• Tidak ada hasil yang ditemukan

GANANG ARYTRA DWIROSYADHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GANANG ARYTRA DWIROSYADHA"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FINANSIAL PENGGUNAAN LAMPU PETROMAK

SEBAGAI PEMANAS PADA BUDIDAYA PEMBENIHAN

IKAN PATIN NUSA HIAS FARM DI DESA CIBITUNG

TENGAH KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

GANANG ARYTRA DWIROSYADHA

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL PENGGUNAAN LAMPU PETROMAK

SEBAGAI PEMANAS PADA BUDIDAYA PEMBENIHAN

IKAN PATIN NUSA HIAS FARM DI DESA CIBITUNG

TENGAH KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

JAWA BARAT

GANANG ARYTRA DWIROSYADHA

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

ANALISIS FINANSIAL PENGGUNAAN LAMPU PETROMAK

SEBAGAI PEMANAS PADA BUDIDAYA PEMBENIHAN

IKAN PATIN NUSA HIAS FARM DI DESA CIBITUNG

TENGAH KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

(2)

ANALISIS FINANSIAL PENGGUNAAN LAMPU PETROMAK

SEBAGAI PEMANAS PADA BUDIDAYA PEMBENIHAN

IKAN PATIN NUSA HIAS FARM DI DESA CIBITUNG

TENGAH KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

GANANG ARYTRA DWIROSYADHA

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL PENGGUNAAN LAMPU PETROMAK

SEBAGAI PEMANAS PADA BUDIDAYA PEMBENIHAN

IKAN PATIN NUSA HIAS FARM DI DESA CIBITUNG

H KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

JAWA BARAT

GANANG ARYTRA DWIROSYADHA

SKRIPSI

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

ANALISIS FINANSIAL PENGGUNAAN LAMPU PETROMAK

SEBAGAI PEMANAS PADA BUDIDAYA PEMBENIHAN

IKAN PATIN NUSA HIAS FARM DI DESA CIBITUNG

H KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

Analisis Finansial Penggunaan Lampu Petromak Sebagai Pemanas pada Budidaya Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm di Desa Cibitung Tengah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan mau pun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, Agustus 2008

Ganang Arytra D. C 44104071

(4)

ABSTRAK

GANANG ARYTRA DWIROSYADHA. Analisis Finansial Penggunaan Lampu Petromak Sebagai Pemanas pada Budidaya Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm di Desa Cibitung Tengah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dibimbing oleh IIS DIATIN

Nusa Hias Farm Merupakan salah satu tempat usaha yang memfokuskan diri pada pembenihan Ikan Patin. Nusa Hias Farm sedang menghadapi masalah yaitu kenaikan harga minyak tanah yang digunakan sebagai bahan bakar pemanas ruangan. Oleh karena itu akan diterapkan teknologi pengganti yang lebih efisien dalam penggunaan minyak tanah yaitu

menggunakan lampu petromak. Dalam penelitian ini akan dianalisis penggunaan petromak dilihat dari kelayakan finansial dan kriteria investasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha dalam penggunaan petromak sebagai pemanas dalam usaha pembenihan ikan patin Nusa Hias Farm. Metode yang digunakan adalah analisis usaha dan analisis kriteria investasi dan data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder.

Hasil analisis usaha pembenihan ikan patin Nusa Hias Farm setelah menggunakan petromak sebagai alat pemanas ruangan pembenihan adalah sebagai berikut, nilai R/C diperoleh sebesar 1,97, payback period sebesar 1,73. Total biaya, penerimaan dan keuntungan yang diperoleh apabila dilakukan penggantian alat pemanas pada usaha Nusa Hias Farm, yaitu sebesar Rp 60.556.455,56 , penerimaan yang diperoleh tetap dan besarnya keuntungan yang diperoleh meningkat menjadi Rp 171.998.725,53. NPV pada usaha pembenihan ikan patin Nusa Hias Farm adalah sebesar Rp695.550.355,5. Nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 27,69% . Nilai IRR 457,26%. Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm dengan menggunakan pemanas petromak akan menjadi tidak layak jika terjadi kenaikan harga minyak tanah sebesar 1.161,87%, kenaikan harga pakan sebesar 1.228,65% dan penurunan harga benih sebesar 98,57%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggantian teknologi pemanas menjadi petromak layak untuk dilakukan karena dapat menekan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan.

(5)

© Hak cipta milik Ganang Arytra Dwirosyadha, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi,

(6)

ANALISIS FINANSIAL PENGGUNAAN LAMPU PETROMAK

SEBAGAI PEMANAS PADA BUDIDAYA PEMBENIHAN

IKAN PATIN NUSA HIAS FARM

DI DESA CIBITUNG TENGAH KECAMATAN CIAMPEA,

KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

sebagai salah satu syarat untuk

pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

GANANG ARYTRA DWIROSYADHA

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL PENGGUNAAN LAMPU PETROMAK

SEBAGAI PEMANAS PADA BUDIDAYA PEMBENIHAN

IKAN PATIN NUSA HIAS FARM

DI DESA CIBITUNG TENGAH KECAMATAN CIAMPEA,

KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

GANANG ARYTRA DWIROSYADHA C44104071

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

ANALISIS FINANSIAL PENGGUNAAN LAMPU PETROMAK

SEBAGAI PEMANAS PADA BUDIDAYA PEMBENIHAN

DI DESA CIBITUNG TENGAH KECAMATAN CIAMPEA,

memperoleh gelar Sarjana Perikanan

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ganang Arytra Dwirosyadha. Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 2 Maret1987 dari pasangan Bapak Drs.Heru Basuki,SE dan Ibu Tutik Wargiyati,S.Pd. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dengan kakak yang bernama Ranie Meidya Primastuti, S.S.

Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis adalah SMU Negeri 1 Depok dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi HIMASEPA (tahun 2006).

Penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Finansial Penggunaan Lampu Petromak Sebagai Pemanas pada Budidaya Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm di Desa Cibitung Tengah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis dibimbing oleh Ibu Ir.Iis Diatin, MM

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Analisis Finansial Penggunaan Lampu Petromak

Sebagai Pemanas pada Budidaya Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm di Desa Cibitung Tengah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam melaksanakan skripsi pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan segala kemampuan yang ada. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1) Ir. Iis Diatin, MM. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu guna

membimbing dan mengarahkan penulis sehingga mampu menyelesaikan penulisan usulan skripsi ini.

2) Bapak Hendi Wiryawan selaku pemilik usaha budidaya yang telah

mengizinkan penulis untuk melakukan skripsi dan segenap karyawan yang senantiasa membantu penulis.

3) Ayahanda (Heru Basuki, SE) dan Ibunda (Tutik Wargiyati, S.Pd) serta kakak tersayang (Ranie Meidya Primastuti, S.S) yang selalu memberikan doa, dukungan moril dan semangat untuk menyelesaikan usulan skripsi ini. 4) Teman seperjuangan SEI’41 ( Reza, Ika, Wulan, Reni Mamih, Pipit,Resti,

Bironk, BenQ, Adit, Ucok, Dee2, Nenk Anie, Nci, Sirkis, Eko dll)

Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk penyempurnaan tulisan ini selanjutnya. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2008

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... ... . 4

1.3 Tujuan dan Kegunaan ... 6

II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Klasifikasi Ikan Patin ... 7

2.2 Teknik Pembenihan Ikan ... 7

2.3 Teknik Pembenihan Ikan Patin ... 9

2.4 Usaha Perikanan sebagai Usaha Tani ... 11

2.5 Analisis Finansial ... 11

2.5.1 Analisis Usaha ... 12

2.5.2 Analisis Kelayakan Usaha ... 12

2.5.3 Analisis Sensitivitas ... 13

III KERANGKA PENDEKATAN STUDI ... 15

IV METODOLOGI ... 17

4.1 Metode Penelitian ... 17

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 17

4.3 Metode Analisis Data ... 18

4.3.1 Analisis Pendapatan ... 18

4.3.2 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya ... 18

4.3.3 Analisis Waktu Pengembalian Modal ... 19

4.3.4 Analisis Return of Investment ... 19

4.3.5 Analisis Kelayakan Usaha ... 19

4.3.6 Sensitivitas ... 21

4.4 Konsep dan Pengukuran ... 22

4.5 Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

5.1 Gambaran Umum Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm ... 24

5.1.1 Sejarah Pembentukan dan Perkembangan ... 24

(10)

Halaman

5.1.3 Sumberdaya Manusia ... 26

5.1.4 Permodalan ... 27

5.1.5 Pemasaran ... 27

5.2 Unit Pembenihan Ikan Patin di Nusa Hias Farm ... 28

5.2.1 Penentuan Lokasi ... 28

5.2.2 Sumber Air ... 30

5.3 Teknis Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm ... 31

5.3.1 Pemeliharaan Induk ... 31

5.3.2 Pemijahan ... 33

5.3.3 Pemeliharaan Larva dan Benih ... 35

5.3.4 Pemanenan ... 37 5.4 Pola Tanam ... 38 5.5 Analisis Usaha ... 38 5.5.1 Investasi ... 38 5.5.2 Biaya Produksi ... 39 5.5.3 Penerimaan Usaha ... 40 5.5.4 Analisis Keuntungan ... 40

