t�) = 𝜍 ln 𝑦(𝑡�) + (1 − 𝜍) ln 𝐴(0) + 𝑔(𝑡�− 𝜍𝑡�) + (1 − 𝜍)1 − 𝛼 ln(𝑠)𝛼

− (1 − 𝜍) ln���� (𝑛 + 𝑔 + 𝛿) ...(3.72) Atau dalam literatur data panel ditulis:

(17)

ln 𝑦�� = 𝛾 ln 𝑦�,���+ 𝛽�ln 𝑠�,���+ 𝛽�ln(𝑛 + 𝑔 + 𝛿)�,�+ 𝜂�+ 𝜐�,� ...(3.73) Dimana 𝑥�� = (ln(𝑠��), ln(𝑛�� + 𝑔 + 𝛿), 𝜃 = ((1 − 𝜍) � ���, −(1 − 𝜍) � ���) dan 𝛾 = 1 + 𝛽 = 𝜍.

Persamaan akhir untuk (3.73) merupakan model yang digunakan dalam literatur tentang konvergensi pendapatan yang dilakukan oleh Firdaus (2006), ditulis sebagai berikut:

∆z��= (1 − 𝛼) ∆ 𝑧�,���+ 𝛽′ ∆ 𝑥��+ 𝐷�+ ∆𝑢 ...(3.74)

Dengan i = 1, 2,…, N dan t = 1, 2,…,T.

Penelitian ini membandingkan dua model yang masing-masing variabel independennya sama, sedangkan variabel dependennya berbeda untuk melihat konvergensi dari pendekatan pendapatan wilayah dan pengeluaran rumah tangga. Model penelitian tersebut adalah:

ln 𝑦�� = (1 − 𝛼) ln 𝑦�,���+ 𝛽�ln 𝑖𝑛𝑣�� + 𝛽�ln 𝑙𝑎𝑏𝑜𝑢𝑟��+ 𝜐�� ...(3.75)

Dimana yit dalam masing-masing model adalah variabel dependen yaitu:

(i) PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 untuk melihat pendapatan wilayah setelah meniadakan unsur inflasi.

(ii) Pengeluaran rumah tangga per kapita yang telah dideflasi menggunakan harga tahun 2000, yang merupakan proksi untuk melihat pendapatan rumah tangga.

Proses konvergensi terjadi apabila koefisien dari (1 – α) kurang dari satu, dengan tingkat konvergensi dinyatakan sebagai – ln (α).

Adanya lag variabel dependen (𝑦�,���) pada ruas kanan menunjukkan bahwa model yang digunakan adalah model dinamis. Tambahan variabel instrumen yang dipilih selain yang dilakukan program Stata v.10 juga menggunakan data kabupaten/kota, yaitu pajak, investasi, pendidikan tenaga kerja dan share sektor pertanian. Variabel independen yang diteliti adalah investasi dan tenaga kerja. Variabel investasi merupakan gabungan investasi yang dilakukan pemerintah kabupaten/kota untuk pembangunan dan investasi rumah tangga untuk perumahan yang diagregatkan untuk wilayah kabupaten/kota. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan cross section sebanyak 105 kabupaten/kota di Pulau Jawa, dengan menggabungkan daerah-daerah yang dimekarkan setelah tahun 2001 agar dapat dilakukan analisis balance panel. Kabupaten/kota di DKI Jakarta tidak

(18)

dapat dimasukkan dalam analisis karena bukan merupakan daerah otonomi. Keuangan daerah bahkan sampai pada tingkat kabupaten/kota di DKI Jakarta ditentukan oleh pemerintah pusat.

3.3.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Ketimpangan Wilayah

Permasalahan ketiga penelitian ini dijawab menggunakan dua model dengan variabel independen yang sama namun variabel dependennya berbeda, dilihat dari dua pendekatan yaitu pendekatan pendapatan regional dan pengeluaran rumah tangga. Model penelitian dinyatakan dengan:

ln 𝑦�� = 𝛾 + 𝜃�ln 𝑔𝑜𝑣𝑒𝑥𝑝��+ 𝜃�ln 𝑎𝑔𝑟𝑖�� + 𝜃�ln 𝑚𝑎𝑛𝑢�� + 𝜃�ln 𝑒𝑑𝑢��+

𝜃�ln 𝑝𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠�� + 𝜃�ln 𝑒𝑙𝑒𝑐𝑡𝑟𝑖𝑐��+ 𝜃�ln 𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟��+ 𝜃�ln 𝑟𝑜𝑎𝑑�� + 𝑣�� (3.76)

Dimana:

y : koefisien variasi Williamson, yang dihitung dengan menggunakan dua pendekatan:

(i) cvpdrb : PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 (ii) cvcons : pengeluaran rumah tangga yang telah dideflasi

menggunakan harga tahun 2000

govexp : pengeluaran rutin pemerintah

agri : share pertanian terhadap PDRB atas dasar harga konstan 2000

manu : share manufaktur terhadap PDRB atas dasar harga konstan 2000

edu : share jumlah tenaga kerja yang berpendidikan SMA ke atas terhadap jumlah tenaga kerja

puskes : jumlah puskesmas

electric : jumlah energi listrik yang terjual kepada konsumen

water : volume air bersih PDAM yang disalurkan kepada konsumen

road : panjang jalan yang kondisinya baik dan sedang, baik jalan

negara, jalan provinsi, maupun jalan kabupaten/kota yang berada di masing-masing provinsi

i : provinsi di Pulau Jawa (kecuali DKI Jakarta)