5.5.5 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R-C Ratio) ... 43

5.5.6 Analisis Waktu Pengembalian Modal ... 43

5.5.7 Analisis Kelayakan Finansial ... 44

5.6 Pengembangan ... 44

5.6.1 Investasi ... 45

5.6.2 Perkiraan Biaya Produksi ... 45

5.6.3 Perkiraan Penerimaan ... 46

5.6.4 Cash Flow ... 47

5.6.5 Analisis Kriteria Investasi ... 48

5.6.6 Analisis Sensitivitas ... 49

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

6.1 Kesimpulan ... 52

6.2 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perkembangan Produksi Ikan Konsumsi di Kabupaten Bogor Tahun

2006-2007... 2

2. Rincian Besarnya Kompensasi Tenaga Kerja di Nusa Hias Farm Tahun

2008... 26

3. Perbandingan Penggunaan Minyak Tanah antara Kompor Minyak dan

Petromak sebagai Alat Pemanas pada Usaha Pembenihan Ikan Patin... 37

4. Komponen Investasi dalam Usaha Pembenihan Ikan Patin, Kecamatan

Ciampea Tahun 2008... 41

5. Biaya Tetap Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm di

kecamatan Ciampea Tahun 2008………... 42

6. Biaya variabel Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm di

Kecamatan Ciampea Tahun 2008………... 42

7. Penerimaan Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm 2008... 43

8. Biaya Total, Penerimaan Total, Keuntungan, R-C Ratio, Biaya Investasi

dan Payback Period Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm di

Kecamatan Ciampea Tahun 2008………... 44

9. Perkiraan Penerimaan usaha pembenihan ikan patin Nusa Hias Farm

2008……… 46

10. Biaya Total, Penerimaan Total, Keuntungan, R-C Ratio, Biaya Investasi dan Payback Period Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm di Kecamatan Ciampea Tahun 2008 dengan Penggunaan Petromak sebagai

Pemanas………. 47

11. Hasil Analisis Finansial Penggunaan Petromak sebagai Pemanas pada

Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm... 49

12. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Setelah Terjadi Kenaikan Harga

Pakan Sebesar 1228,65%... 50

13. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Setelah Terjadi Kenaikan Harga

Minyak Tanah Sebesar 1161,87%... 51

14. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi Setelah Terjadi penurunan harga benih sebesar 98,57%... 52

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka Pendekatan Studi... 16

2. Struktur Organisasi Usaha Pembenihan Nusa Hias Farm... 25

3. Saluran Pemasaran Benih Ikan Patin Nusa Hias Farm di Kecamatan

Ciampea……... 28

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Denah Wilayah Desa Cibitung Tengah kecamatan Ciampea... 55

2. Dokumentasi... 56

3. Biaya Investasi, Umur Teknis, Penyusutan, nilai sisa dan Biaya Pemeliharaan pada Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm

2008……… 57

4. Biaya Tetap pada Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm 2008.. 58

5. Biaya Variabel pada Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm

2008……… 59

6. Penerimaan Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm 2008……… 61

7. Hasil Perhitungan Analisis Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias

Farm dengan Penggantian Teknologi Pemanas di Desa Cibitung Tengah

Tahun 2008……… 63

8. Cash Flow pada Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm Penggantian Teknologi Pemanas Menjadi Petromak di Desa Cibitung

Tengah, Kecamatan Ciampea………. 65

9. Cash Flow pada Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm apabila terjadi Penurunan Harga Output di Desa Cibitung Tengah, Kecamatan

Ciampea……….. 67

10 Cash Flow pada Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm apabila terjadi Kenaikan Harga Pakan di Desa Cibitung Tengah, Kecamatan

Ciampea……….. 69

11 Cash Flow pada Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm apabila terjadi Kenaikan Harga Minyak Tanah di Desa Cibitung Tengah,

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.508 buah dan memiliki panjang garis pantai 81.000 kilometer. Luas wilayah Indonesia, termasuk zona ekonomi eksklusif adalah 5,8 kilometer persegi

(http://www.pesisir.or.id/ pesisir.html), sehingga potensi inilah yang membuat sektor perikanan saat ini mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Potensi sumberdaya perikanan Indonesia yang melimpah,baik potensi sumberdaya perikanan tangkap maupun budidaya merupakan salah satu aset nasional yang harus dikelola dengan baik. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi diharapkan mampu mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan, terutama perikanan budidaya sehingga mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas produk perikanan sebagai penghasil devisa negara.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan budidaya telah banyak dikembangkan di dunia khususnya di Indonesia dan diharapkan dapat menjadi salah satu andalan utama dalam menghasilkan ikan. Saat ini produksi perikanan Indonesia baru mencapai 6 juta ton, namun hanya 1,4 juta ton yang berasal dari budidaya perikanan. Hal tersebut tidak seimbang dengan fakta bahwa potensi budidaya perikanan lebih besar dibandingkan dengan perikanan tangkap, yaitu mencapai 57 juta ton. Sementara potensi perikanan tangkap hanya mencapai 6,5 juta ton. Hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi pengembangan budidaya ikan, khususnya budidaya ikan air tawar.(http://hayati-ipb.com/users).

Keberhasilan usaha perikanan terutama ikan konsumsi sangat didukung oleh ketersediaan benih. Ketersediaan benih yang memadai baik dari segi kualitas, kuantitas dan waktu sangat diperlukan agar kelangsungan budidaya ikan tetap terjaga sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumsi ikan masyarakat. Peningkatan konsumsi ikan tidak dapat dipenuhi dari hasil penangkapan saja, melainkan dari hasil budidaya juga, oleh karena itu ikan air tawar semakin dibutuhkan dan pasokan benih untuk ikan konsumsi semakin meningkat seperti produksi benih di Kabupaten Bogor, setiap tahunnya mengalami peningkatan. Perkembangan produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada

(15)

Tabel 1. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa perkembangan produksi benih ikan patin di Kabupaten Bogor paling pesat dibandingkan dengan komoditas lain. Hal ini disebabkan karena pemerintah sedang menggalakkan program Gerakan Serentak (Gertak) untuk meningkatkan produksi ikan patin di Indonesia.

Ikan Patin merupakan salah satu ikan yang dibudidayakan, baik

pembenihannya maupun pembesarannya karena ikan Patin merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi untuk dijual di dalam maupun luar negeri. Keunggulan Ikan Patin dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya diantaranya tidak memiliki sisik dan duri, sehingga mudah

dikonsumsi, daging putih, respon terhadap pakan buatan tinggi, benih tidak kanibal dan pada tingkat benih, Ikan Patin dapat dimanfaatkan sebagai ikan hias, namun pada ukuran besar sebagai ikan konsumsi (Susanto dan Amri 1999).

Tabel 1. Perkembangan Produksi Benih Ikan di Kabupaten Bogor Tahun 2006-2007

No. Jenis Ikan

Produksi (ekor) Laju

Perkembangan (%) 2006 2007 1 Mas 9.924 8.631 -13,03 2 Nila 3.328 4.418 32,77 3 Nilem 15 13 -8,67 4 Mujair 32 24 -24,06 5 Gurame 1.424 1.719 20,72 6 Tawes 355 430 21,09 7 Patin 724 1.020 40,88 8 Lele 6.487 6.373 -1,75 9 Sepat Siam 12 12 0,83 10 Tambakan 173 173 0,00 11 Bawal 630 849 34,83 12 Lain-lain 36 37 3,73 Jumlah 3.141 23.703 2,43 Sumber : www.bogorkab.go.id

Usaha Ikan Patin banyak berkembang di daerah Bogor dan sekitarnya terutama usaha pembenihannya. Perkembangan usaha budidaya Ikan Patin ini tidak terlepas dari besarnya permintaan terhadap Ikan Patin terutama di Sumatera dan Kalimantan. Salah satu tempat usaha pembenihan Ikan Patin di Bogor dan sampai tetap bertahan dan mengalami perkembangan yaitu Usaha Pembenihan

(16)

Ikan Patin di Nusa Hias Farm. Nusa Hias Farm sebagai produsen penghasil benih Ikan Patin melakukan kegiatan budidaya pembenihan Ikan Patin. Tujuan jangka pendek usaha pembenihan Nusa Hias Farm adalah untuk memperoleh keuntungan yang maksimal, sedangkan tujuan jangka panjang adalah mempertahankan keberlangsungan hidup perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut Nusa Hias Farm perlu mengelola usahanya dengan baik sehingga produksi tetap berlanjut.

Keberlangsungan perusahaan untuk bertahan pada masa yang akan datang dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya input dan output. Perubahan input dan output, baik dari segi harga, kualitas dan kuantitas akan berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan perusahaan.

1.2 Perumusan Masalah

Nusa Hias Farm merupakan tempat usaha pembenihan yang bergerak dalam Usaha Pembenihan Ikan Patin. Nusa Hias Farm termasuk salah satu usaha pembenihan Ikan Patin yang pengelolaannya tradisional, hal ini dapat dilihat dari cara penanganan benih yang masih tergolong sederhana dan tanpa menggunakan alat-alat canggih. Teknologi yang digunakan antara lain masih menggunakan sistem pemanas ruangan menggunakan kompor minyak tanah tradisional, sistem sirkulasi air yang sederhana, tempat yang digunakan untuk kegiatan

pembenihanpun tidak terlalu besar namun mampu menampung akuarium pembenihan dalam jumlah yang cukup banyak. Karyawan yang dipekerjakan dalam usaha pembenihan ini pun tidak banyak, hanya beberapa orang yang memang ditugaskan untuk terus memantau perkembangan benih. Usaha pembenihan Ikan Patin di Nusa Hias Farm ini masih dapat berkembang.

Tempat usaha ini ingin meningkatkan kualitas dan kuantitas output dari tahun ke tahun. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal ini adalah dengan mengganti teknologi yang ada dengan teknologi yang lebih efisien, salah satunya adalah teknologi pemanas ruangan. Pemanas ruangan sangat berpengaruh dalam jalannya usaha pembenihan Ikan Patin ini. Hal ini disebabkan karena suhu merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam kesuksesan

pembenihan ikan. Jika suhu berubah dan tidak sesuai dengan suhu optimal, maka benih ikan terancam mati dalam jumlah yang sangat besar. Oleh karena itu, dalam

(17)

usaha pembenihan Ikan Patin ini, kewaspadaan dalam menjaga suhu sangat penting, terutama pada malam hari dimana suhu dapat menjadi sangat rendah dan itu dapat mengancam kehidupan benih Ikan Patin yang dibudidaya.

Dalam usaha pembenihan ikan patin ini, kompor minyak digunakan dalam proses pembenihan yang berfungsi sebagai pemanas ruangan sehingga ruangan tempat pembenihan terjaga dalam suhu optimal. Melihat keadaan dimana harga bahan bakar yang dalam hal ini minyak tanah yang digunakan untuk pemanas ruangan yang berupa kompor minyak akan segera naik dan subsidinya ditarik oleh pemerintah. Harga bahan bakar yaitu minyak tanah yang semakin meningkat yang pada Agustus 2008 ini mencapai Rp7.000,00 per liter. Menurut Dirjen Migas departemen Energi dan Sumber Daya dan Mineral, harga minyak tanah non-subsidi setelah termasuk PPN, PPh dan biaya transportasi akan lebih tinggi lagi yaitu bisa menembus angka Rp10.000,00 per liter (Suara Karya, 23 April 2008). Pemerintah berencana untuk menarik subsidi minyak tanah secara bertahap pada tahun ini sehingga pada akhir tahun jumlah subsidi tidak akan melampaui jumlah 37,04 juta kiloliter sementara di jabodetabek tidak melampaui 15 juta kiloliter (Ka.Bappenas pada Suara Karya 23 April 2008). Kenaikan harga minyak tanah dapat mempengaruhi pengeluaran dan biaya yang dibutuhkan dalam proses pembenihan Ikan Patin ini. Dengan begitu dapat dipastikan biaya yang dibutuhkan dalam usaha pembenihan Ikan Patin ini akan melonjak. Oleh karena itu, Usaha Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm berencana untuk mencari alternatif untuk menekan biaya.

Salah satu solusi dalam upaya menekan biaya produksi yang melonjak karena harga minyak tanah yang tinggi adalah dengan mengganti sistem pemanas ruangan pembenihan yang menggunakan kompor minyak tanah dengan

menggunakan lampu tekan petromak. BPPT pada tahun 2006 lalu telah melakukan riset terhadap penggunaan minyak tanah dengan menggunakan petromak sebagai objek riset, tujuan riset tersebut adalah untuk mencari alternatif penggunaan bahan bakar yang lebih hemat dan efisien. Dalam risetnya, BPPT menemukan bahwa campuran bahan bakar yaitu minyak tanah dan minyak jelantah dapat memperlama nyala lampu petromak dan dengan konsumsi minyak tanah yang lebih sedikit. Petromak memiliki beberapa kelebihan yaitu konsumsi

(18)

bahan bakar minyak tanah yang lebih sedikit, daya tahan yang lebih lama, perawatan yang lebih mudah dan penggunaan bahan bakar yang dapat dikombinasikan dengan minyak jelantah ataupun minyak sawit yang dapat

mengurangi biaya pembelian minyak tanah. Lampu tekan petromak juga memiliki kekurangan yaitu harganya yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kompor minyak tanah.

Setiap kegiatan usaha, berusaha untuk mencapai keuntungan yang optimal sebagaimana yang dilakukan usaha pembenihan Nusa Hias Farm. Usaha

pembenihan ini berusaha mengembangkan usaha pembenihan Ikan Patin dengan berencana mengembangkan teknologi sistem pemanas dari menggunakan kompor minyak tanah menjadi menggunakan lampu petromak.

Oleh karena itu kegiatan usaha pembenihan yang dilakukan Nusa Hias Farm perlu dianalisis kelayakan usahanya agar dapat diketahui kelanjutan usaha pada masa yang akan datang dan alternatif pengembangannya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan antara lain :

1. Bagaimana kelayakan usaha dalam penggunaan lampu petromak sebagai alat

pemanas dalam usaha pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm?

2. Bagaimana sensitivitas penggunaan lampu petromak dan minyak tanah dalam

usaha pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm?

1.3 Tujuan dan Kegunaaan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis usaha penggunaan lampu petromak sebagai alat pemanas dalam

usaha pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm

2. Mengetahui sensitivitas penggunaan lampu petromak dan minyak tanah

dalam usaha pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm?

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis, untuk melatih kemampuan dan daya analisis penulis dalam memecahkan permasalahan yang ada di bidang perikanan khususnya usaha Ikan Patin dan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada program studi Manajemen Bisnis Perikanan dan Ekonomi

(19)

Perikanan-Kelautan, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2. Bagi Mahasiswa lainnya, semoga dapat dijadikan alternatif referensi untuk penelitian selanjutnya yang ada hubungannya dengan permasalahan tersebut. 3. Bagi perusahaan, sebagai alternatif bahan masukan dalam menentukan

langkah-langkah yang perlu diambil untuk pengembangan usaha di masa yang akan datang.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Patin

Ada tiga jenis ikan patin yang dibudidayakan di Indonesia yaitu Patin Jambal, Patin Siam dan Patin Pasupati. Ketiganya memiliki kelebihan masing-masing.

Spesies pertama yaitu Patin Jambal (Pangasius djambal), ciri-cirinya adalah daging berwarna putih, fekunditas rendah, bobot badan besar dan pertumbuhannya cepat. Spesies patin kedua adalah patin pasupati yaitu merupakan perkawinan antara patin jambal dengan patin siam. Ciri-cirinya yaitu, warna daging putih, fekunditas tinggi, pertumbuhan cepat, bobot badan besar.

Spesies ketiga yaitu spesies patin yang dibudidaya di usaha pembenihan ikan patin Nusa Hias Farm adalah patin siam, patin siam memiliki ciri-ciri yaitu fekunditas tinggi, daging berwarna agak kemerahan dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap keadaan perairan. Klasifikasi ikan patin siam (Pangasius sutchi) menurut Khairuman dan Sudenda (2002):

Phylum : Chordata Kelas : Pisces

Ordo : Ostariphysi

Sub Ordo : Siluroidea

Family : Pangasidae Genus : Pangasius

Species : Pangasius sutchi

2.2 Teknik Pembenihan Ikan

Pembenihan ikan merupakan salah satu tahap dalam usaha budidaya ikan. Pembenihan ikan dilakukan dalam upaya mendapatkan calon benih untuk

kemudian dilakukan pembesaran. Kegiatan pembenihan ikan merupakan upaya untuk menghasilkan benih ikan pada ukuran tertentu.

Kegiatan usaha budidaya ikan, dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap pembenihan dan tahap pembesaran. Tahap pembenihan ini biasanya dimulai dengan pengadaan benih, sehingga diperolehnya benih dengan umur tertentu,

(21)

sedangkan tahap pembesaran merupakan kelanjutan dari pembenihan, benih yang dibeli kemudian dibesarkan, sehingga mencapai ukuran atau umur konsumsi (Hernowo 2005).

1) Pembenihan

Usaha pembenihan atau pemijahan merupakan usaha memijahkan induk sampai dengan dihasilkan benih. Lama waktu pemijahan sampai dengan dihasilkan benih yang siap dijual cukup bervariasi, tergantung dari calon induk yang dibeli dan jenis ikan.