(19)

3.4. Prosedur Analisis

Parameter model pada persamaan (3.76) akan diestimasi dengan menggunakan data panel statis. Pemilihan model yang terbaik dilakukan dengan uji Hausman. Ide dasar uji Hausman adalah pengomparasi dua penduga, yaitu penduga FEM dan REM. Hipotesis nol menyatakan bahwa Xit dan αi tidak berkorelasi dan hipotesis alternatif menyatakan yang sebaliknya (berkorelasi). Uji Hausman mengasumsikan bahwa 𝐸(𝑢��𝑋��) = 0 untuk setiap s dan t sedemikian sehingga penduga REM (𝛽���) akan konsisten dan efisien jika Xit dan αi tidak berkorelasi dan penduga penduga FEM (𝛽���) konsisten bagi β jika kondisi penduga REM (𝛽���) yang konsisten tidak berlaku.

Pendugaan uji Hausman dilakukan dengan pembedaan (difference) antara penduga FEM dan penduga REM yang dinyatakan sebagai vektor difference (𝛽��� − 𝛽���). Suatu kovarian bagi vektor difference tersebut diperlukan untuk mengevaluasi signifikansinya. Secara umum, hal ini memerlukan suatu estimasi kovarian antara 𝛽��� dan 𝛽���. Karena penduga bersifat efisien jika kondisinya seperti pada hipotesis nol, dapat ditunjukkan bahwa matriks kovarian bagi vektor

difference (𝛽��� − 𝛽���) adalah:

𝑉(𝛽��� − 𝛽���) = 𝑉�𝛽���� − 𝑉(𝛽���) ...(3.77) Nilai statistik uji Hausman menggunakan statistik Wald sebagai berikut:

𝜉 = (𝛽��� − 𝛽���)′�𝑉��𝛽���� − 𝑉��𝛽�������(𝛽���− 𝛽���) ...(3.78) dengan 𝑉� menyatakan penduga bagi matriks kovarian. Pada kondisi hipotesis nol, statistik 𝜉 mengikuti sebaran Chi-square (χ2) dengan derajat bebas k, dimana k merupakan jumlah parameter dalam β.

Analisis model pada persamaan (3.75) dilakukan dengan menggunakan data panel dinamis pendekatan First Difference Generalized Method of Moment (FD-GMM). Kriteria pemeriksaan model yang dilakukan adalah validitas dan konsistensi model. Uji Sargan untuk overidentifying restriction merupakan suatu pendekatan untuk mendeteksi masalah validitas instrumen. Hipotesis nol menyatakan bahwa tidak ada masalah dengan validitas instrumen (instrumen valid), artinya variabel instrumen yang digunakan tidak berkorelasi dengan error pada persamaan FD-GMM. Nilai statistik uji Sargan dihitung sebagai berikut:

(20)

𝑆 = 𝑁 ��

�∑����𝑍�′∆𝑣���� �

𝑊����∑����𝑍�′∆𝑣���� ...(3.79)

Pada kondisi hipotesis nol, nilai statistik tersebut mengikuti sebaran Chi-square 𝜒��, dengan q menyatakan jumlah instrumen dikurangi jumlah parameter yang

digunakan dalam model.

Uji autokorelasi untuk melihat konsistensi hasil estimasi yang dihasilkan FD-GMM dilakukan dengan statistik Arellano-Bond (AB) m1 dan m2. Model yang

konsisten ditunjukkan dengan p-value m1 yang signifikan dan p-value m2 yang

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan proyek akhir Otomatisasi Sistem Pengolahan Air Laut Menjadi Air Tawar dengan Prinsip Reverse Osmosis Berbasis Mikrokontroler, selain sebagai.. persyaratan

1.4. Mempraktikan keterampilan bermain salah satu permainan olahraga bela diri secara berpasangan dengan peraturan yang sebenarnya serta nilai kerja sama, kejujuran,

Berfungsi mengatur dan mengendalikan kegiatan bagian pelayanan keperawatan sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit Roemani menuju terwujudnya pelayanan keperawatan yang prima.

Publikasi Statistik Daerah Kecamatan Mattiro Sompe 2016 ini merupakan publikasi yang tergolong baru, berfungsi untuk melengkapi publikasi-publikasi statistik yang sudah

Berbeda halnya ketika pembeli itu datang lebih dahulu dari pada pembeli, mengenai maksudnya yaitu membeli, maka ketika seorang makelar mempertemukan keduanya

Penelitian bertujuan untuk menentukan takaran kebutuhan hara nitrogen (N) pada jagung hibrida berdasarkan nilai skala Bagan Warna Daun (BWD) pada pertumbuhan fase V9 atau

Menurut Scott (2009) alasan apapun yang dapat digunakan manajer dalam memilih suatu kebijakan akuntansi dari sekumpulan akuntansi agar dapat meraih tujuannya

dirumuskan oleh undang-undang sebagai alat pembayaran yang sah. Berdasarkan fungsinya dalam kegiatan sehari-hari, uang adalah suatu benda yang dapat digunakan sebagai alat