2) Pembesaran

Pembesaran adalah suatu usaha pemeliharaan ikan yang dimulai dari ikan lepas dederan dan berakhir sampai dengan mencapai ukuran konsumsi atau ukuran pasar. Ikan yang ditebar pada awal usaha pembesaran bervariasi menurut jenis ikan dan metode pembesarannya (Zulkifli J 2002). Kegiatan produksi pembesaran meliputi persiapan wadah, penebaran benih, pemberian pakan, pengelolaan air, pemberantasan hama dan penyakit, dan pemanenan (Effendi I 2004) :

a) Persiapan wadah

Persiapan wadah bertujuan untuk menyiapkan wadah pemeliharaan, untuk mendapatkan lingkungan yang optimal, sehingga dapat hidup dan tumbuh maksimal. Wadah tersebut dapat berupa kolam, bak semen, akuarium, atau fiberglas. Dibandingkan dengan bak atau kolam, pemeliharaan ikan di

akuarium paling baik karena ikan dan kualitas air dapat dikontrol secara teliti. Ukuran akuarium sangat bervariasi. Ukuran yang umum dipakai adalah 100 cm 40 cm 40 cm 40cm atau 90 cm 40 cm 35 cm. Penempatannya dapat

disusun menjadi 2-3 tingkat. Penyusunan akuarium ini dilakukan pada rak besi atau kayu. Agar tidak mudah pecah, alas akuarium diberi styrofoam atau gabus putih.

b) Penebaran benih

Penebaran benih bertujuan untuk menempatkan ikan dalam wadah kultur dengan padat petebaran tertentu. Padat penebaran benih adalah jumlah (biomasa) benih yang ditebarkan per satuan luas atau volume.

(22)

c) Pemberian pakan

Pakan merupakan faktor penting dalam usaha pembesaran ikan. Dalam usaha pembesaran, ikan diharuskan tumbuh sehingga bisa mencapai ukuran pasar. Jenis pakan yang dapat diberikan pada ikan konsumsi, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami berupa cacing sutera, sedangkan pakan buatan biasanya berupa pelet (Lesmana DS dan I Darmawan 2001).

d) Pemberantasan hama dan penyakit

Hama merupakan organisme yang keberadaanya di dalam wadah produksi tidak dikehendaki karena bersifat kompetitor atau predator terhadap ikan kultur, sedangkan penyakit pada ikan disebabkan oleh serangan

mikroorganisme seperti bakteri, cendawan, dan virus (Effendi I 2004). Selain itu pada pembudidayaan ikan ada beberapa faktor lingkungan yang

menyebabkan ikan sakit, diantaranya kekurangan oksigen, karbondioksida, suhu tinggi dan suhu rendah, ammonia, nitrit, dan pH

( Lesmana DS dan I Darmawan 2001). e) Pengelolaan air

Pengelolaan air dalam kegiatan pembesaran bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang optimal bagi ikan kultur agar tetap bisa hidup dan tumbuh maksimal. Prinsip dalam pengelolaan air adalah memasukkan bahan yang bermafaat (terutama O2)dan mengatur kebutuhan ke dalam sistem produksi

dan membuang bahan yang tidak bermafaat bahkan membahayakan f) Pemanenan

Puncak usaha pemeliharaan ikan adalah saat masa panen tiba. Waktu panen yang tepat memberikan nilai tambah pada ikan yang dipanen. Ukuran ikan yang dipanen sudah tentu harus disesuaikan dengan permintaan pasar (Zulkifli J 2002).

2.3 Teknik Pembenihan Ikan Patin

Susanto dan Amri (1999) mengemukakan secara garis besar bahwa usaha pembenihan Ikan Patin meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Pemilihan calon induk siap pijah

(23)

3. Kawin suntik (induce breeding) 4. Pengurutan (striping) 5. Penetasan telur 6. Perawatan telur 7. Pemindahan larva 8. Pendederan 9. Pemanenan

Susanto dan Amri (1999) mengatakan bahwa untuk penyediaan benih ikan dapat dilakukan dengan dua cara :

1. Menangkap ikan dari perairan umum, dan

2. Memijahkan ikan peliharaan tersebut di kolam atau dengan cara pembuahan buatan (artificial fertilization).

Cara pembuahan buatan biasanya dilakukan terhadap ikan-ikan yang sulit atau belum dapat memijah di kolam, karena tidak memungkinkan dalam mengatur faktor-faktor ekologis yang cocok.

Teknik pembuahan buatan memberi kemungkinan meningkatkan produksi benih tiap induk dan mengendalikan prosesnya setiap saat yang dikehendaki. Teknik pembuahan buatan ini dilakukan dengan menyuntikan hormon ekstrak yang diperoleh dari kelenjar hipofisa ikan donor. Pembuahan telur dapat dilakukan dengan dua cara :

1. Membiarkan pembuahan terjadi dengan sendirinya dalam bak pemijahan

2. Membuahi telur-telur yang sengaja diurut keluar dari induk betina dengan sperma ikan jantan yang diurut keluar juga dari ikan jantan ke dalam piring.

Kualitas air untuk pemeliharaan Ikan Patin harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur (Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc per liter). Suhu air yang baik pada saat penetasan telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26-28 derajat celcius. Pada daerah-daerah yang suhu airnya relatif rendah diperlukan heater (pemanas) untuk mencapai suu optimal yang relatif stabil.

(24)

Kegiatan pembenihan berdasarkan Bappenas (2004) merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu. Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang umumnya adalah benih selepas masa pendederan.

2.4 Usaha Perikanan sebagai Usahatani

Kegiatan usahatani sebagai suatu aktivitas petani akan selalu terkait dengan biaya yang harus dikeluarkan dengan penerimaan yang akan diperoleh. Secara umum petani selalu mengharapkan penerimaan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usahatani.

Menurut Soekartawi et al.(1984), biaya yang harus dikeluarkan dalam usahatani meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya berubah (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah produk yang akan dihasilkan, sedangkan biaya berubah adalah biaya yang berubah apabila jumlah produksi berubah. Biaya tersebut ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi. Biaya total (total cost) produksi merupakan penjumlahan dari kedua biaya tersebut, pada usaha pembenihan Ikan Patin, biaya tetap terdiri dari pajak (PBB), penyusutan, sewa lahan, biaya perawatan dan biaya pakan induk, sedangkan biaya variabel terdiri dari obat-obatan, listrik, pakan dan lain-lain.

Ada beberapa bentuk penyajian analisis usaha yang biasa dipakai untuk mengetahui keuntungan suatu usaha. Analisis tersebut antara lain analisis pendapatan, analisis imbangan penerimaan dan biaya, analisis payback period, dan analisis break event point (Ariyoto K 1995). Analisis pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang dinyatakan dalam rupiah, sementara analisis perimbangan dan biaya adalah tingkat perbandingan antara penerimaan total dengan biayannya rata-rata per musim tanam. Payback

period adalah lamannya waktu yang diperlukan untuk menutupi investasi, sementara break event point adalah titik impas dari kegiatan usaha (Ariyoto K 1995).

2.2 Analisis Finansial

Menurut Kadariah, L Karlina dan C Gray (1978), untuk mengetahui kelayakan suatu usaha perlu dilakukan pengujian melalui analisis finansial. Selain

(25)

itu usaha agribisnis merupakan usaha yang memerlukan modal usaha yang cukup besar dengan resiko yang besar pula. Oleh karena itu diperlukan suatu analisis kelayakan usaha, yang dimaksud untuk mengevaluasi apakah usaha tersebut layak untuk diusahakan. Untuk mengevaluasi kelayakan usaha perlu diketahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Manfaat (benefit) adalah apa yang diperoleh orang atau badan swasta yang menanamkan modalnya dalam proyek. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam kelayakan suatu usaha, antara lain aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial dan aspek ekonomis. Analisis finansial dapat dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi.

2.5.1 Analisis Usaha

Ada beberapa bentuk penyajian analisis usaha yang biasa dipakai untuk mengetahui keuntungan, antara lain adalah analisis pendapatan, analisis imbangan penerimaan dan biaya. Penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga satuan, sedangkan pengeluaran dimaksudkan nilai penggunaan sarana produksi yang diperlukan atau yang dibebankan pada proses produksi yang bersangkutan (Ariyoto 1995).

Kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dapat direncanakan dan

dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-sumber tersebut sebagian atau seluruhnya dapat dianggap barang-barang konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh manfaat (Gittinger 1986).

Tujuan dari kegiatan usaha, baik pemerintah maupun swasta yaitu mencari pendapatan bersih pada umumnya dan berusaha mencari keuntungan yang

maksimal untuk investasi serta mempertahankan lajunya atau kelanggengan perusahaan (Gittinger 1986).

2.5.2 Analisis kelayakan Usaha

Menurut Kadariah et al. (1978), suatu usaha yang memerlukan modal yang besar dengan resiko yang besar diperlukan suatu analisis kelayakan usaha.

(26)

tersebut layak untuk diusahakan. Untuk mengevaluasi kelayakan usaha perlu diketahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis.

Menurut Kadariah et al. (1978), bahwa indikator yang dapat dipakai untuk membandingkan manfaat dan biaya pada usaha yaitu :

1. Nilai bersih arus sekarang atau Net Present Value (NPV) merupakan selisih

present value arus manfaat dan biaya yang didhitung berdasarkan discount

factor.

2. Tingkat hasil internal atau Internal rate of return (IRR) merupakan nilai

discount rate yang menjadi NPV suatu aktivitas investasi sama dengan nol. 3. Rasio manfaat bersih atau Net Benefit-Cost ratio (NBCR), merupakan angka

perbandingan arus benefit bersih positif terhadap benefit bersih negatif. Kegiatan usaha dikatakan layak untuk dikembangkan jika dalam perhitungannya diperoleh NPV>0, IRR>discount rate, Net B/C>1.

2.5.3 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah suatu teknik analisis untuk menguji secara sistematis apa yang terjadi pada penerimaan dan biaya usaha apabila terjadi perubahan-perubahan yang tidak terduga yang berbeda dengan perkiraan dalam perencanaan. Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengukur suatu unsur atau dengan mengkombinasikan unsur-unsur lain, kemudian menentukan pengaruh pada hasil analisis. Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat bagaimana hasil analisis suatu kegiatan ekonomi bila terrdapat kesalahan atau

perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit (Kadariah et al. 1978).

Menurut Gittinger JP(1986), analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen peningkatan atau penurunan faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam criteria investasi yaitu dari layak menjadi tak layak untuk dilaksanakan. Dengan demikian, analisis sensitivitas membantu menentukan unsur yang sangat menentukan hasil proyek, dan juga dapat membantu pengawasan yang lebih ketat untuk menjamin hasil yang diharapkan akan menguntungkan perekonomian (Kadariah, L Karlina dan C Gray 1978).

(27)

Analisis sensitivitas membantu menentukan unsur yang sangat

menentukan hasil kegiatan usaha dan juga dapat membantu pengelola kegiatan usaha dengan menunjukkan bagian-bagian yang peka dan memerlukan

pengawasan yang lebih ketat untuk mendapatkan hasil yang diharapkan atau menguntungkan perekonomian.

(28)

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Nusa Hias Farm merupakan salah satu usaha yang bergerak dalam

pembenihan Ikan Patin. Untuk mengembangkan usaha pembenihan Ikan Patin ini, maka pada tahun 2008 Nusa Hias Farm berencana melakukan peningkatan

teknologi pemanas dari menggunakan kompor minyak tanah menjadi sistem pemanas yang menggunakan panas dari lampu petromak. Dengan mengganti sistem pemanas yang lebih optimal, diharapkan dapat meningkatkan keuntungan dan mempertahankan kelangsungan usaha pembenihan. Untuk mengembangkan teknologi tergantung dari keuntungan usaha yang dapat diketahui dari biaya (R-C)

Ratio. Apabila usaha tersebut untung maka akan dilakukan analisis kelayakan, tetapi apabila ternyata usaha ini tidak menguntungkan, maka Nusa Hias Farm harus mengadakan reorientasi kegiatan terhadap usaha yang dijalankannya dengan berusaha memperbaiki kegiatan usahanya.

Studi kelayakan terhadap usaha pembenihan Ikan Patin ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan Nusa Hias Farm layak untuk dikembangkan atau tidak. Studi kelayakan ini dilakukan dengan cara melakukan penilaian terhadap NPV (Net Present Value), Net B/C (Ner Benefit-Cost Ratio), dan IRR (Internal Rate of Return). Pada kelayakan usaha pembenihan Ikan Patin perlu juga dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui kejadian yang berbeda dengan perkiraan-perkiraan yang dibuat dalam perencanaan.

Apabila hasil perhitungan studi kelayakan dan uji sensitivitas

menunjukkan bahwa usaha Pembenihan Ikan Patin masih layak diusahakan, maka akan dilakukan kebijakan dan arah penegmbangan usaha agar tercapai tujuan perusahaan untuk mencapai keuntungan yang maksimum. Apabila usaha pengembangan tersebut tidak layak lagi untuk diusahakan, maka tidak diadakan upaya pengembangan teknologi pemanas oleh Nusa Hias Farm. Secara skematis kerangka pendekatan studi disajikan pada Gambar 1

(29)

Usaha pembenihan Ikan Patin

Nusa Hias Farm

Penggunaan kompor minyak sebagai

pemanas dalam usaha pembenihan ikan patin

- Analisis keuntungan - R/C ratio

- Payback Period

Kajian penggunaan lampu petromak sebagai

Rugi pengganti kompor minyak sebagai pemanas - Analisis keuntungan

- R/C ratio - Payback Period

Reorientasi kegiatan Untung

• Analisis kelayakan : Tidak Layak - NPV - Net B/C - IRR • Analisis Sensitivitas

- Kenaikan harga pakan

- Kenaikan harga minyak tanah

- Penurunan harga jual benih

Layak

Kebijakan dan arah pengembangan

Keterangan : : Ruang lingkup penelitian

(30)

IV. METODOLOGI

4.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan satuan kasusnya adalah Nusa Hias Farm sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam usaha pembenihan Ikan Patin yang berlokasi di Desa Cibitung Tengah Kecamatan Ciampea.

Menurut Nazir (1989), studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau kasus khas dari keseluruhan personalitas. Ada beberapa petani budidaya yang melakukan usaha pembenihan Ikan Patin di desa Cibitung Tengah Kecamatan Ciampea, tetapi penelitian ini memusatkan diri secara intensif terhadap usaha pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm sebagai suatu objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai suatu kasus. Studi kasus bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu-individu.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Pada penelitian ini menggunakan jenis data text dan image. Text adalah data yang berbentuk alphabet maupun numerik dan image didapat melalui bentuk diagram dan photo yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu.

Berdasarkan sumbernya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung terhadap kegiatan usaha pembenihan Ikan Patin di Nusa Hias Farm maupun melalui wawancara terhadap direksi, staf dan karyawan perusahaan dengan berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder didapat melaui informasi dan laporan tertulis dari lembaga atau instansi yang terkait dengan usaha budidaya Ikan Patin serta dari studi pustaka antara lain data riset BPPT, data dari Departemen Kelautan dan Perikanan dan

(31)

data dari pemerintah daerah setempat berupa peta wilayah dan data pembudidaya ikan patin.

4.3 Metode Analisis Data

Menurut Singarimbuan dan Effendie (1989), analisis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dan diinterpretasikan. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan usaha digunakan untuk mengetahui berapa besar pendapatan yang diperoleh perusahaan setelah menjalankan usahanya selama satu tahun.

Rumus yang digunakan (Djamin 1984) adalah : ߨ ൌ ܴܶ െ ܶܥ

Dimana : ߨ = Keuntungan

TR = Penerimaan total usaha (Total Revenue) TC = Biaya total usaha (Total Cost)

2. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C)

Analisis imbangan penerimaan dan biaya merupakan perbandingan penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan.

Rumus yang digunakan (Hermanto 1989) adalah :

R/C = TR/TC

Dengan kriteria usaha :

R/C > 1, maka usaha menguntungkan R/C = 1, maka usaha impas

R/C < 1, maka usaha rugi

3. Analisis Waktu Pengembalian Modal (Payback period)

Analisis Payback Period adalah suatu analisis untuk mengetahui periode waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash

invesment) dengan menggunakan aliran kas. Payback period merupakan rasio antara initial cash invesment dengan cash flow, dengan satuan waktu (Umar H 2003). Secara matematis dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

(32)

PP = x tahun

4. Analisis Return of Investment (ROI)

Return of Investment (ROI) merupakan nilai keuntungan yang diperoleh pengusaha dari setiap jumlah uang yang diinvestasikan dalam periode waktu tertentu. Analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam kegiatan usaha tersebut. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh kemampuan pengusaha dalam menghasilkan keuntungan dan mengembalikan investasi serta penggunaan investasi dari luar untuk memperbesar perusahaan. Besarnya ROI dapat diperoleh dari rumus berikut ini (Rahardi F, Nazaruddin dan R Kristiawan 2005) :

ROI = 100%

5. Analisis Kelayakan usaha

Untuk mengetahui kelayakan usaha tersebut diperlukan besar manfaat atau benefit dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Menurut Kadariah, L Karlina dan C Gray (1978), indikator yang digunakan untuk membandingkan manfaat dan biaya pada usaha adalah sebagai berikut

1). Net Present Value (NPV)

NPV adalah selisih antara total present value dari manfaat dan biaya pada setiap tahun kegiatan usaha. Rumus perhitungannya:

NPV =

Dimana: Bt = Manfaat dari usaha pada tahun ke-t Ct = biaya dari usaha pada tahun ke-t

) ( ) 1 ( 1 df ctor DiscountFa i t = +

Dimana : i = tingkat suku bunga (digunakan BNI sebesar 10,8%)

t = tahun usaha (t=10 tahun)

Investasi π × Keuntungan Investasi

= + − 10 0 (1 ) t t i Ct Bt

(33)

Kriteria Kelayakan dalam metode NPV adalah:

NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan dapat dilakukan

NPV = 0, maka proyek tidak menguntungkan tapi juga tidak rugi, jadi tergantung

penilaian subyektif pengambilan keputusan.

NPV < 0, maka proyek merugikan karena keuntungan lebih kecil dari pada biaya.

2). Net Benefit-Cost Ratio(Net B/C)

Net B/C merupakan perbandingan antara NPV total dari benefit bersih

terhadap total biaya bersih (Kadariah, L Karlina dan C Gray 1978). Net B/C digunakan untuk ukuran tentang efisiensi dalam penggunaan modal. Rumus perhitungannya adalah: Net B/C =

= =

+

+

10 0 10 0

)

1

(

)

1

(

t t t t

i

Bt

Ct

i

Ct

Bt

Kriteria kelayakan pada metode ini adalah:

Net B/C> 1, proyek dianggap layak Net B/C= 1, merupakan titik impas Net B/C< 1, proyek tidak layak

3). Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan tingkat suku bunga yang menunjukkan jumlah nilai

sekarang netto (NPV) sama dengan seluruh ongkos proyek atau NPV = 0 (Kadariah, L Karlina dan C Gray 1978).

Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan bunga yang berlaku menunjukkan bahwa usaha layak untuk dilaksanakan. Rumus perhitungannya:

IRR = i’ + (i” – i’)

Dimana : NPV = NPV positif pada suku bunga i’ NPV = NPV negatif pada suku bunga i”

i’ = tingkat bunga dimana NPV bernilai positif i” = tingkat bunga dimana NPV bernilai negatif Dengan kriteria usaha:

NPV’ NPV’ – NPV”

(34)

IRR > i, usaha dapat dilanjutkan

IRR < i, usaha lebih baik ditolak

6. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah suatu teknik analisis untuk menguji secara matematis apa yang terjadi pada kapasitas penerimaan dan biaya suatu proyek apabila terdapat kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dengan merubah suatu unsur atau dengan mengkombinasikan beberapa unsur kemudian menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis (Kadariah, L Karlina dan C Gray 1978).

Dalam hal ini metode yang digunakan dalam analisis usaha pembenihan ikan patin adalah metode switching value dan komponen yang digunakan antara lain adalah kenaikan harga minyak tanah, kenaikan harga pakan benih dan penurunan harga benih ikan patin.

Analisis sensitivitas membantu menentukan unsur yang sangat

menentukan hasil usaha, dan juga dapat membantu pengelola perusahaan dengan menunjuk bagian-bagian yang peka yang memerlukan pengawasan yang lebih ketat untuk mendapatkan hasil yang diharapkan akan menguntungkan perusahaan. Dalam usaha pembenihan ini hanya akan dibatasi pada perubahan harga pakan benih dan minyak tanah sebagai komponen terbesar dalam usaha pembenihan Ikan Patin ini.

4.4 Konsep dan Pengukuran

1. Prospek pengembangan usaha adalah kajian terhadap peluang, kendala dan

alternatif pengembangan usaha, dalam penelitian ini dibatasi pada aspek finansial.

2. Pembenihan ikan adalah salah satu tahap kegiatan budidaya ikan dalam upaya mendapatkan calon benih ikan yang siap dibesarkan.

3. Biaya tetap adala biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi dan dinyatakan dalam rupiah (Rp).

4. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada skala produksi dan dinyatakan dalam rupiah (Rp).

(35)

6. Penerimaan adalah hasil perkalian dari harga jual benih ikan Patin per ekor dan total benih Ikan Patin (ekor) dinyatakan dalam rupiah (Rp).

7. Produksi adalah jumlah benih ikan Patin yang dihasilkan rata-rata per musim tanam dengan menggunakan faktor produksi tertentu dalam satuan ekor. 8. Keuntungan adalah penerimaan total dikurangi biaya total per tahun

dinyatakan dalam rupiah (Rp).

9. Investasi adalah pengeluaran yang dilakukan pada kegiatan usaha dan pada saat tertentu untuk mendapatkan keruntungan di masa yang akan datang dan dinyatakan dalam rupiah (Rp).

10. Tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi. Dinyatakan dalam orang.

11. Upah tenaga kerja adalah kompensasi yang diberikan kepada tenaga kerja tidak tetap selama proses produksi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). 12. Nilai penyusutan adalah nilai yang diperoleh dari perhitungan harga

pembelian barang dikurangi nilai sisa dibagi dengan lama pemakaian dinyatakan dalam rupiah (Rp).

13. Umur proyek ditentukan 10 tahun. Umur tersebut ditentukan berdasarkan umur teknis dari bangunan tempat hatchery, karena bangunan tempat

hatchery merupakan komponen utama tempat dilaksanakannya produksi serta membantu kelancaran usaha pembenihan.

14. Analisis Sensitivitas adalah suatu analisis yang dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah.

15. Cash flow adalah arus manfaat bersih yang diterima pengelola selama proyek berjalan dengan mengurangi biaya-biaya dengan penerimaan total pada setiap tahun proyek, dinyatakan dalam rupiah.

16. Nilai sisa (Salvage value) adalah nilai dari barang modal yang tidak habis dipakai selama usaha berjalan, dinyatakan dalam rupiah.

4.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April sampai dengan Mei 2008, berlokasi di Usaha Pembenihan Ikan Patin di Nusa Hias Farm yang berlokasi di Desa Cibitung Tengah Kecamatan Ciampea. Objek penelitian adalah usaha pembenihan Ikan Patin.

(36)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm

Usaha pembenihan ikan patin Nusa Hias Farm berlokasi di Desa Cibitung Tengah Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kegiatan usaha yang dilakukan adalah budidaya Ikan Patin khususnya pembenihan Ikan Patin. Usaha pembenihan Ikan Patin yang dilakukan di Nusa Hias Farm masih tradisional karena penanganan dan teknologi yang digunakan masih tradisional dan

sederhana. Benih ikan Patin yang dibudidaya di usaha pembenihan ini adalah dari spesies patin Siam (Pangasius sutchi) yang memiliki ciri warna daging yang berwarna agak merah. Benih yang dipasarkan oleh Nusa Hias Farm adalah benih patin ukuran 1 inch dan benih ukuran 3 inch.

5.1.1 Sejarah Pembentukan dan Perkembangan

Nusa Hias Farm didirikan pada Bulan Januari 2006 yang terletak di Desa Cibitung Tengah Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Didirikan secara perorangan oleh pemilik Nusa Hias Farm yaitu Bapak Hendi Wiryawan yang merupakan seorang karyawan di suatu perusahaan swasta. Dengan hanya bermodalkan lahan, Nusa Hias Farm mulai dirintis dan mulai berkembang seiring dengan berkembangnya waktu.

5.1.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi dalam suatu perusahaan sangat penting. Berdasarkan struktur organisasi tersebut perusahaan dapat membagi tugas yang dibebankan dan hak yang harus diterima oleh karyawan. Struktur organisasi pada usaha pembenihan yang dilakukan Nusa Hias Farm secara tertulis belum ada, tetapi dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa struktur organisasi yang ada di Nusa Hias Farm masih sederhana. Pimpinan yaitu Bapak Hendi adalah pemilik dibantu oleh Bapak Deden selaku wakil yang membantu manajemen perusahaan terutama keuangan serta dibantu oleh 2 orang karyawan lapang sebagai pelaksana harian

(37)

kegiatan produksi atau pemeliharaan larva. Secara sederhana, struktur organisasi di Nusa Hias Farm dapat dilihat pada Gambar 2.

Pimpinan

Wakil pimpinan

Karyawan

Gambar 2. Struktur Organisasi Usaha Pembenihan Nusa Hias Farm

Struktur organisasi Nusa Hias Farm bertipe struktur garis, dalam arti organisasi masih kecil dan sangat sederhana. Struktur organisasi yang demikian memudahkan karyawan untuk saling kenal dan berinteraksi dengan baik antara karyawan dengan pimpinan perusahaan. Hal ini membuat rasa solidaritas diantara para karyawannya umumnya masih tinggi. Struktur garis ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah adanya kesatuan perintah yang terjamin dengan baik karena pimpinan berada di atas satu tangan, proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat. Kelemahan struktur garis pada Nusa Hias Farm adalah seluruh organisasi selalu bergantung kepada satu orang yaitu kepada pimpinan perusahaan atau tangan kanan perusahaan dalam hal ini wakil pimpinan

Adapun fungsi dan tugas masing-masing bagian dari struktur organisasi di atas adalah sebagai berikut :

1. Pimpinan Usaha Pembenihan Nusa Hias Farm

Bertanggung jawab dalam mengkoordinir semua kegiatan pembenihan, melakukan kontrol, menangani pembukuan dan melakukan pemasaran benih. 2. Wakil Pimpinan

Membantu pimpinan dan bertanggung jawab dalam kegiatan produksi pembenihan dan manajemen keuangan dengan melakukan perencanaan ,

(38)

perumusan, mengembangkan kebijaksanaan keuangan dan

mengkoordinasikan seluruh kegiatan dan pengendalian keuangan perusahaan.

3. Karyawan Lapang

Membantu kegiatan pemijahan, melaksanakan pemeliharaan benih ikan dan induk ikan serta membantu pengemasan ikan yang akan dijual.

5.1.3 Sumberdaya Manusia

Tenaga kerja yang terdapat pada usaha Nusa Hias Farm terdiri atas tenaga kerja tetap yang dibayar bulanan dan memiliki keterkaitan yang kuat melalui suatu perjanjian kerja sesuai ketentuan yang telah disepakati.

Nusa Hias Farm dikelola oleh 4 orang yang terdiri dari satu orang pemimpin, satu orang wakil pimpinan dan dua orang karyawan produksi baik pembenihan Ikan Patin. Semua karyawan yang bekerja di Nusa Hias Farm merupakan karyawan tetap. Jumlah hari kerja untuk tenaga kerja tetap adalah 7 hari dalam seminggu dan jumlah jam kerjanya sebanyak 8 jam dalam satu hari dimulai dari pukul 07.00 hingga 16.00 WIB diluar waktu lembur.

Komposisi sumberdaya manusia pada Nusa Hias Farm yang berpendidikan paling tinggi yaitu Strata 1(S1) sebanyak dua orang dan berpendidikan Sekolah menengah Umum sebanyak dua orang

Tabel 2. Rincian Besarnya Kompensasi Tenaga Kerja di Nusa Hias Farm Tahun 2008

Komposisi Kompensasi Kompensasi/ bulan (Rp)

Gaji Pokok 300.000,00-500.000,00

Tunjangan 300.000,00-500.000,00

Bonus 10% dari keuntungan

Sumber : Nusa Hias Farm 2008

Sistem pembayaran gaji dilakukan per bulan. Gaji pokok wakil pimpinan Nusa Hias Farm sebesar Rp 500.000,00 dan untuk karyawan produksi sebesar Rp300.000,00. Gaji tambahan atau bonus akan diterima oleh karyawan apabila terjadi penjualan benih ikan patin dalam skala besar, besarnya tergantung dari

(39)

kebijakan pimpinan Nusa Hias Farm. Rincian besarnya kompensasi tenaga kerja di Nusa Hias Farm dapat dilihat pada Tabel 2.

5.1.4 Permodalan

Modal merupakan salah satu faktor penentu dalam menjalankan suatu usaha karena tanpa modal usaha tidak dapat berjalan dengan baik. Sumber pendanaan pada usaha pembenihan ikan patin Nusa Hias Farm berasal dari modal sendiri. Investasi yang ditanam Nusa Hias Farm pada usaha pembenihan Ikan Patin adalah sebesar Rp59.000.000,00. Modal ini tidak sekaligus dikeluarkan tetapi dikeluarkan secara bertahap.

5.1.5 Pemasaran

Benih Ikan Patin hasil pemanenan Nusa Hias Farm dijual kepada

perusahaan pembesaran di kalimantan dan sumatera. Selain itu, benih Ikan Patin Nusa Hias Farm juga dijual kepada perusahaan pembesaran (fattening) lokal yang datang langsung ke lokasi, sehingga dalam hal ini Nusa Hias Farm tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk transportasi karena ditanggung oleh pembeli yang datang ke lokasi.

Produk yang dihasilkan Nusa Hias Farm berupa benih Ikan Patin dengan dua ukuran, yaitu ukuran 1 inch (2,54 cm) dan ukuran 3 inch (7,63 cm). Harga jual benih Ikan Patin ditentukan atas kesepakatan kedua belah pihak yaitu pembeli dan pembudidaya dengan mengacu kepada harga di pasaran. Harga benih Ikan Patin ukuran 1 inch adalah Rp90,00 per ekor dan untuk benih Ikan Patin ukuran 3 inch adalah Rp375,00 per ekor.

Nusa Hias Farm tidak melakukan promosi khusus dalam memasarkan produknya melainkan melalui rekanan bisnis. Nusa Hias Farm sudah memiliki pelanggan tetap yaitu perusahaan yang bergerak dalam usaha pembesaran

(fattening) di wilayah Riau dan Saguling yaitu Hergun Fish Riau dan Citra Karya Nusantara. Persentase penjualan untuk masing-masing pembeli tidak pasti, tegantung permintaan pembeli namun harga yang ditawarkan ke tiap pembeli sama dan harga adalah harga di tempat pembenihan tidak termasuk biaya

(40)

tahu kepada pembeli secara lengkap perkiraan jumlah produksi, ukuran benih dan harga. Saluran pemasaran Benih Ikan Patin Nusa Hias Farm di Kecamatan Ciampea secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.

Perusahaan Pembesaran patin

Jambi dan Riau Usaha Pembenihan Ikan Patin

Nusa Hias Farm

Perusahaan Pembesaran Patin Saguling

Gambar 3. Saluran Pemasaran Benih Ikan Patin Nusa Hias Farm di Desa Cibitung Tengah Kecamatan Ciampea

5.2 Unit Pembenihan Ikan Patin di Nusa Hias Farm 5.2.1 Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi pembenihan Ikan Patin harus memenuhi persyaratan tempat budidaya yang ideal. Selain itu, pemilihan lokasi berorientasi pada kemudahan akses pemasaran. Oleh karena itu pembudidaya harus jeli dalam mencari lokasi yang sesuai. Dengan cara tersebut diharapkan usaha akan berjalan seperti yang diharapkan.

Usaha pembenihan ikan patin Nusa Hias Farm memiliki luas lahan 700m2,

terdiri dari satu bangunan seluas 150m2 sebagai tempat pembenihan dan kolam pendederan sebanyak 2 unit yang masing-masing berukuran 6m x 6m dan 3m x 3m.

Beberapa aspek yang diperhatikan dalam penentuan lokasi budi daya Pembenihan Ikan Patin antara lain :

1. Aspek Sosial Ekonomi

Umumnya aspek sosial ekonomi berkaitan dengan lingkungan masyarakat sekitar lokasi kegiatan budidaya dilakukan. Beberapa syarat yang menjadi pertimbangan dari sisi aspek sosial ekonomi adalah sebagai berikut :

1. Lingkungan harus terjaga dengan baik. Artinya, usaha budidaya Patin tidak akan merusak lingkungan yang sudah ada.

(41)

2. Jika menggunakan tenaga kerja, memanfaatkan tenaga kerja di sekitar lokasi budidaya. Dengan cara ini, diharapkan bisa membantu pemerintah mengurangi pengangguran.

3. Sumber daya alam di sekitar lokasi budidaya dapat termanfaatkan, terutama sarana dan prasarana penunjang kegiatan usaha.

4. Sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan harus tersedia, yakni sarana produksi, sarana transportasi, sarana penerangan (listrik), dan sarana telekomunikasi seperti telepon guna menunjang kelancaran usaha.

5. Lokasi aman dan mendapat jaminan dari pihak-pihak yang berwenang di

daerah setempat.

2. Aspek Produksi

Aspek budi daya mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan pemeliharaan ikan. untuk lokasi perkolaman dipilih lahan dengan tanah yang stabil, warna kehitaman yang memiliki tekstur 50-60% lempung, lebih kecil dari 20% pasir dan sisanya serbuk bahan organik serta tingkat keasaman (pH) lebih dari 6. Namun khusus untuk tahap penetasan dan pemeliharaan larva, penggunaan sistem resirkulasi air mutlak diperlukan.

Sistem resirkulasi air dilakukan guna mendapatkan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi. Caranya air yang sudah digunakan dimanfaatkan kembali. Air tersebut sebelumnya telah melalui serangkaian proses pengolahan yang disebut filtrasi atau penyaringan, baik secara mekanis maupun biologis, sehingga layak untuk digunakan kembali.

Pada usaha pembenihan ikan patin Nusa Hias Farm terdapat beberapa unsur penting yang harus diperhatikan dalam resirkulasi air :

1. Pompa isap atau pompa listrik

Alat ini digunakan untuk mengalirkan air dalam tanah ke permukaan untuk digunakan dalam proses pembenihan karena proses pembenihan

(42)

2. Tangki pemeliharaan

Tangki ini bisa terbuat dari akuarium atau papan kayu yang dilapisi timah atau karpet. Tangki memiliki kapasitas 250 liter atau mampu menampung 5.000 ekor larva dengan padat tebar 20 ekor per liter air

3. Filter mekanik

Digunakan untuk membersihkan media pemeliharaan larva dari partikel-partikel organik, seperti sisa pakan dan kotoran ikan. filter mekanik bisa dibuar dari bantalan karet busa. Alat ini ditempatkan di saluran

pengeluaran tangki pemeliharaan. Alat ini harus dibersihkan dan dikeringkan secara berkala.

4. Filter biologi

Alat ini disebut juga unit nitrifikasi. Filter ini merupakan unit penjernihan biologis yang berfungsi menghilangkan zat-zat beracun seperti sisa pakan, kotoran dan amoniak. Bahan baku filter biologi yang digunakan di usaha pembenihan ikan patin Nusa Hias Farm adalah ijuk atau bisa juga dikombinasikan dengan arang yang sudah dibersihkan. Alat ini harus dibersihkan setiap selesai pemeliharaan larva atau setelah digunakan selama 3-4 minggu. Untuk bisa digunakan kembali, alat ini bisa dicuci bersih dan dikeringkan.

5. Pompa udara atau aerator

Alat ini berguna untuk meningkatkan kandungan oksigen dalam tangki pemeliharan larva.

5.2.2 Sumber Air

Air yang digunakan berasal dari air tanah ataupun air irigasi yang bebas dari pengaruh pencemaran. Pada proses penetasan telur dan pendederan larva air harus bersih, sedangkan untuk proses pendederan benih dapat menggunakan air irigasi. Air tanah yang mengandung kadar besi tinggi tidak digunakan karena memerlukan upaya perlakuan awal yang akan meningkatkan biaya produksi. Sedangkan perlakuan air irigasi seperti dengan cara pengendapan masih diperlukan bila kondisi kurang layak atau mengandung lumpur. Air dapat

(43)

Pemeliharaan Induk

dialirkan dengan cara gravitasi namun bila tidak memungkinkan, air ditampung terlebih dahulu dengan menggunakan bak penampung.

5.3 Teknis Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm

Kegiatan usaha pembenihan Ikan Patin dapat digambarkan pada Gambar 4:

Gambar 4. Alur Teknis Pembenihan Ikan Patin Nusa Hias Farm

5.3.1 Pemeliharaan induk

Pengelolaan induk merupakan tahap awal untuk menghasilkan benih yang berkualitas baik sehingga menentukan keberhasilan kegiatan

pembenihan ikan. Mutu induk yang baik ditunjang dengan pengelolaan yang tepat diharapkan dapat menghasilkan benih dengan kualitas yang baik dan jumlah yang mencukupi.

Induk jantan dan betina dipelihara bersama-sama pada satu kolam atau bisa terpisah dengan kepadatan 3-5 ekor/m2. Induk dibuat dalam beberapa kelompok dan dipelihara secara terpisah untuk dapat berupa kolam tanah atau tembok dan memiliki saluran pemasukan dan pengeluaran air. Kualitas air untuk induk adalah suhu 25-30 oC dan pH 6,0-8,5.

Pakan yang diberikan berupa pakan buatan dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang mencukupi. Pemberian pakan dilakukan setiap hari sebanyak 3% bobot biomas/hari dengan frekuensi pemberian pakan 2-3 kali/sehari.

a. Pemilihan Induk Matang Kelamin

Usaha pembenihan Ikan Patin diawali dengan menyiapkan calon induk. Induk yang akan digunakan untuk kegiatan pembenihan sebaiknya berbobot

Pemijahan

Pemeliharaan larva dan benih

(44)

antara dua sampai empat kilogram per ekor. Kriteria induk yang digunakan antara lain berdasarkan bentuk fisik, ukuran berat, umur dan tingkat kesehatan. Induk betina yang layak dipijah telah berumur 3 tahun dan beratnya telah mencapai lebih dari 2kg/ekor. Sedangkan induk jantan yang siap dipijah telah berumur 2 tahun dan beratnya mencapai 1,5-2 kg/ekor. Induk yang akan dipijah adalah induk yang sehat secara fisik, yaitu tidak terinfeksi oleh penyakit/parasit dan luka akibat benturan, pukulan, goresan, sayatan dan lain-lain. Induk ikan patin yang ada pada Usaha pembenihan ikan patin Nusa Hias Farm memiliki umur produktif lima tahun, sehingga setelah lima tahun induk Ikan Patin tidak bisa menghasilkan telur kemudian induk Ikan Patin tersebut dijual.

Secara fisik, Ikan Patin tidak memperlihatkan karakteristik eksternal yang jelas, sehingga tidak mudah membedakan induk Patin jantan dan betina, apalagi menentukan tingkat kematangan gonadnya. Namun ada ciri-ciri khusus yang bisa digunakan untuk membedakan induk jantan dan induk betina antara lain :

Induk betina

- Perut membesar ke arah anus

- Perut bila diraba terasa empuk dan halus

- Kloaka membengkak dan berwarna merah tua

- Kulit pada bagian perut lembek dan tipis

- Jika bagian di sekitar kloaka ditekan, akan keluar beberapa butir telur berbentuk bundar dan besarnya seragam.

Induk jantan

- Kulit perut lembek dan tipis

- Jika bagian perut diurut ke arah anus, akan keluar cairan sperma berwarna putih.

- Alat kelamin membengkak dan berwarna merah tua.

b. Pemberokan Induk Ikan Patin

Induk Ikan Patin yang akan dihipofisasi mula-mula diberokkan atau dipuasakan, yaitu induk dikarantina dan tidak diberi pakan sedikitnya dalam waktu 24 jam untuk mengurangi kadar lemak pada saluran pengeluaran telur

(45)

dan membuang kotoran/feces. Induk yang diberok tersebut ditempatkan pada hapa untuk memudahkan pelaksanaan hipofisasi dalam kegiatan penangkapan dan pemegangan. Perbandingan jumlah induk patin jantan dan betina dalam sekali pemijahan adalah 1 : 3. Dalam hal ini, Nusa Hias Farm menggunakan 1 ekor induk jantan dan 3 ekor induk betina.

5.3.2 Pemijahan

a. Menghitung berat ikan donor

Induk Ikan Patin yang telah dipuasakan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan untuk mendapatkan perbandingan berat ikan donor yang akan diambil hipofisanya. Ikan donor yang digunakan adalah Ikan Mas, karena Ikan Mas mudah pengadaannya dan tersedia secara kontinyu di pasar. Ikan donor dapat memanfaatkan Ikan Mas dari jenis kelamin jantan dan betina. Perbandingan ideal antara berat induk dengan ikan donor adalah 1:4. Induk ikan betina berbobot 3 kilogram maka ikan donor memerlukan 12 kilogram.

b. Pengambilan kelenjar hipofisa

Ikan donor diambil hipofisanya melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Ikan donor dipotong kepalanya sampai putus atau nyaris putus. 2. Potongan kepala diletakkan menghadap ke atas lalu dipotong secara

vertikal dari atas pangkal hidung sampai putus ke bawah. 3. Otak besarnya diangkat dan kelenjar hipofisanya diambil dengan

menggunakan korek kuping atau perkakas lain. Kegiatan ini harus dilakukan hati-hati sehingga kelenjar hipofisa tidak sampai hancur. c. Pembuatan ekstrak

Pembuatan ekstrak kelenjar hipofisa yaitu kelenjar hipofisa yang sudah dibersihkan dari darah dan lemak kemudian digerus atau dihaluskan pada gelas penggerus. Setelah hancur kelenjar hipofisa dicampur dengan cairan aquabidestitalata sebanyak antara 2 sampai dengan 2,5 milimeter. Setelah campuran tersebut menyatu (homogen), diendapkan beberapa saat. Ekstrak kelenjar hipofisa yang sudah siap kemudian disedot dengan alat suntik untuk kemudian disuntikan ke tubuh Ikan Patin jantan dan betina.

Gambar

Tabel 1. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa perkembangan produksi benih ikan  patin di Kabupaten Bogor paling pesat dibandingkan dengan komoditas lain
Gambar 1. Kerangka Pendekatan Studi
Gambar 2. Struktur Organisasi Usaha Pembenihan Nusa Hias Farm
Gambar 3. Saluran Pemasaran Benih Ikan Patin Nusa Hias Farm di Desa Cibitung  Tengah Kecamatan Ciampea
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan biaya variabel seperti harga pakan masuk dalam permasalahan karena biaya variabel (pakan) merupakan biaya utama yang dikeluarkan dalam Usaha lele ini. Kenaikan harga

Perhitungan sensitivitas terhadap kenaikan harga dedak, secara umum dapat disimpulkan bahwa usaha agroindustri pakan ikan ini sensitif terhadap kenaikan harga bahan

Berdasarkan hasil analisis sensitivitas, diperoleh bahwa usaha pembenihan ikan kerapu macan paling sensitif dan tidak layak dijalankan jika terjadi penurunan

Dalam rangka mendapatkan teknologi pembenihan ikan patin siam secara outdoor yang efektif dan efisien, kaitannya dengan pemberian pakan awal larva dan kemampuan ikan dalam

Arifin Fish Farm dalam kegiatan budidaya ikan hias air tawar produk yang dihasilkan adalah ikan Black Ghost ukuran 1 ½ inci dan patin ukuran 1 inci berumur tiga minggu sedangkan

maka usaha budidaya ikan Patin (Pangasius sutchi) masih dapat layak untuk diusahakan. Apabila terjadi penurunan dan kenaikan biaya variabel melebihi dari 10% , maka

CPIN akan membebankan kenaikan harga jagung lokal sebagai bahan baku pakan ternak terhadap harga jual sehingga marjin keuntungan divisi. pakan ternak

Perhitungan sensitivitas terhadap kenaikan harga dedak, secara umum dapat disimpulkan bahwa usaha agroindustri pakan ikan ini sensitif terhadap kenaikan harga bahan